Anda di halaman 1dari 9

Kisi Soal UAs

Makna Moderasi Beragama


• Moderasi berasal darimoderatio artinya Ke­sedang­an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan)
Pemikir muslim menggunakan istilah wasaṭiyyah untuk merujuk pada konsep atau metode
moderasi dalam Islam. Al-Qur’an membimbing manusia dan membebaskan dari kegelapan
ketidaktahuan menuju cahaya kebenaran. Moderasi dijadikan sebagai modalitas dan esensi
bimbingan yang penting dalam semua lapisan masyarakat. Moderasi tidak terbatas pada
implementasi ajaran, aturan, dan sistem agama Islam. Moderasi menjamah pula komprehensifitas
penerapan dalam setiap aspek kehidupan individu, kelompok atau bangsa (Ushama, 2014:184).
Ajaran mengenai moderasi beragama dapat dilihat dalam Q.S. Al-Baqarah:143. Ayat tersebut
menegaskan bahwa Allah Swt. menjadikan umat Islam sebagai ummah wasat{ (umat
pertengahan), yaitu umat yang mendapat petunjuk dari Allah Swt, sehingga bisa menjadi umat
yang adil serta pilihan. Umat Islam diperintahkan untuk senantiasa menegakkan keadilan dan
kebenaran serta membela yang hak dan melenyapkan yang batil. Sebagai ummah wasat{, dalam
segala persoalan hidup berada di tengah di antara orang-orang yang mementingkan kebendaan
dalam
• Beragama adalah Memeluk agama. Jadi moderasi beragama adalah mengamalkan ajaran agama
dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
• Inti pokok ajaran moderasi beragama adalah
• Nilai kemanusiaan
Kerukunan Umat Beragama
• Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan dan kerja sama dengan orang lain
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual. Ajaran
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan
sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam
dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
• Trilogi Kerukunan Umat Bergama Hubungan intern umat beragama, antar umat beraagama,
dan umat beragama dengan pemerintah Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu
ajaran yang mendapat perhatian penting dalam Islam. Alquran menyebutkan kata yang
mengandung arti persaudaraan sebanyak 52 kali yang menyangkut berbagai persamaan, baik
persamaan keturunan, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Ukhuwah yang islami dapat
dibagi kedalam empat macam, yaitu: Pertama, ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara
sekemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah. Kedua, Ukhuwah insaniyah (basyariyah),
dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena semua berasal dari ayah dan ibu
yang sama; Adam dan Hawa. Ketiga, ukhuwah wathaniyah wannasab, yaitu persaudaraan
dalam keturunan dan kebangsaan. Keempat, Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan
sesama muslim. Esensi dari
• Hubungan antar umat beragama
• Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak selalu hanya dapat
diterapkan dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat manapun,
sebab secara esensial ia merupakan nilai yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa
Islam yang hakiki hanya dirujukkan kepada konsep Alquran dan AsSunnah, tetapi dampak sosial yang
lahir dari pelaksanaan ajaran Islam secara konsekwen dapat dirasakan oleh manusia secara keseluruhan.
Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar bangsa, nilai-nilai ajaran Islam
menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan
kebenaran dan keadilan. Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap
makna Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal. Islam
mengajarkan prinsip kesamaan dan kesetaraan manusia sebagaimana diungkapkan Alquran:
• Dalam hubungan sosial, Islam mengenalkan konsep ukhuwwah dan jamaah. Ukhuwwah adalah
persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di kalangan
muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan
aqidah. Nabi menggambarkan eratnya hubungan muslim dengan muslim sebagaimana anggota tubuh
dengan anggota tubuh lainnya, jika salah satu anggota tubuh terluka, maka anggota tubuh lainnya
merasakan sakitnya. Perumpamaan tersebut mengisyaratkan hubungan yang erat antar sesama muslim.
Karena itu persengketaan antar muslim berarti mencederai wasiat Rasul.
• Konsep tanawwul al ‘ibadah (keragaman cara beribadah). Konsep ini mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan Nabi
dalam pengamalan agama yang mengantarkan kepada pengakuan akan kebenaran semua praktek keagamaan selama
merujuk kepada Rasulullah. Keragaman cara beribadah merupakan hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang
ditemukan dalam riwayat (hadist). Interpretasi bagaimana pun melahirkan perbedaan-perbedaan, karena itu menghadapi
perbedaan ini hendaknya disikapi dengan cara mencari rujukan yang menurut kita- atau menurut ahli yang kita percayai-
lebih dekat kepada maksud yang sebenarnya. Terhadap orang yang berbeda interpretasi, kita kembangkan sikap hormat
dan toleransi yang tinggi dengan tetap mengembangkan silaturahmi.
• b. Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun (yang salah dalam berijtihad pun mendapat ganjaran). Konsep ini mengandung
arti bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi ganjaran oleh
Allah, walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya itu keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang
benar dan salah bukan manusia, melainkan Allah swt yang baru akan kita ketahui di hari akhir. Kendati pun demikian, perlu
pula diperhatikan bahwa yang mengemukakan ijtihad maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslah orang yang
memiliki otoritas keilmuan yang disampaikannya setelah melalui ijtihad. Perbedaan-perbedaan dalam produk ijtihad
adalah sesuatu yang wajar, karena itu perbedaan yang ada hendaknya tidak mengorbankan ukhuwah islamiyah yang
terbina di atas landasan keimanan yang sama.
• c. Konsep la hukma lillah qabla ijtihadi al mujtahid (Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan
seorang mujtahid). Konsep ini dapat kita pahami bahwa pada persoalan-persoalan yang belum ditetapkan hukumnya
secara pasti, baik dalam alQuran maupun sunnah Rasul, maka Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat
Islam, khususnya para mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad. Hasil dari ijtihad yang dilakukan itu
merupakan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-beda Ketiga konsep di atas
memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam mentolelir adanya perbedaan dalam pemahaman maupun pengamalan.
Yang mutlak itu hanyalah Allah dan firman-firman-Nya, sedangkan interpretasi terhadap firman-firman itu bersifat relatif,
karena itu sangat dimungkinkan untuk terjadi perbedaan. Perbedaan tidak harus melahirkan pertentangan dan
permusuhan. Di sini konsep Islam tentang islah diperankan untuk menyelesaikan pertentangan yang terjadi sehingga tidak
menimbulkan permusuhan, dan apabila telah terjadi permusuhan, maka islah diperankan untuk menghilangkannya dan
menyatukan kembali orang atau kelompok yang saling bertentangan.
Masyarakat Madani

• Masyarakat madani adalah model masyarakat kota yang dibangun oleh Nabi
Muhammad selepas hijrah ke Madinah. Dunia mengakuinya sebagai model
masyarakat yang paling maju pada saat itu. Pola masyarakat madani oleh
orang barat kini disepadankan dengan civil society yang dipandang modern
oleh mereka. Salah satu masalah pokok yang banyak dibicarakan oleh al-
Qur‟an adalah masalah masyarakat. Walaupun al-Qur‟an bukan kitab
ilmiah, namun di dalamnya banyak sekali dibicarakan tentang masyarakat.
Ini disebabkan karena fungsi utamanya adalah mendorong lahirnya
perubahan-perubahan positif dalam masyarakat, atau dalam istilah al-
Qur‟an adalah litukhrija al-nas min al-dzulumati ila al-nur. Q.S. Ibrahim/ 14:1
(mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya terang benderang)
• Ada beberapa term yang digunakan Al-Qur‟an untuk menunjukan arti
masyarakat ideal, antara lain: Ummatan Wahidah, Ummatan Wasathan,
Khairu Ummah dan, Baldatun Thayyibatun. Berikut ini arti dari masing-
masing istilah tersebut:
• Ungkapan in terdiri dari dua
• kata ummah dan wahidah. Kata ummah berarti sekelompok manusia atau masyarakat. Sedangkan
kata wahidah adalah bentuk muannas dari kata wahid yang secara bahasa berarti satu. Ungkapan ini
terulang dalam Al-Qur‟an sebanyak sembilan kali, diantaranya terdapat dalam Q.S. alBaqarah/2:213
• Ummatan Wasathan Istilah lain yang juga mengandung makna masyarakat ideal adalah ummatan
wasathan. Istilah ini antara lain terdapat dalam Q.S. al-Baqarah/2:143. Dalam ayat tersebut dijelaskan
bahwa kualifikasi umat yang baik adalah ummatan wasathan, yang bermakna dasar pertengahan atau
moderat. Posisi pertengahan menjadikan anggota masyarakat tersebut tidak memihak ke kiri dan ke
kanan, yang dapat mengantar manusia berlaku adil.
• Istilah khairu ummah yang berarti umat terbaik atau umat unggul atau masyarakat ideal hanya sekali
saja disebut dalam al-Qur‟an, yakni dalam Q.S. Ali Imran/3:10. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
kaum muslimin adalah umat terbaik yang mengemban tugas menyuruh kepada yang ma‟ruf dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
• Baldatun Thayyibatun berarti mengacu pada tempat bukan pada kumpulan orang. Namun penyusun
tetap memasukkan ungkapan tersebut dalam istilah masyarakat ideal dengan pertimbangan faktor
kebahasaan, Dalam studi bahasa dikenal istilah “makna kolokasi”. Artinya beberapa istilah atau kata
yang berada dalam lingkungan yang sama
Hak asasi Manusia
• Hak asasi manusia (HAM) merupakan suatu hak dasar yang melekat pada diri tiap manusia karena hak
tersebut bukanlah pemberian dari seseorang, organisasi maupun negara melainkan karunia tidak
ternilai dari Allah swt. Akan tetapi banyak manusia termasuk diantaranya umat Islam tidak menyadari
eksistensi hak-haknya tersebut.
• Hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman perilaku melindungi kebebasan,
kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjadi harkat dan martabatnya.
Sedangkan asasi adalah sesuatu yang bersifat mendasar yang dimiliki manusia sebagai fitrah sehingga
tak satupun makhluk bisa mengintervensinya apalagi mencabutnya
• Lahirnya Magna Charta diikuti dengan lahirnya Bill of Rights di Inggris pada tahun 1689. Pada saat itu
mulai ada adagium yang berintikan bahwa manusia sama di muka hukum. Adagium ini memperkuat
dorongan timbulnya demokrasi dan negara hukum. Pada prinspnya Bill of Rights ini melahirkan prinsip
persamaan. Perkembangan HAM selanjutnya ditandai munculnya The Dalam The French Declaration
antara lain disebutkan tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk
penangkapan tanpa alasan yang sah dan penahanan tanpa surat perintah, yang dikeluarkan oleh
pejabat yang sah. Di samping itu dinyatakan juga adanya presumption of innocence, artinya orang-
orang yang ditangkap, kemudian dituduh dan ditahan, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.
• Ada perbedaan prinsip antara HAM dilihat dari sudut pandangan Barat dan Islam. HAM menurut pemikiran Barat semata-
mata bersifat antroposentris, artinya, segala sesuatu berpusat kepada manusia. Sedangkan hak-hak asasi manusia ditilik dari
sudut pandangan Islam bersifat teosentris, artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan.
• Hak hidup Hukum Islam memberikan perlindungan dan jaminan atas hak hidup manusia.
• Hak kebebasan beragama Kebebasan dan kemerdekaan manusia merupakan bagian yang penting dalam Islam, tidak
terkecuali kebebasan dalam beragama sesuai dengan keyakinan masing-masing individu
• Hak bekerja dan mendapatkan upah Bekerja dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai hak tetapi juga merupakan
kewajiban.
• Hak persamaan dan keadilan. Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah. Hanya satu
kriteria (ukuran) yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari yang lain,
• Hak kebebasan berpendapat Islam memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal pikiran mereka
terutama untuk menyatakan pendapat mereka yang benar sesuai dengan batas-batas yang ditentukan hukum dan norma-
norma lainnya.
• Hak atas jaminan sosial. Dalam al-Qur‟an banyak dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum
bagi seluruh masyarakat
• Hak atas harta benda. Dalam ajaran Islam hak milik seseorang sangat dijunjung tinggi. Sesuai dengan harkat dan martabat,
jaminan dan perlindungan terhadap milik seseorang merupakan kewajiban penguasa

Anda mungkin juga menyukai