MAKALAH
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
NURFADILAH
(NIM: 2102010001)
SITTI MULYANA
(NIM: 2102010007)
(STAI-DDI) PINRANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “Karakteristik Pemasaran
Syariah” ini dengan baik dan tepat waktu guna memenuhi tugas mata kuliah
Pemasaran Syariah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Teistis (Rabbaniyah)...........................................................................4
B. Etis (Akhlaqiyah)................................................................................5
C. Realistis (Al-Waqiyyah).....................................................................6
D. Humanistis (Insaniyah).......................................................................8
A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam telah mengatur segala aspek dalam kehidupan termasuk
dalam bidang ekonomi. Rasulullah Saw. adalah seorang figur pegiat dakwah
dan ekonomi yang sudah sepantasnya menjadi teladan bagi umat manusia.
Beliau, Muhammad telah memulai usaha berdagang sejak usia remaja dan
dalam proses perdagangan dan transaksi yang dilakukannya merupakan
cerminan dari betapa detailnya agama Islam dalam memperhatikan hidup dan
kehidupan masyarakat.
Ada beberapa proses yang menjadi rangkaian dalam kegiatan ekonomi
salah satunya adalah kegiatan pemasaran atau marketing. Dalam kegiatan ini
memuat beberapa hal mengenai proses menentukan harga, menentukan lokasi
usaha, fasilitas, kualitas dan kenyamanan yang ditawarkan oleh perusahaan
dalam produknya. Agama Islam memandang hal demikian dengan segala
kehati-hatian dengan memperhatikan aspek hubungan dengan Tuhandan juga
sesama manusia.1
Pemasaran dalam Islam adalah bentuk muamalah yang dibenarkan
dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-
hal terlarang oleh ketentuan syariah.2
Menurut Hermawan Kartajaya da Muhammad Syakir Sula, Pemasaran
Syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran dan perubahaan value dari suatu inisiator kepada
stakeholders nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akd fan
prinsip-prinsip muamlah (business) dalam Islam. 3
1
Enca Anisa Nurfadillah, “Karakteristik Pemasaran Syariah”
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/enca45506/61c17f337a6d8809f028b8
22/karakteristik-pemasaran-syariah, diakses pada tanggal 04 November 2023.
2
Afwan Rifki Muhammad, “Karakteristik & Prinsip Pemasaran Syariah (Marketing
Syariah)”https://hes.unida.gontor.ac.id/karakteristik-prinsip-pemasaran-syariah-marketingsyariah/,
diakses pada tanggal 04 November 2023.
3
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2006) h. 26.
1
2
Hal ini berarti bahwa dalam pemasaran syariah, seluruh proses baik
proses penciptaan, penawaran, maupun perubahan nilai (value), tidak boleh
ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
Islam. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimpangan prinsip-
prinsip muamalah Islami tidak terjadi dalam suatu transaksi atau dalam proses
suatu bisnis, maka bentuk transaksi apapun dalam pemasaran dapat
dibolehkan.4
Syariah Manajemen marketing syariah adalah sebagai suatu ilmu
memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai
yang unggul kepada pelanggan dengan berorientasi pada ketentuan-ketentuan
syariah.5
Sebagian besar konsep marketing konvensional yang berkembang
selama ini masih berbasis pada paradigma peningkatan kuantitas penjualan
sebesar-besarnya, tanpa mempertimbangkan apakah proses marketing
tersebut dapat memenuhi harapan konsumen atau hanya menguntungkan
penjual saja. Hal ini barangkali terjadi karena ilmu marketing sendiri lahir
dari ilmu periklanan (advertising). Terlihat dari banyaknya iklan-iklan dan
testimoni palsu dari beberapa produsen, baik penyedia barang maupun jasa.
Dalam perspektif islam, ini tentu saja menyalahi Syariah. Sebab yang
demikian hanya akan menguntungkan satu pihak yang dalam hal penjual
(produsen) dan merugikan yang lain, yaitu konsumen.
Maka dari permasalahan di atas, islam telah memberikan solusi
bagaimana kemudian proses marketing dapat dilakukan secara adil, tetapi
tentu tidak mengabaikan tujuan-tujuan dari merketing untuk meningkatkan
profit. Marketing dalam islam memiliki empat karakteristik, yaitu:
rabbaniyah, akhlaqiyah, waqi’iyah, dan insaniyah.6
4
Ibid.
5
Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek (Jakarta:
Gema Insani, 2003) h. 10.
6
Dony Burhan Noor Hasan, “Syariah Marketing”, Jurnal Ekonomi, 5 (Juli, 2001), h.1.
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teistis (rabbaniyah) sebagai karakteristik pemasaran syariah?
2. Bagaimana etis (akhlaqiyyah) sebagai karakteristik pemasaran syariah?
3. Bagaimana realistis (al-waqiyyah) sebagai karakteristik pemasaran
syariah?
4. Bagaimana humanistis (al-insaniyyah) sebagai karakteristik pemasaran
syariah?
C. Tujuan
1. Mengetahui teistis (rabbaniyah) sebagai karakteristik pemasaran syariah.
2. Mengetahui etis (akhlaqiyyah) sebagai karakteristik pemasaran syariah.
3. Mengetahui realistis (al-waqiyyah) sebagai karakteristik pemasaran
syariah.
4. Mengetahui humanistis (insaniyyah) sebagai karakteristik pemasaran
syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teistis (Rabbaniyah)
Salah satu ciri khas syariah marketing yang tidak dimiliki dalam
pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang
religious (diniyah). Kondisi seperti ini tercipta tidak karena keterpaksaan,
tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai-nilai religious, yang dipandang
penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke dalam
perbuatan yang dapat merugikan orang lain.7 Jiwa seorang syariah marketer
meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini
adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk
kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu
mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan
kemaslahatan.8
Sifat Rabbaniyah ini juga menunjukkan bahwa hokum Allah yang
telah ditetapkan bagi semua hamba-Nya di muka bumi, merupakan aturan dan
undang-undang yang paling adil. Karena Allah merupakan Dzat Yang Maha
Tahu atas semua yang terbaik (al-aslah}) bagi seluruh ciptaanNya.
Disamping itu Allah juga memiliki sifat Maha Adil, dimana Dia tidak
mungkin atau mustahil memberikan hukuman bagi seseorang yang tidak
melakukan perbuatan jahat, begitu juga sebaliknya.
Keimanan dan kesadaran seseorang mukmin akan prinsip-prinsip di
atas akan mengantarkan dirinya, senantiasa merasa terawasi oleh Allah swt.
sehingga dia tidak akan merelakan dirinya untuk menghinakan dirinya di
hadapan Dzat Yang Maha Sempurna, inilah yang dimaksud oleh hadis Nabi
sebagai sifat malu (al-haya’). Dimana sifat ini merupakan sumber dari segala
kebajikan. Andaikata sikap dan sifat ini tertanam kuat dalam sanubari seorang
7
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Sula, Syariah Marketing (Jakarta: PT Pustaka
Mizan, 2006), h. 28.
8
Halmien, “Kenali 4 Karakteristik ini dalam Pemasaran Syariah
https://serambiummah.tribunnews.com/2014/10/07/kenali-4-karakteristik-ini-dalam-pemasaran-
syariah, diakses pada tanggal 04 November 2023.
4
5
B. Etis (Akhlaqiyah)
Keistimewaan lain dari syariah marketer selain karena teistis
(rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral,
etika) dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika
adalah nilai yang bersifat universalo, yang diajarkan oleh semua agama.9
Berbagai kasus yang meruntuhkan bisnis-bisnis perusahaan ternama,
baik itu yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta, rata-rata disebabkan
oleh tidak dijadikannya etika dan moral sebagai pedoman dalam berbisnis.
Segala cara dihalalkan asalkan bisa mendapatkan keuntungan financial yang
sebesar-besarnya, tidak peduli kalau ada pihak lain yang dirugikan oleh
perbuatannya.
Sifat etis (akhlaqiyah) ini sebenarnya merupakan turunan dari sifat
teistis (rabbaniyah) di atas. Dalam artian, seseorang yang meyakini dan
menyadari keberadaan Allah swt beserta sifat-sifat yang terpuji bagi-Nya,
maka ia akan menjadi pribadi yang muncul dari dirinya sifat dan sikap yang
mulia (akhlaq karimah). Karena dirinya senantiasa merasa terus diawasi oleh
Allah swt., dan pada Hari Pembalasan ia kelak akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang dilakukannya di dunia.
Dengan demikian, syariah marketing adalah konsep pemasaran yang
sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apa pun
agamanya. Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat
universal, yang diajarkan oleh semua agama. Adapun Islam merupakan salah
satu agama yang menegaskan bahwa Rasul yang diutus oleh Allah swt.
9
Agung Prayoga, “Konsep Pemasaran Syariah” Makalah Pemasaran Syariah (Tanjung
Pura: Academia, 2016), h. 4.
6
C. Realistis (Al-Waqiyyah)
Pemasaran syariah bukanlah konsep eksklusif, fanatik, anti
modernitas, dan kaku. Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang
fleksibel, sebagai keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang
melandasinya. Pemasaran syariah adalah para pemasar profesional dengan
penampilan yang bersih rapi dan bersahaja, apapun model atau gaya
berpakaian yang dikenakannya. Mereka bekerja dengan profesional dan
mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan kejujuran
dalam segala aktivitas pemasarannya.11
10
Abdullah Gymanstiar, Meraih Baning Hati dengan Manajemen Qalbu (Jakarta: Gema
Insani, 2002), h. 19.
11
Rizki Utami dan Unun Roudlotul Janah, “Analisis Marketing Syariah terhadap Strategi
Pemasaran Keripik Tempe De Yati Madiun” Jurnal Penelitian Ekonomi dan Bisnis Vol. 2 No. 2,
7
pemasaran syariah dapat tetap relevan dalam era modern dan mengikuti
tren teknologi.
Dengan pendekatan ini, perusahaan tersebut memadukan prinsip-
prinsip syariah dengan praktik pemasaran yang profesional dan modern,
menciptakan hubungan yang seimbang antara nilai-nilai agama dan
kebutuhan bisnisnya. Pemasaran syariah dalam hal ini tidak bersifat eksklusif
atau kaku, melainkan responsif terhadap tuntutan zaman dengan tetap
memegang teguh nilai-nilai syariah.
D. Humanistis (Insaniyah)
Keistimewaan pemasaran syariah yang lain adalah sifatnya yang
humanistis yang universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah
diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya
terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkengkang
dengan panduan syariah. Humanistis diciptakan untuk manusia sesuai dengan
kapasitasnya tanpa mempedulikan ras, warna, kulit, kebangsaan, dan status,
sehingga syariah marketing bersifat universal.12
Di bawah ini adalah penjelasan lebih lanjut yang mencerminkan
karakteristik ini:
1. Meningkatkan Martabat Manusia. Prinsip pemasaran syariah yang
humanistis universal menekankan bahwa syariah Islam adalah alat untuk
meningkatkan martabat manusia. Ini mencakup upaya untuk memastikan
bahwa produk dan layanan yang ditawarkan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah dan tidak merendahkan martabat atau integritas manusia.
Misalnya: Sebuah perusahaan yang memproduksi pakaian Muslimah
mengedepankan desain pakaian yang sesuai dengan prinsip-prinsip
busana Islam. Mereka memastikan bahwa pakaian mereka mencerminkan
nilai-nilai kesopanan dan kepatutan, sehingga pelanggan merasa nyaman
dan martabat mereka terjaga saat memakai produk tersebut.
12
Nashar, Pemberdayaan Ekonomi Generasi Muda Dimulai dari Halaman Masjid (Jawa
Timur: Duta Media, 2017), h. 124.
9
13
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Sula, Syariah Marketing (Jakarta: PT Pustaka
Mizan, 2006), h. 38.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA