Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI PERIKLANAN PADA PT INDOFOOD

Disusun Oleh:

Shania Adella Pasha (03202140076)

Dosen Pengampu: Abdul Rachman, SE.,M.I.Kom

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI – R3


INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KOSGORO 1957
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat,
dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul ‘Strategi Periklanan
pada PT Indofood dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Produksi Iklan Media II Kami
berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi
penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai Strategi Periklanan pada PT
Indofood untuk para pemula dan bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan
kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah ini saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Definisi Etika dalam Iklan dan Periklanan............................................................................5
2.2 Masalah-Masalah dalam Bidang Etika Periklanan.........................................................13
2.2.1 Meningiklankan Kepada Anak-Anak............................................................................13
2.2.2 Produk yang Dapat Disengketakan..........................................................................13
2.2.3 Iklan Emosional.......................................................................................................13
2.2.4 Materialitas..............................................................................................................14
2.2.5 Puffery.....................................................................................................................14
2.3 Teori Etika Periklanan....................................................................................................14
2.3.1 Teori Deontologi......................................................................................................15
2.3.2 Komunitarianisme....................................................................................................15
2.3.3 Utilitarianisme.........................................................................................................17
BAB III..........................................................................................................................................20
PENUTUP.....................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia bisnis dewasa ini, iklan merupakan salah satu kekuatan terbesar
yang dapat digunakan untuk menarik minat konsumen sebanyak-banyaknya terhadap barang atau jasa
yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Penekanan utama iklan adalah akses informasi dan
promosi dari pihak produsen kepada konsumen. Secara teoritik, iklan yaitu sebagai suatu bentuk
penyampaian pesan dalam komunikasi non personal yang mengikutialur teori yang berlaku pada ilmu
komunikasi umumnya dan khususnyakomunikasi massa. Dalam kegiatan periklanan ada juga
beberapa teori yang patut diingat dan dijadikan pegangan dalam kegiatan periklanan tersebut.
Iklan pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang dimaksudkan untuk
mendekatkan barang yang hendak dijual kepadakonsumen, dengan kata lain mendekatkan konsumen
dengan produsen. Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa
dijual kepada konsumen. Secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk
memungkinkan barang dapat dijual kepada konsumen.

Kegiatan periklanan termasuk salah satu kegiatan penting di perusahaan bisnis. Iklan menjadi cara
yang paling diandalkan dalam mempromosikan dan membentuk brand image untuk produk-produk
atau jasa yang ditawarkan perusahaan kepada masyarakat. Iklan juga berfungsi memengaruhi calon
konsumen melalui pesan-pesan yang disampaikan sehingga tertarik untuk membeli, mengkonsumsi,
dan atau menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan di iklan. Hal lainnya juga yang harus
diperhatikan oleh perusahaan pengiklan atau perusahaan yang memasang iklan bahwa iklan dilihat
oleh banyak orang tidak hanya target konsumen saja.

Strategi periklanan adalah peta jalan yang digunakan pemasar untuk berkomunikasi dan
meyakinkan audiens target untuk membeli produk/layanan mereka. Perusahaan dapat memiliki tujuan
periklanan yang berbeda-beda, namun strategi keseluruhan harus sesuai dengan tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk adalah perusahaan produksi atau pengolahan ternama di
dalam negri dan juga merupakan perusahaan dengan produsen mie instan terbesar di dunia. PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pada tahun 1970 di Jakarta. Selain itu, perusahaan ini
memproduksi berbagai jenis rasa mie instan, yang secara garis besar merilis hingga lima merek
produk dibidang yang sama, yaitu Indomie, Sakura, Supermi, Sarimi, Vitamie, Intermie dan lainnya.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk saat ini menjadi penguasa absolut pasar mie instan di dalam negri
sebagai buktinya pada tahun 2003 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk menguasai sekitar 90% pasar
mie instan dengan produk Indomie tersebut. Pada akhir tahun 1980, PT Indofood Sukses Makmur
Tbk memasuki pasar internasional dengan memperkenalkan dan menjualkan produk mie instan ke
berbagai negara di ASEAN, yaitu Hong Kong, Cina, Timur Tengah, Taiwan, dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa definisi strategi periklanan?
2. Apa saja strategi periklanan pada PT Indofood?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang:


1. Mengetahui definisi strategi periklanan.
2. Mengetahui apa saja strategi periklanan pada PT Indofood.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Strategi Periklanan

Strategi periklanan adalah rencana tindakan yang dirancang untuk meningkatkan penjualan produk
atau layanan tertentu, menarik pelanggan baru, dan mengundang pelanggan yang sudah ada untuk
melakukan banyak pembelian. Strategi periklanan merupakan bagian dari rencana pemasaran suatu
merek , sehingga harus selaras dengan tujuan perusahaan. Penting juga untuk mempertimbangkan
branding, tone, dan identitas merek, sehingga pengalaman pengguna tidak memiliki elemen yang
disonan.

2.1 Masalah-Masalah dalam Bidang Etika Periklanan

Beberapa masalah-masalah yang umumnya terjadi dalam perkembangan Etika Periklanan,


sebagai berikut:

2.2.1 Meningiklankan Kepada Anak-Anak

Pengiklan tidak boleh memanfaatkan kepolosan dan keluguan anak-anak demi keuntungan
perusahaan mereka. Hal tersebut dikarenakan anak-anak tidak mempunyai kemampuan untuk
menganalisis mana yang benar dan mana yang salah, begitu juga halnya kemampuan dalam
mengevaluasi sesuatu untuk diri mereka sendiri. Dengan demikian, penting bagi pengiklan untuk
mengalihkan perhatian mereka dari anak-anak ke orang lain dalam masyarakat yang dapat memahami
dengan baik dan mengevaluasi keefektifan iklan mereka. Jadi, sangat tidak etis untuk melihat anak-
anak sebagai pelanggan potensial untuk produk yang mungkin tidak disukai oleh mereka, tetapi lebih
baik fokus pada segmen usia atas.
2.2.2 Produk yang Dapat Disengketakan

Sangat penting bagi konsumen/calon konsumen untuk dapat mengidentifikasi dan memahami
kebutuhan dan kelemahan mereka. Oleh karena akan sangat mudah bagi pengiklan untuk
memanfaatkan kelemahan-kelemahan tersebut, seperti: rokok, tembakau, minuman beralkohol, dan
lainnya yang tidak bagus untuk dikonsumsi. Misalnya iklan minuman keras (secara online dan offline)
dilarang dibanyak negara termasuk di Indonesia, India, Rusia, Norwegia, Pakistan, Qatar, Maroko,
Mesir, Kuwait, Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, dan banyak negara lainnya.

2.2.3 Iklan Emosional

Dalam budaya yang mendorong perilaku dan hubungan manusia, mayoritas penduduk negara di
beberapa belahan bumi lebih sensitif terhadap tindakan emosional khususnya pada wanita. Sehingga
menjadi lebih mudah bagi pengiklan untuk mendasarkan iklan mereka pada nilai-nilai emosional.

2.2.4 Materialitas

Iklan yang menghubungkan kesuksesan dan materialitas cenderung menyesatkan konsumen


dan membujuk mereka untuk membeli produk yang mungkin tidak terjangkau oleh mereka untuk
meningkatkan life style mereka. Ini menciptakan gambaran kebahagiaan yang terkait dengan barang-
barang materi yang tidak bersinggungan dengan nilai-nilai kehidupan bahkan menuju konsumerisme dan
hedonisme.

2.2.5 Puffery

Pengiklan terkadang cenderung membesar-besarkan produk untuk memanipulasi tindakan


pembelian konsumen. Ini dianggap sangat tidak etis karena produk mungkin tidak memiliki kualitas
seperti yang diklaim oleh penjual/produsen. Ini dikenal sebagai puffery untuk mengarahkan hubungan
antara konsumen dan merek.

2.3 Teori Etika Periklanan

Beberapa teori etika banyak dinyatakan oleh para ahli, akan tetapi hanya terdapat sedikit teori
etika yang sesuai dan dapat diimplementasikan dalam periklanan. Adapun yang termasuk dalam teori
etika periklanan, yakni (Ambar, 2018):

2.3.1 Teori Deontologi

Kata deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “deon” artinya kewajiban atau tugas dan
“logo” artinya ilmu atau studi. Deontologi dalam filsafat moral kontemporer merupakan salah satu dari
jenis teori normatis tentang pilihan mana yang secara moral dibutuhkan, dilarang, atau diizinkan.
Dengan kata lain, deontologi berada dalam domain teori-teori moral yang mengarahkan dan menilai
pilihan apa yang seharusnya dilakukan. Tokoh sentral dari deontologis adalah Filsuf Immanuel Kant.
Kant menyatakan bahwa penalaran moral haruslah merujuk pada standar rasionalitas yang dikenal
dengan imperatif kategoris. Imperatif kategoris ini mengarahkan ke tindakan yang benar di luar dari
kondisi.

W.D Ross adalah tokoh deontologis lainnya yang meyakini bahwa masalah moral tidak bisa
direduksi menjadi satu pertanyaan mendasar. Oleh karena itu, Ross mengajukan usulan teori deontology
campuran yang mengakui adanya hubungan moral, tugas, dan prinsip yang tidak bisa
direduksi/dikurangi. Selanjutnya, Ross mengembangkan 7 (tujuh) tugas prima yang perlu
dipertimbangkan dalam penentuan apakah suatu tindakan dinyatakan sebagai tindakan yang benar atau
sebaliknya. Oleh karena itu, individu harus memenuhi tugas prima kecuali jika berbenturan dengan
tugas prima lainnya yang lebih berat.
Implementasi teori deontologi dalam periklanan yakni bahwa pengiklan sebaiknya bertindak
berdasar niat baik dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Akan tetapi kenyataannya yang sering terjadi
adalah sebaliknya. Teori deontologi ini dikritisi karena kesederhanaannya dan tidak memasukkan aspek
adanya perbedaan budaya. Oleh karena latar belakang budaya turut memengaruhi nilai-nilai moral
dalam diri seseorang, sehingga nilai moral setiap individu juga berbeda-beda.

2.3.2 Komunitarianisme

Komunitarianisme merupakan filsafat yang bersumber dari Aristotelian dan Hegelian yang
menekankan pada keseimbangan antara hak individu dengan kepentingan komunitas secara
komprehensif. Komunitarianisme menekankan pada konsep liberalisme mengenai orang yang otonom
dan egois atau mementingkan diri sendiri, dengan mencirikan individu sebagai makhluk sosial yang
dibentuk dari nilai-nilai dan budaya komunitas mereka.

Berdasarkan teori Komunitarianisme, pemikiran etis didasarkan pada nilai- nilai komunal,
standar, dan tradisi sosial yang mapan, dan mempertimbangkan masyarakat yang lebih besar. Kaum
komunitarian menekankan pada pengaruh masyarakat pada individu dan berpendapat bahwa nilai-nilai
berakar pada sejarah dan tradisi umum yang berlaku.

Teori ini mendasarkan pada tiga prinsip, yakni:

1. Setiap klaim kebenaran divalidasi dengan penyelidikan kooperatif.

2. Komunitas penyelidikan kooperatif harus memvalidasi nilai-nilai bersama yang menjadi


dasar tanggung-jawab semua anggota masyarakat.
3. Semua warga negara harus mempunyai akses dan partisipasi yang sama dalam struktur
kekuasaan masyarakat.

Premis utama komunitarianisme yakni adanya pengakuan masyarakat layaknya jaringan


komunitas yang saling bersinggungan dengan nilai-nilai dan standar moral yang berbeda. Oleh karena
itu, penyelesaian konflik dan pertanyaan dalam etika bertumpu pada penghormatan atas nilai-nilai
lokal yang menunjukkan pertimbangan yang hati-hati dan penerimaan masyarakat setempat.
Pertimbangan juga diberikan dalam rangka keselarasan umum dan akuntabilitas dengan nilai-nilai
masyarakat dalam skala yang lebih besar. Akan tetapi, dalam sistem aturan moral pada komunitas
tertentu akan lebih baik dipahami dalam konteks perspektif masyarakat saat ini dan historis mengenai
kesejahteraan sosial dan kepentingan sosial, memberikan tingkat relativisme budaya tertentu pada
perspektif ini.

Implementasi teori komunitarianisme dalam periklanan yakni ketika orang- orang


memperhatikan iklan, maka setiap orang tidak akan mempunyai pendapat. Beberapa orang mungkin
menyukai atau membenci iklan tersebut, dan lainnya. Teori ini dipandang kurang sesuai dalam
mendeskripsikan etika periklanan.

2.3.3 Utilitarianisme

Utilitarianisme merupakan salah satu teori etika normatif yang berakar pada kemampuan
individu dalam memprediksi konsekuensi dari sebuah perilaku. Tokoh-tokoh yang menganut aliran
utilitarianisme, Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, yakni.

Adapun dua macam teori utilitarianisme, sebagai berikut:

1. Act-utilitarianism

Prinsip utilitas diimplementasikan secara langsung ke setiap tindakan alternatif dalam situasi
pilihan. Tindakan yang benar selanjutnya didefinisikan sebagai tindakan yang menghasilkan
hasil yang terbaik.
2. Rule utilitarianism

Prinsip utilitas digunakan dalam penentuan validitas aturan perilaku atau prinsip-prinsip
moral. Sebuah aturan dibangun untuk mencari manfaat bagi sebagian besar orang melalui cara
yang paling adil.

Menurut Kim, Galliers, Shin, Ryoo, & Kim (2012), nilai etis utilitarianisme menekankan pada
peningkatan utilitas pribadi dan sosial dalam kehidupan berbasis tujuan. Utilitarianisme adalah konsep
yang secara fundamental memberikan makna pada kebahagiaan yang memuaskan mayoritas dan hasil
dari tindakan yang diharapkan.
Nilai etis utilitarianisme dalam periklanan mempertimbangkan tindakan komunikasi dalam
bisnis periklanan sebagai sebuah metode dalam pencapaian tujuan yang diharapkan yakni kepuasan dan
kebahagiaan konsumen. Nilai etis berbasis utilitarianisme dalam periklanan merupakan nilai yang
harus dijaga/dipertahankan oleh pengiklan.

Etika dalam beriklan menjadi penting karena dengan bertindak secara etis dalam
periklanannya, perusahaan telah bertanggung-jawab atas kebutuhan pelanggan. Periklanan etis
meratakan lapangan bermain bagi konsumen dengan memberi mereka informasi yang mereka butuhkan
untuk pengambilan keputusan yang tepat mengenai produk apa yang akan dibeli dan bagaimana
produk tersebut akan dapat meningkatkan kehidupan atau kesejahteraan mereka - apakah mereka
benar-benar membutuhkan produk atau mereka hanya menginginkan produk tersebut saja.

Perusahaan dipandang perlu untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki moral ketika beriklan
kepada konsumen. Oleh karena itu, membuat konsumen merasa bahwa perusahaan peduli dengan apa
yang mereka butuhkan. Pelanggan akan merasa dilindungi oleh perusahaan pengiklan dan atau
pemasang iklan yang berperilaku dengan cara yang membuat perbedaan bagi komunitas tempat mereka
bekerja. Perusahaan perlu bekerjasama dengan komunitas secara berkelanjutan dan dapat membuat
stakeholder senang. Salah satu cara untuk meyakinkan keberlanjutan, misalnya dengan mempekerjakan
karyawan lokal jika memungkinkan daripada mengalihkan produksi ke orang lain di negara lain.
Milenial memiliki kebutuhan untuk merasa bahwa mereka telah menjadi bagian dari
komunitas yang lebih besar dan merasa seperti sedang membuat perubahan. Dengan bertindak secara
etis, perusahaan dapat memupuk keinginan untuk terhubung dengan perusahaan dan pada akhirnya
membuat perbedaan. Ini sejalan dengan kebutuhan perusahaan untuk bertindak secara berkelanjutan.
Dengan ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan, perusahaan menjalankan tugasnya (etika
deontologis), dan mereka diharapkan melakukannya karena itu adalah hal yang benar untuk
dilakukan. Sinergi dengan hal tersebut, perusahaan juga perlu menarik perhatian orang lain yang
mendukung perjuangan mereka, dan ini akan membawa loyalis merek yang akan sangat percaya pada
apa yang diperjuangkan perusahaan.

Misalnya: perusahaan dengan etika dalam periklanan mereka adalah Toms; mereka berjanji
untuk menyediakan sepasang sepatu untuk seseorang yang kurang beruntung setiap kali seseorang
membeli sepasang sepatu dari mereka. Ini menarik bagi orang-orang khususnya kaum milenial karena
mereka merasa membuat perbedaan di mata orang lain. Toms membuat komitmen ini untuk membantu
komunitas global dan sebagai hasilnya telah tercipta rasa komunitas global di sekitar merek mereka.
Mereka berdedikasi untuk tujuan ini karena mereka merasa itu adalah tugas mereka untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi komunitas. Daripada memberikan bantuan uang, Toms memberi mereka
sesuatu yang dapat digunakan oleh orang-orang yang mereka coba bantu, yang tentu saja diharapkan akan
bermanfaat dalam jangka panjang. Mereka bisa saja menyumbangkan keuntungannya kepada orang-
orang, tetapi itu hanya akan membantu mereka dalam jangka pendek.

Perusahaan harus memberi pelanggan mereka pengetahuan yang adil mengenai apa yang ingin
mereka capai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan berbagi visi ini, mereka
membantu orang untuk memahami proses berpikir dibalik pengambilan keputusan mereka dan
bagaimana perusahaan merasa produk atau layanan mereka akan bermanfaat bagi orang-orang tanpa
menggunakan iklan palsu untuk membujuk orang agar membeli produk tersebut. Kejujuran penting bagi
pelanggan agar tercipta kepercayaan antara suatu merek dan konsumen, sehingga menjaga etika dalam
upaya periklanan akan membantu mempererat hubungan.

Dengan melakukan hal yang benar, pengiklan bertindak secara bertanggung- jawab terhadap
komunitas dan pelanggan di wilayah mereka bekerja. Orang- orang, terutama kaum milenial, sangat
ingin membuat perbedaan di dunia sekitar mereka. Perusahaan perlu menunjukkan bahwa mereka
peduli dengan komunitas dan kesuksesan komunitas disekitar mereka; itu adalah bagian dari tugas
mereka untuk memperhatikan orang-orang disekitar mereka dan membantu mendukung konsumen
yang membeli produk mereka. Perusahaan harus tetap jujur dengan niat mereka, menunjukkan bahwa
mereka benar-benar peduli dengan konsumen, dan bekerja secara bertanggung jawab terhadap semua
stakeholder.

Dengan niat yang terbuka, mereka menunjukkan kepada masyarakat/target konsumen bahwa
mereka tidak menyembunyikan apapun dan benar-benar
peduli kepada konsumen yang telah membeli produk yang mereka sediakan. Etika periklanan
membantu perusahaan pengiklan atau perusahaan pemasang iklan menunjukkan kepada konsumen
bagaimana mereka ingin menjadikan dunia lebih baik dengan tidak hanya menyediakan produk hebat
tetapi juga menjadi anggota masyarakat yang hebat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika dalam beriklan menjadi penting karena dengan bertindak secara etis dalam
periklanannya, perusahaan telah bertanggung-jawab atas kebutuhan pelanggan. Periklanan etis
meratakan lapangan bermain bagi konsumen dengan memberi mereka informasi yang mereka butuhkan
untuk pengambilan keputusan yang tepat mengenai produk apa yang akan dibeli dan bagaimana
produk tersebut akan dapat meningkatkan kehidupan atau kesejahteraan mereka - apakah mereka
benar-benar membutuhkan produk atau mereka hanya menginginkan produk tersebut saja.
Perusahaan dipandang perlu untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki moral ketika beriklan
kepada konsumen. Oleh karena itu, membuat konsumen merasa bahwa perusahaan peduli dengan apa
yang mereka butuhkan. Pelanggan akan merasa dilindungi oleh perusahaan pengiklan dan atau
pemasang iklan yang berperilaku dengan cara yang membuat perbedaan bagi komunitas tempat mereka
bekerja. Perusahaan perlu bekerjasama dengan komunitas secara berkelanjutan dan dapat membuat
stakeholder senang. Salah satu cara untuk meyakinkan keberlanjutan, misalnya dengan mempekerjakan
karyawan lokal jika memungkinkan daripada mengalihkan produksi ke orang lain di negara lain.

3.2 Saran

Berdasarkan materi makalah trik merekam video di atas, maka kami sarankan agar pembaca
memperhatikan pembahasan tersebut agar tidak salah dalam memproduksi dan menciptakan sebuah
iklan agar tidak merugikan diri sendiri atau produk yang diiklankan.

Anda mungkin juga menyukai