Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 10

Nama Anggota

122020030062 Tri Agustina Damayanti

122020030063 Jovita Diva P

122020030065 Muhammad Fadli

122020030066 Bagus Pranata

122020030067 Fitria Akmilatul Mu'thiyah

122020030068 Tsania Rahma

122020030069 Ananda Quraini Dwi Putri


● 122020030071 Liya Puspitasari
Pokok Bahasan

01 02 03
Cara KHA.Dahlam Kesetaraan Gender Peran perempuan
memberdayakan dalam muhammadiyah
perempuan Muhammadiyah dalam kehidupan
berbangsa dan
bernegara
01
K 1. Cara KH. Ahmad Dahlan
dalam memberdayakan perempuan
Muhammadiyah adalah organisasi yang berkemajuan, yang ketika penggunaan
bangkumasih dianggap warisan belanda yang notabene disebut kafir oleh ulama pada masa
itu,KH. Ahmad Dahlan membuat terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah

muhammadiyah. Ketika khutbah jum’at masih menggunakan bahasa arab, muhammadiyah


berani menganjurkan penggunaan bahasa indonesia dan tidak jarang menggunakan
bahasasetempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh masyarakat, KH. Ahmad
Dahlandikenal sebagai Kyai yang moderat dan cenderung melawan arus pada zamannya,
banyakmengkritik pemahaman masyarakat tentang islam pada masa itu. Islam sering
dituduh telahmemberi legitimasi terhadap penyempitan peran perempuan hingga kekerasan
terhadap perempuan.
Muhammadiyah adalah organisasi islam yang cukup mapan menempatkan perempuan setara dengan
laki-laki. Kyai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidahmenggerakkan perempuan untuk memperoleh ilmu,
melakukan aksi sosial di luar rumahyang bisa disebut radikal dan revolusioner saat itu, kaum perempuan
didorongmeningkatkan kecerdasan melalui pendidikan informal dan nonformal seperti pengajiandan
kursus-kursus, serta didirikannya organisasi Aisyiyah.Berdirinya aisyiyah tak luput dari sejarah
berdirinya organisasi muhammadiyah, KH.Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap
kaum wanita, wanita yang berpotensi untuk berorganisasi dan memperjuangkan islam akhirnya di didik
oleh KH.Ahmad Dahlan, di antara anak-anak perempuan yang di didik oleh KH. Ahmad Dahlanialah Siti
Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putri beliau sendiri), SitiDawingah, dan Siti Badilah
Zuber, dengan diadakan kelompok pengajian wanita dibawah bimbingan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai
Walidah (istri KH. Ahmad Dahlan) dengan nama
“Sopo Tresno”.
Pengajian “Sopo Tresno” belum merupakan suatu nama organisasi hanya sebuah
perkumpulan pengajian biasa, untuk memberi suatu nama perkumpulan yang konkrit, beberapa tokoh
muhammadiyah seperti KH. Ahmad dahlan, KH. Mokhtar, KH. Fachruddindan Ki Bagus Hadi Kusuma
serta pengurus muhammadiyah yang lain mengadakan pertemuan dirumah KH. Ahmad dahlan.
Waktu itu diusulkan nama Fatimah, namum tidakdisetujui, oleh KH.
Fachruddin dicetuskan nama Aisyiyah, yang kemudian dipandang
tepatdengan harapan perjuangan perkumpulan itu meniru perjuangan
Aisyah, istri nabiMuhammad SAW yang selalu membantu
berdakwah.Peresmian Aisyiyah di

laksanakan bersamaan dengan peringatan isra’ mi’raj Nabi

Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei


1917 M dan diketuai

oleh Siti Bariyah. Peringatan isra’ mi’raj tersebut merupakan


peringatan yang diadakan
muhammadiyah untuk pertamakalinya. Selanjutnya, KH. Mukhtar
memberi bimbinganadministrasi dan organisasi, sedang untuk
bimbingan jiwa keagamaan dibimbing langsungoleh KH. Ahmad
dahlan.
Setelah organisasi ini sudah terbentuk maka KH. Ahmad dahlan memberikan suatu
pesan untuk para pengurus yang memperjuangkan islam, pesan itu berbunyi :

Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita islam sesuai dengan bakat dan
percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundurselangkah karena dicela.

Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.


● Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Allah SWT hanya
untukmenghindari suatu tugas yang diserahkan.
● Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama islam
● Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.
Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian dari muhammadiyah yangmembidangi
kegiatan untuk kalangan putri atau kaum wanita muhammadiyah. Komponen perempuan
pesyarikatan muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranahsosial,
pendidikan, kesehatan, dan keagaman yang selama ini menjadi titik tolakgerakannya.
Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikanmanfaat bagi
peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan indonesia. Hasilyang sangat
nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak,sekolah dasar,
hingga perguruan tinggi.Aisyiyah adalah organisasi persyarikatan muhammadiyah yang
berazaskan amar ma’ruf nahi munkar dan berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.
Pemberdayaan perempuan oleh Aisyiyah yang bergerak dalam bidang keagaman dan
kemasyarakatan,aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk
memajukankehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan
ketenagakerjaan.
Dalam bidang pendidikan sejalan dengan pengembangan yang menjadi salah satu
pilarutama gerakan aisyiyah, melalui majelis pendidikan dasar dan menengah serta mejelis
pendidikan tinggi, aisyiyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulai
untukumat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, nonformal dan
informal)serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang
bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna
bagimasyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk
menanganimasalah pendidikan dari usia pra TK sampai sekolah menengah umum dan
keguruan.Dalam bidang kesehatan Aisyiyah berupa rumah sakit, rumah bersalin,
badankesehatan ibu dan anak, balai pengobatan dan posyandu. Secara keseluruhan
berjumlah 280yang tersebar di seluruh wilayah indonesia.
Aisyiyah melalui majelis kesehatan danlingkungan hidup juga melakukan kampanye
peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular,
penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan
menggunakan berbagai pendekatandan bekerjasama dengan berbagai pihak , meningkatkan
pendidikan dan perlindungankesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot
proyek sistem pelayananterpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial dan terapi
psikologi islami.Dalam bidang keagamaan Aisyiyah mempunyai program majelis-majelis
tabliq, denganvisi untuk menjadi organisasi dakwah yang mampu memberi pencerahan
kehidupankeagamaan untuk mencapai masyarakat madani, majelis tabliq
mengembangkangerakaran-gerakan dakwah islam dalam seluruh aspek kehidupan,
menguatkan kesadaran
keagamaan masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan media dakwah,
sertameningkatkan kualitas mubalighat.
2. Kesetaraan
gender dalam
muhammadiyah
Dengan seiring kesadaran perempuan yang mempertanyakan tentang sejauh manakah
peran agama dalam memberikan rasa aman dari berbagai tekanan, ketakutan
danketidakadilan persoalan agama dan perempuan menjadi marak, dan sekarang
agamamendapat suatu tantangan baru dengan dianggapnya agama sebagai salah satu unsur
yangmelanggengkan suatu ketidakadilan bagi perempuan, oleh karena itu pada agamawan
baikindividu atau kelompok di tuntut untuk melihat secara lebih jelas, apakah persoalan itu
berhubungan dalam agama itu sendiri ataukah persoalan terletak pada tafsir keagamaan,
bisa jadi tepengaruh oleh kultural tertentu.Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah
menjadi masalah selagi tidak muncul suatuketidak adilan dan diskriminasi, baik laki-laki
dan perempuan, ketidakadilan gendertermanifestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan,
yakni marjinalisasi subordinasi(anggapan tidak penting), stereotype (pelabelan negatif),
violesence (kekerasan), bebankerja ganda atau lebih, dan sosialisasi ideologi nilai peran
gender, perbedaan gender yangmenimbulkan ketidak adilan ini menyebabkan kerugian
bagi laki-laki maupun perempuan.
Muhammadiyah sebagai organisasi islam yang cukup besar dan berpengaruh di indonesiaharus ikut serta
menyumbangkan pemikirannya dalam masalah pemberdayaan perempuanini, tuntutan ini sebenarnya sejalan dengan
semangat tajdid (perubahan) muhammadiyahyang sudah di gagaskan oleh KH. Ahmad dahlan.Dengan pendirian
KH. Ahmad dahlan yang keras terhadap taqlid dan keterbukaannyaterhadap perubahan menjadikan muhammadiyah
sebagai organisasi yang dinamis dan bisa

menyesuaikan diri dengan perubahan. Dengan semboyan kembali yang disebut bid’ah dan sikat taqlid yang
membelenggu umat pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Penguburan yangsederhana merupakan suatu contoh yang
mengajarkan kepada umat islam agar berhemattanpa menghilangkan unsur-unsur yang di ajarkan islam.Di sisi yang
lain ini juga membuat muhammadiyah untuk terbuka dan fleksibel terhadapunsur-unsur inovasi baru yang
membawa mashlahat, walau dari manapun asalnya inovasi

itu asalkan tidak bertentangan dengan kedua prinsip di atas yaitu Qur’an dan sunnah, ini
seperti keterbukaan KH. Ahmad dahlan yang beradaptasi terhadap pemikiran dan intuisiyang berasal dari kolonial
barat dan kristen seperti sistem pendidikan, kurikulum, pakaian, panti asuhan, dan lain-lain.
3. Peran Perempuan
Muhammadiyah dalam
kehidupan berbangsa dan
bernegara
Menerpkan konsep yang jelas dalam bidang teologi dan ritual. Torobosan ini memacu
modernitas dari sisi kelembagaannya. Akibatnya, lembaga Muhammadiyah menjadi modern
dalam manajemen, tetapi tetap rigid dalam teologi dan ritual.

Secara organisasional, Muhammadiyah memang beruntung sebab tidak pernah terlibat di


dalam dunia politik yang sangat profane. Muhammadiyah tidak pernah menjadi partai
politik. Secara organisasional, Muhammadiyah berada dalam ruang netral politis, jika ada
orang Muhammadiyah bertindak dalam ruang politik, ketelibatan itu bersifat individual
dan bukan organisasional. Maka, Muhammadiyahsecara organisasional menjadi tidak
terlibat.
Akibatnya, Muhammadiyah tidak pernah berhadapan dengan kekuatan politik, baik
pemerintah maupun partai politik. Sehingga, Muhammadiyah selalu selamat dalam
perhelatan politik di negeri ini. Dukungan politik yang diberikan oleh Muhammadiyah
adalah dukungan individual, bukan dukungan institusional. Oleh Karen itu, Muhammadiyah
bisa mengembangkan lembaga pendidikannya, pusat kesehatannya dan juga lembaga
ekonominya.

Akhirnya, dapat dikatakan bahwa semua hal di atas dilakukan oleh Muhammadiyah
semata-mata untuk berpartisipasi dalam proyek kemanusiaan, mengembangkan sumber
daya manusia.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai