Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK PEMASARAN SYARIAH

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemasaran Syariah

DOSEN PENGAMPU :

RASYIDAH BULQIS, S.A.P., M.E

DISUSUN OLEH :

NURFADILAH
(NIM: 2102010001)
SITTI MULYANA
(NIM: 2102010007)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL IRSYAD

(STAI-DDI) PINRANG

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “Karakteristik Pemasaran
Syariah” ini dengan baik dan tepat waktu guna memenuhi tugas mata kuliah
Pemasaran Syariah.

Dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini penyusun tidak terlepas


dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 04 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Teistis (Rabbaniyah)...........................................................................4

B. Etis (Akhlaqiyah)................................................................................5

C. Realistis (Al-Waqiyyah).....................................................................6

D. Humanistis (Insaniyah).......................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................11

A. Kesimpulan.......................................................................................11

B. Saran.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam telah mengatur segala aspek dalam kehidupan termasuk
dalam bidang ekonomi. Rasulullah Saw. adalah seorang figur pegiat dakwah
dan ekonomi yang sudah sepantasnya menjadi teladan bagi umat manusia.
Beliau, Muhammad telah memulai usaha berdagang sejak usia remaja dan
dalam proses perdagangan dan transaksi yang dilakukannya merupakan
cerminan dari betapa detailnya agama Islam dalam memperhatikan hidup dan
kehidupan masyarakat.
Ada beberapa proses yang menjadi rangkaian dalam kegiatan ekonomi
salah satunya adalah kegiatan pemasaran atau marketing. Dalam kegiatan ini
memuat beberapa hal mengenai proses menentukan harga, menentukan lokasi
usaha, fasilitas, kualitas dan kenyamanan yang ditawarkan oleh perusahaan
dalam produknya. Agama Islam memandang hal demikian dengan segala
kehati-hatian dengan memperhatikan aspek hubungan dengan Tuhandan juga
sesama manusia.1
Pemasaran dalam Islam adalah bentuk muamalah yang dibenarkan
dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-
hal terlarang oleh ketentuan syariah.2
Menurut Hermawan Kartajaya da Muhammad Syakir Sula, Pemasaran
Syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran dan perubahaan value dari suatu inisiator kepada
stakeholders nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akd fan
prinsip-prinsip muamlah (business) dalam Islam. 3

1
Enca Anisa Nurfadillah, “Karakteristik Pemasaran Syariah”
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/enca45506/61c17f337a6d8809f028b8
22/karakteristik-pemasaran-syariah, diakses pada tanggal 04 November 2023.
2
Afwan Rifki Muhammad, “Karakteristik & Prinsip Pemasaran Syariah (Marketing
Syariah)”https://hes.unida.gontor.ac.id/karakteristik-prinsip-pemasaran-syariah-marketingsyariah/,
diakses pada tanggal 04 November 2023.
3
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2006) h. 26.

1
2

Hal ini berarti bahwa dalam pemasaran syariah, seluruh proses baik
proses penciptaan, penawaran, maupun perubahan nilai (value), tidak boleh
ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
Islam. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimpangan prinsip-
prinsip muamalah Islami tidak terjadi dalam suatu transaksi atau dalam proses
suatu bisnis, maka bentuk transaksi apapun dalam pemasaran dapat
dibolehkan.4
Syariah Manajemen marketing syariah adalah sebagai suatu ilmu
memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai
yang unggul kepada pelanggan dengan berorientasi pada ketentuan-ketentuan
syariah.5
Sebagian besar konsep marketing konvensional yang berkembang
selama ini masih berbasis pada paradigma peningkatan kuantitas penjualan
sebesar-besarnya, tanpa mempertimbangkan apakah proses marketing
tersebut dapat memenuhi harapan konsumen atau hanya menguntungkan
penjual saja. Hal ini barangkali terjadi karena ilmu marketing sendiri lahir
dari ilmu periklanan (advertising). Terlihat dari banyaknya iklan-iklan dan
testimoni palsu dari beberapa produsen, baik penyedia barang maupun jasa.
Dalam perspektif islam, ini tentu saja menyalahi Syariah. Sebab yang
demikian hanya akan menguntungkan satu pihak yang dalam hal penjual
(produsen) dan merugikan yang lain, yaitu konsumen.
Maka dari permasalahan di atas, islam telah memberikan solusi
bagaimana kemudian proses marketing dapat dilakukan secara adil, tetapi
tentu tidak mengabaikan tujuan-tujuan dari merketing untuk meningkatkan
profit. Marketing dalam islam memiliki empat karakteristik, yaitu:
rabbaniyah, akhlaqiyah, waqi’iyah, dan insaniyah.6

4
Ibid.
5
Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek (Jakarta:
Gema Insani, 2003) h. 10.
6
Dony Burhan Noor Hasan, “Syariah Marketing”, Jurnal Ekonomi, 5 (Juli, 2001), h.1.
3

Jika proses marketing dilakukan dengan menggunakan empat karakter


tersebut, maka tujuan marketing yang sesungguhnya akan dicapai. Karena
pada dasarnya, marketing merupakan sebuah proses untuk memahami dan
memberikan yang terbaik apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh
konsumen. Jika kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan barang/jasa yang
tepat dan cara-cara yang tepat pula (tidak menyalahi etika), maka konsumen
akan mendapatkan kepuasan yang maksimal. Ketika konsumen mendpatkan
kepuasan yang maksimal, maka mereka akan menaikkan konsumsinya yang
pada gilirannya akan meningkatkan penjualan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teistis (rabbaniyah) sebagai karakteristik pemasaran syariah?
2. Bagaimana etis (akhlaqiyyah) sebagai karakteristik pemasaran syariah?
3. Bagaimana realistis (al-waqiyyah) sebagai karakteristik pemasaran
syariah?
4. Bagaimana humanistis (al-insaniyyah) sebagai karakteristik pemasaran
syariah?

C. Tujuan
1. Mengetahui teistis (rabbaniyah) sebagai karakteristik pemasaran syariah.
2. Mengetahui etis (akhlaqiyyah) sebagai karakteristik pemasaran syariah.
3. Mengetahui realistis (al-waqiyyah) sebagai karakteristik pemasaran
syariah.
4. Mengetahui humanistis (insaniyyah) sebagai karakteristik pemasaran
syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teistis (Rabbaniyah)
Salah satu ciri khas syariah marketing yang tidak dimiliki dalam
pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang
religious (diniyah). Kondisi seperti ini tercipta tidak karena keterpaksaan,
tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai-nilai religious, yang dipandang
penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke dalam
perbuatan yang dapat merugikan orang lain.7 Jiwa seorang syariah marketer
meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini
adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk
kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu
mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan
kemaslahatan.8
Sifat Rabbaniyah ini juga menunjukkan bahwa hokum Allah yang
telah ditetapkan bagi semua hamba-Nya di muka bumi, merupakan aturan dan
undang-undang yang paling adil. Karena Allah merupakan Dzat Yang Maha
Tahu atas semua yang terbaik (al-aslah}) bagi seluruh ciptaanNya.
Disamping itu Allah juga memiliki sifat Maha Adil, dimana Dia tidak
mungkin atau mustahil memberikan hukuman bagi seseorang yang tidak
melakukan perbuatan jahat, begitu juga sebaliknya.
Keimanan dan kesadaran seseorang mukmin akan prinsip-prinsip di
atas akan mengantarkan dirinya, senantiasa merasa terawasi oleh Allah swt.
sehingga dia tidak akan merelakan dirinya untuk menghinakan dirinya di
hadapan Dzat Yang Maha Sempurna, inilah yang dimaksud oleh hadis Nabi
sebagai sifat malu (al-haya’). Dimana sifat ini merupakan sumber dari segala
kebajikan. Andaikata sikap dan sifat ini tertanam kuat dalam sanubari seorang

7
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Sula, Syariah Marketing (Jakarta: PT Pustaka
Mizan, 2006), h. 28.
8
Halmien, “Kenali 4 Karakteristik ini dalam Pemasaran Syariah
https://serambiummah.tribunnews.com/2014/10/07/kenali-4-karakteristik-ini-dalam-pemasaran-
syariah, diakses pada tanggal 04 November 2023.

4
5

hamba, maka ia tidak akan melakukan hal-hal yang menjerumuskan dirinya


kepada jurang kebinasaan, seperti; berbohong, melebih-lebihkan berita,
menyogok, dan menimbulkan kerugian (dzalim) kepada orang lainnya. Hal ini
bukan hanya dia lakukan agar terhindar dari murka atau kondisi terhina di
hadapan Tuhan. Akan tetapi juga dimaksudkan untuk meraih keridaan dan
cinta Allah swt.

B. Etis (Akhlaqiyah)
Keistimewaan lain dari syariah marketer selain karena teistis
(rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral,
etika) dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika
adalah nilai yang bersifat universalo, yang diajarkan oleh semua agama.9
Berbagai kasus yang meruntuhkan bisnis-bisnis perusahaan ternama,
baik itu yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta, rata-rata disebabkan
oleh tidak dijadikannya etika dan moral sebagai pedoman dalam berbisnis.
Segala cara dihalalkan asalkan bisa mendapatkan keuntungan financial yang
sebesar-besarnya, tidak peduli kalau ada pihak lain yang dirugikan oleh
perbuatannya.
Sifat etis (akhlaqiyah) ini sebenarnya merupakan turunan dari sifat
teistis (rabbaniyah) di atas. Dalam artian, seseorang yang meyakini dan
menyadari keberadaan Allah swt beserta sifat-sifat yang terpuji bagi-Nya,
maka ia akan menjadi pribadi yang muncul dari dirinya sifat dan sikap yang
mulia (akhlaq karimah). Karena dirinya senantiasa merasa terus diawasi oleh
Allah swt., dan pada Hari Pembalasan ia kelak akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang dilakukannya di dunia.
Dengan demikian, syariah marketing adalah konsep pemasaran yang
sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apa pun
agamanya. Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat
universal, yang diajarkan oleh semua agama. Adapun Islam merupakan salah
satu agama yang menegaskan bahwa Rasul yang diutus oleh Allah swt.

9
Agung Prayoga, “Konsep Pemasaran Syariah” Makalah Pemasaran Syariah (Tanjung
Pura: Academia, 2016), h. 4.
6

mengemban misi untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Selanjutnya


rasul juga pernah berpesan, bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang
bisa memberikan konstribusi positif bagi yang lainnya, dan konstribusi yang
positif ini hanya muncul dari orang-orang yang bermoral dan beretika.
Akhlaq yang mulia bisa dikatakan sebagai goal dari prinsip-prinsip
ajaran agama Islam yang lainnya, seperti: aqidah (keyakinan) dan syariah
(peribadatan dan muamalah). Artinya, semua yang Allah perintahkan kepada
umat manusia, baik dalam bidang akidah maupun ibadah samasama memilki
tujuan agar manusia itu menjadi pribadi-pribadi yang berbudi pekerti luhur.
Misalnya, ibadah puasa yang Allah swt wajibkan bagi semua umat Islam pada
bulan Ramadhan, ditujukan untuk mencetak pribadi yang bertaqwa, yaitu
orang-orang yang tulus melakukannya hanya untuk Allah semata dan setelah
itu timbul dari dalam dirinya, sikap-sikap peduli terhadap penderitaan sesame
manusia.
Abdullah Gymnastiar mengatakan, bahwa bagi setiap Muslim yang
akan melakukan shalat diwajibkan untuk bersuci terlebih dahulu. Tidak hanya
suci tubuh, tetapi juga suci pakaian, tempat ibadah, bahkan suci hati. Bukan
hanya sekedar dalam hal ibadah, tapi juga dianjurkan ketika kita berinteraksi
dengan orang lainnya, dalam bidang politik maupun bisnis.10

C. Realistis (Al-Waqiyyah)
Pemasaran syariah bukanlah konsep eksklusif, fanatik, anti
modernitas, dan kaku. Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang
fleksibel, sebagai keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang
melandasinya. Pemasaran syariah adalah para pemasar profesional dengan
penampilan yang bersih rapi dan bersahaja, apapun model atau gaya
berpakaian yang dikenakannya. Mereka bekerja dengan profesional dan
mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan kejujuran
dalam segala aktivitas pemasarannya.11
10
Abdullah Gymanstiar, Meraih Baning Hati dengan Manajemen Qalbu (Jakarta: Gema
Insani, 2002), h. 19.
11
Rizki Utami dan Unun Roudlotul Janah, “Analisis Marketing Syariah terhadap Strategi
Pemasaran Keripik Tempe De Yati Madiun” Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis Vol. 2 No. 2,
7

Pemasaran syariah yang dijelaskan dalam konteks ini adalah


pendekatan pemasaran yang terbuka, adaptif, dan modern. Ini menunjukkan
bahwa pemasaran syariah tidak bersifat eksklusif, fanatik, atau kaku,
melainkan sesuai dengan kebutuhan zaman dan berlandaskan pada prinsip-
prinsip syariah Islamiyah yang luwes. Berikut adalah contoh konkret yang
mencerminkan karakteristik pemasaran syariah yang fleksibel dan
profesional:
Misalkan ada sebuah perusahaan yang beroperasi dalam industri
teknologi. Mereka menjual produk-produk teknologi, seperti smartphone atau
perangkat lunak. Untuk memasarkan produk mereka secara syariah, mereka
dapat mengambil beberapa langkah:
1. Fleksibilitas dalam Produk. Perusahaan ini dapat memastikan bahwa
produk mereka sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, misalnya, dengan
menawarkan aplikasi yang membantu pengguna menjalani kehidupan
sesuai dengan nilai-nilai agama Islam, seperti jadwal shalat atau aplikasi
keuangan yang mematuhi prinsip-prinsip keuangan syariah.
2. Penampilan Pemasar. Tim pemasaran perusahaan ini dapat berpakaian
sopan dan sesuai dengan norma-norma syariah dalam penampilan
mereka. Mereka mungkin memilih untuk berpakaian dengan sederhana
dan bersih, yang mencerminkan nilai kesederhanaan dalam Islam, tetapi
tetap profesional dalam penampilan mereka.
3. Pendekatan Nilai-Nilai. Dalam kampanye pemasaran mereka, perusahaan
ini dapat mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan
kejujuran. Mereka dapat menekankan bagaimana produk mereka dapat
membantu pelanggan menjalani kehidupan yang lebih baik secara moral
dan spiritual.
4. Modernitas. Perusahaan tersebut dapat menggunakan strategi pemasaran
modern, seperti media sosial, pemasaran digital, dan alat-alat teknologi
terkini untuk mencapai audiens mereka. Ini menunjukkan bahwa

(Juni-Desember 2022), h. 216.


8

pemasaran syariah dapat tetap relevan dalam era modern dan mengikuti
tren teknologi.
Dengan pendekatan ini, perusahaan tersebut memadukan prinsip-
prinsip syariah dengan praktik pemasaran yang profesional dan modern,
menciptakan hubungan yang seimbang antara nilai-nilai agama dan
kebutuhan bisnisnya. Pemasaran syariah dalam hal ini tidak bersifat eksklusif
atau kaku, melainkan responsif terhadap tuntutan zaman dengan tetap
memegang teguh nilai-nilai syariah.

D. Humanistis (Insaniyah)
Keistimewaan pemasaran syariah yang lain adalah sifatnya yang
humanistis yang universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah
diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya
terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkengkang
dengan panduan syariah. Humanistis diciptakan untuk manusia sesuai dengan
kapasitasnya tanpa mempedulikan ras, warna, kulit, kebangsaan, dan status,
sehingga syariah marketing bersifat universal.12
Di bawah ini adalah penjelasan lebih lanjut yang mencerminkan
karakteristik ini:
1. Meningkatkan Martabat Manusia. Prinsip pemasaran syariah yang
humanistis universal menekankan bahwa syariah Islam adalah alat untuk
meningkatkan martabat manusia. Ini mencakup upaya untuk memastikan
bahwa produk dan layanan yang ditawarkan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah dan tidak merendahkan martabat atau integritas manusia.
Misalnya: Sebuah perusahaan yang memproduksi pakaian Muslimah
mengedepankan desain pakaian yang sesuai dengan prinsip-prinsip
busana Islam. Mereka memastikan bahwa pakaian mereka mencerminkan
nilai-nilai kesopanan dan kepatutan, sehingga pelanggan merasa nyaman
dan martabat mereka terjaga saat memakai produk tersebut.

12
Nashar, Pemberdayaan Ekonomi Generasi Muda Dimulai dari Halaman Masjid (Jawa
Timur: Duta Media, 2017), h. 124.
9

2. Menjaga Sifat Kemanusiaan. Prinsip ini menekankan bahwa syariah


Islam membantu menjaga sifat kemanusiaan individu, termasuk nilai-
nilai moral dan etika. Produk atau layanan yang mematuhi prinsip-prinsip
syariah tidak hanya menciptakan kesejahteraan material, tetapi juga
membantu menjaga integritas moral dan etika pelanggan. Contohnya:
Bank syariah yang menawarkan layanan keuangan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah menjaga sifat kemanusiaan pelanggan dengan
menawarkan solusi keuangan yang bebas dari bunga, yang dianggap
melindungi pelanggan dari praktik keuangan yang dapat merugikan
mereka.
3. Mengendalikan Sifat-Sifat Kehewanan. Prinsip ini mengacu pada
panduan syariah yang membantu individu mengendalikan nafsu dan
perilaku yang mungkin dapat dianggap sifat-sifat kehewanan. Produk dan
layanan syariah berfokus pada mengendalikan aspek-aspek seperti
konsumsi makanan, minuman, dan perilaku keuangan yang mungkin
tidak sejalan dengan nilai-nilai agama. Misalnya: Perusahaan makanan
yang memproduksi makanan halal menjaga agar produk mereka
memenuhi standar kehalalan. Dengan demikian, mereka membantu
pelanggan mengendalikan aspek-aspek konsumsi makanan sesuai dengan
ajaran Islam, menjauhi makanan yang tidak halal atau meragukan.
Dalam semua contoh tersebut, prinsip-prinsip pemasaran syariah yang
humanistis universal berfungsi untuk menjaga martabat manusia, mendorong
perilaku etis, dan membantu individu mengendalikan sifat-sifat
kehewanannya. Ini adalah implementasi nyata dari syariah Islam yang relevan
untuk semua individu tanpa diskriminasi.
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, bahwa syariat itu
diturunkan oleh Allah swt, semata-mata demi kemaslahatan umat manusia,
agar derajat manusia itu terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan
terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan
syariat. Dengan memiliki nilai humanistis, ia menjadi manusia yang
terkontrol dan seimbang (tawazun), bukan sosok yang serakah, menghalalkan
10

segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Bukan pula


menjadi manusia yang bahagia di atas penderitaan orang lain atau sosok yang
hatinya kering dari kepedulian social.13

13
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Sula, Syariah Marketing (Jakarta: PT Pustaka
Mizan, 2006), h. 38.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas adapun yang dapat disimpulkan bahwa:


1. Teistis (rabbaniyah) yaitu jiwa seorang syariah marketer meyakini
bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini
adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala
bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan, paling
mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan
menyebarluaskan kemaslahatan.
2. Etis (akhlaqiyah) yaitu mengedepankan masalah akhlak (moral, etika)
dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika
adalah nilai yang bersifat universalo, yang diajarkan oleh semua agama
3. Realistis (al-waqiyyah) yaitu konsep pemasaran yang fleksibel, sebagai
keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya, bukan
konsep eksklusif, fanatik, anti modernitas, dan kaku.
4. Humanistis (insaniyah) yaitu prinsip-prinsip syariah Islam diarahkan
untuk meningkatkan martabat manusia, menjaga sifat kemanusiaan, dan
mengendalikan sifat-sifat hewani dengan pedoman syariah. Syariah Islam
ditempatkan sebagai panduan yang relevan dan bermanfaat bagi semua
individu, tanpa memandang ras, warna kulit, kebangsaan, atau status
sosial.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat mudah – mudahan apa yang
kami paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk
lebih mengenal tentang pemasaran syariah. Kami menyadari apa yang kami
paparkan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai apa yang di
harapkan,untuk itu kami berharap masukan yang lebih banyak lagi dari dosen
pengampu dan teman – teman semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gymanstiar, Abdullah. 2002. Meraih Baning Hati dengan Manajemen Qalbu.


Jakarta: Gema Insani.
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah dalam
Praktek. Jakarta: Gema Insani.
Halmien. “Kenali 4 Karakteristik ini dalam Pemasaran
https://serambiummah.tribunnews.com/2014/10/07/kenali-4-karakteristik-
ini-dalam-pemasaran-syariah, diakses pada tanggal 04 November 2023.
Hasan, Dony Burhan Noor. 2001. Syariah Marketing. Jurnal Ekonomi, 5 (Juli,
2001).
Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Muhammad. Afwan Rifki. “Karakteristik & Prinsip Pemasaran Syariah
(Marketing Syariah)”https://hes.unida.gontor.ac.id/karakteristik-prinsip-
pemasaran-syariah-marketingsyariah/, diakses pada tanggal 04 November
2023.
Nashar. 2017. Pemberdayaan Ekonomi Generasi Muda Dimulai dari Halaman
Masjid. Jawa Timur: Duta Media.
Nurfadillah, Enca Anisa. “Karakteristik Pemasaran Syariah”
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/enca45506/61
c17f337a6d8809f028b822/karakteristik-pemasaran-syariah, diakses pada
tanggal 04 November 2023.
Prayoga, Agung. 2016. “Konsep Pemasaran Syariah” Makalah Pemasaran
Syariah. Tanjung Pura: Academia.
Utami, Rizki dan Unun Roudlotul Janah. 2022. “Analisis Marketing Syariah
terhadap Strategi Pemasaran Keripik Tempe De Yati Madiun” Jurnal
Penelitian Ekonomi dan Bisnis Vol. 2 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai