Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TAFSIR

“RELASI MUSLIM DAN NON MUSLIM”


Penafsiran Al-Qur’an Al-Baqarah:256, Al-Mumtahanah:8-9,Al-Hujurat:13
Dosen Pengampu: Dr.H Abdul Malik Ghozali, Lc.,MA

Disusun Oleh Kelompok 13:

Nina puspita sari (2231050022)

KELAS B

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TA 2023/1445 H

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Relasi Muslim dan Non
Muslim” Penafsiran Al-Qur‟an Al-Baqarah:256, Al-Mumtahanah:8-9,Al-Hujurat:13, ini
tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir yang
diampu oleh bapak Dr.H Abdul Malik Ghozali, Lc.,MA Segala upaya telah kami lakukan
untuk menyempurnakan makalah ini,namun bukan tidak mungkin dalam penulisan
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan
dalam menyempurnakan makalah lain di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua, serta menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagikami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Aamiin

Bandar Lampung, 29 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Relasi muslim ................................................................................. 6
2.2 Pengertian Non muslim..................................................................................... 6
2.3 Penafsiran Relasi muslim dan nonmuslim dalam al-Qur‟an............................. 7
2.4 Batasan-batasan interaksi muslim dan non muslim .......................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa menjalin hubungan (relasi) dengan
orang lain. Oleh karenanya, manusia disebut dengan makhluk sosial. Artinya, dalam
kehidupan bermasyarakat, seseorang tidak akan dapat menghindari yang namanya relasi
dan interaksi antar umat manusia. Baik itu relasi antar individu, maupun antar satu
komunitas dengan komunitas lainnya. Termasuk hubungan antar pemeluk agama tertentu
dengan pemeluk agama lainnya. Karena, hubungan seorang manusia dengan manusia
lainnya tidak hanya sebatas hubungan dengan orang yang berkeyakinan sama, melainkan
perlu disadari bahwa hubungan antar manusia yang berbeda keyakinan, hubungan muslim
dan non-muslim misalnya, adalah merupakan suatu hal yang mutlak terjadi. Mengingat
status dan kedudukan mereka yang sama-sama merupakan makhluk yang diciptakan Tuhan
untuk tinggal di muka bumi.

Relasi muslim dengan non-muslim merupakan permasalahan klasik yang telah


muncul semenjak masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Meskipun demikian,
permasalahan ini masih tetap eksis dan masih ramai dibicarakan sampai saat ini. Bahkan
boleh jadi akan menjadi isu menarik dikarenakan masih banyaknya kontroversial yang
terkandung dalam permasalahan ini. Seperti terkait batasan bolehnya seorang muslim
berinteraksi dengan non-muslim. Dalam hal ini, terdapat pandangan yang begitu ketat
membatasi hubungan antara muslim dengan non-muslim. Di sisi lain, juga terdapat
pandangan yang cukup terbuka dan toleran dalam hal hubungan antara muslim dengan
non-muslim ini. Tidak hanya itu, melalui hubungan antara muslim dengan non-muslim ini,
seringkali muncul beragam konflik antar umat beragama. Bahkan hingga zaman modern
saat ini. Sebut saja negara-negara di Timur Tengah, Syiria, Iran, Mesir, bahkan di
Indonesia pun tidak jarang kita temui konflik yang disebabkan karena relasi antara muslim
dengan non-muslim.

4
kita dapat mencontoh dan meneladani Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan
sosok panutan, yang akhlak dan kepribadian baiknya telah dijamin oleh Allah
SWT.Namun, perlu digaris bawahi bahwa mencontoh dan meneladani Nabi bukanlah
merupakan persoalan yang sederhana. Terlebih dalam hal mencontoh bagaimana sikap dan
perilaku Nabi dalam berhubungan dengan orang-orang non muslim. Karena dalam
sejarahnya, hubungan antara Nabi dengan non-muslim mengalami pasang surut dan tidak
berjalan mulus. Artinya, hubungan antara Nabi dan non-muslim telah melewati masa-masa
perdamaian dan pertikaian atau konflik. Sehingga dalam memahami dan meneladaninya
butuh adanya pemahaman terhadap konteks yang melatarbelakangi sikap dan perilaku Nabi
dalam berhubungan dengan non-muslim tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Relasi muslim dan non muslim ?
2. Bagaimana Relasi muslim dan non muslim menurut ayat-ayat Al-Quran ?
3. Bagaimana penafsiran Relasi muslim dan non muslim dalam perspektif Al-Quran ?
4. Bagaimana batasan-batasan interaksi menurut para ahli?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Relasi muslim dan non muslim
2. Agar mengetahui Relasi muslim dan non muslim dalam ayat-ayat Al-Quran
3. Dapat menambah wawasan terkait penafsiran yang baik dalam Relasi muslim dan non
muslim
4. Dapat mengetahui batasan-batasan interaksi muslim dan non muslim

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Relasi


Pengertian relasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hubungan,
perhubungan, pertalian.Oleh karena itu relasi antar umat beragama yaitu
hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan
ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.
Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam
memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan
pemberdayaan.1

2.2 Muslim dan Non-muslim


Islam mengakui adanya pluralitas atau kemajemukan, baik dalam bidang agama,
ras, dan kultur sebagai kehendak Allah. Islam hanya tidak mengakui paham pluralisme
yang memandang semua agama sama. Dalam pandangan Islam, yang membedakan
seorang muslim dengan non-Muslim adalah akidahnya yang termanifestasikan dengan
memeluk agama Islam. Perbedaan akidah merupakan perbedaan yang fundamental bagi
Islam, sehingga menjadikan Islam tidak mentolerir secara teologis bahwa agama-agama
lain sama dengan Islam.Meskipun demikian, Islam meyakini adanya pluralitas dalam
kehidupan ini sebagai kehendak Allah. Kehendak Allah ini menurut Ibn Taimiyah terbagi
menjadi dua macam. Pertama, iradah kawniyyah, yaitu kehendak ontologis dalam setiap
eksistensi kehidupan sebagai keseimbangan seperti adanya baik dan buruk, cahaya dan
gelap, laki-laki dan perempuan, dan lain sebagainya. Kedua, iradah diniyyah, yaitu
sebagai legislator antara yang haqq dan yang batil, sehingga ada ciptaan Allah yang
dikehendaki secara kawniyyah dan diniyyah, seperti kebaikan, kebenaran, iman, dan
segala sesuatu yang dicintai yang termasuk dalam syari‟at-Nya. Namun ada juga ciptaan-

1
Adulyadej, Bhumibol. "RELASI MUSLIM DAN BUDDHIS."hal.15

6
Nya yang dikehendaki secara kawniyyah namun tidak dikehendaki secara diniyyah
seperti kufur, kejelekan, kebatilan dan lain sebagainya.
Dalam al-Qur‟an non-Muslim disebut sebagai kafir, hal ini dikarenakan mereka
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kata kafir sendiri secara bahasa berarti
menutupi sesuatu, melepaskan diri, menghapus atau menyembunyikan kebaikan yang
telah diterima, dan dari segi akidah, kafir berarti kehilangan iman. Sedangkan secara
terminologis, Said Hawa memberikan pengertian bahwa kafir adalah orang yang ingkar
terhadap kebenaran Islam. Istilah kafir dalam al-Qur‟an mengacu pada perbuatan yang
berhubungan dengan Allah, namun semua hubungan tersebut bersifat negatif, seperti
mengingkari nikmatNya dalam QS. al-Nahl: 55 dan al-Rum: 34, lari dari tanggung jawab
dalam QS. Ibrahim: 22, penolakan atau pembangkangan terhadap hukum Allah dalam
QS. al-Maidah: 44, dan meninggalkan amal saleh yang diperintahkan Allah dalam QS. al-
Rum: 44. Dari 525 kali kata kafir dalam berbagai derivasinya, arti yang paling dominan
adalah pendustaan atau pengingkaran terhadap Allah dan rasulrasul-Nya, khususnya
kepada Nabi Muhammad dengan ajaran yang dibawanya.2
Para ulama fikih mengklasifikasikan non-Muslim menjadi dua kelompok; ahl al-
harb dan ahl al-„ahd. Pembagian ini berdasarkan Firman Allah Surat al-Mumtahanah: 8-
9. Ahl al-harb adalah golongan orang-orang kafir yang memerangi atau terlibat
peperangan dengan kaum Muslim. Istilah kafir harbi menurut Yusuf al-Qardawi
disematkan oleh para fukaha kepada golongan non-Muslim yang tinggal di wilayah
mereka yang disebut dar alh‟arb dan menyatakan permusuhan terhadap kaum Muslim
dan para pemimpin mereka atau yang tidak mengakui negara Islam. Golongan kafir harbi
ini adalah semua orang kafir yang menampakkan permusuhan dan menyerang kaum
Muslim, baik dari kalangan musyrik (kaum pagan) maupun para ahli kitab.
Sementara ahl al-„ahd merupakan orang-orang non-Muslim yang bersikap baik,
menjalin hubungan yang harmonis terhadap kaum Muslim, dan tidak terlibat dalam
memusuhi mereka.Golongan ini adalah mereka yang berdamai dan mengadakan ikatan

2
Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, 856.

7
perjanjian dengan kaum Muslim, baik yang memilih tinggal di dalam wilayah Islam
maupun yang tetap tinggal di wilayahnya.3

2.3 Penafsiran dan ayat Al-quran Relasi muslim dan non muslim
 Q.S.Al-Baqarah:256
َ َ ٰ ْ َِْ ِ َّ ْ ِ ْ َّ ْ َ َ َ ْ َ ِ ْ ُّ َ ََّ َّ ْ َ ْ ْ َ
‫اّلل فق ّد‬ ْ َ َ
ّ ‫ن ّة‬
ْۢ ‫الدي ّنِۗ قد تتين الرشد ّمن الغيۚ فمن يكفر ّةالطاغو ّت ويؤ ّم‬
ّ ‫ل ٓا ّاكراه ّفى‬
ّ

ٌ ْ َ ٌْ َ ِٰ َ ََ َ ُ ْ َ ِْْٰ َ ْ ِْ َ َ َْ ْ
٢٥٦ ‫استمسك ّةالػرو ّة الوثقى لا ان ّفصام لهاِۗواّلل س ّميع ع ّليم‬

Artinya:
256. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan
yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada
Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Ringkas kemenag


256.Meski memiliki kekuasaan yang sangat luas, Allah tidak memaksa seseorang untuk
mengikuti ajaran-Nya. Tidak ada paksaan terhadap seseorang dalam menganut agama
Islam. Mengapa harus ada paksaan, padahal sesungguhnya telah jelas perbedaan antara
jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Oleh karena itu, janganlah kamu menggunakan
paksaan apalagi kekerasan dalam berdakwah. Ajaklah manusia ke jalan Allah dengan
cara yang terbaik. Barang siapa ingkar kepada Tagut, yaitu setan dan apa saja yang
dipertuhankan selain Allah, dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah
berpegang teguh pada ajaran agama yang benar sehingga tidak akan terjerumus dalam
kesesatan, sama halnya dengan orang yang berpegang teguh pada tali yang sangat kuat
yang tidak akan putus sehingga dia tidak akan terjatuh. Agama yang benar ibarat tali
yang kuat dan terjulur menuju Allah, dan di situ terdapat sebab-sebab yang
menyelamatkan manusia dari murka-Nya. Allah Maha Mendengar segala yang diucapkan

3
Untung, Syamsul Hadi. "Sikap Islam terhadap Minoritas Non-Muslim." Sikap Islam terhadap Minoritas
Non-Muslim 12.1 (2014): 31-32.

8
oleh hamba-Nya, Maha Mengetahui segala niat dan perbuatan mereka, sehingga semua
itu akan mendapat balasannya di hari kiamat.

 Q.S.Al-Mumtahanah:8-9
ْ َ ْ ِ َ ْ ْ ِ ْ ِ ْ ِ ْ ََ ْ ِ ِ َ َ َ ْ َّ َ ٰ ِ
‫الدي ّن ولم يخ ّرجوكم ّمن ّدي ّاركم ان‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ْ
‫م‬ ‫ك‬‫و‬ ِ ‫َلا َي ْن ٰهىك ِم‬
ْ ‫اّلل غن الذين ل ْم ِيقاتل‬
ّ ّ ّ ّ ّ

َْ ْ ِ ْ ُّ ِ َ ٰ َّ ْ ْ َ ْ ِ ْ ِ َ ْ ِ ْ ُّ َ َ
٨ ‫يحب المق ّس ّطين‬ ّ ‫تبروهم وتق ّسطوٓا ّالي ّهمِۗ ّان اّلل‬

ٰٓ َ ْ ِ َ َ َ ْ ِ َ ْ ْ ِ ْ ِ َ ْ َ َ ْ ِ ِ َ َ َ ْ َّ َ ٰ ِ ْ َ َّ
‫الدي ّن واخرجوكم ّمن ّدي ّاركم وظاهروا على‬ ْ ْ ِ ِ ٰ َ
ّ ‫ّانما ينهىكم اّلل غ ّن ال ّذين قاتلوكم ّفى‬

َ ْ ِ ٰ ِ ِ َ ٰۤ ِ َ ْ ِ ََّ َ َّ ْ َ َ ْ ِ ْ ََّ َ ْ َ ْ ِ َ ‫ّا ْخ‬


٩ ‫اجكم ان تولوهمۚ ومن يتولهم فاول ِٕىك هم الظ ّلمون‬ ّ ‫ر‬

Artinya:
8. Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung
halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
9. Sesungguhnya Allah hanya melarangmu (berteman akrab) dengan orang-orang yang
memerangimu dalam urusan agama, mengusirmu dari kampung halamanmu, dan
membantu (orang lain) dalam mengusirmu. Siapa yang menjadikan mereka sebagai
teman akrab, mereka itulah orang-orang yang zalim.

Tafsir Ringkas Kemenag


8.Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil, karena kebaikan dan keadilan
itu bersifat universal, kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi kamu karena
agama dengan menekankan kebebasan dan toleransi beragama; dan tidak mengusir kamu
dari kampung halaman kamu, karena kamu beriman kepada Allah. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain.

9
9. “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu, orang-orang beriman, menjadikan
mereka, orang-orang kafir yang tidak bersedia hidup berdampingan dengan kamu secara
damai, yaitu mereka yang memerangi kamu karena agama, tidak ada kebebasan dan
toleransi beragama; mengusir kamu dari tempat tinggal kamu, karena pembersihan ras,
suku, dan agama, serta penguasaan teritorial, dan membantu pihak lain untuk mengusir
kamu karena kerja sama yang sistemik dan terencana; sebagai sahabat dekat kamu lahir
batin. Barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, karena kepentingan
ekonomi, politik, dan keamanan; maka mereka itulah orang zalim terhadap perjuangan
Islam dan kaum muslim.

 Q.S.Al-Hujurat:13
َّ ْ ِ َ َ َ َ َ َ َّ ً ْ ِ ِ ْ ِ ٰ ْ َ َ َ ٰ ْ ِ َّ َ َ ْ ْ ِ ٰ ْ َ َ َّ ِ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫يايها الناس ّانا خلقنكم ّمن ذك ٍر وانثى وجػلنكم شػوةا وقتاۤىِٕل ّلتػارفواۚ ّان‬

ٌ ْ َ ٌ ْ َ َ ٰ َّ ْ ِ ٰ ْ َ ٰ َ ْ ْ ِ َ َ ْ َ
١٣ ‫ِۗان اّلل ع ّليم خ ّتير‬
ّ ‫اّلل اتقىكم‬
ّ ‫اكرمكم ّغند‬

Artinya:

13. Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Teliti.

Tafsir Ringkas kemenag

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, yakni berasal dari keturunan yang sama yaitu Adam dan Hawa.
Semua manusia sama saja derajat kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu suku
dengan suku lainnya. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

10
agar kamu saling mengenal dan dengan demikian saling membantu satu sama lain, bukan
saling mengolok-olok dan saling memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya. Allah
tidak menyukai orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan
atau kepangkatan karena sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar
menjadi orang yang mulia di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
baik yang lahir maupun yang tersembunyi, Mahateliti sehingga tidak satu pun gerak-gerik
dan perbuatan manusia yang luput dari ilmu-Nya.

2.4 Interaksi sosial


Interaksi Sosial dalam Pandangan Islam Islam dalam perkembangannya merupakan
agama yang bertujuan untuk menyebarkan rahmah, sebagaimana misi Nabi Muhammad
SAW yang diutus oleh Allah SWT menjadi seorang Rasul. Hal ini dapat kita lihat melalui
sejarah penyebaran agama Islam pada masa awal. Konflik antar keyakinan sering terjadi
pada masa Rasulullah SAW, terutama konflik kaum Musyirikin (Yahudi dan orang-orang
Musyrik) yang menolak kedatangan agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Namun mendapat penolakan, seiring berjalannya waktu agama Islam dapat diterima
dengan baik bahkan dapat berkembang secara besar-besaran.
Agama Islam merupakan agama yang berpedoman kepada al-Quran dan Hadis.
Istilah pluralisme bukanlah suatu hal yang asing bagi umat Muslim, sebagaimana yang
telah banyak disebutkan dalam al-Quran tentang keberagaman ciptaan-Nya,yang
terdapatb dalam Q.S.Al-Hujurat ayat 13.4

Beberapa ulama' berpendapat tentang batasan-batasan interaksi antara muslim


dengan non muslim diantaranya:

1. Menurut pendapat M. Quraish Shihab, dalam tafsir al-Misbah beliau berpendapat bahwa
hubungan antara Muslim dengan non-Muslim dalam kaitannya interaksi sosial itu tidak
apa-apa, selama tidak membawa dampak negatif bagi umat Islam
2. Menurut Hamka dalam tafsirn ya al-Azhar beliau berkata dalam kaitannya hubungan
Muslim non-Muslim,bahwa Allah tidak melarang kamu, hai pemeluk agama

4
Juhri, Muhammad Alan. "Relasi Muslim Dan Non Muslim Perspektif Tafsir Nabawi Dalam Mewujudkan
Toleransi." Riwayah 4.2 (2018):hal.248.

11
Islam,pengikut Nabi SAW, akan berbaik, berbuat baik, bergaul cara baik, berlaku adil
dan jujur dengan golongan lain, baik mereka Yahudi maupun Nasrani atau pun
musyrik,selama mereka tidak memerangi kamu, tidak memusuhi kamu, atau mengusir
kamu dari kampong halaman kamu. Dengan begini hendaknya disisihkan diantara
perbedaan kepercayaan dengan pergaulan sehari-hari.
3. Imam al-Rāzi berpandangan bahwa, Tuhan telah menggarisbawahi sebuah landasan
bahwa keimanan tidak dibangun atas paksaan, melainkan atas dasar pengetahuan bahwa
keimanan tidak dibangun atas paksaan, melainkan atas dasar pengetahuan dan
pertimbangan matang untuk memilih agama tertentu. Disamping dunia merupakan tempat
ujian dan cobaan yang mana_ memberikan kebebasan kepada orang lain sekali pun untuk
menentukan piliha Pentingnya ajaran tidak ada paksaan dalam agama juga diperkuat oleh
ayat lain seperti kalau Tuhanmu berkehendak niscaya seluruh penduduk bumi akan
beriman semua"
 (QS. Yunus:99)

ْ‫اس َح ٰتى َي ِك ْو ِنوا‬ َّ ِ ْ ِ َ ْ َ َ َ ً ْ َ ْ ِ ُّ ِ


َ ‫الن‬ ْ َْ ْ َ َ َ ٰ َ َ ُّ َ َ َ ْ َ َ
‫ولو شاۤء رةك لامن من ّفى الار ّض كلهم ج ّميػاِۗ افانت تك ّره‬

َ ْ
٩٩ ‫ِمؤ ّم ّن ْين‬

Artinya:”Seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang di bumi seluruhnya


beriman. Apakah engkau (Nabi Muhammad) akan memaksa manusia hingga mereka
menjadi orang-orang mukmin?”

Ayat ini secara eksplisit memperkuat dan meneguhkan larangan paksaan dalam agama,
karena tidak sesuai dengan kehendak Tuhan yang memberikan kebebasan dalam iman.
Maka dengan ini bahwa dapat dikatakan Imam al-Razi berpandangan kita tidak boleh
memaksa dalam berinteraksi sosial terhadap mereka itu tidak boleh memaksakan mereka
untuk mengikuti agama yang kita yakini.

4. Mengenai hubungan Muslim dan non-Muslim dalgm interaksi sosial, Ahmad Mushthafa
al Maraghi berpandangan bahwa, Allah tidak melarang kamu berbuat baik terhadap
orang-orang kafir yang tidak memerangi kamu karena agama, tidak mengusir kamu dari

12
kampung halamanmu dan tidak membantu orang dalam pen gusiran tersebut. Yaitu
Khuzaah dan kabilah-kabilah lain yang berunding dengan Rasulallah SAW, untuk tidak
berperang dan melakukan pengusiran. Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya,
untuk berbuat baik dan menepati janji kepada mereka, selama masa perjanjian dengan
mereka. Akan tetapi Dia melarangmu bersahabat dengan orang-orang yang mengadakan
permusuhan denganmu, sehingga mereka memerangi dan mengusir kamu, atau
membạntu orang untuk mengusir kamu, seperti orang-orang musyrik Makkah. Sebagian
dari mereka orang-orang musyrik Makkah itu berusaha untuk mengusir orang-orang
mukmin, dan sebagian yang lainnya membantu kelompok pengusir.

5. Dr. Aidh Qarny berpandangan bahwa, mengenai hubungan Muslim non-Muslim dalam
interaksi sosial, dalam tafsirnya yakni Tafsir Muyassar, beliau berpandangan, Allah tidak
melarang kalian untuk menghormati orang-orang kafir yang tidak memerangi kalian,
karena kalian beragama Islam. Juga orang-orang kafir yang tidak mengusir kalian dari
negeri kalian. Bahkan bergaullah dengan mereka secara adil dan baik karena Allah Swt
menyukai orang-orang yang adil. Menurutnya dalam hal ini adanya perbedaan sikap
dalam bergaul dengan orang-orang kafir antara mereka yang memerangi Islam dan yang
tidak memerangi Islam. Allah Swt, melarang kalian menghormati orang kafir yang
memerangi kalian karena kalian beriman, yang mengusir kalian dari negeri kalian dan
bekerja samadengan para pen yembah berhala untuk menyerang kalian. Jadi janganlah
kalian mengajak mereka berdamai dan jangan bersikap lunak kepada mereka.
Barangsiapa yang menyukai mereka dan berhubungan mesra dengan mereka, maka dia
termasuk orang-orang yang zalim. Sebab dia meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.5

5
Juhri, Muhammad Alan. "Relasi Muslim Dan Non Muslim Perspektif Tafsir Nabawi Dalam Mewujudkan
Toleransi." Riwayah 4.2 (2018): 249-250.

13
14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adanya pluralitas beragama bukanlah suatu masalah di dalam Islam. Dalam sejarahnya,
Islam sangat toleran dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan meski bagi masyarakat
yang berbeda keyakinan. Islam sangat mengedepankan etika kebebasan beragama dan
menghormati agama lain serta ikatan persaudaraan dengan non-Muslim.

Dalam al-Qur‟an non-Muslim disebut sebagai kafir, hal ini dikarenakan mereka tidak
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kata kafir sendiri secara bahasa berarti menutupi
sesuatu, melepaskan diri, menghapus atau menyembunyikan kebaikan yang telah diterima,
dan dari segi akidah, kafir berarti kehilangan iman.

Agama Islam merupakan agama yang berpedoman kepada al-Quran dan Hadis. Istilah
pluralisme bukanlah suatu hal yang asing bagi umat Muslim, sebagaimana yang telah banyak
disebutkan dalam al-Quran tentang keberagaman ciptaan-Nya

15
DAFTAR PUSTAKA

Adulyadej, Bhumibol. "RELASI MUSLIM DAN BUDDHIS."hal.15

Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, 856.

Juhri, Muhammad Alan. "Relasi Muslim Dan Non Muslim Perspektif Tafsir Nabawi Dalam
Mewujudkan Toleransi." Riwayah 4.2 (2018):Hal.249-250.
Untung, Syamsul Hadi. "Sikap Islam terhadap Minoritas Non-Muslim." Sikap Islam terhadap
Minoritas Non-Muslim 12.1 (2014): 31-32.
Juhri, Muhammad Alan. "Relasi Muslim Dan Non Muslim Perspektif Tafsir Nabawi Dalam
Mewujudkan Toleransi." Riwayah 4.2 (2018):hal.248.

16

Anda mungkin juga menyukai