Anda di halaman 1dari 18

Business ethic

MAKALAH
“Memahami pembahasan kasus berkaitan dengan etika produksi
dan pemasaran dan kasus yang berkaitan dengan iklan dan dimensi
etisnya”

Disusun oleh: Kelompok 8


ANI MAHYUNI 1810631020130
ARIF MAULANA N 1810631020134
CHIKA ANINDA 1810631020129
RAFI ATHALLAH M 1810631020290

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat Rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa
mengenai apa itu Etika dalam berbisnis yang banyak belum diketahui dan
dipahami oleh para mahasiswa. Dan juga makalah ini dibuat sebagai tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pengelolaan pendidikan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari dosen mata Kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik di masa yang akan datang. Semoga apa yang di sajikan dalam
makalah ini menjadi bermanfaat untuk para pembaca.

Karawang, 18 November 2019

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................3

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

2.1 Etika Produksi..............................................................................................................................5

2.2 Etika Pemasaran..........................................................................................................................6

2.3 Definisi Iklan.............................................................................................................................10

2.4 Beberapa Persoalan etis ...........................................................................................................12

2.5 Makna etis menipu dalam iklan...................................................................................................9

BAB III .....................................................................................................................................................13

Kesimpulan............................................................................................................................................13

Saran......................................................................................................................................................13

DAFRAR PUSTA ....


....................................................................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu topik dari etika bisnis yang banyak mendapat perhatian sampai sekarang, yaitu
mengenai iklan. Sudah umum diketahui bahwa abad kita ini adalah abad informasi. Iklan
memainkan peran yang sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk
kepada masyarakat. Karena kecenderungan yang berlebihan untuk menarik konsumen agar
membeli produk tertentu dengan memberi kesan dan pesan yang berlebihan tanpa
memperhatikan berbagai norma dan nilai moral, iklan sering menyebabkan citra bisnis tercemar
sebagai kegiatan tipu menipu, dan karena itu seakan antara bisnis dan etika ada jurang yang tak
terjembatani.
Kebudayaan masyarakat modern adalah kebudayaan massa, kebudayaan serba instant dan
kebudayaan serba tiruan. Iklan itu sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu strategi
pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan barang yang hendak di jual kepada konsumen.
Dengan ini iklan berfungsi mendekatkan konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seluruh
kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa di jual kepada konsumen. Pada
hakikatnya secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan
barang konsumen dapat dijual kepada konsumen.

1.2. Rumusan Masalah.

Dalam makalah ini akan membahas tentang :


1. Bagaimana contoh kasus etika produksi?
2. Pengertian pemasaran ?

3
4

1.3. Tujuan Penulisan.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :


1. Mengetahui arti pemasaran
2. Memahami Konsep dasar etika produksi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etika Produksi


Produksi berarti diciptakannya manfaat, produksi tidak diartikan sebagai menciptakan secara fisik sesuatu
yang tidak ada, karena tidak seorang pun dapat menciptakan benda. Kegiatan produksi mempunyai fungsi
menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu, harga dan jumlah
yang tepat.

Dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar produk yang dihasilkannya mengeluarkan
biaya yang termurah, melalui peng-kombinasian penggunaan sumber-sumber daya yang dibutuhkan, tentu
saja tanpa mengabaikan proses inovasi serta kreasi. Secara praktis, ini memerlukan perubahan dalam cara
membangun. Yakni dari cara produksi konvensional menjaai cara produksi dengan menggunakan sumber
daya alam semakin sedikit, membakar energi semakin rendah, menggunakan ruang-tempat lebih kecil,
membuang limbah dan sampah lebih sedikit dengan hasil produk yang setelah dikonsumsi masih bisa
didaur ulang.

Pola produksi ini dilaksanakan dalam ruang lingkup dunia usaha yang merangsang diterapkannya secara
lebih meluas ISO-9000 dan ISO-14000.

ISO-9000 bertujuan untuk peningkatan kualitas produksi. Sedangkan ISO-14000 bertujuan untuk
peningkatan pola produksi berwawasan ling-kungan, membangun pabrik atau perusahaan hijau (green
company) dengan sasaran "keselamatan kerja, kesehatan, dan lingkungan" yang maksimal dan pola
produksi dengan "limbah-nol" (zero waste), mendorong penjualan dengan pengepakan barang secara
minimal dan bisa dikembalikan untuk didaur-ulang kepada penjual, merangsang perusahaan asuransi
mengem-bangkan "risiko lingkungan" dan mendorong Bursa Jakarta mengembangkan semacam "Dow
Jones Sustainable Development Index".

Langkah-langkah tersebut memerlukan ditegakkannya kode etika "tanggung jawab dan akuntabilitas
korporasi" (corporate responsibility and accountability) yang diawasi ketat oleh asosiasi-asosiasi
perusahaan dan masyarakat umum. Kualitas produk pun bisa dikorbankan demi pemangkasan biaya
produksi.

Hukum harus menjadi langkah pencegahan (precautionary measures) yang ketat bagi perilaku ekonomi.
Perilaku ekonomi yang membahayakan keselamatan publik harus diganjar seberat-beratnya. Ini bukan
sekadar labelisasi "aman" atau "tidak aman" pada barang konsumsi. Karena, itu amat rentan terhadap
kolusi. Banyak pengusaha rela membayar miliaran rupiah bagi segala bentuk labelisasi. Seharusnya
pengusaha membayar miliaran rupiah atas perbuatannya yang membahayakan keselamatan publik.
Hukum harus menjadi pencegah dan bukan pemicu perilaku ekonomi tak etis.

Sebagai contoh kasus di luar negeri yang terjadi pada biskuit Arnotts di Australia. Pada suatu saat
perusahaan ditelpon oleh seseorang yang hendak memeras perusahaan tersebut bahwa salah satu kemasan
produknya berisi biskuit yang beracun tidak diketahui kecuali oleh si pemeras tersebut. Perusahaan

5
6

dihadapkan pada dua pilihan yaitu membayar orang yang memeras tersebut untuk menunjukkan produk
mana yang beracun, atau menarik seluruh peredaran biskuit tersebut.

Namun perusahaan lebih memilih untuk menanggung kerugian yang besar dengan menarik seluruh
produk-produknya dan memusnahkannya. Ternyata itu menanamkan kepercayaan konsumen kepada
perusahaan, walaupun pada saat itu perusahaan menanggung kerugian yang cukup besar, namun ternyata
enam bulan kemudian pendapatan perusahaan naik tiga kali lipat.

Contoh kasus yang ada di Indonesia terjadi pada kasus Ajinomoto, dimana saat dinyatakan oleh MUI
bahwa produknya tidak halal, Ajinomoto menarik semua produknya, dan perusahaan pun menanggung
banyak kerugian.

Namun dengan mengindahkan himbauan dari MUI dan dengan melakukan pendekatan dengan para
ulama, kinerja keuangan yang semula menurun tajam lama kelamaan naik. Juga kasus obat anti nyamuk
HIT, dimana PT Megahsari Makmur ketahuan memakai bahan pestisida yang bisa menyebabkan kanker
pada manusia di dalam produk barunya, walau zat tersebut sudah dilarang penggunaannya sejak tahun
2004 lalu.

Atau produsen makanan terutama untuk makanan anak-anak, mereka kebanyakan menggunakan pemanis
buatan untuk menekan ongkos produksinya, namun dalam kemasannya mereka tidak mencantumkan
batas penggunaan maksimal yang dapat dikonsumsi, mengingat efek yang ditimbulkannya sangat
berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit kanker dan keterbelakangan mental.

Untuk produk kosmetik juga dengan maraknya penggunaan bahan mercury dengan khasiat untuk
memutihkan kulit dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, namun efek yang ditimbulkannya malah
sangat berbahaya.

2.2 Etika Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan menciptakan, mempromosikan dan menyampai-kan barang atau jasa ke para
konsumennya (Philip Kotler, 2003). Pemasaran berupaya untuk menciotakan nilai yano lebih dari
pandangan konsumen atau pelanggan terhadap suatu produk perusahaan dibandingkan dengan harganya
serta menampilkan nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan produk pesaingnya.

Pemasaran merupakan salah satu fungsi utama dalam menentukan bisnis perusahaan. Tenaga pemasar
merupakan sarana penghubung utama perusahaan dengan konsumen, atau dengan kata lain tenaga
pemasar adalah ujung tombak bisnis perusahaan, karena merekalah yang memotivasi para konsumen
untuk mernbeli produk perusahaan atau bertransaksi dengan perusahaan.

Pemasaran antara produk dan jasa juga sangat berbeda. Biasanya untuk produk manufaktur diperbolehkan
untuk diiklankan di media baik massa maupun elektronik.

Sernentara untuk jasa secara etis dan moral tidak diperbolehkan untuk diiklankan atau diungkapkan
secara terbuka kepada khalayak umurn. Apalagi untuk anggota profesi biasanya sudah ada kode etik
tersendiri yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi, sebagai contohnya Akuntan dan Pengacara.
7

Era globalisasi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pemasaran dan tentunya hal ini
menimbulkan tantangan baru bagi profesi pemasar saat ini, dimana tentunya mereka dituntut untuk dapat
memahami peluang untuk mendapat terobosan baru.

Terdapat beberapa tantangan bagi profesi pemasaran pada abad 21 ini yaitu:

1) Tantangan Visi

Dimana tanggungjawab untuk melihat masa depan menjadi beban yang berat bagi para eksekutif
pemasaran, dimana pemasar harus mempunyai kebe-ranian untuk mendobrak kemapanan dan kreativitas
dalam menentukan strategi pemasaran.

2) Tantangan pada Power Marketing

Konsep ini merujuk pada konsep memanusiakan pelanggan, dimana ekspek-tasi pelanggan semaktn
tinggi, hal ini menyebabkan perusahaan perlu meningkatkan kepedulian pada pelanggan melalui langkah-
langkah inovasi di segala bidang.

3) Tantangan pada Transferable Marketing

Perusahaan menyusun pola pemasaran yang dapat dimanfaatkan pada beberapa lokasi dengan derajat
universalitas yang ditingkatkan.

4) Tantangan pada Manajemen Merk

Perusahaan perlu menumbuhkan adanya iklim kerja yang diwarnai dengan kebanggaan merek mengingat
banyaknya jumlah merek yang beredar di pasaran. Pemasaran di lmgkungan yang mengglobal pun perlu
mengadaptasi dengan budaya di negara yang bersangkutan, misalnya saja iklan Coca Cola di bulan Suci
Ramadhan.

Walaupun produk Coca Cola bukan berasal dari negara muslim, namun pemasaran produk tersebut
disesuaikan dengan negara yang menjadi sasarannya.

Dunia usaha sekarang ini menghadapi lingkungan yang dinamis dan bergejolak, dimana biasanya para
konsumen menuntut untuk mendapatkan produk/jasa dengan kualitas yang tinggi, namun dengan biaya
yang rendah. Karena bagi perusahaan konsumen adalah raja. Pada penelitian yang dilaku-kan oleh
Elizabeth H. Greyer and William T. Ross Jr. ditemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli:

(1) Keetisan dari perilaku perusahaan adalah pertimbangan yang penting selama pengambilan
keputusan untuk membeli barang.
8

(2) Diharapkan suatu perilaku perusahaan yang etis.

(3) Mereka akan memberi hadiah perilaku etis dalam bentuk harga yang

lebih tinggi bagi produk perusahaan tersebut.

(4) Meskipun mereka mungkin membeli dari perusahaan yang tidak etis, mereka ingin untuk membayar
dengan harga yang lebih rendah bagi perusahaan yang berlaku tidak etis.

Terdapat 3 (tiga) tanggungjawab moral perusahaan dalam memasarkan produknya yaitu:

(1) Kualitas produk, tentu saja perusahaan wajib menyediakan produk sesuai dengan yang dijanjikannya
baik melalui kontrak ataupun melalui iklan yang ditawarkannya.

(2) Harga, perusahaan menetapkan harga dengan selayaknya, sesuai dengan kualitas.

(3) Pemberian label serta pengemasan, hal ini dilakukan selayaknya oleh perusahaan agar konsumen
mengetahui informasi yang Iengkap mengenai produk yang bersangkutan, agar konsumen tidak dirugikan
karena kandungan yang terdapat dalam produk tersebut

Dalam pemasaran dan penjualan, yang harus kita perhatikan adalah:

(1) Dimana perbandingan diijinkan oleh undang-undang, bandingkan secara jujur produk, layanan
atau karyawan kita dengan kompetitor;

(2) Membuat semua estimasi harga dan rencana tanggal pengiriman secara jelas dan padat, yang mana
tergantung dari variasi pengiriman pemasok dan permintaan pelanggan;

(3) Tidak pernah memberikan atau menerima pembayaran atau hadiah yangtidak semestinya kepada
atau dari seseorang yang berhubungan dengan penjualan atau pembelian dari produk atau layanan,
biarpun untuk kesempatan bisnis di hari depan; dan

(4) Waspada pada kemungkinan ancaman hukum atas produk, dan bila diperlukan, memperingatkan
pelanggan kita untuk bahaya-bahaya yang berhubungan dengan produk kita yang terjual.

Etika pemasaran disini merupakan studi mengenai aspek-aspek moral dari kegiatan pemasaran, dalam
kegiatan ini dinilai dengan pedoman apakah perbuatan yang dilakukan tersebut adalah sesuai dengan
asas-asas meng-hormati manusia, dan adil atau tidak.

Seringkali para pemasar menghadapi dilema etik, suatu keadaan dimana seseorang harus memaksa
memutuskan sesuatu tindakan, yang meskipun akan memberikan keuntungan baik bagi pribadi maupun
organi-sasi, namun keputusan yang diambil itu dianggap tidak etis.

Perusahaan dalam memasarkan produknya hendaknya taat pada perjanjian kontrak dan perundangan yang
berlaku. Perusahaan perlu menyadari bahwa mereka tergantung pada konsumen. Pelanggaran etika bukan
hanya terjadi pada tahap proses produksi tapi juga terjadi pada tahap pemasaran.

Contoh utama terlihat pada susu formula untuk bayi. Studi yang dilakukan YLKI selama lima tahun
terakhir menunjukkan, berbagai cara ditempuh produsen untuk memasarkan produknya meskipun dengan
9

cara yang kurang etis, atau cara yang telah melanggar Kode Etik' pemasaran Susu Formula yang telah
ditetapkan Kode Etik Internasional.

Salah satu caranya adalah dengan melalui saran dari para medis. Terbukti dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa 40% ibu rumah tangga menjawab bahwa pemakaian susu formula tersebut adalah
merupakan saran dari tenaga medis (Indah Suksmaningsih, 2001).

Ada tiga faktor yang mempengaruhi manajer pemasaran untuk melakukan tindakan tidak etis
(Schermerhorn, 1999), yaitu:

(1) Manajer sebagai pribadi. Manajer secara pribadi ingin memaksimalkan keuntungan bagi dirinya
sendiri, faktor lain yang mendorong manajer melakukan perilaku tidak etis yaitu agama dan tingkat
pendidikan.

(2) Organisasi. Adanya aturan tertulis serta kebijakan resmi dari top manajemen akan mempengaruhi
tindakan etis para manajer, sehingga kadangkala mereka mengabaikan prinsip-prinsip pribadi mereka
untuk kepentingan organisasi.

(3) Lingkungan

Salah satu bentuk pemasaran yaitu melalui iklan. Iklan dikenal sebagai motor penggerak ekonomi dalam
dunia industri. Perusahaan membuat iklan dengan tujuan untuk meningkatkan profit dan keeksisan di
pasar, untuk merebut pengaruh dan perhatian konsumen.

Perusahaan akan berlomba-lomba menanamkan image produknya dengan kuat kepada konsumen melalui
iklan yang ditayangkan. Fenomena yang terjadi di Indonesia juga banyak iklan yang dibuat semenarik
mungkin dengan mengabaikan tata krama dan tata cara periklanan di Indonesia, yang tentunya melanggar
juga etika dan moral.

Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi dunia periklanan khusus-nya dan pada perusahaan pada
umumnya untuk menciptakan iklan yang dapat diterima semua kalangan tanpa dianggap membodohi
masyarakat, karena faktanyapun banyak iklan di Indonesia melebih-lebihkan, menyesat-kan, saling
menjelekkan dengan produk pesaing atau bahkan dengan menggunakan keindahan tubuh seorang wanita.

Sebenarnya dalam dunia periklanan sudah ada peraturan yang mengatur tata cara dalam periklanan yang
diantaranya tertuang dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia serta SK Menkes Nomor 368.

2.3 Definisi Iklan

Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi barang, jasa,
perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai
bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk
publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan.
10

Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya
pesan-pesan visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan
atau memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk
melakukan tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-institusi tau
pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut.
Iklan adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Dengan iklan perusahaan ingin
menarik perhatian calon konsumen tentang barang atau jasa yang ditawarkannya. Banyak orang
memutuskan membeli suatu barang atau jasa karena pengaruh iklan yang sedemikian atraktif
tampilan visualnya. Kecermatan menimbang dan rasionalitas pemikiran seringkali ‘kalah
wibawa’ dengan semangat hedonis yang ditawarkan iklan. Tapi selalu saja banyak orang yang
kemudian kecewa, karena spesifikasi atau manfaat barang yang dibeli tidak seperti yang
ditawarkan.
Iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis baik secara positif maupun
negatif. Iklan ikut menentukan penilaian masyarakat mengenai baik buruknya kegiatan bisnis.
Sayangnya, lebih banyak kali iklan justru menciptakan citra negatif tentang bisnis, seakan bisnis
adalah kegiatan tipu-menipu, kegiatan yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan,
yaitu keuntungan. Ini karena iklan sering atau lebih banyak kali memberi kesan dan informasi
yang berlebihan, kalau bukan palsu atau terang-terangan menipu, tentang produk tertentu yang
dalam kenyataannya hanya akan mengecoh dan mengecewakan masyarakat konsumen. Karena
kecenderungan yang berlebihan untuk menarik konsumen agar membeli produk tertentu dengan
dengan memberi kesan dan pesan yang berlebihan tanpa memperhatikan berbagai norma dan
nilai moral, iklan sering menyebabkan citra bisnis tercemar sebagai kegiatan tipu-menipu, dan
karena itu seakan antara bisnis dan etika ada jurang yang tak terjembatani.
Citra ini semakin mengental dalam sistem pasar bebas yang mengenal kompetisi yang
ketat di antara banyak perusahaan dalam menjual barang dagangan sejenis. Dalam sistem
ekonomi di mana belum ada diversifikasi besar-besaran atas barang dagangan, hampir terdapat
monopoli alamiah dari satu atau dua perusahaan saja jenis barang tertentu sehingga iklan belum
sepenuhnya menjadi persoalan etis yang serius. Dalam pasar bebas di mana terdapat beragam
jenis barang dan jasa, semua pihak berusaha dengan segala cara untuk menarik konsumen atau
pembeli.
11

Iklan komersil kadang didefinisikan sebagai salah satu bentuk “informasi” dan yang
memasang iklan adalah “yang memberi informasi.” Implikasinya fungsi iklan adalah untuk
memberikan informasi kepada konsumen. Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari separuh iklan televisi tidak memuat informsi tentang produk yang diiklankan dan hanya
separuh dari emua iklan di majalah yang memberikan lebih dari satu informasi. Kita lihat
beberapa banyak informasi yang diberikan dari iklan-iklan berikut ini :
“Connect with style” (handphone Nokia)
“Malboro Country” (rokok Malboro)
“Inside every woman is a glow just waiting to come out” (sabun Dove)
Iklan sering tidak memuat banyak informasi objektif karena alasan yang sederhana, yaitu
bahwa fungsi utamanya bukan untuk memberikan informasi yang tidak bias. Dan fungsi
sesungguhnya adalah untuk menjual sebuah produk kepada para calon pembeli dan apa pun
informasi yang dibawa iklan tersebut sifatnya hanya sebagai tambahan dari fungsi dasar dan
biasanya informasi tersebut ditentukan oleh fungsi dasar.
Salah satu cara lain yang lebih baik untuk mengarakteristikkan iklan komersial adalah
dalam kaitannya dengan hubungan pembeli-penjual. Iklan komersial dapat didefinisikan sebagai
jenis komunikasi tertentu antara penjual dengan calon pembeli. Dan jenis komunikasi ini berbeda
dari komunikasi dalam dua hal. Pertama, iklan ditujukan pada khalayak ramai yang berbeda dari
pesan yang disampaikan pada individu. Karena sifat publik tersebut, iklan bisa dipastikan
memiliki pengaruh-pengaruh sosial yang luas.
Kedua, iklan dimaksudkan untuk mendorong sebagian orang yang melihat atau
membacanya untuk membeli produk yang dimaksudkan. Iklan dikatakan berhasil memenuhi
tujuan itu dalam dua cara; (a) dengan menciptakan keinginan dalam diri konsumen untuk
membeli produk yang dimaksud dan (b) dengan menciptakan keyakinan dalam diri konsumen
bahwa produk tersebut merupakan sarana untuk memenuhi keinginan yang telah ada dalam diri
konsumen.
Iklan itu sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang
bermaksud untuk mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen dengan kata lain
mendekatkan konsumen dengan produsen.
12

Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual
kepada konsumen.Dengan kata lain,pada hakikatnya secara positif iklan adalah suatu metode
yang digunakan untuk memungkinkan barang konsumen dapat dijual kepada konsumen.
Untuk melihat persoalan iklan dari segi etika bisnis,kami ingin menyoroti empat hal
penting, yaitu fungsi iklan, beberapa persoalan etis sehubungan dengan iklan, arti etis dari
menipu dalam iklan dan kebebasan konsumen

2.4 Beberapa Persoalan etis

Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang
manipulatif dan persuasif non-rasional. Pertama, iklan merongrong otonomi dan kebebasan
manusia. Dalam banyak kasus ini jelas sekali terlihat. Iklan membuat manusia tidak lagi dihargai
kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk tertentu. Banyak pilihan dan
pola konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah pilihan iklan. Manusia didikte oleh iklan
dan tunduk pada kemauan iklan, khususnya iklan manupulatif dan persuasif yang tidak rasional.
Ini justru sangat bertentangan dengan imperatif moral Kant bahwa manusia tidak boleh
diperlakukan hanya sebagai alat demi kepentingan lain di luar dirinya, termasuk dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada fenomena iklan manipulatif, manusia benar-
benar menjadi objek untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dan tidak sekedar di beri
informasi untuk membantunya memilih produk tertentu.
Kedua, dalam kaitan dengan itu, iklan manipulatif dan persuasif non-rasional
menciptakan kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara
ekonomis hal ini tidak baik karena dengan demikian akan menciptakan permintaan ikut
menaikkan daya beli masyarakat. Bahkan, dapat memacu prduktivitas kerja manusia hanya
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bertambah dan meluas itu. Namun, di pihak lain muncul
masyarakat konsumtif, di mana banyak dari apa yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya
sebenarnya bukan benar-benar kebutuhan.
Ketiga, yang menjadi persoalan etis yang serius adalah bahwa iklan manipulatif dan
persuasif non-rasional malah membentuk dan menentukan identitas atau citra memiliki barang
sebagaimana ditawarkan iklan. Ia belum merasa diri penuh kalau belum memakai minyak rambut
seperti diiklankan bintang film terkenal, dan seterusnya. Identitas manusia modern lalu hanyalah
identitas massal, serba sama, serba tiruan, serba polesan, serba instan.
13

Keempat, bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat perbedaan ekonomi dan sosial yang
tinggi, iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan yang menampilkan yang serba
mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial di mana banyak anggota masyarakat masih
berjuang untuk sadar hidup. Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya rasa solidaritas
dengan sesamanya yang miskin.
Kendati dalam kenyataan praktis sulit menilai secara umum etis tidaknya iklan tertentu,
ada baiknya kami paaparkan beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan dalam iklan.
Pertama, iklan tdak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya
konsumen. Masyarakat dan konsumen tidak boleh diperdaya oleh iklan untuk membeli produk
tertentu. Mereka juga tidak boleh dirugikan hanya karenatelah diperdaya oleh iklan tertentu.
Kedua, iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk tertentu, khususnya
menyangkut keamanan dan keselamatan manusia. Ketiga, iklan tidak boleh mengarah pada
pemaksaan, khususnya secara kasar dan terang-terangan. Keempat, iklan tidak boleh mengarah
pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas: tindak kekerasan, penipuan, pelecehan
seksual, diskriminasi, perendahan martabat manusia dan sebagainya.

2.5 Makna etis menipu dalam iklan

Entah sebagai pemberi informasi atau sebagai pembentuk pendapat umum, iklan pada
akhirnya membentuk citra sebuah produk atau bahkan sebuah perusahaan di mata masyarakat.
Citra ini terbentukk bukan terutama karena bunyi atau penampilan iklan itu sendiri, melainkan
terutama terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan apa
yang disampaikan dalam iklan itu, entah secara tersurat ataupun tersirat. Karena itu, iklan sering
dimaksudkan sebagai media untuk mengungkapkan hakikat dan misi sebuah perusahaan atau
produk.
Prinsip etika bisnis yang paling relevan di sini adalah prinsip kejujuran, yakni
mengatakan hal yang benar dan tidak menipu. Prinsip ini tidak hanya menyangkut kepentingan
banyak orang, melainkan juga pada akhirnya menyangkut kepentingan perusahaan atau bisnis
seluruhnya sebagai sebuah profesi yang baik.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa iklan yang dan karena itu secara moral dikutuk
adalah iklan yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan
dengan maksud menipu atau yang menampilkan pernyataan yang bisa menimbulkan penafsiran
14

yang keliru pada pihak konsumen yang sesungguhnya berhak mendapatkan informasi yang benar
apa adanya tentang produk yang ditawarkan dalam pasar. Dengan kata lain, berdasarkan prinsip
kejujuran, iklan yang baik dan diterima secara moral adalah iklan yang mem beri pernyataan atau
informasi yang benar sebagaimana adanya.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian bahasan “ Iklan dan Dimensi Etisnya“ dapat disimpulkan bahwa :
Hendaknya menggunakan iklan dengan bijak sehingga tidak menimbulkan kontrofersi di masyarakat.

Perusahaan akan berlomba-lomba menanamkan image produknya dengan kuat kepada konsumen
melalui iklan yang ditayangkan. Fenomena yang terjadi di Indonesia juga banyak iklan yang dibuat
semenarik mungkin dengan mengabaikan tata krama dan tata cara periklanan di Indonesia, yang tentunya
melanggar juga etika dan moral.

Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mengetahui etika di dalam bisnis.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Keraf, Sony A, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Kanisius, Yogyakarta, Edisi Baru, 1998.

2. Muslich, Etika Bisnis Pendekatan Substantif dan Fungsional, 1998.

http://apriyantihusain.blogspot.com/2012/04/etika-produksi-dan-pemasaran.html

http://kmplnmakalah.blogspot.co.id/2012/10/makalah-etika-produksi-dan-
pemasaran.htmlhttp://kmplnmakalah.blogspot.co.id/2012/10/makalah-etika-produksi-dan-pemasaran.html

Ruky, Achmad S. 2000, Menjadi Manajer Internasional, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2003, Tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah. Bagian Organisasi Setda Kabupaten Natuna.

16

Anda mungkin juga menyukai