Anda di halaman 1dari 25

Peran serta fungsi perempuan dan bidan

dalam perspektif Islam


oleh: Nadzirotun AF, M.Keb
Kenapa Perempuan? Mengapa Bidan?
Kesejahteraan Global

SDG’s 17 program sudah tercakup dalam rumusan UUD 1945 alinea


ke 4 berbunyi:
“ melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertuiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
Teori Pembangunan

Pembangunan Kajian Dalam Pembangunan

Pembangunan manusia meliputi:


1. Kesehatan (ukuran longevity), Masalah HAM
2. Pendidikan sebagai (ukuran knowledge) dan
3. Tingkat pendapatan riil (ukuran living standart).

Durkheim (1968) menyatakan pembangunan terjadi


sebagai akibat adanya perubahan struktur sosial dalam
bentuk pembagian pekerjaan
Redfield (1947) (dalam Mardikanto, 2010) menyatakan
pembangunan terjadi karena adanya perubahan
masyarakat tradisional kearah masyarakat perkotaan
Pembangunan untuk Kesejahteraan

KESEJAHTERAAN bukan sekedar terpenuhinya kebutuhan


pokok yang terdiri pangan, sandang dan
perumahan atau pemukiman

3 nilai yang terkandung (Todaro,1981)


1. tercapainya swasembada
2. Peningkatan harga diri
3. di perolehnya suasana kebebasan

Pembangunan diharapkan dapat menghasilkan individu-


individu yang senantiasa memiliki kepekaan : keadaan,
masalah, dan alternatif-alternatif yang dilaksanakan
Peran Perempuan dalam Islam

Kedudukan perempuan dalam Islam

Islam memberikan kedudukan yang sama yang artinya tidak ada perbedaan
antara perempuan dan laki-laki. Menurut hadist Riwayat Ad-Dailami, perempuan
merupakan tiang negara, “wanita adalah tiang negara, jika baik maka baiklah
negara, dan bila buruk maka negara juga ikut buruk”.
Peran dan Fungsi Perempuan dalam Pembangunan

Gender dan diskriminasi pada perempuan


Perempuan dan laki-laki memiliki kodrat yang berbeda yang tidak
dapat digantikan sehingga perbedaan tersebut masuk kedalam
kehidupan manusia.

Ada tiga prinsip dasar konvensi pada wanita yaitu pertama, prinsip
persamaan substantif meliputi pendekatan melalui langkah-
langkah khusus agar perempuan mempunyai akses yang sama
dan dapat menikmati manfaat secara bersama, prinsip kedua
adalah non diskriminasi, dan ketiga prinsip kewajiban negara yaitu
dengan menjamin hak—hak perempuan dan kebijakan di bidang
hukum.
Pemberdayaan perempuan dalam hukum positif

Bias gender masih dirasakan pada substansi hukum positif, meskipun


pemerintah sudah menandatangani sejumlah konvensi yang mengatur
hak-hak perempuan. Peran yurisprudensi yang berperspektif gender,
seharusnya dimanfaatkan secara optimal untuk pemberdayaan
perempuan dalam pembangunan berkelanjutan dalam rangka
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Keberhasilan
pemberdayaan perempuan dimaksud, sepenuhnya tergantung pada
pelaksanaan penerapan dan penegak hukum yang diperankan oleh
aparat penyelenggara negara dan oleh kaum perempuan sendiri.
Modal spiritual dalam pembangunan : Gerakan Perempuan Dalam Perspektif
Muhammadiyah

“Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang didirikan


sebagai jawaban atas pentingnya perempuan berkiprah di
wilayah-wilayah sosial kemasyarakatan. Gerakan perempuan
Muhammadiyah yaitu “Aisyiyah yang lahir tahun 1917 hadir
pada situasi dan kondisi masyarakat dalam keterbelakangan,
kemiskinan, tidak terdidik, awam dalam pemahaman
keagamaan, dan berada dalam zaman penjajahan Belanda

Kini gerakan perempuan Indonesia menghadapi masalah dan tantangan yang kompleks
baik dalam aspek keagamaan, ekonomi, politik, maupun sosial-budaya. Untuk menghadapi
tantangan kompleks tersebut, maka gerakan „Aisyiyah dituntut untuk melakukan
revitalisasi baik dalam pemikiran maupun orientasi praksis yang mana gerakannya
mengarah pada pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan menuju kemajuan yang
utama, dan ini dinyatakan secara visioner.
contoh

Pergerakan ‘Aisyiyah haruslah terintegrasi dan komprehensif, dengan mengembangkan


orientasi gerakannya bukan sekadar menciptakan kader-kader perempuan yang shalihah
secara ritual (fiqhiyyah), namun tidak bisa menganalisa ketertinggalan perempuan
ataupun hegemoni tradisi dan tafsir agama yang tekstual (skripturalis) sehingga
mengungkung cara berpikir dan bertindak sebagian besar perempuan Islam. ‘Aisyiyah
perlu melakukan reorientasi organisasi yang selanjutnya dikuti dengan penguatan dan
optimalisasi praksis sosial, dengan dilandasi teologi al Ma’un, sebagai inspirasi dasar
gerakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Reorientasi ini harus diikuti dengan menciptakan
kader-kader yang mampu menciptakan perempuan-perempuan yang shalihah sebagai
ulama perempuan yang memahami Al-Qur’an yang mampu mensinergikannya dengan
kondisi kekinian.

Gerakan perempuan ‘Aisyiyah masih sangat dibutuhkan dan


dikembangkan keberadaanya khususnya di Indonesia, dengan melihat
tantangan dan kondisi sosial politik yang ada saat ini
Modal spiritual dalam pembangunan

• Modal spiritual dalam pembangunan spiritual tidak terlepas dari


perkembangan teori-teori pembangunan.
• Prinsip mengenai modal spiritual dalam pembanguan sejalan dengan
ajaran agama.
• Modal spiritual menjadi penentu keberhasilan penguatan kapasitas
manusia
o Pengembangan kapasitas kepribadian
o Pengembangan kapasitas di dunia kerja
o Pengembangan kapasitas keprofesionalan
Peran dan pemberdayaan untuk kasus keluarga
• Pelemahan fungsi keluarga
• AKI tinggi
• perceraian tinggi
• nikah siri
• meningkatnya kerentanan kehidupan keluarga
• KDRT
• isu anak terlantar
• Jumlah lansia yang tinggi
• Akses informasi remaja kespro rendah
• Gizi buruk balita tinggi
• Akses layanan pencegahan kanker rendah
• Kuatnya stigma negatif terhadap kelompok gangguan jiwa
• Tren peningkatan HIV/AIDS pada IRT
• AKB
• Penyakit menular yang masih tinggi
• Kemiskinan
PKKPerempuan
(Tim Penggerakdan
PKKbidan untuk
dan Tenaga kesehatan masyarakat
Kesehatan)

Kader Kesehatan (Masyarakat dan tenaga


kesehatan)

Pemantauan Kesehatan Masyarakat


(Posyandu, Jumantik)
Peran Kader PKK terhadap Posyandu

Penyuluhan Kepada
Masyarakat

Penggerakan
Masyarakat

Pencatatan
sederhana
Tugas Pokok Fungsi Kader dalam Pencegahan
dan Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi
• Survey dan Pendataan Ibu Hamil
• Pemantauan dan kunjungan rumah ibu hamil,
dan ibu masa nifas
• Mendampingi ibu hamil dan masa nifas serta
bayi baru lahir dengan masalah social
• Pemantauan melekat pada ibu hamil dan masa
nifas dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi
• Mendampingi rujukan ibu ke fasilitas pelayanan
Kesehatan
• Membantu memfasilitasi keperluan jaminan
Kesehatan, jika ibu hamil belum mempunyai
jaminan Kesehatan.
• Membantu dokumentasi catatan sederhana
pelaporan kegiatan pendampingan dan
pemantauan serta kunjungan rumah
• Bersama bidan penanggung jawab desa,
memfasilitasi WAG dan berkoordinasi jika ada
masalah yang segera diatasi
Pendoman Hidup Warga Muhammadiyah
dalam Profesi Kebidanan
AKHLAK PROFESI (1)

• Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dijalani setiap


orang sesuai
– dengan keahliannya
– yang menuntut kesetiaan (komitmen),
– kecakapan (skill),
– Bagian dari ibadah,
– tanggung jawab yang sepadan,
– sehingga bukan semata-mata urusan mencari nafkah berupa
materi belaka.
• QS. Al-Qashash/28:26; AN-Nisa’/4:32
AKHLAK PROFESI (2)

• Akhlak dalam menjalani profesi dilakukan


– dengan sepenuh hati dan kejujuran
– wujud menunaikan
– ibadah kepada Allah
– kekhalifahan di bumi ini.
(QS. Al-Bayyinah [98] :5)
(Q.S. al-Baqarah [2] :30; Sad [38] :26)
AKHLAK PROFESI (3)

• Akhlak dalam memilih dan menjalani profesinya :


menjunjung tinggi nilai-nilai
– kehalalan dan kabaikan(halalan tayyiban),
– amanah,
– kemanfaatan dan kemaslahatan
– yang membawa pada keselamatan hidup di dunia dan akherat.
• (QS. Al-Baqarah/2:168; Al-Mukminun/23:8;
An-Nahl/16:97).
AKHLAK PROFESI (4)

• Akhlak sayyiah dalam menjalani profesi dan jabatan dalam


profesinya : menjauhkan diri dari praktik-praktik
– korupsi,
– kolusi,
– nepotisme,
– kebohongan,
– dan hal-hal yang batil lainnya yang menyebabkan kemadaratan
– dan hancurnya nilai-nlai kejujuran, kebenaran dan kebaikan
umum.
• (QS. AN-Nisa’4:29-30)
AKHLAK PROFESI (5)

• Akhlak seorang muslim, dimanapun dan apapun


profesinya hendaknya
– pandai bersyukur kepada Allah dikala menerima nikmat
– bersabar dan bertawakkal kepada Allah manakala memperoleh
musibah sehingga memperoleh pahala dan terhindar dari siksa.
• (QS. Ibrahim/14: 7; Al-Baqarah/2:154-156; Ali
‘Imran/3:159)
AKHLAK PROFESI (6)

• Akhlak dalam mejlankan profesi bersama orang lain


– Mengembangkan prinsip bekerja sama dalam kebaikan dan
ketakwaan (ta’awun ‘alal birri wat-taqwa)
– Tidak bekerja sama dalam dosa dan permusuhan. (QS. Al-
Maidah/5:2).
AKHLAK PROFESI (7)

• Akhlak dalam mengelola harta hasil profesi :


– Menunaikan kewajiban zakat (termasuk zakat profesi) maupun
mengamalkan sadaqah, infaq, wakaf dan amal jariyah lain dari
penghasilan yang diperolehnya
– Tidak melakukan hilah (menghindarkan diri dari hokum) dalam
menginfakkan rizki yang diperolehnya.
• QS. Al-Baqarah/2:3, 43; At-taubah/9:60, 103)
Diskusi
Isu kebidanan dalam perspektif Islam:
1. Pernikahan Dini
2. Pernikahan Siri
3. Bayi Tabung
4. Praktik Aborsi
5. Keluarga Berencana (KB)

Anda mungkin juga menyukai