Disusun Oleh
Kelompok 3:
1. Rizky Hana Ramadan ( 12405183369 )
2. Miftakhul Akmalil Afryan ( 12405183370 )
3. Riska Bica Indriyani ( 12405183380 )
4. Iqlima Isnaini ( 12405183381 )
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang hubungan pemangku
kepentingan, konsumen sebagai pemangku kepentingan, tanggung jawab sosial
dan lingkungan perusahaan. Tidak ketinggalan sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga beliau, sahabat-
sahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti dan meneruskan jejak langkah
beliau hingga hari kiamat.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, tidak lupa terima kasih kami
ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Maftuhin, M.Ag, selaku rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung
2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam
3. Bapak Nur Aziz Muslim, M.H.I, selaku Kepala Jurusan Manajemen
Bisnis Syariah
4. Bapak Kus Irawan Prabowo, M.Pd selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan pengarahan sehingga makalah dapat terselesaikan.
5. Serta semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah
ini
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Dan jika terdapat
kesalahan kata pada penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya, serta mengharap kritik dan saran supaya kelemahan dan kekurangan
dalam pembuatan makalah ini tidak sampai terulang pada pembuatan makalah
berikutnya.
Hal Sampul
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berbisnis, tentunya kita memiliki aturan, tata cara, pedoman yang
sering disebut sebagai etika bisnis. Dalam pelaksanaannya etika sangat
diperlukan, yaitu sebagai acuan, alat pengontrol, pengendali dalam menentukan
sikap dan keputusan yang akan diambil oleh para pemilik kepentingan
(stakeholder).
Dan oleh sebab itu di makalah ini kita akan membahas mengenai apa itu
hubungan antar pemilik kepentingan, dana apa tanggung jawab sosial terhadap
lingkungan yang harus dilakukan oleh setiap pemilik kepentingan atau
stakeholder.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
Stakeholder adalah istilah Bahasa Inggris yang pertama kali muncul dalam
Stanford Research Institute (SRI) (memorandum atau surat resmi yang
dikeluarkan oleh Stanford Research Institute) pada tahun 1960. Menurut SRI
stakeholder adalah “ those groups without whose support the organization
would cease to exist.1 Maksudnya yaitu stakeholder adalah sebuah kelompok
atau grup yang apabila tidak memiliki dukungan dari pihak lain ( organisasi,
kelompok, masyarakat, atau indvidu ), tujuan dari kelompok tersebut tidak
akan dapat tercapai.
1
Francisco Gonzales, Values and Ethics For The 21st Century, ( USA: BBVA, 2011 ), hal. 364
2
K Bertens, Pengantar Etika Bisinis, ( Yogyakarta: Kanisius, 2000 ), hal. 163
3
Joseph W. Weiss, Business Ethics A Stakeholder and Issues Management Aprproach, ( San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher, 2014 ), hal. 4
pelanggan, pemegang saham atau investor, pemasok atau supplier, dan menejer
yang mengembangkan strategi untuk kesuksesan).4
4
Ferrell, dkk. Business Ethics: Ethical Decision Making and Cases, (South Western: Cengage
Learning, 2011), hal.30
5
Ibid, hal. 33
6
Ibid, hal. 34
pesaing,dapat mengakibatkan berpindahnya pelanggan pesaing menjadi
pengguna produk perusahaan.
C. Peran Stakeholder
Menurut Nugroho (2014, hal. 16-17) dalam penelitian Ali dkk, stakeholder
dalam program pembangunan diklasifikasikan berdasarkan peranannya, antara
lain:7
7
Fitri Handayani dan Hardi Warsono, Analisis Peran Stakeholder Dalam Pengembanan Objek
Wisata Pantai Karang Jahe dI Kabupaten Rembang, dalam http://www.fisip.undip.ac.id, diakses
pada 11 September 2019
8
Joseph W. Weiss, Business Ethics A Stakeholder and Issues Management Aprproach, ( San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher, 2014 ), hal. 271
Oleh karena itu sebuah perusahaan harus menerapkan etika dalam
berbisnis, menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
sesuai keinginan, dan tentunya memberikan manfaat bagi konsumen.
Pada tahun 1985 majelis umum PBB membuat kerangka kerja atau
kebijakan untuk melindungi hak - hak konsumen di seluruh dunia,
diantaranya:9
3. Hak untuk memilih: untuk dapat memilih dari berbagai produk dan layanan,
ditawarkan dengan harga yang kompetitif, dengan jaminan kualitas yang
memuaskan.
5. Hak untuk memenuhi kebutuhan dasar: untuk memiliki akses ke barang dan
layanan pokok, makanan yang cukup, pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan, pendidikan dan sanitasi.
6. Hak untuk mendapatkan ganti rugi: untuk menerima penyelesaian yang adil
atas klaim yang adil, termasuk kompensasi untuk pemilihan yang keliru,
barang-barang jelek atau layanan yang tidak memuaskan.
9
Joseph W. Weiss, Business Ethics A Stakeholder and Issues Management Aprproach, ( San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher, 2014 ), hal. 272-273
meyakinkan tentang barang dan jasa sambil menyadari hak-hak dasar dan
tanggung jawab konsumen dan bagaimana menindaklanjutinya.
8.Hak atas lingkungan yang sehat: untuk hidup dan bekerja di lingkungan yang
tidak mengancam kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang.
10
perusahaan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah tersebut di kucilkan
oleh masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat Eropa dan Amerika Serikat
memboikot produk sepatu Nike karena Nike di Asia dan Afrika di beritakan
memperkejakan anak di bawah umur. Selain itu, di kalangan dunia
perbankan di Eropa telah memasukkan persyaratan penerapan prinsip GCG
dan CSR dalam kebujakan pemberian kredit, terutama bagi perusahaan yang
bergerak dalam bidang perkebunan dan pertambangan.11
Trend global ini juga masuk ke pasar modal, hal ini terlihat dari indeks
saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh
di New York Stock Exchange sejak tahun 1999 telah membentuk Dow
Jones Sustainabilityi indeks (DJSI) yang ditunjukan bagi saham-saham
perusahaan yang di kategorikan memiliki nilai corporate Sustainabilityi
dengan salah satu kriterianya adalah menerapkan CSR. Begitu pula dengan
London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment
(SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki
FTSE4 Good sejak 2001. Inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa saham
Asia, seperti di Hanseng Stock Exchange dan Singapore Stock Exchange.
Dengan adanya kebijakan memasukan persyaratan CSR ke dalam penetapan
indeks saham, telah memacu investor global seperti perusahan dana pensiun
dan asuransi menanamkan investasinya pada perusahaan-perusahaan yang
sudah masuk dalam indeks tersebut.
Berkaitan hal tersebut, Hangsung Jang sebagai guru besar pada Kores
University mmenjelaskan bahwa isu seputar Corporate Governance tidak
hanya berkaitan dengan masalah bisnis dan ekonomi, tetapi lebih luas
daripada itu, yaitu mencakup aspek sosial dan politik. Menurutnya, melalui
konsep Corporate Governance akan membantu mendorong transparansi dan
akuntabilitas komunitas bisnis, dan akan memberikan keuntungan secara
keseluruhan bagi masyarakat. Hasung juga menjelaskan bahwa penguatan
11
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Valuntary Menjadi Mandotory, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 198
corporate governane adalah salah satu cara untuk memperkuat demokrasi
dan transparansi dalam masyarakat ekonomi pasar.12
Berkaitan hal tersebut, dalam konteks global tidak salah isu yang paling
banyak dibicarakan saat sekarang ini yaitu keterkaitan antara GCG dan
CSR. Para ahli mengibaratkannya dengan dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Yang membedakannya adalah dari
segi penekanannya saja, kalau CSR penekanannya pada prinsip
responsibility (tanggung jawab) kepada kepentingan stakeholders. Disini
perusahaan harus berusaha menciptakan nilai tambah dari produk dan jasa
bagi stakeholders, serta memelihara kesinambungan dari nilai tambah yang
diciptakan tersebut. Dengan kata lain, CSR lebih mencerminkan
stakeholders driven concept. Sedangkan GCG lebih memberikan penekanan
terhadap kepentingan pemegang saham yang didasarkan pada prinsip
fairness, transparency, accountability. Dengan kata lain GCG lebih
mencerminkan stakeholders driven concept.
12
iIbid, hal. 190- 192
13
Ibid, hal 193- 195
Dalam penerapan prinsip responsibility dalam makna CSR sebagai salah
satu prinsip GCG, dimana perusahaan harus memerhatikan beberapa
kepentingan stakeholders sebagai pemegang saham public, yakni :14
14
Ibid, hal. 196-200
manajemen justru melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan
umum, maka yang terjadi adalah memaksimalisasi keuntungan secara ilegal.
Bila pihak manajemen dihadapkan dengan kondisi seperti ini, sudah barang
tentu ia akan memilih melakukan tindakan yang kedua, yaitu melakukan
tindakan ilegal demi memaksimalkan keuntungan perusahaan, sehingga
yang rugi adalah stakeholders.
15
Ibid, hal. 204
ekonomi, maupun sanksi moral. Kondisi ini merupakan salah satu faktor
pendorong yang menyebabkan manajemen perusahaan cendurung untuk
lebih sering bertindak ilegal. Namun, bukan berarti kemudian doktrin ini
tidak mempunyai kelebihan, karena doktrin fiduciary duties akan membatasi
kebebasan direksi dalam bertindak.
Apa yang dijelaskan oleh Elhauge tentang doktrin fiduciary duties dalam
hukum perusahaan Amerika Serikat ini dapat disandingkan dengan doktrin
piercing the corporate veil yang bertujuan untuk meniadakan tanggung
jawab shareholders dalam kondisi-kondisi tertentu, terutama dalam hal
tindakan dan keinginan para pemegang saham yang melanggar hukum.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tindakan demi melindungi
kepentingan umum yang dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap
doktrin fiduciary duties, karena pihak manajemen lalai dalam
melaksanakan tugasnya. Dan sebaliknya pihak shareholders juga tidak bisa
secara terus-menerus berlindung dari berbagai macam sanksi hukum,
ekonomi, dan moral, walaupun memiliki keingan untuk melanggar hukum
demi mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan menggunakan
perusahaan sebagai medianya.
16
Ibid, hal. 279
keseimbangan, tetapi juga menyatakan keberpihakannya pada kepentingan
bangsa yang didasarkan pada partisipasi, transparansi dan akuntabilitas
serta asas keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Gonzales, Francico. 2011. Values and The Ethics for The 21 st Century. USA:
BBVA
Ferrel, dkk. 2011. Business Ethics: Ethical Decision Making and Cases. South
Western: Cengange Learning