Oleh:
Kelompok 10
Rizki Fauzi (1902112898)
Sulaiman Akbar (1902113711)
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Peran Audit Intern
dan Manajemen Resiko. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Tata
Kelola Perusahaan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Auditor Internal (Satuan Pengawasan Internal).......................................................4
2.1.1 Paradigma Baru Auditor Internal.................................................................4
2.1.2 Peran Auditor Internal dalam Kecurangan...................................................6
2.1.3 Peran Auditor Internal dalam Mewujudkan GCG.......................................7
2.2 Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko...............................................................8
2.2.1 Pengertian Resiko........................................................................................8
2.2.2 Pengertian Manajemen Resiko.....................................................................9
2.3 Jenis-jenis Risiko...................................................................................................10
2.4 Manfaat Manajemen Resiko..................................................................................13
2.5 Implementasi Manajamen Risiko...........................................................................13
2.5.1 Manajemen Risiko di BUMN....................................................................13
2.5.2 Manajemen Risiko di Perbankan...............................................................15
2.5.3 Manajemen Risiko di Perusahaan Publik...................................................18
2.6 Peran Manajemen Risiko.......................................................................................21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
evaluasi, pengelolaan resiko, pengendalian dan proses tata kelola perusahaan (good
sehat dan berdaya saing. Disinilah peran audit internal menjadi penting untuk
Good Corporate Governance (GCG) atau yang dikenal juga tata kelola perusahaan
yang baik muncul sebagai suatu sistem yang diharapkan dapat menjawab tantangan-
tantangan yang dihadapi oleh perusahaan di era globalisasi ini. Secara teoritis,
peran dan tanggung jawab yang jelas, dengan turut mempertimbangkan kompetensi
dan peran lain dari tiap unit tersebut. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi tumpang
1
tindih, missing link, atau inefisiensi pada kegiatan manajemen risiko. Dua fungsi
esensial yang memiliki keterkaitan erat pada kegiatan manajemen risiko adalah fungsi
manajemen risiko dan internal audit. Kedua fungsi ini memiliki peran dalam
dari kedua fungsi tersebut terletak pada delegasi tanggung jawab. Fungsi manajemen
pencapaian sasaran organisasi. Di sisi lain, fungsi internal audit bertugas untuk
risiko
2
6. Untuk mengetahui Implementasi dari Manajamen Risiko
7. Untuk mengetahui Manfaat dari Manajemen Risiko
3
BAB II
PEMBAHASAN
Peran auditor internal sebagai anjing penjaga (wacthdog) telah dimulai sejak
tahun 1940-an, sedangkan peranannya sebagai konsultan baru muncul sekitar tahun
1970-an. Peran auditor internal sebagai katalisator baru berkembang sekitar tahun
1990-an. Perbedaan pokok dari ketiga peran auditor internal tersebut adalah sebagai
berikut.
4
b. Peran auditor internal sebagai konsultan diharapakan dapat memberikan
manfaat berupa nasihat dalam pengelolaan sumberdaya oerganisasi guna
membantu tugas para manajer operasional. Audit yang dilakukan adalah
audit operasional atau audit kinerja, untuk meyakinkan bahwa organisasi
telah memanfaatkan sumberdayanya secara ekonomis, efisien, dan efektif
(3E). dengan demikian, dapat dinilai apakah manajemen telah
menjalankan aktivitas organisasi yang mengarahkan pada tujuan
perusahaan. Rekomendasi yang dibuat oleh auditor biasanya bersifat
jangka menengah.
c. Peran auditior internal sebagai katalisator berkaitan dengan penjaminan
mutu (quality asusurance-QA), di mana auditor internal diharapkan dapat
membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risiko untuk yang
mengancam pencapaian tujuan organisasi. QA bertujuan untuk
meyakinkan bahwa proses bisnis yang dijalankan telah menghasilkan
bahwa proses bisnis yamg dijalankan telah menghasilkan produk atau jasa
yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam perannya sebagau
katalisato, auditor internal bertindak sebagai fasilitator dan agen
perubahan. Dampak dari peran katalisator bersifat jangka panjang, Karena
focus katalisator bersifat jangka panjang organisasi, terutama yang
berkaitan dengan tujuan oerganisasi untuk memenuhi kepuasan pelanggan
dan pemangku kepentingan.
Perkembangan audit internal saat ini cukup pesat dan auditor internal telah
diakui keberadaannya sebagai bagian dari organisasi perusahaan yang dapat
membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Pada abad ke-21 ini,
auditor internal sebaiknya lebih berorientasi pada kepuasan jajaran manajemen
sebagai pelanggannya. Auditor internal tidak dapat lagi hanya sekedar berperan
sebagai anjing penjaga, namun juga harus dapat berperan sebagai mitra bisnis bagi
manajemen.
5
2.1.2 Peran Auditor Internal dalam Kecurangan
a. Pencegahan kecurangan
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah timbulnya kecurangan
adalah melalui peningkatan system pengendalian internal, selain melalui struktur /
mekanisme pengendalian internal. Dalam hal ini, yang paing bertanggung jawab atas
pengendalian internal adalah pihak manajemen suatu organisasi. Dalam rangka
pencegahan kecurangan, maka berbagai upaya harus dikerahkan untuk membuat para
pelaku kecurangan tidak berani melakukan kecurangan. Apabila kecurangan terjadi,
maka dampak yang timbul diharapkan dapat diminimalkan. Auditor internal
bertanggung jawab untuk membantu pencegahan kecurangan dengan jalan melakukan
pengujian atas kecukupan dan keefektifan system pengendalian internal, dengan
mengevaluasi seberapa jauh risiko potensial telah diidentifikasi.
Dalam pelaksanaan audit reguler, misalnya audit kinerja, audit keuangan, maupun
audit operasional, audit internal harus mengeidentifikasi adanya gejala kecurangan
6
berupa red flag atau fraud indicator. Hal ini terjadi sangat penting sehingga apabila
terjadi kecurangan, maka memudahkan auditor internal melakukan audit investigasi.
b. Pendeteksian kecurangan
c. Penginvestigasian kecurangan
7
b. Mendorong akuntabilitas dalam pengelolaan aset perusahaan
c. Mendorong pertanggungjawaban perusahaan kepada publik melalui corporate
social responsibility (CSR), community development atau program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL).
d. Mendorong independensi perusahaan terhadap pihak-pihak terkait, termasuk
pemegang saham minoritas.
e. Mendorong kewajaran dalam pengadaan barang dan jasa termasuk
dipastikannya tidak ada pelanggaran terhadap UU antimonopolib dan
persaingan usaha yang sehat.
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam
bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana
jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Risiko selalu menghadang setiap individu maupun berbagai institusi, termasuk
organisasi bisnis.
a. Merupakan ketidakpastian
b. Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian
8
a. Berupa kerugian atas harta milik/kekayaan atau penghasilan, misalnya
yang diakibatkan oleh kebakaran, pencurian, pengangguran, dan
sebagainya.
b. Berupa penderitaan seseorang, misalnya sakit / cacat Karena kecelakaan
kerja.
c. Berupa tanggungjawab hukum, misalnya risiko dari perbbuatan atrau
peristiwa yang merugikan perusahaan karena kecurangan
d. Berupa kerugian Karena perubahan keadaan eksternal perusahaan,
misalnya Karena terjadinya perubahan harga, perubahan selera konsumen,
perubahan nilai tukar, dan sebagainya.
9
d. Berusaha untuk mencari dan mengambil langkah-langkah untuk
menangani risiko-risiko yang telah berhasil diidentifikasi (mengelola
risiko yang dihadapi)
10
Risiko bisa dikelompokkan ke dalam risiko murni dan risiko spekulatif
sebagai berikut ini.
11
a. Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Sebagai contoh,
risiko terkena petir merupakan risiko yang muncul dari kondisi alam yang
tertentu. Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari waktu ke
waktu.
b. Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Sebagai contoh,
perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi, memunculkan jenis-
jenis risiko baru. Misal, jika masyarakat semakin kritis, sadar akan
haknya, maka risiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat
lebih berani mengajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan, akan
semakin besar.
Risiko juga bisa dikelompokkan ke dalam risiko subjektif dan objektif dengan
penjelasan sebagai berikut ini.
12
2.4 Manfaat Manajamen Risiko
13
b. Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko
korporasi secara terpadu yang merupakan bagian dari pelkasanaan program
GCG.
c. Pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan, dengan :
1. Membentuk unit kerja tersendiri yang ada di bawah direksi atau,
2. Memberi penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk
menjalankan fungsi manajemen risiko.
d. Direksi wajib menyampaikan laporan profil manajemen risiko dan
penanganannya bersamaan dengan laporan berkala perusahaan.
Risiko memang bisa timbul kapan saja dan dimana saja serta sulit diprediksi
dengan cepat dan tepat. Sebagian besar risiko di BUMN bersifat dinamis. Oleh
karena itu, harus diantisipasi sejak awal dan perlu dikelola dengan baik. Cakupan
risiko yang umum dihadapi BUMN adalah risiko strategi, risiko pasar, risiko
keuangan, risiko operasional, risiko komersial, resiko teknis, dan risiko bisnis. Pada
saat ini tidak mudah membangun system manajemen resiko yang bertumpu pada
GCG. Oleh karena itu, divisi/komite GCG di BUMN perlu saling berkoordinasi dan
bekerja sama serta bersinergi agar tercapainya hasil yang optimal.
14
manajemen risiko di BUMN, dan apabila diperlukan dapat melibatkan pihak
independen yang kompeten dalam pelaksanaan rating tersebut.
Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum konvesional
di Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 mengenai pelaksanaan GCG
bagi Bank Umum, pada bagian 1 umum, butir C, antar lain disebutkan bahwa
pengalaman dari krisis keuangan global mendorong perlunya peningkatan efektivitas
15
penerapan manajemen risiko dan GCG agar bank mampu mengidentifikasi
permasalahan secara dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang tepat dan cepat,
serta bank lebih tahan dalam menghadapi krisis. Sehubungan dengan hal tersebut,
Bank Indonesia menyempurnakan metode penilaian tingkat kesehatan bank umum,
yaitu dengan menggunakan pendekatan risiko, baik secara individual maupun secara
konsolidasi yang antara lain mencakup penilaian faktor GCG. Penilaian faktor GCG
dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dengan menggunakan pendekatan
resiko merupakan pengganti dari penilaian terhadap faktor manajemen dalam
penilaian111 tingkat kesehatan bank umum berdasarkan CAMELS rating.
Kebijakan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah (BUS dan UUS) setidaknya memuat :
16
e. Penyusunan rencana darurat dalam kondisi terburuk.
f. Penetapan system pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko.
a. Risiko kredit, yaitu risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati
b. Risiko pasar, yaitu risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari
aset yang dapat di perdagangkan atau disewakan
c. Risiko likuiditas, yaitu risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan /atau aset
likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa menggangu aktivitas
dan kondisi keuangan bank
d. Risiko operasional, yaitu risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan system, dan atau/ adanya kejadian-kejadian eksternal
yang memengaruhi operasional bank.
e. Risiko hukum, yaitu risiko akibat tuntutan hukum dan /atau kelemahan aspek
yuridis
f. Risiko reputasi, yaitu risiko akibat menurunya tingkat kepercayaan para
pemangku kepentingan yang bersumber dari persepsi negative terhadap bank
g. Risiko strategis, yaitu risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan
/atau pelaksanaan suatu keputusan strategi serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis
h. Risiko kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundangan-undangan dan ketentuan yang berlaku,
serta prinsip syariah
17
i. Risiko imbalan hasil, yaitu risiko akibat perubahan tingkat timbal hasil yang
dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbalan
hasil Yang diterima bank dari penyalur dana, yang dapat memengaruhi
perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.
j. Risiko investasi, yaitu risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha
nasabah yang di biayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss
sharing.
18
mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha LJK yang
bergabung dalam suatu konglomerasi keuangan secara terintegrasi.
c. Konglomerasi keuangan wajib menerapkan manajemen risiko terintegrasi
secara komprehensif dan efektif. Entitas utama wajib mengintegrasikan
penerapan manajemen risiko pada konglomerasi keuangan.
a. Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan lembaga jasa keuangan Non bank
(LJKNB) adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sector
perasuransian, dana pension, dan lembaga pembiayaan.
b. Pasal 2, LJKNB wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif yang
paing sedikit mencakup :
1. Pengawasan aktif direksi, dewan komisaris, atau yang setara dari LJKNB
2. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit resiko
3. Kecukupan proses identifikas, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko.
4. System informasi manajemen risiko, dan
5. System pengendalian intern menyeluruh
19
Kebijakan manajemen risiko merupakan pernyataan komitmen secara tertulis
oleh direksi dan dewan komisaris untuk menerapkan manajemen risiko dalam
organisasi. Hal penting terkait kebijakan ini dinyatakan secara singkat dan
jelas yang meliputi antara lain :
1. Alasan mengapa harus menerapkan manajemen risiko.
2. Penjelasan keterkaitan antara pencapaian sasaran organisasi dan kebijakan
manajemen risiko.
3. Kejelasan akuntabilitas pelaksanaan manajemen risiko, termasuk
infrastruktur pelaksanaannya.
4. Penyediaan sumber daya untuk menerapkan manajemen risiko.
5. Penentuan standar atau metode manajemen risiko akan digunakan
6. Komitmen untuk melakukan review dan verifikasi secara berkala terhadap
efektivitas penerapan manajemen risiko.
b. Akuntabilitas penerapan manajemen risiko
Akuntabilitas tertinggi untuk penerapan manajemen risiko pada dasarnya
berada pada direksi, secara lebih khusus pada direktur utama atau anggota
direksi lainnya yang ditunjuk. Secara umum, hal yang perlu diperhatikan
antara lain :
1. Penunjukan champion yang bertanggungjawab untuk mendorong
pelaksanaan penerapan manajemen resiko secara meluas ke seluruh
organisasi. Champion ini dapat berupa penunjukan fungsi manajemen
risiko tersendiri dan juga para individu pada setiap divisi dengan
penugasan khusus untuk menjadi fasilitator penerapan manajemen risiko
pada divisinya.
2. Penetapan secara jelas bahwa akuntabilitas pengelolaan risiko tetap
berada pada para pemangku risiko dan bukan ke para champion. Untuk
itu maka pada setiap kepala divisi merupakan pemangku risiko pada
divisi tersebut dan juga menjadi penanggung jawab dalam melakukan
pengelolaan risiko pada divisinya. Demikian secara berjenjang hingga
20
sampai pada penanggung jawab proses. Tugas para champion lebih
sebagai fasilitator untuk penerapan manajemen risiko.
3. Penyusunan infrastruktur oerganisasi sebagai unit untuk mendorong
penerapan manajemen risiko ke suluruh organisasi. Termasuk di
dalamnya akuntabilitas penerapan tersebut pada setiap tingkatan dalam
organisasi.
4. Penyusunan mekanisme organisasi untuk penerapan manajemen risiko,
termasuk penyusunan manual penerapan manajemen risiko, mekanisme
pelaporan pelaksanaan manajemen risiko, atau pengukuran kinerja
manajemen risiko
5. Proses untuk menimbulkan budaya sadar risiko ke suluruh organisasi.
21
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam
bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana
jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Risiko selalu menghadang setiap individu maupun berbagai institusi, termasuk
organisasi bisnis. manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh
organisasi/perusahaan. Fungsi tersebut mencakup kegiatan merencanakan,
mengorganisasi, menyusun, memimpin/mengoordinasikan dan mengawasi (termasuk
mengevaluasi) program penanggulangan risiko. Manajemen risiko merupakan bagian
penting dari strategi manajemen semua perusahaan. Proses di mana suatu organisasi
yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas
menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://gaharuchromeblogspot.wordpress.com/2010/07/19/makalah-manajemen-
resiko/
23