PEREMPUAN
Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat melengkapi tugas mata kuliah
Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu : Drs. San Susilo, M.M
Disusun oleh:
Nama : Mira Ningrum
Nim : 193223008
Prodi : Pendidikan Matematika
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Muhammadiyah dan
Pemberdayaan Perempuan”.Tujuan penulisan makalah adalah memenuhi tugas mata kuliah
kuliah Kemuhammadiyahan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah
Kuningan dan memberikan wawasan kepada penulis maupun pembaca.Dalam penulisan
makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini, khususnya kepada Bapak Drs. San Susilo, M.M. selaku
dosen pengampu mata kuliahKemuhammadiyahan.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Kuningan, 29 Desember 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menjelaskan dalam surat at-Taubah ayat 71-76 bahwa kedudukan antara
laki-laki dan wanita di hadapan Allah itu sama. Sama-sama memikul kewajiban dan
sama-sama mendapat hak. Penjelasan senada juga banyak terdapat dalam hadist Nabi.
Kaum wanita juga memikul tanggung jawab beragama, turut serta mengokohkan aqidah
dan ibadah. Islam mensejajarkan antara laki-laki dan wanita dalam sejumlah hak dan
kewajiban. Sekalipun ada beberapa perbedaan maka hal itu merupakan penghormatan
terhadap asal fitrah kemanusiaan dan dasar-dasar perbedaan kewajiban.
Salah satu alasan kaum wanita zaman ini ingin memperjuangkan haknya adalah
karena semacam asumsi yang menyatakan bahwa norma agama dianggap sebagai
penghalang bagi kemajuan. Agama sering disalah artikan dan telah melegitimasi budaya
patriarki dimana posisi laki-laki berada diatas derajat wanita. Hal ini berangkat dari
pemahaman yang salah terhadap agama. Padahal Islam sejak awal telah menunjukkan
komitmen yang besar untuk memberdayakan martabat wanita. Realitas wanita di zaman
kontemporer ini, secara umum terdapat cukup banyak nilai-nilai positif pada gerakan
mereka. Hal ini disebabkan karena pintu pengetahuan yang dibukakan dihadapan mereka
menjadikan mereka mampu berkreatifitas pada banyak bidang ilmu dan menjadikan
mereka mampu mewujudkan banyak hasil positif di bidang-bidang tertentu.
Kajian gerakan wanita Islam yang membahas bagaimana gerakan tersebut
bergerak beriringan dengan Social Movement lainnya masih sangat terbatas. Baik itu
dalam kajian konteks waktu, aspek pemikir pergerakan wanita per-periode, hingga
bagaimana sebuah gerakan wanita saling mempengaruhi dengan Islam sebagai dasar
gerakan. Padahal, bila ditilik lebih jauh, kaum wanita Islam merupakan kalangan garda
depan dalam melakukan sebuah gerakan kemasyarakatan baik dalam hal memahami
persoalan kaum wanita ataupun dalam bentuk langkah konkret. Seiring pergerakan dan
perubahan sosial-budaya masyarakat, isu tentang wanita dalam berbagai bidang
kehidupan terus bergulir.Adanya gerakan-gerakan muslimah baik individu atau
organisasi, sedikit banyak telah memberikan pengaruh ke arah perubahan yang lebih
baik.
Di Indonesia, gerakan wanita Islam terbesar adalah Aisyiyah. Aisyiyah
merupakan organisasi wanita Islam non-politik yang terkemuka. Organisasi ini telah
tersebar ke seluruh Indonesia dengan kiprah yang bisa dirasakan banyak fihak. Pada
awalnya organisasi ini menjadi bagian dari Muhammadiyah, organisasi massa yang juga
bersifat non-politik. Sejak tahun 1952 kedudukan ‘Aisyiyah ditetapkan menjadi bagian
otonom di dalam Muhammadiyah karena dipandang telah mampu mengatur rumah
tangga perkumpulannya sendiri. Aisyiyah dengan motif geraknya membawa kesadaran
beragama dan berorganisasi, mengajak warganya menciptakan “Baldatun thayyibatun wa
Rabbun Ghafur” sebuah kehidupan yang bahagia dan sejahtera penuh limpahan rahmat
Allah di dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara KH Ahmad Dahlan memberdayakan perempuan?
2. Bagaimana kesetaraan gender dalam muhammadiyah?
3. Apa peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan bangsa dan Negara?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui cara KH Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan
2. Menjelaskan bagaimana kesetaraan gender dalam muhammadiyah
3. Mengetahui peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan bangsa dan Negara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara KH Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berkemajuan, yang ketika
penggunaan bangku masih dianggap warisan Belanda yang nota bene disebut kafir oleh
ulama pada masa itu, Kiai Ahmad Dahlan membuat terobosan dengan pemakaian bangku
di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Ketika Khutbah Jumat masih menggunakan bahasa
Arab, Muhammadiyah berani menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia dan tidak
jarang menggunakan bahasa setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh
masyarakat. KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai Kiai yang moderat dan cenderung
melawan arus pada zamannya banyak mengkritik pemahaman masyarakat tentang Islam
pada masa itu. Islam sering dituduh telah memberi legitimasi terhadap penyempitan peran
perempuan hingga kekerasan terhadap perempuan. Muhammadiyah adalah organisasi
Islam yang cukup mapan menempatkan perempuan setara dengan laki-laki. Kiai Ahmad
Dahlan dibantu Nyai Walidah menggerakkan perempuan untuk memperoleh ilmu,
melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut radikal dan revolusioner saat itu.
Kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan melalui pendidikan informal dan
nonformal seperti pengajian dan kursus-kursus, serta didirikannya organisasi Aisyiyah.
Berdirinya Aisyiyah tak luput dari sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah,
sejak berdirinya Muhammadiyah, KH.Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan
terhadap kaum wanita, wanita yang berpotensial untuk berorganisasi dan
memperjuangkan Islam akhirnya di didik oleh KH Ahmad Dahlan, di antara anak - anak
perempuan yang di didik oleh KH Ahmad Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti
Dalalah, Siti Busyro (putri beliau sendiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber.
Dengan diadakan kelompok pengajian wanita dibawah bimbingan KH. Ahmad Dahlan
dan Nyai Walidah (Istri KH.Ahmad Dahlan) dengan nama “Sopo Tresno”.
Pengajian Sopo Tresno belum merupakan suatu nama organisasi hanya sebuah
perkumpulan pengajian biasa, untuk memberi suatu nama yang konkrit suatu
perkumpulan, beberapa tokoh Muhammadiyah seperti KH. Ahmad Dahlan, KH.
Mokhtar, KH. Fachruddin dan Ki Bagus Hadi Kusuma serta pengurus Muhammadiyah
yang lain mengadakan pertemuan dirumah Nyai Ahmad Dahlan. Waktu itu diusulkan
nama Fatimah, namun tidak disetujui. Oleh KH. Fachruddin dicetuskan nama Aisyiyah,
yang kemudian dipandang tepat dengan harapan perjuangan perkumpulan itu meniru
perjuangan Aisyah, Istri Nabi Muhammad SAW yang selalu membantu berdakwah.
Peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra' Mi'raj Nabi
Muhammad pada tanggal 27 rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M dan diketuai oleh
Siti Bariyah. Peringatan Isra' Mi'raj tersebut merupakan peringatan yang diadakan
Muhammadiyah untuk pertama kalinya. Selanjutnya, KH. Mukhtar memberi bimbingan
administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing
langsung oleh KH. Ahmad Dahlan.
Setelah organisasi ini sudah terbentuk maka KH Ahmad Dahlan memberikan
suatu pesan untuk para pengurus yang memperjuangkan Islam, pesan itu berbunyi:
1) Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan
bakat dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur
selangkah karena dicela.
2) Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3) Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk
menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4) Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
5) Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.
Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian horizontal dari Muhammadiyah
yang membidangi kegiatan untuk kalangan putri atau kaum wanita Muhammadiyah.
Komponen perempuan Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri
dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik
tolak gerakannya. Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan
memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan
Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan
taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.
Aisyiyah adalah organisasi persyarikatan muhammadiyah yang berazaskan amar
ma‟ruf nahi munkar dan berpedoman kepada Al-Qur‟an dan Sunnah. Pemberdayaan
Perempuan oleh Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang
keagamaan dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen
dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan
kemiskinan dan ketenagakerjaan.
Dalam bidang pendidikan sejalan dengan pengembangan yang menjadi salah satu
pilar utama gerakan Aisyiyah, melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta
Majelis Pendidikan Tinggi, Aisyiyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak
mulia untuk umat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal
dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim
yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan
berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan
untuk menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai Sekolah Menengah Umum
dan Keguruan.
Dalam bidang kesehatan Aisyiyah berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan
Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu secara keseluruhan berjumlah
280 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan dan
Lingkungan Hidup juga metakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan
penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan
NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan
berbagi pendekatan dan bekerjasama dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan
dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot project
sistem pelayanan terpadu antara lembagakesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi
Islami.
Dalam bidang keagamaan Aisyiyah mempunyai program majelis-majelis
tablig, dengan visi untuk menjadi organisasi dakwah yang mampu memberi pencerahan
kehidupan keagamaan untuk mencapai masyarakat madani, Majelis
Tabligh mengembangkan gerakan-gerakan Dakwah Islam dalam seluruh aspek
kehidupan, menguatkan kesadaran keagamaan masyarakat, mengembangkan materi,
strategi dan media dakwah, serta meningkatkan kualitas mubalighat.