Anda di halaman 1dari 15

1

ETIKA INDUSTRI PERIKLANAN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Tugas


Mata Kuliah “industri periklanan”

Disusun Oleh

FARAH MUTIARA ZAHRA 0603203050


CINDI ARVIANI 0603203059
NUR SAFTRI 0603202114

SEMESTER IV
ILMU KOMUNIKASI 3

DOSEN PENGAMPU :

Dr. INDIRA FATRA DENI P.M.A

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2022
2

KATA PENGANTAR
َّ ُ ‫لرحْ َم ٍن ا‬
‫لر ِحي ِْم‬ َّ ُ ‫س ِم اُهللِ ا‬
ْ ِ‫ب‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
bagian tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Industri Periklanan, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dan berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang etika
dalam industry periklanan yang berisi penjelasan mengenai pengertian dan juga landasan
hukum yang menaungi. Walapun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan
tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada guru dosen mata kuliah industri
periklanan, bapak Dr. INDIRA FATRA DENI P, M.A yang telah membimbing kami agar
dapat mengerti tentang bagaimana cara meyusun karya ilmiah yang baik dan sesuai kaidah
penulisan yang baik dan benar.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami membuat makalah ini sudah layak untuk di diskusikan pada acara presentasi kelas.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan diharapkan kepada dosen
pengampu dan teman-teman untuk memberikan arahan dan juga saran yang membangun
makalah ini dengan baik lagi.

Terima kasih
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 2022

Penyusun
3

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................3
BAB I .......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................4
BAB II .....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................5
A. Etika industri periklanan .................................................................................................................5
B. Landasan hukum etika periklanan di Indonesia...........................................................................8
BAB III ..................................................................................................................................................14
PENUTUP .............................................................................................................................................14
A. Kesimpulan ................................................................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................15
4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah

Dijunjung tingginya etika dan nilai-nilai kesopanan di Indonesia turut mempengaruhi


industri periklanan, dimana sebuah iklan juga harus memperhatikan etika-etika yang ada.
Untuk memperjelas tentang etika dan menghindari terjadinya pelanggaran, maka P3I
membuat aturan tertulis yang sering kita sebut Etika Pariwara Indonesia. Tujuan dari
adanya keharusan sebuah iklan untuk mematuhi etika yang ada adalah demi melindungi
brand sebuah produk atau jasa itu sendiri. Perlindungan ini dilakukan agar brand tidak
mendapatkan citra negatif akibat dari apabila brand melanggar dan tidak sesuai dengan
etika yang ada di masyarakat. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk melindungi serta
mendidik audience. Sebuah penayangan iklan dapat memberikan efek yang besar di
masyarakat, oleh karena iklan dikonsumsi oleh khalayak umum dan dapat tersebar dengan
mudah melalui teknologi yang ada pada zaman sekarang. Sebuah konten yang buruk berupa
perilaku maupun kata-kata, dapat memberi efek negatif pada masyarakat karena secara
tidak langsung iklan tersebut mendidik dan memberitahukan suatu hal yang buruk. Oleh
sebab itulah keberadaan EPI ini juga sekaligus melindungi konsumen dari hal-hal negatif
yang berlawanan dengan etika di Indonesia.

RUMUSAN MASALAH:

1. Apa itu etika?

2. Apa itu lingkup epi?

3. Apa itu saja undang undang etika?

TUJUAN MASALAH:

1. Mengetahui apa itu etika.

2. mengetahui apa itu lingkup epi.


5

3. mengetahui apa saja undang undang tentang etika.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Etika industri periklanan
a. Pengertian etika

Secara sederhana, etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang mencari jawaban atas
pertanyaan- pertanyaan moral. Etika berisi prinsip-prinsip moralitas dasar yang akan
mengarahkan perilaku manusia. Dengan semakin kompleksnya masalah moralitas di dunia
modern, tidaklah mudah menerapkan dikotomi (benar- salah) pada setiap masalah moral.
Setiap masalah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang dapat menghasilkan
pendapat atau penilaian yang berbeda-beda.

b. Pengertian iklan

Iklan (pariwara), yang didefinisikan sebagai “suatu bentuk komunikasi tentang produk
dan/atau merek kepada khalayak sasarannya, agar mereka memberikan tanggapan yang
sesuai dengan tujuan pengiklan”, telah hadir di bumi Nusantara ini ratusan tahun lamanya.
Menurut buku Reka Reklame yang disusun P3I, iklan pertama tercantum di surat kabar
Bataviasche Nouvelles edisi 8 Agustus 1744. Sejak itu iklan bertumbuh pesat sejalan
dengan semakin majunya perekonomian kita dan berkembangnya media penyampai pesan
periklanan.

c. Etika Periklanan

Menurut Cunningham, Etika periklanan didefinisikan sebagai


apa yang benar atau baik dalam melakukan fungsi periklanannya. Hal ini
berhubungan dengan pertanyaan apa yang seharusnya dilakukan, bukan
hanya dengan secara hukum dilakukan. Ini sejalan dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dimana salah satu hak
konsumen adalah mendapatkan informasi yang jelas, benar dan jujur.

Sikap Industri
6

Dalam menyimak EPI baru ini industri periklanan telah semakin menegaskan dirinya di
bidang komunikasi, baik dalam kaitan posisi maupun komitmen. Posisi dan komitmen ini
telah menjiwai keseluruhan substansi yang tertuang dalam landasan etika yang telah
disempurnakan lagi ini.

Dalam kaitan posisi, industri periklanan menyatakan diri bukan saja menjadi komponen
terpenting, namun juga adalah inti dari komunikasi pemasaran ataupun komunikasi publik.
Bahkan lebih dari itu, industri periklanan menyatakan merupakan unsur yang tak-bisa-
ditiadakan dalam proses pembangunan perekonomian bangsa dan negara, sekaligus ikut
menegakkan sendi-sendi budaya Nusantara. Dalam kaitan komitmen,perlu disimak adanya
ketegasan dalam beberapa isu penting periklanan, khususnya dalam hal-hal:

a. Swakrama, sebagai sikap dasar industri periklanan yang dianut secara universal.

b. Menempatkan etika dalam struktur nilai moral yang saling dukung dengan ketentuan
perundang-undangan sebagai struktur nilai hukum.

c. Membantu khalayak memperoleh informasi sebanyak dan sebaik mungkin, dengan


mendorong digencarkannya iklan-iklan persaingan, meskipun dengan syarat-syarat
tertentu.

d. Mengukuhkan paham kesetaraan jender, bukan sekadar persamaan hak, perlindungan,


ataupun pemberdayaan terhadap perempuan.

e. Perlindungan terhadap hak-hak dasar anak.

f. Menutup ruang gerak bagi eksploitasi dan pemanfaatan

pornografi dalam periklanan.

g. Membuka diri bagi kemungkinan terus berkembangnya isi,

ragam, pemeran, dan wahana periklanan.

h. Dukungan bagi segala upaya yang sah dan wajar untuk dapat meningkatkan belanja per
kapita periklanan nasional, denganmembuka peluang bagi beberapa institusi tertentu untuk
beriklan secara penuh ataupun terbatas.
7

EPI mengukuhkan adanya kepedulian yang setara pada industri periklanan, antara
keharusan untuk melindungi konsumen atau masyarakat, dengan keharusan untuk dapat
melindungi para pelaku periklanan agar dapat berprofesi dan berusaha dan memperoleh
imbalan dari profesi atau usaha tersebut secara wajar. Sepanjang yang menyangkut
periklanan, EPI ini menjadi induk yang memayungi semua standar etika periklanan intern
yang terdapat pada kode etik masing-masing asosiasi atau lembaga pengemban dan
pendukungnya. Dokumen-dokumen kode etik dimaksud antara lain:

a. Pedoman Prilaku Televisi Indonesia – ATVSI

b. Standar Profesional Radio Siaran – PRSSNI

c. Standar Usaha Periklanan Indonesia – P3I

d. Kode Etik Periklanan Surat Kabar – SPS

Pijakan Awal

EPI mengakui bahwa periklanan adalah juga profesi dan bisnis kepercayaan, sehingga
seharusnyalah ia sarat dengan kandungan nilai-nilai batiniah. Karena itu, dalam
menyusunnya telah diupayakan untuk mengabaikan sejauh mungkin segala asumsi yang
bersifat ilusi. Dalam kaitan di atas, ada tiga pijakan yang digunakan, yaitu:

a. Memberi arah atau ancangan pada cita-cita terciptanya adab periklanan Indonesia yang
sejahtera secara ekonomi dan luhur secara budaya.

b. Agar tatanan etika mampu menjamin semua pelaku periklanan dapat hidup bersama
secara sehat dan lestari.

c. Ia tidak dimaksudkan untuk menggeser tanggung jawab kepada pihak lain.

LINGKUP EPI

1. Tatanan

Pedoman etika (code of ethics) periklanan ini disusun dalam dua tatanan pokok, yaitu tata
krama (code of conducts) atau tatanan etika profesi dan tata cara (code of practices) atau
8

tatanan etika usaha. Meskipun demikian, keduanya beserta semua yang terkandung pada
bagian-bagian Pendahuluan, Mukadimah, Ketentuan, Penjelasan, Penegakan, dan
Lampiran harus diperlakukan sebagai satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan.

2. Keberlakuan

EPI ini berlaku bagi semua iklan, pelaku, dan usaha periklanan yang dipublikasikan atau
beroperasi di wilayah hukum Republik Indonesia.

3. Kewenangan

EPI mengikat ke dalam maupun ke luar. Ke dalam, ia mengikat orang-perorang yang


berkiprah dalam profesi apa pun di bidang periklanan, serta semua entitas yang ada dalam
industri periklanan. Ke luar, ia mengikat seluruh pelaku periklanan – baik sebagai
profesional maupun entitas usaha – terhadap interaksinya dengan masyarakat dan pamong.
Pengertian masyarakat, adalah konsumen produk yang beriklan, khalayak sasaran, ataupun
khalayak umum penerima pesan periklanan, serta anggota masyarakat dalam arti yang
seluas-luasnya. Pengertian pamong, adalah semua lembaga resmi, baik di tingkat pusat
maupun daerah.

C. ASAS

Iklan dan pelaku periklanan harus:

a. Jujur, benar, dan bertanggung jawab.

b. Bersaing secara sehat. (lihat penjelasan)

c. Tidak merendahkan agama, budaya, Negara, dan golongan, serta tidak

bertentangan dengan hukum.

B. Landasan hukum etika periklanan di Indonesia

UU 8/1999 Perlind. Konsumen


Pasal 1 ayat 3
9

Pelaku usaha: perseorangan/badan usaha yang berkedudukan dan melakukan kegiatan


dalam wilayah hukum RI untuk menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi.
Pasal 1 ayat 6
Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang
dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan atau jasa yang
akan dan sedang diperdagangkan.
Dasar Etika Periklanan
UU 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen (pasal 1
dan 17)
UU 40/1999 tentang Pers (pasal 13)
UU 32/2002 tentang Penyiaran (pasal 1 dan 46)
Standar Program Siaran (SPS) dari Komisi Penyiaran
Indonesia
Etika Pariwara Indonesia dari Dewan Periklanan
Indonesia
UU 8/1999 Perlind. Konsumen
Pasal 17 ayat 1
Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan
yang:
a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga
barang dan atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan atau jasa;
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang/jasa;
c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidaktepat mengenai barang dan atau jasa;
d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan atau jasa;
e. mengeksploitasi kejadian dan atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau
persetujuan yang bersangkutan;
f. melanggar etika dan atau ketentuan peraturan perundang‐undangan mengenai
periklanan.
UU 32/2002 - Penyiaran
Pasal 1 ayat 5
Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan masyarakat
tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak
dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan.
10

Pasal 46 ayat 1
Siaran iklan terdiri atas siaran iklan niaga dan siaran iklan layanan masyarakat.
UU 40/1999 - Pers
Pasal 13
Perusahaan pers dilarang memuat iklan:
1. Yang bersifat merendahkan martabat suatu agama dan atau menganggu kerukunan
hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyakarat
2. Minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.
UU 32/2002 - Penyiaran
Pasal 46 ayat 3
Siaran iklan niaga dilarang melakukan:
a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran agama/ideologi/pribadi/kelompok, yang
menyinggung perasaan/merendahkan martabat.
b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan
atau zat adiktif;
c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;
d. hal‐hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai‐nilai agama;
e. eksploitasi anak di bawah umur 18 tahun.
Standar Program Siaran KPI
Pasal 35‐37
Pada kategori program siaran P, A, dan R, dilarang menayangkan siaran iklan yang
tidak sesuai dengan usia penonton, misal: rokok, obat kuat, kondom,
pakaian dalam, dsb.
Pasal 59
1.Program siaran iklan rokok hanya boleh disiarkan pada pukul 21.30 – 05.00 waktu
setempat.
2. Program siaran iklan produk/jasa untuk dewasa (misalnya obat/alat kontrasepsi,
deteksi kehamilan, vitalitas seksual) hanya disiarkan pukul 22.00‐03.00.

ETIKA PARIWARA INDONESIA


Etika Pariwara Indonesia (EPI):
11

ketentuan‐ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang


telah disepakati agar dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan
lembaga pengembannya.
EPI disusun oleh Dewan Periklanan Indonesia (Indonesian Advertising Council),
dengan persetujuan dari 10 lembaga dan asosiasi yang relevan.
Tata Krama (Etika) EPI terdiri 4 bagian besar: Isi Iklan, Ragam Iklan, Pemeran Iklan,
Wahana Iklan.

EPI – Isi Iklan


Pasal 1.2: Iklan tidak boleh menggunakan Bahasa superlatif tanpa disertai
bukti/penjelasan dari lembaga yang berwenang. Contoh: top, no 1, 100%, murni, halal,
dsb.
Pasal 1.15: Penampilan Pangan tidak terkesan pemborosan, penyia‐nyiaan, perlakuan
tidak pantas.
Pasal 1.16: Penampilan Uang: tidak boleh ada pemujaan/pelecehan, tdk dlm skala
1:1, hrs ada “specimen”.
Pasal 1.17: Testimoni (kesaksian) dan endorsment(anjuran) harus berdasarkan
fakta/pengalaman, dan bersifat perorangan (tdk mewakili kelompok/lembaga)
EPI – Isi Iklan
Pasal 1.19 ‐ Perbandingan dgn produk lain:
Hanya pada aspek teknis dgn kriteria yang persis sama. Tidak boleh merendahkan sec.
langsung/tdk langsung.
Pasal 1.22 ‐ Peniruan iklan lain: tidak boleh sengaja meniru untuk menyesatkan
konsumen.
Pasal 1.27 ‐ Isi Iklan Anak
Tidak boleh mengganggu/merusak jasmani/rohani. Iklan yang ditayangkan pada
segmen acara anak‐anak, namun mengandung adegan yang kurang pantas untuk
anak, harus mencantumkan “Bimbingan Orangtua”atau simbol lain yang bermakna
sama.

EPI – Ragam/Jenis Iklan


Pasal 2.1 Alkohol dan Pasal 2.2 ‐ Rokok:
12

Tidak menyarankan untuk menkonsumsi, tidak memberi kesan bahwa itu menyehatkan,
tidak menggambarkan cara penggunaan. Utk rokok, tidak boleh memakai kata
“rokok”—tapi hanya sebut merek saja.
Pasal 2.3 ‐ Produk obat: tidak boleh menjanjikan kesembuhan tapi hanya
menghilangkan gejala; tidak berkesan rekomendasi oleh ahli kesehatan; tidak boleh
ada kata “aman”, “bebas efek samping” tanpa keterangan.
EPI – Ragam/Jenis Iklan
Pasal 2.4 ‐ Produk Pangan (makanan & minuman).
Tidak boleh ada pemeran balita untuk produk yang bukan untuk balita.
Produk pangan dengan kadar tinggi yg bisa membahayakan/menganggu pertumbuhan
anak tidak boleh ada di media/acara untuk anak‐anak. Produk untuk bayi tidak boleh
ada di media massa.
Pasal 2.11 ‐ Jasa penyembuhan alternatif: Harus ada ijin dari lembaga yang
berwenang. Tidak boleh menyalahgunakan simbol/ayatagama sebagai syarat untuk
menyembuhan.

EPI – Pemeran Iklan


Pasal 3.1 ‐ Anak‐anak
Tidak boleh utk produk yang bukan utk konsumsi anak.
Tidak boleh ada adegan berbahaya/tidak pantas.
Tidak boleh menjadi endorser produk bukan utk anak.
Pasal 3.2 – Perempuan
Tdk boleh ditampilkan dengan cara merendahkan martabat
Pasal 3.3 ‐ Gender
Tidak boleh bias gender
Tidak boleh ada ekspoitasi seksual

EPI – Pemeran Iklan


Pasal 3.4 ‐ Penyandang Cacat
Tidak boleh terkesan merendahkan/mengejek penyandang cacat
Pasal 3.5 ‐ Tenaga Profesional
Iklan obat, alat kesehatan, kosmetik, dan pangan tidak boleh menggunakan tenaga
profesional, identitas, atau atribut profesi secara jelas maupun tersamar.
Pasal 3.6 ‐ Hewan
13

Iklan tidak boleh menampilkan perlakuan yang tidak pantas terhadap hewan, utamanya
dari spesies yang dilindungi dan hewan peliharaan.

EPI - Wahana/Media lklan


Pasal 4.1 - Media Cetak
Ukuran huruf tidak lebih kecil dari 5.5 pt.
Iklan advetorial harus mencantumkan "lklan no. dengan huruf minimum 10 pt yang
jelas terbaca.
Iklan advetorial harus ditandai dengan jelas. Misal dgn kata "advetorial", "inforial" atau
"pariwara.
• Pasal 4.2 - Televisi
Iklan yang persis sama tidak boleh diulang berturut2.
Adegan dramatisasi/berbahaya harus men cantumkan "Adegan ini didramatisasi" atau
"Adegan berbahaya, Jangan ditiru".
Pasal 4.3 - Media Radio
Iklan yang persis sama tidak boleh diulang berturut-turut.
Iklan dengan sound efek amat mengerikan/menjijikkan hanya boleh disiarkan pada
waktu yang sesuai.
Pasal 4,4
Media Luar Griya/Ruang dipasang di tempat ang sudah berijin.
Tidak menutupi seluruh atau sebagian iklan lain.
Tidak diletakkan di sebelas/terlalu dekat dg competitor.
Tidak boleh menutup rambu lalu lintas.
Pasal 4.5.1 - Media baru internet
Tidak boleh mengganggu aktivitas browsing.
Iklan email, wajib mencantumkan: alasan mengapa menerima iklan, petunjuk cara
menghentikan, alamat lengkap pengirim email.
Pasal 4.5.2 - SMS
Tidak boleh memakai nomor ilegal yg tidak bisa dihubungi.
Hanya dikirim kepada mereka yang sudah menyetujui.
Harus mencantumkan cara berhenti secara mudah dan cepat.
14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika berisi prinsip-prinsip moralitas dasar yang akan mengarahkan perilaku manusia.
Iklan (pariwara), yang didefinisikan sebagai “suatu bentuk komunikasi tentang produk
dan/atau merek kepada khalayak sasarannya.

Lingkup EPI ialah tatanan, keberlakuan dan kewenangan. Landasan hukum etika
periklanan Indonesia ialah UU 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU 32/2002 –
Penyiaran.

EPI disusun oleh Dewan Periklanan Indonesia (Indonesian Advertising Council),


dengan persetujuan dari 10 lembaga dan asosiasi yang relevan. Tata Krama (Etika) EPI
terdiri 4 bagian besar: Isi Iklan, Ragam Iklan, Pemeran Iklan, Wahana Iklan.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran untuk
mahasiswa/I terutaman prodi Ilmu Komunikasi untuk bisa memahami dalam penyampaian dan
juga penulisan. Tidak di pungkiri terdapat banyak kekurangan dari penulisan makalah ini,
15

diharapkan penulis dapat lebih efektif lagi dan dapat lebih rapi dalam menyesuaikan kata kata.
Mohon maaf dengan segala penuh khilaf apabila banyaknya kekurangan pada makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sumaryanto, Bambang. Chandra,Musa dkk. 2020. “ etika pariwara Indonesia” Dewan


periklanan Indonesia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai