Disusun Oleh:
KELOMPOK VII
Nurfalaq (2022409015)
2023/2024
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumus Masalah................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, ada
pihak yang meminta dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik
perhatian yang sangat besar baik dari perusahaan, lembaga maupun
antar bangsa. Bergesernya sifat baik dari perusahaan, lembaga maupun
antar bangsa. Berbagai organisasi dalam melaksanakan pemasaran
seperti lembaga-lembaga pemerintah, orgnisasi keagamaan dan lain-lain
memandang pemasaran sebagai suatu cara baru untuk berhubungan
dengan masyarakat umum. Pada awal sejarah bahwa pemasaran
dilakukan dengan casra pertukaran barang (Barter) dan terus berkembang
menjadi perekonomin dengan menggunakan uang sampai dengan
pemasaran yang modern.
1
jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai
pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan. Perusahaan yang
sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk
mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah
baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut "Konsep
Pemasaran".
B. Rumus Masalah
1. Apa itu Manajemen Pemasaran Syariah ?
2. Apa ruang lingkup Manajemen Pemasaran syariah ?
3. Apa Prinsip-Prinsip Manajemen Pemasaran Syariah ?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Syariah
2. Menjelaskan lingkup Manajemen Pemasaran syariah
3. Mengetahui Prinsip-Prinsip Manajemen Pemasaran Syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sehingga secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu
proses social yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi
kebutuhandan keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan
kepuasan yang optimal.
4
pemasaran proses penjualan yang dimulai dari perancangan produk
sampai dengan setelah produk tersebut terjual. Berbeda dengan
penjualan yang hanya berkutat pada terjadinya transaksi penjualan
barang atau jasa. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana
perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran)
antara mereka dengan pelanggannya. Menurut Philipp Kotler pemasaran
adalah proses sosial dan manajerial yang dilakukan oleh individu ataupun
kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka, dengan
cara membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.
5
perencanaan operasional pemasaran perusahaan, penyusunan
anggaran pemasaran dan proses penyusunan rencana pemasaran
perusahaan.
6. Kebijakan dan strategi pemasaran terpadu, yang mencakup
pemilihan strategi orientasi pasar, pengembangan acuan
pemasaran dan penyusunan kebijakan, strategi dan taktik
pemasaran secara terpadu.
7. Kebijakan dan strategi produk, yang mencakup strategi
pengembangan produk, strategi produk baru, strategi lini produk,
dan strategi acuan produk.
8. Kebijakan dan strategi harga, yang mencakup strategi tingkat
harga, strategi potongan harga, strategi syarat pembayaran, dan
strategi penetapan harga.
9. Kebijakan dan strategi penyaluran, yang mencakup strategi saluran
distribusi dan strategi distribusi fisik.
10. Kebijakan dan strategi promosi, yang mencakup strategi
advertensi, strategi promosi penjualan, strategi personal selling,
dan strategi publisitas serta komunikasi pemasaran.
11. Organisasi pemasaran, yang mencakup tujuan perusahaan dan
tujuan bidang pemasaran, struktur organisasi pemasaran, proses
dan iklim perilaku organisasi pemasaran.
12. System informasi pemasaran, yang mencakup ruang lingkup
informasi pemasaran, riset pemasaran, pengelolaan, dan
penyusunan sistem informasi pemasaran.
13. Pengendalian pemasaran, yang mencakup analisis dan eveluasi
kegiatan pemasaran baik dalam jangka waktu (tahun) maupun
tahap operasional jangka pendek
14. Manajemen penjual, yang mencakup manajemen tenaga penjual,
pengelolaan wilayah penjualan, dan penyusunan rencana dan
anggaran penjualan.
6
15. Pemasaran internasional yang mencakup pemasaran ekspor, pola-
pola pemasaran internasional dan pemasaran dari perusahaan
multinasional.
7
Kesimpulan dari Teistis (Rabbaniyah) yang nantinya akan
dijadikan indikator adalah bahwasanya Teistis (Rabbaniyah)
merupakan sifat ketuhanan yang direalisasikan dengan mematuhi
hukum-hukum syariah yang telah ditetapkan. Dalam marketing
memang akrab dengan penipuan, sumpah palsu, ingkar janji. Serta
tercipta dari kesadaran akan nilai-nilai religius, yang dipandang
penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke
dalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain
2. Etis (Ahlaqiyyah) Salah satu prinsip marketing syariah yang tidak
dimiliki dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini
adalah sifatnya yang religious (diniyyah). Kondisi ini tercipta tidak
karena keterpaksaan, tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai-
nilai religious, yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas
pemasaran agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang dapat
merugikan orang lain. Kemudian, ketika seorang marketer harus
menyusun taktik pemasaran, apa yang menjadi keunikan dari
perusahaannya dibanding perusahaan lain (diferensiasi), begitu
juga dengan marketing mix-nya, dalam mendesain produk,
menetapkan harga, penempatan, dan dalam melakukan promosi,
senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai religius. Apalagi dalam melakukan
proses penjualan, yang sering menjadi tempat seribu satu macam
kesempatan untk melakukan kecurangan dan penipuan, kahadiran
nilai-nilai religius menjadi sangat penting. Syariah marketer selain
tunduk kepada hukum-hukum syariah, juga senantiasa menjauhi
segala larangan-larangannya dengan sukarela, pasrah, dan
nyaman, dodorong oleh bisikan dari dalam, bukan paksaan dari
luar. Keistimewaan yang lain dan pemasaran syariah adalah juga
karena sangat mengedepankan nilai moral dan etika dalam seluruh
aspek kegiatannya tidak peduli apapun agamanya, karena nilai
moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal, yang diajarkan
oleh semua agama.
8
3. Realistis (al-Waqi'iyyah) Syariah marketer bukanlah berarti para
pemasar itu harus berpenampilan ala arab dan mengharamkan
dasi karena dianggap merupak simbol masyarakat arab. Syariah
marketer adalah para pemasar profesional dengan penampilan
yang bersih, rapi, dan bersahaja. Mereka bekerja dengan
profesional dan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan,
aspek moral, dan kejujuran dalam segala aktivitas pemasarannya.
Fleksibelitas atau kelonggaran (al-„afw) sengaja diberikan oleh
Allah SWT.agar penerapan syariah senantiasa realistis dan dapat
mengikuti perkembangan zaman. Semua ini menunjukkan bahwa
sedikitnya bebab dan luasnya ruang kelonggaran bukanlah suatu
kebetulan, melainkan kehendak Allah agar syariah Islam
senantiasa abadi dan kekal sehingga sesuai bagi setiap zaman,
daerah, dan keadaan apapun Pemasaran syariah adalah konsep
pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan
syariah Islamiyah yang melandasinya. Pemasar syariah adalah
para pemasar professional dengan penampilan yang bersih, rapi
dan bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang
dikenakannya, bekerja dengan mengedepankan nilai-nilai religius,
kesalehan, aspek moral dan kejujuran dalan segala aktivitas
pemasarannya.
4. Humanistis (al-Insaniyyah) Prinsip marketing syariah yang lain
adalah humanistis. Pengertian humanistis (alinsaniyyah) adalah
bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat,
sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat
kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Dengan
demikian, nilai humanistis ia menjadi manusia yang terkontrol, dan
seimbang, bukan manusia yang serakah, yang menghalalkan
segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. 10
Syariat Islam adalah syariah humanistis. Syariat islam diciptakan
untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan
ras, warna kulit, kebangsaan, dan status. Hal inilah yang membuat
9
syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariat humanistis
universal. Pemasaran syariah juga bersifat humanistis universal.
Pengertian universal adalah bahwa syariah Islam diciptakan untuk
manusia agar terangkat derajatnya dan terjaga serta terpelihara
sifat-sifat kemanusiaanya, terkontrol dan seimbang tanpa
menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Oleh
karena itu pemasaran syariah jauh dari aktifitas persaingan yang
tidak sehat dan menghalalkan segala cara untuk mencapai
keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasaran syariah sendiri menurut definisi adalah adalah penerapan
suatu disiplin bisnis strategis yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah.
Sehingga secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses
social yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi
kebutuhandan keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan
kepuasan yang optimal.
11
DAFTAR PUSTAKA
12