Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
Dosen Pembimbing:
Drs. FX. Sri Wardaya, MM
Disusun Oleh:
Yonathan Budi Kusnardi
B16.501
A. Pengendalian
Pada perusahaan, fungsi keuangan dan akuntansi biasanya dikelola oleh seorang Chief
Fiinancial Officer (CFO) atau Vice President Finance (VP Finance). UU Sarbanes-Oxley
telah menambahkan status dan risiko terkait peran senior financial officer ini dalam
perusahaan milik publik karena CFO harus menyerahkan sertifikasi laporan keuangan dan
opini terkait efektivitas sistem pengendalian internal.
Pada perusahaan besar, fungsi keuangan/akuntansi biasanya dibagi antara dua peran,
yakni pengendali dan treasurer (bendahara), seperti yang diilustrasikan pada Gambar 14.1.
(Dalam perusahaan-perusahaan kecil, peran ini dapat dikombinasikan). Fungsi bendahara
terutama dalam hal meningkatkan dan mengelola modal. Sementara fungsi pengendali
terutama dalam hal pencatatan keuangan, pelaporan, dan pengendalian. Fungsi bendahara
umumnya sangat terpusat, sedangkan fungsi pengendalian bisa jadi terpusat, tetapi di
perusahaan besar seringkali bersifat desentralisasi, seperti pada perusahaan yang berdivisi-
divisi biasanya memiliki pengendali di sebagian besar atau semua profit center-nya dan
beberapa di cost center yang lebih besar (seperti plants).
Pengendali memainkan peran kunci dalam manajemen lini dan dalam desain dan
operasi dari sistem pengendalian manajemen (SPM). Mereka ahli dalam pengukuran
keuangan di perusahaannya (atau unit bisnisnya), dan kebanyakan dari mereka adalah
anggota kunci dari Tim manajemen. Dengan demikian, mereka terlibat dalam penyusunan
rencana dan anggaran, perencanaan dan tindakan manajer dalam operasi yang menantang,
serta berpartisipasi dalam berbagai keputusan manajemen, termasuk mengalokasikan
sumber daya, harga, menetapkan kebijakan mengenai piutang dan hutang, melakukan
akuisisi dan divestasi, serta meningkatkan keuntungan.
Fakta menunjukkan bahwa pengendali sering terlibat dalam membantu manajer
membuat keputusan bisnis terbaik. Beberapa pakar berpendapat bahwa hal ini menunjukan
trend yang baik. Sebagai contoh, Institute of Management Accountants (IMA) dalam
publikasinya menyimpulkan bahwa:
Organisasi saat ini membutuhkan fungsi keuangan agar bisa lebih terlibat dalam
mempengaruhi hasil bisnis. Mandat baru ini membutuhkan profesional keuangan untuk
memperluas kompetensi mereka dan bergerak dari sekadar mengelola data keuangan
menjadi membantu para stakeholder internal utama untuk menerapkan data keuangan tadi
dalam pengambilan keputusan strategis.
Sebagai akuntan utama bagi entitas mereka, pengendali tetap ‘cukup’ independen dari
manajer perusahaan, sebab meraka memiliki tanggung jawab fidusia (hak kepemilikan
suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda) untuk memastikan
bahwa informasi yang dilaporkan dari unit operasi mereka, terutama keuangan, adalah
akurat; dan bahwa sistem pengendalian internal unit memadai. Selain itu, mereka memiliki
tanggung jawab dalam pengawasan manajemen untuk menginformasikan orang lain dalam
organisasi apabila terdapat individu dalam organisasi yang melanggar hukum atau norma-
norma etika.
Bisakah para pengendali, yang notabene memiliki keterlibatan tinggi sebagai bagian
dari tim manajemen, mempertahankan tingkat independensinya untuk memenuhi tanggung
jawab fidusia dan pengawasan manajemen mereka secara efektif? Dengan kata lain,
dapatkah pengendali menggunakan dua ‘topi’; yakni sebagai salah satu anggota tim dan
kepercayaan, dan yang lain sebagai pengawas? Tanggung jawab fidusia para pengendali
cukup konsisten dengan tanggung jawab pengawasan terhadap manajemen; kedua
tanggung jawab ini memerlukan independensi dari manajemen. Namun, banyak yang
percaya bahwa tanggung jawab pengawasan fidusia dan pengawasan manajemen
seringkali bertentangan dengan tanggung jawabnya sebagai jasa kontrol bagi manajemen.
Pertama, komite audit dari dewan direksi dan auditor internal dapat digunakan untuk
mengawasi fungsi pengendali. Kedua, perilaku pengendali dapat dibentuk melalui
personnel atau cultural controls, seperti seleksi dan pelatihan. Beberapa pengendali
memiliki penyesuaian yang lebih baik, memiliki rasa integritas etika yang juga lebih baik,
dan lebih mampu berfungsi secara efektif dibandingkan dengan yang lain, bahkan pada
situasi yang memiliki konflik peran yang kuat. Seseorang yang memiliki tanggung jawab
profesional etika yang kuat dan relevan mungkin merupakan pilihan terbaik menempati
posisi pengendali.
B. Auditor
Pada awalnya, dibandingkan dengan financial audit, beberapa bentuk audit seperti
audit internal, audit operasional, dan audit kinerja lebih mempunyai sistem elemen kontrol
yang kritis di dalam Sistem Pengendalian Manajemen. Namun semenjak adanya Sarbanes-
Oxley Act, audit eksternal (audit keuangan) menjadi lebih releven terhadap Sistem
Pengendalian Manajemen karena didesain selain mendapatkan kewajaran atas pelaporan
keuangan juga atas efektivitas pengendalian internal perusahaan.
Auditor dapat diklasifikasikan menjadi auditor eksternal dan internal. Auditor eksternal
bersifat independen dari manajemen karena mereka dipekerjakan oleh perusahaan jasa
profesional. Auditor eksternal yang melaksanakan financial audit pada umumnya berasal
dari Kantor Akuntan Publik. Mereka mempunyai pelatihan profesional, berpengalaman,
dan lisensi/ sertifikat dari asosiasi profesionalnya. Auditor yang melaksanakan
performance audit biasanya dipekerjakan oleh kantor akuntan publik atau perusahaan
konsultan. Auditor ini mempunyai background yang bermacam-macam, termasuk
manajemen secara umum, engineering, finance, atau computer science.
Auditor internal adalah karyawan dari perusahaan yang mereka audit. Mereka biasanya
direfrensikan sebagai “mata dan telinga” manajemen. Staf audit internal dapat beroperasi
dengan piagam secara sempit maupun luas. Piagam yang bersifat sempit berarti ruang
lingkup audit kepatuhan atas kinerja secara relatif kecil. Sebaliknya staf audit internal
dengan piagam yang luas, dapat melakukan berbagai bentuk perfomance auditing, desain,
dan pengembangan proses bisnis dan sistem pengendalian internal, serta bentuk lain yang
biasanya dikategorikan sebagai management consulting.
Jumlah auditor internal berbeda pada setiap perusahaan. Perusahaan kecil biasanya tidak
mempunyai auditor internal. Sedangkan perusahaan yang besar dapat mempunyai auditor
dalam jumlah sedikit maupun banyak. Latar belakang auditor internal sendiri biasanya
bervariasi, namun secara umum mereka merupakan akuntan. Namun tidak menutup
kemungkinan mereka mempunyai keahlian di bidang komputer, ataupun manajer dan
konsultan yang berpengalaman.
Banyak ahli berpendapat bahwa sebaiknya audit internal melaporkan secara langsung
kepada komite audit dari dewan direksi untuk menjamin independensi, kredibilitas, dan
visibilitas.
Audit
Audit dapat didefinisikan sebagai proses sistematis atas (1) mendapatkan dan
mengevaluasi bukti secara obyektif sehubungan dengan obyek audit, (2) menilai tingkat
korespondensi atas obyek dan kriteria yang telah ditetapkan, dan (3) mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Menurut Arens and Loebbecke (Auditing: An Integrated Approach, Edisi 8, 2000:9), audit
adalah:
Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai asersi tentang berbagai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi tersebut.
1. Kelengkapan (Completeness)
Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat atau ada dalam jurnal secara
aktual telah dimasukkan.
2. Ketepatan (Accuracy)
Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah dicatat berdasarkan
jumlah yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.
3. Eksistensi (Existence)
Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang tercatat memiliki eksistensi
atau kejadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi tercatat tersebut harus benar-benar
telah terjadi dan tidak fiktif.
4. Penilaian (Valuation)
5. Klasifikasi (Classification)
Jika terkait dengan saldo maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat.
6. Ketepatan (Accuracy)
Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada tanggal yang benar, rincian
dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. Serta penjumlahan saldo
sudah dilakukan dengan tepat.
Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan
telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar
dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.
Sebuah perusahaan jika tidak diaudit maka akan ada kesalahan yang disengaja
ataupun tidak disengaja. Karena itu, laporan keuangan yang belum diaudit kurang
dipercayai kewajarannya oleh pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut.
Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar yang tentunya
tanpa pengecualian dari KAP, maka pengguna laporan keuangan bisa merasa
yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
SPT yang sudah diaudit lebih dipercaya oleh lembaga hukum pajak atau
perpajakan dibandingkan dengan laporan yang belum melalui proses audit.
Perusahaan yang sudah go public dan terkenal, serta memiliki aset Rp25 miliar
atau lebih maka harus memasukkan ke audited financial statements-nya ke
Departemen Perdagangan dan Perindustrian.
1. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan suatu entitas (perusahaan
atau organisasi) yang akan menghasilkan pendapat (opini) pihak ketiga mengenai
relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut.
2. Audit Operasional
Audit Operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap
prosedur operasi standar dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan
tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).
3. Audit Ketaatan
Audit Ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit
telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang.
4. Audit Investigatif
Audit Investigatif adalah:
"Serangkaian kegiatan mengenali (recognize), mengidentifikasi (identify),
dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta yang ada untuk
mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk
mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan
keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah)."
"a search for the truth, in the interest of justice and in accordance with
specification of law" , yang artinya "pencarian kebenaran, untuk kepentingan
keadilan dan sesuai dengan spesifikasi hukum"
Kesimpulan dalam makalah ini adalah mengenai peran dan tantangan bagi pengendali
dan auditor. Keduanya memiliki peran penting dalam hal tata kelola perusahaan dan
pengendalian terkait tata kelola tersebut, serta membutuhkan keahlian dalam hal
pengukuran keuangan. Bab ini difokuskan pada peran penting yang berhubungan dengan
pengendalian pengendali dan auditor, baik internal maupun eksternal. Peran auditor
menantang karena dalam waktu terbatas, mereka harus memeriksa proses bisnis dan
karyawan yang bekerja da membuat penilaian mengenai apakah pekerjaan memenuhi
standar yang ditetapkan. Peran pengendali dan auditor internal sangat menantang karena
melibatkan konflik kepentingan yang melekat. Individu dalam peran ini diminta untuk
melayani organisasi dan manajemen, sementara pada saat yang sama memberikan peran
pengawasan manajemen atas nama pemilik organisasi dan pemangku kepentingan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Audit
www.google.co.id
https://www.finansialku.com/audit-adalah/