MODUL PERKULIAHAN
W112100021 -
Perancangan
Perkerasan Jalan
Penentuan Tebal Lapis
Tambahan
9
Yosie Malinda, ST, MT
Teknik Teknik Sipil
Pembahasan
• Suatu lapisan perkerasan memiliki umur layanan, jika umur layanan telah melampaui,
maka perlu ada perlakukan khusus untuk perkerasan tersebut.
• Membangun suatu lapisan tambahan (overlay) merupakan salah satu cara untuk
meremajakan struktur perkerasan.
• Overlay merupakan lapis tambahan pada suatu struktur perkerasan yang memiliki
kontak langsung dengan beban lalu lintas.
• Overlay digunakan jika umur rencana struktur perkerasan sudah mencapai sebagai
pemeliharaan jalan atau jika kondisi struktur perkerasan sudah menurun, yaitu
tegangan yang terjadi pada struktur perkerasan sudah melebihi tegangan izinnya
sehingga perlu dibuat lapisan baru yang dapat mendukung kerja struktur perkerasan
tersebut.
• Sebelum melakukan perencanaan tebal lapis tambah (overlay) perlu dilakukan survei
permukaan jalan dan survei kelayakan struktural perkerasan.
• Survei permukaan jalan dan survei struktural ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan metode lebih praktis, sederhana, dan efisien untuk perencanaan
penanganan jalan dengan mencari hubungan antara hasil pengujian lendutan dan
hasil pengukuran kondisi permukaan jalan.
Menurut Nofrianto (2013), survei kondisi permukaan jalan merupakan survei yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai kenyamanan (rideability) permukaan
jalan saat ini.
Survei ini dilakukan dengan pengamatan visual maupun dengan perlatan mekanis. Survei
secara visual meliputi :
1. Penilaian dari kondisi permukaan jalan baik, kritis, atau sudah rusak,
2. Penilaian kenyamanan kendaraan dengan menggunakan mobil dengan kecepatan 40
km/jam, dimana penilaian di kelompokkan menjadi nyaman, kurang nyaman dan tidak
nyaman.
Berdasarkan jenisnya overlay dan perkerasan sebelumnya, ada empat desain overlay
yang dapat digunakan yaitu:
1. Overlay HMA (Hot Mix Asphalt) pada perkerasan aspal
2. Overlay HMA (Hot Mix Asphalt) pada perkerasan PCC
3. Overlay PCC (Portland Cement Concrete) pada perkerasan aspal
4. Overlay PCC (Portland Cement Concrete) pada perkerasan PCC (Portland Cement
Concrete)
▪ Overlay untuk suatu perkerasan lentur dapat ditentukan dari nilai lendutan
(deflection) hasil pengukuran di lapangan. Dalam hal ini, nilai lendutan menjadi
suatu dasar yang telah digunakan secara luas dalam perencanaan suatu overlay.
▪ Tiga pedoman yang digunakan untuk desain lapis tambah perkerasan (overlay)
antara lain :
2023 Perancangan Perkerasan Jalan
3 Yosie Malinda, S.T.,M.T.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
a. Pendekatan berdasarkan lendutan dalam Pedoman Perencanaan Lapis
Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan (Pd T-05-2005) //nb:
Pedoman ini telah digantikan oleh Pedoman Interim No.002/P/BM/2011
b. Pendekatan berdasarkan Indeks Tebal Perkerasan yang terdapat dalam
Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B)
c. Pendekatan berdasarkan lendutan (modifikasi dari Pd T-05-2005) dalam
Pedoman Desain Perkerasan Lentur (Interim) No. 002/P/BM/2011
▪ Pendekatan ketebalan efektif merupakan konsep dasar dalam metoda ini, dimana
ketebalan overlay yang dibutuhkan merupakan hasil pengurangan ketebalan desain
perkerasan lentur yang baru dengan ketebalan efektif perkerasan lentur eksisting.
▪ Konsep dasar dari metoda ini semakin besar nilai lendutan maka semakin lemah
kondisi konstruksi perkerasan tersebut.
▪ Jika kondisi jalan sudah seperti ini maka jalan memerlukan perawatan atau
penanganan penambahan lapis perkerasan lentur (overlay).
▪ Ketebalan overlay yang direncanakan harus mampu menahan beban lalu lintas yang
ada sehingga nilai defleksi nya harus lebih kecil dari nilai defleksi ijinnya.
▪ Pada umumnya nilai defleksi yang digunakan sebagai acuan adalah nilai defleksi
mamksimum. Dari nilai defleksi maksimum tersebut akan dibandingkan dengan nilai
defleksi ijinnya apakah defleksi maksimumnya akan melebihi defleksi ijinnya atau
tidak.
▪ Apabila defleksi maksimum melebihi defleksi ijinnya maka ada kemuingkinan terjadi
overlay setelah dilakukan proses analisis.
• Di dalam metoda ini dilakukan untuk memnentukan tegangan kritis, regangan kritis,
dan nilai lendutannya.
• Kondisi dan umur dari perkerasan eksisting harus dievaluasi terlebih dahulu.
Berdasarkan kondisi dan umur rencana perkerasan ini dapat digunakan untuk
merencanakan tebal lapis perkerasan tambah (overlay), sehingga kerusakan pada
2023 Perancangan Perkerasan Jalan
4 Yosie Malinda, S.T.,M.T.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
lapis perkerasan eksisting maupun lapisan perkerasan tambah rencana masih dalam
batas ijin.
Ada tiga prosedur yang diterapkan dalam mendesain tebal lapis tambah yang
berdasarkan beban lalu lintas, diantaranya :
1. Lalu Lintas lebih kecil atau sama dengan 100.000 ESA4
Retak lelah bukan merupakan kerusakan yang umum terjadi pada jalan dengan
lalu lintas ringan dan perkerasan dengan HRS. Berdasarkan pertimbangan itu,
desain jalan dengan beban lalu lintas rencana lebih kecil dari 100.000 ESA4 dan
perkerasan dengan HRS kinerja fatigue overlay tidak diperlukan. Desain tebal
overlay cukup dengan pendekatan lendutan maksimum (D0) sesuai solusi
berdasarkan Gambar 1.
2. Lalu Lintas lebih besar dari 100.000 ESA4
Pada jalan dengan lalu lintas lebih besar dari 100.000 ESA4 terdapat potensi retak
lelah lapisan aspal. Dengan demikian, kriteria deformasi permanen (pendekatan
lendutan maksimum D0) dan kriteria retak lelah (pendekatan lengkung lendutan,
D0 – D200) harus diperhitungkan. Gunakan grafik desain Gambar 6.1 dan
Gambar 6.3. Penjelasan lebih rinci mengenai lengkung lendutan dan ilustrasi
penggunaan kedua grafik desain tersebut diuraikan pada butir 6.5
3. Lalu Lintas lebih besar 10x106 ESA4 atau 20x106 ESA5
Untuk pekerjaan rehabilitasi dengan beban lalu lintas lebih besar daripada
10x106ESA4 atau lebih besar daripada 20x106 ESA5 harus digunakan prosedur
mekanistik empiris atau metode metode Pt T-01-2002-B atau metode AASHTO
1993. Pada prosedur mekanistik empiris, data lendutan permukaan dan tebal
perkerasan eksisting digunakan untuk perhitungan-balik (back calculation) nilai
modulus lapisan perkerasan. Selanjutnya nilai modulus ini digunakan untuk
menentukan solusi desain rekonstruksi atau overlay dengan program analisis
perkerasan multi-layer. Pada prosedur pelapisan tambah perkerasan lentur
berdasarkan lendutan permukaan AASHTO 1993 atau Pt T-01-2002-B temperatur
standar untuk lendutan maksimum (D0) yang digunakan adalah 68⁰ F atau 20⁰ C.
• Lapisan overlay harus lebih besar atau sama dengan tebal minimum. Permukaan
yang tidak rata memerlukan lapis aspal yang lebih tebal untuk mencapai level
kerataan yang dikehendaki. Idealnya, permukaan yang sangat kasar dikoreksi
dengan pelaksanaan dalam dua lapisan, dan tidak mengandalkan satu lapisan
untuk mencapai IRI yang diharapkan. Pengupasan (milling) perlu dipertimbangkan
untuk memperbaiki ketidakrataan permukaan.
• Apabila overlay didesain hanya untuk memperbaiki kerataan saja (non-struktural),
gunakan tebal overlay dari tabel 1. di bawah ini :
Tabel 1. Tebal overlay menurunkan IRI (non structural)
Gambar 1. Solusi Overlay berdasarkan Lendutan Balik Benkelman Beam untuk WMAPT
41°C
• Lengkung lendutan digunakan untuk perkerasan dengan beban lalu lintas desain
lebih besar dari 100.000 ESA4. Apabila hasil pengujian lendutan menunjukkan
bahwa hanya diperlukan lapis HRS yang tipis, maka pengecekan persyaratan
2023 Perancangan Perkerasan Jalan
7 Yosie Malinda, S.T.,M.T.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
lengkungan lendutan tidak diperlukan karena ketahanan terhadap fatigue lapis
HRS-WC cukup tinggi.
• Langkah–langkah penentuan overlay berdasarkan lengkung lendutan adalah
sebagai berikut :
1. Gunakan alat FWD, atau apabila menggunakan alat BB (Benkelman Beam),
lakukan pengukuran mengikuti prosedur yang disetujui untuk mengukur
lengkung lendutan.
2. Tentukan nilai rata–rata lengkung lendutan sebelum overlay sebagai nilai
lengkung lendutan yang mewakili atau nilai karakteristik.
3. Jika menggunakan data BB, koreksi nilai lengkung lendutan yang diperoleh
dengan faktor peneyesuaian lengkung lendutan BB ke FWD dengan
mengalikan nilai lengkung lendutan yang diperoleh dari langkah-2 di atas
dengan faktor penyesuaian (Tabel 6. Faktor koreksi lengkung lendutan BB ke
FWD). (Catatan: koreksi temperatur tidak diperlukan).
4. Tentukan tebal overlay yang dibutuhkan sesuai ketentuan, Lengkung lendutan
dinyatakan pada titik belok lengkungan atau CF (curvature function)
berdasarkanbentuk lengkung lendutan sebagai berikut :
CF = D0 – D200
Dengan:
D0 = Lendutan maksimum pada suatu titik uji (mm
D200 = Lendutan yang terjadi pada titik yang berjarak 200 mm dari titik uji
tersebut (mm).
Gambar 2. menunjukkan skema dimensi fungsi lengkung lendutan (curvature
function atau titik belok).
Gambar 3. Tebal Overlay Tipis Aspal Konvensional Untuk Mencegah Retak Akibat
Lelah pada WMAPT > 35° C
• Besar lendutan permukaan perkerasan aspal dipengaruhi oleh jenis tanah dan
kelembaban tanah dasar. Selain dari ketinggian muka air tanah, kelembaban tanah
dasar dipengaruhi oleh iklim. Atas pertimbangan tersebut maka pengukuran
sebaiknya dilakukan pada waktu perkerasan dalam keadaan terlemah yaitu pada
musim penghujan.
• Apabila suvei lendutan dilaksanakan pada musim kemarau maka nilai lendutan harus
dikoreksi. Faktor koreksi terhadap musim adalah angka perbandingan antara
lendutan maksimum pada musim penghujan dan lendutan pada musim kemarau :
• Faktor koreksi musim kemarau = 1,2
• Faktor koreksi musim penghujan = 1,0*
*Berlaku untuk pengujian lendutan pada musim penghujan atau jika muka air
tanah lebih dalam dari 3 m di bawah level tanah dasar.
Tabel 3. Faktor Koreksi Temperatur Lengkung Lendutan (D0 - D200) Untuk FWD*
Jika digunakan aspal modifikasi maka masa layan dikalikan dengan faktor yang terdapat
dalam Tabel 7 Jika diperoleh masa layan yang sama atau lebih besar daripada umur
rencana maka solusi overlay tipis dapat diambil sebagai solusi desain. Ilustrasi mengenai
hal ini diuraikan pada butir 0. Jika sumber daya untuk aspal modifikasi tersedia dan biaya
penggunannya lebih murah maka aspal modifikasi dapat digunakan.
1. Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017. Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor
02/M/BM2013. Kementerian Pekerjaan Umum
2. Novrianto, Hendri. 2013. Perencanaan Perkerasan Jalan Raya. Yogyakarta : Andi.
3. Permen No 60 tahun 2012, PD 10
4. Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung :
Nova.