Disusun Oleh:
Dinda Fatimah
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran,
Tugas dan Strategi Stakeholders dalam Pemberdayaan dan Advokasi Masyarakat”.
Makalah disusun untuk memenuhi syarat untuk mengikuti LKO II. Selain itu saya
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
para pembaca mengenai “Peran, Tugas dan Strategi Stakeholders dalam Pemberdayaan dan
Advokasi Masyarakat”. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca
umumnya, dan saya sebagai penyusun khususnya.
Saya juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi pembelajaran
penyusun, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Stakeholders...................................................................................................3
A. Kesimpulan.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stakeholders atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemangku kepentingan
yang memiliki definisi beragam. Dari aspek semantik, menurut Hornby (1995) dikutip dalam
(Izzah, 2017) didefinisikan sebagai perorangan, organisasi dan sejenisnya yang memiliki
peran dalam bisnis industri. Sedangkan dalam implementasi program pembangunan, Race
dan Millar (2006) dikutip dalam (Izzah, 2017) mengemukakan bahwa Stakeholders
digunakan untuk mewakili definisi mengenai komunitas atau organisasi yang secara
permanen menerima dampak dari aktivitas atau kebijakan, dimana mereka berkepentingan
terhadap hasil aktivitas atau kebijakan tersebut.
Menurut bahasa Belanda, advokasi itu berasal dari kata advocaat atau advocaateur
yaitu pengacara atau pembela. Dalam bahasa Inggris, advokasi yaitu berasal dari kata to
advocate yang artinya membela.
Dalam konsep pemberdayaan masyarakat dikalangan bawah, advokasi tidak hanya membela
atau mendampingi masyarakat bawah, melainkan pula bersama-sama melakukan upaya-
upaya perubahan sosial secara sistematis dan strategis.
Advokasi mudah sekali dilakukan, asalkan saja advokasi harus terorganisir dengan baik, dan
jelas pembagian kerjanya, tak hanya itu saja bila kita siap ber-advokasi maka harus siap pula
menanggung resiko yang ada karena setiap advokasi selalu ada yang menjadi korban,
maksudnya korban disini ialah orang yang terkena masalah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Stakeholders?
2. Apa Saja Peran dan Tugas Stakeholders dalam Pemberdayaan Masyarakat?
3. Apa Saja Program yang diaplikasikan dalam rangka memberdayakan masyarakat?
4. Bagaimana Strategi Advokasi dalam Pemberdayaan Masyarakat?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi Stakeholders
2. Untuk mengetahui Peran dan Tugas Stakeholders dalam Pemberdayaan Masyarakat
3. Untuk mengetahui Program yang diaplikasikan dalam rangka memberdayakan masyarakat
4. Untuk mengetahui Strategi Advokasi dalam Pemberdayaan Masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Stakeholders
Stakeholders adalah kata yang biasa kita temukan dalam ekonomi, pendidikan dan
lainnya. Stakeholders adalah pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh bisnis. Awalnya penyebutan kata stakeholders ini
adalah istilah penyebutan bagi individu atau kelompok yang berkecimpung langsung dalam
sebuah bisnis. Namun seiring perubahan mindset banyak lembaga bisnis dan berjalannya
waktu, arti stakeholders kini mencakup banyak pihak lain. Stakeholders atau dalam Bahasa
Indonesia diartikan sebagai pemangku kepentingan yang memiliki definisi beragam. Dari
aspek semantik, menurut Hornby (1995) dikutip dalam (Izzah, 2017) didefinisikan sebagai
perorangan, organisasi dan sejenisnya yang memiliki peran dalam bisnis industri. Sedangkan
dalam implementasi program pembangunan, Race dan Millar (2006) dikutip dalam (Izzah,
2017) mengemukakan bahwa Stakeholders digunakan untuk mewakili definisi mengenai
komunitas atau organisasi yang secara permanen menerima dampak dari aktivitas atau
kebijakan, dimana mereka berkepentingan terhadap hasil aktivitas atau kebijakan tersebut.
Misalnya saja partisipasi stakeholders dalam bidang pariwisata dapat memberikan
dampak ekonomi bagi masyarakat setempat misalnya saja dari masyarakat dapat
menyediakan jasa makanan dan minuman, jasa penginapan, jasa pemandu dan jasa
penyewaan alat wisata (Amalyah et al., 2016). Ini adalah salah satu pengaruh positif dari
adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh masyarakat, dari pemberdayaan masyarakat dapat
meningkatkan kesejahteraan (Christanto, 2015), dan produktivitas masyarakat (Mahendra,
2017). Dalam setiap pemberdayaan masyarakat stakeholder lokal sangat berperan penting,
terlebih dalam pariwisata, Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) Blau (1964)
dalam (Shafieisabet & Haratifard, 2020) pemangku kepentingan lokal menentukan dukungan
mereka untuk pengembangan pariwisata tergantung pada kesan mereka tentang efek positif
atau negatifnya (Lee, 2013).
3
B. Peran dan Tugas Stakeholders dalam Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) peran diartikan sebagai seperangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki sebagai seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan di masyarakat. Dalam rujukan lain, makna peran turut
dikemukakan oleh Soerjono Soekanto. Olehnya, peran diartikan sebagai sebuah aspek
dinamis dari suatu kedudukan atau status di dalam masyarakat. Jika suatu individu memenuhi
hak serta kewajiban yang sesuai dengan kedudukan yang dimilikinya, maka dia bisa disebut
menjalankan peranannya (Saptaria & Setyawan, 2021).
11
Dari arti diatas dapat kita simpulkan bahwa Perguruan Tinggi (PT) merupakan lembaga
utama di daerah yang memiliki peran dalam mewujudkan generasi masyarakat sesuai dengan
tujuan pembangunan, oleh karenanya PT harus mudah diakses dan dapat mempertahankan
mutunya dan dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan daerah sehingga keberadaan PT
dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Peran PT dapat di tuangkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggai yang kita ketahui adalah
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Untuk pemberdayaan masyarakat dapat
diwujudkan melalui Pengabdian Masyarakat oleh PT. Dalam UU Pendidikan Tinggi No.
12/2012 bahwa unsur pengabdian masyarakat adalah salah satu dharma yang dijalankan oleh
institusi PT, Pengabdian pada Masyarakat tidaklah melekat ke dalam tugas wajib individual
dosen, namun mengamanatkannya diwujudkan oleh fungsi institusi pendidikan tinggi.
Dalam pelaksanaannya, terdapat kendala institusi dan kendala dari praktik pembelajaran
oleh dosen kepada mahasiswa, maka berbagai aspek berikut juga mengalami keterbatasan,
dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Hal yang sering terabaikan adalah
sebagai berikut:
a. Relevansi iptek dengan realitas persoalan masyarakat;
b. Kapasitas adopsi masyarakat;
c. Keuntungan bagi masyarakat;
d. Preferensi dan kebiasaan masyarakat;
Untuk pelaksanaan Pengabdian pada Masyarakat, PT harus juga memperhatikan keterkaitan
dengan Tingkat Kesiapan Teknologi yaitu dengan tiga penciri : sesuai kebutuhan (relevant),
terjangkau (affordable) dan bisa diterima (acceptable). Elfindri, dkk 2019 menerangkan
bahwa perlu adanya pencerahan tentang keterkaitan antara Program Pengabdian kepada
Masyarakat (PkM) dengan konsep Kesiapan Teknologi (TKT). Mereka menjelaskan bahwa
pengalaman mengajarkan jika para cendikiawan keliru, maka kekeliruan itu cepat menulari
publik dan meninggalkan jejak yang sulit dihapus. Contoh sederhana dari teknologi tepat
guna (TTG) yang merupakan padanan dari appropriate technology. Makna asalnya adalah
teknologi yang cocok dan berguna bagi masyarakat atau pihak lain sebagai pengguna
teknologi (technology users). Namun karena popularisasi (TTG) pada awalnya dengan
memberikan contoh berupa produk teknologi sederhana yang dibuat oleh kalangan awam
dan/atau perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan (dan masyarakat
yang secara finansial kurang beruntung lainnya), maka pemahaman publik (termasuk
mayoritas komunitas akademisi) tentang TTG menjadi sangat sempit, yakni dibatasi hanya
sebagai teknologi sederhana, tidak termasuk teknologi canggih. Ini keliru. TTG itu harusnya
12
dipahami sebagai teknologi yang (1) secara substansi sesuai dengan kebutuhan pengguna, (2)
secara finansial terjangkau dan menguntungkan, serta (3) secara sosio-kultural bisa diterima.
Pengembang teknologinya bisa siapa saja. Pengguna teknologinya bisa siapa saja. Yang
penting tiga pencirinya terpenuhi: sesuai kebutuhan (relevant), terjangkau (affordable) dan
bisa diterima (acceptable). Salah tafsir seperti pengalaman TTG ini bisa dihindari untuk kasus
pengaitan antara PkM dengan TKT. Untuk itu perlu diawali dengan memahami tentang apa
yang dimaksud dengan pengabdian kepada masyarakat dan tingkat kesiapan teknologi.
Pengabdian kepada Masyarakat dalam tulisan ini dibatasi sebagai kegiatan pengabdian
masyarakat yang dilakukan oleh komunitas akademisi di perguruan tinggi.
13
tani, sosialisasi kelompok wanita tani, penyuluhan pertanian,
3) Program Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan :
Adapun maksud dari program ini adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat,
mengembangkan sikap dan perilaku masyarakat agar mampu dalam mengatasi masalah
kesehatan. PT dapat melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat seperti
memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan kader kesehatan atau pembentukan
kelompok yang peduli terhadap kesehatan dengan program kerja berlanjut seperti kegiatan
penyuluhan posyandu, sampah rumah tangga, kebersihan diri dan lain sebagainya, pondok
bersalin, pos obat desa dan lainnya.
4) Program Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pendidikan :
Bisa diwujudkan dengan kampung inggris, seminar anti narkoba untuk anak sekolah,
pelatihan saham untuk anak sekolah, pelatihan penggunaan teknologi bagi anak sekolah
dan lainnya.
5) Program Pemberdayaan di Bidang Agama :
Bimbingan agama secara gratis, pendidikan TPA Gratis, dll
6) Program Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Hukum/Politik :
Pengenalan cara mengikuti pilkada/pilpres, pemahaman ideologi pancasila kepada kaum
milenial, Seminar pembahasan RUU,
7) Pemberdayaan Masyarakat Bidang Sosial dan Budaya : Sanggar tari, workhop Pengawasan
Dana Sosial Masyarakat, Pelatihan IT untuk aparat Desa.
14
monitoring dan mengevaluasi rencana aksi. Teknik yang dapat dilakukan, antara lain,
bersikap netral, tidak memihak, dan pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama
yang dibuat dapat berjalan serta mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi
pertukaran informasi secara terbuka di antara pihak yang terlibat, mengidentifikasi
manfaat kerjasama yang timbul, menggali kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh
pihak terlibat konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani berbagai
hambatan komunikasi.
3. Strategi Makro
Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis sosial,
maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi sosial bersama
masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah meningkatkan
kesadaran publik terhadap masalah sosial, ketidak-adilan, memobilisasi sumber daya
masyarakat untuk merubah kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan lobi
dan negosiasi agar terjadi perubahan di bidang hukum, termasuk melakukan class
action.
Pilihan strategi juga ditentukan oleh pendekatan advokasi yang dipilih. Dalam teori
advokasi, ada tiga pendekatan utama (Miller and Convey, 1997), yaitu:
1. Pendekatan untuk kepentingan umum (Advocacy for)
Untuk melakukan pendekatan ini, harus menggunakan kaum professional dan pelobi
yang ahli untuk melakukan advokasi, karena sistem politiknya terbuka dan adil.
Sehingga, semua orang bisa mempengaruhi kebijakan publik. Masyarakat miskin dan
kelompok kalangan bawah hanya tidak memiliki kesempatan untuk ini, sehingga para
professional hukum bisa melakukannya untuk mereka;
2. Pendekatan tindakan yang dilakukan warga negara (advocacy with).
Pendekatan menekankan pada ketidak-adilan sistem pengambilan keputusan politik
dan ketidak-seimbangan kekuasaan yang ada di dalamnya. Sehingga, diperlukan
tindakan masyarakat selaku warga negara untuk mendesakkan kepentingannya dalam
penentuan kebijakan publik dan ;
3. Pendekatan transformasi (advocacy by)
Pendekatan ini dilakukan melalui pendidikan untuk mengembangkan alat berpikir
kritis. Banyak sekali kendala yang dihadapi dalam melakukan pekerjaan sosial ini
karena salah satunya ialah lembaganya merupakan sistem sosial yang selalu
merendahkan kelompok minoritas tertentu. Dengan memberikan respon yang baik
kepada semua orang yang datang ke lembaga secara adil akan mengurangi
15
diskriminasi.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam meningkatkat taraf hidup masyarakat, stakeholders maupun stokeholders
harus saling bekerjasama dengan masyarakat. Pemberdayaan tidak akan berjalan efektif
dan efisien, tidak berjalan maksimal apabila kerjasama antara pihak yang berkepentingan
tidak dapat terjalin. Jalinan kerjasama juga didasari dari komunikasi yang baik, tidak
memberatkan salah satu pihak, saling menguntungkan dan memberikan dampak yang
lebih luas dengan keberlanjutan pemberdayaaan berikutnya. Dengan karakteristik yang
dimiliki oleh masing-masing stakeholder berdasarkan tingkatan kekuasaan, dapat saling
menunjang kebutuhan dan tantangan sosial dan ekonomi lokal hingga nasional. Peran
stakeholder seperti Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Pengusaha, dan
Perguruan Tinggi dapat saling bersinergi dalam menjawab tantangan tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amalyah, R., Hamid, D., & Hakim, L. (2016). Peran Stakeholder Pariwisata Dalam
Pengembangan Pulau Samalona Sebagai Destinasi Wisata Bahari. Jurnal Administrasi
Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 37(1), 158–163.
Budiman, A., & Samani, M. (2021). The Development of Direct-Contextual Learning:
A New Model on Higher Education. International Journal of Higher Education,
10(2), 15–26. https://doi.org/doi:10.5430/ijhe.v10n2p15
Rifai, M., Masitoh, S., Bachri, B. S., Setyawan, W. H., Nurdyansyah, N., &
Puspitasari, H. (2020). Using Electronic Design Automation and Guided
Inquiry Learning Model in Higher Engineering Education. Universal Journal of
Educational Research, 8(7), 2946–2953. https://doi.org/10.13189/ujer.2020.080723
https://www.gramedia.com/literasi/stakeholder/
https://greatdayhr.com/id-id/blog/program-pemberdayaan-masyarakat/
18
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pemerintah-terus-perkuat-
umkm- melalui-berbagai-bentuk-bantuan/
https://belajarkreatif.org/contoh-pemberdayaan-masyarakat-di-bidang-
pertanian- yang-bisa-dilakukan/
https://www.kosngosan.com/2020/10/contoh-pemberdayaan-masyarakat.html
https://padana.id/2020/08/stakeholder-teman-tumbuh-masyarakat/
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat ; sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat (Edisi Revisi 2012),
19