Anda di halaman 1dari 29

METODOLOGI PENELITIAN EKONOMI (EKI 400/B2)

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Drs. Made Kembar Sri Budhi, M.P.

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Ni Kadek Poppy Keristina (02/2007511015)

Luh Nyoman Tri Putri (21/2007511171)

Ida Ayu Tantri Suta Nandini (26/2007511188)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pape dengan judul “Populasi dan Sampel
Penelitian”. Tugas ini disusun guna memenuhi tugas dari bapak Prof. Dr. Drs. Made Kembar Sri
Budhi, M.P. pada mata kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana. Pada tugas ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi
oleh sebab itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan bagi pembaca nantinya.

Jimbaran, 02 Oktober 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I .........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................3

1.3 Tujuan ..........................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN ........................................................................................................................4

2.1 Populasi ........................................................................................................................4

2.2 Sampel ..........................................................................................................................5

2.3 Penelitian Menggunakan Populasi dan Sampel ..............................................................9

2.4 Kriteria Sampel yang Baik .......................................................................................... 11

2.5 Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel .................................................................... 12

2.6 Ukuran Sampel ........................................................................................................... 13

2.7 Sumber Kesalahan Sampel .......................................................................................... 14

2.8 Tahap Pemilihan Sampel dan Pengenalan Metode Pengambilan Sampel ..................... 15

2.9 Contoh Kasus .............................................................................................................. 21

BAB III .................................................................................................................................... 23

PENUTUP ............................................................................................................................... 23

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 23

3.2 Saran........................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan melalui prosedur ilmiah.
Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf kemungkinan yang paling relevan dengan
pertanyaan serta menghindari adanya bias. Dalam penelitian, salas satu bagian dalam Langkah-
langkah penelitian adalah menemukan populasi, sampel, dan Teknik sampling. Seorang peneliti
dapat menganalisa sata keseluruhan objek yang diteliti sebagai suatu kumpulan atau komunitas
tertentu. Setiap penelitian selalu diawali dengan pertanyaan mengenai satu atau beberapa
kelompok individual atau objek tertentu. Salah satu tujuan penelitian adalah menjelaskan sifat
populasi. Populasi adalah wilayah degeneralisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya manusia tetapi juga objek dan benda-
benda alam yang lain. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Selain itu, sampel juga dapat diartikan sebagai jumlah individu yang diperoleh dari
populasi dan merupakan bagian yang mewakili keseluruhan anggota populasi. Sampel yang baik
memiliki sifat representative terhadap populasi. Suatu sampel yang tidak representative terhadap
setiap anggota populasi, berapa pun ukuran sampel itu, tidak dapat digeneralisasi terhadap
populasi.

Tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti.
Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-
hal yang sebenarnya akan diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap
populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan dikenakan atau
digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi ini mengandung resiko
bahwa akan terdapat kekeliruan atau ketidak-tepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan
secara tepat keadaan populasi. Semakin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka semakin
besarlah kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal yang demikian itulah maka
teknik penentuan sampel menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik
penentuan sampel itu pada hakekatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan

1
generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang
representatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.

Sampel yang terpilih merupakan sumber data yang akan diolah secara statistik dan harus
mampu memberikan gambaran untuk sebuah populasi. Jadi sampel merupakan cerminan
tingkahlaku populasi. Apabila pengambilan sampelnya tidak benar, maka sampel tersebut tidak
akan mampu memberikan atau mewakili populasi. Menyatakan sifat-sifat sebuah populasi secara
inferensial berdasarkan sekumpulan data yang ada dalam sebuah sampel adalah pekerjaan yang
penuh resiko. Dari sekian banyaknya keterangan yang diperlukan untuk menerangkan populasi itu
hanya sebagian kecil saja yang dapat diinformasikan oleh data yang tersedia dalam sampel. Resiko
tersebut selalu ada, dan tidak dapat dihilangkan. Seorang peneliti hanya dapat berusaha
memperkecil resiko yang dihadapinya melalui cara pemilihan unit tertentu. Berdasarkan teori
dapat menjamin (dalam batas-batas jaminan tertentu pula), bahwa kumpulan unit-unit yang
dipilihnya itu akan merupakan sampel yang representative, diharapkan hasilnya nanti mengandung
resiko yang terkecil.

Apabila sekiranya setiap unit yang membangun sebuah populasi memiliki sifat-sifat yang
sama, maka unit yang manapun yang terpilih ke dalam sampel akan selalu merupakan wakil
populasi. Dalam keadaan seperti ini, seorang peneliti dapat mempergunakan sembarang cara
pilihan. Tetapi kenyataan tidaklah demikian. Sifat-sifat yang dimiliki oleh unit-unit populasi satu
dengan lainnya berbeda. Adanya kecenderungan untuk memilih salah satu di antara unit yang ada,
dapat membawa seseorang peneliti ke arah kesimpulan induktif yang keliru. Oleh karena itu,
peneliti harus hati-hati memberikan jaminan (dalam batas-batas tertentu), bahwa unit-unit yang
dipilih nanti merupakan kumpulan unit (sampel) yang memang mewakili populasi.

2
1.66 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana populasi dalam metodologi penelitian?
1.2.2 Bagaimana sampel dalam metodologi penelitian?
1.2.3 Bagaimana contoh penelitian menggunakan populasi dan sampel?
1.2.4 Bagaimana kriteria sampel yang baik?
1.2.5 Bagaimana pertimbangan penentuan ukuran sampel?
1.2.6 Bagaimana ukuran sampel dalam metodologi penelitian?
1.2.7 Apa saja sumber kesalahan sampel?
1.2.8 Bagaimana tahap pemilihan sampel dan pengenalan metode pengambilan sampel?
1.2.9 Apa contoh kasus penggunaan sampel dalam penelitian?

1.67 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana populasi dalam metodologi penelitian.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana sampel dalam metodologi penelitian.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana contoh penelitian menggunakan populasi dan sampel.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana kriteria sampel yang baik.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan penentuan ukuran sampel.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana ukuran sampel dalam metodologi penelitian.
1.3.7 Untuk mengetahui apa saja sumber kesalahan sampel.
1.3.8 Untuk mengetahui bagaimana tahap pemilihan sampel dan pengenalan metode
pengambilan sampeL.
1.3.9 Untuk mengetahui apa contoh kasus penggunaan sampel dalam penelitian.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi di sini maksudnya bukan hanya orang atau makhluk hidup,
akan tetapi juga benda-benda alam yang lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah
yang pada obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi semua karakteristik, sifat-
sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu orang pun bisa digunakan
sebagai populasi, karena satu orang tersebut memiliki berbagai karakteristik, misalnya seperti
gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain sebagainya. Ada banyak sekali pengertian dari
populasi, berikut beberapa pendapat para ahli tentang pengertian dari populasi yaitu :

1. Ismiyanto: populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang
dapat berupa; orang, benda, suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat
memberikan informasi (data) penelitian.
2. Arikunto Suharsimi: Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi.
3. Sugiyono: Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau subjek yang
mempunyai kuantitas & karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dari sekian pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi (population) dapat diartikan pula sebagai sekelompok orang, kejadian, atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen
populasi (populasi element). Masalah populasi timbul, terutama pada penelitian opini yang
menggunakan metode survei sebagai teknik pengumpulan data. Penentuan populasi berbeda
dengan penentuan unit analisis meskipun keduanya berkaitan dengan unit data yang dianalisis.
Misal, penelitian mengenai kinerja dapat menggunakan unit analisis pada tingkat individual

4
(seseorang), kelompok (sekelompok orang), atau tingkat organisasional (departemen, divisi,
atau korporat). Jika dipilih unit analisis tingkat individual, masalah selanjutnya adalah
menentukan populasi data siapa dan berapa jumlah orang yang akan diteliti. Jika peneliti ingin
menginvestasi kinerja manajer secara individual, maka populasi data penelitian adalah setiap
orang yang mempunyai karakteristik sebagai manajer.

Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara populasi dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian menyimpulkannya.
Contoh populasi tersebut misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah karyawan pembeli di
toko tertentu, dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah
populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas
tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat meliputi rumah berikut keluarga dan aktivitasnya,
orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang mengobrol tentang pelayanan atau produk mobil
baru merek tertentu, atau di tempat kerja, di kota, di desa, di perusahaan atau wilayah suatu
negara. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami
secara lebih mendalam atau apa yang terjadi di dalamnya.

2.2 Sampel
2.2.1 Pengertian Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut,
ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga
dapat mewakili populasi. Sampel yang akan diambil dari populasi harus benar-benar
representatif atau dapat mewakili. Selain pengertian di atas, berikut merupakan pengertian
sampel menurut para ahli :

1. Arikunto Suharsimi, menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut
disebut penelitian sampel.
2. Sudjana & Ibrahim, menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau
yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.

5
Dari kedua pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa sampel merupakan sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Atau sampel juga bisa disebut
disebut sebagai bagian kecil dari anggota populasi yang diambil yang diambil menurut
prosedur tertentu yang dapat mewakili. populasinya. Sampel digunakan jika populasi yang di
teliti besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh populasi. Kendala tersebut dapat
terjadi karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang di miliki peneliti. Sampel
yang akan digunakan dari populasi haruslah benar-benar dapat mewakili populasi yang diteliti.

2.2.2 Alasan Pengambilan Sampel dalam Penelitian


Idealnya dalam suatu penelitian untuk mengetaui karakteristik populasi peneliti dapat
melakukan pengamatan terhadap populasi. Namun dalam praktiknya kita hanya bisa
melakukan pengamatan terhadap sampel, tidak hanya disebabkan oleh biaya penelitian yang
besar tetapi juga karena penelitian terhadap populasi akan memakan waktu yang sangat lama
dan dapat menimbulkan kesalahan yang besar dalam pengukuran atau bias. Beberapa alasan
mengapa dalam suatu penelitian dilakukan pengambilan sampel antara lain adalah:
1. Adanya populasi yang sangat besar (infinite population), di dalam populasi yang sangat
besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh populasi diamati atau diukur sebab
membutuhkan waktu yang lama.
2. Homogenitas, tidak perlu semua unit populasi yang homogen diamati atau diukur sebab
akan membuang waktu dan tidak akan berguna karena variabel yang akan diteliti telah
terwakili oleh sebagian populasi tersebut.
3. Penarikan sampel menghemat biaya, misalnya ketika membuat angket atau kuesioner
tentunya tidak perlu mencetak dalam jumlah yang sesuai dengan jumlah populasi.
4. Penarikan sampel dan waktu, tentunya jika harus meneliti satu per satu objek peneliti akan
membutuhkan waktu yang lama, terutama jika jumlah populasinya ribuan. Namun, dengan
sampel, waktu tentunya akan terpangkas secara signifikan, tetapi hasil penelitian tetap
valid.
5. Efisiensi sumber daya manusia, sumber daya juga menjadi lebih efisien karena tidak
membutuhkan bantuan dari banyak orang untuk melakukan penelitian. Selain untung dari
segi jumlah SDM, koordinasi antar SDM yang melakukan penelitian juga akan lebih
mudah.

6
6. Ketelitian atau ketepatan pengukuran, meneliti atau mengukur subjek dalam jumlah sedikit
(sampel) tentu akan lebih teliti jika dibandingkan dengan mengukur subjek yang banyak
(populasi).

Berdasarkan alasan penarikan sampel, maka sampel suatu penelitian harus dapat
menggambarkan populasinya. Dengan kata lain sampel harus memiliki karakteristik yang
sama dengan karakeristik populasinya. Sampel yang baik adalah yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :

1. Dapat menghasilkan gambaran karakter populasi yang tepat.


2. Dapat menentukan presisi (ketepatan) hasil penelitian dengan menentukan standar deviasi
dari taksiran yang diperoleh,.
3. Sederhana, mudah dilaksanakan.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang efisien.

Jika syarat-syarat sampel di atas tidak terpenuhi maka kesimpulan yang digeneralisasikan
untuk populasi akan menjadi bias (bias conclusion).

2.2.3 Penentuan Besar Pengambilan Sampel


Pertanyaan yang sering muncul ketika hendak melakukan penelitian adalah berapa besar
atau seberapa banyak sampel yang harus diambil agar dapat mewakili populasinya? Ada dua
hal yang harus dipenuhi untuk memperoleh sampel yang dapat mewakili populasinya atau
representatif terhadap populasinya, yakni besar sampel dan cara pengambilan sampel. Besar
sampel saja tidak menjamin bahwa sampel yang diambil akan mewakili karakteristik populasi
tanpa memperhatikan cara pengambilannya, sebaliknya cara pengambilan sampel yang
menganut azas probabilitas atau random tidak dengan sendirinya akan memperoleh sampel
yang representatif terhadap populasi tanpa memperhitungkan besar sampel terhadap
populasinya. Besar pengambilan sampel tergantung pada beberapa hal seperti :
1. Jenis penelitian
Jika penelitian bersifat eksploratif maka satu sampel saja mungkin sudah cukup untuk
diambil tetapi jika penelitian bertujuan untuk melakukan generalisasi maka sampel harus
representatif terhadap populasi sehingga perlu memperhatikan besar sampel selain cara
pengambilan sampelnya
2. Skala ukur variabel dependen

7
Perlu diperhatikan apakah skala ukur variable dependen berskala katagorikal atau kontinu
dan derajat ketepatan perkiraan yang diinginkan, makin tinggi derajat ketepatan yang
diinginkan maka makin besar pula sampel yang dibutuhkan.
3. Tujuan penelitian
Perlu diperhatikan apakah tujuan penelitian untuk mengestimasi nilai populasi atau untuk
menguji hipotesis. Apabila tujuan penelitian adalah untuk mengestimasi nilai populasi
maka sampel yang diambil dapat dalam jumlah yang kecil. Namun, apabila tujuan
penelitian unduk menguji hipotesis maka sampel yang diambil haruslah dalam jumlah
besar atau paling tidak bersifat representatif.
2.2.4 Parameter yang Menentukan Representatif Sampel
Tujuan teknik penentuan sampel adalah untuk mendapatkan sampel yang paling
mencerminkan populasinya, atau secara teknis disebut sampel yang paling representatif.
Dalam penelitian terhadap sampel, ciri representatif sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan,
melainkan hanya dapat didekati secara metodologis melalui parameter-parameter yang
diketahui dan diakui baik secara teoritis maupun secara eksperimental. Ada empat parameter
yang bisa dianggap menentukan representativeness suatu sampel yaitu :
1. Variabilitas populasi.
Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah given, artinya peneliti harus menerima
sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasinya. Namun, ketiga
parameter yang lain tidak demikian halnya karena penelitian dapat memanipulasi untuk
meningkatkan taraf representatif sampel.
2. Besaran sampel.
Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf representatif sampelnya.
Ketentuan ini berlaku selama populasinya tidak homogen secara sempurna. Jika
populasinya homogen secara sempurna besar sampel tidak mempengaruhi taraf
representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian itu sampel cukup kecil saja.
3. Teknik penentuan sampel.
Semakin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, maka semakin tinggi pula
tingkat representatif sampel. Kententuan ini juga hanya berlaku selama populasinya tidak
homogen secara sempurna. Jika populasinya homogen secara sempurna rambang sama
sekali tidak diperlukan.

8
4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi ke dalam sampel
Semakin cermat peneliti memasukkan ciri-ciri populasi ke dalam sampel semakin tinggi
pula tingkat representatif sampel.

Dengan mempertimbangkan parameter-parameter tersebut di atas, peneliti diharapakan dapat


mengusahakan atau menentukan sampel yang paling tinggi tingkat representatifnya yang mungkin
dicapai. Kecepatan untuk ini, seperti untuk melakukan langkah-langkah yang lain dalam
penelitian, sangat tergantung kepada latihan dan pengalaman. Walaupun berbagai teknik
pengambilan sampel telah dikembangkan dan parameter-parameter untuk perkiraan telah
diindentifikasikan tetapi hampir tidak pernah penelitian dapat menentukan sampel yang
mencerminkan populasi secara sempurna. Hal tersebut terjadi karena dalam lapangan kekeliruan
yang timbul kerena penggunaan sampel (sampling error) hampir selalu ada. Keadaan yang
demikian itu lalu menimbulkan kebutuhan untuk dapat memperhitungkan atau setidak-tidaknya
memperkirakan besar kecilnya kekeliruan itu. Dalam analisis kekeliruan generalisasi dari sampel
ke populasi hal tersebut disebut kekaliruan baku (standartd error). Dasar teoritis yang digunakan
untuk memperkirakan kekeliruan baku itu ialah teori probabilitas. Sampel-sampel tunduk kepada
hukum probabilitas, demikian juga harga-harga yang diperoleh dari sampel.

2.3 Penelitian Menggunakan Populasi dan Sampel


Penelitian kualitatif dan kuantitatif juga akan akrab dengan penggunaan populasi
dan sampel. Kebanyakan peneliti yang berhadapan dengan kondisi-kondisi di atas memilih
melakukan pengujian kepada sampel, bukan kepada populasi. Penelitian kuantitatif akan
menghasilkan data berbentuk angka. Angka ini diambil dari populasi dan bisa juga diambil
dari sampel. Jika objek penelitian adalah siswa X di SMA Y, maka sangat mungkin peneliti
mengambil data dari populasi. Sebab jumlah siswa di satu kelas biasanya antara 30 sampai
40-an anak. Lain halnya jika objek penelitian adalah keseluruhan siswa di SMA Y
tersebut. Bisa jadi, jumlah siswa mencapai ribuan dan sangat tidak efisien jika meneliti
populasi. Maka dilakukan penelitian kuantitatif dari sampel siswa di SMA Y tersebut.

Begitu juga sebaliknya, pada penelitian kualitatif yang datanya berupa data bukan
angka. Maka peneliti perlu melakukan survei, wawancara, memberikan kuesioner, dan lain-
lain untuk mendapat data. Melakukan wawancara ke populasi bisa memakan waktu lama
dan menelan biaya tidak sedikit, belum lagi dengan tenaga dosen yang bisa jadi terkuras

9
untuk keperluan tersebut. Maka diambil sampel, misalnya saja wawancara di perusahaan X
yang jumlah karyawannya mencapai 5.000 orang. Maka peneliti bisa melakukan wawancara
kepada 50 orang saja.

Dalam pengambilan sampel pada penelitian kuantitatif maupun kualitatif, wajib memenuhi
sejumlah syarat berikut ini:

1. Mewakili populasi
Syarat pertama adalah sampel tersebut mampu mewakili populasi yang diteliti. Yakni
sama-sama memenuhi karakter penelitian yang sudah ditentukan oleh peneliti. Misalnya
saja harus bersekolah di SMA Y karena akan meneliti SMA tersebut. Maka sampel bisa
diambil dari kelas manapun asalkan bersekolah di SMA Y. Kesesuaian ini penting agar
data yang didapatkan dari sampel memang mewakili data dari keseluruhan populasi
penelitian. Siswa yang bersekolah di sekolah yang sama meskipun berbeda kelas dapat
mengetahui kondisi lingkungan, kebijakan sekolah, dan lain-lain. Sehingga data yang
didapat dari sampel maupun dari keseluruhan siswa terjamin sama. Maka data dari
sampel ini mampu mewakili keseluruhan populasi.
2. Mudah dilaksanakan
Syarat berikutnya adalah mudah untuk dilaksanakan dimana data bisa diambil sewaktu-
waktu dan semua pihak yang terlibat bisa menyamakan waktu tersebut sehingga
pengambilan data penelitian dijamin lancar dan sesuai dengan kebutuhan peneliti.
3. Harus tepat dan presisi
Sampel harus dapat menentukan presisi, ketepatan, dan kesalahan baku yang ditentukan
dan diperoleh dari populasi penelitian. Secara sederhana sampel ini harus memiliki lebih
banyak kemiripan dan mewakili keseluruhan populasi, sehingga data yang didapatkan
akurat.
4. Memberi keterangan
Sampel yang dipilih peneliti harus bisa memberi keterangan dalam artian memberi data
penelitian. Selain itu sampel yang dipilih secara acak ini juga harus mampu menekan
biaya seminimal mungkin. Sebab salah satu tujuan dilakukan pengambilan sampel
adalah untuk efisiensi waktu, tenaga, dan juga biaya.

10
2.4 Kriteria Sampel yang Baik
2.4.1 Syarat Penganbilan Sampel

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel:

1. Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan "bias" ( kekeliruan ) dalam sample.
Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat
sampel tersebut. Tolok ukur adanya "bias" atau kekeliruan adalah populasi.
Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa "there is no systematic variance" yang
maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh
yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada
satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata - rata luas tanah suatu
perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan,
maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada
sampel yang diambil secara sistematis.
2. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi
mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.
Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata
- rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk " X ". Namun berdasarkan
laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk " X " per harinya rata - rata 58 unit.
Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil
penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat
perbedaan di antara rata - rata populasi dengan rata - rata sampel, maka makin tinggi tingkat
presisi sampel tersebut.
Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh
karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan - kesalahan, yang
dikenal dengan nama "sampling error" Presisi diukur oleh simpangan baku (standard
error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S)
dengan simpangan baku dari populasi. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin
bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa
berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah (Kerlinger, 1973). Dengan contoh di atas tadi,

11
mungkin saja perbedaan rata - rata di antara populasi dengan sampel bisa lebih sedikit, jika
sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.
3. Representatif yaitu, dapat mewakili karakteristik populasi.Dengan sampel yang
representatif, maka informasi yang dihasilkan relatif sama dengan informasi yang
dikandung populasinya. Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian sampel dapat berlaku
bagi populasi.
2.4.2 Syarat Suatu Sampel yang Baik
1. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling, yaitu daftar dari semua unsur
sampling dalam populasi sampling, dengan syarat yaitu, (1) harus meliputi seluruh unsur
sampel, (2) tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali, (3) harus up to date, (4)
batasbatasnya harus jelas, serta (5) harus dapat dilacak di lapangan.
2. Menurut Teken (dalam Masri Singarimbum dan Sofyan Efendi), ciri-ciri sampel yang ideal
yaitu, (1) dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti,
(2) dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukkan penyimpangan
baku (standar) dari taksiran yang diperoleh, (3) sederhana, sehingga mudah dilaksanakan,
dan (4) dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang rendah.

2.5 Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel


Dalam pertimbangan penentuan ukuran sampel terdapat 4 hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian:

a) Derajat Keseragaman, apabila Populasi seragam sempurna, maka satu elementer saja dari
seluruh populasi sudah cukup representatif untuk diteliti.
b) Presisi yang dikehendaki, dalam penelitian tingkat ketetapan ditentukan oleh perbedaan
hasil sampel dengan hasil pencacahan lengkap, dengan asumsi instrument, teknik
wawancara, kualias wawancara yang digunakan sama.
c) Rencana Analisis, Rencana analisis data dengan teknik analisis tertentu sangat menentukan
besarnya sampel yang harus diambil.
d) Tergantung pada ketersediaan biaya

Untuk menghitung varian atau dispersi populasi dapat menggunakan rumus perhitungan rata-rata
populasi sebagai berikut:

12
Dimana:

 µ = rata-rata populasi,
 X = rata-rata sampel,
 k = nilai t table pada tingkat kepercayaan tertentu,
 sx = dispersi (varian) populasi.

Dalam menentukan besar sampel, ada banyak alternatif rumus penentuan besar sampel yang
bisa dipakai. Namun, pada prinsipnya rumus – rumus tersebut diturunkan dan dimodifikasi
berdasarkan 2 pendekatan yaitu precision analysis dan power analysis.

2.6 Ukuran Sampel


Berdasarkan atas pertimbangan penentuan ukuran sampel, peneliti dapat menentukan ukuran
sampel yang dapat dipandang representatif mewakili populasi. Semakin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan begitupun sebaliknya.

1. Pertimbangan
Roscoe dalam buku Research Methods for Business (1982: 253) memberikan saran-saran
tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan
lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen),
maka jumlah anggota sampel = 10x5=50.
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara
10 sampai dengan 20.
2. Kebutuhan Sampel Besar
a. Jika terdapat sejumlah variabel yang tidak bisa dikontrol

13
b. Jika dalam penelitian terantisipasi adanya hubungan atau perbedaan yang kecil
c. Jika dalam penelitian dibentuk kelompok-kelompok kecil
d. Menghindari penyusutan
e. Jika diharapkan syarat-syarat keabsahan secara statistik dipenuhi.
f. Jika dalam penelitian dihadapkan pada populasi yang sangat hetergonen
g. Jika realibilitas dari variable bebas tidak terjamin

2.7 Sumber Kesalahan Sampel


Secara umum didapati adanya beberapa sumber kesalahan dalam pengambilan sampel. Kesalahan-
kesalahan tersebut adalah:

1) Variasi Acak (Random Variation)

Variasi acak merupakan kesalahan sampling yang paling umum dijumpai. Sebagai
contoh, misalkan seorang pemilik supermarket tertarik untuk menghitung rata-rata
pendapatan per rumah tangga dalam suatu daerah tertentu. Informasi yang diperoleh akan
dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi penyediaan jenis produk bagi masyarakat di
daerah tersebut, seandainya dalam pelaksanaan pengambilan sampelnya, yaitu dalam
pemilihan suatu sampel acak rumah tangga diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga
sebesar Rp.250 juta per tahun untuk daerah tersebut, dalam hal ini kita bisa saja bercuriga
bahwa sampel yang diambil mengandung kesalahan pendugaan, yakni secara kebetulan
semua sampel yang dipilih mungkin berada dalam kelompok yang berpendapatan tinggi.

2) Kesalahan spesifikasi (mis-specification of sample subject)

Kesalahan yang diakibatkan oleh kekeliruan spesifikasi sangat umum dijumpai


dalam pengambilan pendapat untuk pemilihan umum.

3) Kesalahan penentuan responden

Sumber kesalahan tambahan dalam survei sampel adalah disebabkan oleh


kesalahan penetapan responden dari beberapa anggota sampel. Pada umumnya para
peneliti mengasumsikan bahwa responden dan nonresponden mewakili lapisan-lapisan
serupa dari populasi padahal sebenarnya ini merupakan kasus yang jarang terjadi.

4) Kesalah karena ketidaklengkapan cakupan daftar populasi (coverage error).

14
Salah satu kunci sukses dari pemilihan sampel yang baik adalah ketersediaan daftar
unsur populasi (population frame) lengkap yang relevan. Kesalahan karena
ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi (coverage error) timbul karena
ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu di daftar unsur populasi

5) Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (Non response error)

Tidak setiap responden berkenan merespon suatu survei. Pengalaman menunjukkan


bahwa individu-individu yang berada di kelas ekonomi atas dan bawah cenderung kurang
merespon survey dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas menengah. Kesalahan
karena ketidaklengkapan respon (nonresponse error) muncul dari kegagalan untuk
mengumpulkan data dari semua individu dalam sampel.

6) Kesalahan penarikan sampel (sampling error)

Diyakini bahwa sampel yang baik merupakan miniature dari populasi. Meskipun
demikian pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya menghasilkan besaran suatu
karakteristik populasi yang berbeda-beda antar satu sampel ke sampel lainnya. Dalam hal
ini kesalahan penarikan sampel (sampling error) mencerminkan keheterogenan tau
peluang munculnya perbedaan dari satu sampel dengan sampel yang lain karena perbedaan
individu yg terpilih dari berbagai sampel tersebut. Sampling error dapat diperkecil dengan
memperbesar ukuran sampel meskipun upaya ini mengakibatkan peningkatan biaya survei.

7) Kesalahan pengukuran (Measurement error)

Pada umumnya kuisioner dirancang dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi


yang berguna. Data yang diperoleh harus valid dan respon yang benar harus terukur.
Permasalahan yang sering timbul adalah ternyata lebih mudah membicarakan bagaimana
memroleh pngukuran yang bermakna daripada melaksanakannya.

2.8 Tahap Pemilihan Sampel dan Pengenalan Metode Pengambilan Sampel


Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Secara skematis, macam-macam teknik sampling ditunjukkan
pada gambar dibawah ini

15
Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.
Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random,
disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability sampling meliputi,
sampling sistematis, sampling kuota, sampling insidental, purposive sampling, sampling
jenuh, dan snowball sampling.

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang


yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling (sampling menurut
daerah).

a. Simple Random Sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi


dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen
dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar

16
belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah
pegawai yang lulus S₁ = 45, S₂ = 30, STM = 800, ST=900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah
sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik
pengambilan sampel diberikan setelah bagian ini

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata
tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang
lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S₁, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga
orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua
kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.

d. Cluster Sampling (Area Sampling)

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau
kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Misalnya di
Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka
pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi
propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya
padat, ada yang tidak; ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada yang kaya
bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga
pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.

17
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada
daerah itu secara sampling juga.

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi


peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive,
jenuh, snowball.

a. Sampling Sistematis

Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari


anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari
100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor
100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap
saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini
maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai
100.

b. Sampling Kuota

Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang di inginkan. Sebagai contoh, akan
melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam
18
urusan Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau
pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang
belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan. Bila pengumpulan data
dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota
kelompok harus dapat

c. Sampling Insidental

Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu


siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data.

d. Sampling Purposive

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan


tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel
sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di
suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih
cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian penelitian yang tidak
melakukan generalisasi. Teknik pengambilan sampel ini banyak digunakan dalam metode
kualitatif

e. Sampling Jenuh

Sampel yang jenuh adalah sampel yang bila ditambah jumlahnya, tidak akan
menambah keterwakilan sehingga tidak akan mempengaruhi nilai informasi yang telah
diperoleh. Sepertinya membuat teh manis, jika gulanya sudah jenuh maka ditambah gula
berapapun tidak akan menambah manis teh yang di gelas. Bahkan kalau sudah jenuh gula
diaduk tidak akan larut. Jadi teknik sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang
memperhatikan nilai kejenuhan sampel. Sampel jenuh juga sering diartikan sampel yang
sudah maksimum, karena ditambah berapapun jumlahnya tidak akan merubah
keterwakilan populasi.

19
Sampling jenuh berbeda dengan sampel total. Sampel total adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel total adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya


kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi
besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena
dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti
mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
oleh dua orang. sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Teknik pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar 5 berikut. Pada penelitian kualitatif
banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball. Misalnya akan meneliti siapa
provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan Purposive dan Snowball sampling.

g. Sensus/sampling total

Sensus atau sampling total adalah teknik pengembalian sampel di mana seluruh
anggota populasi dijadikan sampel semua. Penelitian yang dilakukan pada populasi di
bawah 100 sebaiknya dilakukan dengan sensus, sehingga seluruh anggota populasi tersebut
dijadikan sampel semua sebagai subyek yang dipejari atau sebagai responden pemberi
informasi.

20
2.9 Contoh Kasus
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat
terhadap rencana pemerintah daerah yang akan memasang CCTV di setiap ruangan kelas.
Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang yang dapat dikelompokkan berdasarkan
jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1= 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP = 100,
SD 50 (populasi berstrata).
Dengan menggunakan tabel 5.1, bila jumlah populasi 1000, kesalahan 5%, maka
jumlah sampelnya 277. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata.
Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-masing
sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan
perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok 51 14, Sarjana Muda
(SM) 84, SMK 139, SMP 28, dan SD = 14.

Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya


dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya lebih 279. Hal ini lebih aman daripada
kurang dari 277. Roscoe dalam buku Research Methods for Business (1982: 253)
memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini.
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

21
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan
lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen),
maka jumlah anggota sampel = 10x5=50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara
10 sampai dengan 20.

22
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

1. Populasi adalah wilayah degeneralisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Selain itu,
sampel juga dapat diartikan sebagai jumlah individu yang diperoleh dari populasi dan
merupakan bagian yang mewakili keseluruhan anggota populasi. Sampel yang baik memiliki
sifat representative terhadap populasi. Alasan peneliti mengambil sampel dalam penelitian
adalah karena populasi dalam jumlah besar, efisiensi SDM, homogenitas, hemat biaya dan
waktu, serta ketepatan dalam penelitian. Besarnya pengambilan sampel didasarkan atas jenis
penelitian, skala ukur variable dependen, dan tujuan penelitian.
3. Penelitian kuantitatif (dalam bentuk angka) dan penelitian kualitatif (tidak dalam bentuk
angka) umumnya menggunakan sampel daripada populasi dalam penelitiannya. Hal tersebut
dikarenakan penggunaan sampel lebih efisien, hemat waktu dan biaya, serta lebih mudah
dilakukan. Namun, dalam pengambilan sampel harus dipenuhi beberapa syarat seperti : sampel
mewakili populasi, mudah dilakukan, dan menghasilkan hasil yang tepat dan presisi.
4. Ada tiga syarat yang perlu dipenuhi dalam pengambilan sampel yaitu representatif, akurasi
atau ketepatan, dan menghasilkan hasil yang presisi.
5. Terdapat 4 hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu
penelitian yaitu derajat keseragaman, presisi yang dikehendaki, rencana analisis, dan
tergantung pada ketersediaan biaya.
6. Berdasarkan atas pertimbangan penentuan ukuran sampel, peneliti dapat menentukan ukuran
sampel yang dapat dipandang representatif mewakili populasi. Semakin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan begitupun
sebaliknya.
7. Secara umum didapati adanya beberapa sumber kesalahan dalam pengambilan sampel yaitu :
variasi acak, kesalahan spesifikasi, kesalahan penentuan responden, ketidaklengkapan cakupan

23
daftar populasi, ketidaklengkapan respon, kesalahan penarikan sampel, dan kesalahan
pengukuran.
8. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling
dan Nonprobability Sampling. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate
stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability
sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling insidental, purposive
sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

3.2 Saran
Berdasarkan pemahaman materi tentang populasi dan sampel di atas, dapat diketahui bahwa
pengambilan populasi dan sampel merupakan salah satu hal yang krusial dalam penelitian. Maka
dari itu kelompok kami menyarankan beberapa hal :

1. Peneliti harus memperhatikan syarat-syarat serta tahapan dalam pengambilan populasi dan
sampel.
2. Sampel yang diteliti harus dapat menggambarkan karakteristik dari suatu populasi (sampel
representative terhadap populasi).
3. Peneliti harus dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam pengambilan sampel.

24
DAFTAR PUSTAKA
Nganto. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro

Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.

Prof. Dr. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D: Alfabeta Bandung

Rachmat, Mochamad dan Sudibyo Supardi. 2016. Metodologi Penelitian. Modul Bahan Cetak
Ajar Farmasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing

Syahza, Almasdi. 2021. Metodologi Penelitian. Edisi Revisi. Unri Press, Pekanbaru.

25

Anda mungkin juga menyukai