Anda di halaman 1dari 5

Pengendalian Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam suatu struktur harus memenuhi syarat-syarat kualitas yang telah
ditetapkan. Untuk itu perlu adanya pengendalian kualitas bahan material bangunan. Pengendalan untuk
bahan bangunan sendiri dilakukan beberapa uji diantaranya:
Alur Proses Pengaspalan

1. Kick of Meeting
Pada tahap ini Kontraktor, Supervisi dan Owner membahas pekerjaan yang dilaksanakan dan
dipresentasikan oleh Construction Enggineer dari kontraktor mengenai metode, schedule,
personel, dan segala sesuatu yang berkenaan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Site Kick of Meeting
Kontraktor, konsultan Supervisi dan Owner meninjau lokasi yang akan dikerjakan untuk
membahas metode pekerjaan dan mengantisipasi permasalahan yang akan terjadi selama
pekerjaan berlangsung.
3. Underground Facility
Proses ini dilakukan sebelum diadakan pekerjaan Rough Shaping, dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada kabel atau pipa yang melintas jalan dan berapa kedalamannya. Syarat
minimal 60 cm ( 2 Feet ).
4. Survey / Investigasi / Stake Out
Survey dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi dan seberapa besar kerusakan jalan yang akan
diperbaiki. Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan untuk mengetahui panjang dan lebar pekerjaan
tersebut. Kemudian dilakukan investigasi dengan mencari daya dukung sub-Grade yang akan
dikerjakan dengan menggunakan alat DCP (Dinamic Cone Peneutrometer). Dari pengujian ini
didapat CBR (California Bearing Ratio) yakni jika CBR < 6% maka perlu dilakukan Change
Material
5. Rough Shaping
Proses ini dilakukan untuk membuka bidang jalan yang akan dikerjakan dan membuang kotoran
yang berada pada bidang jalan yang akan dikerjakan seperti rumput, sampah dan kotoran
lainnya.
6. Apply Agregat Class – C
Dilakukan karena permukaan bidang jalan lama rendah dan menjadi genangan air juga karena
sub – Grade badan jalan tidak memenuhi syarat untuk dilakukan recycling. Sesuai dengan desain
yang telah disepakati
7. Apply Cement
Semen dihampar dengan Cement Spreader dengan kecepatan tertentu sehingga banyak semen
sesuai dengan desain ( Toleransi semen +10 % ).
8. Recycling Work
Recycling work adalah proses pengadukan Cement, Agregat Class-C dan Sub-Grade sehingga
menjadi satu kesatuan yang homogen dan mempunyai daya dukung yang diinginkan (Minimal 2
Mpa).
9. Compaction And Density test
Proses ini dilakukan dengan menggunakan Pad Footh dan Smooth Drum berulang – ulang
sehingga mencapai kepadatan yang diinginkan minimal 95% MDD (Maksimum Dry Density)
10. Curing Time
Dilakukan selama 4 hari berturut-turut dengan minimal 2xsehari. Agar pengeringan antara
permukaan dan bagian dalam serentak.
11. Prime Coat
Prime Coat adalah lapis resap pengikat yang berfungsi mengisi rongga pada hasil recycling dan
pengikat bahan yang diatasnya, dengan bahan Aspal 60% dan minyak tanah 40% dengan volume
penghamparan antara 0,5 sampai 1,5 liter/m2
12. Tack Coat
Tackcoat adalah lapis pengikat antara prime coat dengan bahan yang diatasnya yaitu Asphalt
Concrete. Bahan untuk pembuatan tack coat ini adalah aspal cair 80% dan minyak tanah
(kerosin) 20%. Spesifikasi penghamparan untuk tack coat adalah 0,25 samapi 0,5 liter/m2. Pada
temperature 60 Derajat Celcius
13. Laying Asphalt Concrete – Wearing Course ( AC-WC )
Aspal adalah lapisan terakhir pada pekerjaan pengaspal dengan temperature sampai dilapangan
berkisar antara 110 – 1400C. Dengan tebal padat 5.0 cm.
14. Marka Jalan
Marka jalan terbagi atas 2 jenis yaitu putus-putus dan menerus. Putus-putus artinya boleh
dilewati atau memotong kendaraan yang berada didepannya biasanya tanda ini berada pada
jalan lurus. Sedangkan menerus artinya tidak boleh dilewati atau dilarang mendahului, tanda ini
biasanya berada pada tanjakan dan tikungan juga mendekati sebuah persimpangan.
Standar ukuran marka jalan antara lain :
- Tebal 0,2 – 0,3 cm
- Lebar 12 cm
- Panjang garis putih ( marka tengah ) sepanjang 2 Meter
- Panjang daerah kosong (tanpa garis putih ) sepanjang 3 Meter
15. Core Drill
Core Drill adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengetahui tebal asphalt yang dihampar
dengan menggunakan mesin core drill, apakah sudah sudah sesuai dengan dengan design yaitu 5
cm, dengan toleransi 3.0 mm.
16. Punch List
Punch List adalah inspeksi lapangan terakhir setelah construction, untuk meninjau pekerjaan
apakah sudah sesuai dengan design dan apakah ada kerusakan, juga memperhatikan hal lainnya
yang dianggap perlu untuk dibenahi.
17. PSSR
Tahap terakhir yaitu PSSR atau proses serah terima sementara antara kontraktor dengan owner
dengan melibatkan Owner Engginer, Konsultan dengan memperhatikan aspek-aspek
keselamatan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pemeriksaan Sampel

Pengujian sampel di laboratorium didapatkan hasil:

1. Kepadatan untuk Agregate Base C


Fdhh
 Di Laboratorium
Berdasarkan uji laboratorium terhadap aggregate base c didapatkan hasil berikut

Uji 1 Uji 2
Maximum Dry Density 2,192 2,170
 Di Lapangan
Pengujian kepadatan aggregate base c dilakukan beberapa kali di lokasi yang
berbeda dengan hasil sebagai berikut.
Lokasi Lokasi Lokasi 3 Lokasi 4 Lokasi Lokasi Lokasi
1 2 5 6 7
Persen 104,9 98,5% 102,3% 106,6% 98,2% 99,3 94,9%
Kepadatan %

Anda mungkin juga menyukai