Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas akhir untuk mata
kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul “Konsep Pergaulan Dalam
Islam ”.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas


dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, kritik dan
saran, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kata sempurna dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan, bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Semarang , 1 Desember 2019

Penulis

1
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang
dengan orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga
terjadi saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan
kelanjutan dari proses interaksi sosial yang terjalin antara individu dalam
lingkungan sosialnya. Kuat lemahnya suatu interaksi sosial mempengaruhi
erat tidaknya pergaulan yang terjalin. Seorang anak yang selalu bertemu
dan berinteraksi dengan orang lain dalam jangka waktu relatif lama akan
membentuk pergaulan yang lebih. Beda dengan orang yang hanya sesekali
bertemu atau hanya melakukan interaksi sosial secara tidak langsung.

Pergaulan yang baik ialah melaksanakan pergaulan menurut


norma-norma kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hokum
syara’, serta memenuhi segala hak yang berhak mendapatkannya masing-
masing menurut kadarnya. Agama Islam menyeru dan mengajak kaum
Muslimin melakukan pergaulan di antara kaum Muslimin. Karena dengan
pergaulan, kita saling berhubungan mengadakan pendekatan satu sama
lain. Kita bisa saling mengisi dalam kebutuhan serta dapat mencapai
sesuatu yang berguna untuk kemaslahatan masyarakat yang adil dan
makmur serta berakhlaqul karimah. Kemaslahatan masyarakat yang
dilandasi dengan akhlaqul karimah tidak akan terwujud, kecuali dengan
membangun pergaulan yang bagus dan sehat. Islam adalah agama yang
dilandasi persatuan dan kasih sayang.

Kecenderungan untuk saling mengenal di antara sesama manusia


dalam hidup dan kehidupannya, merupakan ajaran Islam yang sangat
ditekankan. Islam bukan agama yang didasarkan pada hubungan liar yang

2
tidak mengenal batas, tetapi Islam mempunyai garis hidup yang konkret
dalam batasan-batasan hidup bermasyarakat. Secara garis besar pergaulan
itu dapat dilihat dari beberapa lapisan. Lapisan pertama, mereka yang
umurnya lebih tua daripada kita, atau yang lebih banyak ilmunya atau
banyak ibadahnya. Maka hendaknya dalam memandang mereka, kita
berperasaan bahwa mereka mempunyai keutamaan, dan kepada merekalah
kita memberikan penghormatan yang semestinya. Lapisan kedua, ialah
mereka yang umurnya setaraf dengan kita. Mereka harus kita hormati,
walaupun umurnya setaraf karena mungkin mereka lebih tinggi akhalknya
dengan kita, amalnya lebih banyak daripada kita dan dosanya lebih sedikit
daripada kita. Lapisan ketiga, mereka yang lebih muda umurnya daripada
kita. Golongan ini pun harus kita hormati secara wajar karena mereka .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep pergaulan dalam islam
(toleransi) ?
2. Apa saja sikap yang baik dalam pergaulan ?
3. Apa saja dalil yang membahas tentang pergaulan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui yang di maksud dengan konsep pergaulan dalam islam
terutama pada toleransi
2. Mengetahui sikap yang baik dalam pergaulan
3. Mengetahui dalil apa saja yang menjelaskan tentang pergaulan

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Pergaulan dalam Islam (Toleransi)

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas
dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-
agama lainnya. Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia,
tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh
berbeda dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners
Dictionary of Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions,
beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s own. Adapun dalam bahasa
Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi
adalah ‫ سماحة‬atau ‫تسامح‬. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd (kemuliaan). atau
sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini
selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam
menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia.

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara


definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang
demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn”
(agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk
menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan
toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman

4
umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu
tak mungkin disamakan.

Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi
dan beretika dalam pergaulan.

QS Al-kafirun 1-6

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah.dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu,
dan untukkulah, agamaku.”

Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan pada periode
Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat ini turun
pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa,
surat ini adalah surat penolakan (baraa’) terhadap seluruh amal ibadah yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar kita ikhlas
dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun campuran,
baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk
percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam
konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni.

Surat al kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas ajakan kaum


musyrikin Quarisy kepada nabi Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain al-As
bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan
Walid bin Mughirah. Mereka mengajak Nabi Muhammad SAW agar mau
sedikit toleran dan berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan.
Kaum Musyrikin akan menyembah Tuhan yang di sembah Nabi Muhammad
SAW. Dan waktu yang lain, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di minta
untuk menyembah apa yang mereka sembah.

5
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar
kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar
penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah,
yang dilakukan oleh orang-orang kafir.

Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik,


yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-
masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan
baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang
lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan
dipertanggung jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya
ayat ini, Hilanglah harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha
membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan jalan untuk
kompromi dalam bidang Aqidah Islam.

QS Yunus 40-41

“di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu
lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.jika mereka
mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun
berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.

Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman
(kaun Kafir) yang mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama
golongan yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al
Qur’an, mereka termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua
golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam
kekafiran, mereka termasuk orang membuat kerusakan.

Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu


pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan

6
diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh
memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang
benar. Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan
dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai.

QS al-Kahfi 29

“dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka


Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa
yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti
besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.

Ayat ini menegaskan bahwa manusia semua termasuk kaum Musyrikin


yang angkuh itu bahwa kebenaran (al-Qur’an) yang turun dan aku sampaikan ini
datangnya dari Tuhan yang memelihara alam semesta; maka barang siapa yang
mau beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman. Hal
demikian sebab keuntungan dan manfaat dari ke imanan mereka akan kembali
kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa ingin kafir, ingkar dan menolak ayat-
ayat allah , maka biarlah ia kafir – walau sekaya apapun dan tingginya
kedudukan seseorang baik dalam jabatan formal maupun sosialnya.Allah SWT
tidak akan merasa kerugian dan berkurangnya kekuasanNya dengan kekefiran
mereka. Malah sebaliknya, Mereka akan merasa merugi dan celaka dengan
keingkaran dan menolak ayat-ayat Allah tersebut. Malahan Allah telah
menyedikan neraka yang kobaran apinya mengepung segala arah, Sehingga
mereka tidak dapat menghindar.

Kata ‫رادق‬%%‫ س‬terambil dari kata Persia, Ahli tafsir mengartikan kata ini
dengan Kemah dan ahli tafsir lain menterjemahkan dengan Penghalang.Yakni
neraka menggambarkan bangunan yang mempunyai penghalang berupa kobaran

7
api, sehingga manusia yang disiksa tidak akan bias keluar dari neraka, dan pihak
lain pun tidak bias masuk untuk member pertolongan. Dengan demikian yang
disiksa benar-benar diliputi oleh api itu.

QS al-Hujurat 10-13

“10.orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat.11. Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh
Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu
lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.12. Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.13. Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Pada ayat 10 Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara.


Meskipun berbeda bangsa, adat, warna kulit, bahasa, kedudukan, social-
ekonomi, tetapi mereka itu satu ikatan persaudaraan islam. Oleh karennya

8
sesame orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh
sebagaimana diajarkan agamanya yaitu islam.

Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang


terkandung pada ayat 10. Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka
konsekuensinya orang-orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab
boleh jadi orang-orang mukmin yang diperolok-olok itu lebih baik dari oarng
yang mengolok-olok. Demikian juga orang mukminah. Olok -olok disini dapat
berupa ejekan atau perkataan, sindiran dan kelakar yang bersifat merendahkan
diri atau menghinanya. Itu semua dapat menimbulkan pertengkaran atau
perkelahian. Oleh karena itu Allah melarang orang-orang mukmin saling
memperolok-olok yang lain agar terbina persaudaraan, kesatuan, persatuan
dikalangan orang mukmin.

Pada ayat 11 juga orang mukmin dilarang mengolok-olok diri sendiri. Ahli
tafsir menjelaskan mengolok-olok diri sendiri maksudnya mengolok sesama
mukmin karan antara sesama muslim itu satu tubuh. Begitupun di ayat ini Allah
melarang orang mukmin memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau
sebutan yang buruk. Yaitu sebutan yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil
atau digelarinya. Seperti memanggil orang beriman dengan panggilan “hai
Fasik” atau “hai Kafir”. Dalam ayat ini Allah memperingatkan kepada orang
yang berbuat kesalahan harus segera taubat.

Masih dalam kerangka membina persaudaraan orang-orang mukmin.


Dalam ayat 12 Allah melarang orang-orang yang beriman cepat berperasangka.
Sebab sebagian perasangka itu adalah dosa, karena itu harus di jauhi. Dalam
ayat ini juga Allah melarang oarng mukmin mencari-cari kesalahan orang lain,
menggunjing, menceritakan keburukan orang lain (ghibah). allah
menggambarkan orang yang begitu bagaikan seseorang yang makan daging
mentah, yang sebenarnya dia sendiri tidak menyukainya.

9
Al-Qur’an surat al-hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia
bahwa ia diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Menciptakan manusia secara pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya
dan warna kulit. Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah
bukan untuk berpecah belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih
terhormat dari yang lainnya akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi,
berkomunikasi, saling member dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua
manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah
ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Surat An Nur ayat 31 yang berbunyi :

َ‫ ِر ْبن‬Y‫ض‬ْ َ‫ا ۖ َو ْلي‬YYَ‫ َر ِم ْنه‬Yَ‫ظه‬ َ ‫ا‬YY‫ين ِزينَتَه َُّن ِإاَّل َم‬ Yَ ‫ ِد‬Y‫رُو َجه َُّن َواَل يُ ْب‬Yُ‫ظنَ ف‬ ْ َ‫ار ِه َّن َويَحْ ف‬ َ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن َأب‬
ِ Y‫ْص‬ ِ ‫َوقُلْ لِ ْل ُمْؤ ِمنَا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫اَّل‬
‫ولَتِ ِه َّن‬YYُ‫ين ِزينَتَه َُّن ِإ لِبُعُولَتِ ِه َّن وْ آبَاِئ ِه َّن وْ آبَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن وْ ْبنَاِئ ِه َّن وْ ْبنَا ِء بُع‬ Yَ ‫بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَ ٰى ُجيُوبِ ِه َّن ۖ َواَل يُ ْب ِد‬
َ‫ ِة ِمن‬Yَ‫ت َأ ْي َمانُه َُّن َأ ِو التَّابِ ِعينَ َغي ِْر ُأولِي اِإْل رْ ب‬ ْ ‫َأوْ ِإ ْخ َوانِ ِه َّن َأوْ بَنِي ِإ ْخ َوانِ ِه َّن َأوْ بَنِي َأ َخ َواتِ ِه َّن َأوْ نِ َساِئ ِه َّن َأوْ َما َملَ َك‬
ۚ ‫ا ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن‬Y‫َأرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َم‬Yِ‫ ِر ْبنَ ب‬Y‫ض‬ ْ َ‫ا ِء ۖ َواَل ي‬Y‫ت النِّ َس‬ ِ ‫وْ َرا‬Yَ‫رُوا َعلَ ٰى ع‬Yَ‫ظه‬ ْ َ‫ال ِّر َجا ِل َأ ِو الطِّ ْف ِل الَّ ِذينَ لَ ْم ي‬
َ‫َوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِميعًا َأيُّهَ ْال ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

Dalam ayat ini, Allah Swt. berfirman kepada seluruh hamba-Nya


yang mukminah agar menjaga kehormatan diri mereka dengan cara menjaga
pandangan, menjaga kemaluan, dan menjaga aurat. Dengan menjaga ketiga hal
tersebut, dipastikan kehormatan mukminah akan terjaga. Ayat ini merupakan
kelanjutan dari perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya yang mukmin untuk
menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Ayat ini Allah Swt. khususkan untuk
hamba-Nya yang beriman, berikut penjelasannya.

Pertama, menjaga pandangan. Pandangan diibaratkan “panah setan” yang


siap ditembakkan kepada siapa saja. “Panah setan” ini adalah panah yang jahat
yang merusakan dua pihak sekaligus, si pemanah dan yang terkena panah.
Rasulullah saw. juga bersabda pada hadis yang lain, “Pandangan mata itu
merupakan anak panah yang beracun yang terlepas dari busur iblis, barangsiapa
meninggalkannya karena takut kepada Allah Swt., maka Allah Swt. akan

10
memberinya ganti dengan manisnya iman di dalam hatinya.” (Lafal hadis yang
disebutkan tercantum dalam kitab Ad-Da’wa Dawa’ karya Ibnul Qayyim).

Panah yang dimaksud adalah pandangan liar yang tidak menghargai


kehormatan diri sendiri dan orang lain. Zina mata adalah pandangan haram. Al-
Qurān memerintahkan agar menjaga pandangan ini agar tidak merusak keimanan
karena mata adalah jendela hati. Jika matanya banyak melihat maksiat yang
dilarang, hasilnya akan langsung masuk ke hati dan merusak hati. Dalam hal
ketidaksengajaan memandang sesuatu yang haram, Rasulullah saw. bersabda
kepada Ali ra., “Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama
yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau
pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir
(pandangan yang kedua)” (H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, di-hasan-kan oleh
Syaikh al-Albani).

Kedua, menjaga kemaluan. Orang yang tidak bisa menjaga kemaluannya


pasti tidak bisa menjaga pandangannya. Hal ini karena menjaga kemaluan tidak
akan bisa dilakukan jika seseorang tidak bisa menjaga pandangannya. Menjaga
kemaluan dari zina adalah hal yang sangat penting dalam menjaga kehormatan.
Karena dengan terjerumusnya ke dalam zina, bukan hanya harga dirinya yang
rusak, orang terdekat di sekitarnya seperti orang tua, istri/ suami, dan anak akan
ikut tercemar. “Dan, orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali
terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka
sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang
sebaliknya, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. al-
Ma’ārij/70:29-31)

Allah Swt. sangat melaknat orang yang berbuat zina, dan


menyamaratakannya dengan orang yang berbuat syirik dan membunuh. Sungguh,
tiga perbuatan dosa besar yang amat sangat dibenci oleh Allah Swt. Firman-Nya:
“Dan, janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya, zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. alIsrā’/17:32).

11
Ketiga, menjaga batasan aurat yang telah dijelaskan dengan rinci dalam hadis-
hadis Nabi. Allah Swt. memerintahkan kepada setiap mukminah untuk menutup
auratnya kepada mereka yang bukan mahram, kecuali yang biasa tampak dengan
memberikan penjelasan siapa saja boleh melihat.  Di antaranya adalah suami,
mertua, saudara laki-laki, anaknya, saudara perempuan, anaknya yang laki-laki,
hamba sahaya, dan pelayan tua yang tidak ada hasrat terhadap wanita.

Di samping ketiga hal di atas, Allah Swt. menegaskan bahwa


walaupun auratnya sudah ditutup namun jika berusaha untuk ditampakkan dengan
berbagai cara termasuk dengan menghentakkan kaki supaya gemerincing
perhiasannya terdengar, hal itu sama saja dengan membuka aurat. Oleh karena itu,
ayat ini ditutup dengan perintah untuk bertaubat karena hanya dengan taubat  dari
kesalahan yang dilakukan dan berjanji untuk mengubah sikap, kita akan
beruntung.

2. Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan

Hadis Pertama

ْ ‫لِم عَلى ْال ُم‬% ‫س‬


‫لِ ْم َر ُد‬% ‫س‬ ْ ‫ق ْال ُم‬ ِ ‫س ِمنْ َح‬ٌ ‫ عَن اَبِي ُه َري َرة قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم َخ ْم‬           
ِ ‫ش ِميَتُ ال َغا ِظ‬
. ُ‫س اِدَا َح ِم َدهللا‬ ِ ‫الجنَا َز ِة َو ِعيَا َد ِة ال َم ِري‬
ْ َ‫ض َوت‬ ُ ‫التَ ِحيَ ِة َواِ َجابَةُ ال َد ْع َو ِة َو‬
َ ‫ش ُهو ُد‬

Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang
islam terhadap orang islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi
undangan, melayat jenazah, menengok orang sakit, dan berdoa bagi orang yang
bersin yang memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu majah)

Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang


islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan
kewajiban itu antara lain:

1)      Kewajiban membalas salam

12
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu
“assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau
menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah.

2)      Kewajiban memenuhi Undangan

Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau
menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.

3)      Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal

Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya
berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.

4)      Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis

Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka


orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan
mengucapkan doa” Yarhakumullah”.

Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi


dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa
pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat
memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena
itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial
kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial
tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga
mengandung nilai peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung
doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur
orang yang bersangkutan.

Hadis Kedua

13
‫ ِد‬%‫س‬
َ ‫لج‬ َ ُ‫ه‬%َ‫دَاعَى ل‬%َ‫ ٌو ت‬%‫ُض‬
َ ‫اِئ ِر ْا‬%‫س‬ ْ ‫ستَ َكى ِم ْنهُ ع‬
ْ ‫س ِد اِدَاا‬ َ ‫َمثَ ُل ْال ُمْؤ ِمنِيْنَ فِي تَ َوا ِد ِه ْم َوتَ َرا ِح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َمثَ ُل ْا‬
َ ‫لج‬
ُ ‫س َه ِر َو ْا‬
. ‫لح َمى رواه البخارى والمسلم‬ َ ‫بِال‬

Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan


merasakan lemah lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu
anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan sakit
panas. (HR.Bukhori dan Muslim)

Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial


kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran
bagaimana hubungan sosial orang-orang islam dengan orang islam lainnya.
Cinta kasih sayang dan kemesraan hubungan orang0orang muslim dengan
muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam
hadis ini juga menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam kehidupan
antara umat islam.

Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam
kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas
tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist
tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan
antra mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama
umat islam.

Perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulandalam Kehidupan Sehari-


Hari

QS Al-Kafirun1-6

1. Hendaknya setiap mukmin memiliki kepribadian yang teguh dan


kuat

14
2. Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di
anggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya
3. Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya
di hadapan Allah SWT.

QS Yunus 40-41

1. Setiap orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya


2. Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah
pemelihara dan pembimbing kita semua.
3. Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi
Muhammad sebagai rasul Allah dan apa yang dibawanya. Mereka berhak
berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT serta
di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.

Q:S al-Kahfi ayat 29

1. Nilai kebenaran (haqullah) adalah sesuatu yang


pasti dan menjadi harga mati, sebab sumbernya dari Allah SWT yang tidak
boleh diubah atau di abaikan.
2. Keuntungan dan kemanfaatan dari keimanan kita
kepada Allah akan kembali kepada diri kita sendiri.
3. Mereka yang mengingkari dan menolak ayat-ayat
Allah akan merugi dan celaka.

QS al-Hujurat 10-13

1. Sesama orang mukmin harus mempunyai


jiwa persaudaraan yang kokoh, meskipun berbeda bahas, suku bangsa, adat
kebiasaan, tingkat ekonomi-sosial tetapi mereka satu ikatan persaudaraan.
2. Sesama orang mukmin tidak boleh
mengolok-olok, mengejek, menghina satu sama lainnya.

15
3. Sesama orang mukmin tidak boleh
memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk.
4. Orang mukmin dilarang berburuk sangka.
5. Orang mukmin harus mengikuti perintah
untuk sadar dan mengakui bahwa disisi Allah SWT semua manusia sama
kedudukannya, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya.

Hadis Pertama

1. Etika pergaulan masyarakat sesama


orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di dalam nilai budaya
perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang indah
dan menyenangkan.
2. Sesama orang islam berkewajiban
memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.
3. Dalam kehidupan sehari-hari orang
islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.

Hadis kedua

1. Kehidupan sosial orang-orang


mukmin ibarat satu tubuh.
2. Orang-orang mukmin harus
mempunyai solideritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap orang-orang
mukmin

3. Adil, Sabar, Pemaaf, Perilaku Damai dalam Pergaulan

Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam
memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan
dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi.
Seperti yang dijelaskan Al Qur’an dalam surah Ar Rahman/55:7-9:

16
“Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan) suapaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakkanlah
timbangan itu dengan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”

Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al


qisth (moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim. Dalam
Al Qur’an kata adil dan anak katanya diulang sekitar 30 (tiga puluh) kali. Al
Qur’an mengungkapkannya sebagai salah satu dari asma’ al husna Allah dan
perintah kepada Rasulullah untuk berbuat adil dalam menyikapi semua umat
yang muslim maupun yang kafir. Begitu juga perintah untuk berbuat adil
ditujukan kepada kaum mukminin dalam segala urusan.

Secara etimologi, sabar (ash-shabar) berarti menahan dan mengekang (al-


habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala
sesuatu yang tidak di sukai karena mengharap ridha Allah.Yang tidak di sukai
itu tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak di senangi seperti musibah
kematian, sakit, kelaparan dan sebagainya, tapi juga nisa berupa hal-hal yang di
senangi. Dalam ensiklopedi islam dijelaskan bahwa yang di maksud sabar ialah
menahan diri dalam menanggung suatu penderita, baik dalam menemukan
sesuatu yan tidak di ingini ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang
disenangi. Imam Al-ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi
mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran islam.
Ketika kita bergaul dengan orang lain, aka terjadi berbagai peristiwa, ada yang
menyenangkan dan ada yang menyakitkan hati. Disaat orang melakukan
berbagai kesalahan terhadap kita dalam pergaulan tersebut, hendaknya kita
bermurah hati memaafkannya. Firman Allah menjelaskan, “Jadilah engkau
orang yang pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al A’raf : 199).

Sifat pemaaf merupakan lambang keperibadian yang indah, sebab didalam


sanubari orang yang suka memaafkan orang lain itu tersimpan keikhlasan dan
kerelaan hati yang suci. Orang pemaaf itu pastilah terhindar dari sifat dendam.

17
Dia menganggap bahwa kesalahan orang lain terhadapnya itu merupakan
‘kekeliruan’ dan’ kelemahannya’ selaku manusia.

Al Qur’an selalu membimbing kita kearah menjadi orang yang berbudi


tinggi dan menolong orang lain. Pemaaf berarti kita telah menghormati orang
lain sebagaimana kita mengormati diri sendiri. Firman Allah menjelaskan,
“Maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka.” (QS. Ali imran : 159).

Memaafkan orang lain yang bersalah, berarti kita telah membebaskan


mereka dari dosa bersalah, sekalipun mereka tidak meminta dibebaskan.
Merupakan suatu perbuatan terpuji karena menghapuskan dosa dan kesalahan
saudara-saudara kita sesama manusia, terutama sesama muslim.

Tujuan memberi maaf orang yang bersalah, walaupun ia tidak meminta


maaf, ialah menginginkan perdamaian dan menghilangkan permusuhan serta
ingin membantu seseorang dari menanggung dosa kesalahannya itu. Sifat cinta
perdamaian dan ingin berbuat baik dalam bentuk membebaskan orang lain dari
dosa, itulah yang disuruh oleh agama Islam.

Sifat pemaaf salah satu ciri-ciri orang yang bertakwa, yang patuh dan taat
kepada ajaran agama. Firman Allah SWT menjelaskan, “Bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-
orang yang menafkahkan hartannya, baik diwaktu lapang dan sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali imran: 133-134).

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa pria dan wanita
memang harus menjaga  batasan dalam pergaulan. Dengan begitu akan
terhindarlah hal-hal yang tidak diharapkan. Tapi nampaknya rambu-rambu
pergaulan ini belum sepenuhnya difahami oleh sebagian orang.Karena itu
menjadi tanggung jawab kita menasehati mereka dengan baik.Tentu saja
ini harus kita awali dari diri kita masing-masing.Semoga Allah senantiasa
membimbing kita dan menjauhkannya dari perbuatan tercela dan
perbuatan yang tidak terpuji.Amin.
Pergaulan dan persahabatan yang baik tidak sampai putus karena
permasalahanyang tidak prinsip dan sepele atau karena informasi negatif
yang belum jelas kebenarannya terhadap sahabat kita. Sebab sebagai
sahabat sesama muslim mempunyai kewajiban terhadap saudaranya untuk
saling tolong menolong. Allah SWT berfirman : “Dan tolong menolonglah
kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan saling menolong dalam
perbuatan dosa dan  permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2). Wallahu A’lam
B. Saran

19
Pergaulan dan persahabatan yang baik tidak sampai putus karena
permasalahan yang tidak prinsip dan sepele atau karena informasi negatif
yang belum jelas kebenarannya terhadap sahabat kita. Sebab sebagai
sahabat sesama muslim mempunyai kewajiban terhadap saudaranya untuk
saling tolong menolong. Allah SWT berfirman : “Dan tolong menolonglah
kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan saling menolong dalam
perbuatan dosa dan permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2).

DAFTAR PUSTAKA
https://tafsirweb.com/6159-surat-an-nur-ayat-31.html
http://rijalseventh.blogspot.com/2012/11/makalah-agama-pergaulan-
dalam-pandangan.html
http://kebunhidayah.wordpress.com/2011/09/28/pandangan-islam-tentang-teman-
pergaulan-yang-baik/

http://hanifa93.wordpress.com/2009/05/20/etika-bergaul-dalam-islam/

http://www.anneahira.com/pergaulan-dalam-islam.htm

Daftar Is

20
i
KATA PENGANTAR.....................................................................1
BAB I...............................................................................................2
Pendahuluan...................................................................................2
A. Latar belakang.......................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................3
C. Tujuan....................................................................................3
BAB II.............................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................4
1. Konsep Pergaulan dalam Islam (Toleransi)..........................4
2. Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika
pergaulan...................................................................................12
3. Adil, Sabar, Pemaaf, Perilaku Damai dalam Pergaulan.....16
BAB III............................................................................................19
PENUTUP........................................................................................19
A. Kesimpulan..........................................................................19
B. Saran....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................20

21
22

Anda mungkin juga menyukai