Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

“Peranan Stakeholders, Kreditur, dan CSR”

Dosen Pengajar:

Hamdani, SE, M.Si, Ak.

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Arsuni 1610313610012

Nurul Huda Syarkawi 1810313420020

Muhammad Iqbal 1610313610052

S-1 AKUNTANSI REGULER B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Good Corporate
Governance.Makalah ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik dan lancar
berkat bantuan dari sahabat, keluarga, dan orang terdekat. Kami menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan sehingga perlu dibenahi. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
makalah ini, agar makalah ini dapat berguna serta bermanfaat bagi pengembangan
wawasan kedepannya.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

Banjarmasin, 15 November 2019

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................i

Daftar isi ............................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan ...........................................................................................1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................2

1.3. Tujuan ................................................................................................2

Bab II Pembahasan ..........................................................................................3

2.1 Pengertian Stakeholders ....................................................................3


2.2 Jenis, Peran, Fungsi Stakeholders.......................................................5
2.3 Strategi Pengelolaan Stakeholders......................................................10
2.4 Perkembangan Toeri Stakeholders.....................................................10
2.5 Konflik Kepentingan Stakeholders.....................................................11
2.6 Pengertian Corporate Social Responsibility.......................................11
2.7 Ruang Lingkup CSR...........................................................................12
2.8 Hubungan CSR dan GCG...................................................................15
2.9 Argumen yang Menentang CSR.........................................................16

Bab III Penutup.................................................................................................20

3.1 Kesimpulan ........................................................................................20


3.2 Saran ..................................................................................................20

Daftar Pustaka

ii
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kultur perusahaan sebelum tahun 90-an didominasi oleh cara berpikir dan

perilaku ekonomi yang bersifat mencari keuntungan semata (profitoriented).

Entitas bisnis hanya mementingkan kepentingan stakeholders internal tanpa

memperhatikan kepentingan masyarakat yang juga termasuk dalam

stakeholders, sehingga terjadi hubungan yang kurang harmonis antara

perusahaan dan masyarakat sekitar. Beberapa perusahaan mendapatkan kritik

keras karena telah menciptakan masalah 1ocial dan lingkungan, seperti

polusi, penyusutan sumber daya alam, limbah dan keamanan produk yang

tidak terjamin, hak dan status karyawan, keselamatan kerja dan lain-lain. Oleh

sebab itu, masyarakat sebagai salah satu stakeholders perusahaan menuntut

perusahaan untuk lebih memperhatikan dampak 1ocial dan lingkungan

sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial perusahaan.

Tanggung Jawab Sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)

merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada

pemangku kepentingan (stakeholders). Pemangku kepentingan dalam hal ini

adalah orang atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh

berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan (Post et.al, 2002

dalam Solihin, 2009;52). Menurut The World Best Business Council for

Sustainable Development (WBCSD), Corporate Social Responsibility (CSR)

didefinisikan sebagai komitmen untuk memberikan kontribusi bagi 2

1
pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerja sama dengan para

karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat

maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan

cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun pembangunan.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan diuraikan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan Stakeholders, Kreditur, dan CSR didalam Good

Corporate Governance ?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui peranan fungsi dari Stakeholders, Kreditur dan

CSR didalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik ?

2
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Stakeholders


Stakeholder adalah semua pihak dalam masyarakat, baik individu,

komunitas atau kelompok masyarakat, yang memiliki hubungan dan

kepentingan dalam suatu organisasi/perusahaan dan isu/masalah yang

diangkat.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia, arti dari stakeholder kepentingan

adalah pemangku kepentingan atau pihak yang berkepentingan. Stakeholder

adalah bagian penting dari sebuah organisasi yang memiliki peran aktif dan

pasif dalam mengembangkan tujuya. Stakeholder dapat ditemukan di mana-

mana, terutama dalam kegiatan bannisnis sehingga masing-masing

perusahaan tidak lepas dari keberadaan tokoh-tokoh penting ini. Kehadiran

stakeholder dalam kegiatan bisnis akan diperlukan untuk membantu

mengembangkan tujuan perusahaan. Namun, tidak semua stakeholder akan

memiliki pengaruh positif terhadap perusahaan.


Stakeholder dalam bisnis atau perusahaan termasuk pemegang saham,

karyawan, staf, karyawan, pemasok, distributor, dan konsumen. Bahkan,

pesaing perusahaan juga bisa disebut sebagai stakeholder karena akan

memengaruhi stabilitas perusahaan.


Agar lebih memahami mengena arti stakeholder, maka kami sajikan

beberapa pendapat para ahli sebagai berikut:


1. Menurut ISO 2600 SR
Stakeholder adalah individu atau kelompok yang memiliki minat dalam

keputusan dan kegiatan organisasi.


2. Menurut AA1000 SES

3
Stakeholder adalah kelompok yang dapat mempengaruhi dan / atau

dipengaruhi oleh kegiatan, produk atau layanan, dan kinerja suatu

organisasi.
3. Menurut Wibisono
Stakeholder adalah orang atau kelompok yang memiliki minat

langsung / tidak langsung yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi

oleh kegiatan dan keberadaan perusahaan.


Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai

pendapat mengenai stakekholder ini. Beberapa defenisi yang penting

dikemukakan seperti Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder

sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi dan atau

dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998)

secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu

kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering

diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagimana dikemukakan Freeman

(1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder terhadap

issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting dan pengaruh yang

dimiliki mereka.
Istilah ‘pemangku kepentingan’ (stakeholders) merujuk kepada semua

pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan perusahaan. Oleh

karena itu, teori pemangku kepentingan (stakeholders) menjadi relevan untuk

menjelaskan pengembangan CG serta CSR di perusahaan. Gray et al (2001)

dalam Ismurniati (2010) menyatakan bahwa stakeholder adalah : pihak-pihak

yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat

dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, para stakeholder antara lain

masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal dan lain-lain.”

4
Freeman dan Reed dalam Solihin(2008:51) menempatkan para pemangku

kepentingan dalam sebuah grid denganmenggunakan dua dimensi.


Freeman dan Reed mengajukan geradi (grid) pemangku kepentingan

kontemporeryang menunjukan realitas pemangku kepentingan masa kini,

dimana stake(interest/claim – kepentingan) yang dimiliki oleh pemangku

kepentingan tidak selalukongruen dengan sumber kekuasaan yang dimiliki

pemangku kepentingan (Solihin,2008:52). Contohnya adalah pemerintah

yang secara tradisional hanya memiliki kepentingan sebagai influencer

(pemberi pengaruh pada perusahaan), saat ini juga memiliki kekuasaan yang

bersumber dari kekuatan voting selain kekuasaan yang bersikap politis.


2.2 Jenis, Peran, dan Fungsi Stakeholders
A. Jenis-jenis Stakeholders
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap

suatu issu stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok yaitu

stakeholder primer, sekunder dan stakeholder kunci . Sebagai gambaran

pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program, dan proyek

pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok stakeholder seperti berikut :


1. Stakeholder Utama (primer)
Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan

kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan

proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses

pengambilan keputusan.
Beberapa contoh stakeholder utama adalah:
• Masyarakat dan Tokoh Masyarakat; masyarakat adalah mereka

yang akan terkena dampak dan mendapat manfaat dari kebijakan,

proyek, dan program. Sedangkan tokoh masyarakat adalah anggota

masyarakat yang dianggap sebagai aspirasi masyarakat.


• Manajer Publik; lembaga publik yang memiliki tanggung jawab

dalam mengambil keputusan dan implementasinya.

5
2. Stakeholder Pendukung (sekunder)
Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak

memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan,

program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan

keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap

sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.


Beberapa contoh stakeholder sekunder adalah:
• Instansi pemerintah di daerah tertentu tetapi tidak memiliki

tanggung jawab langsung


• Instansi pemerintah yang menangani masalah, tetapi tidak memiliki

otoritas langsung dalam mengambil keputusan


• Organisasi non-pemerintah lokal (LSM) yang bergerak di bidang

dampak, rencana, atau manfaat yang akan muncul


• Universitas, yang merupakan kelompok akademis berpengaruh

dalam proses pengambilan keputusan pemerintah


• Pengusaha atau Badan Usaha yang terkait dengan permasalahan
3. Stakeholder Kunci
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan

secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang

dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi.

Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek

level daerah kabupaten.


Misalnya, stakeholder kunci dari suatu proyek di kabupaten:
• pemerintah Kabupaten
• DPR Kabupaten
• Kantor yang bertanggung jawab atas proyek tersebut
Sedangkan dalam dunia bisnis, pembagian kelompok Stakeholder dapat

dibagi menjadi dua, yaitu Stakeholder Internal dan Stakeholder Eksternal.

Pihak-pihak yang termasuk dapat dilihat pada tabel berikut:

6
B. Peran dan Fungsi Stakeholder
Stakeholder dalam aktivitas bisnis memiliki peran yang berbeda sesuai

dengan fungsi dan tugas masing-masing, tetapi memiliki tujuan yang sama

untuk mengembangkan perusahaan dalam aktivitas bisnis. Peran beberapa

stakeholder adalah sebagai berikut:


1. Pemegang Saham / Pemilik
Pemegang saham bertindak sebagai investor yang menyediakan modal

untuk menjalankan perusahaan. Pemegang saham juga bertindak

sebagai pengawas di perusahaan untuk mengamati kinerja karyawan

serta kondisi keuangan dalam perusahaan.


2. Karyawan
Kinerja perusahaan akan sangat tergantung pada kinerja sumber daya

manusia di dalamnya. Karyawan memiliki peran penting dalam bisnis

di mana mereka adalah orang-orang yang secara langsung terkait

dengan proses produksi. Kondisi yang nyaman dan harmonis di antara

karyawan akan menghasilkan kerja sama yang baik dengan

mengesampingkan minat masing-masing.


3. Pemasok (Supplier)
Pemasok berperan dalam menyediakan bahan baku yang akan

digunakan untuk produksi. Jika ada keterlambatan pasokan bahan baku,

7
itu akan mengganggu proses produksi yang akan berdampak pada

proses pemasaran dan distribusi.


4. Konsumen
Konsumen bertindak sebagai pengguna dan pengamat hasil produk dari

suatu perusahaan. Produk terlaris yang dipasarkan sangat bergantung

pada selera orang sehingga saran konsumen sangat penting bagi

kemajuan perusahaan.
5. Bank (Creditor)
Individu atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman kepada

pengusaha. Secara umum, kreditor memberikan pinjaman dengan

kondisi tertentu untuk menjamin bahwa uang mereka akan

dikembalikan tepat waktu dan prestasi mereka.


6. Konsumen
Perusahaan hanya dapat berjalan jika mereka menargetkan konsumen

sebagai pengguna produk atau layanan yang dijual. Untuk mendapatkan

konsumen, perusahaan harus menyediakan produk terbaik dengan harga

yang wajar.
7. Pesaing (Competitor)
Persaingan bisnis harus terjadi di semua industri. Pesaing langsung

adalah perusahaan yang memiliki produk / layanan yang sama di

industri tertentu, seperti Toyota dan Honda.


8. Pemerintah
Pihak-pihak yang memiliki wewenang dan kekuasaan untuk

mengeluarkan izin dilakukan. Masyarakat yang masih kental dengan

kegiatan KKN mungkin saja gagal atau memfasilitasi rencana yang

disiapkan oleh perusahaan.


2.3 Strategi Pengelolaan Stakeholders
Terdapat dua macam strategi pengelolaan stakeholder, yaitu;
1. Strategi aktif, apabila perusahaan berusaha mempengaruhi hubungan

organisasinya dengan stakeholder yang dipandang berpengaruh/penting.

8
2. Strategi pasif, jika perusahaan cenderung tidak terus menerus

memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari

strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder


2.4 Perkembangan Teori Stakeholders
Perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk

pendekatan perusahaan dalam melakukan aktifitas usaha. Ada dua bentuk

dalam pendekatan stakehoder menurut Budimanta dkk, 2008 yaitu;


1. old-corporate relation
Pendekatan ini menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas

perusahaan secara terpisah dimana setiap fungsi dalam sebuah

perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa adanya kesatuan diantara

fungsi-fungsi tersebut. Hubungan antara bagian tanpa koordinai. Bagian

produksi hanya berkutat bagaimana memproduksi barang sesuai dengan

target, dan bagian pemasaran hanya bekerja berkaitan dg konsumenya

tanpa mengadakan koordinasi satu dengan yang lainya. Hubungan

antara pemimpin dengan karyawan dan pemasok pun berjalan satu arah.
Hubungan dengan pihak di luar perusahaan bersifat jangka pendek dan

hanya sebatas hubungan transaksional saja tanpa ada kerjasama untuk

menciptakan kebermanfaatan bersama.


2. new-corporate relation
Pendekatan New-corporate relation menekankan kolaborasi antara

perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya. Hubungan perusahaan

dengan internal stakeholders dibangun berdasarkan konsep

kebermanfaatan yang membangun kerjasama untuk bisa menciptakan

kesinambungan usaha perusahaan. Hubungan dengan stakeholder di

luar perusahaan bukan hanya bersifat transaksional dan jangka pendek

namun lebih kepada hubungan yang bersifat fungsional yang bertumpu

pada kemitraan. Perusahaan tidak lagi menempatkan dirinya diposisis

9
paling atas sehingga perusahaa mengeksklusifkan dirinya dari para

stakeholder . Arah dan tujuan pola hubungan selain untuk menghimpun

keuntungan juga berusaha untuk bersama-sama membangun kualitas

kehidupan external stakholders


2.5 Konflik Kepentingan Stakeholders
1. Potensi konflik antara pemilik perusahaan dan kreditor.
2. Hal yang paling besar kemungkinan terjadi yakni masalah kepercayaan

(trust).
3. Potensi konflik antara pemilik dan pegawai.
4. Konflik antara pemilik modal dengan pengelola ( management)
2.6 Pengertian CSR
Definisi CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau

konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan

tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan

sekitar di mana perusahaan itu berada.


Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari

melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu,

pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk

desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat

banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut

berada.
Walaupun konsep CSR dewasa ini sangat popular, namun belum dijumpai

keseragaman dalam mendefinisikan konsep CSR. Istilah CSR diperkenalkan

pertama kali dalam tulisan Social Responsibility of the Bussinessman tahun

1953. CSR digagas Howard Rothman Browen untuk mengeleminasi

keresahan dunia bisnis. CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan

menintregasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka. CSR bisa

dikatakan komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk

10
berprilaku seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan

keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.

Dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder)

berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.


2.7 Ruang Lingkup CSR
Pada dasarnya CSR bukanlah entitas departemen atau divisi yang sifatnya

parsial, atau hanya berfungsi dalam pendongkrakan citra sebagi bagian dari

jurus jitu marketing perusahaan, sehingga nilai perusahaan dimata

stakeholders lain khusunya masyarakat menjadi positif.


Pada hakikatnya CSR adalah nilai atau jiwa yang melandasi aktivitas

perusahaan secara umum, dikarenakan CSR menjadi pijakan komperhensif

dalam aspek ekonomi, sosial, kesejahteraan dan lingkungan. Tidak etis jika

nilai CSR hanya diimplementasikan untuk memberdayakan masyarakat

setempat, disisi lain kesejahteraan karyawan yang ada di dalamnya tidak

terjamin, atau perusahaan tidak disiplin dalam membayar pajak, suburnya

praktik korupsi dan kolusi, atau mempekerjakan anak.


Dalam aspek lingkungan misalnya, terdapat perusahaan-perusahaan yang

berkontribusi dalam pencemaran terhadap alam, melakukan pemborosan

energi, dan bermasalah dalam limbah. Bagaimanapun semua aspek dalam

perusahaan, baik ekonomi, sosial, kesejahteraan dan lingkungan tidak bisa

lepas dari koridor tanggungjawab sosial perusahaan. Oleh karena itu dalam

CSR tercakup didalamnya empat landasan pokok yang antara satu dengan

yang lainnya saling berkaitan (Tanari, 2009), diantaranya:


1. Landasan pokok CSR dalam aktivitas ekonomi, meliputi:
- kinerja keuangan berjalan baik
- investasi modal berjalan sehat
- kepatuhan dalam pembayaran pajak
- tidak terdapat praktik suap/korupsi
- tidak ada konflik kepentingan
- tidak dalam keadaan mendukung rezim yang korup

11
- menghargai hak atas kemampuan intelektual/paten
- tidak melakukan sumbangan politis/ lobi
2. Landasan pokok CSR dalam isu lingkungan hidup, meliputi:
– tidak melakukan pencemaran
– tidak berkontribusi dalam perubahan iklim
– tidak berkontribusi atas limbah
– tidak melakukan pemborosan air
– tidak melakukan praktik pemborosan energi
– tidak melakukan penyerobotan lahan
– tidak berkontribusi dalam kebisingan
– menjaga keanekaragaman hayati
3. Landasan pokok CSR dalam isu sosial, meliputi:
– menjamin kesehatan karyawan atau masyarakat yang terkena dampak
– tidak mempekerjakan anak
– memberikan dampak positif terhadap masyarakat
– melakukan proteksi konsumen
– menjunjung keberanekaragaman
– menjaga privasi
– melakukan praktik derma sesuai dengan kebutuhan
– bertanggungjawab dalam proses outsourcing dan off-shoring
– akses untuk memperoleh barang-barang tertentu dengan harga wajar
4. Landasan pokok CSR dalam isu kesejahteraan
– memberikan kompensasi terhadap karyawan
– memanfaatkan subsidi dan kemudahan yang diberikan pemerintah
– menjaga kesehatan karyawan
– menjaga keamanan kondisi tempat kerja
– menjaga keselamatan dan Kesehatan Kerja
– menjaga keseimbangan kerja/hidup
Landasan diatas memberikan sebuah gambaran bahwa CSR bukanlah hal

yang parsial, melainkan suatu urusan yang komperhensif. Tidak tepat jika

perusahaan hanya fokus pada aspek lingkungan hidup, namun abai dalam

aspek kesejahteraan karyawan dan ketidakseimbangan antar aspek lainnya.

Oleh karena itu poin-poin diatas bisa dijadikan sebagai indikator sejauhmana

keseriusan perusahaan dalam menerapkan CSR.


Selain aspek diatas, kesungguhan perusahaan dalam menerapkan CSR bisa

juga diukur dengan menggunakan indikator Piramida CSR. Tujuannya adalah

untuk mengetahui berada pada tipe apa perusahaan dalam menerapkan CSR,

apakah hanya fokus pada tanggungjawab secara ekonomi lalu menegasikan

kebutuhan masyarakat lokal, baru pada tataran mematuhi aturan hukum, atau

12
memang sudah berada dalam tingkat tertinggi yaitu tanggungjawab etis,

mempraktekkan CSR secara komperhensif.


2.8 Hubungan CSR dan GCG
Good Corporate Governance (GCG) ialah suatu sistem, dan perangkat

peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang terkait dengan

perusahaan (stakeholders). Terdapat lima prinsi GCG yaitu:


1. Transparency (Keterbukaan Informasi)
2. Accountability (Akuntabilitas)
3. Responsibility (Tanggung Jawab)
4. Independency (Kemandirian)
5. Fairness (Kesetaraan dan kewajaran)
Prinsip Responsibility mempunyai hubungan yang paling dekat dengan

CSR. Prinsip ini memberikan penekanan yang lebih terhadap stakeholders

perusahaan (stakeholders-driven concept).


Prinsip yang lain lebih fokus ke shareholders-driven concept.

2.9 Argumen yang Menentang CSR


Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar – besarnya.
1. Perhatian perusahaan menjadi terbagi – bagi dan tidak fokus.
2. Biaya keterlibatan social
3. Kurangnya tenaga terampil dalam bidang kegiatan sosial.
4. Kebutuhan dan harapan masyarakat yang berubah.
5. Terbatasnya sumber daya alam.
6. Lingkungan sosial yang lebih baik.
7. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan.
8. Bisnis mempunyai sumber – sumber daya yang berguna.
9. Keuntungan jangka panjang.
2.10 Manfaat CSR
CSR timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan

jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. Manfaat

bagi masyarakat dan keuntungan bagi perusahaan.


Manfaat bagi masyarakat dan perusahaan itu sangat bagus dengan adanya

CSR ini, karena didalam CSR ini terdapat point-point seperti :


- Pengembangan Ekonomi
Misalnya kegiatan dibidang pertanian, peternakan, koperasi dan Usaha

Kecil Menengah (UKM).


- Kesehatan dan Gizi Masyarakat

13
Misalnya penyuluhan, pengobatan, pemberian gizi bagi balita, program

sanitasi masyarakat dan sebagainya.


- Pengelolaan Lingkungan
Misalnya penanganan limbah, pengelolaan sampah rumah tangga,

reklamasi dan penanganan dampak lingkungan lainnya.


- Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan
Misalnya pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi dan siswa tidak

mampu, magang atau job training, studi banding, peningkatan

keterampilan, pelatihan dan pemberian sarana pendidikan.


- Sosial, Budaya, Agama dan Infrastruktur
Misalnya kegiatan bakti sosial, budaya dan keagamaan serta perbaikan

infrastruktur di wilayah masyarakat setempat.


Dari point-point tersebut jadi bisa diambil kesimpulan bahwa manfaat CSR

bagi masyarakat itu ialah


1. Masyarakat jadi lebih mudah dalam mendapatkan haknya sesuai dengan

sila ke-4 Pancasila,


2. Dapat membantu masyarakat apabila ingin melakukan kegiataan

perekonomian,
3. Meningkatkan tingkat kesehatan,
4. Mengurangi tingkat penggangguran dan,
5. Mengurangi tingkat putus sekolah masyarakat.
Kemudian manfaat bagi perusahaan adalah
1. Perusahaan lebih mudah mengalokasikan dana yang mengendap melalui

kegiatan pemberian kredit bagi masyarakat yang ingin melakukan

kegiatan ekonomi seperti (KUR);


2. Dapat meningkatkan penghasilan perusahaan juga, sebab apabila taraf

hidup masyarakat maju maka daya beli masyarakat juga akan

bertambah, hal ini yang akan dapat meningkatkan penghasilan bagi

perusahaan;
3. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek

perusahaan;
4. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial;
5. Mereduksi resiko bisnis perusahaan;
6. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha;

14
7. Membuka peluang pasar yang lebih luas;
8. Mereduksi biaya misalnya terkait dampak lingkungan;
9. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders;
10. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan;
11. Peluang mendapatkan penghargaan.
Lalu jika dikelompokkan, sedikitnya ada empat manfaat CSR terhadap

perusahaan:
1. Brand differentiation.
Dalam persaingan pasar yang semakin kompetitif, CSR bisa

memberikan citra perusahaan yang khas, baik dan etis di mata publik

yang pada gilirannya menciptakan customer loyalty. The Body Shop dan

BP (dengan bendera “Beyond Petroleum”-nya), seiring dianggap sebagai

memiliki image unik terkait isu lingkungan.


2. Human resources.
Program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru,

terutama yang memiliki kualifikasi tinggi. Saat interview, calon

karyawan yang memiliki pendidikan dan pengalaman tinggi sering

bertanya tentang CSR dan etika bisnis perusahaan, sebelum mereka

memutuskan menerima tawaran. Bagi staf lama CSR juga dapat

meningkatkan persepsi, reputasi dan dedikasi dalam bekerja.


3. License to operate.
Perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong pemerintah dan

publik memberi ”izin” atau ”restu” bisnis, karena dianggap telah

memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan

masyarakat luas.
4. Risk management.
Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan.

Reputasi perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam

sekejap oleh skandal korupsi, kecelakaan karyawan atau kerusakan

lingkungan.

15
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah kepedulian perusahaan terhadap

kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap

kepentingan perusahaan belaka. Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih

mutakhir, muncul gagasan yang lebih komprehensif mengenai lingkup

tanggung jawab sosial perusahaan. Sampai sekarang ada empat bidang yang

dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup tanggung jawab sosial

perusahaan.
Seorang pemangku kepentingan adalah seseorang yang mempunyai

sesuatu yang dapat ia peroleh atau akan kehilangan akibat dari sebuah proses

perencanaan atau proyek. Dalam banyak siklus, mereka disebut sebagai

kelompok kepentingan, dan mereka bisa mempunyai posisi yang kuat dalam

menentukan hasil suatu proses politik. Seringkali akan sangat bermanfaat bagi

proyek penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisa kebutuhan dan

kepedulian berbagai pemangku kepentingan, terutama bila proyek-proyek ini

bertujuan mempengaruhi kebijakan.


B. Saran
Menurut kelompok kami setiap perusahaan perlu dan wajib untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Karena suatu perusahaan

dapat berjalan lancar ketika mereka mau peduli dengan keadaan di sekitarnya

dan tidak semata-mata hanya mementingkan kepentingan perusahaan saja

16
misalnya mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan segala

cara yang mengakibatkan pihak-pihak lain merasa dirugikan. Disini

diperlukan hati nurani setiap individu dalam perusahaan tersebut untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial itu. Tentu saja hal ini akan bermanfaat

bagi kehidupan perusahaan dalam jangka panjang. Karena tentunya

masyarakat akan mendukung setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan

asalkan tidak merugikan yang ada di sekitarnya dan semakin tumbuh rasa

kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmatullah, Panduan Praktis Pengelolaan CSR, Samudra Biru, 2011


Wibisono, Yusuf. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik. Fascho

Publishing, 2007
Tanari, Adrianus. Materi Training CSR as per ISO 26000, Jakarta.

Valueconsult, 2009
https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-

stakeholder.html

17
https://www.praxisframework.org/id/knowledge/stakeholder-

management
https://guruakuntansi.co.id/pengertian-stakeholder/
www.scenarioplus.org.uk/stakeholders/stakeholders_template.doc

18

Anda mungkin juga menyukai