PERKERASAN JALAN
09
Modul ke:
Program Studi
Teknik Sipil
Yosie Malinda, ST. MT
<
← MENU AKHIRI >
→
APA YANG DIMAKSUD
DENGAN “LAPIS
TAMBAHAN (OVERLAY)”?
<
← MENU AKHIRI >
→
Pendahuluan
• Suatu lapisan perkerasan memiliki umur layanan, jika umur layanan telah
melampaui, maka perlu ada perlakukan khusus untuk perkerasan
tersebut.
• Membangun suatu lapisan tambahan (overlay) merupakan salah satu cara
untuk meremajakan struktur perkerasan.
• Overlay merupakan lapis tambahan pada suatu struktur perkerasan yang
memiliki kontak langsung dengan beban lalu lintas.
• Overlay digunakan jika umur rencana struktur perkerasan sudah
mencapai sebagai pemeliharaan jalan atau jika kondisi struktur
perkerasan sudah menurun, yaitu tegangan yang terjadi pada struktur
perkerasan sudah melebihi tegangan izinnya sehingga perlu dibuat
lapisan baru yang dapat mendukung kerja struktur perkerasan tersebut.
<
← MENU AKHIRI >
→
Sebelum melakukan
perencanaan tebal lapis
tambah (overlay) perlu
dilakukan survei permukaan
jalan dan survei kelayakan Menurut Nofrianto
struktural perkerasan. (2013), survei kondisi
permukaan jalan
merupakan survei yang
dilakukan dengan
tujuan untuk
mengetahui nilai
kenyamanan
(rideability) permukaan
jalan saat ini.
<
← MENU AKHIRI >
→
Survei
❑ Survei ini dilakukan dengan pengamatan visual maupun dengan
perlatan mekanis. Survei secara visual meliputi :
<
← MENU AKHIRI >
→
Survei
❖ Survei yang apabila dilakukan dengan bantuan alat yaitu dengan menggunakan alat
roughometer yang ditempelkan pada sumbu roda belakang kendaraan penguji.
❖ Prinsip dasar alat ini adalah mengukur gerakan vertikal sumbu belakang pada
kecepatan tertentu.
❖ Kondisi struktural kelayakan jalan perkerasan lentur dapat ditentukan pengujan
nondestruktif atau pengujian yang dilakukan diatas permukaan perkerasan tanpa
melakukan perusakan.
❖ Alat yang sering digunakan untuk pengujian kondisi struktural perkerasan lentur
adalah Benkelman Beam. Alat ini dapat mengukur lendutan balik maksimum,
lendutan balik titik belok, cekungan akibat beban roda.
❖ Metode overlay yang menggunakan nilai pengukuraan lendutan telah dikembangkan
oleh AI (Asphalt Institute).
❖ Metode ini digunakan untuk mendesain overlay diantaranya untuk menentukan
pendekatan ketebalan efektifnya, pendekatan defleksinya, dan pendekatan
mekanistik empirisnya.
<
← MENU AKHIRI >
→
Desain Overlay
Berdasarkan jenisnya overlay dan perkerasan sebelumnya, ada empat desain
overlay yang dapat digunakan yaitu :
<
← MENU AKHIRI >
→
Pedoman Overlay
Overlay untuk suatu perkerasan lentur dapat ditentukan dari nilai lendutan
(deflection) hasil pengukuran di lapangan. Dalam hal ini, nilai lendutan menjadi
suatu dasar yang telah digunakan secara luas dalam perencanaan suatu overlay.
Tiga pedoman yang digunakan untuk desain lapis tambah perkerasan (overlay)
antara lain :
<
← MENU AKHIRI >
→
Pendekatan Ketebalan Efektif
1. Pendekatan ketebalan efektif merupakan konsep dasar dalam metoda ini, dimana
ketebalan overlay yang dibutuhkan merupakan hasil pengurangan ketebalan desain
perkerasan lentur yang baru dengan ketebalan efektif perkerasan lentur eksisting.
2. Konsep dasar dari metoda ini semakin besar nilai lendutan maka semakin lemah kondisi
konstruksi perkerasan tersebut.
3. Jika kondisi jalan sudah seperti ini maka jalan memerlukan perawatan atau penanganan
penambahan lapis perkerasan lentur (overlay).
4. Ketebalan overlay yang direncanakan harus mampu menahan beban lalu lintas yang ada
sehingga nilai defleksi nya harus lebih kecil dari nilai defleksi ijinnya.
5. Pada umumnya nilai defleksi yang digunakan sebagai acuan adalah nilai defleksi
mamksimum. Dari nilai defleksi maksimum tersebut akan dibandingkan dengan nilai defleksi
ijinnya apakah defleksi maksimumnya akan melebihi defleksi ijinnya atau tidak.
6. Apabila defleksi maksimum melebihi defleksi ijinnya maka ada kemungkinan terjadi
overlay setelah dilakukan proses analisis.
<
← MENU AKHIRI >
→
Pendekatan Mekanistik Empiris
<
← MENU AKHIRI >
→
Prosedur Desain Lapis Tambah (Overlay)
Ada tiga prosedur yang diterapkan dalam mendesain tebal lapis tambah yang berdasarkan beban lalu
lintas, diantaranya :
<
← MENU AKHIRI >
→
Tebal Overlay Non Structural
1. Lapisan overlay harus lebih besar atau sama dengan tebal
minimum. Permukaan yang tidak rata memerlukan lapis aspal yang
lebih tebal untuk mencapai level kerataan yang dikehendaki. Idealnya,
permukaan yang sangat kasar dikoreksi dengan pelaksanaan dalam
dua lapisan, dan tidak mengandalkan satu lapisan untuk mencapai IRI
yang diharapkan.
2. Apabila overlay didesain hanya untuk memperbaiki kerataan saja
(non-struktural), gunakan tebal overlay dari tabel 1.
<
← MENU AKHIRI >
→
Tebal Overlay Berdasarkan
Lendutan Maksimum
Bagan desain Gambar 1. digunakan untuk menentukan
kebutuhan overlay untuk mengantisipasi deforamasi
permanen. Desain berdasarkan Gambar 1 menghasilkan
desain dengan biaya lebih rendah daripada desain
menggunakan Pd T-05-2005 yang telah dimodifikasi
menjadi pedoman interim No.002/P/BM/2011 dan
perangkat-lunaknya SDPJL.
Dalam penggunaannya dibutuhkan justifikasi teknis, jika
tidak ada indikasi potensi kegagalan tanah dasar, solusi
berdasarkan lengkung lendutan sudah cukup memadai.
Untuk menentukan tebal overlay berdasarkan lendutan
balik maksimum (yang diukur dengan alat Benkelman
Beam). Hitung dan masukkan nilai lendutan karakteristik
dan beban lalu lintas desain (ESA4) pada Gambar 1, serta
dapatkan tebal overlay pada sumbu vertikal.
<
← MENU AKHIRI >
→
Tebal Overlay Berdasarkan
Lendutan Maksimum
Gambar 1. Solusi Overlay berdasarkan Lendutan Balik Benkelman Beam untuk WMAPT 41°C
<
← MENU AKHIRI >
→
Tebal Overlay berdasarkan Lengkung
Lendutan
Lengkung lendutan digunakan untuk perkerasan dengan beban lalu lintas desain lebih besar dari
100.000 ESA4. Apabila hasil pengujian lendutan menunjukkan bahwa hanya diperlukan lapis HRS yang
tipis, maka pengecekan persyaratan lengkungan lendutan tidak diperlukan karena ketahanan terhadap
fatigue lapis HRS-WC cukup tinggi.
<
← MENU AKHIRI >
→
Tebal Overlay berdasarkan Lengkung
Lendutan
Gambar 2. menunjukkan skema dimensi fungsi lengkung lendutan
(curvature function atau titik belok).
<
← MENU AKHIRI >
→
Grafik Desain Lengkung Lendutan
pada Wmapt 41⁰C
Tebal overlay berdasarkan lengkung lendutan dapat ditentukan sebagai overlay tipis atau
overlay tebal seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. dengan contoh penggunaan
seperti diuraikan pada Gambar 5.
<
← MENU AKHIRI >
→
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017. Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM2013.
Kementerian Pekerjaan Umum
Novrianto, Hendri. 2013. Perencanaan Perkerasan Jalan Raya. Yogyakarta : Andi.
Permen No 60 tahun 2012, PD 10
Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung : Nova.
<
← MENU AKHIRI
Terima Kasih
Yosie Malinda, ST. MT