Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PEMASARAN SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis
Syariah
Dosen Pengampu:
Dr. Endah Meiria, SE, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Adam Febrian 11230850000001


Ziyan Rahmatul Ulya 11230850000055
Nadila Aulia 11230850000059
Esaraja Syahputra 11230850000062

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, yang telah memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemasaran Syariah”
dengan tepat waktu. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dr. Endah Meiria, SE, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Bisnis Syariah yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyusun makalah ini
2. Anggota kelompok 6: Adam Febrian, Ziyan Rahmatul Ulya, Nadila
Aulia, dan Esaraja Syahputra yang telah meluangkan tenaga dan waktu
dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengantar Bisnis Syariah yang diberikan oleh dosen pengampu kami
yaitu Ibu Dr. Endah Meiria, SE, M.Si. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Pemasaran Syariah, bagi
para pembaca dan bagi kami selaku penulis makalah.
Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kami. Oleh sebab itu, kami berharap adanya umpan balik berupa kritik
dan saran yang membangun agar di kemudian hari kami dapat menyusun makalah
yang lebih maksimal. Kami mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Jakarta, 28 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................2
A. Pemasaran Konvensional vs Pemasaran Syariah ...................................2
1. Definisi Pemasaran ..................................................................................2
2. Pemasaran Konvensional .........................................................................3
3. Pemasaran Syariah ...................................................................................3
4. Perbedaan Pemasaran Konvensional dengan Pemasaran Syariah ...........4
B. Konsep, Prinsip & Karakteristik Pemasaran Syariah ...........................6
1. Konsep Pemasaran Syariah......................................................................6
2. Prinsip Pemasaran Syariah ......................................................................7
3. Karakteristik Pemasaran Syariah .............................................................8
C. Bauran Pemasaran Syariah (7P) ..............................................................9
1. Strategi Bauran Pemasaran Syariah (7P) .................................................9
D. Islamic Branding .....................................................................................13
1. Konsep Islamic Branding ......................................................................13
E. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Islam .......................................16
1. Definisi Perilaku Konsumen ..................................................................16
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen .....................18
3. Konsep Rasionalitas dalam Ekonomi Islam ..........................................20
4. Perilaku/ Karakteristik Konsumen Dalam Ekonomi Islam ...................23
F. Studi Kasus .............................................................................................. 26
G. Analisis Kasus ..........................................................................................27
BAB III PENUTUP ............................................................................................23
A. Kesimpulan .............................................................................................. 23
B. Saran .........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemasaran adalah proses
perbuatan memasarkan sesuatu barang dagangan untuk menyebarkan ketengah-
tengah masyarakat dengan mendapat dukungan pemerintah sepenuhnya.
Kemudian pengertian pemasaran yang dikemukakan oleh Philip Kotler adalah
suatu proses sosial dan menejerial dengan mana individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan
serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Pemasaran
(marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan,
dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta
mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau
klien dari produsen.
Marketing di Indonesia saat ini terus mengalami perkembangan dan
transformasi, terutama dengan perubahan pola konsumsi, teknologi digital, dan
perubahan perilaku konsumen. Termasuk era globalisasi ini, persaingan kalangan
pelaku ekonomi tentunya akan semakin tajam, sedangkan arena pemasaran juga
akan semakin ketat persaingannya. Dengan persaingan yang amat tajam dan ketat
inilah yang mengharuskan setiap perusahaan agar lebih memperhatikan salah satu
aspek yang amat vital dalam manajemen perusahaan yaitu bidang pemasaran atau
marketing.
Pemasaran sebagai salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia usaha.
Pada kondisi usaha seperti sekarang ini, pemasaran menjadi pendorong untuk
meningkatkan penjualan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Wawasan
tentang pemasaran menjadi penting bagi perusahaan pada saat dihadapkan pada
beberapa permasalahan, seperti menurunnya pendapatan perusahaan yang
disebabkan oleh turunnya daya beli konsumen terhadap suatu produk baik barang
maupun jasa sehingga mengakibatkan melambatnya perusahaan untuk
berkembang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemasaran Konvensional vs Pemasaran Syariah

1. Definisi Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui peroses pertukaran. Dari
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pemasaran adalah untuk
memahami keinginan dan kebutuhan konsumen agar produk atau jasa sesuai
bagi konsumen sehingga produk atau jasa tersebut dapat terjual dengan
sendirinya.
Secara lebih formal, pemasaran (marketing) adalah suatu sistem
total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang
memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun
konsumen potensional.
Definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang pemasaran
antara lain:
a. Menurut William J. Stanton, pemasaran meliputi seluruh sistem
yang berhubungan dengan kegiatan untuk merencanakan dan
menentukan harga, sehingga mempromosikan dan mendistribusikan
barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli, baik
yang aktual maupun potensial.
b. Menurut Philip Kotler mendefinisikan pemasaran adalah kegiatan
manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan manusia melalui proses pertukaran.
c. Menurut American Marketing Association (AMA) pada tahun 1985
menyatakan pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
konsepsi, penentuan harga, promosi dan pendistribusian barang, jasa
dan ide dan dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan

2
2. Pemasaran Konvensional
Pemasaran konvensional adalah strategi yang sering digunakan oleh
perusahaan untuk mengiklankan produk atau layanan kepada konsumen
yang berpeluang tinggi. Metode ini menggunakan media tradisional yakni
melalui media cetak, radio, televisi, dan surat kabar.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri pemasaran konvensional:
a. Menggunakan saluran offline, seperti televisi, radio, selebaran,
papan reklame, dan lain-lain.
b. Menjangkau audiens luas dan variatif.
c. Materi promosi bersifat umum dan kurang segmentasi.
d. Membangun kredibilitas dan kepercayaan pada perusahaan.
e. Sulit melakukan tracking campaign pemasaran tradisional.
3. Pemasaran Syariah
Pengertian syariah menurut pandangan Islam sangatlah luas dan
komprehensif (al-syumul). Di dalamnya mengandung makna mengatur
seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia
dengan Tuhannya), aspek keluarga (nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan,
aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan, asuransi, utang-piutang,
pemasaran, hibah), aspek ekonomi (permodalan, zakat, bait al-maal, fa’i,
ghanimah), aspek hukum dan pradilan, aspek undang-undang hingga
hubungan antar negara.
Maka, syariah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu
inisiator kepada stakeholders nya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai
dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam. Ini artinya
bahwa dalam syariah marketing seluruh proses, baik proses penciptaan,
proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value) tidak boleh ada
hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang
Islami.
Pemasaran sendiri adalah salah satu bentuk muamalah yang
dibenarkan dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya

3
terpelihara dari hal-hal yang terlarang oleh ketentuan syariah. Menurut
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, pemasaran syariah
adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan,
penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders
nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-
prinsip muamalah (business) dalam Islam. Hal ini berarti bahwa dalam
pemasaran syariah, seluruh proses baik proses penciptaan, penawaran,
maupun perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan
dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah Islam. Sepanjang hal tersebut
dapat dijamin, dan penyimpangan prinsip-prinsip muamalah Islami tidak
terjadi dalam suatu transaksi atau dalam proses suatu bisnis, maka bentuk
transaksi apapun dalam pemasaran dapat dibolehkan.
Pemasaran syariah bukan hanya sebuah pemasaran yang
ditambahkan syariah karena ada nilai-nilai lebih pada pemasaran syariah
saja, tetapi lebih jauhnya pemasaran berperan dalam syariah, dan syariah
berperan dalam pemasaran. Pemasaran berperan dalam syariah diartikan
perusahaan yang berbasis syariah diharapkan dapat bekerja dan bersikap
profesional dalam dunia bisnis, karena dengan profesionalitas dapat
menumbuhkan kepercayaan konsumen. Syariah berperan dalam pemasaran
bermakna suatu pemahaman akan pentingnya nilai-nilai etika dan moralitas
pada pemasaran, sehingga diharapkan perusahaan tidak akan serta merta
menjalankan bisnisnya demi keuntungan pribadi saja, ia juga harus berusaha
untuk menciptakan dan menawarkan bahkan dapat merubah suatu values
kepada para stakeholders sehingga perusahaan tersebut dapat menjaga
keseimbangan laju bisnisnya sehingga menjadi bisnis yang sustainable.
4. Perbedaan Pemasaran Konvensional dengan Pemasaran Syariah
Pemasaran konvensional dan pemasaran syariah memiliki
perbedaan dalam beberapa hal, seperti yang dijelaskan dalam beberapa
sumber berikut:
a. Filosofi dasar: Pemasaran konvensional bebas nilai dan tidak
mendasar ke Tuhanan dalam setiap aktivitas pemasarannya,

4
sedangkan pemasaran syariah bergantung pada ajaran Tuhan dalam
setiap aktivitasnya supaya mendapatkan ridha Allah SWT.
b. Karakteristik: Pemasaran syariah memiliki empat karakteristik yaitu
keTuhanan (rabbaniyah), etis (akhlaqiyyah), realistis (al-
waqi’yyah), dan humanistis (insaniyyah).
c. Etika Pemasar: Seorang pemasar syariah sangat memegang teguh
etika dalam melakukan pemasaran kepada calon konsumennya. Ia
akan secara jujur menceritakan kelebihan dan kekurangan produk
yang ditawarkannya. Apabila dibandingkan dengan pemasaran
konvensional yang cenderung bebas nilai sehingga seorang pemasar
bebas menggunakan segala macam cara demi untuk mendapatkan
konsumen bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh
syariat.
d. Pendekatan terhadap konsumen: Konsumen dalam pemasaran
syariah diletakkan sebagai mitra sejajar, dimana baik perusahaan
sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk
berada posisi yang sama. Sedangkan pemasaran konvensional,
konsumen diletakkan sebagai objek untuk mencapai target penjualan
semata.
e. Sumber etika dan moralitas: Pemasaran syariah didasarkan pada
Alquran dan Hadist, sedangkan pemasaran konvensional tidak
memiliki sumber etika dan moralitas yang jelas.
f. Tujuan: Pemasaran syariah bertujuan untuk menciptakan keadilan
yang sebenar-benarnya bagi seluruh stakeholders di pasar,
sedangkan pemasaran konvensional lebih mengutamakan target dan
keuntungan besar bagi perusahaan.
Dapat disimpulkan, pemasaran syariah lebih mengutamakan nilai-
nilai kejujuran, keadilan, dan moralitas dalam setiap aktivitasnya,
sedangkan pemasaran konvensional lebih mengutamakan target dan
keuntungan besar bagi perusahaan.

5
B. Konsep, Prinsip & Karakteristik Pemasaran Syariah
1. Konsep Pemasaran Syariah
Konsep pemasaran syariah menekankan bahwa perlunya
menerapkan manajemen profesional, artinya dengan melakukan kegiatan
tersebut maka semua produk atau jasa yang dihasilkan pasti dapat memiliki
positioning tersendiri. Kompetitor bukanlah merupakan suatu penghalang
yang harus ditakuti atau dimusuhi. Kompetitor dapat dijadikan sebagai
sumber motivasi untuk dapat memperbaiki kinerja pemasaran. Pesaing
dapat mendorong pihak perusahaan dalam hal ini adalah pemasar untuk
dapat bekerja lebih kreatif dalam memasarkan produk berupa barang
maupun jasa.
Konsep pemasaran dalam sudut pandang syariah menurut Amrin
(2006) adalah seluruh aktivitas bisnis yang mencakup kegiatan penciptaan,
penawaran, dan perubahan (value) sehingga memungkinkan pelakunya
dapat bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi
dengan kejujuran, keadilan, keterbukaan, keikhlasan, sesuai proses yang
berprinsip pada akad bermuamalah Islami. Maka, konsep dan karakteristik
pemasaran yang bertentangan dengan nilai syariah, tidak etis, merugikan
salah satu pihak dan tidak profesional perlu dihindari untuk menjaga
keberlangsungan bisnis sekaligus menjadikan bisnis tidak hanya sekedar
cara untuk memperoleh keuntungan untuk memenuhi kebutuhan di dunia,
namun juga untuk memperoleh keberkahan di akhirat. Hal ini senada
dengan QS. Al-Jatsiyah:18 yang artinya “Kemudian Kami jadikan kamu
berada di dalam suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka
ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui.”
Hal inilah yang dapat membedakan antara pemasaran bisnis
perusahaan konvensional dengan pemasaran bisnis yang menerapkan
prinsip syariah yang memberikan kepuasan kepada konsumen dan
stakeholders tidak saja pada tataran kepuasan duniawi, akan tetapi juga
mengarah pada kepuasan ukhrawi, karena terdapat ridha Allah SWT yang

6
dituju. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pemasaran bisnis
dengan prinsip syariah adalah dengan penerapan prinsip-prinsip etika atau
berlandaskan kepada entitas nilai-nilai Islam sebagai penciptaan kepuasan
duniawi dan ukhrawi bagi para stakeholders perusahaan.
2. Prinsip Pemasaran Syariah
Berikut ini 6 prinsip pemasaran syariah (Kertajaya and Sula 2006),
seperti pada gambar dibawah ini:

Change Competitor Targeting

Marketing
Service Process
Mix

Adapun penjelasan untuk setiap 6 prinsip syariah dalam pemasaran,


menurut Kertajaya dan Sula, adalah sebagai berikut:
a. Teknologi Informasi Memungkinkan Kita Transparan (Change).
Teknologi membuat informasi perusahaan menjadi lebih terbuka
dan informasi pesaing menjadi lebih mudah diperoleh.
b. Hormatilah Pesaing (Competitor). Dalam konsep syariah, pesaing
bukanlah lawan yang harus dihancurkan, namun bisa menjadi
motivasi untuk lebih mengembangkan bisnis yang sedang dijalani.
c. Targetkan Bisnis pada Hati dan Jiwa Pelanggan (Targeting). Target
akan menentukan diterima atau tidaknya suatu produk pada pasar
yang dibidik.
d. Jujurlah dengan 4P yang Kita Miliki (Marketing Mix). Diferensiasi
juga penting diterapkan pada bauran pemasaran dengan jujur
menginformasikan karakter 4P (price, product, place, dan
promotion) yang dimiliki produk tersebut.
e. Layanan Harus Memiliki Kemampuan untuk Berubah (Service).
Layanan harus dapat menjadi fleksibel terutama untuk
mengakomodasi keluhan dan masukan pelanggan.
f. Praktek Proses Bisnis yang Handal (Process). Oleh karena semakin

7
ketatnya persaingan, proses bisnis yang lebih simpel dan mudah
diakses kini lebih diminati.
3. Karakteristik Pemasaran Syariah
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula menyampaikan
bahwa ada 4 (empat) karakteristik pemasaran syari'ah, yaitu ketuhanan
(rabbaniyyah), etis (akhlaqiyyah), realistis (al-waqi'iyyah) dan humanistis
(insaniyyah) yaitu sebagai berikut :
a. Ketuhanan (Rabbaniyah)
Salah satu khas pemasaran syariah adalah sifatnya yang religus.
Jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-hukum
syariat yang bersifat ketuhanan merupakan hukum yang paling adil,
sehingga akan mematuhinya dalam setiap aktivitas pemasaran yang
dilakukan. Dalam setiap langkah aktivitas yang dilakukan harus
selalu menginduk kepada syariat Islam. Seorang syariah marketer
meskipun ia tidak dapat mampu melihat Allah, ia akan selalu merasa
bahwa Allah senantiasa mengawasinya. Sebab syariah marketer
akan selalu merasa bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan
dihisab, sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. Al - Zalzalah ayat 7-
8, artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. (7) Dan Barang
Siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat balasannya pula. (8)”
b. Etis (Akhlaqiyyah)
Keistimewaan lain dari syariah marketer adalah mengedepankan
masalah akhlak dalam seluruh aspek kegiatannya. Pemasaran
syariah adalah konsep pemasaran yang sangat mengedepankan nilai-
nilai moral dan etika tanpa peduli dari agama apapun, karena hal ini
bersifat universal.
c. Realistis (Al-waqi'iyyah)
Pemasaran syariah bukanlah konsep eksklusif, fanatis, anti
modernitas dan kaku, melaikan konsep pemasaran yang fleksibel.

8
syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus
berpenampilan ala bangsa Arab dan mengharamkan dasi. Namun
syariah marketer harus lah tetap berpenampilan bersih, rapi, dan
bersahaja apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakan.
d. Humanistis (Insaniyyah)
Keistimewaan yang lain adalah sifatnya yang humanistis universal.
Pengertian humanistis adalah bahwa syariah diciptakan untuk
manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiannya terjaga dan
terpelihara, serta sifat – sifat yang tidak semestinya dapat terkekang
dengan panduaan syariah. Syariah Islam adalah syariah humanistis,
diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa
memperdulikan ras, warna kulit, kebangsaan, dan status, sehingga
pemasaran syariah bersifat universal.

C. Bauran Pemasaran Syariah (7P)


1. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Salah satu strategi yang sangat erat hubungannya dengan kegiatan
pemasaran perusahaan adalah marketing mix. Untuk mendapatkan nilai
yang baik dari pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan
pelangan serta menguntungkan maka dibutuhkan strategi pemasaran yang
handal. Bauran pemasaran adalah variabel terkendali yang digabungkan dan
dirancang untuk menghasilkan tanggapan yang diharapkan dari sasaran
pasar. Masing-masing strategi saling berkaitan dengan erat. Setiap strategi
yang akan diterapkan perlu untuk mempertimbangkan strategi lainnya.
Akan menjadi sangat berbahaya apabila strategi tidak dilakukan dengan
matang dan tidak saling berkaitan satu sama lainnya.
Adapun bauran pemasaran 7P (product, price, promotion, place, people,
physical evidence dan process) sebagai berikut:
a. Product
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Pada dasarnya produk

9
dapat dilihat, diraba, disimpan dan digunakan saat diperlukan. Dan
produk adalah sesuatu, baik itu barang maupun jasa yang ditawarkan
kepada konsumen untuk diperhatikan dan dikonsumsi. Dalam
strategi produk yang perlu diingat ialah yang berkaitan dengan
produk secara utuh, mulai dari nama produk, bentuk, isi, dan
pembungkus.
b. Price
Harga adalah sejumlah uang yang perlu dikeluarkan oleh
konsumen untuk dapat menikmati produk yang ditawarkan
produsen. Penentuan harga merupakan hal yang sangat penting
mengingat bahwa harga merupakan salah satu yang menyebabkan
laku atau tidaknya produk yang ditawarkan. Kesalahan dalam
menentukan harga dapat berakibat fatal terhadap produk karena
dapat berakibat tidak lakunya produk. Dalam menentukan harga
yang pas untuk di tetapkan sebagai harga umum di pasarnya
tentunya dengan berbagai pertimbangan. Misalnya dengan melihat
harga produk pesaing yang ada, menentukan bahan baku, membuat
harga diatas harga pesaing dengan pertimbangan kualitas yang leih
baik, maupun dengan pertimbangan lainnya.
c. Promotion
Promosi digunakan untuk mengenalkan produk kepada
konsumen, tanpa promosi konsumen tidak akan mengenali produk
yang ditawarkan. Ini ialah kegiatan yang dilakukan oleh setiap
perusahaan untuk mempromosikan seluruh produk yang dimiliki
baik itu secara langsung maupun tidak. Salah satu tujuan promosi
ialah menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan
berusaha menarik calon konsumen.
Adapun setidaknya terdapat 5 jenis sarana promosi, berikut
pengertian dari 5 sarana promosi yang dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Periklanan (Adversiting), periklanan adalah suatu bentuk

10
promosi dengan menggunakan media cetak maupun media
elektronik untuk mempromosikan produk. Contohnya seperti
baliho, spanduk, brosur, katalog, radio, televisi.
2) Promosi Penjualan (Sales Promotion), merupakan bentuk
promosi dengan memberikan insentif jangka pendek kepada
konsumen untuk mendorong minat konsumen mencoba dan
membeli produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan.
Contohnya seperti diskon, promo, bonus, hadiah.
3) Publisitas (Publicity), merupakan berbagai program perusahaan
usaha yang dimaksdukan untuk memperkenalkan dan
menginformasikan serta membentuk citra perusahaan dengan
cara tidak langsung. Contohnya seperti menjadi donatur,
sponsor, seminar atau bakti sosial.
4) Penjualan Pribadi (Personal Selling), merupakan bentuk
promosi yang melibatkan interaksi langsung antara penjual
dengan pembeli agar terjadi komunikasi baik presentasi, tanya
jawab maupun tatap muka hingga mampu memberikan stimulus
dan pengaruh langsung kepada konsumen. Contohnya ialah door
to door, pameran, stand.
5) Pemasaran Langsung (Direct Marketing), adalah suatu bentuk
promosi yang dilakukan oleh perusahaan dengan secara
langsung kepada calon konsumen yang di tuju dengan
menggunakan media surat, telepon, email, SMS, dan lain
sebagainya dengan tujuan untuk mendapatkan respon dari calon
konsumen. Contohnya ialah penawaran yang dikirimkan melalui
mail.
d. Place
Tempat selain sebagai lokasi atau tempat usaha, tetapi juga
mengenai tempat bertemunya konsumen dengan penawaran produk
atau tempat terjadinya transaksi. Bisa dibilang sebagai strategi
distribusi dan salurannya. Sistem penyaluran atau distribusi produk

11
bisa menciptakan keungulan bersaing dari seorang bisnis. Distribusi
adalah cara perusahaan menyalurkan produknya. Distribusi dapat
pula diartikan sebagai cara mentukan metode dan jalur yang akan
dipakai dalam menyalurkan produk ke pasar. Pendek atau
panjangnya jalur yang digunakan perlu dipertimbangkan dengan
baik.
Dalam strategi distribusi terdapat beberapa tujuan yang perlu
dicapai, yaitu untuk melayani secara cepat, menjaga kualitas,
menghemat biaya, menghindari pesaing. Strategi yang dijalankan
pun memiliki faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan, antara lain
pertimbangan pembeli yaitu pertimbangan sasaran pelangan serta
lokasi geografis dan ukuran pasar, karakteristik produk yaitu
bagaimana sifat produk apakah tahan lama atau tidak, faktor
produsen yaitu mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki.
e. People
Bauran pemasaran people berhubungan dengan rancangan
sumberdaya, spesifikasi pekerjaan, deskripsi pekerjaan, perekrutan
SDM, seleksi SDM, pelatihan SDM dan motivasi kerja. Kebutuhan
akan sumber daya manusia merupakan salah satu titik sentral dari
fungsi perencanaan SDM. Kebutuhan terkait SDM tidak hanya
sekedar kuantitas atau jumlah saja melainkan juga menyangkut
terkait kualitas.
Salah satu faktor kepuasan konsumen adalah bagaimana
karyawan perusahaan memberikan pelayanannya, misalnya
kesopanan dalam melayani, keramahan pegawai, kepandaian dalam
menjelaskan dan lain sebaginya. Apabila karyawan tidak melakukan
hal tersebut konsumen bisa saja kecewa terhadap perusahaan dan
mereka membandingkan dengan pelayanan perusahaan lain.
f. Physical Evidence.
Merupakan sarana fisik atau segala aspek yang dapat
dirasakan oleh konsumen. Dalam hal ini dapat mempengaruhi

12
persepsi pelanggan dengan melihat dan merasakan apa yang ada.
Kebersihan, keamanan, kelengkapan, sarana yang dimiliki, lahan
parkir, kerapian, dan sebagainya menjadi aspek yang peinilaian oleh
konsumen apakah produsen merupakan produsen yang menjanjikan,
membuat nyaman, dan dapat dipercaya oleh konsumen atau
sebaliknya.
g. Process
Proses dalam bauran pemasaran merupakan gabungan antara
aktivitas, prosedur, jadwal kerja, mekanisme dan hal-hal rutin yang
dilaksanakan sampai produk dan atau jasa dihasilkan dan
disampaikan pada pelanggan. Bauran ini juga termasuk dalam
pelayanan, hal ini dianggap penting karena dapat menentukan
kualitas sebuah perusahaan dalam menciptakan pelayanan yang
maksimal kepada konsumennya. Kualitas pelayanan yang baik akan
menimbulkan kepuasan bagi konsumen dan dapat meningkatkan
citra perusahaan. Konsumen akan senang ketika mendapat
perlakuan yang baik, terhormat, santun dan menyenangkan dari
suatu perusahaan.
Banyak yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan dalam melayani
konsumennya seperti ketepatan dalam pelayanan, keramahan petugas dalam
menghadapi konsumen, kesopanan, keahliannya dalam menjelaskan dan
masih banyak lagi. Perusahaan cukup membuat konsep dan strategi seperti
apa prosedur yang harus dilakukan karyawannya dalam melayani
konsumen, karena sekali saja konsumen kecewa atas pelayanan perusahaan
maka mereka akan sulit untuk kembali membeli barang maupun jasa ke
perusahaan tersebut bahkan ada kemungkinan mereka akan mempengaruhi
konsumen lain untuk tidak membeli produk perusahaan.

13
D. Islamic Branding
Branding adalah salah satu aspek penting dalam dunia bisnis yang
melibatkan penciptaan citra dan identitas merek. Dalam beberapa tahun terakhir,
konsep branding telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dengan munculnya istilah
'Islamic branding'. Islamic branding mengacu pada praktik pemasaran dan
branding yang mengikuti prinsip-prinsip Islam.
1. Konsep Islamic Branding
Menurut Ogilvy Noor, Islamic branding merupakan penciptaan
merk disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah yang penuh dengan nilai
kejujuran, hormat terhadap akuntabilitas, serta pemahaman inti dengan
prinsip-prinsip syariah. Islamic branding dapat diartikan sebagai kegiatan
pemberian brand memakai nama-nama yang berbau Islam maupun
menunjukkan identitas halal untuk sebuah produk, misalnya seperti rumah
sakit Islam, bank syariah, hotel syariah, Wardah, Zoya dan lain-lain. Islamic
branding yang menerapkan nilai-nilai syariah bertujuan untuk menarik
pangsa pasar muslim, dimulai dengan perilaku serta komunikasi pemasaran
yang dilakukan.
Penggunaan strategi Islamic branding semakin diminati oleh para
produsen mengingat masyarakat Indonesia merupakan populasi terbesar di
dunia yang beragama Islam. Islamic branding menjadi salah satu upaya
Segmentasi pasar yang dilakukan oleh perusahaan untuk menempatkan
produknya di tengah-tengah masyarakat muslim. Umat Islam yang sadar
tentang kewajiban mengkonsumsi barang halal mengharuskan mereka
mempertimbangkan merk Islam sebagai pilihan. Menurut Baker Alserhan,
Islamic branding merupakan sebuah istilah syarat arti serta dapat dijadikan
pembeda sekaligus kebijakan. Selain menggunakan nama Islam dan logo
halal sebagai faktor guna menarik konsumen, Islamic branding juga
memperhatikan bahan baku dan proses produksi yang sesuai syariat Islam
agar membentuk kepercayaan (trust) konsumen sehingga memunculkan
keputusan pembelian.
a. Baker mengklasifikasikan Islamic branding ke dalam tiga bentuk, yaitu:

14
1) Islamic brands by complience
Branding Islam wajib memperlihatkan dan mempunyai daya tarik
kuat terhadap konsumen melalui sikap taat serta patuh terhadap
syariat Islam. Brand yang termasuk di dalam bentuk ini ialah produk
yang pasti kehalalannya, diproduksi oleh negara Muslim, serta
mempunyai sasaran konsumen beragama Islam.
2) Islamic brand by origin
Pemakaian Islamic branding dimana tidak harus menunjukkan
kehalalan karena produk tersebut sudah terkenal sebagai negara
Islam.
3) Islamic brand by customer
Merk yang berasal dari negara nonmuslim, namun produknya
dikonsumsi masyarakat Muslim. Untuk menarik minat
konsumennya, merk ini pasti memberikan label halal Pada
produknya.
b. Menurut Yunus Ali di dalam penelitiannya, penilaian variabel Islamic
branding mengacu pada indikator dibawah ini:
1) Pentingnya merk
2) Keakraban merk
3) Kepercayaan konsumen
4) Label halal
Konsumen muslim di tuntut selektif dalam memilih sebuah produk
untuk di konsumsi Atau dipakai. Sertifikasi halal merupakan jaminan
keamanan bagi seorang konsumen Muslim untuk dapat memilih makanan
yang baik baginya dan sesuai dengan agama. Produk makanan yang
memiliki sertifikasi halal adalah produk yang diproses pengolahannya
memenuhi standar dalam keamanan, kebersihan dan telah teruji
kehalalannya. Paul Temporal menjelaskan beberapa alasan meningkatnya
minat untuk melakukan Islamic branding. Pertama, ada yang menarik
disediakan oleh pasar. Populasi yang relatif muda dan berkembang, serta
meningkatnya kesejahteraan dalam masyarakat termasuk di dalamnya

15
adalah umat Muslim. Hal ini yang membuat tersedianya permintaan produk
Islam. Kedua, tumbuhnya kesadaran dan permberdayaan yang lebih besar
dari konsumen Muslim. Ketiga adalah fakta bahwa negara serta perusahaan
Muslim telah melihat kekuatan merk di pasar global. Mereka juga melihat
merk-merk konvensional melakukan Islamic branding dan menargetkan
pasar Muslim.
Islamic branding diperlukan sebagai bentuk perubahan pola pikir
yang sebelumnya banyak yang berkiblat ke paham dan budaya barat. Selain
itu, hal ini menjadi bentuk kesadaran umat Muslim dalam menjalankan
syariat Islam di kehidupan sehari-hari. Islamic branding memberikan ide
dan the way of life yang bermuara pada sebuah konsep yaitu ketaatan pada
Allah SWT. Islamic branding tentu harus mengutamakan kualitas. Tidak
ada istilah “atas nama Tuhan” yang akhirnya melupakan kualitas produk.

E. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Islam


1. Definisi Perilaku Konsumen
Dalam teori ekonomi dikatakan bahwa manusia adalah makhluk
ekonomi yang selalu berusaha memaksimalkan kepuasannya dan selalu
bertindak rasional. Para konsumen akan berusaha memaksimalkan
kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan. Mereka
memiliki pengetahuan tentang alternatif produk yang dapat memuaskan
kebutuhan mereka. Kepuasan menjadi hal yang yang teramat penting dan
seakan menjadi hal utama untuk dipenuhi.
Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi
pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa yang mereka pikirkan
(kognisi), mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan
(perilaku), serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi. Oleh
karena itu studi tentang hal ini haruslah terus menerus dilakukan karena
erat kaitannya dengan permasalahan manusia yang bersifat dinamis. Di
bidang studi pemasaran, konsep perilaku konsumen secara terus menerus
dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Dengan demikian perilaku

16
konsumen merupakan tindakan-tindakan konsumen yang langsung
melekat dalam proses mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk atau jasa, termasuk proses proses yang mendahului dan menyusuli
tindakan ini.
Menurut Kotker dalam The American Marketing Assosiation,
sebagaimana dikutip Nugroho J. Setiadi, prilaku konsumen merupakan
interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya,
dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari
hal tersebut terdapat tiga ide penting yang dapat disimpulkan yaitu:1)
perilaku konsumen adalah dinamis; 2) hal tersebut melibatkan interaksi
antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar; 3) juga
melibatkan pertukaran .
Perilaku konsumen sangat erat kaitannya dengan masalah keputusan
yang diambil seseorang dalam persaingan dan penentuan untuk
mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa. Konsumen
mengambil banyak macam pertimbangan untuk mengambil keputusan
dalam pembelian. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan
membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan
mengenai, apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli,
bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka
membeli.
Disamping perusahaan para pemasar juga dapat mempelajari dan
mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana
dan berapa banyak yang mereka beli, tetapi mempelajari mengenai alasan
tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah, jawabannya seringkali
tersembunyi jauh dalam benak konsumen. Sehingga perilaku konsumen
dapat diartikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan
proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan,
barang, jasa, pengalaman sertaide-ide.
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko perilaku konsumen
(consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan

17
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Menurut Engelet adalah tindakan langsung yang terlibat
untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk jasa,
termasuk proses keputusan yang mengikuti dan mendahului tindakan ini.
Sedangkan menurut Loudan dan Bitta lebih menekankan perilaku
konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka
mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah pengambilan keputusan
yang mensyaratkan aktifitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
Dari pengertian diatas, maka perilaku konsumen merupakan
tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen
perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan
menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau
pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang
menentukan tindakan-tindakan tersebut.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh
kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara bahasa
berarti berguna (usefulness), membantu (helpfulness) atau menguntungkan
(advantage). Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai kegunaan
barang yang dirasakan oleh seorang konsumen ketika mengkonsumsi suatu
barang.
Pengambilan keputusan didasari dengan berbagai hal baik dari
dalam individu maupun dari luar individu konsumen yang mampu
memberikan kepuasan yang tertinggi. Keputusan konsumen untuk
menentukan pembelian sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial,
pribadi dan psikologi dari pembeli. Juga oleh faktor-faktor yang tidak
dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan.
Faktor-faktor tersebut adalah:

18
a. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas terhadap
perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang
dimainkan oleh kultur, sub-kultur, dan kelas sosial pembeli. Kultur
adalah penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang.
Makhluk yang lebih rendah umumnya akan dituntun oleh naluri.
Sedangkan manusia biasanya mempelajari perilaku dari lingkungan
sekitar, sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku seseorang
yang tinggal di daerah tertentu akan berbeda dengan orang yang
tinggal di daerah lain. Sub-kultur merupakan lebih kecil di banding
kultur yang memiliki etnis yang lebih khas. Sedangkan kelas sosial
adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu
masyarakat yang anggotanya memiliki nilai, minat, dan perilaku
yang sama.
b. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen
tersebut. Kelompok ini sangat berpengaruh besar dalam
pengambilan keputusan, sehingga pemasar harus sangat
memperhatikan faktor kelompok dalam menyusun strategi
pemasaran. Kelompok ini bisa di bedakan menjadi dua yaitu
kelompok primer dan kelompok rujukan. Kelompok primer terjadi
karena interaksi secara intensif, seperti keluarga dan teman.
Kelompok ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
keputusan konsumen. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang merupakan titik perbandingan atau tatap muka atau
tidak langsung dalam pembentukan sikap seseorang. Faktor sosial
yang lain adalah peran dan status. Tiap peran membawa status yang
mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat. Contohnya
adalah direktur yang mamiliki pakaian mahal dan mobil mewah .
c. Faktor Pribadi

19
Keputusan seorang pembeli juga di pengaruhi oleh karakter pribadi
seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, kepribadian, konsep diri pembeli yang
bersangkutan . Daur hidup berkaitan dengan siklus hidup seseorang.
Tahapan-tahapan dalam hidup psikologi berhubungan dengan
perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani
hidup. Jabatan mengidentifikasikan kelompok pekerja yang
memiliki minat di atas rata-rata. Keadaan tertentu ini tidaklah lain
adalah pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan, harta, dan
aktivitas meminjam. Gaya hidup adalah pola hidup yang
diekspresikan oleh minat, pendapatan, kegiatan yang semua itu tidak
akan lepas dari interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri adalah
karakteristik psikologis yang berbea dari setiap yang memandang
respon terhadap lingkungan yang konsisten.
d. Faktor Psikologis
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat
biogenik ataupun biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan
fisiologis tertentu seperti lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan
kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul
dari keadaan tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau
kebutuhan untuk diterima lingkungan. Sedang faktor psikologis
yang utama adalah motivasi, persepsi, proses belajar, serta
kepercayaan dan sikap
3. Konsep Rasionalitas dalam Ekonomi Islam
Setiap analisis ekonomi selalu didasarkan atas asumsi mengenai
perilaku para pelaku ekonominya. Secara umum seringkali diasumsikan
bahwa dalam pengambilan keputusan ekonomi, setiap pelaku selalu
berpikir, bertindak dan bersikap secara rasional. Namun persoalannya
adalah rasionalitas itu sendiri mengandung muatan yang berbeda dalam
masyarakat. Boleh jadi rasional menurut seseorang, tetapi tidak rasional
menurut orang lain. Hal ini terjadi akibat dari perbedaan keyakinan dan

20
pengaruh budaya yang berlaku di masyarakat.
Rasionalitas merupakan basis utama bagi semua analisis ekonomi.
Dalam ekonomi kapitalis, rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap
pelaku ekonomi memiliki pengetahuan yang lengkap sehingga produsen
dan konsumen dapat memaksimalkan utilitas mereka masing-masing.
Dengan kata lain, rasionalitas mengabaikan kapasitas manusia lainnya
dalam melakukan pilihan alternatif kecuali motif ekonomi yang
merepresentasikan selfinterest.
Dalam ekonomi Islam seorang pelaku ekonomi, baik produsen
maupun konsumen, akan selalu berusaha memaksimalkan maslahah.
Konsep rasionalitas dalam ekonomi Islam lebih luas dimensinya daripada
ekonomi konvensional. Rasionalitas ekonomi dalam Islam diarahkan
sebagai dasar perilaku kaum Muslimin yang mempertimbangkan
kepentingan diri, sosial dan pengabdian kepada Allah. Beberapa pakar
ekonomI Muslim membuat batasan terhadap rasionalitas dalam ekonomi
Islam. Rasionalitas dalam ekonomi Islam tidak hanya didasarkan kepada
pemuasan nilai guna (material) di dunia, tetapi mempertimbangkan pula
aspek-aspek sebagai berikut:
a. respek terhadap pilihan-pilihan logis ekonomi dan faktor-faktor
eksternal, seperti tindakan altruis dan harmoni sosial
b. memasukkan dimensi waktu yang melampaui horizon duniawi
sehingga segala kegiatan ekonomi berorientasi dunia dan akhirat.
c. memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan olehsyari’at Islam
d. usaha-usaha untuk mencapai falah, yaitu kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Monzer Kahf menguraikan beberapa prinsip dasar dalam
rasionalitas ekonomi Islam adalah sebagai berikut: (a) the concepts of
success; (b) time scale of consumer behaviour; (c) concept of wealth; (d)
concepts of goods; dan (e) ethics of comsumption. Pertama, konsep sukses
dalam Islam diukur dengan nilai moral Islam, bukan dengan jumlah
kekayaan yang dimiliki. Kedua, seorang muslim harus percaya adanya hari

21
kiamat dan kehidupan akhirat. Keyakinan ini membawa dampak mendasar
pada perilaku konsumsi, yaitu:
1) pilihan jenis konsumsi akan diorientasikan untuk kepentingan dunia
dan akhirat; dan
2) probabilitas kuantitas jenis pilihan konsumsi cenderung lebih
variatif dan lebih banyak karena juga mencakup jenis konsumsi
untuk kepentingan akhirat.
Ketiga, harta merupakan anugerah Allah dan bukan merupakan
sesuatu yang dengan sendirinya bersifat buruk sehingga harus dijauhi
secara berlebihan. Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup jika
diusahakan dan dimanfaatkan secara benar. Keempat, harta benda/barang
(goods) merupakan karunia yang diberikan Allah kepada manusia. Islam
telah menganjurkan untuk mengkonsumsi barang-barang yang termasuk
dalam kategori attayyibat (baik, halal dan bermanfaat). Sebaliknya,
barang-barang yang haram, seperti minuman keras, babi, bangkai, dan
lain-lain dilarang dalam Islam. Kelima, Islam memiliki seperangkat etika
dan nilai yang harus dipedomani manusia dalam berkonsumsi, seperti
keadilan, kesederhanaan, kebersihan, tidak melakukan kemubaziran dan
tidak berlebih-lebihan (israf).
Sementara itu, dalam konteks rasionalitas dalam konsumsi yang
lebih spesifik, Fahim Khan membedakan antara maslahah dan kepuasan
(utility). Maslahah dikoneksikan dengan kebutuhan (need), sedangkan
kepuasan (utility) dikoneksikan dengan keinginan (want). Ia
menderivasikan pandangan pada konsep maqasid syari’ah dengan
maslahah yang berujung pada masalih al- ‘ibad (untuk kemaslahatan
hamba atau manusia).
Secara konseptual dan teoritis, rasionalitas dalam ekonomi Islam
dibangun atas dasar aksioma yang diderivasikan dari nilai dan ajaran Islam
yang merupakan kaidah yang bersifat umum dan berlaku universal sesuai
dengan universalitas agama Islam. Aksioma-aksioma tersebut antara lain:

22
a. Setiap pelaku ekonomi bertujuan untuk mendapatkan maslahah,
yang mengandung makna bahwa: (1) maslahah yang besar lebih
disukai daripada yang lebih sedikit, termasuk di dalamnya adalah
monotonicity (monoton) dan (2) maslahah diupayakan terus
meningkat sepanjang waktu.
b. Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk tidak melakukan
kemubadziran (non-wasting).
c. Setiap pelaku ekonomi akan berhubungan dengan risiko, yang
mengandung 3 (tiga) tindakan, yaitu
1) selalu berusaha untuk meminimumkan risiko.
2) berhadapan dengan risiko ketidakpastian.
3) melengkapi informasi dalam upaya meminimumkan
risiko.
Aksioma-aksioma yang bersifat universal tersebut di atas, didukung
pula oleh aksioma lain yang hanya diyakini dalam Islam, yaitu:
a. adanya kehidupan setelah kematian di dunia,
b. kehidupan akhirat merupakan akhir pembalasan atas kehidupan
di dunia
c. sumber informasi yang sempurna hanyalah al-Qur’an dan as-
Sunnah.
4. Perilaku/ Karakteristik Konsumen Dalam Ekonomi Islam
Perilaku konsumsi dalam Islam, selain berpedoman pada prinsip-
prinsip dasar rasionalitas dan perilaku konsumsi yang telah dijelaskan di
atas, juga harus memperhatikan etika dan norma dalam konsumsi. Etika
dan norma dalam konsumsi Islam ini bersumber dari al-Qur’an dan as-
Sunnah.
Secara umum, etika dapat didefinisikan sebagai suatu usaha
sistematis dengan menggunakan akal untuk memaknai individu atau sosial,
pengalaman moral, dimana dengan cara itu dapat menentukan peran yang
akan mengatur tindakan manusia, dan nilai yang bermanfaat dalam
kehidupan. Sedangkan Beekun mendefiniskan etika sebagai seperangkat

23
prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah
bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.
Seringkali istilah etika dan moral dipergunakan secara bergantian
untuk maksud yang sama. Hal ini dapat dipahami karena sebenarnya
keduanya berasal dari dua asal kata yang berbeda, tetapi mempunyai arti
yang sama. Etika dari kata “ethos” berasal dari bahasa Yunani yang
mempunyai pengertian adat istiadat, kebiasaan sikap, dan cara berpikir.
Sedangkan moral berasal dari bahasa latin “moralis” yang berarti
kebiasaan dan adat (custom atau mores).
Sementara itu, dalam Islam istilah yang paling dekat berhubungan
dengan istilah etika di dalam al Qur’an adalah khuluq. Al-Qur’an juga
mempergunakan sejumlah istilah lain untuk menggambarkan konsep
tentang kebaikan yaitu khayr (kebaikan), birr (kebenaran), qist
(persamaan), ‘adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan
kebaikan), ma’ruf (mengetahui dan menyetujui), dan taqwa (ketaqwaan).
Tindakan yang terpuji disebut sebagai salihat dan tindakan yang tercela
disebut sebagai sayyi’at.
Ekonomi Muslim yang banyak membicarakan mengenai norma dan
etika konsumsi Islam, diantaranya adalah Yusuf Qardhawi dan Mannan.
Yusuf al-Qardhawi, seorang ulama Mesir memaparkan beberapa norma
dan etika konsumsi dalam Islam, yang menjadi perilaku konsumsi Islami,
diantaranya adalah
a. Membelanjakan harta dalam kebaikan dan menjauhi sifat kikir.
Memproduksi barang yang baik dan memiliki harta adalah hak
sah menurut Islam. Namun, pemilikan harta itu bukanlah tujuan,
tetapi sarana untuk menikmati karunia Allah dan sarana untuk
mewujudkan kemaslahatan manusia. Pemanfaatan harta
manusia harus mengikuti ketentuan yang telah digariskan Allah
melalui syari’at Islam, yang dapat dikelompokkan menjadi dua
sasaran, yaitu pemanfaatan harta untuk kepentingan ibadah dan

24
pemanfaatan harta untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga.
Pemanfaatan harta untuk kepentingan ibadah menjadi salah satu
tolok ukur ketaqwaan kepada Allah. Pemanfaatan harta untuk
ibadah ini meliputi jenis belanja yang demikian luas sehingga
kita tidak boleh kikir, namun juga tidak boleh berlebihan atau
melampaui batas. Hal ini berarti memanfaatkan harta untuk
kepentingan diri sendiri dan keluarga juga merupakan
kewajiban bagi seorang Muslim.
b. Tidak melakukan kemubaziran.
Islam mewajibkan setiap orang untuk membelanjakan harta
miliknya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga
serta menafkahkannya di jalan Allah. Dengan kata lain, Islam
adalah agama yang memerangi kekikiran dan kebakhilan. Dasar
pijakan kedua tuntunan yang adil ini adalah larangan bertindak
mubazir karena Islam mengajarkan agar konsumen bersikap
sederhana. Sikap ini dilandasi oleh keyakinan bahwa manusia
harus mempertanggungjawabkan hartanya di hadapan Allah.
Beberapa sikap lain yang harus diperhatikan adalah:
1) menjauhi berhutang
2) menjaga asset yang pokok dan mapan
3) tidak hidup mewah
4) tidak boros dan menghambur-hamburkan harta.
c. Sikap sederhana.
Sikap hidup sederhana sangat dianjurkan oleh Islam.
Membelanjakan harta pada kuantitas dan kualitas secukupnya
adalah sikap terpuji, bahkan penghematan merupakan salah
satu langkah yang sangat dianjurkan pada saat krisis ekonomi
terjadi. Dalam situasi ini sikap sederhana juga dilakukan untuk
menjaga kemaslahatan masyarakat luas, sebagaimana yang
pernah dilakukan khalifah Umar bin Khattab ketika melarang
rakyatnya mengkonsumsi daging selama 2 hari berturut-turut

25
karena persediaan daging tidak mencukupi untuk seluruh
Madinah.
Mannan, ekonom Muslim terkemuka dari Pakistan juga membahas
lima prinsip nilai yang harus menjadi pedoman nilai dan etika dalam
perilaku konsumsi dalam Islam, diantaranya adalah:
a. Prinsip keadilan
b. Prinsip kebersihan
c. Prinsip kesederhanaan
d. Prinsip kemurahan hati
e. Prinsip moralitas
Prinsip keadilan mengandung arti bahwa dalam berkonsumsi tidak
boleh menimbulkan kezaliman, tetap berada dalam aturan hukum agama
serta menjunjung tinggi kebaikan (halalan toyyiban). Islam memiliki
berbagai aturan tentang benda ekonomi yang boleh dikonsumsi dan yang
tidak boleh atau dilarang dikonsumsi. Di samping itu, Islam juga
menjunjung tinggi kebersihan, bahkan kebersihan merupakan sebagian
dari iman. Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci oleh Allah. Sikap
berlebih-lebihan ini mengandung arti melebihi dari kebutuhan yang wajar
dan cenderung memperturutkan hawa nafsu atau sebaliknya, terlampau
kikir sehingga justru menyiksa diri sendiri.
Islam menghendaki suatu kuantitas dan kualitas konsumsi yang
wajar bagi kebutuhan manusia sehingga tercipta pola konsumsi yang
efisien dan efektif secara individu dan social. Dengan menaati ajaran Islam,
maka tidak ada bahaya atau dosa ketika mengkonsumsi benda-benda
ekonomi yang halal yang disediakan Allah karena kemurahan hati-Nya.
Dan pada akhirnya, konsumsi seorang Muslim secara keseluruhan harus
dibingkai oleh moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak
semata-mata memenuhi segala kebutuhan.

26
F. Studi Kasus

Bisnis.com, JAKARTA - Platform belanja online asal China, Lazada tengah


memutar otak untuk merespons persaingan di dunia e-commerce di Indonesia yang
belakangan semakin ketat. VP Category Management Lazada Indonesia, Canggih
Satriatama mengatakan adanya kompetisi tersebut membuat perusahaan harus terus
mencari cara baru agar tetap bertahan. “Bukan berarti perusahaan menyerah begitu
saja dengan kompetisi, tetapi tinggal bagaimana perusahaan merespons
[kompetisi],” ujar Canggih pada wartawan, Jumat (27/10/2023).
Canggih mengajak industri e-commerce untuk menciptakan persaingan
ekonomi kreatif dan digital yang sehat. Menurutnya, iklim bisnis yang sehat akan
menguntungkan dari sisi penjual dan juga pembeli.Dia menuturkan, pihaknya telah
menyiapkan strategi untuk dapat bersaing dengan e-commerce lain. Program-
program yang menarik terus disiapkan agar terus melindungi pengalaman
berbelanja masyarakat. “Bukan berarti bisa belanja murah tetapi bulan depan
masyarakat tidak makan, ya susah juga,” ujar Canggih. Canggih mengungkapkan
pemberian promo besar-besaran bukan menjadi strategi yang diambil Lazada. “Bisa

27
jadi yang kita lihat bakar uang sebenarnya bisa lebih hemat daripada kita-kita
[perusahaan yang jarang terlihat membakar uang],” ujar Canggih.
Sebagai informasi, sebelumnya dikabarkan TikTok dan Youtube sedang
mempertimbangkan pengajuan izin e-commerce di Indonesia. Tindakan TikTok
inipun menyusul Grup Meta yang sebelumnya telah lebih dahulu mengajukan izin.
Namun, Kementerian Perdagangan (Kemendag) masih belum menerima pengajuan
perizinan e-commerce dari TikTok ataupun Youtube. CEO TikTok Shou Zi Chew
dikabarkan akan bertemu Presiden Jokowi untuk membahas bisnis e-commerce
baru. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengaku TikTok sudah
mengajukan surat untuk bertemu presiden. Adapun pertemuan keduanya
diperkirakan terjadi pada rentang 30 Oktober-5 November 2023. “Saya sudah
dengar dan senior TikTok sudah mengajukan bertemu dengan presiden,” ujar Teten
pada wartawan, Selasa (24/10/2023).
Teten optimistis TikTok akan membuka platform e-commerce baru di
Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari besarnya pendapatan yang didapatkan pada
saat mengoperasikan TikTok Shop. Teten mengaku berdasarkan laporan yang
diterimanya, TikTok Shop mendapat keuntungan hingga Rp8-9 triliun per
bulannya. “Ya, pasti buka e-commerce, kan menguntungkan. Kemarin kan Rp8-9
triliun per bulan. Cukup besar kan, nggak mungkin mereka pergi.

G. Analisis Kasus
Indonesia adalah salah satu pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara.
Pertumbuhan internet yang pesat dan penetrasi smartphone yang tinggi telah
mendorong pertumbuhan sektor e-commerce di negara ini. Saat ini, terdapat
beberapa perusahaan e-commerce yang bersaing ketat di pasar Indonesia, seperti
Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan Lazada bahkan saat ini tiktok dan meta sudah
mulai meramaikan pasar e-commerce di Indonesia yang mungkin akan menjadi
saingan terberat bagi para senior-seniornya. Dalam hal ini tentunya ada beberapa
faktor yang menyebabkan tiktok dan meta memiliki kemungkinan akan menjadi
pesaing terkuat di tahun ini dan kedepannya.

28
1. Analisis terhadap perilaku konsumen dalam perspektif Islam
Tantangan dalam Penyebaran Regional ketika lazada beroperasi diberbagai
negara di Asia Tenggara yang memiliki perbedaan budaya,regulasi, dan
infrastruktur yang berbeda. Dalam hal ini, tiktok dan meta yang walaupun
mereka masih dibilang baru dalam hal meramaikan pasar e-commerce di
Indonesia tetapi mereka lah yang lebih unggul dibandingkan dengan e-
commerce lain untuk memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur,
dan kelas sosial pembeli yang menjadi pengaruh paling besar terhadap perilaku
konsumen kepada marketplaca tersebut.Tantangan dalam penyebaran regional
termasuk adaptasi dengan perbedaan pasar dan memastikan konsistensi layanan
di seluruh wilayah. Lazada perlu memahami kebutuhan lokal dan beradaptasi
dengan cepat untuk tetap kompetitif.
2. Anaisis terhadap prinsip pemasaran syariah
Lazada merupakan salah satu e-commerce yang sedang berkembang saat
ini, tetapi dengan persaingan marketing yang sangat pesat membuat Lazada
merasa tertinggal dengan e-commerce lain terutama Tiktok dan meta. Tiktok
yang merasa bisnis marketingnya sedang meningkat pesat, membuat tiktok terus
berupaya untuk mempertahankan target marketingnya dengan membuka e
commerce baru. Tiktok dan meta sendiri lebih siap menghadapi persaingan
dengan tetap fokus pada praktek proses bisnis yang handal (process) dengan
begitu tiktok dapat menyaingi para e-commerce senior seperti Lazada, Shopee,
Bukalapak, dll. Tiktok dan meta ini juga bisa mengatur targeting dengan baik,
mampu menganalisis untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu produk
pada pasar yang dibidik. Dalam konsep syariah, pesaing bukanlah lawan yang
harus dihancurkan, namun bisa menjadi motivasi untuk lebih mengembangkan
bisnis yang sedang dijalani.

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasaran merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia
usaha. Dengan kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini terjadi persaingan
yang amat tajam dan ketat yang mengharuskan setiap perusahaan agar lebih
memperhatikan salah satu aspek yang amat vital dalam manajemen perusahaan
yaitu bidang pemasaran atau marketing.
Dalam konsep pemasaran syariah, aktivitasnya sama halnya dengan konsep
pemasaran konvensional, yaitu dalam kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencari
keuntungan. Namun yang membedakan adalah pada nilai-nilai prinsip yang
dilakukan untuk mewujudkan tujuan dari pemasaran tersebut. Pemasaran
konvensional bebas nilai dan tidak mendasar ke Tuhanan dalam setiap aktivitas
pemasarannya, sedangkan pemasaran syariah bergantung pada ajaran Tuhan dalam
setiap aktivitasnya supaya mendapatkan ridha Allah SWT. Hal ini sesuai dengan
karakteristik dari pemasaran syariah yaitu Ketuhanan (Rabbaniyyah), Etis
(Akhlaqiyyah), Realistis (Al-waqi'iyyah) dan Humanistis (Insaniyyah). Pemasar
juga harus memiliki etika (akhlak) sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam Al-
qur’an dan Hadist, oleh karena itu pemasar harus memahami setiap hal yang
dilakukan ada bentuk pertanggung jawaban dihari akhir nanti dihadapan Allah
SWT.

B. Saran
Lazada merupakan salah satu e commerce yang sedang berkembang saat ini,
tetapi dengan persaingan marketing yang sangat pesat membuat Lazada merasa
tertinggal dengan e commerce lain terutama Tiktok dan meta. Tiktok yang merasa
bisnis marketingnya sedang meningkat pesat, membuat tiktok terus berupaya untuk
mempertahankan target marketingnya dengan membuka e commerce baru. Tiktok
dan meta sendiri lebih siap menghadapi persaingan dengan tetap fokus pada praktek
proses bisnis yang handal (Process) dengan begitu tiktok dapat menyaingi para e
commerce senior seperti Lazada, Shopee, Bukalapak, dll. Tiktok dan meta ini juga

30
bisa mengatur targeting dengan baik, mampu menganalisis untuk menentukan
diterima atau tidaknya suatu produk pada pasar yang dibidik. Dalam konsep
syariah, pesaing bukanlah lawan yang harus dihancurkan, namun bisa menjadi
motivasi untuk lebih mengembangkan bisnis yang sedang dijalani.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Alserhan, Baker. On Islamic Branding: Brands As Good Deeds, Journal of


Islamic Marketing, Vol.1 No.2, 2010
Alwani, al-, Taha Jabir, Bisnis Islam, terj. Suharsono, Yogyakarta: AK Group,
2005.
Anto, M.B. Hendrie, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, cet. 1, Yogyakarta:
Ekonisia, 2003.
Beekun, Rafik Issa, Islamic Business Ethics, Herndon Virginia U.S.A: International
Institute of Islamic Thought, 1997.
Hoetoro, Arif, Ekonomi Islam, Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi,
Malang: BPFE Unibraw, 2007.
Huda, Nurul, et al. (2017). Pemasaran Syariah: Terori & Aplikasi. Kencana.
Isfandiar, Ali Amin, ”Rasionalitas dalam Ekonomi Islam”, dalam M. Rusydi (ed),
Filsafat Ekonomi Islam, Yogyakarta: FSEI PPs UIN SUKA, 2008
Kahf, Monzer, “The Theory of Consumption”, dalam Sayyid Tahir, Aidit Ghazali
dan Syed Omar Syed Ali (eds.), Readings in Microeconomics: an Islamic
Perspective, Selangor: Longman Malaysia SDN, 1992.
Karim, Adiwarman A., Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007
Khan, Mohammad Fahim, “Theory of Consumer Behavior in an Islamic
Perspective”, dalam Sayyid Tahir, Aidit Ghazali dan Syed Omar Syed Ali
(eds.), Readings in Microeconomics: an Islamic Perspective, Selangor:
Longman Malaysia SDN, 1992.
Nasrullah, Muhammad. Islamic Branding, Religiusitas, dan Keputusan Konsumen
terhadap Produk, Jurnal Hukum Islam Vol.13, No.2.
Nawawi, Ismail. Perilaku Administrasi (Paradigma, Konsep, Teori dan Pengantar
Praktek). Surabaya: ITS Press, 2007
Rival Zainal, Veithzal. Islamic Marketing Management, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2017), hl. 100
Setiadi, Nugroho.J.PerilakuKonsumen.Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010

32
Simamora, Bilson. PanduanRiset PerilakuKonsumen.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008
analisis laporan keuangan, kasmir, depok : rajawali press 2018
pengantar pemasaran Islam, dhika kurniawan dan moh. zaenal abidin, 2018 :
ponorogo universitas darussalam gontor
Karmila, E. (2018). Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Peningkatan Jumlah
Jamaah Umroh Pada Pt.
Muhibbah Mulia Wisata Pekanbaru (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Riau). Diakses pada 28 Oktober 2023, dari
https://repository.uir.ac.id/3348/5/bab2.pdf/
Sahla, Hilmiatus, et al. (2019) Konsep Pemasaran Dalam Perspektif Ekonomi
Islam. Diambil dari Jurnal Pionir 5.2. Diakses pada tanggal 28 Oktober
2023, dari https://core.ac.uk/download/pdf/268617378.pdf/
Fadilah, Nur. (2020). Pengertian, Konsep, dan Strategi Pemasaran Syari’ah.
Diambil dari Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam 1.2: 194-211. Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2023, dari
https://ejournal.iaifa.ac.id/index.php/salimiya/article/view/168/
Kompasiana.com. (2021, 27 Desember). Penerbitdeepublish.com. Perbedaan
Manajemen Syariah dengan Manajemen Pemasaran Konvensional. Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2023, dari
https://www.kompasiana.com/taufikinsani/61c8b51417e4ac5d3e14a062/p
erbedaan-manajemen-pemasaran-syariah-dengan-manajemen-pemasaran-
konvensional/
Sahla, H., Sayuti, M., Syahputra, R., & Arif, A. (2019). Konsep Pemasaran Dalam
Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Pionir, 5(2). Diakses pada tanggal 28
Oktober 2023, dari https://core.ac.uk/download/pdf/268617378.pdf/
Sari D,. dkk. (2021). Dasar Pemasaran Syariah. Diakses pada tanggal 28 Oktober
2023,
darihttps://kneks.go.id/storage/upload/1686217109Dasar%20Pemasaran%20Syari
ah.pdf

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9240/5/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 28


Oktober 2023
https://repository.uir.ac.id/3358/5/bab2.pdf diakses pada tanggal 28 Oktober 2023

33

Anda mungkin juga menyukai