Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 5

Manajemen Para Pemangku Kepentingan

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen

Dosen Pengampu : Rio Trisasmita, SE., M.E

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Fajar Maulana 11190850000052

Abdurahman Al Hudzaifi 11190850000100

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITASI ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Manajemen Para
Pemangku Kepentingan” dengan baik dan dapat menyelesaikan tepat pada waktunya
walaupun di tengah pandemi yang masih melanda seperti saat ini.

Dalam menyusun Makalah ini, tidak sedikit hambatan dan tantangan yang kami
hadapi akan tetapi dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak hambatan dan
tantangan tersebut dapat diatasi. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami dengan berbagai
bentuk. Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Pengantar Manajemen Strategik yaitu Bapak Rio Trisasmita, SE., M.E yang
telah membimbing dan mengarahkan kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari akan berbagai kekurangan yang masih terdapat dalam makalah
ini. Oleh karena itu berbagai kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Penulis juga berharap
makalah ini mudah-mudahan berguna dan bermanfaat bagi kita semua dalam
menambah ilmu pengetahuan. Aamiin Ya Rabbal „Alamiin.

Ciputat Timur, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 4

D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

A. Konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan) Perusahaan ........................................... 5

B. Klasifikasi Pemangku Kepentingan ................................................................................ 9

C. Stakeholder Management.............................................................................................. 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13

B. Penutup ......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan stakeholders pertama kali diperkenalkan ke dalam teori manajemen
sebagai jawaban untuk ketidakpuasan dengan kriteria keefektifan keuangan unilateral.
Menurut (Freeman, 1984) asumsi utama dari teori stakeholders adalah bahwa
efektivitas organisasi diukur dengan kemampuannya untuk memuaskan tidak hanya
para pemegang saham, tetapi juga para agen yang memiliki saham organisasi. Sejak
itu, banyak artikel diterbitkan yang bertujuan untuk berkontribusi membuat teori
pengetahuan ini menjadi teori yang tepat. Meskipun upaya telah dilakukan akan tetapi
teori stakeholders masih tetap tidak jelas karena tidak mengemukakan secara
menyeluruh kompleksitas hubungan antara organisasi dan orang-orang, kelompok dan
organisasi lain dari lingkungannya.
Istilah pemangku kepentingan digunakan untuk mendeskripsikan komunitas atau
organisasi yang secara permanen menerima dampak dari aktivitas atau kebijakan di
mana mereka berkepentingan terhadap hasil aktivitas atau kebijakan tersebut. Hal ini
perlu disadari mengingat masyarakat tidak selalu menerima dampak secara adil.
Dalam sebuah organisasi, diperlukan lembaga atau individu yang dapat
memberikan masukan ataupun keputusan saat terjadi sebuah ketidakpastian atas suatu
permasalahan yang melanda organisasi tersebut. Para pemangku kepentingan ini
memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda. Ada stakeholder yang dapat melihat
langsung keadaan internal organisasi serta ada juga yang hanya dapat melihat dari
balik layar organisasi.
Untuk mencapai keseimbangan, perusahaan tidak dapat mengandalkan
pertumbuhan spontan dari hubungan pemangku kepentingan, tetapi mereka perlu
mengembangkan pendekatan manajerial untuk membangun ikatan yang tahan lama
dan berkelanjutan. Dalam hal ini, perusahaan harus berkomitmen untuk
mengembangkan jaringan hubungan yang luas, tidak terbatas pada pemegang saham,
karyawan atau klien, dan berinvestasi dalam memelihara mereka agar lebih efektif
tanpa berhenti.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan) Perusahaan?
2. Apa yang dimaksud dengan Klasifikasi Pemangku Kepentingan?
3. Apa yang dimaksud dengan Stakeholder Management?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan) Perusahaan.
2. Mengetahui Klasifikasi Pemangku Kepentingan.
3. Mengetahui Stakeholder Management.

D. Manfaat Penulisan
Setelah disusunnya makalah mengenai Manajemen Para Pemangku Kepentingan
diharapkan pembaca dapat menambah wawasan serta pemahaman dalam ilmu
manajamen.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan) Perusahaan


1. Pengertian Stakeholder
Stakeholders atau pemangku kepentingan adalah kelompok atau individu
yang dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup
organisasi. Pemangku kepentingan adalah seseorang, organisasi atau kelompok
dengan kepentingan terhadap suatu sumberdaya alam tertentu (Brown et al 2001).
Stakeholder is a person who has something to gain or lose through the outcomesof
a planning process, programme or project (Dialogue by Design 2008). Freeman
(1984) mendefinisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat
mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Biset
(1998) secara singkat mendefenisikan stakeholder merupakan orang dengan suatu
kepentingan atau perhatian pada permasalahan.
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus memberikan
manfaat bagi stakeholder (pemegang saham, kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan demikian, suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder
kepada perusahaan tersebut (Ghozali & Chariri, 2007).
Deegan (2004) menyatakan bahwa stakeholder theory adalah "Teori yang
menyatakan bahwa semua stakeholder memunyai hak memperoleh informasi
mengenai aktivitas perusahaan yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan
mereka. Para stakeholder juga dapat memilih untuk tidak menggunakan informasi
tersebut dan tidak dapat memainkan peran secara langsung dalam
suatu perusahaan. "Pengertian teori stakeholder menurut Freeman dan Reed
(Ulum, 2009) adalah sekelompok orang atau individu yang diidentifikasikan dapat
mempengaruhi kegiatan perusahaan ataupun dapat dipengaruhi oleh
kegiatan perusahaan. De Wit dan Meyer (Duran dan Radojicic, 2004) berpendapat
bahwa para pemegang saham, para pekerja, para supplier, bank, para customer,
pemerintah, dan komunitas merupakan pemegang peranan penting dalam sebuah
organisasi.

5
2. Peran Dan Fungsi Stakeholder
Peran pihak yang memiliki kepentingan utama atau stakeholder
dalamorganisasi bisnis ataupun dalam perusahaan, adalah sebagai berikut :
 Pemilik (owner) atau Pemegang Saham pada awalnya suatu bisnis dimulai
dari ide seseorang atau lebih tentang suatu barang atau jasa dan mereka
mengeluarkan uangnya (modal) untuk membiayai usaha tersebut, karena
mereka memiliki keyakinan bahwa kelak dikemudian hari akan
mendapatkan imbalan (keuntungan) dan mereka mengorganisasi,
mengelola dan menanggung segala resiko bisnis.
 Karyawan (employee) adalah orang yang diangkat dan ditugaskan untuk
menjalankan kegiatan perusahaan. Kinerja perusahaan sangat bergantung
pada kinerja seluruh karyawan, baik secara individu maupun secara
kelompok.
 Kreditor (creditor) Adalah lembaga keuangan atau individu yang
memberikan pinjaman kepada perusahaan. Kreditor sebagai
pemberi pinjaman, umumnya mengajukan persyaratan tertentu untuk
meyakinkan bahwa uang yang mereka pinjakan kelak akan dapat
dikembalikan tepat waktu sesuai jumlah dan prestasinya.
 Pemasok (supplier) Pemasok adalah partner kerja dari perusahaan
yangsiap memenuhi ketersediaan bahan baku, oleh karena itu
kinerja perusahaan juga sebagian tergantung pada kemampuan pemasok da
lam mengantarkan bahan baku dengan tepat waktu. Misalnya pemasok
kepentingan, jika barang dan jasa yang mereka pasok relatif langka dan
sulit untuk memperoleh barang/jasa subtitusi. Kekuatan relatif organisasi
terhadap pemangku kepentingan tidak selalu lemah.
 Pelanggan (customer) Dengan mengidentifikasi pelanggan,
perusahaanakan lebih fokus dalam memberikan produk dan jasa yang
diinginkan dan diharapkan oleh pelanggan mereka. Oleh karena itu
perusahaan memiliki kepentingan utama untuk mengidentifikasi individu
yang menggunakan produk dan jasa mereka (pealanggan, pesaing, dan
konsumen). Suatu perusahaan tidak akan bertahan lama tanpa ada seorang
customer. Customer merupakan target dari suatu perusahaan untuk
menjualkan hasil produksinya. Untuk menarik seorang costumer, suatu

6
perusahaan harus menyediakan produk dan layanan yang terbaik serta
harga yang bersahabat. Misalnya, suatu organisasi dapat memiliki
kekuatan yang sangat baik apalagi jika kondisi pelanggan tidak dpat
memperoleh barang /jasa substitusi yang baik pula.
 Pesaing Kesuksesan perusahaan biasanya tergantung pada pengetahuan
karyawan tentang pesaing dan peranan mereka dalam bisnis. Bentuk
yang paling umum dari pesaing langsung. Pesaing langsung menyediakan
produk atau jasa yang sama dalam industri, seperti yang diproduksi oleh
perusahaan kita. Contoh Toyota dan Suzuki, jatayu air dan adam air
merupakan pesaing langsung satu sama lain.
 Pemerintah, misalnya memiliki kekuasaan untuk memberikan perijinan.
Dalam masyarakat yang masih ditandai dengan adanya KKN yang masih
kuat, bukan tidak mungkin kekuasaan pemerintah dalam memberikan
perijinan dapat mengagalkan semua rencana yang disusun oleh
perusahaan.

3. Urgensi Stakeholders
Mitchell dkk. (1997) berpendapat bahwa urgensi memiliki banyak arti, tetapi
dalam hal stakeholders manajemen itu dapat dilihat sebagai hasil dari sensitivitas
waktu dan kekritisan. Dengan kata lain, seorang pemangku kepentingan dikatakan
memiliki urgensi dalam situasi di mana tuntutannya harus ditangani dalam waktu
singkat jika tidak, organisasi akan berada dalam masalah serius.

4. Hubungan Stakeholder dengan perusahaan


Sifat dari hubungan perusahaan dengan stakeholders mengalami perubahan
dinamis seiring berjalannya waktu. Beberapa pakar mengambil terjadinya
pergeseran bentuk dari yang semula tdak aktif (inactive), menjadi reaktif
(reactive) kemudian berubah lagi menjadi proaktif (proactive) dan akhirnya
menjadi interaktif (interactive).
a. Hubungan tidak aktif (inactive); perusahaan meyakini bahwa mereka dapat
membuat keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangakan dampaknya
terhadap pihak lain.

7
b. Hubungan yang reaktif (reactive); perusahaan cenderung memepertahankan
diri (defensive), dan hanya bertindak ketika dipaksa melakukanya.
c. Hubungan yang proaktif (proactive); perusahaan cenderung berusaha untuk
mengantisipasi kepentingan - kepentingan para stakeholder. Biasanya
perusahaan memiliki departemen khusu yang berfungsi mengidentifikasi isu-
isu yang menjadi perhatian para pemangku kepentingan utama. Namun,
perhatian mereka dan para stakeholders dipandang sebagai suatu permasalahan
yang perlu dikelola, bukan dipandang sebagai suatu sumber keunggulan
kompetitif.
d. Hubungan yang interaktif (interactive); perusahaan menggunakan
pendekatan bahwa perusahaan harus memiliki hubungan berkelanjutan yang
saling menghormati, terbuka, dan saling dipercaya dengan para pemangku
kepentinganya. Dengan demikian, perusahaan menganggap bahwa suatu
hubungan yang positif dengan para pemangku kepentingan adalah sumber
nilai dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

Hubungan perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)


diharapkan bersifat interaktif (interactive). Dengan demikian, diharapkan interaksi
ini dapat membantu perusahaan mempelajari ekspektasi masyarakat,memperoleh
keahlian dari luar perusahaan, mengembangkan solusi kreatif,dan memenangkan
dukungan pemangku kepentingan untuk menerapkan berbagai solusi tersebut.
Menurut Tunggal (2009) perlu respon terhadap pemangku kepentingan
pada era sekarang ini dipertajam dengan meningkatkannya globalisasi perusahaan
dan dengan munculnya teknologi-teknologi yang mampu memfasilitasi
komunikasi cepat pada pada skala dunia. Suatu perusahaan dapat membuat sebuah
pemetaan mengenai tipe pamangku kepentingan yang sedang dihadapi dengan
menempatkan dimensi potensi dan dimensi kerja sama untuk menentukan strategi
untuk menghadapi para pemangku kepentingan tersebut.

5. Partisipasi Pemangku Kepentingan (Stakeholder)


Pemangku kepentingan dapat dikategorikan sebagai pelaku, sedangkan
partisipasi merupakan media dalam mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan.
Melalui partisipasi, pemangku kepentingan diharapkan mampu memformulasikan
dan sekaligus mengimplementasikan aksi bersama. Selener (1997)
mengklasifikasikan partisipasi atas dua tipe. Pertama, partisipasi teknis yang dapat

8
mempengaruhi para pemegang kekuasaan untuk mengakomodasikan kebutuhan
mereka. Partisipasi tipe ini relatif tidak bermuara pada pemberdayaan atau
perubahan sosial masyarakat. Kedua, partisipasi politis yang memiliki
kemampuan dalam pengambilan langkah pengawasan terhadap suatu kondisi dan
situasi tertentu. Partisipasi tipe ini mampu meningkatkan aksi swadaya dalam
pengembangan dan penguatan kelembagaan.
Paling tidak ada empat alasan pentingnya partisipasi dalam menunjang
keberhasilan suatu program/kegiatan (Krishna dan Lovell 1985). Pertama,
partisipasi diperlukan untuk meningkatkan rencana pengembangan
program/kegiatan secara umum dan kegiatan prioritas secara khusus. Kedua,
partisipasi dikehendaki agar implementasi kegiatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Ketiga, partisipasi dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan
program/kegiatan. Keempat, partisipasi dapat meningkatkan kesetaraan dalam
implementasi kegiatan. Oleh karena itu, partisipasi merupakan suatu tatanan
mekanisme bagi para penerima manfaat dari suatu program/kegiatan. Pada
umumnya para pemangku kepentingan dalam implementasi program/kegiatan
terlibat secara semu (pasif). Petani, misalnya, hanya difungsikan sebagai target
dan mereka berpartisipasi berdasarkan informasi yang mereka dapatkan mengenai
apa yang terjadi di lingkungan mereka. Dengan kata lain, informasi dari target
diinterpretasikan oleh pihak luar (kaum profesional dan ahli). Oleh karena itu,
pengenalan tentang tipologi dan tingkatan partisipasi perlu dipahami oleh semua
pihak dalam penerapan program/ kegiatan, khususnya di lingkup pembangunan
pertanian.

B. Klasifikasi Pemangku Kepentingan


Pemangku kepentingan telah diklasifikasikan dalam dua cara. Di satu sisi,
Savage dkk. (1991) berpendapat bahwa pemangku kepentingan dapat diklasifikasikan
sebagai primer atau sekunder. Di sisi lain, Atkinson dkk. (1997) berpendapat bahwa
pemangku kepentingan bisa dilihat sebagai lingkungan atau proses terkait. Para
pemangku kepentingan lingkungan adalah mereka yang termasuk dalam lingkungan
eksternal di mana organisasi beroperasi.
Secara garis besar, pemangku kepentingan dapat dibedakan atas tiga kelompok
(Crosby 1992), yaitu :

9
 Pemangku kepentingan utama (primer), yakni yang menerima dampak positif
atau negatif (di luar kerelaan) dari suatu kegiatan. Contoh:
a) Masyarakat dan Tokoh Masyarakat, adalah mereka yang akan terkena
dampak dan mendapat manfaat dari suatu kebijakan, proyek, dan program.
Sedangkan tokoh masyarakat adalah anggota masyarakat yang dianggap
dapat menjadi aspirasi masyarakat.
b) Manajer Publik, adalah lembaga publik yang bertanggung jawab dalam
mengambil keputusan dan implementasinya.
 Pemangku kepentingan penunjang (sekunder), adalah yang menjadi perantara
dalam membantu proses penyampaian kegiatan. Dalam beberapa kegiatan,
pemangku kepentingan penunjang dapat merupakan perorangan atau kelompok
kunci yang memiliki kepentingan baik formal maupun informal. Contoh:
a) Lembaga pemerintah dalam wilayah tertentu namun tidak punya
tanggungjawab langsung.
b) Lembaga pemerintah yang berhubungan dengan permasalahan, namun tidak
punya wewenang langsung dalam mengambil keputusan.
c) Lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat yang bergerak di bidang
yang berhubungan dengan dampak, rencana, atau manfaat yang akan
muncul.
d) Perguruan Tinggi, yaitu kelompok akademis yang berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan pemerintah.
e) Pengusaha atau Badan Usaha
 Pemangku kepentingan kunci (key player), yakni yang berpengaruh kuat atau
penting terkait dengan masalah, kebutuhan, dan perhatian terhadap kelancaran
kegiatan. Contoh:
a) Pemerintah Kabupaten
b) DPR Kabupaten
c) Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan

Dalam dunia bisnis pembagian kelompok Stakeholder dapat dibagi menjadi dua,
yaitu Internal Stakeholder dan External Stakeholder. Pihak-pihak yang
termasuk dalam stakeholder internal seperti pemegang saham, manajemen dan top
executive, pegawai, keluarga pegawai. Sedangkan stakeholders external seperti

10
konsumen, penyalur (distributor), pemasok (supplier), bank (creditor), pemerintah,
pesaing (competitor), komunitas dan pers.

C. Stakeholder Management
(Stakeholder Management) atau Manajemen pemangku kepentingan, adalah
ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara organisasi dan pemangku
kepentingannya. Hubungan ini berdampak pada individu dan organisasi baik secara
positif maupun negatif. Pemangku kepentingan perlu dikelola untuk meminimalkan
dampak negatif mereka dan memastikan bahwa mereka tidak menghalangi
pencapaian tujuan oleh individu dan organisasi. Sebuah organisasi dapat dipengaruhi
pada beberapa dimensi dan dengan cara yang berbeda, karena daftar pemangku
kepentingan di sebagian besar usaha seringkali panjang dan perbedaan kepentingan
mereka juga dapat menjadi sumber utama konflik. Oleh karena itu, penting dalam
mengelola saham di sebagian besar usaha untuk menjaga keseimbangan yang terus
berubah antar pemangku kepentingan (Goodijk, 2003).
Manajemen pemangku kepentingan menyatakan bahwa sebuah organisasi harus
berhubungan dengan banyak kelompok konstituen dan harus menimbulkan dan
mempertahankan dukungan dari kelompok-kelompok ini dengan mempertimbangkan
dan menyeimbangkan kepentingan mereka yang relevan (Goodpaster, 1991; Freeman,
1994; Logsdon dan Wood, 2000). Kepentingan yang berbeda dapat menjadi sumber
utama konflik antara pemangku kepentingan dan karenanya penting untuk mengelola
pemangku kepentingan di sebagian besar usaha. Pengaruh pemangku kepentingan
bervariasi (Lynch, 2006) sehingga kebutuhan untuk menanggapi pemangku
kepentingan yang berbeda dengan cara yang berbeda. Bahkan jika semua pemangku
kepentingan memiliki niat baik, dan mereka sering melakukannya, jumlah mereka
yang besar dalam proyek tertentu menjamin manajemen mereka karena mengejar
tujuan individu mereka mungkin belum tentu sejalan. Pendekatan proaktif diperlukan
dalam berurusan dengan pemangku kepentingan daripada bersikap reaktif. Sementara
upaya minimal diperlukan untuk memuaskan pemangku kepentingan dengan tingkat
kepentingan yang rendah, upaya yang lebih besar diperlukan untuk membuat mereka
yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi senang (Carter, 2006).
Klaim, hak, dan harapan pemangku kepentingan yang berbeda dapat
mengerahkan kekuatan tangensial ke arah yang berbeda. Efek ini harus dilawan
dengan mengelola pemangku kepentingan secara kolektif sesuai dengan tujuan dari

11
penyebab yang diberikan (Gibson, 2000). Pertama, setiap pemangku kepentingan
harus dikelola secara unik berdasarkan disposisi mereka. Dengan begitu, misi,
kekuatan, kelemahan, strategi, dan perilaku pemangku kepentingan yang berbeda
akan dilibatkan secara hati-hati (Cleland, 2002) untuk menghindari ancaman apa pun
yang mungkin mereka timbulkan terhadap proyek dan tata kelola perusahaan, proses
dan hasil (Freeman, 1984; Logsdon dan Wood , 2000). Kedua, setiap kelompok
pemangku kepentingan berbasis proyek harus dikelola sebagai kelompok. Kegiatan
ini melampaui tahap konstruksi proyek. Pengguna fasilitas, anggota masyarakat, dll.
dapat menggunakan kepentingan mereka setelah tahap konstruksi dan manajemen
pemangku kepentingan membentang sesuai dengan umur fasilitas.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stakeholder (pemangku kepentingan) meruapakan kelompok atau individu yang
dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi.
Klasifikasi pemangku kepentingan dapat dibedakan menjadi tiga kategori kelompok,
yaitu pemangku kepentingan primer, sekunder, dan key player. Namun, dapat juga
dikategorikan berdasarkan lingkungan atau proses yang dilakukan di sebuah
organisasi/perusahaan. Para pemangku kepentingan perlu dikelola untuk
meminimalkan dampak negatif mereka dan memastikan bahwa mereka tidak
menghalangi pencapaian tujuan yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi.
Hubungan perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)
diharapkan bersifat interaktif (interactive). Dengan demikian, diharapkan interaksi ini
dapat membantu perusahaan mempelajari ekspektasi masyarakat, memperoleh
keahlian dari luar perusahaan, mengembangkan solusi kreatif, dan memenangkan
dukungan para pemangku kepentingan untuk menerapkan berbagai solusi tersebut.

B. Penutup
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Dan apabila terdapat
kesalahan mohon untuk dapat memaafkan dan memakluminya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chinyio, E., & Olomolaiye, P. (Eds.). (2009). Construction stakeholder management.


John Wiley & Sons.

Iqbal, M. (2007). Analisis peran pemangku kepentingan dan implementasinya dalam


pembangunan pertanian. Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 89-99.

Listyo Widodo, M., Soekmadi, R., Susilo Arifin, H. (2018). Analisis Stakeholders Dalam
Pengembangan Ekowisata Di Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas
Hulu. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 8 No. 1 Hal. 55-
61.

Manghayu, A., & Nurdin, A. H. M. (2018). Manajemen Pemangku Kepentingan Dalam


Ranah Pengambilan Keputusan Pemerintah Daerah. JURNAL MP (MANAJEMEN
PEMERINTAHAN), 109-124.

Muhammad Syafiuddin, M., Haidar Fajrul Ulum, M., Ainul Yaqin, M. (2021).
Perencanaan Manajemen Stakeholder di Pondok Pesantren Menggunakan Project
Management Body of Knowledge (PMBOK). ILKOMNIKA: Journal of Computer
Science and Applied Informatics Vol. 3, No. 2, Hal. 255-265.

Nurhayati, I., & Farida, R. (2018). Pelanggaran Etika Profesi Bankir Dalam Dimensi
Kejahatan Perbankan. Epigram, 15(1).

Pedrini, M., Maria Ferri, L. (2018). Stakeholder management: a systematic literature


review. Corporate Governance: The International Journal of Business in Society.
Vol. 19, No.1, Hal. 44-59.

Sutarsih, C. (2009). Etika Profesi. Jakarta: Dirjen Pendis Kemenag RI. Code of conduct
PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

14

Anda mungkin juga menyukai