Anda di halaman 1dari 17

ISLAM DAN STUDI AGAMA -AGAMA DI INDONESIA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Zafri Zaldi Siregar, M.Si

Disusun oleh :
Sem. III/ILMU KOMUNIKASI

Dimas Ibrahim 0603203081


Shakira Putri Anjeli 0603203015
Syifa Fhauziyah Gultom 0603203038
Farah Mutiara Zahra Nst 0603203050

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UIN SUMATERA UTARA MEDAN
T.A 2021-2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI............................................................................................................. i
1.1 Kata Pengantar ............................................................................................. 1
1.2 Latar Belakang ............................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 3
1.5 Kerangka Teori ............................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Islam .......................................................................................... 4
2.2 Pengertian Studi Agama. ............................................................................ 5
2.3 Keterkaitan Manusia Dengan Studi Agama ................................................. 6
2.4 Metodologi Studi Agama- Agama ............................................................... 7
2.5 Studi Agama-Agama Di Indonesia. ........................................................... 10
BAB III.................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
3.2 Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

i
ISLAM DAN STUDI AGAMA -AGAMA DI INDONESIA
Di susun oleh : Dimas Ibrahim, Shakira Putri Anjeli, Syifa Fhauziyah
Gultom dan Farah Mutiara Zahra Nst

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Islam dan Studi
Agama – Agama di Indonesia” dengan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi
Islam semester 3 jurusan Ilmu Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana Islam dan Studi Agama – Agama di Indonesia
bagi para pembaca dan penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Komunikasi, bapak Zafri Zaldi Siregar, M.Si yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami menyadari bahwasanya makalah kami ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami menantikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 22 November 2021

Penulis
(Kelompok 8)

1
1.2 Latar Belakang
Agama menjadi sesuatu yang penting baik dalam tatarannya sebagai sumber moral
maupun sebagai way of life bagi setiap manusia. Pada tataran tersebut agama
diposisikan sebagai sesuatu yang sakral dan tidak mungkin untuk dikaji tetapi cukup
diyakini dan diamalkan. Agama baru bisa dikaji jika diposisikan pada ranah
antropologisnya yakni sebagai sebuah tatanan budaya (meminjam istilah Geertz
religion as a cultural sistem). Pada posisi ini sesungguhnya agama dapat dikaji, diteliti
bahkan dikritisi sebagai agama yang menyejarah dan lifing dalam kehidupan manusia.
Begitu kompleksnya wajah agama, sehingga masing-masing orang dan pakar dapat
mendefinisikan secara subyektif berdasarkan pengalamannya. Oleh karenanya agama
dapat dilihat dan dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang yang sangat beragam serta
pendekatan yang beragam pula. Ditinjau dari segi doktrin dan norma yang terkandung
di dalamnya, agama dapat dikaji dalam perspektif teologi dan juga hukum dengan
pendekatan teologis-filosofis dan normatif.

Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama, isalm
merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat. Untuk mengetahui islam lebih
mendalam muncul lah ilmu yang di namakan studi islam akan tetapi, studi islam itu sendiri
merupakan bidang kajian yang cukup lama maka itu studi islam menimbulkan sebagai
permasalahan yang umum diantaranya: apa pengertian studi islam, apa ruang
lingkup/objek studi islam, bagaimana pendekatan dan metodologi dalam studi islam.

Seiiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan mempelajari studi islam


dapat melalui segala hal yang mana berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari studi
islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan
akal pikirannya secara maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai
penggunaannya melampaui batas dan keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT. Dan di
dalam makalah ini akan membahas permasalahan-permasalahan itu secara lebih umum.

2
1.3 Rumusan Masalah
1) Apa itu Islam?
2) Apa itu Studi Agama?
3) Bagaimana Keterkaitan Manusia Dengan Studi Agama ?
4) Apa saja Metodologi Studi Agama?
5) Bagaimana Studi Agama-Agama di Indonesia?
1.4 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
1) Mahasiswa mampu mengetahui dengan jelas penjelasan tentang pengertian Islam.
2) Mahasiswa mampu mengetahui dengan jelas penjelasan Studi Agama.
3) Mahasiswa mampu mengetahui keterkaitan manusia dengan studi Agama.
4) Mahasiswa mampu mengetahui tentang metodologi studi Agama.
5) Mahasiswa mampu mengetahui tentang studi Agama- agama di Indonesia.

1.5 Kerangka Teori

Pengertian Islam.
Islam dan Studi Agama-
Agama Di Indonesia

Pengertian Studi
Agama.

Keterkaitan Manusia
Dengan Studi Agama.

Metodologi Studi
Agama.

Studi Agama-Agama
di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islam


Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui nabi Muhammad Saw. Sumber ajarannya meliputi berbagai segi dari kehidupan
manusia berupa al-Qur’an dan Hadits dan merupakan bagian pilar penting kajian islam
sekaligus pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan membumikan
praktik penghambaan kepada Tuhan, baik yang bersifat teologis maupun humanistis1
Islam secara harfiyah berasal dari bahasa arab yang berarti selamat, sentosa, dan
damai. Dari kata salima diubah bentuk menjadi bentuk aslama yang artinya berserah
diri. Berpijak pada arti tersebut maka kajian islam mengarah pada tiga hal:
Pertama : Islam yang mengarah pada ketundukan atau berserah diri kepada
Tuhan satu-satunya sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa
pada timbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk
sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri.
Kedua : Islam dapat dimaknai suatu pengarahan kepada keselamatan dunia dan
akhirat karena ajaran islam pada hakikatnya membina dan membimbing
manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
Ketiga : Islam bermuara pada kedamaian. Manusia merupakan salah satu unsur
yang hidup dan diciptakan dari sumber yakni thin melalui seorang ayah dan ibu
sehingga manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang
lain, makhluk yang lain bahkan berdampingan dengan alam raya.

Islam yang lebih menyeluruh, karena pemahaman yang bersifat parsial bisa
membuat pengertian Islam itu sendiri akan disalah pahami. 2Menurut pendapat yang

1
Study Islam IAIN Ampel, Pengantar Study Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press,2010), 9-10.
2
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Penerbit UI-Press, 1985), cet.v jilid 1 hlm. 4

4
di sampaikan oleh Harun Nasution dalam bukunya yang berjudul Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya, mengatakan bahwa kesan Islam dikalangan masyarakat Indonesia
itu sempit. Hal ini senidiri muncul karena kesalahpahaman dalam mengartikan hakikat
Islam tersebut, yang mana kekeliruan ini bukan hanya terjadi dikalangan muslim saja
namun non-muslim dan bahkan ahli-ahli agama. Menurutnya kekeliruan yang terjadi
itu adalah akibat dari kurikulum pendidikan Islam yang hanya menekankan pada
beberapa aspek saja seperti pada pengajaran ibadah, tauhid, fikih, hadis, tafsir, dan
bahasa Arab. Dan disamping itu pun, ibadat, tauhid dan fikih diajarkan menurut satu
aliran dan mahzab saja yang mengakibatkan pengertian Islam sendiri menjadi sempit.
Padahal dalam Islam sebenarnya terdapat banyak aspek-aspek lain seperti aspek
teologi, spiritual dan moral, kebudayaan, politik, falsafat, serta usaha-usaha
pembaharuan dalam Islam dan lain sebagainya.

2.2 Pengertian Studi Agama.

Dari segi kebahasaan studi agama berasal dari bahasa Arab Dirasah
Islamiyah. Dalam kajian Islam di Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah
kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Dari segi Istilah, studi agama
adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis
secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam,
sejarah Islam maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.
Studi agama adalah suatu kajian sistematis dan metodologis terhadap agama-
agama yang ada sebagai kajian yang terbuka dan netral, studi agama mengkaji baik dari
segi asal usul keberadaannya sebagai suatu sistem keyakinan dan kepercayaan dalam
konteks hubungan antar agama. Perkembangan dalam bidang studi agama sekitar antara
tahun 1859 hingga tahun 1869 yang ditandai dengan terbitnya buku Darwin “The Origin
of Species”. Setelah tahun 1869 muncul istilah “Perbandingan Agama”(comparative
relegion),sebagai pandangan kata bagi istilah “Studi Agama” (the science of religion).
Akan tetapi sebagai sebuah disiplin ilmu, studi agama mulai mendapat perhatian yang luas
dan sungguh-sungguh dirintis sejak tahun 60-an dan 70-an, sebagai suatu disiplin

5
keilmuan setahap demi setahap memperkuat dan memperluas statusnya sebagai
kemunculannya, Obyek kajian ilmu agama adalah semua agama , baik agama-agama masa
lalu, maupun agama-agama masa sekarang.3

2.3 Keterkaitan Manusia Dengan Studi Agama


Kebanyakan pemikiran modern melihat agama merupakan sekumpulan doktrin
yang dilegatimasi oleh “prasangka-prasangka” manusia di luar rasionalitas. Sementara
ilmu pengetahuan yang mengedepankan rasionalitas sangat keras menolak doktrin.
Semakin rasional seseorang semakin menjauh dari ritual agama, sebaliknya manusia yang
kurang tersentuh rasionalitas, dengan sendirinya akan kuat meyakini ajaran agama. Karena
modernitas tidak selalu memberi perbaikan bagi kondisi umat manusia, tak mampu
mengatasi berbagai problem dan bahkan hanya memberikan kontribusi positif bagi kelas
yang dominan. Mereka yang pinggirkan mengalami marginalisasi/leterasingan dari
kemajuan zaman.

Agama sebagai salah satu ajaran yang memberi tuntunan hidup banyak dijadikan
pilihan. Karena ada indikasi dalam agama terdapat banyak nilai yang bisa dimanfaatkan
manusia daripada ideologi. Orang juga lebih leluasa memeluk agama dan merasakan nilai-
nilai positifnya tanpa harus menggunakan potensi akalnya untuk berfikir. Agama memberi
tempat bagi semua. Agama juga merupakan fenomena sosial; agama tidak hanya ritual
tapi juga fenomena di luar kategori pengetahuan akademis. Psikologi agama merupakan
salah satu cara bagaimana melihat praktek keagamaan. Sebagai gejala psikologi, agama
rupanya cukup memberi pengertian tentang perlu atau tidaknya manusia beragama ketika
agama tak sanggup lagi memberi pedoman bagi masa depan kehidupan manusia, bisa saja
kita terinspirasi menciptakan agama baru/melakukan eksperimen baru sebagai jalan keluar
dari berbagai problem yang menghimpit kehidupan.4

3
Abdullah, M. Amin, Metodologi Study Agama,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2000)
4
Ghazali, Adeng Muchtar. Ilmu Studi Agama. (Bandung: CV Pustaka Setia.2005)

6
2.4 Metodologi Studi Agama- Agama
1. Metode Teologi
Pendekatan teologis berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan
peneliti itu sendiri, dimana agama tidak lain merupakan hak prerogatif tuhan
sendiri. Realitas sejati dari agama adalah sebagaimana yang dikatakan oleh
masing-masing agama. pendekatan seperti ini biasanya dilakukan dalam penelitian
suatu agama untuk kepentingan agama yang diyakini peneliti tersebut untuk
menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu. Adapun
yang termasuk kedalam penelitian teologis ini adalah penelitian-penelitian yang
dilakukan oleh ulama-ulama, pendeta, rahib terhadap suatu subjek masalah dalam
agama yang menjadi tanggung jawab mereka, baik disebabkan oleh adanya
pertanyaan dari jamaah maupun dalam rangka penguatan dan mencari landasan
yang akurat bagi suatu mazhab yang sudah ada. Pendekatan teologis memahami
agama secara harfiah atau pemahaman yang menggunakan kerangka ilmu
ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu
keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang
lainnya.5
2. Metode Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan unsure tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan
pelaku dari peristiwa tersebut. Melalui pendekatan sejarah seorang diajak menukik
dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini
seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat
dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan histories. Pendekatan
sejarah juga berusaha untuk menelusuri asalusul dan pertumbuhan ide dan lembaga
agama melalui periode-periode tertentu dari perkembangan sejarah dan juga

5
3H.Abuddin Nata, Metodologi study Islam (jakarta,Raja Grafindo,2008), h. 28.

7
merupakan usaha untuk memperkirakan peranan kekuatan-kekuatan yang sangat
mempengaruhi agama.6
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena
gama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi
social kemasyarakatan. Dalam hubungan ini Kuntowijoyo telah melakukan studi
yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam, menurut pendekatan
sejarah. Ketika ia mempelajari Al- Qura’an ia sampai pada satu kesimpulan bahwa
pada dasarnya kandungan Al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama, berisi konsep-konsep, dan bagian kedua berisi kisahkisah sejarah dan
perumpamaan.7
3. Metode Fenomenologi.
Fenomenologi sebagai Metode bertujuan memahami pemikiran-pemikiran,
tingkah laku, dan lembaga-lembaga keagamaan tanpa mengikuti teori-teori
filsafat, teologi, metafisika, ataupun psikologi. Salah satu cara untuk memahami
fenomenologi agama adalah menganggapnya sebagai reaksi terhadap pendekatan-
pendekatan historis, sosiologis, dan psikologis. Kebanyakan ahli fenomenologi
menganggap semua pendekatan semacam itu untuk mereduksi agama menjadi
semata-mata aspek sejarah, atau aspek sosial atau aspek kejiwaan.8
4. Metode Sosiologis
Dalam disiplin Sosiologi Agama, ada tiga perspektif utama sosiologi yang
seringkali digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena keagamaan di
masyarakat, yaitu: perspektif fungsionalis, konflik dan interaksionisme simbolik.
Masing-masing perspektif memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri bahkan bisa
jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena
keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan.
5. Metode Antropologi

6
Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 77.
7
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), h. 327
8
Djam,annuri (ed.), Agama Kita:Prespektif Sejarah Agama-agama,(Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,
1998), h. 21.

8
Budaya sebagai produk manusia yang bersosial budaya pun dipelajari oleh
Antropologi. Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang
dipelajari di sini adalah agama sebagai fenomena budaya, bukannya agama
(ajaran) yang datang dari Tuhan. Menurut Atho Mudzhar,19 fenomena agama-
agama yang dapat dikaji ada lima kategori. Meliputi:
1. Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama. Yakni sikap, perilaku dan
penghayatan para penganutnya.
3. Ritus, lembaga dan ibadat. Misalnya shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
4. Alat-alat (dan sarana). Misalnya masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan.
Misalnya seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan,
Syi’ah dan lain-lain.
Kelima fenomena (obyek) di atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologis,
karena kelima fenomena (obyek) tersebut memiliki unsur budaya dari hasil pikiran
dan kreasi manusia.9
6. Metode Psikologis
Pendekatan ini bermaksud mencari hubungan atau pengaruh agama terhadap
kejiwaan pemeluk agama atau sebaliknya pengaruh kejiwaan sang pemeluk
terhadap keyakinan keagamaannya. Para psikolog religius meyakini ada dimensi
yang sakral, spiritual, divine, transenden, super-natural yang tidak empiris yang
dapat mempengaruhi kejiwaan manusia. Namun, para psikolog non-religius
menolak dimensi-dimensi itu atau paling tidak sangat meragukannya. Psikolog
non-religius biasanya akan berusaha menjelaskan fenomena keagamaan seseorang
tanpa perlu merujuk kepada realitas-realitas yang super-natural itu, sementara
psikolog religius ingin tetap membuka kemungkinan realitas itu menjadi satu
faktor yang berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang.

9
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998),
h. 15.

9
2.5 Studi Agama-Agama Di Indonesia.
Munculnya studi agama-agama merupakan respons keilmuan atas tiga persoalan
utama yang muncul, yaitu: (1) realitas agama-agama sebagai realitas keilmuan,
sebagaimana halnya realitas sosial atau fenomena sosial sebagai realitas keilmuan dalam
sosiologi, (2) problema dialogis antara agama sebagai realitas doktrin-normatif dan
sebagai realitas historis-empiris, (3) problema dialogis antar agama-agama pada dataran
realitas doktrin-normatif, maupun dataran realitas historis-empiris yang melibatkan
hubungan antar umat beragama.

Urgensi studi agama-agama tampak semakin kompeten untuk konteks Indonesia,


karena di Indonesia hidup subur beberapa agama yang secara konstitusional maupun
sosio-historis memperoleh jaminan dari negara dan masyarakat. Sedangkan untuk konteks
dakwah dan studi dakwah Islam, urgensi tersebut terletak pada pentingnya wawasan
keagamaan secara luas tidak hanya terbatas pada wawasan tentang Islam. Sebab,
keberadaan Islam merupakan salah satu dari sekian banyak agama di dunia dan khususnya
di Indonesia. Diperlukannya wawasan yang luas ini untuk menjamin terkondisinya sikap-
sikap yang produktif dan efektif dalam kerangka dakwah Islam, sehingga para pelaku studi
maupun praktisi dakwah Islam tidak mudah terjebak kedalam sikap apologetik yang
membabibuta, dan khususnya, ketika melakukan dakwah Islam tidak cenderung
memaksakan ajaran Islam yang telah diyakininya benar itu kepada masyarakat luas,
karena Islam sendiri tidak memaksakan agama kepada manusia, kecuali Islam
mengharapkan kesadaran manusia untuk menerima kebenarannya.

(fase pertama), sebagai fase kelahiran dan pertumbuhan studi agama secara
kelembagaan di Indonesia, diawali dengan dibukanya jurusan Perbandingan Agama di
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada tahun 1961, di bawah pembinaan Dr. Abdul Mukti
Ali. Pada jurusan itu studi agama tidak semata-mata menggunakan perspektif teologis,

10
akan tetapi juga perspektif ilmiah dengan memanfaatkan pendekatan ilmu-ilmu sejarah,
psikologi, sosiologi, dan filsafat.10

Pada masa A. Mukti Ali, studi agama merupakan kajian ilmiah dan objektif. Ilmu
perbandingan agama didefinisikan sebagai: “sebuah cabang ilmu pengetahuan yang
berusaha untuk memahami gejala-gejala daripada suatu kepercayaan dalam hubungannya
dengan agama-agama lain. Pemahaman ini meliputi persamaan, juga perbedaan. Dari
pembahasan yang sedemikian itu, maka struktur yang asasi daripada pengalaman
keagamaan manusia daripada manusia dan pentingnya bagi hidup dan kehidupan orang itu
akan dipelajari dan dinilai.”11

Objek kajian Ilmu Perbandingan Agama menurut H.A Mukti Ali adalah
pengalaman agama yang bertitik tolak pada pengalaman agama yang subjektif kemudian
diobjektifkan dalam berbagai macam ekspresi dan bahwa ekspresi-ekspresi itu
mempunyai struktur yang pasif dan dapat dipelajari. Pengalaman keagamaan
diekspresikan dalam tiga bentuk yaitu:

1. Teoritis atau intelektualistis yaitu termasuk di dalamnya teologi, kosmologi, dan


antropologi.
2. Praktis atau amalan yaitu ibadah
3. Sosiologis yaitu ekspresi dalam pergaulan di masyarakat.

Banyak metode yang ditawarkan oleh para ahli Ilmu Perbandingan Agama tetapi yang
paling kondusif untuk masyarakat Indonesia adalah metode yang dikemukakan oleh W. C
Smith yang telah dikutip oleh Ahmad Norman permata dalam bukunya yang berjudul
Metodologi Studi Agama yang isinya seperti di bawah ini :

Bentuk tadisional barat dalam mengkaji agama-agama lain diawali dari pengcairan
impersonal dari sebuah itu. tetapi era sekarang berubah menjadi personalisasi

10
Ibid., 24.
11
A. Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama, Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan Sistima
(Yogyakarta: NIDA, 1966), 75.

11
keimanan yang diamati, sehingga mereka mulai menemukan pembicaraan tentang
mereka, kemudian pengamatan menjadi terlibat secara personal, sehingga
situasinya adalah kami berbicara tentang mereka, tahap selanjutnya adalah dialog
dimana kami berbicara kepada engkau. Jika ada aktivitas mendengarkan secara
timbal balik, akan menjadi kami berbicara dengan engkau, adapun puncak dari
kemajuan ini adalah engkau dan aku berbicara bersama tentang kita.12

Untuk mengetahui kondisi kehidupan beragama di Indonesia bisa di lihat dari


bagaimana mereka memahami kebebasan beragama, karena kebebasan beragama ini erat
sekali hubungannya dengan pemahaman konsep pluralisme di masyarakat. Penjelasan
TAP MPR tentang P4 menegaskan bahwa kebebasan beragama merupakan hak asasi dari
manusia, ia berasal dari tuhan dan sama sekali bukan pemberian Negara apalagi golongan.

Walaupun di dalam penjelasan itu mengisyaratkan bahwa di negeri ini tidak akan
ada lagi persoalan mengenai hak asasi beragama, bahkan sebagai Negara yang tidak
berdasarkan agama dan tidak pula sekuler. Berarti Negara wajib memberikan pelayanan
kepada semua agama dan tidak terlalu jauh mencampuri keberagamaan umat. Tetapi
sayang sekali jaminan tersebut bila ditarik pada tataran realitas jauh dari kenyataan, karena
ternyata persepsi masyarakat tentang kemerdekaan beragama belum menjamin
sepenuhnya pelaksanaan implementasi hak asasi beragama.

Contohnya, anggapan sementara orang bahwa dalam Negara ini yang diakui secara
resmi hanya enam agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan khonghucu).
Lalu bagaimana dengan kedudukan agama-agama pribumi, seperti Kaharingan di
Kalimantan, Badui di Banten dan lain-lain. Yang merupakan agama asli Indonesia
yang telah dianut ratusan tahun oleh penduduknya. Salah persepsi di masyarakat
yang menganggap hanya agama resmi yang boleh hidup telah memakan korban

12
Permata, Metodologi Studi agama, 76

12
pada agama-agama lokal, seperti peng-Hinduan penganut agama Kaharingan yang
merupakan agama ke dua terbesar di Kalimantan tengah.

Berbagai persoalan yang dipaparkan berkorelasi erat dengan kondisi pluralisme


yang sekarang berkembang di masyarakat, dimana masyarakat Indonesia telah terdoktrin
oleh teologi-teologi lama yang mengklaim bahwa hanya agamanyalah yang paling benar.
Teologi yang ekslusif ini berkembang baik dalam agama-agama monoteisme. Klaim klaim
kebenaran melahirkan fenomena suatu agama menjadi ancaman bagi agama lain. Tetapi
teologi inklusif pun tidak menjadi cukup, karena cenderung masih menempatkan agama
sendiri lebih tinggi dibandingkan agama lain, maka yang cocok dikembangkan dalam
kondisi masyarakat seperti ini adalah teologi pluralistik, yang mengakui eksistensi
kebenaran agama lain. Seperti mengutip pernyataan dari Budhi Munawwar Rahman:

Masyarakat Madani (civil society) tidak mungkin terwujud apabila orang masih
memahami agama secara eksklusif dan menganggap agamanya sendiri yang paling
benar; seorang penganut agama perlu mentransendenkan agamanya, menjadikan
nilai agamanya lebih luas dan universal, serta mengutamakan nilai-nilai
kemanusiaan dalam agamanya.13

Selain mengembangkan konsep teologi pluralistik, juga harus ditanamkan pada


masyarakat, bahwa manusia itu memiliki keunikan dan ciri khas, tingkah laku, sikap. Dan
bahwa kita harus bisa mengakui berbagai perbedaan. Karena sikap menghargai inlah yang
mendorong terbentuknya orientasi berfikir terbuka karena antara kontradiksi sistem nilai
yang diyakini dan sistem nilai yang diyakini orang lain masih bisa dilihat persamaannya.
Sikap bijaksana ini merupakan kunci dalam mendamaikan kemajemukan.14

13
Lihat kompas, “Teologi Pluralsitik Diperlukan dalam Dialog Agama-agama”, Senin 22 November 2021,9.
14
7 Lihat Media Indonesia, “Pluralisme memang masih Problematis”, Senin 22 November 2021 , 6. kolom
1-5.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Studi agama dapat dimaknai sebagai pengkajian dan penyelidikan atau penelitian
terhadap agama atau agama-agama dengan berbagai pendekatan keilmuan,
sebagaimana telah dikembangkan dalam ilmu agama atau ilmu perbandingan agama
ataupun yang dikenal dengan istilah science of religions atau religionswissenschaft.
Dalam sebuah studi tentunya tidak akan terlepas dari Metodologi yang akan dgunakan,
sebab metodologi adalah kombinasi sistematik dari proses-proses kognitif, dengan
menggunakan teknik-teknik khusus.
Ilmu Perbandingan Agama untuk sebagian masyarakat Indonesia masih asing
keberadaaanya selain itu masih adanya asumsi masyarakat yang terjebak pada symbol
atau judul dari ilmu tersebut. Dimana dengan nama Perbandingan Agama member
kesan yang kurang baik yaitu membanding-bandingkan agama. Padahal buat apa
agama dibandingbandingkankan sudah pasti agama saya yang paling benar. Untuk
itulah agar Ilmu Perbandingan Agama dapat diterima di masyarakat dan tidak adanya
salah persepsi sebaiknya nama diganti menjadi Studi AgamaAgama.

3.2 Saran
Penulis berharap pembaca dapat mengerti dari penjabaran yang telah penulis
berikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembacanya. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam penulisan makalah dikemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. (1996). Studi Agama: Normativitas atau Historisitas. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.
Study Islam IAIN Ampel, Pengantar Study Islam, (Surabaya: Sunan Ampel
Press,2010), 9-10.

Kompas, “Teologi Pluralsitik Diperlukan dalam Dialog Agama-agama”, senin 16


Oktober 2000.

Indonesia, Media. “Pluralisme memang masih Problematis”, Jum’at 12 Desember 1997

Nasution, Harun. (1985). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Penerbit
UI-Press.
Abdullah, M. Amin, Metodologi Study Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000
Anuri, Djam’. Ilmu Perbandingan Agama, Pengertian dan Objek kajian, Kurnia Kalam
Semesta, 1998.
Djam’annuri, Ilmu Perbandingan Agama: Pengertian dan Obyek Kajian, Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 1998.
Ghazali, Adeng Muchtar, Ilmu Perbandingan Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1991.
Mudhzhar, M. Atho, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.
Nata, Abuddin, Metodologi study Islam Jakarta: Raja Grafindo,2008.
Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996.

15

Anda mungkin juga menyukai