Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETIKA BISNIS DAN ETIKA PEMASARAN SECARA SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Manajemen Pemasaran Jasa
Bank Syariah

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Nuradila Lutfia 3321041

Suti Herawani 3321049

Maisyarah 3321078

Dosen Pengampu :

ASNAH,SE.,MM

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah swt atas limpahan rahmat dan anugrah darinya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Etika bisnis dan etika pemasaran secara syariah” ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pada
mata kuliah “Manajemen pemasaran jasa bank syariah ”.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah yang buat ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya, dan masih jauh dari kata sempurna.

Bukittinggi,30 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulis .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3

A. Implikasi Etika Dan Fungsi-Fungsi Bisnis ....................................................................... 3


B. Hubungan Perusahaan Dan Pelaku Usaha Yang Lain ..................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Etika pemasaran islam merupakan kombinasi maksimalisasi nilai dengan prinsip-prinsip


kesetaraan dan keadilan bagi kesejahteraan masyarakat. Etika pemasaran islam berdasarkan
prinsip-prinsip kesetaraan dan ekuitas dalam islam yang berbeda dari etika sekuler dalam banyak
hal. Prinsip-prinsip tersebut menciptakan nilai dan meningkatkan standar hidup orang pada
umumnya melalui kegiatan bisinis komersial. Dalam lingkup perbankan maupun jasa keuangan,
perbedaan mendasar dari prinsip keuangan konvensional dan keuangan syariah terletak pada
tingkat pengambalian dari bentuk penyertaan modal yang tidak terjamin, dalam hal ini disebut
riba. Perbedaan tersebut merupakan hasil dari implementasi prinsip-prinsip nilai kesetaraan dan
keadilan dari hukum islam, yang memberikan peluang bagi para pelaku keuangan syriah dalam
membuat suatu produk atau layanan yang berbeda untuk ditawarkan kepada konsumen.

Di dalam sebuah bisnis, pemasaran menjadi ujung tombak dalam kegiatan suatu usaha.
Pemasaran merupakan proses merencanakan dan melaksanakan konsep, penetapan harga,
promosi, dan distribusi ide (hasil pemikiran), barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang dapat memuaskan tujuan individu maupun organisasi.Keunikan dalam sebuah sistim etika
islam untuk semua atmosfer dalam bidang kehidupan manusia.Islam memiliki nilai khas sistim
etika untuk urusan bisnis. Tak terkecuali dibidang pemasaran, konsep etika islam termasuk
didalamnya. Kotler mengatakan bahwa program pemasaran yang efektif memadukan semua
unsur bauran pemasaran ke dalam program pemasaran yang dirancang untuk mencapai tujuan
pemasaran perusahaan dengan memberikan nilai kepada pelanggan. Persepsi konsumen tentang
bauran pemasaran mungkin berbeda sesuai dengan persepsi konsumen, perilaku konsumen,
karakteristik, budaya, agama, politik dan kebiasaan. Agama menjadi sesuatu yang berpengaruh
terhadap keputusan konsumen dalam mengunakan sebuah produk dan jasa. Semenjak para
penganut agama islam adalah konsumen dengan pertumbuhan yang cepat, perlu bagi para
perusahaan termasuk perbankan mempertimbangkan bagaimana melayani sesuai kebutuhan
mereka dari segi bauran pemasarannya. Di dalam etika pemasaran islam, hal yang paling utama
dari sebuah produk adalah kehalalan, tidak memanipulasi, promosi yang jujur, dan tidak

1
melebih-lebihkan. Prinsip-prinsip etika binis islam dituangkan dalam anilisis bauran pemasaran
oleh Muslich sebagai bentuk analisis pemasaran yang sesuai nilai islam. Di Indonesia, fenomena
yang terjadi pertumbuhan lembaga keuangan syariah mikro juga lamban dan masih tertinggal
dari lembaga keuangan mikro konvensional lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Implikasi Etika Dan Fungsi-Fungsi Bisnis?
2. Hubungan Perusahaan Dan Pelaku Usaha Yang Lain?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Etika Dan Fungsi-Fungsi Bisnis.
2. Untuk Mengetahui Perusahaan Dan Pelaku Usaha Yang Lain.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implikasi Etika Dan Fungsi-Fungsi Bisnis

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bisnis merupakan suatu sistem. Artinya, dalam


bisnis terdapat komponen atau variabel satu dengan lain yang saling berhubungan untuk
mewujudkan tujuannya. Dengan tujuan yang agak berbeda antara bisnis islami dan non islami,
secara sistem ada beberapa dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan hasil yang diwujudkan.
Kajian berikut ini adalah uraikan tentang etika dalam fungsi pemasaran.

1) Etika dalam Fungsi Pemasaran

Bisnis tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemasaran. Sebab, pemasaran merupakan
aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atas program yang dirancang untuk
menghasilkan transaksi pada target pasar, guna memenuhi kebutuhan perseorangan atau
kelompok berdasarkan asas saling menguntungkan, melalui pemanfaatan produk, harga,
promosi, dan distribusi.

Definisi ini mengarahkan kita bahwa orientasi pemasaran pasar. Sebab, pasar merupakan
mitra sasaran dan sumber penghasilan yang dapat menghidupi dan mendukung pertumbuhan
perusahaan. Oleh karena itu, apa pun yang dilakukan oleh aktivitas pemasaran berorientasi pada
kepuasan pasar. Kepuasan pasar adalah kondisi saling rida dan saling memberi rahmat antara
pembeli dan penjual atas transaksi yang dilakukan. Dengan adanya keridaan ini, pasar tetap
loyal terhadap produk perusahaan dalam jangka waktu yang panjang.1

Aktivitas pemasaran haruslah didasari pada etika dalam bauran pemasarannya, yang
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Etika pemasaran dalam konteks produk:


1. Produk yang halal dan thayyib.
2. Produk yang berguna dan dibutuhkan.

1
Sunardji Daromi,Konsep Pemasaran Bagi Bisnis Islam,(Yogyakarta: FE UII,2003).hlm 80

3
3. Produk yang berpotensi ekonomi atau bermanfaat.
4. Produk yang bernilai tambah yang tinggi.
5. Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan sosial.
6. Produk yang dapat memuaskan masyarakat.
b) Etika pemasaran dalam konteks harga
1. Beban biaya produksi yang wajar.
2. Sebagai alat kompetisi yang sehat.
3. Diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat.
4. Margin perusahaan yang layak.
5. Sebagai alat daya tarik bagi konsumen.
c) Etika pemasaran dalam konteks distribusi
1. Kecepatan dan ketepatan waktu.
2. Keamanan dan keutuhan barang.
3. Sarana kompetisi memberikan pelayanan kepada masyarakat.
4. Konsumen mendapat pelayanan tepat dan cepat.
d) Etika pemasaran dalam konteks promosi
1. Sarana memperkenalkan barang.
2. Informasi kegunaan dan kualifikasi barang.
3. Sarana daya tarik barang terhadap konsumen.
4. Informasi fakta yang ditopang kejujuran.2

Dalam kerangka Islam, etika dalam pemasaran perlu didasari oleh nilai-nilai yang
dikandung Al-Quran dan hadis Nabi. Beberapa ayat dan hadis Nabi yang dapat dijadikan pijakan
etika dalam pemasaran di antaranya:

1. Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada


sembilan dari sepuluh rezeki.
2. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka

2
Richard George,Business Ethics,(New Jersey: Prentice Inc A.Simon and Schuster Company, 1990),
hlm.3-5

4
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang kepadamu.
3. Barang siapa yang memelihara silaturahmi, Allah akan menganugerahkan rezeki yang
melimpah dan umur panjang.

Di samping itu, teladan Rasulullah dalam berdagang dapat dijadikan acuan dalam
memasarkan produk perdagangannya. Beberapa etika Rasulullah dalam membangun citra
dagangnya adalah sebagai berikut:

1. Cara

Cara berdagang Rasulullah adalah tidak membohongi pelanggan baik menyangkut


besaran (kuantitas) maupun kualitas.

2. Pelayanan

Pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan hendaknya diberi tempo untuk
melunasinya atau diberi pengampunan (apabila memungkinkan) jika ia benar-benar tidak
sanggup membayarnya.

3. Persuasi

Menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang. "Sumpah dengan maksud
melariskan barang dagangan adalah penghapusan berkah."

4. Penuasan

Hanya dengan kesepakatan bersama, dalam suatu usulan dan penerimaan, penjualan akan
sempurna.3

2) Etika Islam Dalam Tanggung Jawab Sosial Organisasi Bisnis

Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban organisasi untuk melindungi dan
memberi kontribusi kepada masyarakat tempat ia berada. Sebuah organisasi mempunyai
tanggung jawab sosial dalam tiga domain, yaitu pelaku organisasi, lingkungan alam, dan
kesejahteraan sosial secara umum.

3
Ricky Griffin, The Management Of Organizations,(USA: Houghton Mifflin Company, 1992), hlm. 726

5
3) Pelaku Organisasi

Pelaku organisasi merujuk pada orang-orang dan/atau organisasi yang dipengaruhi oleh
tindakan organisasi. Etika dapat mem perlihatkan cara perusahaan berhubungan dengan para
pekerja mereka, para pekerja berhubungan dengan perusahaan.Dan perusahaan berhubungan
dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lain sebagai berikut:

a. Hubungan perusahaan dengan pekerja

Dalam wilayah non-Islam, standar etis sering ditentukan oleh perilaku para manajer.
Standar ini meliputi perekrutan dan pemecatan, upah, pelecehan seksual, dan hal-hal lain yang
relevan dengan kondisi kerja seseorang.

b. Keputusan perekrutan, promosi dan lain-lain bagi pekerja

Islam mendorong kita untuk memperlakukan setiap muslim secara adil. Sebagai contoh,
dalam perekrutan, promosi atau keputusan keputusan lain, seorang manajer harus menilai kinerja
seseorang terhadap orang lain berdasarkan kejujuran dan keadilan ('adl) adalah sebuah
keharusan.

c. Upah yang adil

Ibn Taimiyah menyatakan bahwa seorang majikan memiliki kewajiban untuk membayar
upah yang adil kepada para pekerjanya. Sejumlah majikan mungkin mengambil keuntungan dari
pekerjanya dan membayar rendah kepada mereka karena tuntutan kebutuhan mereka untuk
mendapat penghasilan. Islam menentang praktik ekploitasi semacam ini. Jika tingkat upah terlalu
rendah, para pekerja tidak termotivasi untuk berusaha secara maksimal. Sama halnya, jika
tingkat upah terlalu tinggi, sang majikan mungkin tidak mendapatkan keuntungan dan tidak
dapat menjalankan perusahaannya.4

Dalam organisasi Islam, upah harus direncanakan dengan cara yang adil, baik bagi
pekerja maupun juga majikan. Pada Hari Pembalasan, Rasulullah SAW. akan menjadi saksi
terhadap "orang yang mempekerjakan buruh dan mendapatkan pekerjaannya diselesaikan
olehnya, tetapi tidak memberikan upah kepadanya". Penekanan terhadap masalah keadilan upah

4
Khursyid Ahmad,Manajemen Pemasaran Bank Syariah,(Bandung: Penerbit Pustaka Setia,2013),hlm.85

6
telah menjadi bagian sejarah Islam selama berabad-abad. Selama masa pemerintahan empat
Khalifah hingga masa kebangkitan kolonialisme Barat, lembaga hisbah telah dikembangkan
untuk menegakkan hukum dan aturan publik serta mengawasi hubungan antara pembeli dan
penjual dari pasar. Misi lembaga hisbah adalah melindungi aturan aturan yang benar dan
melawan praktik ketidakjujuran. Hisbah berada di bawah tuntunan muhtasib yang bertanggung
jawab "memelihara moralitas publik dan etika ekonomi". Salah satu tugas mustahib adalah
menjembatani perselisihan mengenai upah. Dalam beberapa kasus, muhtasib sering mengajukan
konsep ujrat al mithl (upah yang diterima pekerja lain dalam bidang yang sama) sebagai standar
upah yang adil." Ini adalah contoh lain prinsip keadilan atau kesetaraan dalam dunia kerja.

d. Penghargaan terhadap Keyakinan Pekerja

Prinsip umum tauhid atau keesaan berlaku untuk semua aspek hubungan antara
perusahaan dan pekerjanya. Pengusaha muslim tidak boleh memperlakukan pekerjanya sehingga
seolah-olah Islam tidak berlaku selama waktu kerja. Sebagai contoh, pekerja muslim harus
diberi waktu untuk melaksanakan shalat, tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan aturan moral Islam, harus diberi waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak
dapat bekerja, serta tidak boleh dilecehkan secara seksual, dan lain lain. Untuk menegakkan
keadilan dan kesinambungan, keyakinan para pekerja non-muslim juga harus dihargai.

e. Akuntabilitas

Meskipun majikan dan pekerja dapat saling menipu satu sama lain, keduanya harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan Allah SWT. Sebagai contoh, Rasulullah
SAW. tidak pernah menahan upah siapa pun.

f. Hak Pribadi

Jika seorang pekerja memiliki masalah fisik yang membuatnya tidak dapat mengerjakan
tugas-tugas tertentu atau jika seorang pekerja telah berbuat kesalahan pada masa lalu, majikan
tidak boleh menyiarkan berita tersebut. Hal ini melanggar hak pribadi pekerja.

g. Kebajikan

Prinsip kebajikan (ikhsan) seharusnya merasuk dalam hubungan antara bisnis dan
pekerja. Pada suatu saat, sebuah usaha mungkin berjalan kurang memuaskan, dan para pekerja

7
akan menanggung pengurangan upah sementara untuk waktu kerja yang sama. Aspek lain
prinsip kebajikan adalah tidak melakukan tekanan terhadap para pekerja untuk bekerja secara
membabi buta. Sebuah survei terhadap 1.227 pembaca buku Harvard Business Review baru-baru
ini mengungkapkan bahwa para atasan sering melakukan tekanan terhadap para bawahannya
untuk menanda tangani dokumen palsu, membiarkan kesalahan atasan, dan melakukan bisnis
dengan teman-teman atasan mereka. Ketika mendapat tekanan dari atasan, para pekerja merasa
mengompromikan integritas mereka.

h. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan

Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja dan perusahaan, terutama
berkaitan dengan persoalan kejujuran, kerahasiaan, dan konflik kepentingan. Dengan demikian,
seorang pekerja tidak boleh menggelapkan uang perusahaan, dan juga tidak boleh membocorkan
rahasia perusahaan kepada orang luar. Praktik tidak etis lain terjadi ketika para manajer
menambahkan harga palsu untuk makanan dan pelayanan lain dalam pembukuan keuangan
perusahaan mereka. Beberapa dari mereka melakukan penipuan karena merasa dibayar rendah,
dan ingin mendapatkan upah yang adil. Pada saat yang lain, hal ini dilakukan semata karena
ketamakan.

B. Hubungan Perusahaan Dan Pelaku Usaha Yang Lain

Sebuah perusahaan berada di dalam jaringan hubungan dengan sejumlah pelaku usaha
yang lain, mencakup: pemasok, pembeli, yang berutang, masyarakat umum, pihak yang
berkepentingan/pemilik mitra, fakir miskin, pesaing, dan lingkungan alam.

a. Pemasok

Berkaitan dengan pemasok, etika bisnis menyatakan bahwa seseorang harus melakukan
negosiasi dengan harga yang adil, dan tidak mengambil keuntungan berdasarkan bagian atau
kekuasaan yang lebih besar. Untuk menghindari kesalahpahaman pada masa depan, Allah SWT.
telah memerintahkan kita untuk membuat perjanjian kewajiban bisnis secara tertulis.5

Pedagang dilarang melakukan pasar bebas melalui bentuk perantaraan tertentu.


Perantaraan semacam ini mungkin akan menyebabkan terjadinya inflasi harga. Sebagai contoh

5
Philip Kotler, Marketing Manajemen,(New York: Prentive 2015), hlm. 200

8
adalah seorang petani pergi ke kota untuk menjual beberapa hasil pertaniannya. Tiba-tiba,
seorang penduduk kota mendekatinya, dan menyarankan petani tersebut untuk menitipkan hasil
pertaniannya kepadanya sementara waktu sampai harganya naik. Penduduk kota itu kemudian
menyimpan hasil pertanian tersebut sampai harganya naik kemudian menjualnya, sehingga
masyarakat harus membayar lebih mahal, dan sang perantara tersebut mendapatkan keuntungan
berlebih.

b. Pembeli/Konsumen

Pembeli seharusnya menerima barang dalam kondisi baik dan dengan harga yang wajar.
Mereka harus diberi tahu apabila terdapat kekurangan-kekurangan pada suatu barang. Islam
melarang praktik-praktik di bawah ini ketika berhubungan dengan konsumen atau pembeli:

1. penggunaan alat ukur timbangan yang tidak tepat.


2. penimbunan dan manipulasi harga.
3. penjualan barang palsu atau rusak.
4. bersumpah untuk mendukung sebuah penjualan.
5. membeli barang-barang curian.
6. larangan mengambil bunga atau riba.

c. Orang yang Berhutang

Secara umum, Islam mendorong umatnya untuk bersikap bijaksana. Jika seorang yang
berutang sedang dalam kesulitan keuangan, hendaklah ia diberi waktu untuk melunasinya.

Pada saat yang sama, Islam mendorong orang-orang yang berutang untuk tidak
menangguh-nangguhkan pembayaran utangnya. Hal ini ditujukan terutama bagi orang-orang
kaya yang berutang. Rasulullah SAW. berkata, Penangguhan pembayaran utang oleh orang kaya
adalah sebuah ketidak adilan.

Jika pengusaha muslim itu berutang demi usahanya, ia juga harus membayarnya. Dalam
Islam, pembayaran utang memiliki kedudukan yang sangat penting hingga dosa-dosa yang mati
syahid akan diampuni, kecuali untuk utang-utang yang belum terbayar.

d. Masyarakat Umum

9
Seorang pengusaha memiliki kewajiban untuk menyediakan barang kebutuhan penting
bagi masyarakat. Misalnya, jika masyarakat memiliki kebutuhan produk-produk pertanian,
pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain, karena barang-barang ini merupakan komoditas penting,
pengusaha harus menetapkan harga secara wajar. Islam menentang gagasan mengenai
pengontrolan harga Para ilmuwan yang mengemukakan gagasan mengenai pengontrolan harga
mendasarkan dirinya pada hadis di bawah ini yang artinya : Seorang laki-laki datang dan
berkata, "Rasulullah, harga tetap Rasulullah SAW. berkata, "(Tidak), saya harus shalat". Laki-
laki itu datang lagi dan berkata, "Rasulullah, harga tetap". Rasulullah SAW. berkata, "Tidak
yang lain, kecuali Allah yang membuat harga menjadi rendah atau tinggi. Saya berharap bahwa
ketika saya bertemu Allah SWT., tak satu pun di antara kamu yang menyalahkan karena berbuat
salah berkaitan dengan darah atau barang milik.

e. Pihak yang Berkepentingan/Pemilik/Mitra

Islam mendorong terwujudnya hubungan kemitraan. Usaha yang bertujuan


menguntungkan individu atau masyarakat atau untuk menghapuskan kejahatan adalah tindakan
yang luhur, terutama jika niat usaha yang dilakukan juga merupakan niat yang luhur. Al-
Qardhawi menyatakan bahwa usaha-usaha semacam ini diberkati dalam Islam dan akan
mendapat pertolongan Allah SWT.

Ada beberapa konsep operasional perbankan syariah dalam bisnis yaitu:

1. Al-Mudharabah

Sering terjadi, seorang pengusaha adalah wirausahawan yang terampil, tetapi tidak
memiliki cukup dana untuk mewujudkan gagasan bisnisnya. Dalam kasus seperti ini, Islam
mengizinkan hubungan kemitraan antara pemodal dan tenaga kerja. Hubungan kemitraan seperti
ini disebut dengan al-mudharabah.

2. Syarikah

Dalam salah satu bentuk hubungan kemitraan, bank Islam menyediakan sebagian modal
yang diperlukan, sementara pengusaha menyediakan sisanya. Pengusaha juga harus bertanggung
jawab dalam hal pengawasan dan manajemen. Kedua belah pihak bersepakat untuk membagi

10
keuntungan ataupun kerugian berdasarkan perbandingan keikutsertaan investasi mereka. Jika
terjadi kerugian, pengusaha mengurangi pemberian upah kepada para pekerjanya.

3. Musyarakah

Bentuk hubungan kemitraan ini berlangsung dalam jangka waktu terbatas dan berusaha
untuk melaksanakan proyek tertentu. Kedua belah pihak bersepakat untuk bekerja sama, baik
dalam pengelolaan modal tetap maupun modal bergerak, juga dalam membagi keuntungan dan
kerugian yang dibagi berdasarkan perbandingan modal yang dijanjikan.

4. Murabahah

Bank membeli barang-barang tertentu dari pemasok atas nama pengusaha dengan harga
tetap sebagaimana persetujuan mengenai margin keuangan. Aspek kunci bentuk pembiayaan ini
adalah kedua belah pihak harus mengetahui harga pembelian awal serta harga kenaikan
keuntungan.

5. Qardh Hasan

Rencana keuangan ini dalam bentuk "pinjaman kebajikan" yang tidak dikenakan biaya
dan tanpa bunga." Jenis pinjaman ini diberikan kepada para konsumen atau pengusaha yang
mengalami situasi yang sulit atau pengeluaran yang tidak direncanakan.

f. Fakir Miskin

Sering terjadi, kaum fakir miskin mendekati seorang pengusaha dan meminta sedekah.
Kadang-kadang, pengusaha akan memberikan sisa-sisa barang atau barang-barang yang rusak
yang menurutnya tidak akan dipergunakan lagi.

g. Pesaing

Meskipun negara-negara Barat menyatakan diri sebagai kawasan berdasarkan prinsip


persaingan pasar, publikasi bisnis utama akan memperlihatkan bahwa sebuah bisnis akan
berusaha memenangkan dirinya dan mengeliminasi para pesaingnya. Dengan mengeliminasi para
pesaingnya, perusahaan akan dapat memperoleh hasil ekonomi di atas rata-rata melalui praktik
penimbunan dan monopoli harga.

11
h. Lingkungan Alam

Ranah utama lain yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan persoalan tanggung
jawab sosial adalah lingkungan alam. Selama bertahun-tahun, banyak perusahaan membuang
produk limbah mereka ke udara, sungai, dan tanah. Fenomena hujan asam, pemanasan global
sebagai akibat penipisan lapisan ozon, dan teracuninya rantai makanan merupakan beberapa
contoh akibat perilaku yang tidak bertanggung jawab ini. Islam menekankan peranan manusia
atas lingkungan alam dengan membuatnya bertanggung jawab terhadap lingkungan sekelilingnya
sebagai khalifah Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan:

ٰۤ ْ
‫ض َخ ِل ْيفَةً ۗ قَالُ ْْٓوا اَت َ ْج َع ُل فِ ْي َها َم ْن‬ ِ ْ ‫ر‬ َ ْ
‫اْل‬ ‫ى‬ ِ ِ َ ْ ِ ِ ِٕ ‫َواِ ْذ قَا َل َرب َُّك ِلل َم‬
‫ف‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ا‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ّ ‫ن‬ ‫ِا‬ ‫ة‬ َ
‫ك‬ ‫ى‬ ‫ل‬
‫ِس لَ َك ۗ قَا َل اِ ِنّ ْْٓي ا َ ْعلَ ُم َما‬ ُ ‫ِك َونُقَ ّد‬ َ ُ‫يُّ ْف ِس ُد ِف ْي َها َو َي ْس ِفكُ ال ِ ّد َم ٰۤا َۚ َء َون َْح ُن ن‬
َ ‫س ِبّ ُح بِ َح ْمد‬
َ‫َْل ت َ ْعلَ ُم ْون‬
Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat "Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."(Q.S. Al-Baqarah [2]:30).

Dalam peranannya sebagai khalifah, seorang pengusaha muslim diharapkan memelihara


lingkungan alamnya. Kecenderungan mutakhir paham environmentalisme bisnis, yaitu sebuah
usaha secara proaktif memberi perhatian sangat cermat dalam memperlihatkan lingkungan,
sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang contoh yang semakin memperjelas betapa pentingnya
hubungan baru. Sejumlah dengan hubungan alam, misalnya perlakuan terhadap binatang
populasi lingkungan dan hak-hak kepemilikan, dan populasi lingkungan terhadap sumber-sumber
alam bebas seperti udara dan air.6

6
Wahbah Al-Zuhaily,Al-Fiqh Al-Islam Wa Adilatuh,(Beirut: Dar Al-„Ilm,1984),hlm. 837

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bisnis merupakan suatu sistem. Artinya, dalam bisnis terdapat komponen atau variabel
satu dengan lain yang saling berhubungan untuk mewujudkan tujuannya. Dengan tujuan yang
agak berbeda antara bisnis islami dan non islami, secara sistem ada beberapa dalam hal
perencanaan, pelaksanaan, dan hasil yang diwujudkan. Kajian berikut ini akan menguraikan:
etika dalam fungsi pemasaran.

Dalam kerangka Islam, etika dalam pemasaran perlu didasari oleh nilai-nilai yang
dikandung Al-Quran dan hadis Nabi. Beberapa ayat dan hadis Nabi yang dapat dijadikan pijakan
etika dalam pemasaran di antaranya:

1. Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada


sembilan dari sepuluh rezeki.
2. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang kepadamu.
3. Barang siapa yang memelihara silaturahmi, Allah akan menganugerahkan rezeki yang
melimpah dan umur panjang.

B. Saran

Sebagai mahasiswa yang di pandang sebagai generasi intelektual yang tinggi, hendaknya
kita mampu merangkum setiap ilmu yang didapat dengan pemahaman konsep dan penerapan
ilmu secara seimbang. Semoga dengan adanya makalah ini, sedikit banyak mampu
menyumbangkan ilmu pengetahuan tentang hak milik dan dapat di praktekkan dalam kehidupan
sehari-sehari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Khursyid.1992.Manajemen Pemasaran Bank Syariah.Bandung: Penerbit Pustaka


Setia,hal.85

Al-Zuhaily Wahbah.1984.Al-Fiqh Al-Islam Wa Adilatuh.Beirut: Dar Al- „Ilm, hal.837

Daromi Sunardji.Konsep Pemasaran Bagi Bisnis Islam.Yogyakarta: FE UII,hal.80

George Richard.1990.Business Ethis.New Jersey: Prentice Inc A Simon and Schuster


Company,hal.3-5

Griffin Ricky.1992.The Management Of Organizations.USA: Houghton Mifflin


Company,hal.726

Kotler Philip.2015.Marketing Manajemen.New York: Prentive,hal.200

14

Anda mungkin juga menyukai