Anda di halaman 1dari 7

Sumbangan Singapura Terhadap Islamisasi di

Asia Tenggara

Salah satu lembaga dakwah terkemuka di Singapura


dewasa ini adalah All- Malaya Muslim Missionary
Society yang secara umum dikenal sebagai Jamiyah,
yaitu sebuah organisasi non- pemerintah yang modern
dengan identitas dan ideology islam yang sangat kuat.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1932 oleh Maulana
Abdul Alim Siddiqui, seorang duta dakwah dari Merut,
India dalam kunjungannya bersama sejumlah tokoh
agama ke Singapura dan Malaya. Dia sebelumnya
telah mendirikan kelompok dakwah serupa selama
persinggahannya di Kolombo dan Saigon. Petra
Weyland memberikan uraian menarik tentang sang
pendiri organisasi ini:
Sang Maulana adalah seorang guru sufi yang sangat karismatik, seorang
reformer dan pendakwah yang mengahbiskan hidupnya sebagai duta dakwah
pengembara yang mengajak orang kembali pada Allah. Dia selalu memakai
jubah arab yang longgar dan sorban hijau sufi. Dia mempunyai janggut putih
yang panjang dan sering mengenakan rantai bunga di lehernya. Dia dilahirkan di
Merut, India pada tanggal 3 April 1892 dan nama “Siddiqui” nya mengindikasikan
bahwa dia keturunan dari khalifah pertama, Abu Bakar. Setelah belajar tentang
islam dan bahasa Inggris di sekolah menengah Islam di Etawah dan di Merut
Collage dia pergi ke Mekah dan Madinah untuk menyelesaikan studinya tentang
al-qur’an, Hadist dan Tasawuf. Dikatakan bahwa dia telah mengikuti pendidikan
kedokteran tetapi nampaknya tidak dipraktekannya sebagai profesi. Dia
menganut sejumlah terkat seperti qadariyah, naqsyabandiyah, shishtiyyah dan
suhrawardiayyah. Perjalanannya selama 40 tahun telah membawanya ke Asia
Tenggara, Timur Jauh, Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Kanada.

 
Jamiyah adalah salah satu oragnisasi muslim Singapura yang
kaya pada waktu itu. Tetapi kebanyakan organisasi kaya seperti ini
dihubungkan dengan kaum muda atau dihubungkan dengan
perhimpunan- perhimpunan yang mendukung konsepsi
kesejahteraan islam yang lebih tradisional. Mereka mendirikan
lembaga wakaf, membuka rumah sakit, membangun masjid dan
menyumbangkan uang dan fasilitas untuk hari-hari besar Islam
seperti Maulid Nabi. Mereka juga menggalang dana untuk dakwah
dan kesejahteraan umat. Aktivitas Jamiyah termasuk pula
memenuhi kebutuhan orang-orang yang berada di rumah sakit dan
penjara serta melakukan bimbingan ajaran islam kepada mereka.
Pelayanan semacam ini juga diberikan kepada orang-orang yang
baru masuk islam.
Selain itu, dalam rangka dakwah, Jamiyah juga menerbitkan jurnal
bulanan yang bernama Genuine Islam, yang terbit pertama kali tahun
1936. Artikel-artikelnya ditulis dalam bahasa Inggris, mempunyai standar
intelektual yang cukup tinggi. Kebanyakan artikel-artikel yang dimuat
berhubungan dnga tema-tema sperti hubungan positif antara islam dan
ilmu pengetahuan dan analisis faktor kausal mengapa orang-orang
Timur “mundur”. Banyak artikel yang menunjukan bahwa pengarangnya
mempunyai pengetahuan yang baik tentang buku-buku filsafat islam dan
ilmu pengetahuan barat. Tujuan dan misi genuine islam adalah untuk
membuktikan bahwa islam tidak hanya sesuai dengan pencapaian ilmu
pengetahuan modern, tetapi jika dipahami dan dipraktekkan dengan
cara yang benar, akan lebih unggul dibanding dengan model masyarakat
Barat. Persoalan islam di belahan dunia lain, terutama di Palestina dan
Mesir bahkan masyarakat Barat juga di bahas dalam jurnal ini.
Nampaknya genuine islam tidak diarahkan pada Muslim Melayu yang
kurang terdidik, melainkan terbatas hanya pada kalangan kecil
intelektual Singapura yang berorientasi pembaruan. Jurnal ini juga
nampak mempunyai distribusi internasional, ditunjukan oleh adanya
pemuatan artikel dan surat pembaca dari banyak belahan dunia.
Jamiyah terus mengembangkan diri dan mengalami banyak
perkembangan dan kemajuan dari waktu ke waktu. Bila sebelumnya ia
nampak lebih filosofis dan unik, lebih menganut kepercayaan
fundamental dalam teologis dan pandangan dunianya serta
menekankan pentingnya dakwah, kini organisasi ini lebih mengadopsi
kebijakan pragmatis yang berorientasi aksi. Dalam jurnalnya, genuine
islam, tidak ada lagi artikel-artikel yang berorientasi mistisisme.
Walaupun sang maulana masih dihormati, kini dia dilihat tidak lebih
sebagai pendiri organisasi saja yang akan selalu dikenang dengan
hormat oleh para anggota organisasi ini. penekanan jurnal ini masih
ditempatkan pada tema-tema seperti pengetahuan dan dialetika “
kemunduran” dan “ kemajuan” sekaligus pembedaan antara “
westernsasi” dan “modernisasi.
Bila sebelumnya Jamiyah menggunakan fasilitas Madrasah Al-Junied, kini
telah menggunakan islamic center tersendiri dengan gedung mewah bertingkat
tujuh, bergaya Arab dengan sebuah menara yang menjulang. Gedung ini di
fasilitasi dengan lift, AC, unit administrasi dengan teknologi informasi mutakhir
seperti komputer, mesin TIK elektronik, teleks dan mesin faximili. Karyawan-
karyawannya bekerja full tim, kebanyakan wanita. Mereka menangani dan
disibukkan oleh berbagai kegiatan yang berbeda seperti urusan administrasi,
kesejahteraan, kesehatan, hukum dan lain-lain. Jika pada tahun 1970 anggota
organisasi itu berjumlah 160 orang saja, maka kini diakui mempunyai anggota
berjumlah 30.000 orang. Ini menunjukkan tingginya dukungan dan
kepercayaan masyarakat terhadap Jamiyah. Di lembaga ini terdapat juga
taman kanak-kanak, program pendidikan, perpustakaan, unit publikasi dan
seksi kewanitaan. Jamiyah saat ini mempunyai staf full time 30 orang dan staf
part time 40 orang ditambah oleh para relawan yang tak terhitung jumlahnya.
Jamiyah nampak memainkan peran penting dalam masyarakat
Singapura kontemporer melalui program bantuan terhdap orang
miskin dan korban narkotika serta membantu masyarakat melayu
terbelakang umtuk mendapatkan pendidikan modern. Target
jamiyah dewasa ini terbatas pada Muslim Melayu yang miskin.
Dakwah berarti memberikan keteladanan dan menjadi aktif dalam
urusan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai