Anda di halaman 1dari 20

REKAYASA JALAN RAYA II

(MTS 509)
DOSEN: KHODIJAH AL QUBRO, S.T., M.T.
FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
• Beban lalulintas
• Sifat tanah dasar
• Fungsi Jalan
• Kondisi lingkungan
• Kinerja struktur perkerasan (pavement performance)
• Umur rencana atau masa pelayanan
• Sifat dan jumlah bahan baku yang tersedia
• Bentuk geometrik jalan
• Kondisi perkerasan saat ini (khusus untuk peningkatan jalan lama)
BEBAN LALULINTAS
Beban lalulintas adalah beban kendaraan yang dilimpahkan ke perkerasan
jalan melalui kontak antara ban dan muka jalan. Beban lalulintas merupakan
beban dinamis yang terjadi secara berulang selama masa pelayanan jalan.
Besarnya beban lalulintas dipengaruhi oleh berbagai faktor kendaraan
seperti:
1. konfigurasi sumbu dan roda kendaraan
2. beban sumbu dan roda kendaraan
3. tekanan ban
4. volume lalulintas
5. repetisi sumbu
6. distribusi arus lalulintas pada perkerasan jalan
7. kecepatan kendaraan
Kode angka dengan pengertian sebagai berikut:
• 1 : menunjukkan sumbu tunggal dengan roda tunggal
• 2 : menunjukkan sumbu tunggal dengan roda ganda
• 11 : menunjukkan sumbu ganda atau tandem dengan
roda tunggal
• 111 : menunjukkan sumbu tripel dengan roda tunggal
• 22 : menunjukkan sumbu ganda atau tandem dengan
roda ganda
• 222 : menunjukkan sumbu tripel dengan roda ganda
Klasifikasi jenis kendaraan berdasarkan jumlah sumbu
Volume Lalulintas
Volume lalulintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang
melewati satu titik pengamatan selama satu satuan waktu (hari, jam,
atau menit).
• Lalulintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT), yaitu volume lalulintas
harian yang diperoleh dari nilai rata-rata jumlah kendaraan selama
satu tahun penuh.
• Lalulintas Harian Rata-Rata (LHR), yaitu volume lalulintas harian yang
diperoleh dari nilai rata-rata jumlah kendaraan selama beberapa hari
pengamatan.
Repetisi Beban Lalulintas
Repetisi beban dinyatakan dalam lintasan sumbu kendaraan, untuk
menentukan besarnya beban lalulintas. Terdapat 2 cara penentuan
besarnya beban lalulintas untuk perencanaan, yaitu dinyatakan dalam:
1. repetisi lintasan sumbu standar;
2. spektra beban dimana beban lalulintas dinyatakan dalam repetisi
beban sumbu sesuai beban dan konfigurasi kelompok sumbunya.
Repetisi Lintasan Sumbu Standar
Kendaraan yang memiliki berbagai konfigurasi sumbu, roda, dan bervariasi
dalam total beban yang diangkutnya, diseragamkan dengan menggunakan
satuan lintasan sumbu standar (lss), dikenal juga dengan Equivalent Single
Axle load (ESA). Sumbu standar adalah sumbu tunggal beroda ganda
dengan kriteria sebagai berikut:
• Beban sumbu 18.000 pon (80 kN);
• Lebar bidang kontak ban 4,51 inci (11
cm);
• Jarak antara masing-masing sumbu roda
ganda 13,57 inci (33 cm);
• Tekanan pada bidang kontak = 70
pon/inci2 .
Beban Lalulintas Pada Lajur Rencana
Repetisi beban lalulintas pada lajur rencana ditentukan dengan
memperhatikan volume dan distribusi berbagai jenis kendaraan ke
setiap lajur. Rumus untuk menentukan repetisi beban ke lajur rencana
dari berbagai jenis kendaraan dan konfigurasi sumbu adalah sebagai
berikut:
• Q = repetisi beban lalulintas ke lajur rencana, kendaraan/hari/lajur
• DA = koefisien distribusi arah untuk jenis kendaraan i DL = koefisien
distribusi ke lajur rencana dari 1 arah lalulintas untuk jenis kendaraan i
• Ci = koefisien distribusi arus lalulintas 2 arah ke lajur rencana untuk
jenis kendaraan i;
• Ci = DA x DL
• LHRTi = Lalulintas Harian Rata-Rata Tahunan untuk jenis kendaraan i,
kendaraan/hari/2 arah
• LHRi = Lalulintas Harian Rata-Rata untuk jenis kendaraan i,
kendaraan/hari/2 arah
DAYA DUKUNG TANAH DASAR
Pengujian California Bearing Ratio (CBR)
CBR yang dinyatakan dalam persen, adalah perbandingan antara beban yang
dibutuhkan untuk penetrasi sedalam 0,1 inci atau 0,2 inci antara contoh tanah
dengan batu pecah standar. Nilai CBR adalah nilai empiris dari mutu tanah dasar
dibandingkan dengan mutu batu pecah standar yang memiliki nilai CBR 100%.
Pengujian CBR di laboratorium mengikuti SNI 03-1744 atau AASHTO T193.
Jenis CBR Berdasarkan kondisi benda uji, CBR dibedakan atas:
1. CBR rencana; CBR laboratorium atau design CBR, adalah pengujian CBR
dimana benda uji disiapkan dan diuji mengikuti SNI 03- 1744 atau AASHTO T
193 di laboratorium.
2. CBR lapangan; dikenal juga dengan nama CBRinplace atau field CBR, adalah
pengujian CBR yang dilaksanakan langsung dilapangan, di lokasi tanah dasar
rencana. Prosedur pengujian mengikuti SNI 03-1738 atau ASTM D 4429.
3. CBR lapangan rendaman; disebut juga undisturbed soaked CBR, adalah
pengujian CBR di laboratorium tetapi benda uji diambil dalam keadaan
”undisturbed” dari lokasi tanah dasar dilapangan.
DAYA DUKUNG TANAH DASAR
Penetrometer Konus Dinamis/Dynamic Cone Penetrometer
Daya dukung lapisan tanah dasar yang telah dipadatkan dapat diukur
langsung dilapangan dengan melakukan pengujian CBR lapangan atau
korelasi dari nilai empiris hasil pengujian penetrometer konus dinamis
(Dynamic Cone Penetrometer), dikenal dengan DCP. Alat ini banyak
digunakan di Indonesia sejak tahun 1980.
Alat DCP digunakan untuk mendapatkan data daya dukung tanah dasar
sampai kedalaman 90 cm di bawah permukaan tanah dasar.
Analisis data lapangan dilakukan dengan menggunakan nilai kumulatif
tumbukan untuk mencapai kedalaman penetrasi tertentu seperti pada
Rumus berikut:

dengan:
D = kedalaman penetrasi, mm
N = jumlah pukulan untuk mencapai kedalaman D mm
DAYA DUKUNG TANAH DASAR
Modulus resilient (MR)
Modulus resilient adalah perbandingan antara nilai deviator stress,
yang menggambarkan repetisi beban roda dan recoverable strain.
Nilai MR dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kadar air, derajat
kejenuhan, kepadatan, temperatur, jumlah butir halus, dan gradasi.
Pengujian di laboratorium dapat menggunakan alat triaxial dengan
beban berulang (cyclic triaxial test), Universal Material Testing
Apparatus (UMATTA), atau analisis hasil pengujian non-destructive
test dengan menggunakan alat falling weight deflectometer (FWD).
DAYA DUKUNG TANAH DASAR
Diadopsi oleh AASHTO’93, dan Bina Marga, berlaku untuk tanah
berbutir halus, nonexpansive. MR untuk tanah dasar dapat pula
diperoleh melalui korelasi dengan nilai CBR seperti pada Rumus
berikut :

dengan nilai CBR rendaman kurang atau sama


dengan 10
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penetapan daya dukung tanah dasar adalah:
1. Nilai CBR rencana atau MR rencana untuk tanah dasar tanah galian jalan baru, diperoleh berdasarkan klasifikasi dari contoh
tanah yang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Tebal Perkerasan 79 diambil dengan menggunakan alat bor. Jika
terjadi perbedaan yang cukup berarti antara CBR pada saat pelaksanaan dengan CBR rencana, maka perlu dilakukan redesain
tebal perkerasan jalan.
2. Nilai CBR rencana atau MR rencana untuk tanah dasar tanah urug, diperoleh berdasarkan benda uji dari calon tanah urug
(borrow material). Jika terjadi perbedaan yang cukup berarti antara CBR pada saat pelaksanaan dengan dengan nilai CBR rencana,
maka perlu dilakukan redesain tebal perkerasan jalan.
3. Pada lokasi rencana jalan yang mempunyai intensitas hujan yang tinggi, perhatian terhadap drainase harus ditingkatkan sehingga
mutu daya dukung tanah dasar dapat maksimal.
4. Keakuratan dan ketelitian data daya dukung tanah dasar mempengaruhi hasil perencanaan tebal perkerasan. Hasil perencanaan
dapat kurang tebal dibandingkan dengan yang dibutuhkan sehingga umur rencana tidak tercapai, dan berdampak biaya
rehabilitasi dan pemeliharaan meningkat. Sebaliknya, jika tebal perkerasan terlalu tebal berakibat biaya pertama (initial cost)
tidak efisien.
5. Pada segmen dimana terdapat daerah dengan daya dukung buruk yaitu nilai CBR lebih kecil dari nilai CBR segmen, sebaiknya
terlebih dahulu dievaluasi penyebab kondisi tersebut. Dari hasil analisis ditentukan apakah perlu perbaikan tanah atau perlu
sistem drainase di lokasi tersebut.
6. Tanah dasar yang direncanakan sebagai hasil stabilisasi dari tanah asli, seperti stabilisasi dengan semen, kapur, atau penguatan
tanah menggunakan geotextile, tensar, atau sejenisnya, maka nilai CBR atau MR rencana yang dipergunakan untuk desain adalah
nilai CBR atau MR rencana setelah tanah dasar di stabilisasi atau diperkuat. Perlu pertimbangan yang seksama dalam
memodelkan keadaan ini di laboratorium.
FUNGSI JALAN
Fungsi jalan dapat menggambarkan jenis kendaraan pengguna jalan
dan beban lalu lintas yang akan dipikul oleh struktur perkerasan jalan.
Sebagai contoh, lalu lintas angkutan barang yang menggunakan truk
berat, trailer tunggal, atau trailer ganda pada umumnya melintasi
jalan-jalan arteri suatu wilayah.
KONDISI LINGKUNGAN
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi daya tahan dan mutu pelayanan
struktur perkerasan jalan yang terletak di lokasi tersebut. Pelapukan material
tidak hanya disebabkan oleh repetisi beban lalulintas, tetapi juga oleh cuaca
dan air yang ada di dalam dan sekitar struktur perkerasan jalan. Perubahan
temperatur yang terjadi selama siang dan malam hari, menyebabkan mutu
struktur perkerasan jalan berkurang, menjadi aus dan rusak. Di Indonesia
perubahan temperatur dapat terjadi karena perubahan musim dari musim
penghujan ke musim kemarau atau karena pergantian siang dan malam. Air
masuk ke struktur perkerasan jalan melalui berbagai cara seperti infiltrasi
melalui retak pada permukaan jalan, sambungan perkerasan, muka air tanah
dan fluktuasinya, sifat kapilaritas air tanah, rembesan (seepage) dari tempat
yang lebih tinggi di sekitar struktur perkerasan, atau dari bahu jalan, dan
mata air di lokasi
MUTU STRUKTUR PERKERASAN JALAN
Mutu struktur perkerasan jalan menentukan kinerja struktur perkerasan jalan dalam
memberikan pelayanan sehingga mampu memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna
jalan.
Kekasaran muka jalan (Roughness) didefinisikan sebagai iregularitas permukaan perkerasan yang
berbanding terbalik dengan kenyamanan mengemudi. Iregularitas permukaan perkerasan dapat
ditemui dalam arah memanjang (longitudinal distortion) dan arah melintang (transverse distortion).
International Roughness Index (IRI) adalah parameter penunjuk kekasaran (roughness) jalan untuk
arah profil memanjang atau longitudinal jalan. Satuan IRI adalah m/km atau mm/m. Di samping IRI
dikenal pula average rectified slope (ARS) yaitu perbandingan antara nilai kumulatip gerakan vertikal
dari sumbu belakang roda tunggal kendaraan dengan jarak yang dinyatakan dalam mm/km. IRI
adalah ARS dikalikan 1000.
Indeks Permukaan (Serviceability Index)
Kinerja struktur perkerasan jalan untuk menerima beban dan melayani arus lalulintas secara empiris
dinyatakan dengan Indeks Permukaan (IP). IP diadopsi dari AASHTO yaitu Serviceability Index,
merupakan skala penilaian kinerja struktur perkerasan jalan yang memiliki rentang antara angka 1
sampai dengan 5.
TUGAS MAKALAH
Saudar diminta untuk membuat Makalah ke-4 topik tersebut
makalah mengenai : meliputi:
• Aspal • Pengertian dan Teori dasar
• Agregat • Prosedur pengujian (dilengkapi
• California Bearing Ratio (CBR) ilustrasinya)
• Konsolidasi • Tujuan dan kegunaannya.

Deadline tugas: Kamis, 28 Oktober 2021 Jam 23.59 WIB


Format tugas berupa laporan dan boleh diketik.
Pengumpulan tugas dengan menautkan link file yang sudah
saudara upload di Google Drive saudara ke media Tugas di
VClass.
Gunakan akun GDrive student@uigm.ac.id.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai