Anda di halaman 1dari 22

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Manajemen Strategi Ayuthia Ramadhani Herman. S.E.M.Ak

Stakeholders and The Corporate Mission

OLEH

ANISA SAKIRA (11870321877)

DESI ARISKA (11870323843)

FADHLUL HUDA (11870314358)

MAHARANI DIFA SABITA (11870321798)

AKUNTANSI / 6 – E

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021

i
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis
dapat menyesaikan penulisan makalah “Stakeholders and The Corporate Mission” yang
merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Strategi pada semester enam ini. Tidak
lupa shalawat dan salam tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada
keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
 Dalam pembuatan makalah ini penulis mengetahui benar bahwa kata-kata dan tata
cara penyusunan kalimatnya masih jauh dari kesempurnaan, besar harapan penulis dalam
penyelesaian pembuatan makalah ini dapat menjadi bahan tambahan bagi penilaian dosen
bidang manajemen strategi dan mudah-mudahan pembahasan dari makalah ini dapat di ambil
manfaatnya oleh semua pihak yang membaca, terutama mahasiswa Universitas Islam Sultan
Syarif Qasim.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik
tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya mata kuliah manajemen strategi.

Pekanbaru, 22 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................................2

Bab II Pembahasan.....................................................................................................................3

2.1 Corporate Stakeholders........................................................................................................3

2.2 The Mission Statement.........................................................................................................5

2.3 Content of strategy...............................................................................................................8

2.4 Social Resposibility............................................................................................................10

2.5 Cases...................................................................................................................................12

Bab III Penutup........................................................................................................................17

3.1 Kseimpulan.........................................................................................................................17

3.2 Saran ..................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah ‘Stakeholders’ atau dinamakan pemangku kepentingan adalah kelompok atau


individu yang dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup
organisasi. Pemangku kepentingan adalah seseorang, organisasi atau kelompok dengan
kepentingan terhadap suatu sumberdaya alam tertentu (Brown et al 2001). Stakeholder is a
person who has something to gain or lose through the outcomes of a planning process,
programme or project (Dialogue by Design 2008).

Pemangku kepentingan mencakup semua pihak yang terkait dalam  pengelolaan


terhadap sumber daya. Menurut Witold Henisz guru besar pada Sekolah Bisnis Wharton,
termasuk semua orang dari politisi lokal dan nasional dan tokoh atau  pemimpin masyarakat,
penguasa, kelompok paramiliter, LSM dan badan-badan internasional. Dalam konteks
perusahaan, Clarkson (dalam artikel tahun 1994) memberikan definisi pemangku kepentingan
secara lebih khusus sebagai suatu kelompok atau individu yang menanggung suatu jenis
risiko baik karena mereka telah melakukan investasi (material ataupun manusia) di
perusahaan tersebut (‘Stakeholders sukarela’), ataupun karena mereka menghadapi risiko
akibat kegiatan perusahaan tersebut (‘Stakeholders non sukarela’).

 Berdasarkan pandangan tersebut pemangku kepentingan adalah pihak yang akan


dipengaruhi secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan. Dan  berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan adalah seluruh pihak yang
terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi fokus kajian atau perhatian. Misalnya
terkait isu perikanan, maka makna pemangku kepentingan sebagai para pihak yang terkait
dengan isu perikanan, seperti nelayan, masyarakat  pesisir, pemilik kapal, anak buah kapal,
pedagang ikan, pengolah ikan, pembudidaya ikan, pemerintah, pihak swasta di bidang
perikanan, dan sebagainya. Seorang  pemangku kepentingan adalah seseorang yang
mempunyai sesuatu yang dapat iaperoleh at au akan kehilangan akibat dari sebuah proses
perencanaan atau proyek. Dalam banyak siklus, mereka disebut sebagai kelompok

1
kepentingan, dan mereka bisa mempunyai posisi yang kuat dalam menentukan hasil suatu
proses  politik. Seringkali akan sangat bermanfaat bagi proyek penelitian untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan kepedulian berbagai pemangku
kepentingan, terutama jika proyek diracang bertujuan mempengaruhi kebijakan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan stakeholders ?

2. Apa saja mission statement perusahaan?

3. Apa saja isi dari content of strategy di dalam perusahaan?

4. Bagaimakah social responsibility yang terjadi dalam perusahaan?


5. Bagiamana kasus yang melibatkan stakeholders and coorporate mission?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan stakeholders.

2. Mengetahui apa saja mission statement perusahaan.

3. Mengetahui isi dari content of strategy di dalam perusahaan.

4. Mengetahui social responsibility yang terjadi dalam perusahaan.


5. Mengetahui kasus yang melibatkan stakeholders and coorporate mission.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Stakeholders

 Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah beberapa kelompok orang atau yang
memiliki kepentingan didalam perusahaan yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi
oleh tindakan dari bisnis secara keseluruhan. Hal ini bisa menyangkut kepentingan
finansial atau kepentingan lainnya, bila orang tersebut terkena pengaruh dari apa yang
terjadi pada perusahaan, baik itu dampak negatif manupun posfitif orang tersebut dapat
dikatakan stakeholder. Menurut beberapa ahli, seperti :
a. Freeman “1984” Pemangku kepentingan sebagai kelompok atau individu yang
dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.
b. Biset “1998” pemangku kepentingan merupakan orang dengan suatu kepentingan
atau perhatian pada permasalahan, pemangku kepentingan ini sering diidentifikasi
dengan suatu dasar tertentu sebagaimana dikemukakan oleh Freeman yakni dari
segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder terhadap isuue.

Beberapa dari pemangku kepentingan (stake holder) dapat dikategorikan sebagai


institusi yang mempunyai organisasi yang cukup baik dan tujuan yang juga jelas.
Pemerintah, Asosiasi Perusahaan, Serikat Pekerja, pemegang saham, Media Massa dan
Suplier dapat dikatakan termasuk kedalam kategori ini.

Stakeholder dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatan, posisi dan


pengaruhnya. Klasifikasi stakeholder sebagai berikut :

 Pemangku Kepentingan Utama ( Premier )


Pada peringkat pertama ini adalah para pemangku kepentingan yang mempunyai
kemampuan utama untuk mendukung langsung keberadaan perusahaan dalam
menghasilkan produk dan atau jasa. Yang termasuk dalam kategori ini adalah
a. para pemegang saham dan lembaga keuangan yang memberikan pinjaman modal
pada perusahaan.
b. para karyawan yang menjalankan perusahaan dengan tenaga dan pikirannya.

3
c. Para suplier yang menjamin dukungan bahan baku,enerji dan lainnya
d. Para penyalur (besar, menengah sampai pengecer) yang membantu produk sampai
ke para pembeli
e. Konsumen dan pelanggan yang menjamin keberadaan perusahaan
 Pemangku Kepentingan Kedua ( Skunder )
Pada peringkat kedua ini adalah para pemangku kepentingan yang dipengaruhi
secara langsung maupun tidak langsung oleh aktivitas dan keputusan-keputusan
perusahaan. Tentu saja ini tidak berarti bahwa Pemangku Kepentingan ini sebagai
kurang berarti dan kurang penting bagi perusahaan. Sebab bisa saja salah satu dari
mereka ini justru mempunyai kekuasaan untuk menutup perusahaan seperti
pemerintah. Yang termasuk kedalam kategori ini adalah :
a) Pemerintah (daerah dan pusat) yang mempengaruhi dalam hal peraturan :ijin dan
kemudahan atau batasan serta pajak dan retribusi
b) Pemerintah (asing) khususnya bagi perusahaan yang mempunyai pemasaran atau
operasi di luar negeri karena pasti akan mempengaruhi perusahaan dalam
menerima atau menolak produk/jasa perusahaan di wilayahnya
c) Komunitas lokal yang mendukung dalam tenaga kerja dan lingkungan kerja
d) Media Massa yang memberikan kontribusi dalam mengemukakan Citra dan
publisitas serta promosi
e) Kelompok pendukung bisnis misalnya riset dan nasihat bisnisnya

Permainan Persekutuan Baru (new alliance game)

Dari seluruh pemangku kepentingan yang berpeluang untuk melakukan pengurangan


bahkan peniadaan keberadaan perusahaan secara alamiah adalah para pesaing. Dalam
persaingan yang sangat ketat karena beberapa faktor antara lain munculnya pelaku bisnis baru
yang luar biasa piawai baik dari sisi penekanan biaya maupun keunggulan inovasi teknologi
dan faktor lain. Maka pesaing merupakan sasaran pertama yang harus digarap oleh pucuk
pimpinan perusahaan. Hanya pesaing sebenarnya yang paling memperhatikan perilaku
perusahaan dan mengupayakan strategi untuk menangkalnya. Dalam persaingan jenis
konvensional menghadapi pesaing adalah ibarat menghadapi musuh dalam peperangan.
Hukumnya adalah menang atau kalah. Namun pada saat ini konteks sudah berubah banyak,
sehingga hubungan dengan pesaingpun tidak dapat diintisarikan sebagai menang-kalah
semata.

4
2.2 The Mission Statement

Keberadaan misi perusahaan sangat penting untuk perumusan tujuan


perusahaan dan formulasi strategi yang efektif. Ada banyak definisi misi,
diantaranya :

1. Peter Drucker

Pada dasarnya, misi merupakan alasan mendasari eksistensi suatu organisasi.


Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan
maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang
akan menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa
berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggannya.

2. Wibisono

Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan


eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada
masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.

3. Dr. A. B. Susanto

Misi adalah bagaimana untuk menghadirkan impian perusahaan atau


organisasi menjadi kenyataan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa misi


adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan dalam
usahanya mewujudkan visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat
pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian visi. Adapun manfaat misi antara
lain:

1. Memastikan tujuan dasar organisasi.


2. Memberikan standar untuk mengalokasi sumber daya organisasi.
3. Menciptakan kondisi atau iklim organisasi yang umum.
4. Menjadi titik utama bagi individu dalam mengidentifikasi tujuan dan arah
organisasi.
5. Memfasilitasi penerjemahan tujuan menjadi struktur kerja yang melibatkan
penungasan hingga elemen tanggung jawab dalam organisasi.

5
6. Memberikan tujuan dasar organisasi dan kemungkinan untuk
menerterjemahkan tujuan dasar ini menjadi tujuan dalam bentuk sedemikian
rupa hingga parameter waktu, biaya, dan kinerja dapat dievaluasi dan dikontrol.

Ada beberapa karakteristik misi perusahaan, di antaranya :

1. Deklarasi sikap
Misi yang baik memungkinkan untuk perumusan dan pemikiran
alternatif tujuan dan strategi yang layak tanpa mengurangi kreativitas
manajemen. Misi juga harus cukup luas untuk menyatukan perbedaan
secara efektif dan memiliki daya tarik bagi stakeholder organisasi,
individu atau kelompok yang mempunyai kepentingan dalam organisasi.
Misi perusahaan harus memcerminkan bagaimana komitmen perusahaan untuk
memenuhi tuntutan stakeholder. Kumpulan misi perusahaan menunjukkan
strategi perusahaan dalam usahanya bertumbuh melalui analisis internal dan
eksternal.
2. Berorientasi pada pelanggan.
Alasan mendasar mengembangakan misi perusahaan adalah untuk menarik
sebanyak mungkin pelangan. Misi sebuah perusahaan tidak hanya
mengembangkan suatu produk dan mencari pasarnya, tetapi lebih jauh dari
itu, misi perusahaan harus berusaha untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan pelanggan dan kemudian menyediakan alat pemuas kebutuhan
dan keinginannya. Misi yang baik selalu berusaha untuk mengidentifikasi
kegunaan produk perusahaan untuk pelanggannya.
3. Deklarasi kebijakan sosial.
Kebijakan sosial mempengaruhi pengembangan misi suatu perusahaan.
Kebijakan sosial secara langsung mempengaruhi pelanggan, produk,
pasar, teknologi, profitabilitas dan citra perusahaan. Kebijakan sosial
mau tidak mau harus ikut diintegrasikan dengan startegi pengembangan
perusahan yang dapat dilihat dari misi perusahaan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perumusan tujuan :


1. Kekuatan dalam lingkungan
Misalnya :
- Pemegang saham (Stage Holder).

6
Para pemegang saham mempunyai hubungan timbal balik dengan perusahaan.
Mungkin mereka akan mengajukan permintaan/tuntutan//harapan.
- Peraturan Pemerintah.
Tujuan perusahaan maksimalisasi penjualan. Tapai kita berhadapan dengan
Peraturan Pemerintah yang berkenan dengan keuntungan yang berlebihan (exes
profit), peraturan anti trust, konsumen dan lain-lain.
- Serikat Buruh
Mungkin menuntut tingkat upah yang lebih tinggi, tunjangan tambahan, dan
lain-lain. Semuanya ini menyebabkan biaya meningkatkan, padahal pesaing
menjual produknya dengan harga yang lebih rendah dan mengeluarkan biaya
untuk iklan lebih banyak.
2. Kenyataan sumber daya perusahaan dan hubungan kekuasaan intern.
Misalnya :
- Kekuatan kalangan perencana strategis
- Kekuatan potensial dari peserta level bawah untuk menahan informasi (gagasan).
- Dukungan pemegang saham.

3. Sistem penilaian dari eksekutif perusahaan.

Ada tawar-menawar dengan berbagai kelompok untuk menghasilkan serangkaian


tujuan yang dapat memuaskan semua pihak.

4. Kesadaran manajemen tentang keputusan masa lampau dan perkembangan


perusahaan.

Isi dari missi :

- Pernyataan tentang rancangan besar.

- Orientasi moralitas.

- Suasana perusahaan.

- Peranannya dalam masyarakat.

Secara perspektif pernyataan miss/tugas harus merupakan dasar dan


pedoman untuk menilai keputusan strategis dan bukan hanya omong kosong.

7
2.3 Social Responsibility
Tanggung jawab sosial perusahaan/CSR merupakan salah satu bagian dari strategi
bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Tanggung jawab sosial atau corporate social
responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah
memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas
dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan seperti terhadap masalah-masalah
yang berdampak pada lingkungan seperti polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja.
CSR tidak hanya terbatas pada konsep pemberian bantuan dana kepada lingkungan sosial,
namun juga bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya dengan tidak diskriminatif,
menjaga hubungan baik dengan pemasok.
Corporate social responsibility merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara
etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat
secara lebih luas (Sankat, Clement K, 2002). Berikutnya menurut Dougherty (2003),
tanggung jawab sosial merupakan perkembangan proses untuk mengevaluasi stakeholders
dan tuntutan lingkungan serta implementasi program-program untuk menangani isu-isu
sosial. Tanggung jawab sosial berkaitan dengan kode-kode etik, sumbangan perusahaan
program-program community relations dan tindakan mematuhi hukum. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Schermerhorn (2003) mendefinisikan CSR sebagai kewajiban dari suatu
perusahaan untuk bertindak dalam cara-cara yang sesuai dengan kepentingan perusahaan dan
kepentingan masyarakat secara luas. The International Organization of Employers (IOE)
mendefinisikan CSR sebagai “initiatives by companies voluntarily integrating social and
environmental concerns in their business operations and in their interaction with their
stakeholders”. Corporate social Responsibility/Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP)
merupakan suatu komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih
baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat disekelilingnya dan
lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan
kegiatan usahanya secara berkelanjutan (Budimanta, 2002).

Tujuan dari CSR adalah (Saputri, 2011):

1. Untuk meningkatkan citra perusahaan, biasanya secara implisit, asumsi bahwa


perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.

8
2. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial
di antara organisasi dan masyarakat.
3. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah
untuk memberikan informasi kepada investor.

Trevino dan Nelson mengkonsepkan CSR sebagai piramid yang terdiri dari empat macam
tanggung jawab yang harus dipertimbangkan secara berkesinambungan, yaitu, hukum, etika
dan berperikemanusian.

1. Tanggung jawab ekonomi


2. Tanggung jawab hukum
3. Tanggung jawab etika
4. Tanggung jawab sosial perusahaan

Bentuk- bentuk implementasi corporate social responsibility seperti :

1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang ramah lingkungan, tidak


berbahaya.
2. Karyawan, dalam bentuk persamaan hak dan kewajiban atas seluruh karyawan tanpa
membedakan ras, suku, agama, dan golongan.
3. Komunitas dan lingkungan, dalam bentuk kegiatan kemanusiaan maupun lingkungan
hidup.
4. Kesehatan dan keamanan, dalam bentuk penjagaan dan pemeliharaan secara rutin atas
fasilitas dan lingkungan kantor.

Keraf menyebutkan beberapa alasan perlunya tanggung jawab sosial perusahaan :

1. Kebutuhan dan harapan masyarakat semakin berubah, masyarakat semakin kritis dan
peka terhadap produk yang akan dibelinya. Sehingga perusahaan tidak bisa hanya
memusatkan perhatianya untuk mendatangkan keuntungan.
2. Terbatasnya sumber daya alam, bisnis diharapkan untuk tidak hanya mengeksploitasi
sumber daya alam yang terbatas, namun harus juga memelihara dan menggunakan
sumber daya secara bijak.
3. Lingkungan sosial yang lebih baik, lingkunagn sosial akan mendukung keberhasilan
bisnis untuk waktu yang panjang, semakin baik lingkungan sosial dengan sendirinya

9
akan ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada. Misalnya dengan semakin menurunnya
tingkat penganguran.
4. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan, kekuasaan yang terlalu besar jika tidak
diimbangi dan dikontrol dengan tanggung jawab sosial akan menyebabkan bisnis
menjadi kekuatan yang merusak masyarakat.
5. Keuntungan jangka panjang, dengan tanggung jawab dan keterlibatan sosial tercipta
suatu citra positif di mata masyarakat, karena terciptanya iklim sosial politik yang
kondusif bagi keberlangsungan bisnis perusahaan tersebut.

2.4 Content of Srategy

Content strategy adalah proses mengubah sasaran dan tujuan bisnis menjadi sebuah
rencana. Untuk mencapai tujuan ini, digunakan konten sebagai cara utamanya.
Menurut Alexa, content strategy adalah cara kita merencanakan apa yang ingin dicapai
dengan publikasi konten, tipe konten apa yang paling sesuai, dan bagaimana cara membuat
dan mendistribusi konten serta bagaimana cara mengukur keberhasilannya.

Menyusun content strategy adalah caramu untuk menentukan arah yang tepat agar


tujuan tercapai menggunakan konten. Tanpa strategi yang disusun baik, akan sulit untuk
memulai proses dari eksekusi hingga mendapatkan hasil. Selain itu, penyusunan strategi
konten adalah cara untuk mengoptimasi alur kerja yang akan dilaksanakan dalam manajemen.
Dengan menyusun content strategy, untuk mendapatkan masukan dari pelanggan prospek,
rekan kerja, dan orang-orang lainnya sehingga strategi manajemen bisa lebih efektif dan juga
efisien.

Bahkan, menurut HubSpot, penyusunan strategi untuk konten juga dapat


meningkatkan traffic dan memberi kesempatan untuk bereksperimen dengan taktik marketing
lainnya. Hal ini bisa membantumu mendapat lebih banyak keuntungan, misalnya lewat
konten bersponsor, iklan di media sosial, dan konten yang didistribusi. Tak hanya itu,
kontenmu juga bisa lebih dipastikan mampu meningkatkan brand awareness pada calon
konsumen yang cocok dengan target manajemen.

Cara Menyusun Content Strategy

1.Tentukan tujuan

10
Untuk mengawali penyusunan content strategy, mengetahui apa tujuan yang ingin
dicapai. Pertimbangan yang harus dipikirkan adalah apa visi dan misi brand,
sasaran marketing, dan kebutuhan manajemen. Jangan lupa untuk meminta persetujuan
dari stakeholder utama yang memiliki kepentingan dalam manajemen. Tujuan yang dibuat
dalam content strategy bisa saja berubah sewaktu-waktu, khususnya jika perusahaan
berkembang. Hal ini wajar, yang penting fokus pada beberapa tujuan saja dalam satu waktu
untuk memastikan ia bisa tercapai dengan baik.

2.Kenali audiens

Pengetahuan yang penting untuk diketahui sebelum menyusun content strategy adalah


informasi tentang audiens. Tanpa informasi ini, strategi yang dibuat tidak akan efektif.
Ketahui siapa atau golongan orang seperti apa yang akan menjadi fokus perusahaan dengan
strategi content marketing. Kemudian, pelajari apa yang mereka sukai atau hal apa yang
menjadi perhatian mereka secara umum. Lalu, cari juga informasi mengenai bagaimana dan
di mana mereka biasanya mencari informasi. 

3.Riset kompetitor

Content strategy yang baik juga harus mempertimbangkan kompetitor. Selalu ketahui


apa yang sedang kompetitor lakukan atau kembangkan. Gunakan tools-tools yang bisa
membantumu untuk memantau aktivitas kompetitor dan mengetahui tren industri sehingga
kamu bisa menemukan peluang untuk sukses di pasar.

4.Ketahui kelebihanmu

Positioning atau penempatan perusahaan atau bisnis adalah hal yang penting. Untuk
melakukan ini, kamu harus mengetahui apa kelebihan perusahaan dibanding kompetitor dan
apa yang bisa membuatmu unggul. Hal-hal ini pun perlu dipertimbangkan untuk
membuat content strategy yang membawa bisnis ke arah kesuksesan.

5.Estimasi biaya

Content marketing tidak dapat berjalan tanpa biaya. Oleh karena itu, dalam
menyusun content strategy, penting juga untuk menghitung biaya yang diperlukan untuk
mewujudkan strategi dan mencapai tujuan. Sebisa mungkin, strategi yang dibuat harus
efisien.

11
6.Rencanakan metrik pengukuran hasil

Tentunya keberhasilan sebuah strategi harus bisa diukur. Oleh sebab itu, manajemen
harus mengetahui metrik-metrik apa saja yang tepat untuk mengukur keberhasilan tujuan
yang sudah ditetapkan. Contohnya, jika tujuannya adalah untuk menumbuhkan brand
awareness, metrik yang perlu ditinjau adalah pertumbuhan traffic, views, dan shares.

2.5 Cases

PT ABC sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kehutanan


dan manufaktur yang menghasilkan kertas dan pulp (bubur kertas) terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini sendiri didirikan pada tahun 1960-an.

Dalam perjalanan operasional perusahaan, PT ABC mendapatkan beberapa


permasalahan yang berasal dari sisi lingkungan, salah satunya ialah Peristiwa Kasus Asap di
Riau yang terjadi pada tahun 2015. Pada saat itu beberapa perusahaan yang beroperasi di
daerah tersebut, termasuk PT ABC, dianggap sebagai salah satu penyebab kebakaran lahan
yang menyebabkan terjadinya asap yang tersebar di beberapa wilayah Pulau Sumatera. Asap
tersebut bahkan juga tersebar sampai ke negeri tetangga, seperti Singapura. Hal ini tentu
memberikan dampak negatif yang signifikan bagi perusahaan.

Kerugian akibat Kasus Asap di Riau yang diterima oleh manajemen PT ABC terlihat

secara materiil dan non-materiil. Kerugian non-materiil dialami oleh manajemen perusahaan
dikarenakan mereka harus berurusan dengan hukum karena dianggap bertanggung jawab
langsung terhadap kebakaran lahan yang menyebabkan asap tersebut. Selain itu, PT ABC
juga pada akhirnya mendapatkan kecaman dari berbagai lapisan masyarakat, terutama pada
masyarakat yang terkena langsung dampak asap tersebut, baik dari masyarakat di Pulau
Sumatera dan masyarakat di Singapura. Salah satu bukti kecaman yang dikeluarkan
masyarakat saat itu berasal dari media sosial Instagram melalui tagar #melawanasap. Adapun
kerugian materiil terjadi dikarenakan PT ABC harus mengeluarkan dana tambahan dalam
menanggulangi bencana tersebut, seperti biaya penanggulangan asap. Bahkan, perusahaan
juga harus menghadapi boikot atas produk yang mereka pasarkan seperti yang terjadi di
Singapura.

Kasus kali ini akan menganalisis mengenai dua hal yaitu mengenai bagaimana PT
ABC memperbaiki manajemen stakeholders menjadi lebih efektif setelah kasus asap tersebut

12
dan cara PT ABC merespon isu kebakaran tersebut. Wawancara dilakukan dengan salah
seorang manajer PT ABC. Wawancara tersebut menyatakan bahwa stakeholder merupakan
stakeholders adalah semua pihak yang terlibat dengan kegiatan-kegiatan operasional
perusahaan. Dalam operasional mereka, PT ABC hanya menitikberatkan beberapa pihak
sebagai stakeholders mereka sebagai berikut; pembuat regulator (dalam hal ini pemerintah),
masyarakat di sekitar daerah operasional perusahaan, karyawan perusahaan PT ABC, serta
customer yang menggunakan produk yang diproduksi PT ABC.

Adapun stakeholders management dianggap sangat penting bagi PT ABC


dikarenakan masing-masing stakeholders memiliki kepentingan yang berbeda-beda bahkan
berlawanan satu sama lain sehingga PT ABC harus bisa mengatur kepentingan masing-
masing stakeholders agar tujuan bersama bisa tercapai. PT ABC juga menganggap skala
prioritas stakeholders merupakan hal yang sangat penting bagi operasional perusahaan dalam
menangani permasalahan yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan stakeholders.
Akan tetapi, manajemen PT ABC tidak memiliki sistem skala prioritas stakeholders yang
permanen. Manajemen PT ABC beranggapan bahwa skala prioritas stakeholders harus dibuat
secara situasional dan dinamis dikarenakan PT ABC harus selalu bersifat adil kepada
stakeholders yang berurusan dengan mereka. Hal ini juga dimaksudkan untuk
mempertahankan hubungan baik antara manajemen PT ABC dengan seluruh stakeholders.

Berdasarkan wawancara dengan manajer PT ABC tersebut terkait permasalahan


kebakaran hutan di Riau, PT ABC mengakui bahwa memang terjadi kebakaran hutan lahan di
daerah operasional mereka. Pada saat itu, stakeholders yang paling dirugikan dari adanya
kebakaran hutan lahan itu ialah karyawan yang berada di daerah operasional PT ABC. Hal ini
dikarenakan karyawan yang bekerja tersebut harus berusaha memadamkan api secara terus-
menerus. Dinyatakan bahwa kebakaran ini berdampak pada jam kerja mereka yang menjadi
semakin panjang dimana mereka harus tetap di lokasi kebakaran selama 2 minggu untuk
memastikan bahwa api sudah benar-benar padam. Di sisi lain, pemerintah sebagai
stakeholders tentu tidak terkena dampak langsung dari asap kebakaran hutan tersebut. Akan
tetapi, mereka juga merasa dirugikan karena pemerintah, baik itu pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat, harus mengeluarkan biaya tambahan, seperti menerjunkan BNPB (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana) dan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dalam
memadamkan api kebakaran. Selain itu, pemerintah juga harus memperbaiki hubungan
diplomatik dengan pemerintah luar negeri, seperti Singapura, yang ternyata terkena dampak
asap kebakaran hutan. Adapun stakeholder yang tidak merasa dirugikan secara signifikan dari

13
dampak kebakaran asap ialah masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar daerah hutan
tersebut. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat sudah biasa melakukan pembakaran hutan
demi pembukaan lahan pertanian. Di sisi lain, masyarakat luar daerah, seperti masyarakat
perkotaan, yang tidak terbiasa dengan asap pembakaran hutan justru merasa dirugikan karena
mereka susah menghirup udara bersih dan terkena penyakit pernapasan, seperti ISPA.

Terkait manajemen lahan hutan, Manajemen PT ABC sebelumnya telah membagi


lahan hutan ke dalam tiga kawasan. Kawasan pertama ialah kawasan kuning yang berarti
kawasan produksi dimana kawasan tersebut ditanami tanaman untuk keperluan produksi PT
ABC seperti akasia dan eucalyptus. Kawasan kedua ialah kawasan merah dimana kawasan
tersebut harus dibiarkan secara alami tanpa ada campur tangan manusia di dalamnya.
Kawasan ketiga ialah kawasan hijau dimana kawasan tersebut digunakan untuk bermitra
dengan masyarakat sehingga masyarakat dapat menanam beberapa tanaman untuk kebutuhan
hidupnya, seperti padi. Adapun terkait dengan kebakaran hutan, manajemen PT ABC
memperkirakan bahwa sumber api berasal dari kawasan merah ataupun kawasan hijau.

Kebakaran hutan tersebut kemungkinan dipicu oleh beberapa faktor. Pertama, faktor
ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Sebagian besar masyarakat setempat memiliki
matapencaharian sebagai petani untuk menunjang perekonomian mereka. Dalam mendukung
pekerjaan mereka sebagai petani, mereka memiliki budaya pertanian tersendiri.

Budaya pertanian itu secara khusus dilakukan dengan cara pembakaran lahan. Adanya

pembakaran lahan dianggap menyebabkan lahan hutan tersebut menjadi lebih subur untuk
dilakukan cocok tanam. Kedua, faktor illegal loggingkawasan lindung dimana ada beberapa
oknum yang melakukan illegal logging melakukan beberapa kegiatan yang menyebabkan
kebakaran, seperti menyalakan api unggun ataupun merokok. Ketiga, manajemen PT ABC
belum memiliki manajemen kebakaran yang efektif. Hal ini menyebabkan program
sosialisasi kepada masyarakat mengenai kebakaran masih belum dianggap penting,
manajemen belum memiliki sarana dan prasarana pencegahan kebakaran yang mumpuni,
serta karyawan PT ABC belum memperdulikan permasalahan kebakaran hutan yang dapat
sewaktu-waktu menimpa.

Setelah peristiwa kebakaran tersebut terjadi, PT ABC melakukan perubahan yang

sangat mendasar dalam mencegah kebakaran tersebut terulang kembali. Perubahan pertama

14
ialah perubahan kebijakan perusahaan terkait kinerja karyawannya. Salah satu kebijakan
perusahaan yang muncul pasca kebakaran tersebut ialah Zero Fire Policy dimana kinerja
mereka dalam penanganan kebakaran telah dimasukkan ke dalam KPI (Key Performance
Index) sehingga apabila manajer dan karyawan dianggap lalai dalam penanganan kebakaran,
maka mereka akan mendapatkan hukuman, seperti pengenaan denda. Perubahan kedua ialah
perusahaan mulai mengeluarkan investasi berskala besar bernilai USD 200 juta dalam
melakukan upaya pencegahan kebakaran seperti pembelian alat-alat pemadam kebakaran
paling mutakhir, pembelian helikopter yang beberapa di antaranya berfungsi untuk water
bombing, pelatihan karyawan mengenai manajemen penanggulangan kebakaran oleh trainer
ahli pemadam kebakaran terbaik, serta perbaikan metode manajemen kebakaran di semua
lini.

Perubahan terakhir dan yang paling penting ialah perusahaan mulai melaksanakan
Manajemen Penanggulangan Kebakaran Terintegrasi. Manajemen
PenanggulanganKebakaran Terintegrasi terdiri dari 4 pilar yaitu Persiapan, Deteksi Dini,
Respon Cepat, dan Pencegahan. Persiapan merupakan langkah manajemen PT ABC dalam
mempersiapkan sarana dan prasarana dalam menghadapi kebakaran seperti tim pemadam
kebakaran, helikopter, dan sebagainya. Pilar selanjutnya, deteksi dini, merupakan langkah
penanganan terhadap titik panas (hotspot) yang muncul di area lahan hutan PT ABC.

Deteksi dini dianggap hal yang krusial karena langkah ini digunakan untuk
memastikan apakah titik panas (hotspot) yang muncul di area lahan merupakan titik api
(firespot) atau bukan. Hal ini untuk mencegah penanganan yang terlambat karena apabila titik
api sudah membesar maka api sudah tidak bisa ditangani dengan mudah. Deteksi dini
dilakukan melalui menara pantau dan pos jaga di sekitar area lahan dengan bantuan fire
danger index. Pilar ketiga, respon cepat, merupakan langkah penanganan pemadaman api
oleh Regu Pemadam Kebakaran. Pilar terakhir dan yang paling penting, Pencegahan,
merupakan langkah manajemen dengan menggunakan elemen masyarakat dalam mencegah
terjadinya kebakaran lahan. Langkah ini diimplementasikan melalui program Desa
Masyarakat Peduli Api. Program Desa Masyarakat peduli api lebih intensif setelah kasus asap
terjadi. Program ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang
cara memadamkan api dan diberikan alat pemadam. MPA bisa saji informan dengan
melaporkan kalau di desa ada titik panas.

Adapun permasalahan tentang respon PT ABC atas permasalahan kasus kebakaran

15
hutan lahan yang menimpanya, PT ABC telah mengeluarkan pernyataan resmi melalui Press

Release yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 2015 dalam bentuk FAQ (Frequently
Asked Questions). Hal yang paling dasar dari press release tersebut ialah PT ABC secara

tegas menyatakan bahwa mereka tidak terkait dengan kasus asap tersebut.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemangku kepentingan adalah ‘‘semua pihak yang menjadi sasaran (alasan utama)
pengembangan perusahaan’’. (Freeman 1984) mengartikannya sebagai kelompok atau
individu manapun yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh upaya organisasi dalam
merealisasi tujuannya (any group or individual that can affect or be affected by the realisation
of a firm’s objectives).

Secara umum stakeholder dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu: Pertama, stakeholder
primer atau ‘‘Key stakeholder’’ adalah mereka yang pada akhirnyaterpengaruh baik secara
positif atau negatif oleh tindakan organisasi. Kedua, stakeholder sekunder adalah
‘‘Perantara’’, yaitu orang atau organisasi yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh
tindakan organisasi.

3.2 SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini mahasiswa mampu memahami materi dari


stakeholders dan the corporate mission. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dalam pengembangan ilmu manajemen strategi dan perusahaan dapat dengan bijak
menerapkan manajemen stakeholders serta social responsibility yang baik.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Suci, Rahayu Puji. 2015. Esensi Manajemen Strategi. Malang: Zifatama Publishing

Arie I. Chandra. 2009. Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 5 (2) : halaman 171-188

Irena Ganesha, Dwi Hartanti. 2019. Analisis Stajeholders Management PT. ABC
Terkait Kasus Kebakaran Lahan. Volume 7 (2): halaman 229-240

Anda mungkin juga menyukai