Anda di halaman 1dari 51

PERAN ULAMA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN

MASYARAKAT TENTANG INKLUSI


DAN KESETARAAN DISABILITAS DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STUDI KASUS PERNIKAHAN DISABILITAS ALUMNI SLBN CERME

PROPOSAL TESIS

Oleh :
Nurul Balqis
NIM : 132210065

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

2023
PERAN ULAMA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MASYARAKAT TENTANG INKLUSI
DAN KESETARAAN DISABILITAS DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STUDI KASUS PERNIKAHAN DISABILITAS ALUMNI SLBN CERME

Proposal Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyusunan Tesis
Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Oleh :
Nurul Balqis
NIM : 132210065

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

2023

ii
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ……………………………………………………………..i


SAMPUL DALAM ………………………………………………………….ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..iv
1. Konteks Penelitian ……………………………………………………1
2. Batasan Masalah………………………………………………………6
3. Fokus Penelitian ………………………………………………………7
4. Tujuan Peneltian ……………………………………………………...8
5. Manfaat Penelitian ……………………………………………………8
6. Kajian Pustaka ………………………………………………………10
7. Penegasan Istilah ……………………………………………………22
8. Landasan Teori ……………………………………………………...25
9. Metode Penelitian …………………………………………………...29
a. Jenis dan pendekatan penelitian ………………………………...29
b. Subyek penelitian ……………………………………………….30
c. Sumber dan jenis data …………………………………………..31
d. Teknik pengumpulan data …………………………………… ...32
e. Teknik analisa data ……………………………………………..35
f. Keabsahasan data ………………………………………………38

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..39


PENGESAHAN …………………………………………………………...42

iv
v
vi
PERAN ULAMA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN

MASYARAKAT TENTANG INKLUSI

DAN KESETARAAN DISABILITAS DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STUDI KASUS PERNIKAHAN DISABILITAS ALUMNI SLBN CERME

1. KONTEKS PENELITIAN

Ulama berperan sangat penting dalam Islam dan dalam kehidupan

umat Islam. Dalam banyak hal Ulama dipandang sebagai pemegang

otoritas keagamaan. Salah satu hadits Nabi yang paling populer

menyatakan bahwa Ulama adalah pewaris para Nabi, Al'Ulama' waratsah

al-anbiya'1 Oleh karena itu, Ulama dijunjung tinggi oleh umat Islam

lainnya dan pendapat Ulama dianggap berwibawa dalam berbagai berbagai

aspek, tidak terbatas pada masalah agama tetapi banyak hal lainnya juga.

Kompleksitas peran Ulama dalam bidang-bidang penting

masyarakat Islam terkait dengan legitimasi basis agama Islam, sehingga

penghargaan masyarakat dan kepentingannya dalam masyarakat Islam

sangat tinggi. Selain itu, keterikatan istilah “Ulama” pada seseorang tidak

terjadi melalui proses panjang dalam masyarakat itu sendiri, di mana

unsur-unsur “Ulama” seseorang terekspresikan dalam bentuk integritas,

kualitas dan kredibilitas ilmiah, kesalehan moral, dan tanggung jawab

sosial. KeUlamaan mereka tidak akan termanifestasi secara riil jika tidak

1
Al-‘Ulama’ waratsah al-anbiya’

1
dibarengi dengan penampakan sifat-sifat pribadi yang pantas dimiliki. 2

Termasuk empati terhadap penyandang Disabilitas.

Peran Ulama dalam masyarakat menjadikan Ulama bukan hanya

kualifikasi teologis, tetapi juga kualifikasi sosial dan keberadaannya

mengakar kuat di masyarakat. Dalam masyarakat yang heterogen,

termasuk di dalamnya penyandang Disabilitas, peran Ulama harus lebih

dapat diterima baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi dan

keluarga. Hal ini dapat dipahami jika para Ulama tidak hanya mengikuti

pendapatnya dalam bidang keagamaan dan memahami masyarakat dalam

mengayomi penyandang Disabilitas, tetapi juga dalam bidang masyarakat

lainnya. Tidak jarang muncul model relasi antara Ulama dan masyarakat,

dimana Ulama berperan sebagai motor penggerak (inspirator, instigator,

katalisator dan dinamisator) gerakan sosial sehingga berada pada posisi

negosiasi yang tinggi dalam hubungannya.Pernikahan adalah upacara

pengikatan antara dua insan untuk melanjutkan hidup bersama.

Pernikahan adalah suatu upacara pengikatan antara dua orang

dengan tujuan untuk terus hidup bersama. Pernikahan merupakan

perjanjian suci yang dapat menjaga harga diri dan menghindari hal-hal

yang dilarang oleh agama. Dalam Islam terdapat hadits yang menyatakan

bahwa pernikahan adalah bagian dari kesempurnaan agama.

ِ َّ‫ِإ َذا تَزَ َّو َج ال َع ْب ُد فَقَ ْد َك َّم َل نَصْ فَ ال ِّدي ِْن فَ ْليَت‬
‫ق هَّللا َ النِّصْ فَ البَاقِي‬

2
I.H. Qureshi, The Political Role of Ulama in Moeslem Society, dalam Abubakar A., Bagader
(ed.),
The Ulama in the Modern Muslim National State, Muslim Youth Movement of Malaysaia, Kuala
Lumpur 1983, h. 1983

2
"Barang siapa menikah maka ia telah menyempurnakan separuh

agamanya. Karenanya, bertakwalah kepada Allah pada separuh yang

lainnya.” (HR. Al-Baihaqi)

Pasal 28B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk membentuk

keluarga dan mempunyai anak melalui pernikahan yang sah dan bahwa

negara wajib melindungi hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang serta hak dari kekerasan dan Jaminan diskriminasi . Pasal

tersebut mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk menikah, termasuk

penyandang Disabilitas.

Namun, Sebagian masyarakat mempertanyakan kemampuan

penyandang Disabilitas dalam menjalankan rumah tangga. Beberapa orang

tua bahkan melarang anaknya yang Tunadaksa maupun Tunagrahita untuk

menikah dengan berbagai alasan. Meski penyandang Disabilitas, seperti

halnya orang pada umumnya, tetap saja memiliki syahwat. Bahkan Buya

Yahya mengatakan di saluran YouTube Al-Bahjah TV bahwa jika

seseorang Penyandang Disabilitas Mental dan seseorang menerima

kekurangannya sebagai pasangan hidup, dia berhak untuk menikah, hukum

tidak boleh melarang siapa pun untuk menikah karena menikah adalah

pintu halal dan jika dilarang, dia pergi ke pintu terlarang.

Tidak sedikit yang mempertanyakan kesinambungan akad nikah

para penyandang Disabilitas, khususnya mempelai pria. Timbul

3
pertanyaan: "Bagaimana seorang Tunarungu dapat menyatakan akad

nikah?" atau "Bagaimana orang Disabilitas tanpa tangan bisa menjabat ijab

qabul?" dan masih banyak pertanyaan lain terkait kondisi penyandang

Disabilitas. Pada dasarnya suatu pernikahan dianggap sah apabila

memenuhi 5 rukun pernikahan, yaitu adanya suami (jauz) , istri (jauzah),

wali, dua saksi, dan shighat (ijab kabul)

Dan jika terdapat kendala mengenai pelaksanaan ijab yang

diberikan dan orang tersebut tidak dapat berbicara atau berjabat tangan,

maka ijab yang diberikan itu berlaku pula dengan cara lain, misalnya

dengan bahasa isyarat atau dengan tulisan. Seperti yang dikemukakan

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Tuhfatu Muhtaj ketika berbicara

tentang rukun nikah. “Perkawinan bagi orang tuli sah dalam bentuk tanda

yang diberikan (jika persetujuan diberikan), kecuali orang yang cerdas

memahami tanda yang diberikan (yaitu setiap orang di sana memahami

isyarat ijab qabulnya) dia menggunakan tulisan dan tidak ada yang

berbeda pendapat sesuai dengan kitab Majmu Imam Nawawi.

Adapun rumah tangga, setelah menikah, seorang pria dan seorang

wanita tinggal bersama atau memelihara rumah tangga. Beberapa

berpendapat bahwa kehidupan pribadi para penyandang Disabilitas sangat

rentan. Namun jika ditelusuri dari berbagai sumber, tidak jarang

ditemukan penyandang Disabilitas yang tinggal di rumah yang harmonis

atau yang tinggal tidak berjauhan satu sama lain. Pada dasarnya masalah

rumah tangga akan selalu ada dalam setiap rumah tangga dan prinsip yang

memperkuat pondasi rumah tangga adalah saling menerima keadaan. Dia

4
juga menunjukkan bahwa tidak ada orang yang sempurna. Selain itu, Allah

SWT menetapkan pasangan bagi setiap hamba-Nya yang tinggi atau

pendek, putih atau hitam, atau yang kondisi fisiknya tidak diketahui. Oleh

karena itu, sangat penting dalam suatu hubungan untuk menerapkan sikap

saling menerima dan mengutamakan tujuan pernikahan hanya untuk Allah

lillahi ta'ala.

َ‫َو ِم ْن ُكلِّ َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَا زَ وْ َجي ِْن لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬

“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu

mengingat (kebesaran Allah)” (QS. Az-Zariyat: 49)

Keterbatasan bukanlah halangan untuk hidup. Allah SWT telah

memberikan keistimewaan kepada setiap hamba-Nya. Tidak ada halangan

bagi penyandang Disabilitas untuk menjalin hubungan yang suci dan Allah

SWT telah memberikan banyak kesempatan kepada penyandang

Disabilitas untuk menikah. Terkait dengan pernikahan Disabilitas dapat di

temukan solusi bahwa hasil kajian dari penelitian sebelumnya menyatakan

bahwa sebagian besar pernikahan Disabilitas dapat berjalan dengan baik

dan langgeng. Undang-undang juga menjamin perkawinan penyandang

Disabilitas dalam Pasal 28B Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia (UUD 1945), dan penerimaan dalam masyarakat kontemporer

juga semakin terbuka dan positif.

2. BATASAN MASALAH

5
Penelitian ini memfokuskan pada pandangan Ulama terkait

pernikahan Disabilitas, mengenai hak untuk memperoleh pengakuan yang

sama terhadap segala proses kehidupan, Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1997 menyebutkan dalam pasal 5 bahwa: Setiap penyandang Disabilitas

mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan

dan penghidupan3. Kaitannya dengan pernikahan yang dilakukan oleh

penderita cacat mental, dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Pernikahan dan Kompilasi Hukum Islam sendiri tidak dijumpai

pembahasan spesifik tentang pernikahan penderita penyandang Disabilitas.

Sehingga dapat dikatakan tidak ada masalah yang berkaitan dengan

pernikahan tersebut, dan dapat disamakan dengan pernikahan orang-orang

biasa. Namun dari fenomena yang terjadi dimasyarakat masih terdapat

kesenjangan dan diskriminasi , sehingga pandangan dan bimbingan para

Ulama sangat berperan penting dalam menguatkan Undang-undag

tersebut. Ulama memiliki tidak saja keabsahan teologis tetapi juga

keabsahan sosial dan keberadaannya yang sangat berakar di masyarakat.

Selanjutnya penelitian ini juga akan membahas bagaimana gambaran

pernikahan penyandang Disabilitas, dalam hal ini penyandang disabilitas

yang dianggap tidak sempurna secara fisik memiliki tantangan dalam

mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah, untuk membentuk

keluarga sakinah mawaddah warahmah membutuhkan perjuangan yang

besar dan usaha yang keras serta masalah apa saja yang muncul dalam

pernikahan tersebut dan bimbingan yang diberikan Ulama kepada

3
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Pasal 5

6
masyarakat tentang pernikahan Disabilitas agar dapat diterima dan berbaur

dengan lingkungan sosial di sekitar penyandang Disabilitas.

3. FOKUS MASALAH

Berangkat dari rumusan masalah diatas, serta untuk memudahkan

pembahasan dalam penelitian kualitatif ini, maka peneliti memfokuskan

penelitian sebagai berikut untuk diangkat.

1. Bagaimana pola kehidupan rumah tangga pasangan Disabilitas?

2. Apa saja masalah yang sering muncul dalam kehidupan sosial

masyarakat terkait rumah tangga pasangan Disabilitas ?

3. Bagaimana pandangan beberapa Ulama terhadap pernikahan

Disabilitas dalam masyarakat yang inklusif?

4. Bagaimana bentuk bimbingan dan sistem Pendidikan Islam yang

diberikan Ulama tentang pernikahan bagi penyandang

Disabilitas?

4. TUJUAN PENELITIAN

Berangkat dari fokus masalah yang sudah tersaji, penulis

memfokuskan tujuan penelitian yaitu:

1. Menjelaskan pola kehidupan rumah tangga pasangan Disabilitas.

2. Menjelaskan masalah-masalah yang sering muncul dalam

masyarakat terkait rumah tangga penyandang Disabilitas.

3. Menjelaskan pandangan beberapa Ulama terkait pernikahan

Disabilitas

7
4. Menjelaskan bentuk bimbingan Pendidikan Agama Islam yang

diberikan oleh Ulama

5. MANFAAT PENILITIAN

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

5.a. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini secara teoritis digunakan sebagai :

i. Bahan acuan pada penelitian lebih lanjut

ii. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

sumbangan pemikiran bagi masyarakat inklusif, yaitu

masyarakat yang mampu menerima berbagai bentuk

keberagaman dan keberadaa, keberagaman dan keberbedaan itu

diakomodasi ke dalam berbagai tatanan maupun infrastruktur

yang ada dalam kehidupan sosial.

iii. Menjadi salah satu bahan acuan penelitian di bidang

pernikahan Disabilitas.

iv. Menjadi salah satu kajian untuk penulisan ilmiah berkenaan

dengan peran Ulama dalam meningkatkan pemahaman dan

penerimaan masyarakat tentang pernikahan Disabilitas.

5.b. Manfaat empiris

8
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi Guru, Kepala Sekolah, Ulama dan Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Timur dalam mengambil sikap dan kebijakan

terhadap pernikahan penyandang Disabilitas.

6. KAJIAN PUSTAKA

9
Kajian Pustaka sangat penting dilakukan untuk menjaga keaslian

penelitian yang dilakukan sekaligus untuk menjadi pembanding terhadap

masalah yang dikaji. Adapun tinjauan pustaka atau penelitian terdahulu

yang diteleusuri melalui :

1. Tesis oleh Maghfur Hasbullah (2018) berjudul Pernikahan

Penyandang Disabilitas di Kabupaten Ponorogo ( Studi Kasus

di Desa Karang Patihan Kecamatan Balong dan Desa

Kepatihan Kecamatan Jambon ) UIN Sunan Kalijaga

Yogjakarta4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk

partisipasi masyarakat terhadap pernikahan Penyandang

Disabilitas di Kabupaten Ponorogo Penelitian di atas memiliki

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya

adalah sama-sama meneliti masalah pernikahan Disabilitas.

Sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan

sekarang adalah terletak peran Ulama dalam meningkatkan

pemahaman dan penerimaan masyarkat terhadap pernikahan

Disabilitas.

2. Tesis oleh Dhevia Nursafitri (2022) berjudul Relas Gender

Pasangan Keluarga Disabilitas Tunanetra (Studi Kasus di

Perhimpunan Tunanetra (PERTUNI) NTB ) Jurusan Hukum

Keluarga Islam , Universitas Islam Negeri Mataram.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pasangan istri non

disabilitas

4
Maghfur Hasbullah, Konsentrasi Hukum Keluarga-Studi Kasus Desa Karang Patihan Kecamatan
Balong dan Desa Kepatihan Kecamatan Jambon (Tesis: UIN, Yogyakarta 2018), 1.

10
tunanetra dengan suami disabilitas tunanetra dalam pembagian

peran pada area publik dikerjakan baik oleh istri maupun

suami, sedangkan pada area domestik dikerjakan oleh istri

saja, sedangkan pada pasangan istri disabilitas Tunanetra dan

suami yang tidak mengalami hambatan penglihatan, pada area

publik hanya dikerjakan oleh suami sedangkan pada area

domestic hanya dikerjakan oleh istri. Ada beberapa faktor yang

melatarbelakangi kuatnya ketahanan keluarga pada pasangan

istri non disabilitas dan suami disabilitas diantaranya adalah:

fleksabilitas, komunikasi yang berjalan dengan baik, dukungan

keluarga dan spiritualitas, dan perekonomian yang baik.

Persamaan dengan penelitian yang akan saya buat adalah

sama-sama mengamati pernikahan penyandang Disabilitas, dan

problematika dalam rumah tangga pasangan Disabilitas, namun

terdapat perbedaan pada penelitian saat ini adalah Bagaimana

peran para Ulama juga penelitian penulis tidak membedakan

gender dan tidak hanya berfokus pada Tunanetra saja, namuan

semua jenis ketunaan.

3. Jurnal Pemeliharaan Hubungan Pernikahan Antara

Penyandang Disabilitas dan NonDisabilitas, oleh Audrey

Novaris Fernandes, Hedi Pudjo Santosa dan Lintang Ratri

Rahmiaji (2022).

Jurnal ini memaparkan hasil peneitian yang mengungkapkan

jika pasangan penyandang disabilitas dan nondisabilitas, baik

11
yang pasangan yang salah satunya menyandang disabilitas

sebelum maupun sebelum melakukan pernikahan berhasil

memelihara dan mempertahankan hubungan pernikahannya

dalam kurun waktu yang lama dan harmonis. Keberhasilan

dalam rumah tangga ini dapat dicapai pasangan dengan

melakukan manajemen konflik serta melakukan strategi

pemeliharaan hubungan (positivity, openness, assurances,

social network, sharing tasks, conflict management, joint

activities, mediated communication, avoidance/antisocial

behavior, dan humor). Perbedaan dengan penelitian saat ini

adalah lebih menekankan peran Ulama dalam menjaga

kestabilan di masyarakat sehingga keharmonisan rumah tangga

penyandang Disabilitas dapat terwujud.

4. Jurnal Pernikahan Penyandang Disabilitas Persfektif Hukum

Pernikahan Indonesia Dan Fiqih, oleh Dwi Hidayatul

FirdausUIN Maulana Malik Ibrahim, Mufidah Ch, dan

SuwandiUIN Maulana Malik Ibrahim Malang (2022).

Pernikahan Disabilitas menjadi fokus kajian yang

komprehensif,terlebih setelah terbit Undang-Undangtentang

disabilitas tahun 2016yang banyak menjelasakan pemenuhan

hak-hak kaum disabilitas. Pihak-pihak terkait dalam

permasalahan pernikahan,mulai dari KUA, tokoh

masyarakat, dan masyarakat itu sendiri harus caredan

berusaha sebaik mungkin untuk bisa memberikan fasilitas

12
dan memfasilitasi sesuai dengan keterbatasan penyandang

disabilitas untuk pemenuhan hak berkeluarga dalam

melaksanakan pernikahan

Perbedaan dengan penelitian penulis terletak pada peran Ulama

yang sangat ditekankan dalam penelitian yang penulis

5. Hukum Pernikahan Bagi Penyandang Disabilitas Mental

Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 dan Undang-

undang No.8 Tahun 2016, oleh Yayuk Afiyanah Universitas

Sunan Gunung Djati Bandung Jawa Barat, Indonesia (2020).

Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

Hukum Pernikahan Bagi penyandang Disabilitas mental

menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Undang-

Undang No. 8 Tahun 2016. Metode penelitian ini

menggunakan metode penelitian kepustakaan (library

research), yaitu penelitian yang mengumpulkan data dan

informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang

terdapat dalam kepustakaan.

Persamaan dengan kajian penelitian saat ini adalah sama-sama

mengacu pada Undang-undang dan Fiqih, namun penelitian

kali ini menggunakan metode penelitian lapangan.

6. Jurnal Praktek Pemenuhan Hak dan Kewajiban Pernikahan

Disabilitas Perspektif Kompilasi Hukum Islam dan Analisis

Gender, oleh Dwiky Bagas Setyawan dan Fakultas Syariah,

Universitas Islam Negeri Raden Mas Said dan Siti Kasiyati

13
Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said

Surakarta (2022).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penyandang

Disabilitas tersebut dalam pemenuhan hak dan kewajiban

mempunyai beragam pola. Upaya yang dilakukan para

penyandang disabilitas tersebut, tidak menyalahi nilai-nilai

dalam KHI. Meskipun jika dilihat dari analisis gender para

isteri masih mengalami peran ganda dalam praktek

kehidupannya. Namun semua usaha tersebut dilakukan

ikhlas semata demi terwujudnya rumah tangga sakinah,

mawadah warohmah.

Perbedaan dengan penelitian penulis tidak berfokus pada

Kompilasi Hukum Islam namun dalam perspektif Pendidikan

Agama Islam.

7. Jurnal Akad Nikah Penyandang Disabilitas Fisik Di

Yogyakarta Persfektif Hukum Islam , oleh Abdul Rozak dan

Faqih Maulana , UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2020).

Penelitian ini membahas pernikahan penyandang Disabilitas

Fisik saja sedangkan penelitian yang sekarang membahas

pernikahan penyandang Disabilitas semua hambatan ketunaan

8. Jurnal Desain Bimbingan Pra-Nikah Oleh Penyuluh Agama

Islam Disabilitas Di Kecamatan Bandar Dua Dalam

Mewujudkan Keluarga Sakinah Di Kecamatan Bandar Dua

Kabupaten Pidie, oleh Jaya Mukhlisuddin Marzuki KUA Kec.

14
Bandar Dua Pidie Jaya. Penelitian ini menjelaskan pada desain

bimbingan pra-nikah yang dilaksanan oleh penyuluh agama

islam penyandang disabilitas, perbedaan dengan penelitian

yang sekarang bentuk bimbingan para Ulama dengan sasaran

masyarakat Inklusi.

9. Jurnal Fikih Penguatan Penyandang Disabilitas, oleh

Muhammad Irfan Syuhudi Peneliti Badan Riset dan Inovasi

Nasional (2019). Penulis menceritakan beberapa kisah

penyandang Disabilitas dalam kehidupan pernikahan dan sosial

masyarakat sekitarnya. Penelitiaan saat ini membahas

bagaiamana peran Ulama dalam memberikan pemahaman

kepada masyarakat agar pernikahan Penyandang Disabilitas

dapat diterima dengan baik.

10. Jurnal Pernikahan Penyandang Disabilitas: Perspektif Hukum

Pernikahan Indonesia dan Fiqh, oleh Dwi Hidayatul Firdaus,

Mufidah Ch, Suwandi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,

(2022). Penilitian ini berfokus pada pihak-pihak terkait dalam

permasalahan pernikahan, dari KUA, tokoh masyarakat, dan

masyarakat itu sendiri harus caredan berusaha sebaik

mungkin untuk bisa memberikan fasilitas dan

memfasilitasi sesuai dengan keterbatasan penyandang

disabilitas untuk pemenuhan hak berkeluarga dalam

melaksanakan pernikahan. Sedangkan penelitian yang sedang

di teliti menenkankan pihak yang berperan penting dalam

15
penelitian saat ini adalah para Ulama agar masyarakat dapat

memfasiloitasi kebutuhan sosial Penyandang Disabilitas.

Tabel
Penelitian Terdahulu yang Relevan
No Identitas Penulis Judul Temuan Penelitian
1 Maghfur Hasbullah (2018) Pernikahan Hasil penelitian ini
Tesis Penyandang menunjukkan bahwa
UIN Sunan Kalijaga Disabilitas di bentuk partisipasi
Yogjakarta Kabupaten masyarakat terhadap
Ponorogo pernikahan Penyandang
( Studi Kasus di Disabilitas di
Desa Karang Kabupaten Ponorogo
Patihan Penelitian di atas
Kecamatan memiliki persamaan
Balong dan dan perbedaan dengan
Desa Kepatihan penelitian ini.
Kecamatan Persamaannya adalah
Jambon ) sama-sama meneliti
masalah pernikahan
Disabilitas.
Perbedaannya dengan
penelitian yang
dilakukan sekarang
adalah terletak peran
Ulama dalam
Perbedaan
meningkatkan
pemahaman dan
penerimaan masyarkat
terhadap pernikahan
Disabilitas.
2 Dhevia Nursafitri (2022) Relas Gender Penelitian ini
Tesis Pasangan menunjukkan bahwa
Jurusan Hukum Keluarga Keluarga pasangan istri non
Islam , Universitas Islam Disabilitas disabilitas
Negeri Mataram Tunanetra tunanetra dengan suami
(Studi Kasus di disabilitas tunanetra
Perhimpunan dalam pembagian peran
Tunanetra pada wilayah publik
(PERTUNI) dikerjakan baik oleh
NTB ) istri maupun suami,
sedangkan pada
wilayah domestik
hanya dikerjakan oleh
istri, sedangkan pada
pasangan

16
Istri disabilitas
tunanetra dan suami
non disabilitas
tunanetra, pada wilayah
publik hanya dikerjakan
oleh suami sedangkan
pada wilayah domestik
hanya dikerjakan oleh
istri. Ada beberapa
faktor yang
melatarbelakangi
kuatnya ketahanan
keluarga pada pasangan
istri non disabilitas dan
suami
disabilitas diantaranya
adalah: fleksabilitas,
komunikasi yang
berjalan
dengan baik, dukungan
keluarga dan
spiritualitas, dan
perekonomian yang
baik.

Pnelitian saya
menitikberatkan
bagaimana peran para
Ulama , selain itu juha
penelitian yang di
Perbedaan lakukan sekarang tidak
membedakan gender
dan tidak hanya
berfokus pada
Tunanetra saja, namuan
semua jenis ketunaan.
Pasangan pasangan
suami istri yang salah
Audrey Novaris Fernandes, satunya menjadi
Pemeliharaan
Hedi Pudjo Santosa dan penyandang disabilitas
Hubungan
Lintang Ratri Rahmiaji setelah melakukan
Pernikahan
(2022). pernikahan, terutama
3 Antara
Jurnal pihak pasangan
Penyandang
https://ejournal3.undip.ac.id nondisabilitas, harus
Disabilitas dan
/ mengeluarkan
Non Disabilitas,
usaha yang lebih besar
untuk mempertahankan
pernikahannya

17
dibandingkan pasangan
sebaliknya. Pasangan
nondisabilitas ini
memiliki dua faktor
yang membuatnya
bertahan dalam
pernikahan, yakni
prinsip pribadi serta
kepercayaan pada
agama yang dianutnya.
Faktor lain yang
membuat penyandang
Disabilitas bertahan
Perbedaan
dalam pernikahan,
yakni juga di pengaruhi
dari peran Ulama
Pernikahan Disabilitas
menjadifokus kajian
yang
komprehensif,terlebih
setelah terbit Undang-
Undangtentang
disabilitas tahun
2016yang banyak
menjelasakan
pemenuhan hak-hak
Dwi Hidayatul Firdaus, kaum disabilitas.
Pernikahan
Mufidah Ch, dan Suwandi Pihak-pihak terkait
Penyandang
(2022) dalam permasalahan
Disabilitas
Jurnal Studi Islam dan pernikahan,mulai dari
Persfektif
4 Mu’amalahISSN 10Nomor 1 KUA, tokoh
Hukum
UIN Maulana Malik Ibrahim masyarakat, dan
Pernikahan
Malang masyarakat itu
Indonesia Dan
sendiri harus caredan
Fiqih
berusaha sebaik
mungkin untuk bisa
memberikan fasilitas
dan memfasilitasi
sesuai dengan
keterbatasan
penyandang disabilitas
untuk pemenuhan hak
berkeluarga dalam
melaksanakan
pernikahan
Perbedaan Perbedaan terletak pada
peran Ulama yang
sangat ditekankan

18
dalam penelitian yang
penulis
Penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan
menganalisis : Hukum
Pernikahan Bagi
penyandang Disabilitas
Hukum
mental menurut
Pernikahan
Yayuk Afiyanah (2020), Undang-Undang No. 1
Bagi
Jurnal Syntax Admiration Tahun 1974 dan
Penyandang
Vol. 1 No. 7 Undang-Undang No. 8
Disabilitas
Universitas Sunan Gunung Tahun 2016. Metode
Mental Menurut
5 Djati Bandung Jawa Barat, penelitian ini
Undang-undang
Indonesia menggunakan metode
No.1 Tahun
penelitian kepustakaan
1974 dan
(library research), yaitu
Undang-undang
penelitian yang
No.8 Tahun
mengumpulkan data
2016
dan informasi dengan
bantuan bermacam-
macam materi yang
terdapat dalam
kepustakaan.
Sama-sama mengacu
pada Undang-undang
dan Fiqih namun
Perbedaan
penelitian kali ini
menggunakan metode
penelitian lapangan.
6 Praktek Hasil dari penelitian
Dwiky Bagas Setyawan, Siti Pemenuhan menunjukkan bahwa
Kasiyati (2022), Hak dan penyandang disabilitas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kewajiban tersebut dalam praktek
Studi Syariah, Hukum dan Pernikahan pemenuhan hak dan
Filantropi Volume 4 No. 1 Disabilitas kewajiban mempunyai
Fakultas Syariah, Universitas Perspektif beragam pola. Upaya
Islam Negeri Raden Mas Kompilasi yang dilakukan para
Said Surakarta Hukum Islam penyandang disabilitas
dan Analisis tersebut, tidak
Gender menyalahi nilai-nilai
dalam KHI. Meskipun
jika dilihat dari analisis
gender para isteri
masih mengalami
peran ganda dalam
praktek kehidupannya.
Namun semua usaha
tersebut dilakukan

19
ikhlas semata demi
terwujudnya rumah
tangga sakinah,
mawadah warohmah
Tidak berfokus pada
Kompilasi Hukum
Perbedaan Islam namun dalam
perspektif Pendidikan
Agama Islam.
Abdul Rozak dan Faqih Penelitian ini
Maulana(2020) , Jurnal Akad Nikah membahas pernikahan
Syariah dan Hukum Islame- Penyandang penyandang Disabilitas
Vol. 5, No.2, Disabilitas Fisik saja
7 UIN Sunan Kalijaga Fisik Di
Yogyakarta Yogyakarta
Persfektif
Hukum Islam

Membahas pernikahan
penyandang Disabilitas
Perbedaan
semua hambatan
ketunaan
Desain Penelitian ini
Bimbingan Pra- menjelaskan pada
Nikah Oleh desain bimbingan pra-
Penyuluh nikah yang dilaksanan
Mukhlisuddin Marzuki ,
Agama Islam oleh penyuluh agama
(2021),
Disabilitas Di islam penyandang
Jurnal AL-FIKRAH / Vol. 10
Kecamatan disabilitas
No. 2.
Bandar Dua
8 KUA Kec. Bandar Dua Pidie
Dalam
Jaya
Mewujudkan
Keluarga
Sakinah Di
Kecamatan
Bandar Dua
Kabupaten
Pidie
Bentuk bimbingan para
Perbedaan Ulama dengan sasaran
masyarakat Inklusi
9 Fikih Penulis menceritakan
Muhammad Irfan Syuhudi Penguatan beberapa kisah
(2019), Jurnal Agama dan Penyandang penyandang Disabilitas
Kebudayaan MIMIKRI Vol. Disabilitas dalam kehidupan
8, No.2, Peneliti Badan Riset pernikahan dan sosial
dan Inovasi Nasional masyarakat sekitarnya.

20
Memebahas
bagaiamana peran
Ulama dalam
memberikan
Perbedaan pemahaman kepada
masyarakat agar
pernikahan Penyandang
Disabilitas dapat
diterima dengan baik.
Pihak-pihak terkait
dalam permasalahan
pernikahan,mulai dari
KUA, tokoh
Dwi Hidayatul Firdaus, masyarakat, dan
Mufidah Ch, Suwandi, . Pernikahan masyarakat itu
(2022) Jurnal Studi Islam Penyandang sendiri harus caredan
dan Mu’amalah Volume Disabilitas: berusaha sebaik
10Nomor 1, Perspektif mungkin untuk bisa
10
UIN Maulana Malik Hukum memberikan fasilitas
Ibrahim Malang Pernikahan dan memfasilitasi
Indonesia dan sesuai dengan
Fiqh keterbatasan
penyandang disabilitas
untuk pemenuhan hak
berkeluarga dalam
melaksanakan
pernikahan.
Pihak yang berperan
penting dalam
penelitian saat ini
adalah para Ulama agar
Perbedaan
masyarakat dapat
memfasiloitasi
kebutuhan sosial
Penyandang Disabilitas.

21
7. PENEGASAN ISTILAH

Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, perlu digarisbawahi

beberapa kata kunci yang harus dijelaskan makna dan batasannya. Antara

lain:

1. Peran Ulama

Istilah ulama, bentuk jamak dari kata benda bahasa Arab (fail),

adalah 'alim, yang berasal dari kata kerja 'alima, yang berarti

"mengetahui" atau "pengetahuan seseorang".5 Sedang 'alim adalah

seseorang yang memiliki atribut “Ilmu sebagai kekuatan yang berakar

kuat pada sains dan sastra”. Dalam konteks Indonesia, ulama memiliki

nama yang berbeda di setiap daerah, seperti Kyai (Jawa), Ajengan

(Sunda), Tengku (Aceh), Syekh (Sumatera Utara/Tapanuli), dan Tuan

Guru (Nusa Tenggara dan Kalimantan).6 Dengan demikian, sebutan

“Ulama” tidak melekat pada seseorang melalui proses formal,

melainkan melalui pengakuan, setelah melalui proses yang panjang

dalam masyarakat itu sendiri, di mana unsur-unsur “Ulama” ada dalam

diri seseorang berupa integritas. Kualitas ilmiah dan kredibilitas.

kesalehan moral dan tanggung jawab sosial yang ditunjukkan.

keulamaan seseorang tidak memanifestasikan dirinya dalam realitas

kecuali disertai dengan manifestasi dari sifat-sifat pribadi yang pantas

untuknya. Menurut tafsir Ibnu Kathῑr dan Sayyid Quṭub, tugas ulama

adalah menyampaikan ajaran sesuai dengan ajaran al-Qur'an,


5
Ibnu Manzur Jamal al-Din Mohammad bin Mukarram al-Anshari, Lisan al-Arab, al Dar al-
Misriyah, kairo, Juz xv. H. 311. Lihat juga Luis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah, h. 527.
6
Djohan Efendi, Ulama dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 17, Jakarta, Cipta Adi
Pustaka, 1991

22
menjelaskan isi al-Qur'an dan memecahkan masalah-masalah agama

dan sosial, termasuk yang terkait dengannya. untuk itu. untuk

pernikahan penyandang Disabilitas.

2. Inkusi

Inklusi adalah pendekatan untuk membangun lingkungan yang

terbuka bagi semua orang dari berbagai latar belakang dan keadaan. Ini

termasuk karakter, kondisi fisik, kepribadian, status, etnis, budaya,

meliputi karakter, kondisi fisik, kepribadian, status, suku, budaya dan

lain sebagainya.7

3. Penyandang Disabilitas

Penyandang Disabilitas adalah orang-orang dengan keterbatasan

fisik, mental, intelektual atau sensorik jangka panjang yang,

digabungkan dengan lingkungan dan sikap masyarakat, dapat

menghadapi hambatan yang mencegah partisipasi penuh dan efektif

dalam persamaan hak (UU No. 19 tentang hak penyandang

Disabilitas). Istilah Disabilitas berasal dari bahasa Inggris dan berarti

“kemampuan yang berbeda”, yang berarti bahwa orang memiliki

kemampuan yang berbeda. Ada beberapa istilah yang menggambarkan

penyandang Disabilitas: Departemen Layanan Sosial mengacu pada

penyandang Disabilitas, Departemen Pendidikan merujuk pada

penyandang kebutuhan khusus, dan Departemen Kesehatan mengacu

pada penyandang Disabilitas.

4. Perspektif Pendidikan Agama Islam

7
Muhammad Irfan Al-Amin (2022) https://katadata.co.id/ /berita/61ef9d1c39a09/inklusi

23
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk

mempersiapkan peserta didik agar mengetahui, memahami, beriman,

bertaqwa, berakhlak mulia dan mempelajari ajaran Islam dari sumber

utama kitab suci al-Quran dan al-Hadits melalui. untuk berlatih

kepemimpinan, mengajar, pendidikan dan menggunakan pengalaman.8

5. Pernikahan Penyandang Disabilitas

Pernikahan adalah proses pertama pembentukan kehidupan

keluarga dan awal dari penggabungan bentuk kehidupan manusia.

Kehidupan sehari-hari yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa

dari orang-orang yang berbeda jenis kelamin, pria dan wanita, dan

ketika mereka hidup bersama, mereka secara alami tertarik satu sama

lain dan memiliki kasih sayang y, atau dapat dikatakan bahwa mereka

menginginkannya. membentuk koneksi fisik dan mental. untuk

menciptakan keluarga atau rumah tangga yang bahagia, harmonis dan

kekal (Sakinah mawahdah warohah). Pernikahan bukan hanya

pemenuhan kebutuhan biologis, meskipun kebutuhan biologis

merupakan faktor pendukung atau pendorong yang sangat penting

dalam terwujudnya kehidupan bersama untuk memenuhi kebutuhan

biologis. Pernikahan harus menjadi ikatan jasmani dan rohani. Karena

bisa juga terjadi laki-laki dan perempuan hidup bersama tanpa

bersentuhan. Pada dasarnya pernikahan dalam Islam adalah sesuatu

yang boleh dinikahi atau menikahi oleh siapa saja. Apalagi bagi yang

memiliki keinginan, kemauan dan kemampuan, menikah menjadi

sunnah yang halal. Menurut undang-undang, penyandang Disabilitas


8
Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2005, hlm. 21

24
bukanlah halangan untuk menikah, bahkan jika dia sudah layak

menikah, pernikahan itu sah dan dianjurkan.

8. LANDASAN TEORI

Teori yang digunakan dalam studi lapangan kualitatif ini adalah :

Teori Komunikasi Antar Pribadi

8.1. Teori Aprehensi komunikasi

Sebelum membahas teori ini, mari kita telaah terlebih

dahulu pengertian dari konsep komunikasi. Ada yang mengatakan

bahwa kecemasan komunikasi adalah kondisi kognitif seseorang

mengetahui bahwa ketika mereka berkomunikasi dengan orang

lain karena kekhawatiran dan ketakutan mereka, tidak memahami

sebab akibat sosial sehingga menjadi orang yang “mati rasa”.

Ada juga orang yang mengatakan bahwa aprehensi

komunikasi muncul ketika orang merasa pengalaman

komunikasinya tidak nyaman dan takut untuk berkomunikasi.

Lebih sering digunakan dalam komunikasi kelompok. McCroskey

adalah seorang peneliti komunikasi yang telah mempelajari

fenomena penularan komunikasi dalam komunikasi

interpersonal..

McCroskey menjelaskan bahwa ketakutan masyarakat

terhadap komunikasi berasal dari suasana komunikatif yang ada

di rumah mereka. Dinyatakan bahwa faktor-faktor lingkungan

rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga dan

25
gaya interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku

komunikasi anak. Ini menunjukan bahwa lingkungan keluarga

menjadi penentu penting atau tidak.

Penyebab aprehensi komunikasi dikelompokkan menjadi 3

(tiga) kategori  :

a) Aktivitas berlebihan. Ini menunjukkan bahwa kita terlalu

aktif secara mental sebelum tindakan itu sendiri dilakukan.

b) Pemrosesan kognitif yang tidak tepat. Hal ini menunjukkan

ketidaknyamanan dalam menggunakan fungsi komunikasi.

Oleh karena itu, diasumsikan bahwa penyebab ketakutan

komunikasi ini terkait dengan cara kita berpikir tentang

komunikasi dan bagaimana proses komunikasi dianggap

menakutkan.

c) Keterampilan komunikasi yang tidak memadai. Ini

menunjukkan bahwa kita tidak tahu bagaimana

berkomunikasi secara efektif. Ketika kita merasa bahwa kita

tidak dapat berkomunikasi dengan baik, otomatis kita

menganggap aktivitas komunikasi sebagai aktivitas yang

membuat stres.

26
8.2. Teori Self-disclosure

Dalam Self-disclosure, membuka diri dan mengungkapkan

informasi tentang dirinya kepada mitra komunikasinya. Selain itu,

informasi yang dipublikasikan bukanlah informasi biasa,

melainkan informasi mendetail tentang dirinya.

8.3. Teori Interaksi Simbolik

Sejarah teori interaksi simbolik tidak lepas dari pemikiran

George Herbert Mead (1863-1931). Mead mengembangkan ide

orisinilnya, yaitu “Theoretical Perspective”, yang merupakan

pendahulu dari “Symbolic Interaction Theory”. Karena Mead

tinggal di Chicago selama kurang lebih 37 tahun, perspektifnya

sering disebut sebagai Sekolah Chicago.

Dalam terminologi Mead, setiap sinyal nonverbal atau

pesan verbal, yang ditafsirkan secara konsensual oleh semua

pihak yang terlibat dalam interaksi, merupakan bentuk simbol

yang membawa makna yang sangat penting. Perilaku seseorang

dipengaruhi oleh simbol-simbol yang diberikan oleh orang lain

serta perilaku orang tersebut. Pemberian isyarat berupa simbol

memungkinkan kita untuk mengungkapkan perasaan, pikiran,

maksud dan sebaliknya dengan membaca simbol yang

ditunjukkan oleh orang lain.

Dalam pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga gagasan

dasar interaksi simbolik adalah :

27
a. Mind (pikiran) - Kemampuan untuk menggunakan simbol-

simbol yang memiliki makna sosial yang sama, setiap

individu harus mengembangkan pikirannya dalam interaksi

dengan individu lain..

b. Self (diri pribadi) - Kemampuan berpikir tentang setiap

individu berdasarkan perspektif atau pendapat orang lain, dan

teori interaksi simbolik merupakan cabang dari teori sosiologi

yang mengemukakan tentang diri (the self) dan dunia luar.

c. Society (masyarakat) - Hubungan sosial yang diciptakan,

dibangun, dan dibangun oleh setiap individu dalam

masyarakat, dan setiap individu secara aktif dan sukarela

terlibat dalam perilaku pilihan mereka, yang pada akhirnya

menghasilkan orang mengambil peran dalam masyarakat

mereka.

28
9. METODE PENELITIAN

a. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Ada dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dianalisis dengan

menggunakan teknik statistik. Data kuantitatif, di sisi lain, adalah data

yang dianalisis menggunakan teknik statistik. Analisis data mengatur

dan mengurutkan data menurut pola, kategori, dan deskriptor dasar

untuk mengungkap tema dan merumuskan hipotesis kerja berdasarkan

data tersebut.9.

Data kualitatif dibagi menjadi data historis, data tekstual, data

kasus dan data pengalaman individu, tergantung sumbernya. Penelitian

yang digunakan diidentifikasi sumbernya, meliputi data kasus dan

pencarian data tunggal. Hal ini karena data yang dikumpulkan berasal

dari kasus tertentu dan hanya berlaku untuk kasus tertentu. Dan itu

adalah informasi penting tentang apa yang dialami

individu/pengalaman dalam keluarga tertentu.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Hal ini dikarenakan informasi yang akan diteliti dalam

penelitian ini bersumber dari kalimat atau keterangan tentang sesuatu

yang disajikan dalam penjelasan lisan atau tertulis.

Secara garis besar, dari rumusan di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan analisis data adalah mengorganisir data terlebih dahulu.


9
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuaitatif kuantitatif. Bandung: Alfabeta, 2008

29
Setelah materi terkumpul di lapangan dengan menggunakan metode

pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan

menganalisis materi tersebut melalui analisis deskriptif-kualitatif tanpa

menerapkan teknik kuantitatif.

b. Subyek Penilitian

Peneliti sebagai instrumen kunci penelitian ini. Obyek

penelitian adalah sesuatu yang dipelajari baik oleh orang, benda

maupun lembaga (organisasi). Subyek penelitian pada hakekatnya

adalah mereka yang menarik kesimpulan dari hasil penelitian, dan di

dalam subyek penelitian tersebut adalah subyek penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi subjek adalah masyarakat khususnya

penyandang disabilitas yang telah menikah.

Subjek penelitian adalah sifat subjek, orang atau fokus

perhatian dan keadaan subjek penelitian. Sifat situasi yang dimaksud

dapat berupa watak, kuantitas dan kualitas, yang dapat berupa tingkah

laku, tindakan, pendapat, opini, penilaian, sikap suka dan tidak suka,

simpati, keadaan batin dan berupa proses. Subyek penelitian ini adalah

pemahaman dan penerimaan perkawinan penyandang disabilitas di

masyarakat.

30
c. Sumber dan Jenis Data

Data adalah informasi yang diperoleh dalam penelitian atau yang

diselidiki oleh peneliti selama penelitian. Menurut Nasution, ia

menyatakan bahwa sumber informasi adalah keadaan alam atau

lingkungan alam, yaitu ia menyatakan bahwa sumber informasi adalah

keadaan alam apa adanya tanpa campur tangan yang disengaja. 10

Sementara itu, Suharsimi mengatakan bahwa sumber informasi adalah

subjek dari mana informasi dapat diterima, yaitu orang yang menjawab

atau menjawab pertanyaan, baik tertulis maupun lisan.11

Oleh karena itu, sumber informasi penelitian ini adalah orang-

orang yang memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Secara umum, dua jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

adalah informasi yang berasal langsung dari sumbernya, sedangkan

data sekunder adalah informasi yang berasal dari literatur, buku atau

informasi yang diolah oleh pihak lain.12

Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber

data yang menyediakan data secara langsung kepada pengumpul data.

10
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1992), 9
11
Suharsimi, Prosudur Penelitian (Suata Pendekatan Teoritis dan Praktek) (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), 114.
12
Yatim Riyanto, Metode Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: UGM Press, 2003), 34.

31
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh sumber informasi utama

dari observasi di wilayah sekitar Kecamatan Cerme Gresik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

sumber data pada penelitian ini adalah:

a. Peneliti sebagai sumber data utama

b. Ulama

b. Petugas KUA

c. Masyarakat sekitar

d. Tokoh masyarakat

e. Masyarakat atau orang-orang yang pernah ikut berpartisipasi

g. Guru SLBN Cerme

h. Penyandang Disabilitas alumni SLBN Cerme

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, kualitas penelitian sangat bergantung

pada kualitas dan kelengkapan data yang dihasilkan. Pertanyaan yang

selalu diperhatikan saat mengumpulkan data adalah “apa”, “siapa”,

“dimana”, “kapan” dan “bagaimana”.13

Penelitian kualitatif didasarkan pada triangulasi data yang

dihasilkan dari tiga metode. Wawancara, peserta dalam observasi dan

review dokumen organisasi (catatan dokumen). Dalam penelitian

kualitatif, metode observasi, dokumentasi, dan wawancara biasanya


13
Iriyana, Riski kawasati, Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif. Ekonomi Syariah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong. file:///C:/Users/SLB/Downloads/Teknik
%20Pengumpulan%20Data%20Metode%20Kualitatif.pdf. Hal 1

32
digunakan untuk mengumpulkan data. Juga, jangan abaikan

kemungkinan menggunakan sumber non-manusia (non-human data

source), seperti dokumen dan catatan (record) yang tersedia.

Pelaksanaan pendataan juga mencakup berbagai kegiatan pendukung

lainnya, seperti pembuatan laporan, pemilihan informan, penyimpanan

informasi/informasi hasil pendataan. Oleh karena itu, bagian ini secara

berurutan membahas hal-hal berikut: penyusunan laporan, pemilihan

informan, pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi,

wawancara, pengumpulan data dari sumber non-manusia, dan

pengumpulan informasi/data dari hasil pengumpulan data. Alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Obeservasi

Observasi diperlukan untuk memperoleh informasi berupa

dokumen baik tentang perilaku pedagogik maupun sarana dan

prasarana. Dengan setiap pengamatan, informasi yang

diperoleh peneliti terkait dengan dua hal penting, yaitu

pengetahuan (misalnya bagaimana penelitian dilakukan, alat

apa yang digunakan atau tidak dan apa yang terjadi dan

konteksnya (hal-hal yang melingkupinya). Ini karena segala

sesuatu terjadi dalam dimensi waktu dan tempat tertentu, dalam

penelitian ini rentang waktunya adalah perinikahan Disabilitas

yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terahir dan lokasinya

adalah alumni SLBN Cerme yang berdomisili di Cerme dan

sekitarnya.

33
2. Wawancara

Sering disebut juga dengan angket lisan. Merupakan dialog

yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari yang diwawancarai (interviewee).

Dengan bantuan wawancara, peneliti menilai kondisi orang

tersebut, yaitu. H. penyandang cacat yang menikah, masyarakat

sekitar, pihak KUA Cerme dan juga tokoh masyarakat sekitar

penyandang cacat (inklusi). Wawancara ini dilakukan untuk

mengumpulkan informasi melalui tanya jawab langsung

(petugas) peneliti dan narasumber. Wawancara adalah alat yang

baik untuk mengeksplorasi: pendapat, keyakinan, motif,

perasaan, prediksi responden tentang masa depan.

3. Dokumentasi

Metode ini dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan

informasi dengan menggunakan data berupa buku dan catatan

(dokumen), seperti yang dijelaskan oleh Sanapiah Faesal

sebagai yaitu dalam dokumentasi, sumber informasi adalah

materi tertulis atau rekaman. Dengan metode ini, pengumpul

data hanya perlu mentransfer dokumen yang relevan ke

lembaran yang disiapkan untuk keperluan itu. Dokumentasi

adalah teknik pengumpulan data yang meneliti catatan

34
informasi pribadi responden. 14
. Dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan

mengenai data pribadi responden15. Dokumen adalah rekaman

tertulis dari berbagai tindakan atau peristiwa di masa lalu,

terutama reaksi pasangan difabel dan masyarakat di sekitarnya.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang :

a. Catatan pendaftaran pernikahan penyandang Disabilitas

di KUA Cerme, Benjeng, Balongpanggang dan

Menganti.

b. Catatan penyuluhan pernikahan penyandang Disabilitas

c. Catatan Sosialisasi kepada masyarakat Inklusi terkait

pernikahan Disabilitas.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang

berkenaan dengan pernikahan Disabilitas alumni SLBN Cerme

Gresik.

e. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan secara logis dan sistematis. Menurut

Patton, Moleong mengatakan bahwa analisis data adalah proses

pengorganisasian data, menyusunnya menjadi suatu pola dan uraian,

serta memberi makna yang berarti pada analisis itu, memperjelas pola

uraian itu dan mencari hubungan antar dimensi uraian itu. 16 itu,

memperjelas pola uraian itu dan mencari hubungan antar dimensi

14
Sanafiah Faesal, Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial ( Surabaya: Usaha Nasional,
2002).hlm.42-43
15
Abdurrahman Fatoni, op-cit., hlm.112
16
Moleong. J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),180.

35
uraian itu. . . Untuk mendapatkan data yang valid, akurat dan

meyakinkan, peneliti menggunakan analisis data secara interaktif dan

berkesinambungan hingga akhir, dimulai dengan reduksi data,

kemudian membuat grafik data, dan terakhir menarik dan menguji

kesimpulan (conclusion drawing). ) untuk memvalidasi data.17 Adapun

analisis data pada penelitian ini mengikuti model Miles and Huberman

yang dikutip oleh Sugiyono sebagai berikut:

Data collection
DISPLAY

Reduksi Data

Conclucion / Verifying

Gambar 1.1. Diagram komponen dalam analisis data18

Proses analisis data ini dilakukan dengan tiga langkah sebagai

berikut:

a. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

17
Moleong. J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 146.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), 249.

36
direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah

penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

b. Data display

Mendisplai data adalah menyajikan dalam bentuk uraian

kata dan kalimat, menghubungkan antara yang satu dengan yang

lainnya secara teratur dan sistematis atau mendeskripsikan data

secara

berurutan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya baik data awal,

sedang maupun data akhir yang diperoleh di lokasi penelitian. Jadi,,

penulis dapat menguasai data yang sudah diperoleh di lapangan.

c. Conclusion drawing

Setelah mendapatkan data yang sudah direduksi dan

didisplay maka penulis mencoba mengambil kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-

bukti

37
yang valid dan konsisten saat penulis kembali kelapangan

mangumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupkan

kesimpulan yang kredibel.

f. Keabsahan Data

Menurut Moleong ’’kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu :

(1) kepercayaan (kreadibility),

(2) keteralihan (tranferability),

(3) kebergantungan (dependibility),

(4) kepastian (konfermability)19.

Untuk memeriksa keabsahan informasi yang diperoleh dalam

penelitian kualitatif ini didasarkan pada dua kriteria sebagai kontrol.

yaitu keyakinan (credibility) dan kepastian (verifiability). Tujuan dari

kredibilitas data adalah untuk menunjukkan bahwa data yang

dikumpulkan adalah benar. Ada beberapa teknik untuk mendapatkan

kredibilitas, yaitu:

Teknik triangulasi, sumber, verifikasi anggota, memperluas kehadiran

peneliti di lapangan, diskusi sejawat dan pengecekan kecukupan

19
Lexy J Moelong, Metode Penelitian Kulitatif (Bandung :Remaja Rosdakarya,1991.

38
sumber. Verifiability, kriteria ini digunakan dalam evaluasi hasil

penelitian yang diperoleh melalui penelaahan data dan informasi dan

dalam interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada

dalam rangka tindak lanjut pengendalian

DAFTAR PUSTAKA

Hasbulah, Maghfur (2018) Pernikahan Penyandang Disabilitas di Kabupaten


Ponorogo ( Studi Kasus di Desa Karang Patihan Kecamatan Balong dan
Desa Kepatihan Kecamatan Jambon ) UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta .
Diakses dari https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32856/
Nursafitri, Dhevia (2022) Relas Gender Pasangan Keluarga Disabilitas
Tunanetra (Studi Kasus di Perhimpunan Tunanetra (PERTUNI) NTB )
Jurusan Hukum Keluarga Islam , Universitas Islam Negeri Mataram.
Diakses dari http://etheses.uinmataram.ac.id/2801/
Novaris Fernandes, Audrey, Pudjo Santosa Hedi dan Ratri Rahmiaji Lintang
(2022). Pemeliharaan Hubungan Pernikahan Antara Penyandang
Disabilitas dan NonDisabilitas.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/download/
37332/28371.
Firdaus, Dwi Hidayatul.(2022) Penyandang Disabilitas Persfektif Hukum
Pernikahan Indonesia Dan Fiqih, UIN Maulana Malik Ibrahim, Mufidah
Ch, dan SuwandiUIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=Penyandang+Disabilitas+Perspektif+Hukum+Pernikahan+Indonesia+D
an+Fiqih,&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
Afiyanah, Yayuk. (2020) Hukum Pernikahan Bagi Penyandang Disabilitas
Mental Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 dan Undang-undang

39
No.8 Tahun 2016, Universitas Sunan Gunung Djati Bandung Jawa Barat.
https://www.neliti.com/publications/330861/hukum-pernikahan-bagi-
penyandang-Disabilitas-mental-menurut-undang-undang-no-1-t
Setyawan, Dwiky Bagas Mas Said dan Siti Kasiyati, (2022). Pemenuhan Hak
dan
Kewajiban Pernikahan Disabilitas Perspektif Kompilasi Hukum Islam
dan Analisis Gender, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Raden
Mas Said Surakarta.
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-hakim/article/view/5045
Rozak Abdul dan Faqih Maulana (2020). Akad Nikah Penyandang Disabilitas
Fisik Di Yogyakarta Persfektif Hukum Islam, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. https://e-journal.ikhac.ac.id/index.php/adlh/article/view/888
Marzuki, Jaya Mukhlisuddin. Desain Bimbingan Pra-Nikah Oleh Penyuluh
Agama Islam Disabilitas Di Kecamatan Bandar Dua Dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah Di Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie KUA Kec.
Bandar Dua Pidie Jaya.
https://blamakassar.e-journal.id/mimikri/article/view/841
Muhammad Irfan Syuhudi (2019)Fikih Penguatan Penyandang Disabilitas,
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional https://blamakassar.e-
journal.id/mimikri/article/view/841
Dwi Hidayatul Firdaus, Mufidah Ch, Suwandi .(2022)Pernikahan Penyandang
Disabilitas: Perspektif Hukum Pernikahan Indonesia dan Fiqh, UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang,
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=Pernikahan+Penyandang+Disabilitas:
+Perspektif+Hukum+Pernikahan+Indonesia+dan+Fiqh
Kustini, Modul Keluarga Sakinah Perspektif Kesetaraan, Bagi Penghulu,
Penyuluh Dan Konselor BP4, Badan Litbag dan Direktur Kementrian
Agama, 2012.
Mas’ud, Muhammad Khalid, Filsafat Hukum Islam: Studi Tentang Hidup dan
Pemikiran Abu Ishaq al Syatibi, terj. Ahsin Muhammad, cet. I, Bandung:
Penerbit Pustaka, 1996.
Haroen, Nasrun, Ushul Fikih 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1993.

40
Audah, Jaser, Al-Maqasid Untuk Pemula, terj. Ali Abdel mon’im, SUKA-Pess
UIN Sunan Kalijaga, 2013.
Arikunto, Suharsini, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Maja


University Press, 1996.
Azwar, Saefuddin, Metode Penelitian, cet. Ke 6, yogyakarta; Pustaka Pelajar,
2005
Veeger, K.J, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosialitas Hubungan
IndividuMasyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1985.
Abdullah, Taufik & laden, A.C Van Der (ed.). Durkheim dan Pengantar Sosiologi
Moralitas. Jakarta: Yayasan Obor, 1986.
Wisman, JJJ. M, Penelitian Ilmu Sosial, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1996.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja , 1993.

Lubis , M. Solly, Filsafat Islam Dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994.
Gerungan, Dr. W. A, Dipl. Psych, Psikologi Sosial, Bandung: PT Refika Aditama,
2004.
Bungin, S, Sos. M. Si, Prof. Dr. H.M Burhan, Sosiologi Komunikasi (Teori,
Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat), Cet I ,
Jakarta: Kencana, 2006.
Santoso, Dr. Slamet, Teori-Teori Psikologi Sosial, Bandung: PT Refika Aditama,
2010.
Burgess, Ernest W. dan Harvey J. Locke, The Family From To Institution To
Companionship, Second Edition, New York: American Book Company,
1960.
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social, cet ke 3, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1995.
Rd. Nia Kania Kurniawati, Komunikasi Antar Pribadi “Konsep Dan Teori
Dasar”, Cet ke 1, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014.

41
Prof. Dr. Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta : Kencana 2003.
http://informid.com/pola-komunikasi-dalam-keluarga/ diakses pada
tanggal 5 Mei 2018.

42
PENGESAHAN

43
Proposal tesis yang ditulis oleh Nurul Balqis ini telah dipertahankan dalam

Seminar Proposal Tesis Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam,

Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Lamongan pada hari ….., tanggal

……….., dan dinyatakan dapat melanjutkan proses penyusunan tesis.

Tim Penguji Seminar Proposal Tesis

Penguji I Penguji I

……………………….. …………………………

NIDN. NIDN.

Lamongan, ……………………….

Menyetujui,

Ketua Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Dr. Winarto Eka Wahyudi, M. Pd. I

NIDN. 0709039001

44

Anda mungkin juga menyukai