Anda di halaman 1dari 68

PENBELAJARAN ILMU TAJWID MENURUT KH.

TAMHIDZ
TURMUDZI
DALAM KITAB LUM’ATUL FURQON
(Di Pondok Pesantren Al-Asror Bangkalan Madura Jawa Timur)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh :
MUKIM
1711104028

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MANSHUR PANDEGLANG
2021 M/ 1441 H
ABSTRAK

Mukim, Nim. 1711104028, Tahun 2021. Pembelajaran Ilmu Tajwid Menurut


KH. Tamhidz Turmuzdi Dalam Kitab Lum’atul Furqon di Pondok Pesantren Al-
Asror Bangkalan, Jawa Timur .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Ilmu


Tajwid menurut KH.Tamhidz Turmuzdi dalam kitab Lum’atul Furqon Terhadap
Kemampuan Belajar Santri Pada Pembelajaran Ilmu Tajwid.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini


adalah : 1. Bagaimana sarana prasarana di Pondok Pesantren Al-Asror ?
2.Bagaiman tenaga pengajar di Pondok Pesantren Al-Asror ? 3.Bagaimana
kondisi santri di Pondok Pesantren Al-Asror? 4.Bagaimana Kurikulum yang
digunakan di Pondok Pesantren Al-asror ? 5.Bagaimana penerapan pembelajaran
Lum’atul Furqon di Pondok Pesantren Al-Asror ? 6. Bagaimana efektifitas
penerapan Lum’atul furqon dalam pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Asror ?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif


dengan pendekatan studi kasus dengan sampel 25 santri yang dipilih di Pondok
Pesantren Al-Asror, penelitian ini dilaksankan di lembaga Pondok Pesantren Al-
Asror Bangkalan, Jawa Timur.

Hasil penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh dalam pembelajaran


Ilmu Tajwid menurut KH. Tamhidz Turmudzi terhadap pembelajaran ilmu tajwid
pada santri. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti melakukan interview/wawancara
dengan 12 item soal dengan hasil nilai rata-rata 80. Sehingga pencapaian belajar
santri pada pembelajaran Ilmu Tajwid dikatakan berpengaruh.

Kata Kunci : Konsep Ilmu Tajwid Menurut KH. Tamhidz Turmuzi dalam Kitab
Lum’atul Furqon.

i
ABSTRACT

Mukim, Nim. 1711104028, 2021. The implementing of Tajwid Science follow by


KH. Tamhidz Turmudzi on Kitab Lum’atul Furqon at Boarding School of Al-
Asror Bangkalan, East Java.

This study aims to determine the implemention of Tajwid Science learning


follow by KH. Tamhidz Turmudzi on Kitab Lum’atul Furqon on student
achievement in Tajwid Science Learning.
Based on the background of the problem, the formulation of the research
problem is: 1). How to fasillities in Boarding School of Al-Asror? 2). How the
teachers in Boarding School of Al-Asror? 3). How to the condition of students in
Boarding School of Al-Asror? 4). How the curriculum that used in Boarding
School of Al-Asror? 5). How to application of learning Lum’atul Furqon in
Boarding School of Al-Asror? 6). How the efectivities application of learning
Lum’atul Furqon in Boarding School of Al-Asror?
The method used in this study is a qualitative method with a case study
with a sample of 25 students selected, this research was carried out at the
Boarding School of Al-Asror Bangkalan, East Java.
The results of this study indicate that there is an influence between Tajwid
Science learning follow by KH. Tamhidz Turmudzi on Kitab Lum’atul Furqon on
student achievement. This can be seen when the researcher conducted a interview
with 12 items with an average score of 80. So that student achievement in Tajwid
Science could said effective.

Keywords: The Concept of Tajwid Science follow by KH. Tamhidz Turmudzi on


Kitab Lum’atul Furqon.

ii
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan sehat jasmani dan rohani sehingga saya bisa menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh
Mansyur Pandeglang.

Dan tak lupa saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
sudah membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini, sehingga saya bisa
menyelesaikan Program studi saya di Sekolah Tinggi Agama Islam Syek Mansyur
Pandeglang dengan sesuai target saya. Maka skripsi ini saya persembahkan
untuk :

1. Kedua orang tua saya yang saya cintai sayangi, selama ini yang tak
pernah lelah dan letih dalam membimbing dan mendo’akan serta
memberikan dukungan kepada saya dari sejak dini hingga seperti
sekarang. Kini anakmu sudah meraih gelar Sarjana-S1 Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam, tanpa kalian anakmu bukan apa-
apa maka dari itu skripsi ini dipersembahkan sebagai hadiah kecil untuk
orang tua saya.
2. Keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan serta do’anya, kini
saya sudah meraih gelar Sarjana-S1 di Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh
Mansyur.
3. Kakak dan Adik saya yang memberikan dukungan serta do’anya, kini saya
sudah meraih gelar Sarjana-S1 Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh
Mansyur.
4. Bapak dan Ibu dosen yang tak pernah mengeluh melainkan penuh rasa
sabar dalam membimbing saya slama ini, kini saya sudah memiliki gelar
Sarjana-S1 di Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Mansyur.
Terimakasih atas bimbingan slama ini tanpa kalian saya tidak akan bisa
menyelesaikan skripsi ini serta meraih gelar S1.
5. Almamater kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Mansyur
Pandeglang

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.Yang


telah melimpahkan rahmat serta taufik hidayah-nya sehingga penelitian ini dapat
di selesaikan dengan baik dan lancar.

Sholawat seiring salam semuga tetap tercurah limpahkan keharibaan sosok


Revolusioner dunia,yaitu baginda Rasulullah SAW. Peserta kluarga dan
sahabatnya karena berkat perjuangan dan jasa-jasa beliau kita bisa menghirup
udara segar di bawah naungan iman dan islam Amin yaa rabbal ‘alamin.

Seiring dengan tesrselesainya penyusunan Skeripsi ini,Tak lupa penulis


menyampaikan banyak terima kasih dan pengharagaan tampa batas kepada semua
pihak yang telah membantu memberikan arahan ,bimbingan da serta memotivasi
dalam proses penyusunan ini Skripsi ini.

antara lain

1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang tak pernah bosan mendoakan dan selalu
memotivasi Anaknya ini agar selalu istiqomah dalam menuntut llmu.
2. Dr.H.kosasih,M.Pd. Peserta keluaraga,Selaku ketua Sekolah Tinggi Agama
Islam Syekh Manshur (STAISMAN )Pandeglang yang telah bemberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
3. Ibu Euis Ernawati ,M.Pd.selaku ketua prodi Pendidikan Agama islam (PAI)
STAISMAN Pandeglang.
4. Bapak Drs Anas Ubaidillah,M.A.Selaku Dosen Pembimbing 1.
5. Bapak M Syara Nurhakam,M.Pd.Selaku Dosen pembimbing 2. Terimakasih
banyak kepada semua guru-guru PPTQ Al-Asror bangkalan yang
membimbing dan mengarahanya.
6. Terimakasih banyak kepada semua guru-guru yang telah memberikan
pengalaman ilmu baik di pesantren maupun di sekolah umum, Khususnya
semua dosen di kampus Staisman Pandelang .

vii
7. Terimakasih banyak kepada semua saudara saudariku yang telah
mendukung,memutivasi mengarahkan dan mensuport baik berupa tenaga,
pemikiran, maupun berupa material.
8. Tak lupa pula kepada segenap teman-teman se almamater yang selalu
memberi semangat, motivasi kepada saya dan khususnya kepada orang yang
Selalu memberiku semangat, dan semangat untuk mengejar target
menghafalan Qur ‘an-nya semuga cita-cita mulyamu di ridhoi Allah swt,
untuk menjadi seorang hafidhoh, lafdhon wama’nan wa’amalan Amiin
Yaarabbal’alamin.
9. Semua pihak yang membantu dan mensuport,dalam pembuatan Skrifsi ini
dari awal hingga akhir.
Mudah-mudahan segala amal baik tersebut senantiasa mendapat pahala yang
setimpal dari Allah swt,dan hanya kepada Allah segala urusan akan kembali
Amiin Yarabbal ‘alamin.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi
pembaca dan penulis Mahasiwa dan Mahasiswi STAISMAN yang pada
umumnya.

Pandeglang,31,Agustus,2021.

Penulis

MUKIM
NIM :1711104028.
.

viii
DAFTTAR ISI

HALAMAN JUDUL/COVER
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................3
C. Pembatasan Masalah ....................................................................4
D. Fokus dan subfokus Penelitian ....................................................4
E. Rumusan Masalah.........................................................................4
F. Tujuan Penelitian...........................................................................5
G. Kegunaan /Manfaat Penelitian......................................................5
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Kajian Teoritik .............................................................................7
B. Pembahasan dalam Ilmu tajwid.....................................................11
C. Manfaat dan Keutamaan ilmu Tajwid...........................................12
D. Penelitian yang Relevan................................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................34
B. Subjek dan Lokasi Penelitian........................................................ 34
C. Data dan Sumber Data .................................................................. 35
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 35
E. Teknik Analisis/ Pengolahan Data................................................35

ix
F. Trianggulasai Keabsahan Data......................................................36
G. Prosdus Penelitian ........................................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian .............................................................38
B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................43
C. Pembahasan Penelitian .................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................54
B. Saran .............................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENELITI

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan firman Allah berupa wahyu yang

disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. dalam

bentuk bahasa arab, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan

surat An-Nas yang didalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok agama

Islam.

Rasulullah menganjurkan kita untuk mempelajari Al-Qur’an

sebagaimana hadits berikut:

)‫خيركم من تعلم القرأن وعلمه (روه بخا ري‬

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan


mengajarkannya”. (HR.Bukhori).1

Kemampuan membaca Al-Qur;an dengan baik dan benar, dan sesuai

dengan kaidah ilmu tajwid merupakan kemampuan yang harus di miliki

setiap muslim dewasa. Hal ini dapat dicapai dengan cara belajar dan terus

berlatih secara konsisten dan di biasakan sejak kecil.

Dalam jenjang pendidikan Madrasah Tsanawiya di pondok Al-Asror,

terdapat pelajaran agama Islam yang memiliki pembahasan materi

keislaman seperti materi yang berhubungan dengan Al- Qur’an, fiqih,

ski, aqidah akhlak, dan juga qurdis. Dalam materi Qur’an Hadits

1
Ahmad Syaifuddin, Mendidik Anak: Membaca, Menulis, Mencintai Al- Qur’an (Depok:
Gema Insani, 2004),
2

menekankan pada kemampuan baca tulis (Al-Qur'an)memahami makna

secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan kandungannya dalam

kehidupan sehari-hari.2

Mengingat pentingnya peran Al-Qur’an dalam memberikan dan

mengarahkan kehidupan manusia, seperti yang tersirat dalam Surat

Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI

No. 128/ 44A, secara eksplisit ditegaskan bahwa umat Islam agar selalu

berupaya meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an dalam rangka

peningkatan, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan

sehari-hari.

Materi yang disajikan di pondok pesantren Al-asror , salah satunya

mengenai kitab Lum’atul furqon (Ilmu tajwid) Ilmu tajwid adalah

pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Qur'an dengan

sebaik-baiknya. Hukum mempelajari tajwid adalah fardhu kifayah dan

mengamalkanya fardhu’ain. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan

baik, benar, dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid merupakan kemampuan

yang harus dimiliki setiap muslim dewasa. Hal ini dapat dicapai dengan

cara belajar dan terus belajar.

Pembelajaran Lum’atul Furqon di pondok pesantren AL-Asror,guru

menggunakan dengan metode tartila yang mana tartila itu sendiri lebih

banyak praktek, dengan harapan guru kepada murid /siswanya lebih aktif

dan mengusai materi yang di ajarkannya dalam kitab Lum’atul Furqon

selama dalam proses pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran


2
KMA Nomor 185 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI B. Arab pada Madrasah,

2
3

kitab Lum’atul Furqon dimulai guru sedikit memberi materi di mana

materi yang di berikan terhadap santri / siswa mengenai ayat-ayat Al-

Qur’an (surat –surat pendek) setelah itu guru langsung memulai membaca

terlebih dahulu dan mempraktekkan langsung terhadap santri-santri

materi yang akan di jarkan didalam kitab, Lum’atul Furqon kitab

karangan KH Tamhidz Turmudzi lalu santri dengan bersamaan mengikiti

apa yang telah di praktekkan oleh sang guru.

Di dalam kitab Lum’atul furqon juga ada panduan lain yang berkaitan

dengan tata cara menjaga hafalan, bagi santri yang sudah di anggab lulus

dari seleksi pengajaran kitab lum’atul furqon, sehingga santri di

perbolehkan lanjut ke jenjang berikutnya jika sudah di anggab layak

untuk mengikiti program tahfid di pondok pesantren Al-Asror bangkalan

madura.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat di

identifikasikan masalah masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sarana prasarana di Pondok Pesantren Al-Asror ?

2. Bagaiman tenaga pengajar di Pondok Pesantren Al-Asror ?

3. Bagaimana kondisi santri di Pondok Pesantren Al-Asror?

4. Bagaimana Kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Al-asror ?

5. Bagaimana penerapan pembelajaran Lum’atul Furqon di Pondok

Pesantren Al-Asror ?

3
4

6. Bagaimana efektifitas penerapan Lum’atul furqon dalam pembelajaran

di Pondok Pesantren Al-Asror ?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat Keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian ini, maka

penulis membatasi masalah penerapan kitab Lum’atul Furqon ini terhadap

santri di pondok pesantren Al-Asror Bangkalan.

D. Fokus dan Subfokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penerapan mengenai pembenahan

bacaan Al-Qur’an sebelum menginjak tahap selanjutnya yaitu (Menghafal

Al-quran) dalam pembelajaran pada Santri Pondok Pesantren Al- Asror

bangkalan dari fokus ini dibagi menjadi 2 sub fokus penenelitian yaitu :

1. Metode pembelajaran pada Santri Pondok Pesantren Al-Asror

menggunakan panduan buku tartila dan surat-surat pendek (juz amma)

dan kitab pedomanya mengunakan kitab Lum’atul karangannya oleh

Kh. Tamhidz Turmudzi.

2. Efektivitas penerapan metod secara praktek, yang mana langkah awal

di pandu langsung oleh kia maupun ustadz dalam pembelajaran pada

Santri di Pondok Pesantren Al-Asror.

E. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pembelajaran ilmu Tajwid Menurut KH. Tamhidz

Turmudzi dalam kitab Lum’atul Furqon ?

2. Bagaimana Implementasi pembelajaran ilmu tajwid menurut

Kh.Tamhidz Turmudzi di pondok AL-ASROR Bangkalan ?

4
5

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang disebutkan peniliti di atas, maka

tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah

1. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak santri yang belajar

Al-Qur’an.

2. Untuk Mengetahui seberapa banyak anak yang belajar Al-Qur’an

khususnya di kalangan zaman modern ini Untuk dapat mengetahui

sejauh mana anak yang belajar Qur’an di stiap pesantren maka KH

.Tamhid turmudzi sebagai ahli Qur’an yang mana beliau salah satu

mufassir dalam bidang Al-Quran , beliau membagikan suatu ilmu yang

berkaitan dengan ilmu Al-Qur’an maka beliau mencantumkan-nya

dalam kitab Lum’atul Furqon yang di karangnya oleh beliau.

G. Kegunaan /Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada siapa saja

yang membacanya, baik dari kalangan umum maupun akademisi. Adapun

manfaat yang peneliti harapkan

1. Secara teoritis

Sebagai peneliti mengharap dapat memberi kontribusi terhadap

khazanah keilmuan pengembangan pendidikan dan dapat memberi

kemudahan di dalam memahami tentang implementasi materi ilmu

tajwid dalam kitab Lum’atul furqon karya KH. Tamhidz Turmudzi.

Yang biasa di ajarkan kepada santri-santri di pondok pesantren Al-

ASROR Bangkalan.

5
6

2. Secara Praktis

a. Bagi pondok pesantren/lembaga

Diharapkan dengan adanya penelitian inidapat di jadikan referensi

dalam penigkatan mutu pendidkan.

b. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman serta

bertambahnya pengalaman ketika penelitian berlangsung sebagai

referensi ataupun bahan pembandingan kajian yang bisa di gunakan

lebih lanjut dalam pengembangan materi pelajaran agama islam

c. Bagi umum

Diharapkan dapat memberikan kontrobusi dalam memperdalam

ajaran agama islam.

6
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Ilmu Tajwid

1. Pengertian Tajwid

Kata Tajwid berasal dari Bahasa Arab Jawwada-Yujawwidu Tajwidan

yang berarti membaguskan sedangkan menurut ilmu tajwid, tajwid adalah

membaguskan bacaan huruf-huruf/kalimat-kalimat Al-Qur’an satu persatu

dengan terang, teratur, perlahan dan tidak terburu-buru sesuai dengan

kaidah-kaidah ilmu tajwid.3 Tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang

kaidah serta cara-cara membaca Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya.4

Menurut Ahmad Muhammad Mu’abbad tajwid secara bahasa artinya

memperindah. Sedangkan secara istilah adalah memberi setiap huruf

haknya dan hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf, berupa

makhraj (tempat keluar), sifat, ghunnah (dengung), tarqiq (tipis), tafkhim

(tebal), dan lainnya yang termasuk dalam hukum-hukum ilmu tajwid.

Sedangkan menurut Mas’ud Syafi’i ilmu tajwid ialah membaguskan

bacaan huruf atau kalimat-kalimat Al-Qur’an satu persatu.5

dengan terang, teratur, perlahan, dan tidak terburu-buru, bercampur aduk,

sesuai dengan hukum-hukum yang ada dalam tajwid.6

3
Khalillurrahman El-Mahfani, Belajar Cepat Ilmu Tajwid, (Jakarta: Wahyu Qolbu,
2014), h. 1
4
Dea Prasmanita Rahmani, Implementasi Pembelajaran Tajwid Dan Keterampilan
Membaca Al-Qur‟an Dalam Materi Al-Qur‟an Hadits Pada Siswa Kelas VII Di MTS Al Manar
Bener Tengaran Tahun Ajaran 2016/2017, (Sarjana S1 Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan,
IAIN Salatiga, 2017), h. 20.
5
Ahmad Muhammad Mu‟abbad, Panduan Lengkap Ilmu Tajwid, (Solo: Taqiya
Publishing, 2020), h. 3.
6
A. Mas‟ud Syafi‟i, Pelajaran Tajwid, (Semarang: M.G, 1957), h. 3.
8

Sebagian besar ulama mengatakan, bahwa tajwid itu adalah suatu

cabang ilmu yang sangat penting untuk dipelajari, sebelum mempelajari

ilmu Qiraati Al-Qur’an. Ilmu tajwid adalah pelajaran untuk memperbaiki

bacaan Al-Qur’an. Dalam ilmu tajwid itu diajarkan bagaimana cara

melafazkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkai dengan huruf

yang lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhrajnya, belajar

mengucapkan bunyi yang panjang dan yang pendek, cara menghilangkan

bunyi huruf dengan menggabungkannya kepada huruf yang sesudahnya

(idgham), berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari tanda-tanda

berhenti dalam bacaan dan lain sebagainya. Ilmu tajwid itu diajarkan

sesudah pandai membaca huruf Arab dan telah dapat membaca Al-Qur’an

sekedarnya.7

Jika diperjelas, tajwid dapat diartikan sebagai membaca Al-Qur’an

dengan memenuhi hak-hak setiap huruf, baik dari segi makhraj ataupun

sifatnya, memenuhi hak-hak setiap hukum bacaan yang timbul akibat

pertemuan huruf-huruf tersebut, dan juga mematuhi aturan-aturan lainnya

yang berlaku dalam bacaan-bacaan Al-Qur’an. Selain itu, setiap

pemenuhan hak-hak tersebut juga harus “dipukul rata” atau seimbang.

Misalnya, jika mad thabi’iy itu dibaca panjang 1 alif (2 harakat), maka dari

awal sampai akhir, atau di mana pun bertemu dengan mad thabi’iy, harus

dibaca sama dan seimbang yaitu sepanjang 1 alif atau 2 harakat.

Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu

7
Fatihuddin, Sejarah Ringkas Al-Qur‟an Kandungan & Keutamaannya, (Yogyakarta:
Kiswatun Publishing, 2015), h. 173.

8
9

tajwid adalah ilmu yang mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan

baik dan benar, sehingga sempurna maknanya. Mempelajari ilmu tajwid

bertujuan agar seseorang dapat membaca Al-Qur’an secara sempurna

karena telah mengetahui kaidah-kaidah yang benar.

Mempelajari ilmu tajwid hukumnya adalah fardhu kifayah, akan tetapi

mempergunakan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an adalah fardhu

„ain. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup umat Islam, mempelajarinya

merupakan kewajiban yang tidak ditawar-tawar lagi. Demikian pula

dengan membacanya, membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca

teks Arab pada umumnya, namun ada kaidah dan aturan tersendiri. Kaidah

pdan aturan membaca Al-Qur’an dipelajari dalam ilmu tajwid. Allah SWT

berfirman:

( ‫اوزد عليه ورتل القرءان ترتيال‬.)

Artinya: Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (Q.S. Al-


Muzzammil : 4).

Tartil mengandung arti teratur, perlahan, membaguskan dan berusaha

menghayati maknanya. Hal ini tidak dapat dilakukan tanpa mengerti dan

memahami kaidah (tatacara) membaca Al-Qur’an seperti yang dipelajari

dalam ilmu tajwid.8

Bacaan tartil itu maksudnya ialah bacaan yang tidak terlalu cepat

(tegesa-gesa) dan tidak terlalu lambat, tetapi antara keduanya, artinya

membaca dengan menggunakan kaedahkaedah ilmu tajwid. Jadi, yang

8
El-Mahfani, Belajar Cepat Ilmu Tajwid, h. 2

9
10

wajib adalah memperaktikkannya. Memang, praktik itu akan terjadi

setelah adanya teori atau pembelajaran ilmunya. Bagaimana seseorang bisa

mempraktikkan atau melaksanakan sesuatu jika ia belum tahu ilmunya.

Akan tetapi, ada peristiwa unik yang terjadi pada awalnya belajar tajwid,

akan tetapi dia tidak terlalu mendalaminya sehingga terkadang lupa nama

atau istilah hukum bacaan dalam tajwid, akan tetapi dalam tataran praktis

dia sanggup membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai atauran-

aturan tajwid. Maka, hal ini tidak menjadi persoalan. Yang terpenting tetap

ada seseorang yang selain mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan

benar, dia juga mendalami ilmunya sehingga bisa mengajarka nnya kepada

generasi selanjutnya.9

Muhammad Mahmud didalam buku abdul mujib ismail dan maria

ulfah ismail disebutkan, hukum mempelajari ilmu tajwid adalah: fardhu

kifayah (wajib presentatif), yaitu kewajiban yang boleh diwakilioleh

sebagian orang muslim saja, namun praktek pengamalannya fardhuain

(wajib personal), yaitu kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh

pembaca Al-Qur’an. Ilmu tajwid dapat diklafikasikan sebagai ilmu alat

yang dapat membantu perbaikan membaca Al-Qur’an, sehingga jika ilmu

alat sudah dikuasai, maka mengharuskan adanya praktik, sampai alat itu

benar-benar berfungsi sebagai penugjang yang dituju.

Yang menjadi inti pembahasan (maudlu’) dalam ilmu tajwid adalah

semua kalimat yang terkandung dalam Al-Qur’an. Inilah yang menjadi

9
Zaki Zamani, Tuntunan Belajar Tajwid bagi Pemula, (Yogyakarta: Medpress, 2016), h.
17.

10
11

keistimewaan Al-Qur’an. Walaupun Al-Qur’an itu menggunakan bahasa

Arab, akan tetapi dalam melafadz kan bahasa Arab secara umum, selain

yang tertulis dalam Al-Qur’an, maka tajwid itu tidak diperlukan. Jadi,

tajwid itu khusus untuk melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.10

B. Pembahasan dalam Ilmu Tajwid

a. Masalah tempat keluar huruf (makharijul huruf)

Makharijul huruf adalah tempat keluar huruf ketika

membunyikannya. Suatu cara yang praktis dan mudah untuk

mengenali makhraj (tempat keluar) huruf hijaiyyah ialah dengan

mensukukan huruf yang bersangkutan, lalu disambungkan dengan

salah satu huruf yang “hidup” sebelumnya 20 Kesalahan makhraj atau

keliru menyebutkan bunyi suatu huruf, maka dengan sendirinya akan

dapat menimbulkan kesalahan yang fatal dalam arti, makna dan

maksud yang terkandung di dalam ayat suci Al-Qur’an.

b. Masalah pengucapan huruf (shifatul huruf)

Shifatul huruf adalah suatu keadaan yang berlaku pada tiap-tiap

huruf itu setelah huruf-huruf tersebut dengan tepat dibacakan

(disebutkan/ diucapkan) keluar dari makhrajnya.11

Menurut pengertian dalam istilah ilmu tajwid, shifatul huruf ialah

suatu keadaan yang terjadi pada huruf pada saat dibunyikan dalam

makhrajnya, seperti suara jahr (keras), rakhawah (lembut), dan lain

10
Ditjen Bimas Islam Uraian Haji Direktrat Penerangan Agama Islam, Tajwid dan
Lagu-Lagu Al-Qur‟an Lengkap, (Jakarta: Depag RI, 2004), h. 44
11
Imam Murjito, Keterangan dan Ringkasan Makharijul Huruf dan Shifatul Huruf,
(Semarang: Raudhatul Mujawwidin, tth), h. 3.

11
12

sebagainya.

c. Masalah hubungan antar huruf (ahkamul huruf)

Satu kata terdiri dari beberapa huruf yang dapat dipahami jika

terjadi rangkaian antara satu huruf dengan huruf lainnya sehingga

menimbulkan hukum baru tentang cara pengucapan. Kaidah yang

mengatur bacaan dalam peraturan huruf inilah yang disebut hukum

huruf.12 Sebagai contoh hukum nun mati atau tanwin, jika nun mati

atau tanwin bertemu dengan salah saru huruf hijaiyyah, maka akan

terjadi 4 macam hukum yaitu: idzhar halqi, idgham, iqlab dan ikhfa‟

haqiqi. Selanjutnya hukum nun dan mim yang bertasydid, hukum lam

suku, mim sukun, ra sukun, tafkhim dan tarqiq serta qalqalah.13

C. Manfaat dan Keutamaan Ilmu Tajwid

Manfaat dari belajar atau mengetahui ilmu tajwid adalah

terhindarnya lisan dari kekeliruan dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an.

Selain itu, dengan menerapkan ilmu tajwid, maka janji Allah bagi mereka

yang membaca Al-Qur’an akan didapat. Hal ini dapat dimaklumi, karena

hanya dengan tajwid itulah Al-Qur’an akan bernilai ibadah. Manfaat

lainnya yang akan didapat dari belajar tajwid adalah menghindarkan lisan

dari gagap (cadel) saat melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Jika seseorang

belum mengerti tajwid, maka ia akan kesulitan sehingga menjadi gagap

dalam membaca Al-Qur’an. Perkecualian bagi mereka yang memang

12
Ditjen Bimas Islam dan Uraian Haji Direktrat Penerangan Agama Islam, Tajwid dan
Lagu-Lagu Al-Qur‟an Lengkap, (Jakarta: Depag RI, 2004), h. 82.
13
Ditjen Bimas Islam dan Uraian Haji Direktrat Penerangan Agama Islam, Tajwid dan
Lagu-Lagu Al-Qur‟an Lengkap, (Jakarta: Depag RI, 2004), h. 101.

12
13

gagap sedari awal, dalam artian memang gagap bawaan. Bagi mereka ada

pahala yang berlipat, sesuai dengan hadist Nabi Muhammad Saw:

,‫الماهر بالقرءان مع الشفرةالقرةالكرام البرار‬....‫قال رسول هللا صلعم‬:‫عن عائشه رضي قال‬

‫والذي يقراءالقرءان ويتتفتع فيه وهو عليه شاق له اجران‬.

,( ‫)رواه البخاري مسلم‬

Artinya dari Aisyah rh a,bahwa Rosulullah SAW bersabda Orang yang


pandai membaca Al-Qur’an akan bersama as-safarah alkiraam al-
bararah (para malaikat yang mulia), dan orang yang membaca Al-Qur’an
dengan terbata-bata (kurang fasih bacaannya karena berat lidahnya dan
sulit untuk membetulkan), maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR.
Muslim)14

1) Mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an merupakan tolak ukur

kualitas seorang muslim.

2) Mempelajari Al-Qur’an adalah sebaik-baik kesibukan.

3) Dengan mempelajari Al-Qur’an, maka akan turun sakinah

(ketentraman), rahmat, malaikat dan Allah menyebut-nyebut orang

yang mempelajari Al-Qur’an kepada makhluk yang ada di sisi-Nya.

Rasulullah Saw bersabda:

‫ ق‡‡ال م‡‡ااجمع ق‡‡وم‬:‫عن ابي هريره رضي هللا عنه ان رسول هللا صل هللا علي‡‡ه وس‡‡لم‬

‫في بيت من بيوت هللا يتلون كت‡‡اب هللا ويت‡‡دا س‡‡ؤ ن‡‡ه ب‡‡ؤنهم اال ن‡‡زالت عليهم الس‡‡كينة‬

‫وغسيهم الرحمة وخفتهم المائكة وذكرهم هللا فيمن عنده (رواه المسلم) عن عائشه‬

Dari Abu Huroiroh R.a berkata sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda


“Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu masjid dari masjid-masjid Allah
kemudian mereka membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, melainkan
14
8Zaki Zamani, Tuntunan Belajar Tajwid bagi Pemula, (Yogyakarta: Medpress, 2016),
h. 18.

13
14

turun kepada mereka ketentraman, diliputi 21 dengan rahmat, dinaungi


oleh malaikat, dan disebut-sebut oleh Allah di hadapan makhluk-Nya.”
(HR. Muslim)
1. Luma’atul Furqon

Lumatul Furqon merupakan kitab yang mempelajari tentang Ilmu

tajwid dan ilmu tentang bagaimana mengetahui tatacara memberikan

haknya huruf dan yang di-haki oleh huruf dari beberapa sifat dan beberapa

mad dan lain sebagainya. Seperti bacaan tipis dan tebal. Sedangkan tujuan

mempelajari kitab Lumatul furqon ialah memaksimalkan kebagusan

bacaan lafadz Al-Qur’an dari bacaan yang didapat oleh para nabi yang

lebih fasih. Adapun hukum mempelajari ilmu tajwid itu fardlu kifayah

sedangkan mengamalkan ilmu tajwid hukumnya fardl’ain bagi orang

muslim dan muslimat yang mukallaf.

2. Hukum tajwid di dalam kitab lum’atul furqon

ْ dan Tanwin (‫ )ـًــٍــٌــ‬jika bertemu dengan salah satu


Hukum nun mati (‫)ن‬

huruf hijaiyyah, itu ada 4 bacaan:

a. Penjelasan Idhar (‫)إظـهار‬

Idhar artinya menjelaskan suaranya nun mati dan tanwin ketika

bertemu dengan salah satu huruf khalqi yaitu2 : (‫ )ء هـ ع ح غ خ‬dengan

tanpa ‫غنة‬, waqof, ‫سكت‬, dan tasydid.

14
15

b. Penjelasan Idgham (‫)إدغـام‬

Idgham ialah memasukkan huruf terhadap huruf yang lain sehingga

menjadi satu huruf yang bertsydid. Sedangkan bacaan idhgham di bagi

menjadi 2 bagian :

1) ‫ادغام بغنة‬

2) ‫ادغام بال غنة‬

‫ ادغ‡‡‡ام بغنة‬adalah memasukkan suaranya nun mati atau tanwin

dengan dengung ketika bertemu dengan salah satu huruf ‫ي ن م و‬.

‫ ادغام بغنة‬itu ada dua bagian6:

1) ‫ ادغام كامل بغنة‬Adapun hurufnya ada dua ; ‫ ن‬dan ‫م‬

2) ‫ادغام ناقص بغنة‬Adapun hurufnya ada dua ; ‫ ي‬dan ‫و‬

c. Penjelasan ‫اقالب‬

‫ اقالب‬adalah mengganti bunyinya nun mati atau tanwin pada

bunyinya mim yang disamarkan ketika bertemu dengan huruf ‫ بأ‬baik

satu kalimat atau dua kalimat.

d. Penjelasan ‫إخـفاء‬

Ikhfa’ adalah menyamarkan bunyinya Nun mati atau Tanwin ketika

bertemu dengan salah satu huruf yang empat belas.

Yg terkumpul dalam nadhom15:

َ ‫* ُد ْم طـَيِّبًا ِز ْد فِى تـُقَـَى‬


‫ض ْع ظـَا لِ َما‬ ‫ف َذا ثَـنَا كـ َ ْم َجا َد َش ْخصٌ قَ ْد َس َما‬
ْ ‫ص‬
ِ

3. Hukum Nun dan Mim yang Ditasydid.

15
KH. Tamhidz Turmudzi,Lumatul Furqon,Bangkalan 1436 H.hal 10

15
16

ّ maka harus di baca ghunnah


Apabila ada mim dan nun bertasydid (‫)ن ّم‬

(mendengung), sedangkan yang dinamakan ghunnah adalah mengeluarkan

suara dari (pangkal hidung) atau dengung (ngeng-ngeng)

7. Hukum Mim Mati.

Hukum mim mati (yang tetap ketika wasol dan waqof) Apabila

bertemu dengan huruf hijaiyyah itu mempunyai 3 hukum :

1. ‫ اخف‡‡اء ش‡‡فوي‬: ialah menyamarkan suaranya mim mati dan disertai

dengung (dengan standar ‫)مد طبعي‬13, ketika bertemu dengan huruf ‫باء‬

ِ ‫ َو َم ْن يَ ْعت‬.
seperti lafadz ِ‫َص ْم بِاهلل‬

Cara membaca ‫ اخفاء شفوي‬ialah dengan mempertemukan kedua bibir

namun tidak terlalu dirapatkan. Disebut ‫ شفوي‬karena makhrajnya mim

dan Ba’itu dengan tertutupnya kedua bibir10.

2. ‫ ادغام متماثلين‬ialah memasukan suaranya mim mati dan disertai dengung

(dengan standar ‫) مد طبعي‬, ketika bertemu dengan huruf mim seperti

lafadz‫ َولـَكـ ُ ْم َماكـ َ َسبْتـ ُ ْم‬.

3. ‫ اظهار ش‡فوي‬ialah menjelaskan suaranya mim mati dan tidak disertai

dengung ketika bertemu denga huruf hijaiyyah selainnya huruf mim,

ba’ seperti lafadz َ‫ اَ ْم يَقُوْ لُوْ ن‬dan lebih dijelaskan lagi bacaannya ketika

bertemu dengan wawu dan fa’ karena keduanya termasuk huruf yang

sebangsa bibir.

Catatan : Adapun yang dimaksud ‫ شفوي‬adalah hukum yang sebangsa

bibir.

‫سباب‬ ‫حكوم‬ ‫جونتوه‬ ‫حرف‬

16
17

‫ميم ماتي برتمو ياء‬ َ‫أَ ْم يَقُوْ لُوْ ن‬ ‫ي‬


‫اظهار شفوي‬
‫ميم ماتي برتمو عين‬ ‫أ ْم ِع ْن َدهُ ْم‬ ‫ع‬
‫ميم ماتي برتمو غين‬ ‫َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر‬ ‫غ‬
‫اظهار شفوي‬
‫ميم ماتي برتمو دال‬ ‫لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬ ‫د‬
‫ميم ماتي برتمو باء‬ ِ َ‫َو َم ْن يَ ْعت‬
‫ص ْم بِاهلل‬
‫اخفاء شفوي‬ ٌ‫أ ْم بِ ِه ِجنَّة‬ ‫ب‬
‫ميم ماتي برتمو باء‬
‫ميم ماتي برتمو ميم‬ ‫ادغام ميم‬ ‫ولكم ما كسبتم‬ ‫م‬

9. Hukum Idghom Mitslain, Mutaqoribain Mutajanisain

1. ‫ ادغ‡‡ام مثلين‬ialah apabila ada dua huruf yang sama/cocok sifat dan

makhrajnya seperti ba’ bertemu ba’ dan dal bertemu dengan dal

dengan syarat huruf yang pertama mati dan yang kedua berharakat

seperti contoh : ‫ك‬ َ ‫ اِضْ ِربْ بِ َع‬,‫َوقَ ْد َدخَ لُوْ ا‬


َ ‫صا‬

2. ‫ ادغام متقاربين‬ialah apabila ada dua huruf yang berdekatan didalam sifat

dan makhrojnya, seperti tsa’ bertemu dal, dan ba’ bertemu mim dan

ْ َ‫يَ ْله‬
َ ِ‫ث َذل‬
huruf yang pertama mati seperti contoh ‫ اِرْ كَبْ َم َعنَا‬,‫ك‬

3. ‫ ادغ‡‡‡ام متجانس‡‡‡ين‬ialah apabila ada dua huruf yang cocok didalam

makhrajnya tetapi berbeda didalam sifatnya, seperti ‫ دال‬bertemu ‫ت‡‡اء‬

dan ‫ تاء‬bertemu ‫ طاء‬dan huruf yang pertama mati seperti contoh , َ‫قَ ْد تَبَيَّن‬

ْ ‫هَ َّم‬
‫ت طَائِفَة‬

10. Huruf yang Memantul

Huruf Qolqolah yaitu yang Memantul ketika dalam keadaan Mati.

ْ َ‫ق‬. Huruf ‫قـلـقلـة‬


Adapun hurufnya ada lima yang berkumpul dalam lafadz ‫ط‬

adalah huruf yang memantul ketika dalam keadaan )‫بُ َج ٍد (ق ط ب ج د‬.16

‫ قـلـقلـة‬ada dua :

1. ‫قـلـقلـة صغرى‬
16
KH. Tamhidz Turmudzi,Lumatul Furqon,Bangkalan 1436 H.hal 10

17
18

2. ‫قـلـقلـة كبرى‬

Qolqolah Sughro (‫ )قـلـقلـة ص‡‡غرى‬ialah apabila huruf qolqolahnya itu

ْ َ‫ ي‬, َ‫يَ ْقطَعُوْ ن‬


berharakat sukun asli seperti lafadz َ‫ط َمعُوْ ن‬

Qolqolah Kubro (‫ )قـلـقلـة ك‡‡برى‬ialah apabila huruf qolqolahnya itu

berharakat sukun yang baru datang dalam keadaan waqof seperti lafadz

ْ ‫ص َر‬
ْ‫ َع َذاب‬,‫اط‬ ِ ,‫ خَ اَل ْق‬terlebih dalam lafadz yang bertasydid seperti lafadz ‫ب‬
ِ

11. Hukum Lamnya Al Ma’rifah dan Lamnya Fi’il

Lamnya ‫ ال‬itu mempunyai dua hukum14 :

1. ‫ ال قمريه‬Al-Qomariya : adalah al yang dibaca Idhar (jelas) ketika

bertemu dengan salah satu huruf yang empat belas yang berkumpul

dalam lafadz:

َ ‫اَب ِْغ َح َّج‬


ْ ‫ك َو َخ‬
‫ف َعقِ ْي َمه‬

(‫ هاء‬,‫ ميم‬,‫ ياء‬,‫ قاف‬,‫ عين‬,‫ فاء‬,‫ خاء‬,‫ واو‬,‫ كاف‬,‫ جيم‬,‫ حاء‬,‫ غين‬,‫ باء‬,‫)همزة‬

2. ‫ ال شمشية‬.Al-Syamsiyah: adalah Al yang dibaca Idghom ketika bertemu

dengan salah satuhuruf empat belas yang berada di permulaan tiap

kalimat

dalam nadhom "‫ف َذا نِ َع ْم * َد ْع سُؤَ ظَنٍّ ُزرْ َش ِر ْيفًا لِ ْل َك َرم‬ ِ ‫ ِطبْ ثُ َّم‬:
ِ ‫صلْ َرحْ ًما تَفُ ْز‬
ْ ‫ض‬

1..11 ,‫ س‡‡ين‬.10 ,‫ دال‬.9 ,‫ ن‡‡ون‬.8,‫ ذال‬.7,‫ ض‡‡اد‬.6 ,‫ ت‡‡اء‬.5 ,‫ راء‬.4 ,‫ ص‡‡اد‬.3 ,‫ثاء‬.2 ,‫طاء‬

‫ الم‬.14 ,‫ شين‬.13,‫ زاء‬.12 ,‫ظاء‬

‫جونتوه الم ال‬

‫نمرة‬ ‫نمرة جونت‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡وه ال حرف‬ ‫حرف‬ ‫جونتوه ال شمشيه‬

18
19

‫القمريه‬
.1 ‫أ‬ ُ‫اَاْل َرْ ض‬ .1 ‫ط‬ ُ‫اَلطَّيِّب‬
.2 ‫ب‬ ‫ْت‬ ُ ‫اَ ْلبَي‬ .2 ‫ث‬ ُ‫اَلثَّ َواب‬
.3 ‫غ‬ ‫اَ ْل َغفُوْ ُر‬ .3 ‫ص‬ َ‫اَلصَّا ِدقِ ْين‬
.4 ‫ح‬ ‫اَ ْل َحلِ ْي ُم‬ .4 ‫ر‬ ُ‫اَلرَّحْ من‬
.5 ‫ج‬ ‫اَ ْل َجبَّا ُر‬ .5 ‫ت‬ ُ‫اَلتَّوَّاب‬
.6 ‫ك‬ ‫اَ ْل َك ِر ْي ُم‬ .6 ‫ض‬ َ‫اَلضَّالِّ ْين‬
.7 ‫و‬ ‫اَ ْل َو ُدوْ ُد‬ .7 ‫ذ‬ ‫اَل ِّذ ْك ُر‬
.8 ‫خ‬ ‫اَ ْل َخبِ ْي ُر‬ .8 ‫ن‬ ُ‫اَلنَّاس‬
.9 ‫ف‬ ‫اَ ْلفَتَّا ُح‬ .9 ‫د‬ ِ ‫اَل َّد‬
‫اع‬
.10 ‫ع‬ ‫اَ ْل َعلِ ْي ُم‬ .10 ‫س‬ ْ‫اَل َّس ِمي ُع‬
.11 ‫ق‬ ‫اَ ْلقَوْ ُم‬ .11 ‫ض‬ َ‫اّلظَّانِّ ْين‬
.12 ‫ي‬ ‫اَ ْليَوْ ُم‬ .12 ‫ز‬ ‫اّل َّزبُوْ ُر‬
.13 ‫م‬ ‫ك‬ ُ ‫اَ ْل ُم ْل‬ .13 ‫ش‬ ُ‫اَل َّش ْمس‬
.14 ‫ه‬ ‫اَ ْلهُدَى‬ .14 ‫ل‬ ‫اَللَّ ْي ُل‬
Faidah:

Tanda Al Qomariyah sukun, sedangkan tanda untuk Al Syamsiyah

adalah tasydid15

‫ الم فعل‬yang mati mutlaq baik itu ‫ امر‬,‫ مضارع‬,‫ فعل ماضي‬itu hukumnya wajib

‫( اظه‡‡ار‬jelas) seperti lafadz: ‫ ِإ ْلتَقَى‬,‫ قُ‡‡لْ نَ َع ْم‬,‫قُ ْلنَ‡‡ا‬. Kecuali ‫ الم فعل‬yang jatuh

َ ِّ‫ قُلْ َرب‬,‫قُلْ لَ ُك ْم‬


sebelum ‫ الم‬atau ‫ راء‬maka wajib dibaca 16‫ ادغام‬seperti lafadz: ‫ك‬

ّ‫ َوتَب‬,ِّ‫ ْال َحق‬17

12. Hukumnya Ro’

Hukum Ro’ (‫ )ر‬ada Dua :

a. Di baca ‫( تَ ْف ِخيْم‬tebal)

b. Di baca ‫( تَرْ قِيْق‬tipis)

Tempat-tempat ‫ راء‬yang di baca ‫( تفخيم‬tebal) yaitu :

1. Apabila ‫ راء‬berharakat fathah dan dlommah seperti lafadz ,‫َربَّنَا اَتِنَا‬

ِ ‫َوالَّ ِذي ر‬
‫ُز ْقنَا‬

17
KH. Tamhidz Turmudzi,Lumatul Furqon,Bangkalan 1436 H.hal 10

19
20

2. Apabila ‫ راء‬mati dan huruf sebelumnya dibaca dlommah atau

fathah seperti lafadz : ‫ تُرْ َج ُع ااْل ُ ُموْ ر‬,‫َءأَ ْن َذرْ تَهُ ْم‬

3. Apabila ‫ راء‬mati dan huruf sebelumnya berharakat kasroh ‫عارضي‬

(kasroh yang baru datang) atau ‫ هم‡‡‡‡زة وصل‬seperti lafadz

‫ارجعو الى ابيكم‬

4. Apabila ‫ راء‬mati dan huruf sesudahnya terdapat salah satu dari

َ ْ‫ ِمر‬, ٌ‫قِرْ طَاس‬


huruf ‫ استعالء‬yang satu kalimat seperti lafadz : ‫صا ٌد‬

Adapun huruf-huruf ‫ اس‡‡تعالء‬itu ada tujuh yang terkumpul dalam

lafadz16 :

)‫ ظ‬,‫ ق‬.‫ ط‬,‫ غ‬,‫ ض‬,‫ ص‬,‫خص ضغط قط (خ‬

Tempat-tempat ‫ راء‬yang dibaca ‫( ترقيق‬tipis) yaitu18 :

1. Apabila ‫ راء‬berharokat kasroh bik itu diawal kalimat, ditengah

atau diakhir kalimat, seperti : ‫ اَ ْن ِذ ِر‬,‫ اَ ِرنَا‬,‫ِر ْزقًا‬

2. Apabila sebelum ‫ راء‬terdapat huruf )‫ لين (ي‬baik itu dalam keadaan

waqof maupun washol seperti lafadz : ‫ َخيْر‬,‫قَ ِديْر‬

3. Apabila ‫ راء‬mati dan huruf sebelumnya berharkat kasroh asli dan

sesudahnya tidak ada huruf ‫ استعالء‬seperti lafadz : ,‫ اَ ْن ِذرْ هُ ْم‬, َ‫فِرْ عَوْ ن‬

‫ِمرْ يَ ٍة‬

13. Hukum Membaca Ta’awwud dan Basmalah

Ulama’ sepakat bahwasanya orang yang hendak membaca Al-Quran

itu dituntut untuk membaca )‫تع‡‡وذ (أع‡‡وذ باهللا من الش‡‡يطان ال‡‡رجيم‬, akan tetapi

ulama’ masih berbeda penadapat tentang hukum pembacaannya, apakah

itu wajib atau sunnah. Menurut Ulama’ Jumhur ‫ تعوذ‬itu sunnat bagi orang
18
KH. Tamhidz Turmudzi,Lumatul Furqon,Bangkalan 1436 H.hal 10

20
21

yang hendak membaca Al-Qur’an. Akan tetapi menurut sebagian Ulama’

Qurro’ bahwa membaca ‫ تعوذ‬itu wajib danmereka sama-sama berlandasan

terhadap firman allah dalam surat An-Nakhli ayat 98 yang berbunyi :

‫فَإ ِ َذا قَ َر ْأتَ ْالقُرْ َءانَ فَا ْستَ ِع ْذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم‬

a). Membaca Ta’awwudz ketika hendak membaca Al-Quran itu ada dua

cara

1. Dengan cara terang

2. Dengan cara samar

b). Membaca ‫ تعوذ‬dengan cara terang itu berada di dua tempat19.

1. Ketika seseorang membaca Al-Qura’n secara terang dan di tempat

itu ada orang yang mendengar terhadap bacaan tersebut

2. Ketika berada di golongannya orang-orang yang membaca Al-

Qura’n dan ada orang yang baru belajar.

c).Sedangkan cara membaca ‫ تع‡‡وذ‬dengan cara samar itu ada empat

tempat:

1. Ketika mebaca Al-Quran secara samar:

2. Ketika membaca Al-Quran secara terang akan tetapi ditempat itu

tidak ada orang yang mendengar terhadap bacaan tersebut

3. Ketika membaca ‫ تعوذ‬di dalam sholat, baik itu imam, makmum atau

sholat sendirian walaupun sholat jahriayyah (sholat yang bacaan

fatihahnya dikeraskan).

19
KH. Tamhidz Turmudzi,Lumatul Furqon,Bangkalan 1436 H.hal 10

21
22

4. Ketika dibaca diantara golongan, akan tetapi tidak ada orang yang

baru belajar Al-Quran.

Sedangkan Bagi Qori’ (orang yang membaca Al-Quran) yang

memutus bacaanya, dikarenakan ‘Udzur seperti bersin-bersin, batuk atau

perkataan yang berhubungan dengan Al-Quran, maka ‫ تع‡‡وذ‬tidak usah

diulang. Namun ketika Qori’ itu memutus bacaannya dengan tanpa ‘Udzur

atau perkataan yang tidak ada hubungannya dengan Al-Quran seperti

menjawab salam, maka harus mengulang bacaan ‫ تع‡‡وذ‬nya. Tujuannya

membaca ‫ تعوذ‬itu untuk memberitahu terhadap orang yang mendengarnya

bahwa Al-Quran sudah mulai dibaca dan untuk membedakan mana yang

Al-Quran dan mana yang bukan Al-Quran18 .

1). Cara mambaca Ta’awwudz, Basmalah, dan Surat (‫ سورة‬,‫ بسملة‬,‫ )تعوذ‬itu

ada empat

1. Memutus semua seperti :

‫ قُلْ هُ َو هللاُ اَ َحد‬. ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحيْم‬. ‫اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجيْم‬

2. Menyambung ‫ بسم هللا‬dengan ‫ سورة‬seperti :

‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم قُلْ هُ َو هللاُ اَ َحد‬. ‫اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجيْم‬

3. Menyambung ‫ بسم هللا‬dengan ‫ تعوذ‬seperti :

‫ قُلْ هُ َو هللاُ اَ َحد‬. ‫اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحيْم‬

4. Menyambung semua seperti;

‫اَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم قُلْ هُ َو هللاُ اَ َحد‬

Membaca ‫ بسم هللا‬diantara dua surat itu mempunyai empat cara. Adapun

cara yang empat di atas, hanya satu hukum yang tidak boleh.

22
23

2). Hukum yang boleh

1. Diputus semuanya seperti :

ِ َّ‫ قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬. ‫من ال َّر ِحيْم‬


‫اس‬ ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬. ‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد ِإ َذا َح َس ْد‬

2. Menyambung semuanya seperti :

ِ َّ‫من ال َّر ِحي ِْم قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬


‫اس‬ ِ ْ‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد ِإ َذا َح َس َد بِس ِْم هللاِ الرَّح‬

3. Menyambung ‫ بسم هللا‬dengan awal ‫ سورة‬seperti :

ِ َّ‫من ال َّر ِحي ِْم قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬


‫اس‬ ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬. ‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد ِإ َذا َح َس ْد‬

Sedangkan bacaan yang tidak boleh(haram) adalah menyambung akhir

‫ سورة‬dengan ‫ بسم هللا‬lalu waqof dan memulai awal ‫ سورة‬yang kedua. Seperti

conttoh :

ِ َّ‫ قُلْ أَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬. ‫َّحيْم‬


‫اس‬ ِ ‫َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد إِ َذا َح َس َد بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن الر‬

Cara seperti tadi tidak boleh karena takut disalah sangka bahwasanya

‫ بسم هللا‬itu berada di akhir 19 ‫سورة‬.

Terkecuali di awal surat ‫ التوبة‬, maka bagi qori’ cukup dengan

membaca ‫ تع‡‡وذ‬saja, apabila mau memulai dari awal surat. Dan apbila

disambung dengan akhirnya surat ‫ االنفال‬maka ada tiga cara20 :

1. Menyambung akhirnya surat ‫ االنف‡‡ال‬dengan awalnya surat ‫ التوبة‬dengan

tanpa ‫( سكت‬berhenti dengan tanpa nafas dengan niat melanjutkan bacaan

Al-Quran) atau ‫( تنفس‬bernafas) seperti contoh : ِ‫اِ َّن هللاَ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم بَ َرا َءةٌ ِمنَ هللا‬

‫َو َرسُوْ لِ ِه‬

2. ‫ سكت‬di antara akhirnya surat ‫ االنفال‬dan awalnya surat ‫ التوبة‬kira-kira dua

harakat dengan tanpa bernafas seperti contoh :

ُ‫ بَ َرا َءةٌ ِمنَ هللاِ َو َرس‬. ‫اِ َّن هللاَ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِيْم‬

23
24

3. Waqof di antara akhirmnya surat ‫ االنفال‬dan awalnya surat ‫ التوبة‬dengan

‫( تنفس‬bernafas) seperti contoh : ‫ بَ َرا َءةٌ ِمنَ هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه‬. ‫اِ َّن هللاَ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِيْم‬

14. Hukum Mad dan Pembagiannya

1. ‫مد واجب متصل‬

2. ‫مد جائز منفصل‬

3. ‫مد عارض للسكون‬

4. ‫مد بدل‬

5. ‫مد عوض‬

6. ‫مد الزم مثقل كلمي‬

7. ‫مد الزم مخفف كلمي‬

8. ‫مد الزم مثقل حرفي‬

9. ‫مد الزم مخفف حرفي‬

10. ‫مد لين‬

11. ‫مد صلة‬

12. ‫مد فرق‬

13. ‫مد تمكين‬

‫ مد واجب متصل‬adalah sesudahnya huruf mad ada hamzah dan berkumpul

dalam satu kalimat dan kira-kira panjangnya dua alif (empat harakat) atau

dua setengah alif (lima harakat) seperti lafadz :‫ ِس ْي َء‬,‫ سُوْ َء‬,‫ َجا َء‬.

‫ م‡‡د ج‡‡ائز منفصل‬ialah sesudahnya huruf mad ada hamzah dalam dua

kalimat kira- kira panjangya dalam bacaan cepat satu alif (dua harakat),

bacaan sedang dua alif (empat harakat), dalam bacaan tartil dua setengah

alif (lima harakat) seperti lafadz :‫يأ ايها النا س‬

24
25

Bacaan ‫ مد ج‡ائز منفصل‬di atas tidak dapat dipraktekkan kecuali bacaan

yang panjangnya dua alif atau dua setengah alif karena qiro’ah lain.

‫ مد عارض لسكون‬ialah mad yang bertemu sukun karena berhenti (tingkah

waqof) kira-kira panjangya boleh dibaca tiga macam20:

1. Dibaca panjang tiga alif (enam harakat)

2. Dibaca sedang dua alif (empat harakat)

3. Dibaca pendek satu alif (dua harakat)

Sedangkan yang lebih utama dibaca panjang tiga alif (enam harakat)

seperti lafadz:

ُ‫ ال ِعقَاب‬,ٌ‫ خَ بِ ْير‬, َ‫خَالِ ُدوْ ن‬

‫ مد بدل‬ialah mad yang bersamaan dengan hamzah dalam satu kalimat

tetapi hamzah tersebut lebih dahulu daripada huruf mad. Panjangnya

kira-kira satu alif (dua harakat) seperti lafadz:

‫ إِ ْي َمان اصله إِإ َمان‬,‫آ َد َم اصله أَ ْأ َد َم‬

‫ م‡‡د ع‡‡وض‬ialah waqof tanwin yang dibaca nashob diakhir kalimat,

panjangnya kira-kira satu ali (dua harakat) seperti lafadz:

‫ َح ِك ْي ًما‬,‫َعلِ ْي ًما‬

‫ مد الزم مثقل كلمي‬ialah sesudah huruf mad ada huruf yang bertasydid dan

berkumpul dalam satu kalimat. Panjangnya kira-kira tiga alif (enam

harakat) seperti lafadz :

‫ اَلطَّآ َّمة‬,‫ اَلصَّآ َّخة‬, َ‫َواَل الضَّآلِّ ْين‬

20
KH. Tamhidz Turmudzi,Lumatul Furqon,Bangkalan 1436 H.hal 10

25
26

‫ مد الزم مخفف كلمي‬ialah sesudah huruf mad ada huruf mati yang tidak

diidghomkan (tidak ditasydid) dala satu kata. Panjangnya kira-kira tiga

alif (enam harakat) seperti lafadz : َ‫آاْل َن‬

‫ مد الزم مخفف ح‡‡رفي‬ialah lafadz yang berbentuk huruf yang berada di

awalnya surat Al-Quran yang tidak diidghomkan (tidak ditasydid).

Panjangnya kira-kira tiga aif (enam harakat) seperi ‫ س‬di dalam lafadz :

‫طس‬

‫ م‡‡‡د الزم مثق‡‡‡ل كلمي‬ialah lafadz yang berbentuk huruf yang berada

diawalnya surat Al-Quran yang diidghomkan (ditasydid). Panjangnya

kira-kira tiga alif (enam harakat) seperi ‫ الم‬didalam lafadz : ‫ المص‬,‫الم‬

‫ مد لين‬Ialah Setiap ‫ واو‬Atau ‫ ياء‬Mati Yang jatuh setelah harkat fathah,

ٌ ‫ بَي‬,‫ف‬
panjangnya kira-kira satu sampai tiga alif seperti lafadz : ‫ْت‬ ٌ ْ‫خَ و‬

‫ مد صلة‬ialah apabila ada ‫ هاء ضمير‬berharakat dlommah atau kasroh.

Mad shilah (‫ )مد صلة‬di bagi menjadi dua:

1. ‫مد صلة قصيرة‬

2. ‫مد صلة طويلة‬

‫ مد صلة قصيرة‬ialah apabila ada ‫ هاء ضمير‬yang sebelum dan sesudahnya

berharakat. Panjangnya kira-kira satu alif (dua harkat) seperti lafadz :

ِ ‫ َولَهُ َمافِي ال َّس َم َوا‬kecuali dalam lafadz : ‫ضهُ لَ ُك ْم‬


‫ت‬ َ ْ‫ يَر‬ini di baca pendek

‫ مد صلة طويلة‬ialah apabila ada ‫ هاء ضمير‬yang sesudahnya berupa ‫همزة فقط‬.

Panjangnya sama dengan ‫ مد جائز منفصل‬yaitu dua alif (lima harkat) seperti

َ ‫ اِنَّهُ أَضْ َح‬,‫ِع ْن َدهُ اِاَّل بِإ ِ ْذنِ ِه‬


lafadz : ‫ك‬

26
27

‫ مد فرق‬ialah apabila ada ‫ همزة استفهام‬bertemu dengan 25‫ال تعريف‬. Adapun

‫ مد فرق‬itu jarang dalam Al-Quran kecuali hanya empat tempat yaitu

dua tempat berada dalam surat ‫ االنعام‬yaitu lafadz : ‫قُ‡‡لْ آل‡ َّذ َك َري ِْن َح‡ َّر َم اَ ِم‬

‫ ااْل ُ ْنثَيَ ْي ِن‬dan berada dalam surat ‫ ي‡‡ونس‬yaitu lafadz : ‫ قُ‡‡لْ آهلل اَ ِذنَ لَ ُك ْم‬dan

berada dalam surat ‫ النمل‬yaitu lafadz :

َ‫ آهلل خَ ْي ٌر اَ ْم َما يُ ْش ِر ُكوْ ن‬yang panjangnya tiga alif (enam harkat)

‫ م‡‡‡د تمكين‬ialah apabila ada huruf ‫ ي‡‡‡اء‬mati jatuh sesudah ‫ي‡‡‡اء‬yang

berharakat kasroh dan juga bertasydid. Panjangnya kira-kira satu alif

(dua harakat)

seperti lafadz : ‫ اَلنَّبِيِّي َ‡ْن‬,‫ُحيِّ ْيتُ ْم‬

3. Biografi Pengarang Kitab Lum’atul Furqon21

KH. Tamhid Turmudzi Pelopor kitab suci di era revolusi 4.0 Beliau

biasa memanggil kiai Tamhid dengan nama asli Tamhid Turmudzi lahir di

Bangkalan 4 april 1967, beliau adalah dewan hakim lomba MHQ tingkat

provinsi maupun nasional dan pimpinan Jamiyah Qurra' Walhuffadh

Bankalan sekaligus pengawasan PPTQ AL Asror Mlajah Bangkalan,

pernah juga menjadi anggota pengurus tingkat imam masjid (IPIM).

Beliau lahir di kelurga Kiai H. Turmudzi dan Nyai Hj. Toyyibah dan di

besarkan di lingkungan pesantren, belajar dari pagi buta hiangga larut

malam sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil, kiai Tamhid adalah anak

ke 2 dari 11 bersaudara yang dimana 8 saudaranya meninggal sejak baru

lahir. Menginjak umur 4 tahun beliau memulai belajar agama kepada

embahnya yang bernama Kiai Makmur dan ayahnya sendiri, baik itu
21
Osma Media Biografi Pengasuh Ponpes Al- Asror Bangkalan

27
28

mempelajari Al-quran atau mempelajari kitab jurmiyah (ilmu nahwu)

dengan sistem sorokan yang mana hal ini sudah langka di jumpai pada

zaman milenial ini, kemudian pendidikan beliau di lanjutkan di ponpes

Nurul Cholil pada tahun 1979 yang diasuh oleh Kiai Zubair Muntashor di

samping itu beliau mengafalkan Al-quran sejak umur 12 tahun dan selesai

pada umur 14 tahun yang di setorkan kepada Kiai Fakhri bin Abdul

Mun'im, kemudian pada tahun 1985 beliau pindah ke Madrasatul Quran di

Tebuireng Jombong untuk mematangkan hafalan beliau dengan

menyetorkannya pada Ust. Abd Rohman Munif dari Mrecah yang masih

ada sangkutan sanak keluarga dengan beliau, di samping itu beliau

memperoleh sanad dari Kiai Yusuf Masyhar Jombang. Pendidikan formal

yang ditempuh hanya sampai di kelas 4 SD yang dilanjutkan dengan

mengikuti sekolah paket AB dan C. Pada tahun 1988 ia menempuh jenjang

sarjana di LIPIA Jakarta selama kurang lebih 1 semester dan kembali lagi

ke jombang untuk menempuh pendidikan di Institut Keislaman Hasyim

Asyari ( IKAHA) Tebuireng selama 3 semester, karena di rasa sangat

minimnya waktu untuk membaca al quran beliau memutuskan untuk tidak

melanjutkannya. Nam halmenariknya beliau di anugerahi teman-temannya

dengan gelar Lc. karena menurut mereka dari kualitas ilmu yang beliau

miliki itu setara dengan title Lc. tersebut, meskipun pada kenyataannya

beliau tidak pernah menempuh pendidikan di timur tengah. Selain

mengafal kalamullah, ia juga mendalami ilmu tafsir karena menurut beliau

Al-quran dapat dinikmati jika sudah memahami betul apa yang terkandung

28
29

dalam ayat-ayat tersebut, dikutip dari wawancara pada tanggal 24/02/20

beliau mentalaah) QS. Al jumuah ayat 5(

‫ بئس مثل القوم الذين‬,‫مثل الذين حملواالتورات ثم لم يحملوها كمثل الحمار يحمل اسفارا‬

‫كدبوا بئايتاهلل وهللا اليحدى القوم الظلمين‬.

Artinya: perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,


kemudian mereka tidak akan memperolehnya seperti keledai yang
membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum
yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk
kepada kaum yang zalim.

Dari ayat tersebut timbulah panggilan hati untuk memperdalam lagi

ilmu tafsirnya kepada guru-guru beliau seperti Prof. Dr. Muhammad

quraish shihab, M.A. secara dhausah. Sejak kecil beliau sangat dikenal

sebagai sosok yang penyabar, tekun dan cendekiawan, ilmu yang beliau

miliki tidak bisa diragukan kealimannya, sangat banyak cabang lomba

yang ia tempuh dari tingkat provinsi nasional bahkan internasional, salah

satu prestasi yang ia torehkan adalah juara 1 MHQ tingkat provinsi, juara

2 MHQ tingkat nasional dan juara 2 tafsir bahasa arab tingkat

internasional di Iran pada tahun 1992. Kiai Tamhid Turmudzi atas perintah

untuk merintis lembaga Al-quran oleh Kh. Zubair Muntashor pada tahun

2005 di daerah mlajah bangkalan yang kala itu hanya 2 bangunan yang

bisa ditempati dan di resmikannya pada tahun 2007, karena barokah dari

semua guru dan kesabaran beliau berjihad di jalan allah lembaga yang

beliau rintis kini berkembang pesat dan menjadi salah satu ponpes tahfidz

terkenal di Bangkalan, banyak bibit-bibit baru berkualitas di bidang Al-

quran saat ini yang tak lain adalah santri-santri beliau.

29
30

D. Peneltian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang

penulis lakukan di Pondok Pesantren Al-Ashror Bangkalan di antaranya;

a. Kajian Penelitian Terdahulu No Nama Judul Hasil Penelitian oleh

Achmad Roesyadi Mandasini Aplikasi Pembelajaran Ilmi Tajwid Berbasis

Android, tahun 2014

1. Hasil penelitian ini dari rancangan Aplikasi yang berjalan pada sistem

operasi android, dimana terdapat beberapa beberapa menu yang

memberikan pembelajaran ilmu tajwid secara bertahap. Aplikasi ini

juga memiliki tes yang dapat digunakan untuk memberi tes kepada

pengguna yang sedang belajar Ilmu Tajwid. Pengujian yang dilakukan

menggunakan metode pengujian black box yang berfokus pada

persyaratan fungsional perangkat lunak.

2. Persamaan dengan penulis adalah sama-sama membahas Ilmu Tajwid.

3. Perbedaannya adalah penelitian Achmad Roesyadi Mandasini

membahas mengenai aplikasi yang digunakan untuk mempermudah

dalam pembelajaran ilmu tajwid, sedangkan penulis membahas

mengenai pembelajaran ilmu tajwid melalui metode qiro’ati dalam

meningkatkan kemampuaan membaca Al-Qur’an.

b. Baharuddin Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Al-Imam, Ashim Makassar, 2019.

1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam

pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an al-

30
31

Imam, Ashim adalah metode jibril. Gambaran tingkat kemampuan

membaca Al-Qur’an santri Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an al-

Imam, Ashim Makassar adalah sangat baik karena santri mampu

melafalkan huruf sesuai dengan makhrai dan sifatnya.

2) Persamaan dengan penulis adalah sama- membaca Al-Qur’an.

3) Perbedaan penelitian Baharuddin dengan peneliti adalah, Baharuddin

membahas mengenai metode yang dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an Al-Imam, Ashim Makassar,

sedangkan peneliti membahas mengenai pembelajaran Ilmu tajwid

melaluimetode qiro’ati

c. Bulaeng Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dengan Tartil

Melalui Metode Iqra Pada Siswa Kelas V Di SD Inpres Tinggimae

Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, 2016.

1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an

dengan tartil melalui metode Iqra pada siswa kelas V di SD Inpres

Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, mengalami

peningkatan.

2) Persamaan dengan penulis adalah membahas membaca Al-Qur’an.

3) Perbedaan penelitian Bulaeng dengan peneliti adalah, Bulaeng

membahas mengenai metode iqra yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa kelas V di SD Inpres

Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, sedangkan

31
32

peneliti membahas mengenai pembelajaran ilmu tajwid melalui metode

qiro’ati dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan. Menurut

Bogdan dan Taylor Dalam Lexy J Moleong, paradigma kualitatif diartikan

sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif data tertulis dan lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan bertujuan untuk

memberikan pengetahuan secara mendalam mengenai objek

penelitianya.2223

Metode ini dipilih karena lebih mampu menemukan definisi situasi

dan gejala-gejala sosial dari subyek, perilaku, subyektif, perasaan dan

emosi yang diamati, menupakan definisi situasi subyek yang diteliti.

Maka subyek akan dapat diteliti secara langsung Selain itu metode ini

dapat meningkatkan peneliti pemajanian terhadap cara subyek memandang

dan menginternalisasikan kehidupanya, karena itu berhubungan dengan

subyek dan dunianya bukan dalam dunia yang tidak wajar yang diciptakan

oleh peneliti24.

B. Subjek dan lokasi Penelitian

Subjek dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Pondok

Pesantren Al-asror Mlajeh Bangkalan, Desa melajeh, Kab bangkalan

madura jawa timur. Pondok Pesantren Al-asror merupakan salah satu


22
Lexy J. Meleong,2007, Metodologi peneltian kualitatif, Bandung: PT. Ramaja
Rosdakarya hlm 23
23

24
35

pendidikan nonformal yang berada di tengah tengah masyarakat yang

kurang lebih memiliki 700 santri dari laki-laki dan perempuan.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian menurut Arikunto adalah subjek dari

data dapat diperoleh. Adapun menurut Lofland dan Lofland, seperti

dikutip oleh Moleong, “sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata – kata, tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan

lain-lainnya.” Sedangkan data pendukung berada dalam bentuk non

manusia artinya data tambahan dalam penelitian ini dapat berbentuk surat-

surat, daftar hadir, data statistik ataupun segala bentuk dokumentasi yang

berhubungan fokus penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Mengingat penelitian ini menggunakan pengajaran dan penelititian

lapangan maka teknik Pengumpulan data pada penelitian itu Yaitu

dengan dengan menggunakan buku –buku dan bahan –bahan tertulis yang

bersumber dari kitab atau buku yang bersifat lebih condong mengunakan

Al-Qur’an dan juga bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan ilmu Al-

Qur’an pengumpulan data lapangan yang sesuai dengan apa yang telah

teliti.

E. Teknik Analisis /Pengolahan Data

Metode yang di gunakan dalam menganalisis data dengan

pendekatan Ubrary research dalam penelitian ini yaitu analisis isi

(Content Analisis)

35
36

Analisis ini adalah suatu teknik penelitian untuk membuat

Rumusan kesimpulan dengan mendefinisikan krateristik Spesitif akan

pesan-pesan suatu teks secara sistimatik dan objektif.

F. Triagulasi Keabsahan Data

Menurut Moeleong dalam bukunya, keabsahan data merupakan

konsep penting yang diperbaharui dari konsep keshahihan (kredibilitas)

dan keandalan (reliabilitas) menurut versi positivis dan disesuaikan dengan

tuntunan pengetahuan, kriteria, dan paradigmanya sendiri. Moeleong juga

menjelaskan bahwa pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria

tertentu. Untuk memperoleh data yang nilai keabsahannya mempunyai

validitas maka peneliti melakukan usaha usaha sebagai berikut :

1) Perpanjangan kehadiran

Peneliti memperoleh masa observasi dan wawancara untuk

memperoleh data yang valid dari lokasi penelitian.

2) Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan suatu yang lain, diluar itu untuk keperluan pengecekan

atau suatu perbandingan terhadap data itu. Teknik yang banyak

diguanakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian kualitatif merupakan langkah-langkah yang


dlakukan peneliti dalam melaksanakan penlitian, langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan masalah pada penelitian
2. Menentukan pembatasan masalah pada penelitian

36
37

3. Menetapkan focus dan subfokus penelitian


4. Pengumpulan data
5. Pngolahan dan pemaknaan data
6. Kemunculan teori
7. Pelaporan hasil penelitian

37
BAB IV

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data dan Penelitian

1. Sejarah singkat Pondok Pesantren Al- Asror

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu

pengajar di Pondok Pesantren Al – Asror Bangkalan. Pendiri pertama

Pondok Pesantren Al Asror Bangkalan KH. Tamhid Turmudzi. Pada

tahun 2007. Dengan jumlah 25 santri 15 diantaranya merupakan santri

laki-lagi dan 10 merupakan santri perempuan.

Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Asror Bangkalan Untuk

dapat melaksanakan tugas pengajaran serta sistem yang baik dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan, maka diperlukan suatu struktur yang

baik. Adapun susunan organisasi. Ponpes Al-Asror bangkalan dapat

dilihat pada struktur yang tertera dalam gambar.25

1. Nama Lembaga : Pondok Pesantren Tahfidzil Qur’an Al-Asror

2. Alamat : Jl. Soekarno Hatta No 32 C Mlajah Kec.

Bangkalan Kab. Bangkalan

Telp / HP : 081235821539

25
Osma Media Majalah Ponpes Al- Asror Bangkalan
39

4. Pengelola Sekolah

4.1. Nama Yayasan : Yayasan Pesantren Al-Qur’an

Al-Asrar

4.2. Akte Notaris Yayasan : MOHAMMAD SH., M. KN.

No 90 pada Tanggal 16

Desember 2015

4.3. No SK Kemenkumham : AHU-0032149.AH.01.04.Tahun

2015

4.4 Nama Ketua Yayasan : KH. TAMHID TURMUDZI

4.5 Alamat Yayasan : Jl. Soekarno Hatta No 32 C

Mlajah Kec. Bangkalan Kab.

Bangkalan

Telp / HP : 081235821539

4.6 Nama Ketua Pondok : UMAR SUYUT

4.7 No. SK Kepala Sekolah : 02

Masa kerja : 5 Tahun 3 bulan

4.8 Alamat Rumah Ketua Pondok : Kam. Kajar Desa. Banda Soleh

Kec. Kokop Kab. Bangkalan

39
40

5. Data Kepemilikan Tanah :

5.1 Status Tanah : Hak Milik

5.2 Bukti Kepemilikan Tanah : Sertipikat Tanah Wakaf

*No. 03. Tanggal : 01 09 2004

5.3 Luas Tanah : 1. 657 m2

STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN AL- ASROR

BANGKALAN
MUSYRIF
KH. Zubair Muntasor

PENGASUH
KH. Tamhidz Turmuszi

PENASEHAT
Ustd. H. Muhajir Nawawi ,
Ust. Fachrullah marzuq
Ust. Abd, munim Lc
Ust. Mahrus kafi
40
41

KETUA UMUM
Ust. Abdi Manaf Cholil

SEKERTARIS UMUM KETUA II KETUA III KETUA IV


KETUA i
Ust. Mustamir Ahmad Ust. Mahmud zain Ust. Muchlisin Lc
Ust. Abu Dawam Ust. Suyuti
KESEHATAN KEBERSIHAN SEKOLAH FORMAL
SEKERTARIS i KEAMANAN
Ust. Farhan Ust. Adi Rosyadi Ust. Tanfariji Ust. Mahrus ali
Nasrullah
SEKERTARIS iI PENDIDIKAN PERPUSTAKAAN PERLENGKAPAN
PAKET A, B, C
Ust. Roisulham Ust.Yusuf Mas’ud Ust.Abu Dawam Ust. Sulhan
UBUDIYAH
KOPERASI PBDP
SEKERTARIS iIi Ust. ABD ROUF MADRASAH
Ust. Zarkasi Idris Ust. Muhajir Saruji
Ust. Rahmatullah
BENDAHARA
Ust. Abdurrohman SISWA TAHFIDZ
SEKERTARIS iV
Ust. Izzul Haq SANTRI OSMA

2. Keadaan Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Al Asror Bangkalan

Keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di Ponpes

tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan,

sarana dan prasarana dalam pendidikan akan memberikan pengaruh baik

pada peningkatan mutu serta kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

Sarana dan prasarana yang tersedia di Ponndok Pesantren Al Asror

Bangkalan cukup memadai untuk menunjang kelancaran proses

pembelajaran26. Sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Al

Asror Bangkalan dapat dilihat pada tabel berikut:

Data Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al Asror Bangkalan

No Ruang Jumlah Keterangan


26
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Asror Bangkalan Madura Jawa Timur

41
42

1 Kantor pesantren 2
2 Ruang Pengurus 6
3 Ruang santri 12
4 Aula 1
5 Masjid 1
6 Kamar mandi 20
7 Ruang Auditorium 1 Tempat pertemuan,kegiatan santri
Jumlah Keseluruhan 43
Sumber: Hasil dokumentasi data sarana dan prasarana Ponpes Al Asror pada

tanggal 26 Juni 2021

Jumlah Santri Ponpes Al Asror Bangkalan

No Tahun Pelajaran Ustadz/h Santri/i Jumlah


L P L P
1 2020/2021 19 6 214 326
Jumlah 25 540

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Untuk mengetahui data mengenai Peningkatan Kemampuan Membaca

Al-Qur’an Menggunakan Metode Tartila bagi Santri 27, penulis telah melakukan

wawancara dan observasi kepada ketua Pondok Pesantren Al- Asror, guru dan

santri Pondok Pesantren Al-Asror 28. Adapun data informan dalam penelitian ini

adalah :

No Nama Status
1 Abu Dawam Ustadz
3 Imam qori’ Ustadz
4 Yusuf Ustadz
27
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 11.
28
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Asror Bangkalan Madura Jawa Timur

42
43

5 Zarkasi Ustadz
6 Siti Rohmah Ustadzah
7 Mustamir Ustadz
8 Kholis Santri
9 Mahmud Santri
10 Abdur Rohman Santri
11 Fadhli Santri
Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi hasilnya sebagai berikut :

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil observasi data di lapangan, maka terdapat hubungan

antara pembelajaran Al-Qur’an dengan metode tartila dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an bagi santri di pondok pesantren Al asror

Bangkalan29. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dan observasi bahwa

pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode tartila efektif dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi santri. Hal tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Penerapan Kitab Lumatul Furqon Di Ponpes Al- Asror Bangkalan

iTujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila

pembelajaran dilaksanakan sebaik mungkin dengan menggunakan

model-model pembelajaran yang tepat. Dengan adanya model

pembelajaran yang relevan, maka pelaksanaan pembelajaran akan

berjalan dengan lancar. Demikian pula dengan adanya metodologi

dalam penyampaian pengetahuan akan menjadikan seseorang lebih

mudah untuk menerima materi yang disampaikan. Untuk menambah

pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas khususnya bagi pengajar

29
Dokumentasi Wawancara Pondok Pesantren Al-Asror Bangkalan Madura Jawa Timur

43
44

yang mengajarkan Al-Qur’an menggunakan metode tartila, maka semua

dewan guru wajib mengikuti penataran dan pembinaan guru Al-Qur’an

yang diadakan oleh Pondok Pesantren Al- Asror Bangkalan.i

iKegiatan tesebut bertujuan untuk memperoleh ilmu dan materi-

materi sebagai syarat mengajarkan Al-Qur’an dengan menggunakan

metode tartil. Materi-materi yang diajarkan dalam kegiatan tersebut

adalah materi-materi yang berhubungan dengan pengajaran dan

pembelajaran Al-Qur’an melalui metode tartil.iPenerapan tersebut

dibagi tiga, untuk pemula, pertengahan,dan yg sudah mahir membaca.

a. Tingkat Mubtadi’

Merupakan tingkatan bagi santri yang bias membaca al-quran

namun tidak dapat membedakan panjang dan pendek suatu bacaan

serta tidak bias membedakan ahkamul huruf seperti hokum tajwid

Idzhar, ikhfak, uidghom, dan iklab. Maka santri yang seperti itu

perlu pembinaan Khusus secara kelompok dengan Waktu 2 kali

pertemuan setiap hari30. Serta pelajaran sebagai berikut

1) Bidang pelajaran kelompok (membaca Bersama Surah Al-

Baqoroh sampai Surah al imron)

2) Bidang Hafalan (Surah Ad- Dhuha Sampai Surah An-Nas).

3) Bidang tajwid atau Fashohah ( Makhorijul huruf, Panjang

pendeknya huruf, hokum nun mati dan tanwin, hokum mim

mati dan tasydid.

30
7Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta:
LP3ES, 1982), 50.

44
45

Adapun yang harus di capai oleh seorang santri yaitu

mengetahui terhadap dasar-dasar fashohah, dan lancar

membaca

b. Tingkat Mutawasyid

Merupakan tingkatan belajar pada santri yang sudah tau pada

dasar- dasarnya fashohah, lancer membaca, serta mengetahui

terhadap hokum- hokum huruf. Maka anak yang seperti itu harus

diberi pembinaan dengan secara kelompok setiap hari, serta harus

menyetorkan bacaannya kepada salah satu muallim31. Dengan

bidang pembelajaran sebagai berikut:

1) Bidang pelajaran Kelompok (dari surah al- Imron)

2) Bidang Setoran (Dari juz 1 sampai Juz 15)

3) Bidang hafalan (dari Juz amma sampai al- layl)

4) Bidang Tajwid atau Fashohah ( hokum ra’ dan lam,tanda

waqof, hukum mad qosor, dan sifat-sifat huruf)

Hal-hal yang perlu dicapai oleh Mutawasyid ialah bias

membedakan salah satu huruf dalam segi makhroj dan

sifatnya serta buisa membaca dengan lancar.

c. Tingkat Mutajawwidin

Tingkat ‫ متجودين‬ialah anak yang sudah lancar dan fashih.

Namun, tidak tahu cara waqof dan ibtida’. Maka, anak yang

31
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), 142.

45
46

seperti itu harus dibina seperti tingkat ‫ متوسط‬dengan cara seperti

dibawah ini:

1. Bidang pelajaran kelompok (dari Surah As-Shofat sampai

Ad-Dzariyat);

2. Bidang setoran (dari juz 16 sampai khatam)

3. Bidang hafalan (Surah Yasin, Ar-Rohman, Waqi’ah, Al-

Mulk)

4. Bidang tajwid dan fashohah:

a. Pelajaran tingkat ‫ متوسط‬,‫;مبتدئ‬

b. Waqof dan ibtida’

c. Hamzah qotho’ dan washol

Hal-hal yang harus dicapai oleh ‫ متجودين‬ialah :

1. Bisa membaca denga secara fashih, lancar, tartil, serta sesuai

dengan ‫لهجة عربية‬

2. Mengerti cara waqof dan ibtida’ serta ‫مشكالت الكلمات‬

d. Tingkat Muallimin

Tingkat ‫ معلمين‬ialah anak yang sudah bisa membaca Al-

Qur’an dengan fashih, tartil, lancar, serta ‫لهجة‬. Namun, untuk bisa

jadi mu’allim anak tersebut disyaratkan lulus dalam pembinaan

yang diasuh oleh seorang mu’allim khusus dengan pelajaran

sebagai berikut:

1. Bidang hafalan (‫)ايات االحكمات‬

46
47

2. Bidang fashohah atau tajwid :

 Pelajaran tingkat ‫ مبتدئ‬,‫ متوسط‬,‫متجودين‬.

Hal-hal yang perlu dicapai oleh ‫ معلمين‬ialah bisa membaca Al-

Quran binnadzor dengan bagus sesuai ‫( قرأة موحدة‬standar).

2. Penerapan Kitab Lum’atul Furqon di Pondok Pesantren al-asror

Bangkalan.

Kegiatan belajar mengajar dilakukan ketika persiapan

pembelajaran sudah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pada dasarya, penerapan metode tartila untuk setiap tahapan berbeda-

beda. Karena masing-masing tahapan mempunyai misi yang berbeda

juga, sehingga dalam proses belajar santri harus disesuaikan dengan

tingkatan tahapan yang telah dicapai oleh santri.

Hal ini disebabkan hasil kemampuan membaca Al-Qur’an yang dicapai

oleh santri harus maksimal berdasarkan misi masing-masing tahapan.

Akan tetapi, dalam kemampuan membaca Al-Qur’an32 yang dihasilkan

dapat terlihat ketika terselesainya tahapan tersebut berapa lama. Dan

untuk hasil kemampuan membaca antara santri yang satu dengan santri

yang lain berbeda. Dalam hal ini diungkapkan oleh ustadz Abu Dawam

Di dalam penerapan kitab lumatul furqon lebih ditekankan pada teori

dan praktek secara berulang- ulang. Dan untuk meningkatkan

pemahaman pengajar mengaitkan dengan contoh-contoh yang ada di

32
Annuri Ahmad. Panduan Tahsin Tilawah Alquran & Ilmu Tajwid (Cet 8;
Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2015), h. 19

47
48

Al-Qur’an, dan guru mencontohkan cara membaca yang tepat kemudian

santri mengikuti bacaan yg dicontohkan oleh pengajar.

Apabila santri mengalami kesulitan selama proses pembelajaran

khususnya dalam membaca Al-Qur’an, maka tindakan yang harus

dilakukan oleh seorang pengajar adalah mencari sebab-sebab mengapa

hal itu bisa sampai terjadi. Selain itu, pengajar dapat memberikan

latihan khusus yang bersifat kontinuitas kepada santri yang mengalami

kesulitan tersebut.

a. Mubtadi’ (‫)مبتدئ‬

1. Mu’allim membaca terlebih dahulu;

2. Santri meniru pembacaan mu’allim sampai bagus;

3. Apabila santri belum bagus bacaannya, maka Mu’allim tidak

boleh pindah ke ayat lain;

4. Perhatikan panjang pendeknya huruf, hukum huruf dan makhraj

huruf;

5. Apabila santri sudah diberi pelajaran secara bersama-sama, maka

santri diwajibkan menyetor ke mu’allim.

b..Mutawassit (‫)متوسط‬

Caranya sama dengan pengajaran tingkat mubtadi’.Namun,

harus diperhatikan sifat huruf dengan sungguh-sungguh sampai

benar-benar bisa membedakan tiap-tiap huruf serta mempehatikan

tanda-tanda waqof.

c. Mutajawwidin (‫)متجودين‬

48
49

1. Caranya sama dengan pengajaran tingkat mubtadi’,

mutawassit. Namun, perlu diperhatikan waqof serta

ibtida’‫مشكالت الكلمات‬. (beberapa kalimat yang dimusykili)

seperti imalahnya ( ‫ )امالة‬Lafadz ‫ مجريها‬dan panjangnya ‫هاء‬

dalam lafadz ‫ فيه مهانا‬dan lain-lainnya.

2. Santri cukup membaca sendiri secara bergantian. Namun,

tetap diawasi dan diperhatikan oleh seorang mu’allim;

3. Apabila bacaan Al-Qurannya sudah bagus maka wajib

diberi ujian serta di test bacaan Al-Qurannya.

Sesuai dengan penjelasan di atas, penulis dapat memberikan

kesimpulan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

oleh pengajar dan santri di Pondok Pesantren Al- Asror Bangkalan

dikatakan cukup baik.

Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Menggunakan Metode

Tartil bagi Santri di Ponpes Al- Asror Bangkalan. Peningkatan

kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar benar adalah

benar bacaannya, baik dan lancar dalam melafadzkannya, tepat dan

sesuai dari segi makhraj dan ilmu tajwidnya.

1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tartila Dalam kitab Lum’atul

Furqon

Adapun kelebihan dan metode tartila din dalam kitab Lumatul Furqan

antara lain:

49
50

1) Mudah di pelajari sehingga santri dapat dengan mudah

membaca alqur’abn dengan mujawwad seperti yg telah di

ajarkan dalam ktab lumatul furqon

2) Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan

sehingga . lebih mudah dipelajari

3) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk pendidik dan anak

didik dengan Sanad keilmuan Muttashil.

4) Setelah ngaji Lum’atul Furqan anak didik membaca kembali

bacaan yang sudah dipelajarinya sehingga kitab ini di anggap

praktis dan simple tidak mempersulit santri ketika ingin

mempeljarinya

5) Pada metode ini terdiri dari 4 tingkatan dimana lebih di

fokuskan pada pembimbingan peserta didik sampai mahir.

6) Apabila santri sudah diberi pelajaran secara bersama-sama,

maka santri diwajibkan menyetor ke mu’allim.

7) Apabila bacaan Al-Qurannya sudah bagus maka wajib diberi

ujian serta di test bacaan Al-Qurannya

a. Mu’allim (Pengajar)

1. Harus Mempunyai niat ikhlas, istiqomah serta keinginan yang tinggi;

2. Mempunyai rasa pengabdian pada anak didik lebih-lebih ‫عز االسالم و‬

‫المسلمين‬

3. Berusaha menjadi uswatun hasanah yang dihiasi dengan akhlaqul

karimah;

50
51

4. Memberi nasehat yang bisa menjadi semangat murid dan

mendoakannya

5. Memerintah murid supaya bersiap-siap sebelum mengaji

6. Apabila murid melanggar ketentuan dan tidak bisa diperingati

mu’allim maka harus diberi perhatian yang lebih.

Adapun kekurangan dalam metode tartila di dalam kitab Lum’atul Furqan

antara lain:

1) Karena banyaknya mendengar pembacaan Al-Quran karim lebih-

lebih kalimat yang dibaca beda dengan tulisannnya. Maka, dari itu

bagi para pembaca untuk muthola’ah ‫مشكالت الكلمات‬

2) Santri butuh banyak penjelasan dari Muallim dengan lebih

intensive

3) Kurang Luas penjelasannya (Karena buku saku)

4. Manfaat mempelajari Ilmu Tajwid di dalam Kitab Lum’atul Furqon

1. Bagi santri

a) sangatlah bermanfaat sekali karena di dalam kitab lum'atul furqon

tersebut banyak di siplin ilmu yg di cantumkan oleh pengarang

kitab,, KH. tamhidz Turmudzi.Oleh karena itu tentu sangat

bermanfaat bagi santri khususnya bagi santri pemula yang

memperdalami Al -quran atau yang belajar membaca Al-qur'an.

b) kitab lum'atul furqon tersebut tidak hanya ilmu tajwid yg di bahas

,namun bnyak ilmu di antaranya ilmu, ilmu menghafal al-qur'an

mutifasi menghafal dan menjaga hafalan al qur'an. Maka dari itu

51
52

bagi santri sangat bermanfaat skali mempelajari kitab lum atul

furqon.

2. Bagi Muallim.

a) Mempelajari kitab lum'atul furqon sangatlah banyak manfaatnya

Karena isi dari kitab yangg di ajarkan oleh muallim terhadap

santri sangatlah sedrhana, simpel lebih mudah di pahaminya..

b) Dalam kitab tersbut Muallim banyak menemukan ilmu baru, yg

belum muallim ketaui baik dari contoh-contoh bacaan, yang

berkaitan dengang Al-Qur'an yg harus di peraktekkan oleh

mu’allim, kepada santri-santri Maka mu’allim dengan terlebih

dahulu memperaktekkan bacaan sehingga santri

mengegikutinnya dengan bersamaan supaya bacaan santri

terkontrol tepat dan benar.

c) Bagi mu’allim, bisa menambah wawasan serta menambah ilmu

yang baru,sehingga mu’allim bisa mengetahui kekurangan dan

kelebihan dari ilmu yang telah di pelajarinya.

52
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada

bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan

mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pemahaman Ilmu Tajwid santri Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Al-Asror Mlajah Bangkalan Madura Jawa Timur sudah baik,

karena sebagian besar siswa sudah mempelajari ilmu tajwid dibangku

MI/MTs dan sederajat.

Penerapan ilmu tajwid siswa pada saat membaca Al-Qur’an

pada proses pembelajaran di Pondok Pesantren Tahfidzul Qu,r’an Al-

Asror Mlajah Bangkalan Madura Jawa Timur sudah baik, karena

sebagian siswa yang sudah memahami isi-isi materi ilmu tajwid atau

,isi dari kitab Lum’atul furqon mampu menerapkan dan melafalkan

bacaan-bacaan Al-Qur’an dengan fasyeh serta baik sesui dengan

kaidah-kaidah yang tercantum di kitab Lum’atul furqon yang di

karang oleh KH.Tamhidz Turmudzi Pengasuh Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Al-Asror Bangkalan Jawa TImur.


55

B. Saran

Setelah melakukan pengumpulan data,data dan melalui

pengamatan langsung di lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-

Asror Bangkalan Madura, penulis ingin memberikan saran sebagai

harapan ingin dicapai sekaligus kelengkapan dalam skripsi ini. Penulis

menyarankan agar guru Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Asror

Mlajah Bangkalan Madura Jawa Timur membantu dan meningkatkan

bacaan Al-Qur’an tidak hanya pada proses pembelajaran Al-Qur’an

Hadits saja namun juga diluar proses pembelajaran. Selain guru yang

berperan aktif. siswa juga harus mempelajari dan menambah

pengetahuannya tentang kaidah hukum-hukum tajwid agar dapat

membaca Al-Qur’an denga fasekh dan benar sesuai dengan panduan

buku tartila dan kitab Lum’atul furqon yang telah di Pelajarinya.

55
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi pondok pesantren Al-Asror Bangkalan Madura

1. Profil Pengasuh Ponpes Al-Asror Bangkalan

55
Doku,mentasi Wawancara di Ponpes Al- Asror Bngkalan Madura

56
57

Anda mungkin juga menyukai