5.Definisi CBR :
California Bearing Ratio (CBR) adalah sebuah metode (cara) untuk menentukan besaran nilai daya
dukung tanah dalam menahan/mendukung beban yang bekerja diatasnya, yaitu beban yang bekerja
di atas perkerasan jalan, atau dengan kata lain CBR (California Bearing Ratio) adalah
perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan terhadap bahan standar
dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
Cara Penentuan Nilai CBR:
Pengujian CBR dilakukan untuk mengukur daya dukung material dengan memberikan beben
vertikal dengan penetrasi tertentu dan membandingkannya dengan nilai beban standar yang
dinyatakan dengan persen. Nilai CBR biasanya diambil pada penetrasi 0,1 inch (2,54 mm) atau
0,2 inch (5,08 mm). Pengujian CBR di laboratorium dilakukan pada benda uji pada kondisi
terendam selama 4x24 jam pada suhu ruang. Pembacaan beban dan penetrasi piston digambarkan
dalam suatu grafik yang melewati titik-titik pembacaan tersebut. Bentuk kurva pada tahap-tahap
penetrasi awal pada umumnya lurus dan pada penetrasi yang lebih dalam kurva cenderung
melengkung. Dalam mengevaluasi uji CBR, nilai CBR pada penetrasi 0,1” biasanya digunakan
dalam perancangan. Hal ini karena nilai CBR pada penetrasi tersebut, umumnya lebih besar dari
pada CBR penetrasi 0,2”, sehingga CBR umumnya berkurang bila penetrasi bertambah. Jika nilai
CBR pada penetrasi 0,2” lebih besar, maka pengujian diulang. Namun, bila pada penetrasi 0,2”
tersebut tetap diperoleh nilai CBR lebih besar, maka nilai CBR inilah yang dipakai pada
perancangan.
6. Test Pit
=CBR rata-rata : 12+8+6+5 / 4 = 7,750 %
7. Perhitungan
8. Modulus resilien merupakan perbandingan antara nilai deviator stress yang menggambarkan
repitisi beban roda dan recoverable strain. Antara tegangan maksimum roda terhadap regangan
elastis material yang terjadi pada lapisan perkerasan jalan. Sehingga modulus resilien berperan
penting dalam penentuan batas maksimum tegangan beban terhadap regangan yang diterima suatu
material diatas lapisan perkerasan jalan.
Modulus resilien (Mr) didefinisikan sebagai kemampuan tanah atau lapis pondasi granular pada
suatu lapis perkerasan dalam menahan deformasi akibat beban yang berulang ulang. Dalam
perencanaan perkeraan jalan, daya dukung tanah dasar diwakili oleh modulus resilien (mr).
10. Daya rusak jalan atau lebih dikenal dengan Vehicle Damage Factor, selanjutnya disebut VDF,
merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan tebal perkerasan cukup signifikan, dan jika
makin berat kendaraan (khususnya kendaraan jenis Truck) apalagi dengan beban overload, nilai VDF
akan secara nyata membesar, seterusnya Equivalent Single Axle Load membesar.
11. Total ESAL adalah Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single
Axle Load (CESA) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur
desain selama umur rencana.
Esal 18 kips Adalah jumlah Lintas ekivalen yang akan melintasi jalan tersebut selama masa pelayanan,
dari saat dibuka sampai akhir umur rencana.
W18 = perkiraan jumlah beban sumbu 18- kip ESAL
12. Beban berlebih (overload) adalah suatu kondisi beban gandar kendaraan melebihi beban
standar yang digunakan pada asumsi desain perkerasan jalan atau jumlah lintasan operasional
sebelum umur rencana tercapai ,atau sering disebut dengan kerusakan dini.
Salah satu penyebab rusaknya konstruksi perkerasan jalan adalah kendaraan dengan muatan
berlebih (overload). Hal tersebut akan berakibat menurunnya umur pelayanan jalan. Berkaitan
dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan membahas tentang seberapa besar pengaruh beban
berlebih (overload) terhadap umur pelayanan jalan, dimana variasi beban yaitu beban gandar
standar (8,16 ton) dan overloading sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, 100% terhadap beban gandar
standar
Contoh perhitungan :
13. yang di maksud reliability pada kekerasan adalah probabilitas bahwa perkerasan ysng di
rencanakan akan tetap memuaskan selama masa layanannya. Reliability terbagi dua: standart
normal deviation dan stadart deviation.
Penetapan angka reliability dari 50% sampai 99,99% menurut AASHTO merupakan tingkat
kehandalan desain untuk mengatasi kemungkinan melesetnya besar-besaran desain yang di
pakai. Semakin tinggi reliability yang di pakai semkain tinggi tingkat mengatasi kemungkinan
terjadinya deviasi
Besaran desain yang terkait dengan ini
-persamaan kinerja perkerasan
-perencanaan lalu lintas
-perkiraan tekanan gandar
-pelaksanaan kontruksi
14. Structural Number (SN) merupakan fungsi dari ketebalan lapisan, koefisien relative lapisan
(layer coefficient) dan koefisien drainase (drainase Coeffiecient).
Persamaan untuk SN adalah sebagai berikut:
SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3
Dimana :
SN = nilai structural number
a1, a2, a3 = koefisien lapisan dari surface, base, dan sub-base
D1, D2, D3 = tebal lapisan perkerasan dari surface, base, dan sub-base
m1, m2, m3 = koefisien drainase untuk lapisan base, dan sub-base
Perhitungan biaya life cycle cost analysis dilakukan pada masing masing tipe perkerasan, life
cycle cost analysis dapat diterapkan terhadap masalah yang ada, keterbatasan dana dan sumber
daya alam dapat dikelola menggunakan management LCCA, kelebihannya adalah dapat
digunakan pada tahap per-kontruksi dan paskakontruksi, kelebihan ini ditunjukkan pada
beberapa contoh seperti:biaya awal pekerjaan, rehabilitasi kerugian jika terjadi kegagalan, waktu
analisa, tingkat penyusutan fisik
16. Campuran Beton Aspal (AC WC)
a. Persyaratan Sifat Agregat
Secara umum bahan penyusunan beton aspal terdiri dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi
dan aspal sebagai bahan pengikat. Dimana bahan bahan tersebut sebelum digunakan harus diperiksa
di laboratorium. Agregat yang akan dipergunakan sebagai material campuran perkerasan jalan
haruslah memenuhi persyaratan sifat dan gradasi agregat seperti yang ditetapkan didalam buku
spesifikasi pekerjaan jalan atau ditetapkan badan yang berwenang.
Menurut Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI untuk Campuran
Beraspal Panas, Dep. PU, Edisi April 2007 memberikan persyaratan untuk agregat sebagai berikut :
• Agregat Kasar
Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah agregat yang tertahan saringan No. 8 (2,36 mm) dan
haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya
dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 1.
• Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm), yang harus memenuhi
persyaratan agregat halus sebagai berikut:
1). Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri dari pasir atau pengayakan
batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No. 8 (2,36 mm) sesuai SNI 03-6819-
2002.
2). Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditumbuk terpisah dari agregat kasar.
3). Pasir boleh digunakan dalam campuran beraspal. Presentase maksimum yang diisyaratkan
untuk Beton Aspal (AC) adalah 10%.
4). Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung atau bahan yang
tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi
ketentuan mutu. Agar dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan batu pecah harus
diproduksi dari batu yang bersih.
5). Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampuran aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (Cold bin Feeds) yang
terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan
baik.
18.
19-20. perencanaan perkerasan dengan cara mekanistik empiric yaitu metode perencanaan
tebal perkerasan berdasarkan penentuan umur perkerasan akibat regangan dan atau regangan
yang timbul berulang ulang pada bahan perkerasan, sampai terjadi kerusakan yang telah
ditetapkan sebelumnya sebagai batas tingkat kerusakan yang dapat diterima pada perkerasan,
model penentuan umur tsb berdasarkan korelasi hasil penelitian laboratorium.
17. PERHITUNGAN
.