Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

MUHAMMADIYAH DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

MATA KULIAH : AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN 4

Dosen pengampu: Muhammad Nurmaallah, S.Ag., M.A

DISUSUN OLEH : kelompok 5

221240025 Hikma
221240027 Hilyatul Aulia
221240038 Nurul Ainun Jaariyah

KELAS 4B

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah al-islam dan
kemuhammadiyahan "Muhammadiyah dan pemberdayaan perempuan".

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar permbuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya sangat berharap makalah ini kiranya dapat menjadi bahan untuk saling
mengisi bagi para mahasiswa/i

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................3

2.1 Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan.........................................3

2.2 Kesetaraan Gender Dalam Muhammadiyah.....................................................................6

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8

3.2 Saran..................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................9

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Allah menjelaskan dalam surat At-Taubah ayat 71-76 bahwa kedudukan antara laki-laki
dan wanita di hadapan allah itu sama. Sama-sama memikul kewajiban dan sama-sama mendapat
hak. Penjelasan senada juga banyak terdapat dalam hadist Nabi. Kaum wanita juga memikul
tanggung jawab beragama, turut serta mengokohkan aqidah dan ibadah. Islam mensejajarkan
antara laki-laki dan perempuan dalam sejumlah hak dan kewajiban. Sekalipun ada beberapa
perbedaan maka hal itu merupakan penghormatan terhadap asal fitrah kemanusiaan dan dasar-
dasar perbedaan kewajiban.

Salah satu alasan kaum wanita zaman ini ingin memperjuangkan haknya adalah karena
semacam asumsi yang menyatakan bahwa norma agama dianggap sebagai penghalang bagi
kemajuan. Agama sering disalah artikan dan telah melegitimasi budaya patriarki dimana posisi
laki-laki berada diatas derajat wanita. Hal ini berangkat dari pemahaman yang salah terhadap
agama, padahal islam sejak awal telah menunjukkan komitmen yang besar untuk
memberdayakan martabat wanita. Realitas wanita di zaman kontemporer ini, secara umum
terdapat cukup banyak nilai-nilai positif pada gerakan mereka. Hal ini disebabkan karena pintu
pengetahuan yang dibukakan dihadapan mereka menjadikan mereka mampu berkreatifitas pada
banyak bidang ilmu dan menjadikan mereka mampu mewujudkan banyak hasil positif di bidang-
bidang tertentu.

Kajian gerakan wanita islam yang membahas bagaimana gerakan tersebut bergerak
beriringan dengan gerakan sosial lainnya masih sangat terbatas. Baik itu dalam kajian konteks
waktu, aspek pemikir pergerakan wanita per-periode, hingga bagaimana sebuah gerakan wanita
saling mempengaruhi dengan islam sebagai dasar gerakan. Padahal, bila ditilik lebih jauh, kaum
wanita islam merupakan kalangan garda depan dalam melakukan sebuah gerakan
kemasyarakatan baik dalam hal memahami persoalan kaum wanita ataupun dalam bentuk
langkah kongkret. Seiring pergerakan dan perubahan sosial budaya masyarakat, isu tentang

1
wanita dalam berbagai bidang kehidupan terus bergulir. Adanya gerakan-gerakan muslimah baik
individu atau organisasi, sedikit banyak telah memberikan pengaruh ke arah perubahan yang
lebih baik.

Di indonesia, gerakan wanita islam terbesar adalah Aisyiyah. Aisyiyah merupakan


organisasi wanita islam non-politik yang terkemuka. Organisasi ini telah tersebar ke seluruh
indonesia dengan kiprah yang bisa dirasakan banyak pihak. Pada awalnya organisasi ini menjadi
bagian dari muhammadiyah, organisasi massa yang juga bersifat non-politik. Sejak tahun 1952
kedudukan Aisyiyah ditetapkan menjadi bagian otonom di dalam muhammadiyah karena
dipandang telah mampu mengatur rumah tangga perkumpulannya sendiri. Aisyiyah dengan motif
geraknya membawa kesadaran beragama dan berorganisasi, mengajak warganya menciptakan
"Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur" sebuah kehidupan yang bahagia dan sejahtera penuh
limpahan rahmat allah SWT di dunia dan akhirat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan


2. Kesetaraan gender dalam muhammadiyah

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan


2. Untuk Mengetahui Kesetaraan gender dalam muhammadiyah

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan

Muhammadiyah adalah organisasi yang berkemajuan, yang ketika penggunaan bangku


masih dianggap warisan belanda yang notabene disebut kafir oleh ulama pada masa itu, KH.
Ahmad Dahlan membuat terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah
muhammadiyah. Ketika khutbah jum'at masih menggunakan bahasa arab, muhammadiyah berani
menganjurkan penggunaan bahasa indonesia dan tidak jarang menggunakan bahasa setempat
agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh masyarakat, KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai
Kyai yang moderat dan cenderung melawan arus pada zamannya, banyak mengkritik
pemahaman masyarakat tentang islam pada masa itu. Islam sering dituduh telah memberi
legitimasi terhadap penyempitan peran perempuan hingga kekerasan terhadap perempuan.
Muhammadiyah adalah organisasi islam yang cukup mapan menempatkan perempuan setara
dengan laki-laki. Kyai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah menggerakkan perempuan untuk
memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut radikal dan
revolusioner saat itu, kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan melalui pendidikan
informal dan nonformal seperti pengajian dan kursus-kursus, serta didirikannya organisasi
Aisyiyah.

Berdirinya aisyiyah tak luput dari sejarah berdirinya organisasi muhammadiyah, KH.
Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap kaum wanita, wanita yang berpotensi
untuk berorganisasi dan memperjuangkan islam akhirnya di didik oleh KH. Ahmad Dahlan, di
antara anak-anak perempuan yang di didik oleh KH. Ahmad Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti
Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putri beliau sendiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber,
dengan diadakan kelompok pengajian wanita dibawah bimbingan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai
Walidah (istri KH. Ahmad Dahlan) dengan nama "Sopo Tresno" Pengajian "Sopo Tresno" belum
merupakan suatu nama organisasi hanya sebuah perkumpulan pengajian biasa, untuk memberi
suatu nama perkumpulan yang konkrit, beberapa tokoh muhammadiyah seperti KH. Ahmad
dahlan, KH. Mokhtar, KH. Fachruddin dan Ki Bagus Hadi Kusuma serta pengurus

3
muhammadiyah yang lain mengadakan pertemuan dirumah KH. Ahmad dahlan. Waktu itu
diusulkan nama Fatimah, namum tidak disetujui, oleh KH. Fachruddin dicetuskan nama
Aisyiyah, yang kemudian dipandang tepat dengan harapan perjuangan perkumpulan itu meniru
perjuangan Aisyah, istri nabi Muhammad SAW yang selalu membantu berdakwah.

Peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan dengan peringatan isra' mi'raj Nabi


Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M dan diketuai oleh
Siti Bariyah. Peringatan isra' mi'raj tersebut merupakan peringatan yang diadakan
muhammadiyah untuk pertamakalinya. Selanjutnya, KH. Mukhtar memberi bimbingan
administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaan dibimbing langsung oleh
KH. Ahmad dahlan.

Setelah organisasi ini sudah terbentuk maka KH. Ahmad dahlan memberikan suatu pesan
untuk para pengurus yang memperjuangkan islam, pesan itu berbunyi:

1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita islam sesuai dengan bakat
dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena
dicela.
2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Allah SWT hanya untuk
menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama islam.
5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.

Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian dari muhammadiyah yang


membidangi kegiatan untuk kalangan putri atau kaum wanita muhammadiyah. Komponen
perempuan pesyarikatan muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah sosial,
pendidikan, kesehatan, dan keagaman yang selama ini menjadi titik tolak gerakannya. Gerakan
Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan manfaat bagi peningkatan dan
kemajuan harkat dan martabat perempuan indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal
usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak. sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.

4
Aisyiyah adalah organisasi persyarikatan muhammadiyah yang berazaskan amar ma'ruf
nahi munkar dan berpedoman kepada Al-Qur'an dan sunnah. Pemberdayaan perempuan oleh
Aisyiyah yang bergerak dalam bidang keagaman dan kemasyarakatan. aisyiyah diharapkan
mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat
khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan.

Dalam bidang pendidikan sejalan dengan pengembangan yang menjadi salah satu pilar
utama gerakan aisyiyah, melalui majelis pendidikan dasar dan menengah serta mejelis
pendidikan tinggi, aisyiyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulai untuk umat
dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, nonformal dan informal) serta
mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak
mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta
diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan dari
usia pra TK sampai sekolah menengah umum dan keguruan.

Dalam bidang kesehatan Aisyiyah berupa rumah sakit, rumah bersalin, badan kesehatan
ibu dan anak, balai pengobatan dan posyandu. Secara keseluruhan berjumlah 280 yang tersebar
di seluruh wilayah indonesia. Aisyiyah melalui majelis kesehatan dan lingkungan hidup juga
melakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit
berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan
minuman keras, dengan menggunakan berbagai pendekatan dan bekerjasama dengan berbagai
pihak meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan,
menyelenggarakan pilot proyek sistem pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah
sosial dan terapi psikologi islami.

Dalam bidang keagamaan Aisyiyah mempunyai program majelis-majelis tabliq, dengan


visi untuk menjadi organisasi dakwah yang mampu memberi pencerahan kehidupan keagamaan
untuk mencapai masyarakat madani, majelis tabliq mengembangkan gerakaran-gerakan dakwah
islam dalam seluruh aspek kehidupan, menguatkan kesadaran keagamaan masyarakat,
mengembangkan materi, strategi dan media dakwah, serta meningkatkan kualitas mubalighat.

5
2.2 Kesetaraan Gender Dalam Muhammadiyah

Dengan seiring kesadaran perempuan yang mempertanyakan tentang sejauh manakah


peran agama dalam memberikan rasa aman dari berbagai tekanan, ketakutan dan ketidakadilan
persoalan agama dan perempuan menjadi marak, dan sekarang agama mendapat suatu tantangan
baru dengan dianggapnya agama sebagai salah satu unsur yang melanggengkan suatu
ketidakadilan bagi perempuan, oleh karena itu pada agamawan baik individu atau kelompok di
tuntut untuk melihat secara lebih jelas, apakah persoalan itu berhubungan dalam agama itu
sendiri ataukah persoalan terletak pada tafsir keagamaan. bisa jadi tepengaruh oleh kultural
tertentu.

Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah selagi tidak muncul suatu
ketidak adilan dan diskriminasi, baik laki-laki dan perempuan, ketidakadilan gender
termanifestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni marjinalisasi subordinasi (anggapan
tidak penting), stereotype (pelabelan negatif), violesence (kekerasan), beban kerja ganda atau
lebih, dan sosialisasi ideologi nilai peran gender, perbedaan gender yang menimbulkan ketidak
adilan ini menyebabkan kerugian bagi laki-laki maupun perempuan. Muhammadiyah sebagai
organisasi islam yang cukup besar dan berpengaruh di indonesia harus ikut serta
menyumbangkan pemikirannya dalam masalah pemberdayaan perempuan ini, tuntutan ini
sebenarnya sejalan dengan semangat tajdid (perubahan) muhammadiyah yang sudah di gagaskan
oleh KH. Ahmad dahlan.

Dengan pendirian KH. Ahmad dahlan yang keras terhadap taqlid dan keterbukaannya
terhadap perubahan menjadikan muhammadiyah sebagai organisasi yang dinamis dan bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan. Dengan semboyan kembali yang disebut bid'ah dan sikat
taqlid yang membelenggu umat pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Penguburan yang sederhana
merupakan suatu contoh yang mengajarkan kepada umat islam agar berhemat tanpa
menghilangkan unsur-unsur yang di ajarkan islam.

Di sisi yang lain ini juga membuat muhammadiyah untuk terbuka dan fleksibel terhadap
unsur-unsur inovasi baru yang membawa mashlahat, walau dari manapun asalnya inovasi itu

6
asalkan tidak bertentangan dengan kedua prinsip di atas yaitu Qur'an dan sunnah, ini seperti
keterbukaan KH. Ahmad dahlan yang beradaptasi terhadap pemikiran dan intuisi yang berasal
dari kolonial barat dan kristen seperti sistem pendidikan, kurikulum, pakaian, panti asuhan, dan
lain-lain. Perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama untuk maju, untuk mendapatkan akses
yang sama dengan laki-laki, artinya perempuan dan laki-laki juga memiliki akses yang sama untuk
berinovasi dan untuk mengakses literasi digital untuk mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi.

Islam memberi ruang dan kesempatan setara kepada laki-laki dan perempuan yang beriman
dan beramal salih untuk meraih kehidupan yang baik (hayatan thayyiban) melalui penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. ‘Aisyiyah juga terus mendorong adanya pemerataan akses literasi dan
kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam keterlibatan untuk mengelola teknologi digital.

7
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Muhammadiyah adalah organisasi islam yang cukup mapan menempatkan perempuan


setara dengan laki-laki. Kyai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah menggerakkan perempuan
untuk memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut radikal dan
revolusioner saat itu, kaum perempuan di dorong meningkatkan kecerdasan melalui pendidikan
informal dan nonformal seperti pengajian dan kursus-kursus, serta di dirikannya organisasi
Aisyiyah.

Perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama untuk maju, untuk mendapatkan akses
yang sama dengan laki-laki, artinya perempuan dan laki-laki juga memiliki akses yang sama untuk
berinovasi dan untuk mengakses literasi digital untuk mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi,
Islam

3.2 Saran

Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
kami butuhkan guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini bisa di gunakan
sebagaimana mestinya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Echo, P. (2023, Maret 9). Kesetaraan Gender di Muhammadiyah Tidak Sebatas Wacana.
Retrieved Juli Senin, 2023, from UMKO:
https://www.umko.ac.id/2023/03/09/kesetaraan-gender-di-muhammadiyah-tidak-sebatas-
wacana/#:~:text=Kesetaraan%20Gender%20di%20Muhammadiyah%20Tidak
%20Sebatas%20Wacana,-9%20Maret%202023&text=Bahkan%20secara%20tegas
%20perempuan%20yang,dalam%20menggerakkan%20d

Laksono, A. D. (2018, Januari 02). Muhammadiyah Dan Pemberdayaan Perempuan. Retrieved


Juli 03, 2023, from SCRIB: https://id.scribd.com/document/368229709/Muhammadiyah-
Dan-Pemberdayaan-Perempuan#

Anda mungkin juga menyukai