Anda di halaman 1dari 17

KONSEP TENTANG BESAR SAMPEL

BIOSTATISTIK

Dosen Pengampu :

Endang Uji Wahyuni, SKM., MKM

Dini Syafitri, SKM. MKM

Disusun Oleh : Kelompok 10

Alivia Shabrina Yulandari (P21345122009)

Bagas Wicaksono Adi Negoro (P21345122024)

Fitri Amalia Rizky (P21345122035)

KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.4 No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-nya. Karena tanpa rahmatnya, kita tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Endang Uji Wahyuni, SKM, MKM, Ibu Dini Syafitri, SKM. MKM
selaku dosen pengampu mata kuliah biostatistik di semester 2 ini, yang membimbing kami
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman–
teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data – data dalam
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami mengetahui bahwa masih banyak sekali
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik saran yang membangun siap kami tampung. Demi tercapainya
makalah yang sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami yang membuat
maupun orang lain yang membacanya.

Jakarta, 07 Mei 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
2.1 Konsep Besar Sampel ............................................................................................. 5
2.2 Metode Sampling .................................................................................................... 6
2.3 Cara Menghitung Besar Sampel .............................................................................. 7
2.3.1 Penarikan Sampel ............................................................................................ 8
2.3.2 Besar Sampel ................................................................................................. 11
2.3.3 Error (Penyimpangan) ................................................................................... 11
2.3.4 Teknik Penentuan Jumlah Sampel .................................................................. 12
2.4 Teknik Mementukan Ukuran Sampel .................................................................... 13
BAB III ............................................................................................................................... 16
PENUTUP .......................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 16
3.2 Saran..................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Tujuan ditentukannya sampel dalam penelitian
adalah untuk mempelajari karakteristik suatu populasi, karena tidak dimungkinkannya
peneliti melakukan penelitian di populasi seperti karena jumlah populasi yang sangat besar,
keterbatasan waktu, biaya, atau hambatan lainya.
Dalam hubungan sampel dan populasi terdapat istilah generalisasi atau inferensi
Generalisasi merupakan proses penarikan kesimpulan mengenal populasi artinya melakukan
penelitian pada sampel, kemudian kesimpulannya pada populasi, dengan syarat sampel yang
diambil harus dapat mewakili (representatif) populasi Suatu sampel dikatakan representatif
apabila memenuhi kriteria: digunakan asas probabilitas (random sampling), besar sampel
cukup, ciri-ciri populasi terwakili dan variasi antar unit populasi kecil mungkin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Itu pengertian besar sampel?
2. Apa iti metode sampling?
3. Bagaimana cara menghitung besar sampel?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu pengertian besar sampel.
2. Mengetahui apa itu metode sampling.
3. Mengetahui bagaimana cara menghitung besar sampel.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Besar Sampel


Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Tujuan ditentukannya sampel dalam penelitian
adalah untuk mempelajari karakteristik suatu populasi, karena tidak dimungkinkannya
peneliti melakukan penelitian di populasi seperti karena jumlah populasi yang sangat
besar, keterbatasan waktu, biaya, atau hambatan lainya. Dalam penelitian dibidang
kesehatan terdapat istilah kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,
dimana kriteria tersebut digunakan untuk menentukan dapat daknya dijadikan sampel
sekaligus untuk membatasi hal yang akan diteliti.Kriteria inklusi memiliki arti dimana
subyek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagal
sampel. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, seperti
adanya hambatan etis,menolak menjadi responden atau suatu keadaan yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan penelitian.

Dalam hubungan sampel dan populasi terdapat istilah generalisasi atau inferensi
Generalisasi merupakan proses penarikan kesimpulan mengenal populasi artinya
melakukan penelitian pada sampel, kemudian kesimpulannya pada populasi, dengan syarat
sampel yang diambil harus dapat mewakili (representatif) populasi Suatu sampel
dikatakan representatif apabila memenuhi kriteria: digunakan asas probabilitas (random
sampling), besar sampel cukup, ciri-ciri populasi terwakili dan variasi antar unit populasi
kecil mungkin

5
2.2 Metode Sampling
Beberapa Teknik Penarikan Sampel :

1. Penarikan Sampel Acak Sederhana (Simple Randomized Sampling)


Jika suatu sampel ukuran n diambil dari suatu populasi dengan ukuran N
sedemikian rupa sehingga setiap sampel yang mungkin dengan ukuran n mempunyai
peluang yang sama untuk terpilih, maka prosedur sampling ini disebut sampel
random sederhana. Contoh pengacakan dapat dilakukan dengan : undian, tabel
bilangan acak, program komputer.

2. Penarikan Sampel Sistematik (Systematic Sampling)


Teknik systematic sampling ini memiliki kemiripan prosedur dengan sampling
acak sederhana. Oleh karena itu, systematic sampling juga memerlukan sampling
frame, dan proses pemilihan sampel dilaksanakan secara random. Namun, berbeda
dengan simple random sampling, random dilakukan hanya untuk memilih sampel
pertama. Sedangkan pemilihan sampel kedua, ketiga dan seterusnya dilakukan
secara sistematis berdasarkan interval yang telah ditetapkan.
Contoh : Ditetapkan interval = 20 Secara acak terpilih : Anggota populasi
ke-7 sebagai anggota ke1 dalam sampel, maka : Anggota populasi ke-27 menjadi
anggota ke-2 dalam sampel Anggota populasi ke-47 menjadi anggota ke-3 dalam
sampel, dst.

3. Penarikan Sampel Acak Berlapis (Stratified Random Sampling)


Populasi terdiri dari beberapa kelas/kelompok. Dari setiap kelas diambil
sampel secara acak. Contoh : Dari 1500 penumpang KA (setiap kelas memiliki

6
ukuran yang sama) akan diambil 150 orang sebagai sampel, dilakukan pendataan
tentang tingkat kepuasan, maka sampel acak dapat diambil dari : Kelas Eksekutif
: 50 orang Kelas Bisnis : 50 orang Kelas Ekonomi : 50 orang

4. Penarikan Sampel Gerombol/Kelompok (Cluster Sampling)


Sampel kelompok adalah sampel random sederhana dimana masing-masing
unit sampelnya merupakan kumpulan elemen. Sampel kelompok merupakan desain
sampel yang efektif dan biayanya murah.
Contoh : Terdapat 40 kelas untuk tingkat II Jurusan Ekonomi-GD, setiap kelas
terdiri dari 100 orang. Populasi mahasiswa kelas 2, Ekonomi-UGD = 40 × 100 =
4000. Jika suatu penelitian dilakukan pada populasi tersebut dan sampel yang
diperlukan = 600 orang, dilakukan pendataan mengenai lama waktu belajar per hari
maka sampel dapat diambil dari 6 kelas.... Dari 40 kelas, ambil secara acak 6 kelas.

5. Penarikan Sampel Area (Area Sampling)


Prinsipnya sama dengan Cluster Sampling. Pengelompokan ditentukan oleh
letak geografis atau administratif.
Contoh : Pengambilan sampel di daerah JAWA BARAT, dapat dilakukan dengan
memilih secara acak KOTAMADYA tempat pengambilan sampel, misalnya terpilih,
Kodya Bogor, Sukabumi dan Bandung,
Sampel acak menjadi dasar penarikan sampel lain. Selanjutnya, pembahasan
akan menyangkut Penarikan Sampel Acak.
Penarikan Sampel Acak dapat dilakukan dengan 2 cara
1. Penarikan sampel tanpa pemulihan/tanpa pengembalian : setelah didata,
anggota sampel tidak dikembalikan ke dalam ruang sampel
2. Penarikan sampel dengan pemulihan : bila setelah didata, anggota sampel
dikembalikan ke dalam ruang sampel.

2.3 Cara Menghitung Besar Sampel

7
2.3.1 Penarikan Sampel
Penarikan sampel dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan sampel secara
acak (probability sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (non
probability sampling). Di dalam penarikan sampel secara acak, semua unsur yang
ada di populasi mewakili populasinya. Agar sampel dapat mewakili populasi, sampel
tersebut harus diambil secara acak (random).

Sementara dalam pengambilan sampel secara tidak acak, tidak semua unsur
di dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk tertarik sebagai sampel.
Berikut dibawah ini penjelasan lebih lanjut terkait probability sampling dan non
probability sampling.

1. Penarikan Sampel Secara Acak (probability sampling)


a) Acak sederhana (simple random sampling/SRS)
Cara ini dapat dilaksanakan apabila populasi tidak begitu banyak
variasinya dan secara geografis tidak terlalu menyebar, di samping itu
harus ada daftar populasi (sampling frame). Caranya adalah :
 Melakukan undian
 Memakai table bilangan random
 Memakai paket computer (kalau sudah memiliki kerangka
sampel)
b) Sistematis (systematic random sampling)
Sampel diambil secara acak, kemudian diambil secara sistematik sesuai
langkah yang sudah ditetapkan. Syaratnya adalah tersedianya kerangka
sampling, populasinya memiliki pola beraturan (blok-blok rumah),
nomor urut pasien, dan populasinya sedikit homogen.
Contoh :
Dari 500 orang jumlah pasien yang dirawat disuatu rumah sakit akan
diambil 25 orang untuk penelitian tentang kepuasan pelayanan di rumah
sakit tersebut.
Cara pengambilan sampel akan dilakukan secara sistematis, dimana
probabilitas untuk mengambil sebagai sampel adalah 25/500 = 1/20.
Untuk mengambil unsur I dilakukan secara acak sederhana dari nomor
pertama sampai ke dua puluh. Misal, ketika sudah tertarik nomor 15

8
selanjutnya diambil setiap jarak 20 satu sampel. Maka nomor selanjutnya
ialah 35, 55, 75, dst. Sampai di dapatkan 25 orang pasien.
c) Sampel strata (stratified random sampling)
Di dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya populasi bersifat
heterogeny. Oleh karena itu, agar semua sifat dapat terwakili, terlebih
dahulu populasi tersebut dibagi menjadi beberapa strata, misalnya
Pendidikan (tinggi, sedang, kurang), ekonomi (kaya, sedang, miskin). Di
dalam melakukan stratifikasi dan pengambilan sampel, perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
 Unsur populasi strata diusahakan se-homogen mungkin
 Antarstrata diusahakan se-heterogen mungkin
 Sampel yang diambil proporsional menurut besarnya unit yang ada
di dalam masing-masing strata dan antarstrata
 Di dalam masing-masing strata unit sampel diambil secara acak.
Kelebihan penarikan sampel secara strata ini adalah semua yang
heterogeny di dalam populasi dapat terwakili dan memungkinkan
mencari hubungan antar strata atau membandingkannya.
d) Klaster (cluster sampling)
Di dalam praktik terkadang kerangka sampel juga sulit diperoleh
sehingga seharusnya peneliti membuatnya sebelum turun mengumpulkan
data. Hal ini mungkin mudah dikerjakan, tetapi sering kali sulit/tidak
mungkin dilakukan. Kalaupun dilakukan, akan membutuhkan waktu
serta biaya yang cukup banyak.
Populasi dibagi ke dalam gugus/kelas yang diasumsikan di setiap
kelas/gugus sudah terdapat semua sifat/variasi yang akan diteliti.
Selanjutnya kelas yang akan diacak dan unit sampel yang akan diambil
dari kelas yang sudah tertarik. Syarat untuk pengambilan sampel ini
adalah :
 Di dalam kelas se-homogen mungkin
 Antarkelas se-heterogen mungkin
 Disebut juga area sampling
e) Sampel bertingkat/bertahap (multistage sampling)

9
Pengambilan sampel bertingkat dilakukan kalau secara geografis
populasi sangat menyebar dan meliputi area yang sangat luas. Misalnya,
kita akan meneliti puskesmas di Indonesia yang terdiri dari 27 provinsi.
Tahap pertama diacak dulu 5 provinsi (tahap I) dari 27 provinsi itu,
selanjutnya masing-masing provinsi diacak lagi kabupaten mana yang
akan ditarik sebagai sampel tahap II.
Setelah kabupaten ditarik, tahap III diacak lagi puskesmas mana yang
menjadi sampel penelitian itu.
2. Penarikan Sampel Secara Tidak Acak (non probability sampling)
a) Purposive sampling
Sampel ditentukan oleh orang yang telah mengenal betul populasi yang
akan diteliti (seorang ahli di bidang yang akan diteliti). Dengan demikian,
sampel tersebut mungkinrepresentatif untuk populasi yang seang di teliti.
b) Incidental sampling
Sampel tersebut tidak terencana dan penggambaran hasil dari pengumpulan
data tersebut tidak didasarkan pada suatu metode yang baku. Misalnya,
terjadi suatu keadaan luar biasa, data yang sudah terkumpul di sajikan
secara deskriptif dan hasil tersebut tidak dapat di generalisasi.
c) Quota sampling
Sampel yang akan diambil ditentukan oleh pengumpulan data dan
sebelumnya telah ditentukan jumlah yang akan diambil. Kalau jumlah
tersebut sudah dicapai, si pengumpul data berhenti, selanjutnya hasil itu
dipresentasikan.
Contoh :
Seorang wartawan ingin mengetahui apakah masyarakat menyukai
dwifungsi ABRI. Sebelum mengumpulkan data ditentukan bahwa dia akan
mewawancarai sebanyak 2000 orang yang sedang lewat di depan suatu
pertokoan swalayan.
Kepada setiap orang yang lewat ditanyakan apakah orang itu setuju atau
tidak dengan dwifungsi ABRI. Orang yang ditanya mungkin hanya
menjawab setuju atau tidak setuju. Wartawan tersebut akan berhenti setelah
dia menanyakan sebanyak 2000 orang dan akan menulis hasil temuannya.

10
2.3.2 Besar Sampel
Berapa besar sampel yang akan diambil di dalam suatu penelitian agar
dapat mewakili populasi atau sampel tersebut representative?

Pertanyaan ini sulit dijawab, tapi selalu akan ditanyakan. Apakah 1% dari
populasi, 5% atau 10% ? Hal ini sangat tergantung pada hal-hal dibawah ini :

1) Biaya yang tersedia, waktu, serta tenaga yang akan melaksanakan


2) Variasi yang ada di dalam variabel yang akan diteliti serta banyaknya variabel
yang akan diamati. Apakah populasinya homogen atau sangat heterogen?
Semakin heterogeny suatu populasi, semakin besar sampel dibutuhkan untuk
mewakili populasi tersebut.
3) Presisi, ketepatan yang dikehendaki. Semakin besar sampel kemungkinan akan
lebih tepat menggambarkan populasinya. Ini juga sampai batas terntentu
karena semakin besar sampel, kemungkinan membuat kesalahan pada saat
pengukuran juga akan menjadi besar (error meningkat)
4) Rencana analisis. Kalau analisis hanya manual tidak mungkin menganalisis
data yang banyak sekali, berbeda dengan analisis memakai perangkat lunak
computer.
Untuk menentukan secara tepat, harus dilakukan memakai asumsi-asumsi tertentu
dengan perhitungan sampling error yang dapat diterima.

2.3.3 Error (Penyimpangan)


Penyimpangan hasil yang diperoleh dari pengukuran sampel dapat terjadi
dalam dua jenis berikut :

1) Sampling error
Sebenarnya hal ini bukan merupakan kesalahan yang sebenarnya, tetapi
merupakan variasi dari konsekuensi pengambilan sampel. Maksudnya bahwa
setiap sampel yang akan diambil dari suatu populasi akan berdistribusi sekitar
nilai populasi.
2) Non sampling error
Yaitu error yang tidak disebabkan oleh sampel, melainkan pelaksanaan dalam
pengambilan sampel sampai analisisnya seperti :

11
 Pada saat perencanaan
 Pelaksanaan
 Pengolahan
 Analasisi dan interpretasi

2.3.4 Teknik Penentuan Jumlah Sampel


Untuk menentukan banyaknya sampel yang dapat diambil dari suatu
populasi yang berukuran tertentu, digunakan perhitungan sebagai berikut :

1) Untuk pengambilan sampel dengan pengembalian


Pengambilan sampel disebut dengan pengembalian jika anggota yang telah
diambil untuk dijadikan sampel itu disatukan kembali dengan anggota populasi
lainnya, sehingga masih ada kesempatan untuk dipilih kembali. Jika dari
populasi berukuran N diambil sampel berukuran dengan pengembalian maka
banyaknya sampel yang mungkin diambil adalah :

Nn
Contoh :
untuk populasi berukuran 4 dengan anggota-anggotanya A, B, C, D dan sampel yang
diambil berukuran 2. Maka banyaknya sampel yang mungkin dapat diambil adalah
42 = 16 buah, yaitu :
Sampel 1 : AA Sampel 9 : CA
Sampel 2 : AB Sampel 10 : CB
Sampel 3 : AC Sampel 11 : CC
Sampel 4 : AD Sampel 12 : CD
Sampel 5 : BA Sampel 13 : DA
Sampel 6 : BB Sampel 14 : DB
Sampel 7 : BC Sampel 15 : DC
Sampel 8 : BD Sampel 16 : DD

Secara teoritis, popilasi berhingga yang dikenali sampling dengan cara pengembalian
dapat dianggap sebagai populasi tak berhingga. Hal itu disebabkan berapapun
banyaknya sampel yang diambil, populasi tidak akan pernah habis.

12
2) Untuk pengambilan sampel tanpa pengembalian
Pengambilan sampel disebut tanpa pengembalian jika populasi yang telah
diambil untuk dijadikan sampel tidak disatukan dengan anggota populasi
lainnya. Jika dari populasi berukuran N diambil sampel berupa n tanpa
pengembalian maka banyaknya sampel yang mungkin dapat diambil adalah
N!
CnN 
n!( N  n)!
Contoh :
Untuk populasi berukuran 5 dengan anggota-anggotanya A, B, C, D, E, dan sampel
yang diambil berukuran 2 maka banyaknya sampel yang miungkin dapat diambil
adalah :
5!
C25   10sampel
2!(5  2)!

Ke-10 buah sampel itu adalah :


Sampel 1 : AB Sampel 6 : BD
Sampel 2 : AC Sampel 7 : BE
Sampel 3 : AD Sampel 8 : CD
Sampel 4 : AE Sampel 9 : CE
Sampel 5 : BC Sampel 10 : DE

2.4 Teknik Mementukan Ukuran Sampel


Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalammenentukan ukuran sampel dari
suatu populasi, antara lain :

A. Teknik Solvin

N
Rumus : n
1  Ne2

Keterangan :

n = sampel

N = populasi
13
e = perkiraan tingkat kesalahan

Contoh :

Kita akan meneliti pengaruh upah terhadap semangat kerja pada karyawan PT.
Cucak Rowo. Di dalam PT tersebut terdapat 130 orang karyawan. Dengan
tingkat kesalahan pemngambilan sampel sebesar 5%, berapa jumlah sampel
minimal yang harus diambil?

Jawab :

N 130
n   98,11
1  Ne 1  130(0,05) 2
2

B. Jumlah Populasi Tidak Diketahui

Pendekatan Isaac Michel

( Z / 2 ) 2 p.q
Rumus : n 
e2

Keterangan :

n = sampel

p = proporsi populasi

q = 1-p

Z = tingkat kepercayaan/signifikan

e = margin of error

Contoh :

Seorang mahasiswa akan meneliti tingkat kepuasaan terhadap pelayananbu


Tran Jakarta. Proporsi masyarakat menggunakan bus 0,3 dengan tingkat

14
signifikan 90% dan margin error 10%. Tentukanlah berapa jumlah sampel
yang harus diambil?

Jawab :

α = 1- 0,9 = 0,1

α/2 = 0,1/2 = 0,05

Z = 1- 0,05

= 0,95 (dari distribusi normal 1,64)


p = 0,3

q = 1 - 0,3 = 0,7

e = 0,1

Sehingga minimum jumlah sampel yang harus diambil adalah sebagai berikut :

( Z / 2 ) 2 p.q
n
e2
(1,64) 2 0,3.0,7
n  56,8  57orang
(0,1) 2

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Tujuan ditentukannya sampel dalam penelitian
adalah untuk mempelajari karakteristik suatu populasi, karena tidak dimungkinkannya
peneliti melakukan penelitian di populasi seperti karena jumlah populasi yang sangat
besar, keterbatasan waktu, biaya, atau hambatan lainya.

3.2 Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan diatas kami berharap semoga makalah yang kami
buat dapat berguna dan bermanfaat untuk pembaca serta menambah pengetahuan
mengenai Konsep Besaran Sampel. Dan kami berharap agar pembaca apat memberikan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah kami kedepannya.

16
Daftar Pustaka

Sumber : hidayat,aziz alimul.2021.cara mudah menghitung besar sampel.Surabaya:Health


Books Publishing

J. Supranto. 1989. Statistik Teori dan Aplikasi jilid 2. Jakarta. Erlangga. Kuswadi dan Erna
Mutiara. 2004. Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik. Jakarta. Gramedia.

Masturoh, Imas.Anggita,Nauri. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. BPPSDM


Kementrian Kesehatan : Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Faisal, Sony. Mujianto, Bagya. 2017. Metodologi Penelitian dan Statistik. BPPSDM
Kementrian Kesehatan : Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medis.

17

Anda mungkin juga menyukai