Islam adalah agama wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW
sebagai rahmat bagi alam semesta, rahmatan li al-‘alamin, dan berlaku secara universal sebagai
petunjuk bagi manusia di seantero dunia, di Timur maupun di Barat, min masyariq al-ardhi ila
magharibiha. Namun, agama wahyu yang bersifat universal ini tetap mengakui dan menerima
kenyataan pluralitas agama di muka bumi, bahwa Allah memang telah memberikan kebebasan
kepada manusia untuk menentukan dan memilih agama yang disukai. Selanjutnya, sebagai
rahmat bagi kehidupan semesta alam, Islam sudah barang tentu memiliki komitmen untuk
menciptakan suasana kerukunan dan kedamaian bagi kehidupan bani insani. Maka, di samping
istiqamah berpegang teguh kepada dan ketat memelihara kemurnian akidah tauhidiah di
tengahtengah interaksi antarumat beragama, Islam menjadi pelopor toleransi, demi kerukunan
dan kedamaian kehidupan manusia di muka bumi. Kekayaan akhlak toleransi Islam tersebut
dapat ditelusuri dan mudah ditemukan dari dasar teologis atau akidah, dari aspek syariah dan
mu‘amalah, dari etika dakwah, dan dari akhlak al-ukhuwah albasyariah atau persaudaraan
universal. Akhlak toleransi Islam ini tidak sekedar khazanah teoretis, melainkan telah
dipraktikkan secara historis oleh Rasulullah SAW dan oleh kaum muslimin dari generasi ke
generasi, baik dalam tataran kehidupan sosial sehari-hari maupun dalam politik di suatu neger
2. Toleransi adalah Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Hasan, 2010: 9). Dalam
masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut agama
dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari
itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama
yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.
TOLERANSI ANTAR-UMAT
3.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,,
Alhamdulillah.. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya
sehingga penulis dapat merampungkan makalah ini dengan baik. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung dan dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan yang ada pada penulis. Untuk itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun akan
senantiasa penulis terima kasih demi kesempurnaan dan kebaikan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT. senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amiin..
Pamekasan, 26-Mei-2016
Penulis,
DAFTRA ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Toleransi........................................................................... 3
B. Toleransi dalam Pandangan Islam ..................................................... 4
C. Macam-macam Toleransi ................................................................... 7
D. Mamfaat Toleransi.............................................................................. 10
E. Akibat Mengabaikaan Toleransi......................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toleransi dalam Islam adalah topik yang penting ketika dihadapkan pada situasi saat ini
ketika Islam dihadapkan pada banyaknya kritikan bahwa Islam adalah agama intoleran,
diskriminatif dan ekstrem. Islam dituduh tidak memberikan ruang kebebasan beragama,
kebebasan berpendapat, sebaliknya Islam sarat dengan kekerasan atas nama agama sehingga jauh
dari perdamaian, kasih sayang dan persatuan.
Padahal dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas.
“Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami”
adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang
tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-
fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing.
Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian
dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini
disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi
praktik kesejarahan dalam masyarakat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian toleransi?
2. Bagaimana toleransi dalam pandangan Islam itu sendiri ?
3. Macam-Macam Toleransi?
4. Apa saja manfaat dari toleransi ?
5. Bagaimana akibat jika toleransi itu diabaikan ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Definisi toleransi
2. Untuk memahami makna toleransi dalam Islam
3. Untuk Mengetahui Apa saja macam-Macam Toleransi?
4. Agar mengetahui manfaat dari toleransi
5. Agar mengetahui akibat bila mengabaikan toleransi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata toleransi adalah sifat atau
sikap toleran.[1] Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
[2]
Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa
Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleranLebih
lanjut menurut Abdul Malik Salman, kata tolerance sendiri berasal dari bahasa latin “tolerare”
yang berarti “berusaha untuk tetap bertahan hidup, tinggal, atau berinteraksi dengan sesuatu yang
sebenarnya tidak disukai atau disenangi.[3] Dengan demikian, pada awalnya dalam makna
tolerance terkandung sikap keterpaksaan.
Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata
toleransi adalah تسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd (kemuliaan),[4] atau sa’at al-shadr
(lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan).[5] Makna ini selanjutnya berkembang
menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber
dari kepribadian yang mulia.[6] Dengan demikian, berbeda dengan kata tolerance yang
mengandung nuansa keterpaksaan, maka kata tasâmuh memiliki keutamaan, karena
melambangkan sikap yang bersumber pada kemuliaan diri (al-jûd wa al-karam) dan keikhlasan.
B. Toleransi Dalam Pandangan Islam
Islam adalah agama yang sempurna memiliki sejumlah syariat yang sangat menjunjung
tinggi sikap toleransi.[7]
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif.
Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada
Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat
menarik mengemukakan, “Semua makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling
dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.
Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil
ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula
mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang
diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan
diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga
terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta
menegasikan semua keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah
satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi
Muhamad SAW pada awal pembangunan Negara Madinah. Di antara butir-butir yang
menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan
tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.[8]
Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar bin Khattab.
Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan
oleh kaum Muslimin.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman
bahwa umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat kemanusiaannya bila
mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi
prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah
teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri
semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang
jelas. Sebagaimana dalam Q.s Al-Baqarah ayat 256“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama”,
“Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” (QS. Al-Kafirun:6) [9]adalah contoh
populer dari toleransi dalam Islam.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat
Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat Islam. Al-
Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana perdamaian,
hingga timbul rasa kasih sayang diantara umat Islam dengan umat beragama lain. Kerjasama
dalam bidang kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan
penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah beberapa contoh
kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat beragama lain.
Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan mengakui
kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibadat
agama lain. Toleransi harus dibedakan dari komfromisme, yaitu menerima apa saja yang
dikatakan orang lain asal bisa menciptakan kedamaian dan kebersamaan.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara
lain:
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah SWT tanpa rasa keberatan
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik tersebut merupakan:
1. Inti Islam
2. Seutama iman,
3. Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq).
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang
memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa hati yang mahmum itu?”
Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas
dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan: “Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya :
“Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”.
Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa
toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi, baik lahir maupun batin.
Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi
bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan
pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang
toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum
minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil
(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang dilakukan oleh
seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan toleransi sebagai landasannya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)
Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah), keadilan
(al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid). Konsep-konsep dasar inilah
yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan
karena semuanya memiliki makna yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas
Islam yang mampu membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif
Islam) tersebut.
A. Kesimpulan
Dalam islam sangatlah memegang erat sebuah toleransi, karna itu merupakan konsep dalam
islam sejak masa Nabi dulu, Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam
mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya
kepada umat Islam.
B. Saran
Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu mendapatkan
perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari perpecahan, menerima adanya
perbedaan serta mencintai silaturrahmi.
Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi
sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus diimplementasikan dan
dipraktikkan secara konsisten
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (selanjutnya ditulis Depdikbud RI)..
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi ke-2. Cet. Ke-1. 1991.
http://1artikelislam.blogspot.com/2012/10/TOLERANSI-DALAM-ISLAM-KEBEBASAN-
BERAGAMA.html
http://masjidnh.blogspot.com/2012/09/sampang-dan-toleransi-dlam-islam.html
http://nunung-kyeopta.blogspot.com/2012/04/toleransi-umat-beragama-dalam-islam.html
Jamaluddin Muhammad bin Mukram Ibn al-Mandzur, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dar Shadir. Cet. ke-1.
Jilid 7. tt.
Malik Salman, Abdul. al-Tasâmuh Tijâh al-Aqaliyyât ka Dharûratin li al-Nahdhah. Kairo: The
International Institute of Islamic Thought.1993.
Warson Munawwir, Ahmad. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka
Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14.1997.
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (selanjutnya ditulis Depdikbud RI). 1991.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi ke-2. Cet. Ke-1. hlm. 1065
[2] Ibid.
[3] Abdul Malik Salman. al-Tasâmuh Tijâh al-Aqaliyyât ka Dharûratin li al-Nahdhah. Kairo: The
International Institute of Islamic Thought.1993, hlm. 2
[4] Jamaluddin Muhammad bin Mukram Ibn al-Mandzur, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dar Shadir. Cet. ke-1.
Jilid 7, tt, hlm. 249
[12] Ibid