PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Dr. Hasbullah, M.Pd.I
Dosen AIK Universitas Muhammadiyah Pringsewu
A. Cara KH. A. Dahlan Memberdayakan
Perempuan
• Tahun 1914, KH.A Dahlan dan istrinya Nyai Siti Walidah mengadakan
kursus-kursus agama atau pengajian khusus untuk kaum perempuan yang
dilaksanakan sesudah waktu ashar diberi nama Wal ‘Asyhri, kursus itu
diikuti pula oleh siswi-siswi Sekolah Netral Belanda.
• Berdasarkan usulan, KH Dahlan membentuk organisasi yang secara 1917.
Tanggal tersebut diperingkhusus bertujuan untuk memajukan kaum
perempuan. ‘Aisyiyah adalah nama usulan yang diberikan KH Fachruddin,
salah seorang murid KH A. Dahlan. Kelahiran ‘Aisyiyah bersamaan dengan
Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, yang waktu itu merupakan perayaan
pertama oleh Muhammadiyah, dengan diketuai untuk pertama kali oleh
Siti Bariyah. Tanggal 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan tanggal 19 Mei ati
sebagai hari berdirinya ‘Aisyiyah
B. Kesetaraan Gender Dalam Muhammadiyah
• Keluarga adalah tempat terpenting bagi seseorang karena merupakan tempat pendidikan
yang pertama kali, dan di dalam keluarga pula seseorang paling banyak bergaul serta mengenal kehidupan.
kedudukan yang terpenting bagi perempuan dalam keluarga adalah sebagai istri dan ibu yang
mengatur jalannya rumah tangga serta memelihara anak.
• Sebaliknya, menurut ideologi ini kedudukan laki-laki yang terpenting dalam suatu keluarga
adalah sebagai seorang suami yang bertanggung jawab sebagai pencari nafkah utama.
• Karena tugasnya sebagai pencari nafkah sering seorang suami tidak peduli dan tidak mau tahu dengan
urusan rumah tangga, sebab dia merasa sudah memberi uang untuk jalannya roda rumah tangga
• Bila melihat kondisi masyarakat pada saat ini, tampak konsep-konsep di atas sudah agak bergeser. Banyak
istri yang bekerja mencari nafkah di luar rumah. Penghasilan istri juga berfungsi menambah penghasilan.
Istri yang bekerja mencari nafkah di luar rumah biasanya harus mendapat persetujuan terlebih dulu dari
suami. Pada umumnya hingga saat ini meskipun istri bekerja, sang suami tetap tidak ingin bila posisi dan
penghasilan yang diperoleh istri melebihi sang suami dan penghasilan suami tetap merupakan
penghasilan pokok bagi keluarga.
Lanjutan .....
• Di samping istri bekerja mencari nafkah di luar rumah tanggung jawab urusan
rumah tangga tetap ada di pihak istri sehingga dapat dibayangkan beratnya
beban yang ditanggung oleh seorang istri bila ia bekerja di luar rumah, Meskipun
perempuan sudah dapat bekerja di luar rumah, pada saat ini masih tetap
tampak berlakunya konsep gender, sebagai contoh istri yang bekerja masih
harus memperhitungkan perasaan suami dengan tidak mau meraih posisi yang
lebih tinggi dari suami sehingga sering mereka bekerja tanpa ambisi. Sering
timbul dilema bagi dirinya untuk memilih antara karier dan keluarga.
Persamaan Gender dalam masyarakat
• Dalam sejarah (tarih) Islam, ternyata perempuan pada zaman
Rasulullah saw dan pada zaman Khulafa-al rasdidun sangat
aktif terlibat dalam kegiatan muamalah dan kegiatan
kemasyarakatan pada umumnya. Bahkan perempuan ada yang
terlibat dalam peperangan sebagai perawat laskar yang cedera,
membakar semangat para laskar dengan nyanyian dan syair,
seperti yang dilakukan oleh Hindun istri Abu Sufyan.
• Dalam peperangan Yarmuk mereka mengendarai kuda sendiri
mengejar serta menombak musuh seperti yang dilakukan oleh
Arqah binti Harits, Khaulah binti Azwar, Bintu Yazad al Kalbiah,
Ummu Sulaiyt, dan Ummu Ammarah. Bahkan dalam
peperangan merebut Siprus, yaitu perang melintasi lautan
pertama dalam sejarah Islam yang dipimpin oleh Muawiyah bin
Abu Sofyan banyak melibatkan perempuan. Antara lain: Ummu
Haram binti Malham. Pasukan perempuan ini ternyata tidak
hanya sebagai perawat dan penyedia ari serta makanan bagi
suami dan anak-anak mereka, tetapi juga bagi seluruh orang
yang terlibat dalam peperangan itu.
c. Peran Perempuan Muhammadiyah Dalam
Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara
01 02 03
Perempuan Muhammadiayah (Aisyiyah)
haruslah terintegrasi dan komprehensif. Penguatan dan Menciptakan kader-kader yang
Mengembangkan orientasi gerakannya optimalisasi praksis mampu menciptakan
bukan sekadar menciptakan kader-kader perempuan-perempuan yang
perempuan yang shalihah secara ritual sosial, dengan dilandasi shalihah sebagai ulama
(fiqhiyyah), namun tidak bisa menganalisa
ketertinggalan perempuan ataupun teologi al Ma’un, sebagai perempuan yang memahami Al-
hegemoni tradisi dan tafsir agama yang inspirasi dasar gerakan Qur‟an yang mampu
tekstual (skripturalis) sehingga mensinergikannya dengan
mengungkung cara berpikir dan bertindak Muhammadiyah dan kondisi kekinian
sebagian besar perempuan Islam
Aisyiyah.
Lanjutan .....
Gerakan sosial sebagai pembaharuan dalam praksis sosial berkemajuan ini
harus dilakukan melalui jaringan kerja sama dengan gerakan perempuan lain,
baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional
Terima
jika Anda memiliki tekad dan semangat yang
kuat. Maka, teruslah menyempurnakan
prosesnya sehingga waktu dengan sendirinya
menjadi malu jika tidak menghadirkan apa