Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

MAKALAH PENGENDALI DAN AUDITOR

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
Dosen Pembimbing:
Drs. FX. Sri Wardaya, MM
Disusun Oleh:
Yonathan Budi Kusnardi
B16.501

Jurusan/Program Studi: S-1/Akuntansi


STIE St. Pignatelli Surakarta
Jl. Duwet, Karangasem, Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57145
Tahun Akademik 2019/2020
BAB I PENGERTIAN

A. Pengendalian

Pada perusahaan, fungsi keuangan dan akuntansi biasanya dikelola oleh seorang Chief
Fiinancial Officer (CFO) atau Vice President Finance (VP Finance). UU Sarbanes-Oxley
telah menambahkan status dan risiko terkait peran senior financial officer ini dalam
perusahaan milik publik karena CFO harus menyerahkan sertifikasi laporan keuangan dan
opini terkait efektivitas sistem pengendalian internal.

Pada perusahaan besar, fungsi keuangan/akuntansi biasanya dibagi antara dua peran,
yakni pengendali dan treasurer (bendahara), seperti yang diilustrasikan pada Gambar 14.1.
(Dalam perusahaan-perusahaan kecil, peran ini dapat dikombinasikan). Fungsi bendahara
terutama dalam hal meningkatkan dan mengelola modal. Sementara fungsi pengendali
terutama dalam hal pencatatan keuangan, pelaporan, dan pengendalian. Fungsi bendahara
umumnya sangat terpusat, sedangkan fungsi pengendalian bisa jadi terpusat, tetapi di
perusahaan besar seringkali bersifat desentralisasi, seperti pada perusahaan yang berdivisi-
divisi biasanya memiliki pengendali di sebagian besar atau semua profit center-nya dan
beberapa di cost center yang lebih besar (seperti plants).

Pengendali memainkan peran kunci dalam manajemen lini dan dalam desain dan
operasi dari sistem pengendalian manajemen (SPM). Mereka ahli dalam pengukuran
keuangan di perusahaannya (atau unit bisnisnya), dan kebanyakan dari mereka adalah
anggota kunci dari Tim manajemen. Dengan demikian, mereka terlibat dalam penyusunan
rencana dan anggaran, perencanaan dan tindakan manajer dalam operasi yang menantang,
serta berpartisipasi dalam berbagai keputusan manajemen, termasuk mengalokasikan
sumber daya, harga, menetapkan kebijakan mengenai piutang dan hutang, melakukan
akuisisi dan divestasi, serta meningkatkan keuntungan.
Fakta menunjukkan bahwa pengendali sering terlibat dalam membantu manajer
membuat keputusan bisnis terbaik. Beberapa pakar berpendapat bahwa hal ini menunjukan
trend yang baik. Sebagai contoh, Institute of Management Accountants (IMA) dalam
publikasinya menyimpulkan bahwa:

Organisasi saat ini membutuhkan fungsi keuangan agar bisa lebih terlibat dalam
mempengaruhi hasil bisnis. Mandat baru ini membutuhkan profesional keuangan untuk
memperluas kompetensi mereka dan bergerak dari sekadar mengelola data keuangan
menjadi membantu para stakeholder internal utama untuk menerapkan data keuangan tadi
dalam pengambilan keputusan strategis.

International Federations of Accountants (IFAC) dalam publikasinya meramalkan


bahwa pada tahun 2010, CFO akan menjadi “The Real Strategist Behind the Board’s
Plans" (Perumus Startegi Sesungguhnya di Balik Rencana Dewan). Akan tetapi, terlibat
dalam pengambilan keputusan manajemen bukanlah satu-satunya peran yang harus
dimainkan para pengendali; sebab mereka juga berperan sebagai kepala akuntan
perusahaan (entity’s chief accountant). Mereka dan yang lainnya dalam organisasi
memainkan peran dalam hal "bookeeping" atau "scorekeeping". Mereka mempersiapkan
laporan kinerja dan memenuhi kewajiban untuk membuat pelaporan keuangan, pajak, dan
pemerintah. Mereka juga membangun dan memelihara sistem pengendalian internal yang
membantu memastikan keandalan informasi dan perlindungan terhadap aset perusahaan.
Pada beberapa organisasi mereka juga dapat mengawasi audit internal dan fungsi dari
sistem informasi manajemen.

Sebagai akuntan utama bagi entitas mereka, pengendali tetap ‘cukup’ independen dari
manajer perusahaan, sebab meraka memiliki tanggung jawab fidusia (hak kepemilikan
suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda) untuk memastikan
bahwa informasi yang dilaporkan dari unit operasi mereka, terutama keuangan, adalah
akurat; dan bahwa sistem pengendalian internal unit memadai. Selain itu, mereka memiliki
tanggung jawab dalam pengawasan manajemen untuk menginformasikan orang lain dalam
organisasi apabila terdapat individu dalam organisasi yang melanggar hukum atau norma-
norma etika.

Bisakah para pengendali, yang notabene memiliki keterlibatan tinggi sebagai bagian
dari tim manajemen, mempertahankan tingkat independensinya untuk memenuhi tanggung
jawab fidusia dan pengawasan manajemen mereka secara efektif? Dengan kata lain,
dapatkah pengendali menggunakan dua ‘topi’; yakni sebagai salah satu anggota tim dan
kepercayaan, dan yang lain sebagai pengawas? Tanggung jawab fidusia para pengendali
cukup konsisten dengan tanggung jawab pengawasan terhadap manajemen; kedua
tanggung jawab ini memerlukan independensi dari manajemen. Namun, banyak yang
percaya bahwa tanggung jawab pengawasan fidusia dan pengawasan manajemen
seringkali bertentangan dengan tanggung jawabnya sebagai jasa kontrol bagi manajemen.

Seringkali diklaim bahwa pengendali perusahaan biasanya lebih berpihak kepada


perusahaan dan tim manajemen dibandingkan kepada pemegang saham dan investor.
Demikian pula pengendali pada unit bisnis atau divisi, yang terletak pada unit bisnis, divisi,
atau unit operasi-tingkat pada yang lebih rendah, dapat dengan mudah mengembangkan
keterikatan emosional mereka dengan unit lokal, unit desentralisasi dan orang-orang yang
bekerja dengan mereka. Mereka ingin menjadi bagian dari tim. Tentu saja, para pengendali
unit bisnis yang termasuk dalam rencana kompensasi insentif berdasarkan kinerja unit
bisnis, dapat memiliki motivasi yang kuat untuk berbuat curang dengan hasil pengukuran
dimana mereka bertugas untuk mengawasi dan melaporkannya kepada perusahaan.

Masalah-masalah keberpihakan pada perusahaan dan kompensasi berbasis


‘pengaruh/godaan’ tidak otomatis berarti bahwa peran pengawasan fidusia dan manajemen
menjadi terganggu, melainkan menjadi sebuah peringatan. Beberapa fitur organisasi dapat
diimplementasikan untuk memastikan bahwa pengendali memenuhi tugas pengawasan
manajemen dan fidusia mereka secara efektif. Cara-cvarnya antara lain:

Pertama, komite audit dari dewan direksi dan auditor internal dapat digunakan untuk
mengawasi fungsi pengendali. Kedua, perilaku pengendali dapat dibentuk melalui
personnel atau cultural controls, seperti seleksi dan pelatihan. Beberapa pengendali
memiliki penyesuaian yang lebih baik, memiliki rasa integritas etika yang juga lebih baik,
dan lebih mampu berfungsi secara efektif dibandingkan dengan yang lain, bahkan pada
situasi yang memiliki konflik peran yang kuat. Seseorang yang memiliki tanggung jawab
profesional etika yang kuat dan relevan mungkin merupakan pilihan terbaik menempati
posisi pengendali.

Pada tahun 1993, American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)


didukung kode etik profesionalnya dengan meminta CPA yang bekerja di perusahaan-
perusahaan (bukan di accounting public) untuk melaporkan salah saji material dari laporan
keuangan perusahaan mereka kepada atasan mereka. Jika atasan gagal untuk merespons,
CPA harus melaporkan salah saji tersebut kepada auditor di luar perusahaan atau kepada
regulator, seperti Securities and Exchange Commission (SEC). Aturan ini menambah
bobot tanggung jawab fidusia seorang controller yang juga CPA, setidaknya untuk salah
saji yang bersifat material. (Tapi ada sebuah jalan, yakni: Sedikit unit bisnis yang memiliki
salah saji material bagi perusahaan secara keseluruhan.) Akhirnya, program pelatihan dapat
digunakan untuk mengingatkan pengendali mengenai beberapa tanggung jawab mereka
dan memberi mereka keterampilan interpersonal yang berguna untuk menjaga
keseimbangan yang tepat antara peran layanan manajemen dengan peran pengawasan
manajemen dan fidusia.
Cara selanjutnya untuk memastikan bahwa pengendali memenuhi tugas pengawasan
manajemen dan tugas fidusia secara efektif ialah dengan merancang sistem insentif yang
tidak menimbulkan godaan. Secara khusus, pengendali sebaiknya tidak diberikan reward
atas kinerja yang ditetapkan berdasarkan pengukuran yang dapat dimanipulasi oleh
pengendali itu sendiri.

Akhirnya, beberapa perusahaan telah menemukan bahwa pelaporan solid-line dalam


organisasi efektif untuk mengendalikan aktivitas unit bisnis pengendali. Pelaporan solid-
line berarti bahwa hubungan pelaporan primer unit bisnis pengendali adalah dengan
corporate controller, atau dalam kasus ini dengan unit bisnis dengan tingkat yang lebih
rendah, unit bisnis dengan tingkat yang lebih tinggi atau kelompok pengendali (lihat
Gambar 14.2.)

Dalam struktur controllership (pengendalian) ini, corporate controller-lah yang


menentukan tugas-tugas dan prioritas dari bisnis unit controllers (pengendali), bukannya
manajer unit bisnis. Selain itu corporate controller mengevaluasi kinerja bisnis unit
controllers tersebut.

Pelaporan solid-line dirancang untuk mengurangi keterikatan emosional antara


business unit pengendali dengan unit operasi tempat mereka ditugaskan. Ini merupakan
sinyal bagi unit bisnis pengendali yang memiliki peran penting untuk melindungi aset
perusahaan dan untuk memastikan keakuratan laporan keuangan. Peringatan ini mungkin
menjadi lebih penting apabila unit bisnis terletak sangat jauh dari kantor pusat. Tetapi
untuk semua unit pengendali bisnis, para pengendali memberi penekanan tinggi pada
pengawasan manajemen mereka dan tanggung jawab fidusia. Bahkan, fakta menunjukkan
bahwa perubahan dalam hubungan pelaporan pengendali tidak mengubah prioritas
pekerjaan dan loyalitas dari unit pengendali bisnis.
Biaya utama dari pelaporan solid-line adalah potensi penurunan kualitas fungsi
pelayanan manajemen unit bisnis controller. Unit bisnis controller dapat datang untuk
dilihat sebagai ‘orang buangan’, sebagai mata-mata dari perusahaan. Fakta dari satu-
satunya survei yang ada menunjukkan bahwa biaya ini dianggap signifikan di banyak
organisasi. Hanya sebagian kecil dari perusahaan (15%) yang memiliki laporan solid-line,
meskipun tren pada waktu survei dilakukan tampaknya menuju pusat kontrol yang lebih
besar dari fungsi controller.

Jika ditanyakan, seberapa penting pengendali dalam sistem pengendalian manajemen?


Jawabnya adalah sangat penting. Seorang ahli membuat "angka perkiraan" bahwa
perbedaan antara fungsi pengendalian yang outstanding dengan pengendalian yang cukup
memadai dapat dengan sendirinya menghasilkan dampak bottom-line sekitar 5 hingga 25%
dari laba bersih. Sementara pengendali yang bekerja buruk merupakan salah satu penyebab
dari kebanyakan skandal besar dan kegagalan perusahaan.

B. Auditor

Pada awalnya, dibandingkan dengan financial audit, beberapa bentuk audit seperti
audit internal, audit operasional, dan audit kinerja lebih mempunyai sistem elemen kontrol
yang kritis di dalam Sistem Pengendalian Manajemen. Namun semenjak adanya Sarbanes-
Oxley Act, audit eksternal (audit keuangan) menjadi lebih releven terhadap Sistem
Pengendalian Manajemen karena didesain selain mendapatkan kewajaran atas pelaporan
keuangan juga atas efektivitas pengendalian internal perusahaan.

Auditor Eksternal dan internal

Auditor dapat diklasifikasikan menjadi auditor eksternal dan internal. Auditor eksternal
bersifat independen dari manajemen karena mereka dipekerjakan oleh perusahaan jasa
profesional. Auditor eksternal yang melaksanakan financial audit pada umumnya berasal
dari Kantor Akuntan Publik. Mereka mempunyai pelatihan profesional, berpengalaman,
dan lisensi/ sertifikat dari asosiasi profesionalnya. Auditor yang melaksanakan
performance audit biasanya dipekerjakan oleh kantor akuntan publik atau perusahaan
konsultan. Auditor ini mempunyai background yang bermacam-macam, termasuk
manajemen secara umum, engineering, finance, atau computer science.

Auditor internal adalah karyawan dari perusahaan yang mereka audit. Mereka biasanya
direfrensikan sebagai “mata dan telinga” manajemen. Staf audit internal dapat beroperasi
dengan piagam secara sempit maupun luas. Piagam yang bersifat sempit berarti ruang
lingkup audit kepatuhan atas kinerja secara relatif kecil. Sebaliknya staf audit internal
dengan piagam yang luas, dapat melakukan berbagai bentuk perfomance auditing, desain,
dan pengembangan proses bisnis dan sistem pengendalian internal, serta bentuk lain yang
biasanya dikategorikan sebagai management consulting.
Jumlah auditor internal berbeda pada setiap perusahaan. Perusahaan kecil biasanya tidak
mempunyai auditor internal. Sedangkan perusahaan yang besar dapat mempunyai auditor
dalam jumlah sedikit maupun banyak. Latar belakang auditor internal sendiri biasanya
bervariasi, namun secara umum mereka merupakan akuntan. Namun tidak menutup
kemungkinan mereka mempunyai keahlian di bidang komputer, ataupun manajer dan
konsultan yang berpengalaman.

Banyak ahli berpendapat bahwa sebaiknya audit internal melaporkan secara langsung
kepada komite audit dari dewan direksi untuk menjamin independensi, kredibilitas, dan
visibilitas.

Audit

Audit dapat didefinisikan sebagai proses sistematis atas (1) mendapatkan dan
mengevaluasi bukti secara obyektif sehubungan dengan obyek audit, (2) menilai tingkat
korespondensi atas obyek dan kriteria yang telah ditetapkan, dan (3) mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut Arens and Loebbecke (Auditing: An Integrated Approach, Edisi 8, 2000:9), audit
adalah:

Kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk


menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut The American Accounting Association’s Committee on Basic Auditing Concepts
(Auditing: Theory And Practice, Edisi 9, 2001:1-2), audit adalah:

Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Menurut A Statement of Basic Auditing Concepts, audit adalah:

Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai asersi tentang berbagai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi tersebut.

Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kelengkapan (Completeness)

Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat atau ada dalam jurnal secara
aktual telah dimasukkan.

2. Ketepatan (Accuracy)

Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah dicatat berdasarkan
jumlah yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.

3. Eksistensi (Existence)

Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang tercatat memiliki eksistensi
atau kejadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi tercatat tersebut harus benar-benar
telah terjadi dan tidak fiktif.

4. Penilaian (Valuation)

Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah


diterapkan dengan benar.

5. Klasifikasi (Classification)

Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan


dengan tepat.

Jika terkait dengan saldo maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat.
6. Ketepatan (Accuracy)

Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada tanggal yang benar, rincian
dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. Serta penjumlahan saldo
sudah dilakukan dengan tepat.

7. Pisah Batas (Cut-Off)


Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat dalam
periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang
dicatat mendekati akhir suatu periode akuntansi.
8. Pengungkapan (Disclosure)

Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan
telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar
dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.

Pentingnya Peranan Audit dalam Sebuah Perusahaan

 Sebuah perusahaan jika tidak diaudit maka akan ada kesalahan yang disengaja
ataupun tidak disengaja. Karena itu, laporan keuangan yang belum diaudit kurang
dipercayai kewajarannya oleh pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut.
 Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar yang tentunya
tanpa pengecualian dari KAP, maka pengguna laporan keuangan bisa merasa
yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
 SPT yang sudah diaudit lebih dipercaya oleh lembaga hukum pajak atau
perpajakan dibandingkan dengan laporan yang belum melalui proses audit.
 Perusahaan yang sudah go public dan terkenal, serta memiliki aset Rp25 miliar
atau lebih maka harus memasukkan ke audited financial statements-nya ke
Departemen Perdagangan dan Perindustrian.

Menurut pemeriksaannya, audit dibedakan menjadi beberapa jenis berikut ini:

1. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan suatu entitas (perusahaan
atau organisasi) yang akan menghasilkan pendapat (opini) pihak ketiga mengenai
relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut.
2. Audit Operasional
Audit Operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap
prosedur operasi standar dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan
tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).
3. Audit Ketaatan
Audit Ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit
telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang.
4. Audit Investigatif
Audit Investigatif adalah:
 "Serangkaian kegiatan mengenali (recognize), mengidentifikasi (identify),
dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta yang ada untuk
mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk
mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan
keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah)."
 "a search for the truth, in the interest of justice and in accordance with
specification of law" , yang artinya "pencarian kebenaran, untuk kepentingan
keadilan dan sesuai dengan spesifikasi hukum"

Jadi, audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut:

1) Proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti


2) Informasi yang dapat diukur. Informasi yang dievaluasi adalah informasi
yang dapat diukur. Hal-hal yang bersifat kualitatif harus dikelompokkan
dalam kelompok yang terukur, sehingga dapat dinilai menurut ukuran yang
jelas, seumpamanya Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan Tidak
Baik dengan ukuran yang jelas kriterianya.
3) Entitas ekonomi. Untuk menegaskan bahwa yang diaudit itu adalah
kesatuan, baik berupa Perusahaan, Divisi, atau yang lain.
4) Dilakukan oleh seseorang (atau sejumlah orang) yang kompeten dan
independen yang disebut sebagai Auditor.
5) Menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria penyimpangan yang
ditemukan. Penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas. Artinya,
dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang.

Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara informasi


yang diuji dan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi yang diuji dengan kriterianya
serta menunjukkan fakta atas ketidaksesuaian tersebut.
KESIMPULAN

Kesimpulan dalam makalah ini adalah mengenai peran dan tantangan bagi pengendali
dan auditor. Keduanya memiliki peran penting dalam hal tata kelola perusahaan dan
pengendalian terkait tata kelola tersebut, serta membutuhkan keahlian dalam hal
pengukuran keuangan. Bab ini difokuskan pada peran penting yang berhubungan dengan
pengendalian pengendali dan auditor, baik internal maupun eksternal. Peran auditor
menantang karena dalam waktu terbatas, mereka harus memeriksa proses bisnis dan
karyawan yang bekerja da membuat penilaian mengenai apakah pekerjaan memenuhi
standar yang ditetapkan. Peran pengendali dan auditor internal sangat menantang karena
melibatkan konflik kepentingan yang melekat. Individu dalam peran ini diminta untuk
melayani organisasi dan manajemen, sementara pada saat yang sama memberikan peran
pengawasan manajemen atas nama pemilik organisasi dan pemangku kepentingan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Audit

www.google.co.id

https://www.finansialku.com/audit-adalah/

Anda mungkin juga menyukai