Anda di halaman 1dari 28

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN

PARTSIPATIF

Oleh:
KELOMPOK 1

Aprillianti 2010514320020
Assyifa Azmi 2010514320023
Anisa Septiarini 2010514120005
Holila Fitriana Siregar 2010514120007
Daffa Alfaza Harnanta 1910514310007
Fitria Ulfah 1910514320017
Galin Pratama 2010514210041
Najwa Ramadina 2010514320006
Noor Syifa 2010514220016
Novita Limbong 2010514120009
Muhammad Aldi 1910514310021
Raudatul Janah 2010514320004
Salma El-Khansa J.P 2010514220027

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI....................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat...........................................................4


B. Prinsip, Model-Model dan Tujuan Pemberdayaan...........................................4
C. Tingkatan Keberdayaan Masyarakat...............................................................6
D. Aspek-Aspek dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat................................6
E. Tujuan Menurut Penulis Buku Pemberdayaan Masyarakat.............................8
F. Penyusunan Program dan Contoh Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Pertanian...............................................................................................................8
G. Pengertian Penyuluhan.................................................................................11
H. Arti Penting Penyusunan Program Penyuluhan............................................15
I. Tujuan dan Peran Penyuluhan........................................................................16
J. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Penyuluhan Partisipatif.................................17

BAB III PENUTUP.......................................................................................................22

A. Kesimpulan.....................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Soemantri, 2010:74).
Masyarakat itu merupakan suatu kelompok orang-orang yang hidup dalam
suatu lingkungan tertentu yang mempunyai tradisi institusi, aktivitas dan
kepentingan bersama (Thoha, 2010:28).
Jadi masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang saling berhubungan
dalam suatu lingkungan dan mempunyai kepentingan bersama. Selanjutnya
Widjaja mendefinisikan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
adalah upaya peningkatan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat,
sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara
maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara baik dibidang
ekonomi, sosial, agama dan budaya (Widjaja, 2010:169).
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pengembangan potensi dan
kemampuan masyarakat sehingga tumbuh kapasitas untuk memecahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi. Pemberdayaan masyarakat dilakukan
melalui kegiatan belajar-mengajar dan usaha-usaha lain (misalnya membantu
penyediaan fasilitas tertentu), yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan
kemauan mereka bertindak mengatasi masalah dan ancaman yang mereka
hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajar adalah usaha aktif
seseorang yang bertujuan mengembangkan wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental yang berdampak tumbuhnya kemampuan
bertindak cerdas memecahkan masalah.
Penyuluhan partisipatif adalah kegiatan terencana berupa pendidikan non-
formal, yang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya melibatkan sasaran
didik secara aktif (pemeran utama). Pelibatan masyarakat setempat sebagai
sasaran didik dilakukan mulai perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi
seluruh kegiatan. Dalam perencanaan identifikasi masalah dan kebutuhan yang
2

menjadi titik tolak perencanaan penyuluhan haruslah yang dirasakan dan


dinyatakan oleh masyarakat setempat. Dalam pelaksanaan: anggota masyarakat
menjadi pemeran utama; potensi (pengetahuan, keterampilan, pengalaman)
yang ada pada mereka dimanfaatkan secara maximal. Penyuluh sebagai
fasilitator.
Dalam penyuluhan patisipatif sikap mental penyuluh terhadap masyarakat
sangat penting. Anggota masyarakat bukan pegawai pemerintah dan bukan
bawahan penyuluh, jadi jangan diperintah ataupun dipaksa untuk melakukan
segala sesuatu yang dikehendaki pemerintah. Dalam penyuluhan partisipatif
anggota masyarakat adalah mitra kerja penyuluh untuk bekerjasama berusaha
mencapai tujuan penyuluhan. Sebagai fasilitator penyuluh wajib melayani
anggota masyarakat dengan baik agar mereka dapat “belajar” dan berdaya
dengan lebih cepat dan berhasil.

B. Rumusan Masalah
Dalam paper ini, akan membahas tentang:
1) Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat?
2) Apa saja prinsip, model-model dan tujuan pemberdayaan?
3) Apa saja tingkatan keberdayaan masyarakat?
4) Apa saja aspek-aspek dan tahapan pemberdayaan masyarakat?
5) Apa saja tujuan menurut penulis buku pemberdayaan masyarakat?
6) Bagaimana penyusunan program dan contoh pemberdayaan masyarakat di
bidang Pertanian?
7) Apa yang dimaksud dengan penyuluhan?
8) Apa arti penting penyusunan program penyuluhan?
9) Apa saja tujuan dan peran penyuluhan?
10) Apa pengertian dan prinsip-prinsip penyuluhan partisipatif?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari paper ini, yaitu:
1) Penulis dan pembaca dapat memahami pengertian pemberdayaan
masyarakat.
3

2) Penulis dan pembaca dapat mengetahui prinsip, model-model dan ujuan


pemberdayaan.
3) Penulis dan pembaca dapat mengetahui tingkatan keberdayaan masyarakat.
4) Penulis dan pembaca dapat mengetahui aspek-aspek dan tahapan
pemberdayaan masyarakat.
5) Penulis dan pembaca dapat mengetahui tujuan menurut penulis buku
pemberdayaan masyarakat.
6) Penulis dan pembaca dapat mengetahui penyusunan program dan contoh
pemberdayaan masyarakat di bidang Pertanian.
7) Penulis dan pembaca dapat memahami pengertian penyuluhan.
8) Penulis dan pembaca dapat memahami arti penting penyusunan program
penyuluhan.
9) Penulis dan pembaca dapat mengetahui tujuan dan peran penyuluhan.
10) Penulis dan pembaca dapat memahami pengertian dan prinsip-prinsip
penyuluhan partisipatif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti
tenaga/kekuatan, proses, cara, perbuatan memberdayakan. Shardlow dalam
Isbandi Rukminto melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai
pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Pemberdayaan merupakan proses perubahan ke kehidupan yang lebih baik
di berbagai bidang, mulai dari bidang pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan
budaya. Kebanyakan pemberdayaan berfokus pada bidang ekonomi karena
negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki angka
kemiskinanyang tinggi sehingga dengan adanya pemberdayaan mampu
mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Tidak hanya itu, pemberdayaan di
bidang ekonomi juga dapat berdampak kepada bidang lainnya.

B. Prinsip, Model-Model dan Tujuan Pemberdayaan


Pemberdayaan ditujukan agar klien atau sasaran mampu meningkatkan
kualitas kehidupannya untuk berdaya, memiliki daya saing dan mandiri. Mathews
menyatakan bahwa “prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijakan yang
dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan
secara konsisten”. Karena itu prinsip akan berlaku umum, dapat diterima secara
umum dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai pengamatan dalam kondisi
yang beragam.
Dengan demikian prinsip akan dijadikan sebagai landasan pokok yang
benar, bagi pelaksana kegiatan yang akan dilaksanakan. Prinsip biasanya
diterapkan dalam dunia akademis, leagans menilai bahwa setiap
penyuluh/fasilitator dalam melaksanakan kegiatan harus berpegang teguh pada
prinsip-prinsip pemberdayaan, yaitu:
1) Mengerjakan, kegiatan pemberdayaan harus sebanyak mungkin melibatkan
masyarakat untuk mengerjakan/menerapkan sesuatu, karena melalui
5

“mengerjakan” mereka akan mengalami proses belajar (baik dengan


menggunakan pikiran, perasaan dan keterampilannya) yang akan terus
diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.
2) Akibat, kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau pengaruh
yang baik atau bermanfaat karena, perasaan senang/puasatau tidak senang
atau kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan
belajar/pemberdayaan dimasa-masa mendatang
3) Asosiasi, setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan
lainnya sebab, setiap orang cenderung untuk mengaitkan/menghubungkan
kegiatannya dengan kegiatan/pristiwa yang lainnya.
Menurut Yefni dalam jurnal masyarakat madani dengan judul Analisis
Model Pemberdayaan Masyarakat menyatakan bahwa model pemberdayaa
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Model Pemberdayaan Sentralisasi
Model pemberdayaan sentralisasi adalah model pemberdayaan yang segala
kegiatannya telah dibuat oleh orang luar (bukan masyarakat setempat),
mulai dari perencanaan program sampai pelaksanaan program telah dibuat,
sehingga masyarakat menjadi pasif.
2) Model Pemberdayaan Community Development
Model pemberdayaan community development adalah model pemberdayaan
dengan mengembangkan potensi sumber daya alam maupun sumber daya
manusia atau keduanya, dengan mengadakan penyuluhan, pelatihan,
magang, study banding dan lain sebagainya.
3) Model Pemberdayaan Partisipatif
Model pemberdayaan partisipatif adalah model pemberdayaan yang
penyadaran masyarakat, perencanaan program, pelaksanaan program
sampai evaluasi program dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (tidak
melibatkan orang luar).
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mencapai keadilan sosial.
Payne (1997:268) menyatakan keadilan sosial dengan memberikan ketentraman
kepada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui
6

upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah-langkah


kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar.

C. Tingkatan Keberdayaan Masyarakat


Menurut Susiladiharti dalam Huraerah (2011) terbagi ke dalam lima
tingkatan, yaitu:
1) Terpenuhinya kebutuhan dasar
2) Terjangkaunya sistem sumber atau akses terhadap layanan publik
3) Kesadaran akan kekutan dan kelemahan atas diri sendiri dan juga
lingkungannya
4) Mampu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang bermanfaat di
masyarakat dan lingkungan yang lebih luas
5) Kemampuan untuk mengendalikan diri dan lingkungannya. Tingkatan kelima
ini dapat dilihat dari keikutsertaan dan dinamika masyarakat dalam
mengevaluasi dan mengendalikan berbagai program dan kebijakan institusi
dan pemerintahan.

D. Aspek-Aspek dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat


Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat
(empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek yaitu:
Pertama, ENABLING yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan
potensi masyarakat dapat berkembang. Asumsinya adalah pemahaman bahwa
setiap orang, setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan
artinya tidak ada orang atau masyarakat tanpa daya.
Kedua, EMPOWERING yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat
melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan
pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin
berdaya.
Ketiga, PROTECTING yaitu melindungi dan membela kepentingan
masyarakat lemah. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan
unsur penting, sehingga pemberdayaan masyarakat sangat erat hubungannya
7

dengan pementapan, pembudayaan dan pengalaman demokrasi (Friedmann,


1994).
Setidaknya ada tujuh tahapan untuk melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat, yaitu:
1) Persiapan
Pada tahap ini ada dua hal yang harus dilakukan yaitu penyiapan petugas
sdm dan penyediaan lapangan. Penyiapan petugas dapat dilakukan oleh
community worker. Kemudian penyediaan lapangan yang pada dasarnya
diusahakan dilakukan secara non-direktif.
2) Pengkajian (assesment)
Ini merupakan tahap dalam penilaian suatu daerah yang akan dibina. Tahap
ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi masalah yang diperlukan dalam
daerah yang akan dibina.
3) Perencanaan Alternatif Program
Tahap selanjutnya adalah bahwa pihak yang akan melakukan
pemberdayaan melibatkan masyarakat untuk berpikir masalah yang mereka
hadapi dan mencari solusinya.
4) Formalisasi Rencana Aksi
Pihak yang akan melakukan pemberdayaan membentuk kelompok dan
melakukan rancangan program-program apa saja yang akan dilaksanakan
guna memecahkan masalah.
5) Pelaksanaan Program
Ini masuk ke dalam tahap eksekusi. Program-program yang sudah dirancang
mulai dieksekusi alias diterapkan pada masyarakat yang diberdayakan.
6) Evaluasi
Usai melaksanakan program, tentu ada saja kesalahan yang terjadi. Hal
tersebutlah yang kemudian menjadi evaluasi agar program ke depannya bisa
lebih baik lagi. Dalam tahap evaluasi juga sebaiknya melibatkan warga untuk
melakukan pengawasan terhadap program yang berjalan.
7) Terminasi
Tahap terakhir dalam pemberdayaan masyarakat adalah terminasi. Tahap ini
adalah tahap dimana pihak yang memberdayakan melakukan pemutusan
8

hubungan secara formal dengan masyarakat yang dibina. Pemutusan


hubungan karena dirasa secara key performance indicator (KPI) sudah
cukup untuk dilepas.

E. Tujuan Menurut Penulis Buku Pemberdayaan Masyarakat: Dalam Perspektif


Kebijakan Publik yaitu Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, Pemberdayaan
Masyarakat Memiliki 6 Tujuan
1) Perbaikan kelembagaan (Better Institution): Kegiatan atau tindakan yang
dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat diharapkan bisa memperbaiki
kelembagaan di wilayah pemberdayaan.
2) Perbaikan Usaha (Better Business): Dengan adanya perbaikan pendidikan
atau semangat untuk belajar, perbaikan aksesibilitas atau keterjangkauan,
serta perbaikan kelembagaan diharapkan dapat memperbaiki usaha yang
dijalankan.
3) Perbaikan Pendapatan (Better Income): Adanya aktivitas dalam rangka
perbaikan bisnis atau usaha di area binaan maka diharapkan dapat juga
meningkatkan pendapatan masyarakat binaan.
4) Perbaikan Lingkungan (Better Environment): Adanya usaha untuk
memperbaiki pendapatan maka diharapkan masyarakat juga bisa
memperbaiki lingkungan. Karena kerusakan lingkungan seringkali
disebabkan oleh kemiskinan.
5) Perbaikan Kehidupan (Better Living): Ketika pendapatan dan lingkungan
sudah membaik maka diharapkan pola hidup masyarakat juga membaik.
6) Perbaikan Masyarakat (Better Community): Pada akhirnya diharapkan terjadi
perbaikan secara keseluruhan di setiap elemen masyarakat.

F. Penyusunan Program dan Contoh Pemberdayaan Masyarakat di Bidang


Pertanian
Menurut Ife (1995) dalam Suharto (2005) pemberdayaan yang berasal dari
kata power (kekuasaan atau keberdayaan) bertujuan untuk memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial. Pemberdayaan
9

bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang- orang yang lemah dan tidak
beruntung.
Menurut Rappaport (1987) dalam Suharto (2005) pemberdayaan adalah
suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu
menguasai atau berkuasa atas kehidupanya. Evaluasi program merupakan
proses pengidentifikasian keberhasilan dan atau kegagalan suatu rencana,
pelaksanaan dan hasil kegiatan program. Evaluasi sangat penting dilakukan
untuk melihat sejauh mana keberhasilan telah dicapai sehingga bisa menjadi
masukan positif bagi program pemberdayaan selanjutnya.
Menurut Arikunto (1995), evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui
tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui
efektivitas masing-masing komponennya.
Pekerjaan sebagai petani memang terbilang susah-susah gampang untuk
dilakukan. Kendati demikian pertanian yang ada tidak boleh dihentikan ataupun
terhenti. Seperti yang diutarakan oleh Syahrul Yasil Limpo selaku Menteri
Pertanian. Untuk itu dibutuhkan contoh pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian oleh para petani.
Agar dunia pertanian yang berada di negeri ini terus berkembang dan bisa
menghasilkan produk pertanian yang lebih berkualitas. Walaupun wabah
penyakit Covid-19 tengah menyerang sebagian besar masyarakat, para petani
tetap menjalankan tugasnya dalam merawat berbagai macam tanaman. Berikut
informasi mengenai pemberdayaan kepada para petani yang bisa dilakukan:
1) Memanfaatkan Pekarangan Menjadi Lahan Pertanian
Salah satu contoh pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian adalah
dengan menyulap lahan yang ada di sekitar rumah sebagai lahan untuk
bercocok tanam. Pasalnya telah diketahui jika semakin kesini keberadaan
akan lahan pertanian semakin berkurang akibat maraknya pembangunan.
Baik dalam skala perseorangan maupun kelompok, ditambah dengan
populasi penduduk yang semakin meningkat serta yang terbaru ini adanya
pandemi Covid-19. Dari pihak pemerintah pun mendukung kegiatan tersebut.
Namun masih banyak warga yang kurang berminat akan kegiatan menanam
di halaman rumah.
10

2) Peningkatan Hasil Panen


Biasanya sebuah hasil panen bisa dilihat dari tolak ukur pendapatan semisal
berat dibandingkan dengan luas lahan. Contohnya seperti kg/hektar bisa
juga berat digantikan dengan satuan lain layaknya ton dan juga kuintal.
Pemberdayaan dalam bidang pertanian dengan meningkatkan hasil panen
diharapkan dapat mengurangi jumlah kemiskinan yang ada.
Terutama bagi warga yang berada di pedesaan dan berpotensi sebagai
seorang petani. Caranya bisa dilakukan dengan memberikan motivasi atau
dorongan terhadap para petani agar diadakannya sebuah saluran irigasi
yang tergolong hemat. Tujuannya tidak lain supaya tanaman bisa tetap
tumbuh dan berkembang walaupun tengah berada di musim kemarau.
3) Pembentukan Kelompok Tani
Yang termasuk contoh pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian
berikutnya bisa dilakukan pembentukan kelompok tani di setiap daerah.
Bahkan adanya kelompok tani tersebut telah diatur dalam undang-undang
pemerintah.
Jadi kelompok tani merupakan perkumpulan para petani yang memiliki
tujuan sama yaitu untuk meningkatkan perekonomian yang ada dan juga
efisiensi usaha. Perlu diketahui dalam sebuah kelompok tani biasanya
diadakan yang namanya pelatihan dan juga peningkatan SDM dari petani itu
sendiri. Baik dari segi keterampilan maupun dari segi kemampuan.
4) Sosialisasi Kelompok Wanita Tani
Bentuk lain dari pemberdayaan para petani dapat terwujud dengan
dibentuknya sebuah kelompok wanita tani. Tentunya tantangan yang
biasanya terjadi adalah menarik minat para perempuan untuk bersedia
mengikuti.
Pasalnya kebanyakan para ibu-ibu yang ada telah terbiasa dengan hanya
melakukan aktivitas rumah saja. Namun keberadaan para perempuan dalam
dunia pertanian dapat diandalkan untuk melakukan beberapa hal. Misalnya
menanam padi, memetik cabai yang telah matang dan cukup usia disertai
lainnya.
5) Penyuluhan Pertanian
11

Penyuluhan dilakukan dalam dunia pertanian untuk tujuan supaya para


petani dapat memanajemen berbagai macam hasil panen dengan lebih baik.
Hal ini berkaitan erat akan sumber perekonomian dalam keluarga. Pasalnya
hasil pertanian terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
demikian para mahasiswa bisa memberikan informasi mengenai tata kelola
hasil panen yang cukup menarik.
Itulah pembahasan mengenai contoh pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian yang bisa dilakukan. Pasalnya pihak dari pemerintah telah
mendukung beberapa usaha di atas. Jadi dengan mulai merubah bentuk
pertanian yang dulunya tradisional seperti membajak sawah dengan sapi.
Kemudian beralih pada bentuk modern melalui alat bajak dari mesin.

G. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang dapat diartikan bisa menerangi.
Penyuluhan adalah suatu proses demokrasi, artinya suatu penyuluhan harus
mampu mengembangkan suasana bebas untuk berfikir, berdiskusi,
menyelesaikan masalahnya, merencanakan dan bertindak bersama- sama.
Penyuluhan adalah proses kontinu, artinya penyuluhan harus dimulai dari
keadaan petani pada saat itu ke arah tujuan yang mereka kehendaki,
berdasarkan kebutuhan dan kepentingan yang senantiasa berkembang (Isran,
2012).
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru
agar masyarakat mau tetarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam
kehidupan mereka sehari hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan
mendidik, memberikan pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-
kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan berprilaku hidup
menurut apa yang seharusnya.
Defenisi penyuluhan pertanian menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 adalah
proses pembelajaran dari penyuluh kepada pelaku usaha yang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Isran,
2012).
12

Penyuluhan adalah suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada individu


ataupun kelompok, memberi pengetahuan, informasi-informasi dan berbagai
kemampuan agar dapat membentuk sikap dan perilaku hidup yang seharusnya.
Hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka
mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-
citakan (Notoatmodjo, 2012).
Penyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah
perilaku petanidan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai
kemauanserta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau
kegiatan-kegiatanmeningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.
Menurut U. Samsudin S. (dalam Kartasapoetra, 1987) penyuluhan pertanian
adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non-formal untuk para
petani dan keluarganya di perdesaan. AT Mosher menambahkan penjelasan
bahwa dalam penyuluhan terkandung artiaktivitas pendidikan di luar bangku
sekolah yang disesuaikan dengan waktu dankeadaan petani sebagai sasaran
penyuluhan itu sendiri (Kartasapoetra, 1987).
Margono (dalam Mardikanto, 2009) memaknai penyuluhan sebagai
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Istilah ini telah lazim digunakan oleh
banyak pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada dasawarsa 1990-
an. Terkait hal tersebut, selanjutnya Mardikanto (2009) merangkum kegiatan
penyuluhan dari berbagai pemahaman, yaitu:
1) Penyebarluasan informasi, penyuluhan sebagai terjemahan dari kata
“extension”, dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan, dalam hal
iniinformasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan
oleh perguruan tinggi ke dalam praktik atau kegiatan teknis.
2) Penerangan/penjelasan, penyuluhan berasal dari kata ”suluh” atau
obor,dapatdiartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang
bagi yangdalam kegelapan.
3) Pendidikan non-formal (luar sekolah).
4) Perubahan perilaku, penyuluhan adalaah proses aktif yang
memerlukaninteraksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun
13

“perubahan perilaku” yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap


dan keterampilan.
5) Rekayasa sosial, melakukan segala upaya untuk menyiapkan
sumberdayamanusia agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan
peran sesuaidengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem sosialnya
masing-masing.
6) Pemasaran inovasi (teknis dan sosial).
7) Perubahan sosial, penyuluhan dalam jangka panjang diharapan
mampumenciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki
kehidupanmasyarakatnya.
8) Pemberdayaan masyarakat, penyuluhan bertujuan untuk
mewujudkanmasyarakat madani dan mandiri dalam pengertian dapat
mengambil keputusan yang terbaik bagi kesejahteraannya sendiri.
9) Penguatan kapasitas, upaya untuk melebih mampukan individu agar
lebihmampu berperan di dalam kelompok dan masyarakat global.
Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yaitu : 1) Membantu
petanimenganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke
depan, 2) Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya
masalah darianalisis tersebut, 3) Meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan wawasanterhadap suatu masalah, serta membantu menyusun
kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani, 4) Membantu petani
memperoleh pengetahuanyang khusus berkaitan dengan cara pemecahan
masalah yang dihadapi serta akibatyang ditimbulkannya sehingga mereka
mempunyai berbagai alternatif tindakan, 5) Membantu petani memutuskan
pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudahoptimal, 6) Meningkatkan
motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya, 7) Membantu petani untuk
mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalammembentuk
pendapat dan mengambil keputusan (Van den Ban & Hawkins, 1999).
Penyuluhan pertanian sebagai sebagai suatu sistem pemberdayaan petani
merupakansuatu sistem pendidikan non-formal bagi keluarga petani yang
bertujuan membantu petani dalam meningkatkan keterampilan teknis,
pengetahuan, mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan
14

membangun kemandirian dalam mengelolalahan pertaniannya. Penyuluhan


pertanian sebagai perantara dalam proses alihteknologi maka tugas utama dari
pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan
informasi teknologi, informasi input dan harga input-output serta informasi pasar
(Badan SDM Pertanian, 2003).
Penyuluhan pada dasarnya adalah upaya perubahan berencana yang
dilakukan melalui sistem pendidikan non formal dengan tujuan merubah perilaku
(sikap, pengetahuan, keterampilan) sasaran untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya, sehingga kualitas kehidupannya menjadi meningkat (Yunasaf,
2003).
Untuk menjalankan proses penyuluhan, penyuluh pertanian berperan
sebagai berikut:
1) Edukator
Peran dalam educator adalah membimbing petani berdasarkan konsep
pendidikan orang dewasa. Penyuluh membantu petani untuk membentuk
suatu pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik melalui cara
komunikasi yang baik dengan cara memberikan informasi yang petani
perlukan. Penyuluh membantu petani dalam pengambilan keputusan sendiri
dengan cara menolong petani mengembangkan wawasan mengenai
konsekuensi dari masing-masing pilihan. Informasi yang diperoleh tidak
sebatas dari penyuluh tetapi juga dapat dari sumber lain termasuk
pengalaman mereka sendiri serta pengalaman mitra untuk mengembangkan
wawasan.
2) Komunikator
Penyuluh bertugas untuk menyampaikan pesan dan berinteraksi secara
terus menerus dengan khalayak sehingga menghasilkan perubahan perilaku
dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.
3) Organisator
Penyuluh selalu menumbuhkan dan mengembangkan organisasi kelompok
tani maupun gapoktan sesuai dengan ketentuan. Penyuluh juga senantiasa
melakukan pendampingan sehingga kelompok tani mampu untuk berfungsi
15

sebagai kelas belajar mengajar, wahana kerjasama dan sebagai unit


produksi.
4) Motivator
Petani membutuhkan dorongan semangat. Mereka membutuhkan rekan
yang akan menyemangatidan mendampingi mereka untuk percobaan dakam
menerapkan teknologi baru dan memfasilitasi mereka untuk berhasil dalam
percobaan tersebut.
5) Inovator
Penyuluh adalah penyebar hasil-hasil penelitian yang telah teruji. Petani
yang disuluh adalah mereka yang telah menghasilkan produksi yang
berorientasi pasar dan selalu respon terhadap perubahan-perubahan selalu
lebih tanggap dengan cepat terhadap inovasi baru. Tidak sedikit pula
penyuluh yang menerapkan sebuah inovasi di lahan yang digarapnya
sebagai bahan percontohan keberhasilan suatu inovasi dalam meningkatkan
produktivitas atau menekan biaya produksi, sehingga petani bisa mencontoh
dari apa yang dilakukan oleh penyuluh.
6) Dinamisator
Penyuluh merupakan penghubung antara pemerintah dengan petani, petani
dengan pemerintah, peneliti dengan petani dan sebaliknya, maupun dengan
mitra kerja yang lainnya. Sehingga petani melalui kelompok tani mampu
berjalan secara dinamis seiring dengan perkembangan teknologi dalam
meningkatkan produksi usahatani, pasar, dan kelestarian lingkungan.
7) Fasilitator
Penyuluh pertanian senantiasa memberikan jalan keluar/kemudahan-
kemudahan, baik dalam proses penyuluhan melalui kemitraan usaha, akses
pasar, permodalan dan sebagainya maupun fasilitas dalam memajukan
usahatani petani.

H. Arti Penting Penyusunan Program Penyuluhan


Beberapa alasan yang melatar belakangi diperlukannya penyusunan atau
perencanaan program, dapat dikemukakan sebagai berikut:
16

1) Memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang apa


yang harus dilakukan dan bagaimana cara melaksanakannya.
2) Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat (umum).
3) Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul/saran yang
“baru".
4) Memantabkan tujuan-tujuan yang ingm dan harus dicapai, yang
perkembangannya dapat djukur dan dievaluasi.
5) Memberikan pengertian yang jelas.
6) Mencegah kesalah-artian tentang tujuan akhir.
7) Memberikan kelangsungan dalam diri personel selama proses perubahan
berlangsung.
8) Membantu pengembangan kepemimpinan
9) Menghindarkan pemborosan sumberdaya
10) Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam masyarakat
Inti dari program, yaitu:
1) Perencanaan program merupakan suatu proses yang berkelanjutan
2) Perencanaan program dirumuskan oleh beberapa pihak
3) Perencanaan program dirumuskan berdasarkan fakta
4) Perencanaan program meliputi perumusan tentang keadaan, masalah,
tujuan dan cara
5) Perencanaan program dinyatakan secara tertulis.

I. Tujuan dan Peran Penyuluhan


Penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu :
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah
menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang
meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap dan tindakan petani
keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan
berubahnya perilaku petani dan keluarganya, diharapkan dapat mengelola
usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien (Zakaria, 2006).
Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan
kesejahteraan petani yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani
17

(better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan


petani dan masyarakatnya (better living). Prinsip yang digunakan dalam
merumuskan tujuan yaitu SMART (Anonim, 2009):
a. Specific (khusus), kegiatan penyuluhan pertanian harus dilakukan untuk
memenui kebutuhan khusus.
b. Measurable (dapat diukur), bahwa kegiatan penyuluhan harus mempunyai
tujuan akhir yang dapat diukur.
c. Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan) yaitu tujuan kegiatan penyuluhan itu
harus mampu untuk dicapai oleh para peserta/petani.
d. Realistic (realistis), bahwa tujuan yang ingin dicapai harus masuk akal, dan
tidak berlebihan, sehingga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
peserta/petani.
e. Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan), ini berarti bahwa
dalam waktu yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penyelenggaraan penyuluhan ini harus dapat dipenuhi oleh setiap peserta/
petani.
Peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu:
menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga
menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat untuk
menentukan program pembangunan, memberi kemampuan masyarakat dalam
mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam menguasai
lingkungan sosialnya (Fashihullisan, 2009).
Peran seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat dikategorikan ke
dalam tiga peran, yaitu:
1) Peran fasilitator (Facilitative Roles).
2) Peran pendidik (Educational Roles).
3) Peran teknikal (Technical Roles).

J. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Penyuluhan Partisipatif


Pengertian penyuluhan pertanian partisipatif adalah pendidikan luar sekolah
(non-formal) bagi petani beserta keluarganya serta anggota masyarakat
pertanian lainnya melalui upaya pemberdayaan dan pengembangan kemampuan
18

untuk memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayahnya


(Widodo, 2006).
Istilah Partisipasi secara kata per kata adalah pengkajian/penelitian
(keadaan) secara partisipatif. Berdasarkan isitilah tersebut, maka proses
penyuluhan pertanian dilakukan melalui pendekatan PRA atau Partisipatory
Rural Appraisal yang merupakan cara yang digunakan dalam melakukan kajian
untuk memahami keadaan atau kondisi masyarakat dan lingkungannya dengan
melibatkan partisipasi masyarakat (Hasnang, 2002).
Paradigma baru penyuluhan pertanian menuntut agar penyuluhan pertanian
difokuskan kembali kepada petani dan keluarganya pelaku pembangunan
pertanian. Dengan demikian kedudukan petani dan keluarganya dalam
pembangunan pertanian adalah sebagai pelaku utama dan sebagai subyek
bukan obyek (Hasnang, 2002).
Soedijanto (2004), penyuluh pertanian merupakan bagian dari sistim
pembangunan pertanian dan merupakan upaya membangun kemampuan
masyarakat secara persuasif edukatif seyogyanya dilakukan dengan
menerapkan prinsip-prinsip penyuluhan pertanian secara baik dan benar.
Dengan demikian penggunaan metode penyuluhan pertanian partispatif yang
berfokus kepada kepentingan dan aspirasi petani dan keluarganya mutlak
diterapkan guna mewujudkan keberdayaan petani dan keluarganya dalam
memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan mereka secara mandiri dan
berkelanjutan. Untuk itulah dipandang perlu menggalakan dan mensosialisasikan
penerapan pendekatan penyuluhan pertanian partisipatif secara lebih luas
dengan kembali penyuluhan pertanian kepada petani.
Prinsip-prinsip penyuluhan partisipatif menurut Widodo (2006), meliputi:
a. Menolong diri sendiri, prinsip menolong diri sendiri memberikan landasan
bahwa penyuluhan partisipasif membangun kapasitas dan kemampuan petani
beserta keluarganya dalam memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki
untuk menolong diri sendiri tanpa harus menunggu bantuan orang lain atau
tergantung kepada pihak luar.
b. Partisipasi, Memberikan penyuluhan partisipasif melibatkan petani beserta
keluarganya mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
19

monitoring sampai evaluasi. Wujud keterlibatan tersebut adalah kesadaran


dan kemauan mereka untuk datang, mendengar, berkomunikasi searah,
berkomunikasi dua arah, membangun kesepakatan untuk mencapai tujuan
bersama, membuat keputusan, berbagi resiko, bermitra, sampai mampu
mengelola sendiri.
c. Kemitrasejajaran, Memberikan landasan bahwa penyuluhan partisipatif
diselenggarakan berdasarkan atas kesamaan kedudukan antara penyuluh
dengan petani dan keluarganya. Dengan demikian penyuluhan pertanian
mempunyai kedudukan sebagai mitra sejajar petani dan keluarganya.
d. Demokrasi, Memberi landasan bahwa dalam penyuluhan pertanian partisipatif
seluruh kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, sampai evaluasi diselenggarakan dari petani oleh petani dan untuk
petani.
e. Keterbukaan, Memberikan landasan bahwa dalam penyuluhan partisipatif
seluruh kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
monitoring sampai evaluasi diselenggarakan secara terbuka. Setiap petani
mempunyai akses yang sama untuk mendapatkan informasi sehingga timbul
rasa saling percaya dan kepedulian besar
f. Desentralisasi, Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif mulai dari
identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai
evaluasi dititikberatkan pada daerah kabupaten / kota dengan melaksanakan
otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.
g. Keswadayaan, Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif mulai dari
identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai
evaluasi diselenggarakan atas dasar swadaya petani & keluarganya yang
diwujudkan dengan cara menyumbangkan tenaga & material yang mereka
miliki untuk melaksanakan semua kegiatan.
h. Akuntabilitas, Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif mulai dari
identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai
evaluasi dipantau dan diawasi oleh petani beserta keluarganya serta
masyarakat tani lainnya
20

i. Menemukan sendiri, Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif bukan


hanya sekedar transfer paket teknologi untuk diadopsi oleh petani beserta
keluarganya sebaliknya penyuluhan partisipatif ditujukan untuk memperkuat
kapasitas masyarakat tani setempat dalam proses penciptaan dan
pengembangan inovasi melalui kegiatan studi/kajian yang dilakukan oleh
mereka sendiri dan penggalian informasi mengenaik aspek biofisik
(agroklimat), sosial dan ekonomi sampai dengan penyebarluasan
pengetahuan, pengalaman dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
mereka dan potensi wilayah masing masing. Termasuk juga disini
kemampuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan kearifan lokal.
Kegiatan ini selanjutnya dimaksudkan untuk membuat rencana kegiatan
kelompok, rencana kegiatan desa, kecamatan serta Kabupaten.
j. Membangun pengetahuan, Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif
diselenggarakan untuk memperkuat kegiatan wadah/keras belajar petani
secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan pengetahuan,
wawasan, ketrampilan, sikap, dan perilaku positif, membangun etos kerja
keras, produktif, efisien, disiplin dan jiwa serta semangat kewirausahaan yang
pandai melihat dan memanfaatkan peluang serta pantang menyerah atau
putus asa.
k. Kerja sama dan Koordinasi, Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif
diselenggarakan atas dasar kerja sama dan koordinasi yang intensif baik
diantara peneliti, penyuluh, dan petani beserta keluarganya serta masyarakat
tani lainnya maupun dengan pihak-pihak terkait. Kerja sama dan koordinasi ini
dilakukan secara perorangan maupun melalui kelembagaan baik perusahaan
swata, LSM, Perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian. Dinas-dinas
lingkup dan luar sektor pertanian maupun lainnya. Kerja sama dan koordinasi
ini dilaksanakan secara terpadu dan berorientasi kepada kebutuhan petani
beserta keluarganya sehingga memberi efek saling memperkuat bagi upaya
pemberdayaan petani dan keluarganya. Dalam kenyataannya peran penyuluh
mengalami gelombang pasang surut sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutannya. Pada saat dimana suatu program pembangunan didominasi oleh
peran pemerintah dan peran masyarakat sipil lemah, maka penyuluhan lebih
21

ditetapkan sebagai usaha mengendalikan atau memanipulasi lingkungan


sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi orang-orang tertentu untuk
mau merubah pola perilakunya untuk memperbaiki mutu kehidupan mereka.
Sebaliknya jika peran masyarakat sipil kuat dan ditempatkan sebagai subyek
sasaran penyuluhan, maka penyuluhan tidak lain adalah pemberdayaan
sasaran penyuluhan tersebut (Padmowihardjo, 2000).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari paper ini, yaitu:
1) Pemberdayaan adalah proses perubahan menuju kehidupan yang lebih baik
di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan budaya.
Sebagian besar pemberdayaan difokuskan pada sektor ekonomi, karena
negara berkembang seperti Indonesia memiliki tingkat kemiskinan yang
tinggi dan pemberdayaan dapat mengurangi kemiskinan di Indonesia.
2) Terdapat 3 Prinsip pemberdayaan, yaitu: mengerjakan, akibat, asosiasi.
Model dalam pemberdayaan dibagi menjadi tiga, yaitu: Model
Pemberdayaan Sentralisasi, Model Pemberdayaan Community
Development, Model Pemberdayaan Partisipatif. Tujuan pemberdayaan
adalah untuk mencapai keadilan sosial.
3) Tingkat pemberdayaan yaitu, terpenuhinya kebutuhan dasar, terjangkaunya
sistem sumber atau akses terhadap layanan publik, kesadaran akan kekutan
dan kelemahan atas diri sendiri dan juga lingkungannya, mampu untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang bermanfaat di masyarakat dan
lingkungan yang lebih luas, kemampuan untuk mengendalikan diri dan
lingkungannya.
4) Upaya untuk memberdayakan masyarakat terdiri dari tiga aspek, yaitu:
Enabling, Empowering, Protecting.
5) Tujuan menurut penulis buku pemberdayaan masyarakat yaitu, Perbaikan
kelembagaan (Better Institution): Kegiatan atau tindakan yang dilakukan
dalam pemberdayaan masyarakat diharapkan bisa memperbaiki
kelembagaan di wilayah pemberdayaan, Perbaikan Usaha (Better Business):
Dengan adanya perbaikan pendidikan atau semangat untuk belajar,
perbaikan aksesibilitas atau keterjangkauan, serta perbaikan kelembagaan
diharapkan dapat memperbaiki usaha yang dijalankan, Perbaikan
Pendapatan (Better Income): Adanya aktivitas dalam rangka perbaikan bisnis
atau usaha di area binaan maka diharapkan dapat juga meningkatkan
23

pendapatan masyarakat binaan, Perbaikan Lingkungan (Better


Environment): Adanya usaha untuk memperbaiki pendapatan maka
diharapkan masyarakat juga bisa memperbaiki lingkungan. Karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan, Perbaikan
Kehidupan (Better Living): Ketika pendapatan dan lingkungan sudah
membaik maka diharapkan pola hidup masyarakat juga membaik. Dan
perbaikan Masyarakat (Better Community): Pada akhirnya diharapkan terjadi
perbaikan secara keseluruhan di setiap elemen masyarakat.
6) Evaluasi program adalah proses perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan
program. Evaluasi sangat penting dilakukan untuk melihat sejauh mana
keberhasilan telah dicapai sehingga bisa menjadi masukan positif bagi
program pemberdayaan selanjutnya.
7) Penyuluhan merupakan upaya untuk menyebarkan hal-hal baru agar
masyarakat tertarik untuk melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konseling juga merupakan kegiatan pendidikan yang memberikan
pengetahuan, informasi dan keterampilan baru untuk membantu mereka
mengembangkan sikap dan mengambil tindakan yang seharusnya dalam
kehidupan.
8) Arti penting penyusunan program penyuluhan ialah perencanaan program
merupakan suatu proses yang berkelanjutan, perencanaan program
dirumuskan oleh beberapa pihak, perencanaan program dirumuskan
berdasarkan fakta, perencanaan program meliputi perumusan tentang
keadaan, masalah, tujuan dan cara, perencanaan program dinyatakan
secara tertulis.
9) Penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yang akan dicapai, yaitu:
tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang
lebih terarah pada usaha tani. Dan tujuan jangka panjang yaitu
meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani yang
diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming),
perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani dan
masyarakatnya (better living).
24

10) Penyuluhan pertanian partisipatif adalah pendidikan luar sekolah (non-


formal) bagi petani beserta keluarganya serta anggota masyarakat pertanian
lainnya melalui upaya pemberdayaan dan pengembangan kemampuan
untuk memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
wilayahnya.

B. Saran
Penyuluhan pertanian sebagai salah satu sistem pemberdayaan
masyarakat tentunya sangat penting untuk diterapkan dan dikembangkan
terutama kepada para petani. Maka dari itu, peran seorang penyuluh sangat
perlu untuk dilatih agar mampu berimprovisasi dalam kondisi dan keadaan
setempat dalam memberdayakan masyarakat. Dengan adanya penyuluhan
partisipatif ini yang mengutamakan pengembangan masyarakat yang mana
tujuan utamanya yaitu mengembangkan kesadaran masyarakat sehingga
mereka mampu mengelola potensi sumber daya mereka dan lingkungannya.
Alangkah baiknya jika program dan penyuluhnya secara sungguh-sungguh
memperhatikan, membela, memperjuangkan, dan berpihak pada kepentingan
masyarakat khususnya masyarakat tani agar program penyuluhan partisipatif ini
berhasil. Kami sebagai penulis juga berharap agar pemberdayaan masyarakat
melalui penyuluhan partisipatif ini dapat didukung penuh agar masyarakat
khususnya masyarakat tani bisa benar-benar dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Peraturan


Menteri Pertanian Nomor: 25/Permentan/OT.140/5/2009 tanggal: 13 Mei
2009.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. 2003. Pengembangan


Penyuluhan Pertanian Nasional. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hasnang A, 2002. Perkembangan Penyuluhan Pertanian dari Masa ke Masa. Dinas


TPH Sulawesi Selatan, Makassar

Hawkins, H, dan Ban van den. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Herdianto, Dendi. 2020. Pemberdayaan Masyarkata: Pengertian, Tujuan, Prinsip,


dan Tahapannya. Qazwa. Jakarta.

Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Model


dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan, Edisi Kedua. Humaniora.
Bandung.

Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya


Totok Mardikanto. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan
Public (Alfabeta, 2013) hal. 105-108. Bandung.

Isran Noor. 2012. Buku Pintar Penyuluh Pertanian. Perhimpunan Penyuluh Pertanian
Indonesia. PERHIPTANI. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1987. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bina Aksara. Jakarta.

Mardikanto, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Press. Surakarta.

Padmowihardjo, S., 2000. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Universitas


Terbuka. Jakarta.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


(Balai Pustaka, 2002), hal. 242. Jakarta.

Soedijanto, 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Agribisnis.


Departemen Pertanian. Jakarta.

Soemantri, Bambang Trisantoso. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan


Desa. Fokusmedia. Bandung.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika


Aditama. Bandung.
26

Thoha, Miftah. 2010. Birokrasi Politik di Indonesia, P.T Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Totok Mardikanto. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik


(Alfabeta,2013), hal. 105-108. Bandung.

Widjaja, Haw. 2010. Otonomi Desa. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Widodo, S dan Nuraeni. I. 2006. Media Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka.


Jakarta.

Yefni. 2018. Analisis Model Pemberdayaan Mayarakat. Jurnal Masyarakat Madani.


Vol. 3 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai