Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Sejarah Gerakan Pemerdayaan Perempuan Muhammadiyah

Oleh:
Kelompok 2

SERI YEPI: 202208005


ANDI MEILANI:202208009
ADITYA:202208016

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KESEHATAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
ITKESMU SIDRAP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang ”PEMBERDAYAN
PEREMPUAN OLEH MUHAMMADIYAH” . Makalah ini
merupakan tugas yang dibuat sebagai bagian dalam
memenuhi kriteria mata kuliah studi al islam
kemuhammadiyaan. Semoga sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad
SAW, keluarga, sahabat serta seluruh pengikutnya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman, aamiin.
Dalam penyusunan makalah ini, tentu banyak kekurangan
dan kekeliruan.Itu semata-mata karena keterbatasan
kami.Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.Semoga makalah ini sangat bermanfaat bagi kita
semua, Amin.
DAFTAR ISI
COVER ................................. .......................................................
DAFTAR ISI .........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................

BAB II ISI
2.1 PERAN K.H A.DAHLAN MEMBERDAYAKAN
PEREMPUAN......................................................
2.2 AISYIAH DAN GERAKAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN ..............................................................
2.3SEJARAH DAN IDENTITAS AISYIAH ..............................
2.4 TUJUANAISYIAH .......................................................
2.5 MISI AISYIAH........................................................
2.6 AISYIAH DALAM GERAKAN GENDER MODERN .....
2.7 PERAN DAN TANTANGAN BAGI PEREMPUAN
MUHAMMADIYAH DALAM BERBANGSA DAN
BERNEGARA .............................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN .......................................................................
3.2 DAFTAR PUSTAKA ........ ...............................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar
di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi
Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat
dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi
Muhammad SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah
mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam
proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan
ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah
tertentu dengan alasan adaptasi.Gerakan Muhammadiyah
berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan
ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan
statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem
kehidupan manusia dalam segala aspeknya.Dalam
pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan
kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali
Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat
tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung
isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah
Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga
mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka
dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan
perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung
makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang
niscaya.Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah
banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat
pendidikan di seluruh Indonesia.Organisasi Muhammadiyah
didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah
1330 H).[1]Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk
mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan
ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak
dipengaruhi hal-hal mistik.Kegiatan ini pada awalnya juga
memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa
pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam
pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan
sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School
Moehammadijah dan selanjutnya berganti nama menjadi
Kweek School Moehammadijah (sekarang dikenal dengan
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta khusus
laki-laki, yang bertempat di Jalan S Parman no 68
Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Madrasah
Muhammadiyah Mu'allimiaat Yogyakarta khusus
Perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang keduanya
skarang menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah) yang
bertempat di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM
kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya
diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad
Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib
Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang
kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang
kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat
istikharah (Darban, 2000: 34).[2] Pada masa kepemimpinan
Kyai Dahlan (1912- 1923), pengaruh Muhammadiyah
terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta,
Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan
sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah
berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun
1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke
Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang,
Agam.Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang
Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat,
dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak
ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.Pada tahun
1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa perhatian KH. A.
Dahlan dan Nyai Dahlan sangat besar terhadap kedudukan,
peran, dan pemberdayaan perempuan. Hal ini dapat dilihat
mulai dari pendiri Persyarikatan memberi kesempatan
dengan menganjurkan anak perempuan masuk sekolah
formal dan mempersiapkan kader-kader pemimpin
perempuan melalui pendidikan formal dan gemblengan
beliau dan istrinya di internat (asrama puteri yang juga
adalah rumah beliau). Kaum pemimpin perempuan akan
menjadi orang yang sangat membantu dan teman setia dalam
melancarkan Persyariakatan Muhammadiyah menuju cita-
citanya. KH dahlan berpesan supaya urusan dapur tidak
dijadikan sebagai penghalang untuk menjalankan tugas
dalam menghadapi masyarakat. Sepintas lalu ungkapan
tersebut memberi kesan bahwa pendiri Persyarikatan ini
memposisikan perempuan sebagai “yang dipimpin, di
bimbing dan pembantu” ungkapan ini seakan-akan
memposisikan perempuan sebagai yang kedua dan ungkapan
“urusan dapur tidak dijadikan sebagai penghalang” dapat
bermakna double burden (beban kerja ganda) bagi
perempuan, namun bila dicermati dengan melihat situasi dan
kondisi masyarakat pada waktu itu dan membandingkan
dengan gerakan emansipasi diEropa yang baru dirintis sejak
perang dunia pertama (1914-1918).
Perempuan Indonesia sudah menuntut ilmu setara dengan
kaum laki-laki atas anjuran KHA Dahlan pada tahun 1913,
maka kita akan menyadari bahwa pemahaman dan gerakan
yang dilakukan Pendiri Muhammadiyah pada waktu itu
betul-betul sudah maju dan mendahului bangsa lain.
Dengan demikian kelahiran dan kehadiran para kaum
pemimpin perempuan merupakan bentuk pembaruan untuk
menjunjung tinggi dan memuliakan kaum perempuan serta
mendorongnya untuk berkiprah di ruang publik guna
membawa misi dakwah dan tajdid bagi kemajuan hidup
umat manusia.
Masalah masalah yang muncul pada abad milenium ini jika
kita soroti dan fokuskan, banyak persoalan yang
berhubungan dengan kaum perempuan dan sekarang juga
masalah yang menimpa anak.
Dalam pokok pembahasan makalah ini kita akan membahas
tentang Pemberdayaan Perempuan Oleh Muhammadiyah,
’Aisyiyah dan Gerakan Pemberdayaan Perempuan, Sejarah
dan Identitas ‘Aisyiyah, Tujuan ‘Aisyiyah, Misi Aisyiyah,
Aisyiyah dalam Gerakan Gender Modern, dan Tantangan
Bagi Kaum Perempuan Muhammadiyah Pimpinan
Muhammadiyah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Cara KH Ahmad Dahlan Memberdayakan
Kaum perempuan
2. Organisasi Apa yang Dapat Menjadi Forum
Pemberdayaan Perempuan Dalam
Muhammadiyah.
3. Bagaimana Peran Perempuan Muhammadiyah Dalam
Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara
BAB II
ISI
A.CARA KH AHMADDAHLAN MEMBERDAYAKAN
PEREMPUAN
KH. A. Dahlan dan Nyai Dahlan sangat besar terhadap
kedudukan, peran, dan pemberdayaan perempuan. Hal ini
dapat dilihat mulai dari pendiri Persyarikatan ini memberi
kesempatan dengan menganjurkan anak perempuan masuk
sekolah formal dan mempersiapkan kader-kader pemimpin
perempuan melalui pendidikan formal dan gemblengan
beliau dan istrinya di internat (asrama puteri yang juga
adalah rumah beliau).Selain itu, hal tersebut juga dapat
dilihat dari pesan beliau kepada para sahabatnya dan murid-
muridnya supaya berhati-hati dengan urusan 'Aisyiyah
(organisasi perempuan Muhammadiyah). Kalau dapat
memimpin dan membimbing mereka, inshaa Allah mereka
akan menjadi orang yang sangat membantu dan teman setia
dalam melancarkan Persyariakatan Muhammadiyah menuju
cita-citanya, dan kepada murid perempuannya beliau juga
berpesan supaya urusan dapur tidak dijadikan sebagai
penghalang untuk menjalankan tugas dalam menghadapi
masyarakat. Sepintas lalu ungkapan tersebut memberi kesan
bahwa pendiri Persyarikatan ini memposisikan perempuan
sebagai “yang dipimpin, di bimbing dan pembantu”
ungkapan ini seakan-akan memposisikan perempuan sebagai
yang kedua dan ungkapan “urusan dapur tidak dijadikan
sebagai penghalang” dapat bermakna double burden (beban
kerja ganda) bagi perempuan, namun bila dicermati dengan
melihat situasi dan kondisi masyarakat pada waktu itu dan
membandingkan dengan gerakan emansipasi diEropa yang
baru dirintis sejak perang dunia pertama (1914- 1918).
Perempuan Indonesia sudah menuntut ilmu setara dengan
kaum laki-laki atas anjuran KHA Dahlan pada tahun 1913,
maka kita akan menyadari bahwa pemahaman dan gerakan
yang dilakukan Pendiri Muhammadiyah pada waktu itu
betul-betul sudah maju dan mendahului bangsa lain.
Dengan demikian kelahiran dan kehadiran ‘Aisyiyah
merupakan bentuk pembaruan yang menjunjung tinggi dan
memuliakan kaum perempuan serta mendorongnya untuk
berkiprah di ruang publik guna membawa misi dakwah dan
tajdid bagi kemajuan hidup umat manusia. Sebagaimana
telah dikemukakan sebelumnya bahwa dari awal berdiri
hingga sekarang 'Aisyiyah lebih menyoroti dan fokus pada
persoalan yang berhubungan yang berhubungan dengan
kaum perempuan dan sekarang juga masalah yang menimpa
anak. Oleh karena itu Ortom Khusus Muhammadiyah ini
memiliki garapan program kerja yang sangat khusus,
strategis dan visioner, yaitu perempuan dan anak.
Gerakan 'Aisyiyah dari waktu ke waktu terus meningkatkan
peran dan memperluas kerja dalam rangka peningkatan dan
pemajuan harkat wanita dan anak Indonesia sampai hari ini.
Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang
terdiri atas ribuan sekolah Taman Kanak-kanak, yang
selanjutnya berkembang dengan sekolah dasar sampai pada
tingkat perguruan tinggi, rumah sakit, Balai Bersalin untuk
ibu dan anak, panti asuhan, rumah-rumah sosial (untuk anak
jalanan, anak terlantar, panti jompo, dll) lembaga ekonomi,
dan lain sebagainya.

B.AISYIYAH DANGERAKAN PEMBERDAYAAN


PEREMPUAN
‘Aisyiyah merupakan gerakan perempuan Muhammadiyah
yang telah diakui dan dirasakan perannya dalam
masyarakat. Sebagai salah satu organisasi otonom (Ortom)
pertama yang dilahirkan rahim Muhammadiyah, ia memiliki
tujuan yang sama dengan Muhammadiyah. ‘Aisyiyah
memiliki garapan program kerja yang sangat khusus,
strategis dan visioner, yaitu perempuan. Peran dan fungsi
perempuan merupakan bagian terpenting dalam gerak roda
kehidupan, sebab pepatah bilang wanita adalah tiang negara,
apabilawanitanya baik maka akn makmur negaranya tetapi
kalau wanita di negara tersebut hancurmaka akan hancur
pula derajat negara tersebut. Komitmen ‘Aisyiyah sebagai
gerakanperempuan Islam di tanah air dapat dibuktikan
sampai usia menjelang satu abad ini.Muhammadiyah dalam
bidang perempuan dapat terbantu krena bidang ini digarap
dandikembangkan oleh Ortom tertua ini.Sebagai organisasi
‘Aisyiyah memiliki struktur kepemimpinan yang tersusun
secaravertikal dan horizontal.Secara vertikal dari tingkat
Ranting sampai Pusat. Secara horizontal,yaitu memiliki
Badan Pembantu Pimpinan (BPP), baik Majelis, Lembaga,
Bagian maupunurusan yang masing-masing dapat
membentuk divisi atau seksi-seksi sesuai kebutuhan.‘Aisyiyah
bergerak dalam berbagai bidang kehidupan dan memiliki
amal usaha dalampendidikan, kesehatan, kesejahteraan
sosial, dan ekonomi.Gerakan ‘Aisyiyah sejak awal berdiri,
dan dari waktu ke waktu terus berkembang danmemberi
manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan
martabat perempuan Indonesia.Pada tahun 1919 mendirikan
Frobel, Sekolah Taman Kanak-Kanak pertama milik pribumi
diIndonesia. Bersama organisasi wanita lain pada tahun 1928
mempelopori dan memprakarsaiterbentuknya federasi
organisasi wanita yang kemudian dan sampai sekarang
dengan KOWANI.

C. SEJARAH DAN IDENTITAS ‘AISYIYAH


K.H. Ahmad Dahlan menaruh perhatian yang sangat besar
pada perempuan.Menurutpendiri Muhammadiyah ini,
perempuan pada umumnya kurang memiliki pengetahuan
danmasalah agama, terutama ibadah shalat sebagai amalan
ibadah yang paling pokok.Hal initerjadi karena perempuan
pada masa itu tidak berhak memperoleh pendidikan dan
ilmupengetahuan yang memadai meskipun pengetahuan
agama.Padahal dalam Islam beramalibadah ritual, seperti
shalat itu ada ilmunya, dalm melaksanakan shalat ada syarat
dan rukunyang harus dipenuhi ketika mengamalkannya.Ilmu
tersebut harus dipraktikan dalam setiapmelaksanakan
shalat.Karena hal ini maka pada tahun 1911, yaitu setahun
sebelumnya Muhammadiyahberdiri, didirikannya Madrasah
Diniyah.Tahun 1913, yakni setahun setelah
Muhammadiyahberdiri, KH A. Dahlan menganjurkan
kepada tetangga- tetangganya untuk menyekolahkananak-
anak perempuan mereka di sekolah Belanda Neutraal Meisjes
School di Ngupasan. Tigaorang gadis pada saat itu dapat
masuk ke sekolah itu, seperti Siti Bariyah, Siti
Wandingah,Siti Dawimah. Keberhasilan ini dilanjutkan
untuk generasi berikut sampai keberikutnya.Tahun 1914,
KH.A Dahlan dan istrinya Nyai Siti Walidah mengadakan
kursus-kursusagama atau pengajian khusus untuk kaum
perempuan yang dilaksanakan sesudah waktu ashardiberi
nama Wal ‘Asyhri, kursus itu diikuti pula oleh oleh siswi-
siswi Sekolah NetralBelanda.Berdasarkan usulan,
KH Dahlan membentuk organisasi yang secara khusus
bertujuanuntuk memajukan kaum perempuan1.Tanggal
tersebut diperingati sebagai hari berdirinya‘Aisyiyah.
‘Aisyiyah adalah nama usulan yang diberikan KH
Fachruddin, salah seorang murid
KH A. Dahlan yang dilaksanakan di rumah beliau. Kelahiran
‘Aisyiyah bersamaan denganIsra Mi’raj Nabi Muhammd
Tanggal 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan tanggal 19
Mei1917 dilaksanakan rapat Hoofdbestuur (HB)
Muhammadiyah. SAW, yang waktu itumerupakan perayaan
pertama oleh Muhammadiyah, dengan diketuai untuk
pertama kali olehSiti Bariyah.Identitas ‘Aisyiyah dapat
dilihat dalam Anggaran Dasar Organisasi
perempuanMuhammadiyah ini, yaitu ‘Aisyiyah adalah
organisasi perempuan PersyarikatanMuhammadiyah
merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi
munkar dan tajdid,yang berasas Islam serta bersumber
kepada Al-Qur’an dan As-Sunah. Status ‘Aisyiyah
terterapada bab yang sama, yaitu:
1. ‘Aisyiyah adalah organisasi otonom Khusus Persyarikatan
Muhammadiyah.
2. Organisasi otonom khusus adalah organisasi Otonom yang
seluruh anggotanya anggota Muhammadiyah dan diberi
wewenanang menyelenggarakan amal usaha yang
ditetapkanoleh pimpinan Muhammadiyah dalam koordinasi
Unsur Pembantu Pimpinan yang membidangi sesuai denan
ketentuan yang berlaku tentang amal usaha tersebut.
D. TUJUAN ‘AISYIYAH
Tujuannya dapat dilihat dari Anggaran Dasar nya, yaitu
tegaknya agama Islamsehingga terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya (AD BAB III Pasal
7).Visipengembangan dari organisasi perempuan
persyarikatan Muhammadiyah ini adalahtercapainya usaha-
usaha ‘Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan
pengembangandakwah amar makruf nahi munkar secara
lebih berkualitas munuju masyarakat madani,
yaknimasyarakat Islam yang sebenar- benarnya

E. MISI‘AISYIYAH
Misi tersebut diwujudkan dalam kegiatan :Menanamkan
keyakinan, memperdalam danmemperluas pemahaman,
meningkatkan pengalaman serta menyebarluaskan ajaran
Islamdalam segala aspek kehidupan.
1. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita sesuai
dengan ajaran Islam.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap
ajaran Islam.
3.Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan
ibadah, serta mempertinggi akhlak.
4. Meningkatakn semangat ibadah, jihad, zakat, infaq,
shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun dan memelihara
tempat ibadah, dan amal usaha lain.
5. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor,
pelangsung, dan penyempurna gerakan‘Aisyiyah.
6. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan,
memperluas ilmu pengetahuandan teknologi, serta
mengairahkan penelitian.
7. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan kearah
perbaikan hidup yan berkualitas.
8. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam
bidang-bidang sosial, kesejahteraanmasyarakat, kesehatan,
dan lingkungan hidup.
9. Meninggkatkan dan mengupayakan penegakan hukum,
keadilan dan kebenaran sertamemupuk semangat kesatuan
dan persatuan bangsa.
10. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama, di
berbagai bidang dan
kalanganmasyarakat dalam negeri.
11. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan
organisasi.

F. ‘AISYIYAH DALAM GERAKAN GENDER MODERN


Mengutif perkataan KH A. Dahlan mengenai “ berhati-
hatilah dengan urusan‘Aisyiyah, kalau saudara-saudara
memimpin dan membimbing mereka insyaallah merekaakan
menjadi pembantu dan teman yang setia dalam melancarkan
persyarikatan kita menujucita-citanya,”Kepada para wanita
beliau berpesan: “ urusan dapur janganlah dijadikan
halanganuntuk menjalankan tugas dalam menghadapi
masyarakat.”Rupanya beliau mengetahui bahwa tak
mungkin pekerjaan besar akan berhasil tanpabantuan kaum
wanita. Dalam melaksanakan cita-cita beliau, bantuan dari
kaum hawa yangberbadan halus itu diperlukan, dan ini
sebetulnya ikut menentukan berhasil tidaknya
usahabeliau.Karenanya, mereka oleh beliau dihimpun dan
diajak serta melaksanakan tugaskewajiban yang berat, tetapi
luhur itu.Oleh karena itu wanita atau perempuan itu
memegangperanan penting pula, tidak hanya laki-laki yang
memiliki peran penting dalamkemuhammadiyahan.Gender
dipahami juga sebagai suatu konsep budaya yang
menghasilkan pembedaandalam peran, sikap, tingkah laku
mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki
danperempuan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat.Gender sering juga disebutdengan istilah “jenis
kelamin sosial.Perbedaan gender sesunguhnya tidaklah
menjadi masalah sepanjang tidak melahirkanketidakadilan
gender. Ketidakadilan gender termanifestasi dalam berbagai
bentukketidakadilan, yaitu marjinalisasi (peminggiran),
subordinasi (penomorduaan atau anggapantidak penting),
stereotipe (pelabelan negatif biasanya dlam bentuk
pencitraan yang negatif),violence ( kekerasan), double burden
(beban kerja ganda atau lebih), dan sosialisasi ideology peran
gender. Perbedaan gender ini hanya dapat mempersulit baik
laki-laki maupunperempuan.Masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya yang hendak diwujudkan Muhammadiyahdan
‘Aisyiyah adalah masyarakat yang rahmatan lil’alamin,
masyarakat yang sejahtera lahirbatin dunia dan akhirat,
baldatun thoyyibatun warabbun ghafur, masyarakat
utama,masyarakat madani, masyarakat berkesetaraan dan
berkeadilan jender.‘Aisyiyah sebagai komponen perempuan
Muhammadiyah dalam mewujudkanmasyarakat yang
berkeseteraan dan berkeadilan jender, berkiprah dengan
merespon isu-isuperempuan (seperti KDRT, kemiskinan,
pengangguran, trafficking, pornografi dan aksi,pendidikan,
kesehatan, dan kesejahteraan) dan sekaligus
memberdayakannya secaraterorganisir, terprogram,
dengan menggunakan dan memanfaatkan seluruh
potensi.Model gerakannya ‘Aisyiyah dalam bentuk keluarga
sakinah atau Qaryah Tayyibahmerupakan arus utama
strategi gerakan ‘Aisyiyah dalam membangun kehidupan
umat yanglebih baik.Dalam rangka menyesuaikan dengan
perkembangan dan perubahan sosial, agarlebih dekat dengan
pertumbuhan dan perkembangan kondisi masyarakat
modern, makadilakukan pengkayaan, seperti model gerakan
‘Aisyiyah berbasis jamaah karena jamaahmerupakan bagian
paling nyata yang hidup dalam masyarakat.Muhammadiyah
dan ‘Aisyiyah sampai sekarang tetap berkomitmen
dalampemberdayaan perempuan untuk kesetaraan dan
keadila jender, hal ini dapat dilihat dari hasilMuktamar
Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta mengenai
Program BidangPemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak yang terdiri dari Visi Pengembangan dan
Program Pengembangan.
a. Visi Pengembangan, yaitu berkembangnya relasi dan
budaya yang menghargai perempuanberbasis ajaran
Islam yang berkeadilan gender dan terlidunginya anak-
anak dari berbagaiancaman menuju kehidupan yang
berkeadaban utama.
b. Program Pengembangan, yaitu:
1. Meningkatkan usaha-usaha advokasi terhadap
kekerasan terhadap anak danperempuan serta human
trafficking yang merusak kehidupan keluarga dan masa
depanbangsa.
2. Meningkatakan usaha dan kerjasama dan berbagai
pihak dalam mencegah
danmengadvokasi kejahatan human trafficking (penjualan
manusia) yang pada
umunyamenimpa anak-anak dan perempuan.
3. Meningkatakan usaha dan kerjasama dengan
berbagai pihak dalam
melakukanperlindungan terhadap tenaga kerja perempuan
dan anak-anak dari
berbagai bentukeksploitasi dan pelanggaran hak asasi
manusia.
4. Menyusun dan menyebarluaskan pandangan Islam
yang berpihak pada
keadilangender disertai tuntunan-tuntunan produk Majelis
Tarjih dan
sosialisasinya yangbersifat luas dan praktis.
5. Mengembangkan model advokasi berbasis dakwah
dalam menghadapi
berbagaibentuk eksploitasi terhadap perempuan dan
anak di ruang publik yang tidak kondusifseperti di
penjara, pabrik, dan di tempat-tempat yang dipandang
rawan lainnya.
6. Mengembangkan pendidikan informal dan non formal
selain pendidikan formal yang berbasis pada pendidikan
anti kekerasan dan pendidikan perdamaian yang
properlindungan terhadap perempuan dan anak-
anak.Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Linda Amalia SariGumelar
menyatakan dengan tegas bahwa‘Aisyiyah telah
membantu percepatan kesetaraan,persamaan dan
keadilan gender terutama dan langsung dirasakan
melalui LembagaPendidikan dan Kesehatan yang
dikelola ‘Aisyiyah.Hal ini disampaikan pada acara
RapatKerja Nasional Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, di
Wisma Makara UI Depok, 3 Juni 2011.
G. PERAN DAN TANTANGAN BAGI KAUM
PEREMPUAN MUHAMMADIYAH
Karena melalui proses seleksi yang fair dan didasarkan
ataskualitas kemampuannya, bukan sebagaimana
kekhawatiran sebagian pihak, jadi pimpinankarena rasa
belas kasihan. Yang perlu dipikirkan selanjutnya adalah
bagaimana agar peluangbesar yang dibuka oleh
Muhammadiyah melalui Anggaran Rumah Tangganya
tersebut dapatdirespon secara positif oleh warga
Muhammadiyah baik perempuan maupun laki-laki.
Paraanggota Muhammadiyah perempuan hendaknya
mulai sekarang harus menata diri sehinggaketika
peluang itu dibuka nantinya tidak lagi timbul
kegamangan dari para perempuanMuhammadiyah
untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi
dengan para partnernyayang laki-laki. Jangan sampai
timbul kesan bahwa perempuan dapat memimpin
diMuhammadiyah hanya karena ada dispensasi.Akan
lebih baik jika para perempuanMuhammadiyah masuk
menjadiDemikian pula bagi para anggota
Muhammadiyah yang laki-laki, sudah saatnya dalam
alampikirannya memberi peluang bagi para perempuan
untuk memimpin, ketika memang merekapunya
kapasitas untuk itu. Jangan sampai karena egonya
sebagai laki-laki lalu menghambatperempuan untuk
berprestasi dan beramal di Muhammadiyah dengan
berlindung dibalikalasan syariat, budaya, maupun etika
KESIMPULAN

1. Aisyiyah merupakan bentuk pembaruan yang menjunjungtinggi dan


memuliakan kaum perempuan serta mendorongnya untuk berkiprah di ruang
publik guna membawa misi dakwah dan tajdid bagi kemajuan hidup umat
manusia.
2. Gerakan 'Aisyiyah dari waktu ke waktu terus meningkatkan peran dan
memperluas kerja dalam rangka peningkatan dan pemajuan harkat wanita dan
anak Indonesia sampai hari ini
3. Sebagai salah satu organisasi otonom (Ortom) pertama yang dilahirkan rahim
Muhammadiyah, aisyiah memiliki tujuan yang sama dengan Muhammadiyah.
‘Aisyiyah memiliki garapan program kerja yang sangat khusus, strategis dan
visioner, yaitu perempuan.
4. Sebagai organisasi ‘Aisyiyah memiliki struktur kepemimpinan yang tersusun
secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal dari tingkat Ranting sampai
Pusat.
5. Aisyiyah bergerak dalam berbagai bidang kehidupan dan memiliki amal usaha
dalam pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, dan ekonomi.

Misi Aisyiah
a. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita sesuai dengan ajaran Islam.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam.
c. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta
mempertinggi akhlak.
d. Meningkatakn semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah,
serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha lain.
e. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna
gerakan ‘Aisyiyah.
f. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta mengairahkan penelitian.
g. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan kearah perbaikan hidup yan
berkualitas.
h. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial,
kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
i. Meninggkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan dan
kebenaran
serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
j. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama, di berbagai bidang dan
kalangan masyarakat dalam negeri.
k. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi
DAFTAR PUSTAKA
 Zamah Sari, Bunyamin, dkk., Kemuhammadiyahan, UHAMKA, Jakarta,
2011
 DR. Abdul Mu’ti, M. Ed., K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, Al-
Wasat
Publishing House, Banten, 2009
 Muhammad Izzul Muslimin, PEREMPUAN DALAM KEPEMIMPINAN
MUHAMMADIYAH, Suara Muhammadiyah, Edisi 08 2002 di download pada
tanggal 27 Desember 2011, jam 19.37 WIB.

Anda mungkin juga menyukai