Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan organisasi gerakan islam di Indonesia tumbuh dan
berkembang sejak dari negeri ini belum mencapai kemerdekaan secara fisik
sampai pada masa reformasi sekarang ini. Perkembangannya bahkan kian pesat
dengan dilakukannya tajdid (Pembaharuan) di masing-masing gerakan islam
tersebut. Muhammadiyah sebagai gerakan islam memiliki cita-cita ideal yang
dengan sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan “Masyarakat islam
yang sebenar-benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu,
Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya, sebagaimana
dikemukakan oleh Dr. Haeder Nashir dalam makalah Muhammadiyah dan
Pembentukan Masyarakat Islam (Bagian I, 2008). Organisasi islam
muhammadiyah tumbuh makin dewasa bersama organisasi islam besar lainnya
sekelas Nahdatul Ulama (NU), Merambah ke segala bentuk kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan tetap mengedepankan kepentingan umat dari
segi sosial-budaya, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Namun demikian,
Muhammadiyah tetap selalu melakukan tajdid dalam aspek ruh al-Islam (Jiwa
keislamannya).
B. Rumusan Masalah
1. Cara KH.Ahmad Dahlan dalam memperdayakan perempuan?
2. Kesataraan gender dalam Muhammadiyah?
3. Peranan perempuan Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara KH.Ahmad Dahlan dalam
memberdayakan perempuan.
2. Untuk mengetahui bagaimana kesetaraan gender dalam Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui apa saja peran perempuan Muhammadiyah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara KH. Ahmad Dahlan Memberdayakan Perempuan


Diantara persoalan sosial yang saat ini menjadi perhatian masyarakat adalah
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Bermunculannya
kriminalitas yang menjadikan perempuan sebagai korban telah cukup lama
menjadi perhatian pemerintah maupun organisasi sosial kemasyarakatan. Hingga
kini, persoalan tersebut masih relevan untuk terus dicarikan formula
antisipasinya. Muhammadiyah merupakan salah satu dari sekian elemen
masyarakat yang cukup konsern dalam menyelesaikan persoalan perempuan
akibat deskriminasi terhadap perempuan menjadi perhatian sejak awal berdirinya
persyarikatan di era KH. Ahmad Dahlan.1
1. Ahmad Dahlan dan Perempuan
Perberdayaan perempuan menjadi strategi penting dalam meningkatkan
potensi dan peran perempuan agar lebih mampu mandiri dan berkarya.
Kesadaran mengenai peran perempuan mulai berkembang yang diwujudkan
dalam program pembangunan. Hal ini didasarkan pada satu pemikiran
mengenai perlunya kemandirian bagi kaum perempuan, supaya
pembangunan dapat dirasakan oleh semua pihak.
2. Deskriminasi Perempuan
Ajaran KH. Ahmad Dahlan melalui muhammdiyah memandang bahwa
laki-laki dan perempuan adalah setara. KH. Ahmad Dahlan sangat
memperhatikan perempuan sebagai generasi penerus umat islam. Karena
itulah, KH. Ahmad Dahlan menyuruh agar perempuan juga harus belajar dan
bersekolah selayaknya para kaum laki-laki. Komitmen Muhammadiyah
dalam hak perlindungan hak perempuan salah satunya dengan dibentuknya

1
M. Yusron Asrofie, Kyai Haji Ahmad Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya,
(Yogyakarta: MPKSDI PP Muhammadiyah), hlm 54

2
ortom Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Gerakan Aisyiyah sejak awal
berdiri, dan dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberi manfaat
bagi peningkatan dan martabat perempuan Indonesia.
3. Pemberdayaan Perempuan
KH. Ahmad Dahlan melakukan beberapa usaha atau cara dalam rangka
mendidik dan membina perempuan terutama yang berkaitan dengan aspek-
aspek pendidikan perempuan. Metode yang dipakai oleh KH. Ahmad Dahlan
berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan perempuan yaitu :
a. Metode Pendidikan Keimanan.
KH. Ahmad Dahlan menggunakan cara kedisplinan untuk mendidik
keimanan bagi kaum perempuan yaitu dengan memperkenalkan dan
mengajarkan syariat islam kepada perempuan melalui pengajian-
pengajian dan kursus yang beliau berikan kepada kaum perempuan.
b. Metode Pendidikan Akhlak Dalam Mendidik Akhlak Kaum
Perempuan.
KH. Ahmad Dahlan melakukannya dengan meningkatkan
pengetahuan tentang ajaran agama dan ilmu pengetahuan melalui
pengajian-pengajian yang beliau lakukan.

c. Metode Pendidikan Akal Dalam Upaya Mendidik Aspek Akal Untuk


Kaum Perempuan.
KH. Ahmad Dahlan melakukannya dengan memberikan nasihat-
nasihat yang memotivasi perempuan untuk cerdas dan memiliki ilmu
pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu umum. KH. Ahmad
Dahlan juga mendirikan sekolah khusus perempuan sebagai upaya
mencerdaskan perempuan.
d. Metode Pendidikan Estetika.
KH. Ahmad Dahlan juga memperhatikan pendidikan estetika bagi
kaum perempuan dalam upaya mendidik dalam aspek estetika belum

3
membiasakan para perempuan untuk berhias sesuai dengan ajaran
islam.
e. Metode Pendidikan Sosial.
Dalam upaya mendidik aspek pendidikan sosial beliau mengajak
kaum perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam hal sosial seperti
memberi makan fakir miskin, menyantuni anak yatim, dan membantu
pendidikan anak-anak. Beliau juga memberi keteladanan yang baik
dalam hal kegiatan sosial.2
4. Pendirian Aisyiyah
Aisyiyah berawal dari sebuah pertemuan yang berlangsung di rumah
KH. Ahmad Dahlan pada 1917. Hadir disana, antara lain KH. Fachrudin,
KH. Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo, dan enam orang gadis muslimah yang
memang telah dikader sebelumnya melalui Sopo Tresno, yakni Siti
Dawimah, Siti Dalalah, Siti busjro, Siti Wadingnah, dan Siti Badilah.hasil
rapat memutuskan bahwa organisasi perempuan Muhammadiyah akan
segera terbentuk. Namanya Aisyiyah sesuai dengan usulan KH. Fachrudin.
Aisyiyah didirikan bukan untuk membedakan posisi antara laki-laki dan
perempuan. Justru Ahmad Dahlan menyadari bahwa Muhammadiyah untuk
merespons isu-isu perempuan dan sekaligus memberdayakan melalui jalur
pendidikan dan pelayanan sosial. Bersama Aisyiyah, Ahmad Dahlan
memobalisasi perempuan untuk memasuki peradaban yang modern,
termasuk menjadi pelopor bermunculannya juru dakwah perempuan yang
sebelumnya masih teramat langka. Aisyiyah menjadi salah satu warisan
Ahmad Dahlan yang paling berharga, tentu saja juga dengan peran krusial
sang istri, Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan. Hingga tahun 1938,
Aisyiyah telah menghasilkan lebih dari 2.000 orang muballighah dan
mengelola banyak sekali sekolah perempuan.

2
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bina Aksara,
1996), hlm 73

4
Berkat didikan KH. Ahmad Dahlan, maka wanita islam menjadi
terangkat derajatnya. Sebagai istri, ia mengerti hak dan kewajibannya terhadap
suaminya. Sebagai sorang ibu, ia memperhatikan pendidikan anak-anaknya dan
keberesan rumah tangganya. Sebagai seorang perempuan islam, ia insyaf pada
kewajibannya terhadap agama. Kalau dulu perempuan dinilai hanya dari
kecantikan dan kekayaannya, maka sejak itu kecakapan dan kecerdasannya yang
menjadi ukurannya.

B. Kesetaraan Gender Dalam Muhammadiyah


Gender dipahami juga sebagai suatu konsep budaya yang menghasilkan
pembedaaan dalam peran, sikap, tingkah laku, mentalitas, dan karakteristik
emosional antara laki-laki dan perempuan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Gender sering juga disebut dengan istilah “jenis kelamin sosial”.
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak
melahirkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender termanifestasi dalam
berbagai bentuk ketidakadilan, yaitu marjinalisasi (peminggiran), subordinasi
(penomorduaan atau anggapan tidak penting), stereotipe (pelabelan negatif
biasanya dalam bentuk pencitraan yang negatif), violence (kekerasan), double
burden (beban kerja ganda atau lebih), dan sosialisasi ideologi peran gender.
Perbedaan gender inihanya dapat mempersulit baik laki-laki maupun
perempuan.
1. Pandangan Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam
Pandangan suatu kelompok yang memiliki kecenderungan pendapat
liberal progresif yang membuka kesempatan bagi perempuan untuk terlibat
secara luas dalam dunia kepemimpianan khususnya politik. Perempuan
diperkenankan untuk mengemban tugas-tugas politik seberat yang dipangku
oleh kaum laki-laki. Alasan yang dikemukannya adalah ayat-ayat Al-Qur’an
yang membicarakan keadilan (al-‘adalah), persamaan (al-musawah), yang
selalu dijunjung tinggi oleh islam. Diantara ayat yang menjadikan landasan
argumentasi ini adalah surat At-Taubah ayat 71 dan surah Al-Hujurat ayat

5
70. Ayat pertama menerangkan bahwa laki-laki dan perempuan hak dan
kesempatan yang sama dalam berpolitik. Karena itu sebagaimana laki-laki,
perempuan pun memiliki hak mengatur masyarakat umum yang merupakan
implementasi dari semangat amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan kedua
ayat terakhir secara substansial mendeklarasikan bahwa islam memuliakan
kedudukan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang seimbang. Islam tidak
mengenal diskriminasi antara anak manusia, baik laki-laki maupun
perempuan.3
2. Perspektif Muhammadiyah Tentang Kepemimpinan Perempuan
Majelis Tarjih dibentuk pada Kongres Muhammadiyah ke-16 pada tahun
1927 di Pekalongan atas usulan KH. Mas Mansyur yang disampaikan pada
kongres setahun sebelumnya di Surabaya. Kelahiran lembaga ini dipandang
perlu karena dua pertimbangan. Pertama, pesatnya perkembangan organisasi
Muhammadiyah saat itu telah melahirkan berbagai amal usaha yang pada
gilirannya menimbulkan lemahnya kontrol untuk sinkronisasi antara amal
usaha dengan asas yang melandasi perjuangan organisasi. Kedua, munculnya
perselisihan paham diantara umat islam yang di khawatirkan mempengaruhi
keutuhan anggota Muhammadiyah. Seiring perjalanan zaman, munculnya
Majelis Tarjih dipandang merupakan perwujudan lebih nyata dari semangat
tajdid yang diusung oleh Muhammadiyah. Sebab, jika selama ini
Muhammadiyah dikenal dan diperkenalkan dirinya sebagai gerakan tajdid
maka semangat tersebut sesungguhnya menjadi raison d etre kelahiran
Majelis Tarjih.4
3. Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Politik Di Persyarikatan
Muhammadiyah

3
Marimba, Ahmad Dahlan, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-
Ma’arif, 1989), hlm 17

4
Wahid, Wawan Gunawan Abdul. 2012. “MEMBACA” KEPEMIMPINAN
PEREMPUAN DALAM RUU KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN
PERSPEKTIF MUHAMMADIYAH. Musawa. Vol 11, No. 2, Hal. 229-246.

6
Muhammdiyah tidak tidak berpolitik praktis, namun Muhammadiyah
selalu mendorong anggotanya untuk ikut berpartisipasi dalam dunia politik.
Muhammadiyah selalu memberi ruang ataupun akses serta kontrol bagi
kaum laki-laki bahkan perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam partai
politik, karena Muhammadiyah tidak pernah mendiskriminasi anggotanya
jika ada yang ingin maju untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Organisasi Muhammadiyah sendiri dibagi menjadi beberapa organisasi
otonom khusu yang didalamnya terdapat organisasi perempuan, kedua
persyarikatan bersama-sama diberi manfaat mensosialisasikan kesetaraan
gender terutama dalam tubuh persyarikatan Muhammadiyah.5

C. Peran Perempuan Muhammadiyah Dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana ini, ‘Aisyiyah telah banyak
memiliki amal usaha di berbagai bidang antara lain adalah pendidikan,
kewanitaan, PKK, kesehatan, dan organisasi wanita’. Pimpinan pusat ‘Aisyiyah
berusaha memberikan pendidikan dikalangan wanita islam untuk berpakaian
muslimat yang baik, bermoral, dan bermental luhur, memberikan bimbingan
perkawinan dan kerumahtanggan, tanggungjawab istri didalam dan diluar rumah
tangga, memberikan motivasi keluarga sejahtera, keluarga bahagia, memberikan
bimbingan pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, ber-islam dan juga
bimbingan serta pendidikan lainnya.
Nasyiatul Aisyiyah (NA) bergerak dalam bidang dan organisasi gerakan
putri islam, bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan keputrian. Nasyiatul
Aisyiyah memberikan trobosan baru yang inovatif, yaitu mengadakan kegiatan,
SP (Siswa Praja) wanita. NA melatih wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah

5
M. Amin, Tenriawaru septianinda Amran, Nuryanti Mustari. 2019. KESETARAAN
GENDER DALAM PERSPEKTIF POLITIK DI PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
KABUPATEN BONE. JURNAL ANALISIS SOSIAL POLITIK VOLUME 5, NO 1, Hal. 09-19

7
tangga yang bersifat konstributif, membekali wanita dan putir-putri
Muhammadiyah dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Nasyiatul Aisyiyah (NA) juga mengadakan shalat jum’at bersama,
mengadakan tabligh keluar kota dan kampung-kampung, mengadakan kursus
administrasi, dan ikut memasyaratkan organisasi Muhammadiyah. Kegiatan SP
(Siswa Praja) wanita juga memiliki banyak terobosan yang inovatif dalam
melakukan emansipasi wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu dan
saat ini. Kultur patriarkis saat itu benar-benar mendomestifikasi wanita dalam
kegiatan-kegiatan rumah tangga. Pada orang tua seringkali melarang anak
perempuannya keluar rumah untuk aktivitas-aktivitas yang emnasipatif. Namun,
dengan munculnya SP (Siswa Praja) wanita, kultur patriarkis dan feodal tersebut
diobrak. Hadirnya SP (Siswa Praja) wanita sangat dirasakan manfaatnya karena
SP (Siswa Praja) wanita membekal) wanita dan putri-putri Muhammadiyah
dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan.
Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan
kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang
mengarah kepada pemberdayaan masyarakat tidak kalah penting dan strategis
dari pada aspek perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan dilapangan
kemasyarakatan diarahkan untuk membentuk masyarakat utama atau masyarakat
madani (civil society) sebagai pilar utama terbentuknya negara yang
berkedaulatan rakyat. Peran kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-
organisasi kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah.
Perjuangan untuk meraih kekuasaan (power strunggle) ditujukan untuk
membentuk pemerintahan dalam mewujudkan tujuan negara, yang peranannya
secara formal dan langsung dilakukan oleh partai politik dan institusi-institusi
politik negara melalui sistem politik yang berlaku. Kedua peranan tersebut dapat
dijalankan secara obyektif dan saling terkait melalui bekerjanya sistem politik
yang sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju terwujudnya tujuan negara.6

6
https://subair3.wordpress.com/2018/01/02/muhammadiyah-dan-pemberdayaan-
perempuan, 25 November 2021

8
Sejak awal, manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasang-
pasangan (Adam dan Hawa), laki-laki dan perempuan. Oleh karena berpasangan
inilah, manusia menjadi semakin bertambah jumlahnya seiring dengan
kebutuhan biologisnya. Semakin berkembang manusia di dunia ini, semakin
berkembang pula kebutuhan untuk pemenuhan hidupnya sehari-hari, mulai dari
kebutuhan sandang, pangan, sampai papan. Untuk memnuhi kebutuhan ini,
manusia saling berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, setiap manusia tidak
dapat hidup sendiri, dan setiap manusia selalu berhubungan dengan manusia lain
untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari.
Siapapun tentu tidak bisa meragukan peranan Muhammadiyah dalam
keterlibatannya untuk membangun bangsa. Muhammadiyah semenjak didirikan
telah berkhidmat untuk bangsa. Salah satu diantara peran-peran yang sangat
menonjol berada dalam bidang pendidikan. Salah satu kelebihan
Muhammadiyah dalam pendidikan adalah visi dan misi yang sama membangun
pendidikan. Keseragaman dalam nomenklatur nama lembaga pendidikan ini juga
menjadi kekuatan tersendiri di kalangan Muhammadiyah.7

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
7
https://ibtimes.id/kyai-ahmad-dahlan-pemberdayaan-perempuan, 25 November 2021

9
Ajaran KH. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah memandang bahwa laki-
laki dan perempuan adalah setara. KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan
perempuan sebagai generasi penerus umat islam. Karena itulah KH. Ahmad Dahlan
menyuruh agar perempuan juga harus belajar dan bersekolah selayaknya para kaum
laki-laki. Komitmen Muhammadiyah dalam hal perlindungan hak perempuan salah
satunya adalah dengan dibentuknya organisasi otononm (ortom) Aisyiyah dan Nasyiatul
Aisyiyah.
Aisyiyah merupakan gerakan perempuan Muhammadiyah yang telah di akui dan
dirasakan perannya dalam masyarakat. Sebagai salah satu ortom pertama yang
dilahirkan rahim Muhammadiyah, ia memiliki tujuan yang sama dengan
Muhammadiyah. Aisyiyah memiliki garapan program kerja yang sangat khusus,
strategis, dan visioner, yaitu perempuan. Peran dan fungsi perempuan merupakan
bagian terpenting dalam gerak roda kehidupan, sebab pepatah mengatakan bahwa
wanita adalah tiang negara, apabila wanitanya baik maka akan makmur negaranya,
tetapi jika wanita di negara tersebut hancur maka akan hancur pula derajat negara
tersebut.
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

M. Amin, Tenriawaru septianinda Amran, Nuryanti Mustari. 2019. KESETARAAN


GENDER DALAM PERSPEKTIF POLITIK DI PERSYARIKATAN

10
MUHAMMADIYAH KABUPATEN BONE. JURNAL ANALISIS SOSIAL
POLITIK VOLUME 5, NO 1, Hal. 09-19
Wahid, Wawan Gunawan Abdul, 2012. “MEMBACA” KEPEMIMPINAN
PEREMPUAN DALAM RUU KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER
DENGAN PERSPEKTIF MUHAMMADIYAH. Musawa. Vol 11, No. 2, Hal.
229-246.
M. Yusron Asrofie, Kyai Haji Ahmad Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya,
Yogyakarta: MPKSDI PP Muhammadiyah
Mardalis,1996.Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bina Aksara.
Marimba,1989.Ahmad Dahlan. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung; Al-
Ma’arif.
Muhaimin,2004.Paradigma Pendidikan Islam. Bandung; Rosda Karya, 2004
https://ibtimes.id/kyai-ahmad-dahlan-pemberdayaan-perempuan/
https://subair3.wordpress.com/2018/01/02/muhammadiyah-dan-pemberdayaan-
perempuan/

11
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan”.

Dalam makalah ini dijelaskan pengertian secara umum. Adapun tujuan kami
menyusun makalah ini yang utama adalah untuk memenuhi tugas dari dosen yang
membimbing kami dalam mata kuliah AIK.

Kami menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam bentuk
isi maupun dalam bentuk tulisan dan penyusunannya. Untuk itu kami meminta maaf dan
mohon untuk maklumi atas segala kekurangan dan kesalahan yang terjadi. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki tulisan kami di masa mendatang.Kami harap semoga penyusunan makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti mata
kuliah AIK.

Pagaralam, 18 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................2
A. Cara KH Ahmad Dahlan Memperdayakan Perempuan ..................................................2
1. Ahmad Dahlan dan Perempuan ................................................................................2
2. Deskriminasi Perempuan .........................................................................................2
3. Pemberdayaan Perempuan .......................................................................................2
4. Pendirian Aisyiyah ...................................................................................................3

B. Kesetaraan Gender dalam Muhammadiyah.....................................................................4


1. Pandangan Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam ..............................................4
2. Perspektif Muhammadiyah Tentang Kepemimpinan Perempuan ............................4
3. Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Politik Di Persyarikatan Muhammadiyah ....5

C. Peran Perempuan Muhammadiyah dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara...........5


BAB 3 PENUTUP .....................................................................................................................7
Kesimpulan......................................................................................................................7
Saran……….………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA

ii

Anda mungkin juga menyukai