Anda di halaman 1dari 10

ETIKA BISNIS

EKU 221E (C3)

“Kasus Etika Produksi dan Pemasaran serta Iklan dan Dimensi Etisnya ”

Dosen Pengampu :

Ni Wayan Mujiati, S.E.,M.Si.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

Ida Ayu Made Asdhi Wulandari 2007511053

Ni Komang Yenigita Muliani 2007511057

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Beliaulah kami dapat menyelesaikan paper kami yang berjudul “Kasus Etika
Produsen dan Pemasaran, serta Iklan dan Dimensi Etisnya” ini dapat terselesaikan dengan
baik dan benar. Paper ini disusun dalam rangka penyelesaian tugas semester. Dalam
penulisan makalah ini , penulis banyak dibimbing oleh berbagai pihak baik bantuan secara
material, serta pikiran. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ni
Wayan Mujiati, S.E.,M.Si. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Etika Bisnis.

Di dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna akibat
dari keterbatasan pengetahuan, penulisan kata, dan ejaannya . Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dari Ibu Ni Wayan Mujiati, S.E.,M.Si. untuk kesempurnaan paper ini.
Harapan penulis yaitu agar para pembaca dapat memahami materi Kasus Etika Produsen dan
Pemasaran, serta Iklan dan Dimensi Etisnya. Paper ini sepenuhnya merupakan hasil kerja
keras penulis dan jika nanti terdapat banyak kesalahan serta penyimpangan dalam paper ini,
penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun dan bagi pembaca umumnya.

Denpasar, 24 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah ....................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kasus etika produsen dan pemasaran kepada konsumen ............................... 2


2.1.1 Kasus Yang Dilakukan Oleh Power Balance ............................... 2
2.1.2 Ulasan Kasus Power Balance ...................................................... 3
2.2 Kasus Iklan dan Dimensi Etisnya................................................................. 3
2.2.1 Kasus Yang Dilakukan Oleh So Nice .......................................... 4
2.2.2 Ulasan Kasus So Nice ................................................................. 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 6

3.2 Saran .......................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan
sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman informasi seperti ini, baik -
buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif (banyak).
Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum
secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam
dunia bisnis sekarang. Perilaku etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang
dalam sebuah bisnis. Bisnis apapun, tentu akan melalui tahap-tahap sebelum akhirnya
bisa dinikmati oleh publik. Salah satu prosesnya adalah produksi dan pemasaran.
Produksi adalah tahapan yang cukup penting dalam proses bisnis. Dimana pebisnis
bisa menuangkan idenya dalam sebuah produk yang siap dipasarkan. Sementara
pemasaran bisa dikatakan salah satu urat nadi dalam pencapaian hasil. Segala macam
produksi atau output dengan hasil terbaik, tidak akan optimal diserap oleh konsumen
jika teknik dan pelaksanaan pemasarannya tidak bagus.
Berbagai cara bisa dilakukan dalam memasarkan suatu produk sehingga
sampai di tangan konsumen. Salah satu yang memiliki peranan penting saat ini adalah
penggunaan iklan. Iklan akan dianggap sebagai metode yang ampuh untuk
menyebarluaskan informasi kepada khalayak mengenai suatu produk yang dihasilkan
dalam bisnis. Dibalik keberhasilan iklan dalam mendongkrak penjualan produk dalam
bisnis, terselip beberapa permasalahan yang bermuara pada persoalan etika. Etika
yang dimaksud adalah content serta visualisasi iklan yang dianggap sebagai
pembodohan serta penipuan terhadap konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja kasus dari Etika Produksi dan Pemasaran Kepada Konsumen?
2. Apa saja Kasus dari Iklan dan Dimensi Etisnya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui kasus dari Etika Produksi dan Pemasaran Kepada Konsumen


2. Mengetahui kasus dari Iklan dan Dimensi Etisnya

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Etika Produsen dan Pemasaran Kepada Konsumen


2.1.1 Kasus Yang Dilakukan Oleh Power Balance
Power Balance adalah merek gelang yang oleh pembuat dan vendornya
diklaim sebagai produk yang ’menggunakan teknologi holografis’, yang
bekerja dengan medan energi alami tubuh. Power Balance menggunakan
terapi hologram, yaitu pengobatan energi, yang merupakan cabang dari
pengobatan alternatif. Menurut pembuatnya, ‘Power Balance didasarkan pada
gagasan untuk mengoptimalkan aliran energi di dalam tubuh. Hologram pada
Power Balance didesain untuk beresonansi dan merespon medan energi alami
tubuh’. Power Balance lebih dipromosikan melalui atlet yang dibayar, dan
viral marketing ketimbang melalui bukti ilmiah. Yang akhirnya perusahaan ini
mendapat banyak kritik, dan kebanyakan adalah tuduhan bahwa mereka
mengeluarkan iklan palsu.
Pada Desember 2010, Australian Competition and Consumer
Commission (ACCC) mengharuskan Power Balance untuk membuat
pernyataan yang berisi pengakuan bahwa mereka ‘terlibat dalam tindakan
yang menyesatkan’. CEO Power Balance Australia, Tom O'Dowd,
mengatakan, "Awalnya kami mengklaim bahwa produk kami meningkatkan
kekuatan, keseimbangan, dan fleksibilitas, dan kami tidak memiliki percobaan
acak yang telah diuji sejawat secara ilmiah ataupun tingkatan bukti yang kami
butuhkan untuk mendukung klaim tersebut". Ketua ACCC, Graeme Samuel
menyatakan, "Kami sangat kecewa bahwa begitu banyak orang yang telah
membayar ratusan ribu, bahkan sampai jutaan dolar, untuk membeli gelang
ini". Power Band Australia diharuskan mengeluarkan sejumlah iklan di media
Australia yang berisi pengakuan dan penawaran pengembalian uang. Dan ini
pernyataan dari pihak Power Balance di media. “Dalam iklan, kami
menyatakan bahwa gelang tangan Power Balance meningkatkan kekuatan,
keseimbangan dan fleksibilitas Anda. Kami mengakui bahwa tak ada bukti
ilmiah kredibel yang mendukung klaim kami dan maka dari itu kami telah
terlibat dalam tindakan yang menyesatkan melanggar s52 dalam Undang-
Undang Praktek Perdagangan 1974. Jika Anda merasa telah disesatkan oleh

2
promosi kami, kami meminta maaf dan menawarkan pengembalian uang
secara penuh”
Pada Desember 2010, Italy's Antitrust Authority mendenda Power
Balance sebesar 300,000 Euro (dan perusahaan lainnya sebesar 50,000 Euro)
karena tidak menyertakan bukti ilmiah untuk klaim mereka. Pada Janauri
2011, Point Break, salah satu penjual resmi gelang Power Balance di
Indonesia, menarik produk tersebut dari seluruh gerainya.
2.1.2 Ulasan Kasus Power Balance
Laba dan kepuasan konsumen berjalan pararel. Jika kep uasan konsumen
tercapai maka laba akan datang dengan sendirinya. Tetapi dalam definisi nilai
konsumen berkaitan dengan kepuasan konsumen, manfaat yang dirasakan oleh
setiap konsumen berbeda-beda. Asumsi konsumen dan produsen tidak dalam
posisi yang sama karena berbagai faktor. Karena keahlian dan
pengetahuannya, produsen cenderung berada dalam posisi lebih
menguntungkan dibanding konsumen. Permasalahan pokok produsen dan
konsumen dari produk power balance yaitu :
• Kemasan sering menyesatkan dan tidak menggambarkan kualitas
produk yang sesungguhnya.
• Konsumen sangat variatif, tetapi kebanyakan tidak paham dengan isi
produk (karena keterbatasan pengetahuannya).
• Produsen wajib memperhatikan kepentingan konsumen dan dilarang
secara sengaja melukai atau menipu konsumen.
Dan pihak power balance harus melakukan tindakan dengan cara :
1. Mempublikasikan iklan yang benar dengan biaya sendiri
2. Berhenti untuk mengklaim bahwa produk Power Balance:
• Akan meningkatkan keseimbangan, kekuatan, dan fleksibilitas
• Dirancang untuk bekerja dengan medan energi alami dalam
tubuh
• Membuat klaim bahwa "Power Balance adalah Performance
Technology"
3. Berhenti memproduksi produk yang mengandung kata ‘Perf ormance
Technology’
4. Mengganti materi promosi dan pemasaran

3
5. Menawarkan pengembalian dana penuh, ditambah ongkos kirim

2.2 Kasus Yang Berkaitan Dengan Iklan Dan Dimensi Etisnya


2.2.1 Kasus Yang Dilakukan Oleh So Nice
Iklan yang tayang di televisi yaitu iklan So Nice "So Good", "Fakta
Bicara" oleh Badan Pengawasan Periklanan, Persatuan Perusahaan Periklanan
Indonesia (PPPI) diputuskan melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI).
Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Periklanan (BPP) PPPI
telah disampaikan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Pada iklan
TV So Nice "So Good", pelanggaran EPI terjadi pada pernyataan bahwa
mereka yang mengkonsumsi produk yang diiklankan akan tumbuh lebih tinggi
daripada yang tidak. Menurut EPI BAB IIIA No. 1.7 menyatakan bahwa: "Jika
suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka
dasar-daasr jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
KPI Pusat juga mengingatkan kepada para pembuat iklan dan televisi
bahwa dalam Pasal 49 ayat (1) Standar Program Siaran (SPS) KPI Tahun 2009
telah dinyatakan bahwa iklan wajib berpedoman kepada EPI. Selanjutnya KPI
Pusat meminta kepada semua stasiun TV untuk mematuhi Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) Tahun 2009 dan EPI. (KPI)

2.2.2 Ulasan Kasus So Nice


Indonesia tidak dapat dipungkiri merupakan pasar yang menggiurkan
tidak hanya di kawasan Asia tapi juga di dunia. Jumlah penduduk negara
kepulauan ini mencapai lebih dari 200 juta jiwa dan merupakan sebuah pasar
yang sangat menjanjikan bagi para pelaku industri yang ingin melebarkan
bisnisnya. Menjangkau sasaran pasarnya, bukanlah pekerjaan mudah bagi para
pelaku bisnis ini, karena itu mereka membutuhkan para profesional yang
membantu mereka untuk berkomunikasi kepada konsumen dengan
menggunakan media yang tepat dan pesan yang efektif.
Di sinilah peranan industri periklanan di Indonesia yang menjembatani
komunikasi antara produsen dan konsumennya. Sejalan dengan semakin
besarnya dunia pemasaran, maka semakin berkembang pula industri
periklanan di tanah air. Saat ini industri periklanan di Indonesia adalah salah
satu yang terbesar di dunia. Hal ini disebabkan konsumen Indonesia belum
4
mengalami kejenuhan terhadap iklan seperti halnya yang terjadi di negara lain.
Industri iklan terus meroket dengan belanja iklan yang terus naik setiap
tahunnya. Pada tahun 2006 saja belanja iklan Indonesia mencapai tujuh trilyun
rupiah. Saat ini pemirsa Indonesia dikelilingi oleh jumlah iklan terbanyak dari
yang pernah terekam dalam sejarah industri ini di Indonesia. Pemirsa TV
Indonesia, sebagai contoh, menjadi sasaran 3.650.000 spot iklan TV setiap
tahun, atau 10.000 spot setiap hari, atau setara dengan 42 spot setiap jam.
Dengan kata lain, setiap dua menit acara ada satu menit iklan (Subramaniam,
2006: 39).
Besarnya jumlah uang yang berputar di industri iklan bagaikan
manisnya gula yang terus memancing datangnya “semut-semut” baru untuk
terjun di dalam industri ini. Banyak perusahaan-perusahaan iklan (advertising
agency) global yang membuka kantornya di Indonesia bersama dengan ratusan
perusahaan iklan lokal memperebutkan kue iklan yang sangat besar itu.
Karena besarnya jumlah uang yang di raup dalam setiap penayangan
iklan, tidak sedikit pula perusahaan yang tidak memperhatikan etika dalam
periklanan seperti contoh kasus iklan “ so nice so good “, dalam iklan tersebut
terselip kata persuasive “akan lebih tinggi dari pada yang tidak makan sosis
“untuk mempengaruhi customer mengkonsumsi product sosis mereka.
Kebenaran dalam iklan berkaitan dengan fungsi informative. Hal ini
menunjukkan adanya manipulasi makna karena kata–kata tersebut adalah hal
yang tidak dapat dipertanggungjawabjkan dalam etika periklanan.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kasus yang dilakukan oleh Power Balance dan So Nice merupakan
pelanggaran dari etika bisnis khususnya melanggar pada etika produksi dan
pemasaran kepada konsumen serta pelanggaran terkait periklanan yang terlihat bahwa
pihak dari Power Balance dan So Nice kurang bertanggung jawab kepada produk
yang telah ia buat karena tidak memperhatikan etika dalam berbisnis. Sehingga pihak
dari perusahaan harus mempertanggungjawabkan perbuatan karena telah dikatakan
melakukan penipuan kepada konsumen. Jadi jelas etika dalam berbisnis sangat perlu
diperhatikan sehingga masalah yang sekiranya akan terjadi dapat diselesaikan dengan
baik tanpa harus ada salah satu pihak yang dirugikan.
3.2 Saran
Perusahaan seharusnya tetap berpedoman terhadap etika dalam berbisnis agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan menjalankan etika dalam berbisnis
tentunya citra perusahaan akan tetap terjaga dimata konsumen agar apa yang telah
diberikan oleh produsen bisa diminati atau dinikmati oleh konsumen.

6
DAFTAR PUSTAKA

Chepico. 2011. Etika Produsen dan Pemasaran kepada Konsumen. Diakses


https://chepico.blogspot.com/2011/04/makalah-produksi-dan-pemasaran-
konsumen.html
Gharseno. 2014. Kasus Etika Bisnis. Diakses
https://gharseno.blogspot.com/2014/03/kasus-pelanggaran-etika-pemasaran-dan.html

Magdalena Bagia. 2011. Kasus Iklan So Nice So Good. Diakses http://kebaya-


factory.blogspot.com/2011/11/studi-kasus-iklan-so-nice-so-good.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai