Anda di halaman 1dari 7

NAMA :AGENG MISPONO

NIM :1950100008

SEMESTER :TS 2A

TUGAS :TATA CARA PELAKSANAAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONTRUKSI

A.PASIR

Ada beberapa metode yang berbeda untuk menguji kualitas pasir untuk konstruksi beton.
Kualitas pasir sama penting dengan bahan lainnya untuk pembuatan beton .Agregat yang
sebagian besar melewati saringan 4,75 mm IS dikenal dengan agregat halus. Agregat halus
terdiri dari pasir alam, pasir batu hancur, debu pasir batu kerikil yang hancur, fly ash dan
serbuk halus batu bata.Bahan ini akan berifat keras, tahan lama, inert secara kimiawi, bersih
dan bebas dari pelapis yang melekat, bahan organik dll dan tidak boleh mengandung
sejumlah besar bola tanah liat atau pelet dan kotoran berbahaya misalnya pirit besi, alkali,
garam, batu bara, mika, serpih atau bahan dilaminasi serupa dalam bentuk seperti itu atau
dalam jumlah sedemikian sehingga menyebabkan korosi logam atau mempengaruhi
kekuatan, keawetan atau penampilan dari mortar, plester atau beton.Jumlah persentase dari
semua bahan yang merusak tidak boleh melebihi 5%. Agregat halus harus diperiksa dari
kotoran organik seperti vegetasi yang membusuk, debu batubara dll.

Berikut adalah tes pasir di lokasi konstruksi:


1.Uji kotoran organik – tes ini dilakukan di lapangan, untuk setiap 20 m3 atau bagiannya. 2.
Silt content test – ini juga merupakan uji lapangan dan dilakukan untuk setiap 20 m3. 3.
Distribusi ukuran partikel – tes ini dapat dilakukan di lokasi atau di laboratorium untuk setiap
40 tangkai pasir. 4.
3
Bulking of sand – tes ini dilakukan di lokasi untuk setiap 20 m pasir. Berdasarkan bulking of
sand, rasio air yang sesuai dihitung untuk beton di lokasi. 1.
Uji Lumpur
Jumlah maksimum lumpur di pasir tidak melebihi 8%. Agregat halus yang mengandung lebih
dari persentase lumpur yang diijinkan harus dicuci sehingga bisa membawa kandungan
lumpur dalam batas yang diijinkan.
2. Uji Grading pasir
Berdasarkan ukuran partikel, agregat halus dinilai ke dalam empat zona. Jika gradasi berada
di luar batas zona pengukur saringan tertentu, selain saringan IS 600 mikron, dengan jumlah
tidak melebihi 5 persen, maka dianggap turun di dalam zona gradasi tersebut..
Persentase yang lewat

Saringan Zona
Zona Grading I Zona
Grading II Zona Grading III
Grading IV

10mm 100 100 100 100

4.75mm 90 – 100 90 – 100 90 – 100 90 – 100

2.36mm 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100

1,18 mm 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100

600 mikron 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100

300 mikron 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50

150 mikron 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15

B.BETON
Tata Cara Pengujian Beton – Pembangunan adalah suatu proses
untuk menciptakan suatu bangunan seperti halnya gedung, jalan,
jembatan dan lain sebagainya untuk kebutuhan tertentu. Tujuannya
tentu agar bangunan tersebut memang aman dan tahan lama, selain
itu juga diperlukan dilakukan tes atau pengujian terhadap bahan –
bahan yang menjadi penunjang dari bangunan tersebut. Bahan
seperti material atap, portal, kusen, pondasi, lantai dan bahan –
bahan penyusun bangunan yang lainnya juga memerlukan suatu
pengujian. Pengetesan dan pengujian beton memang sangat
diperlukan untuk bangunan baik besar maupun kecil, tujuannya
adalah untuk memastikan bangunan tersebut benar – benar bisa
menahan beban hidup dan beban mati yang ada diatasnya atau
tidak serta mengetahui berapa lama beton tersebut dapat bertahan
dan tahan terhadap apa sajakah beton tersebut.
Berikut adalah beberapa tata cara pengujian beton :
1.Tes Uji Kuat Tekan (Compression test)
Tes Uji Kuat Tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton
karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton
sampai beton mengalami kehancuran), pengujian ini dapat
dilakukan dengan cara :

1. Siapkan silinder diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm


2. Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah
dibersihkan dan sisi dalamnya diolesi dengan pelumas
seperlunya, tujuannya adalah untuk mempermudah pelepasan
beton dari cetakannya
3. Masukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump
test kedalam cetakan yang dibagi menjadi 3 lapisan yang
sama
4. Lakukan penusukkan sebanyak 25 kali pada setiap lapisan
5. Ratakan bagian atas dan beri tulisan tanggal dan jam
pembuatan pada bagian atas
6. Kemudian diamkan selama 24 jam dan direndam dalam air
selama waktu tertentu barulah dibawa ke laboratorium untuk
diuji
7. Pengujian tes beton menggunakan mesin compressor yang
sudah dikalibrasi
8. Catat pengujian tiap beberapa hari yang sudah ditentukan

2. Slump test
Pengujian Slump test bertujuan untuk mengetahui kadar air beton
yang berhubungan dengan mutu beton, pengujian disini akan
dilakukan menggunakan kerucut abraham meskipun kini telah ada
alat khusus untuk mengukur kadar air beton yaitu moisture
meter khusus untuk beton. Pengujian ini dilakukan dengan cara :

1. Siapkan peralatan uji Slump yaitu yang mempunyai ukuran


diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm dengan tinggi
30 cm
2. Kerucut abraham diletakkan pada bidang rata dan datar
namun tidak menyerap air
3. Pengadukan beton yang dicampur merata dimasukkan ke
dalam kerucut sambil ditekan kebawah penyokong –
penyokongnya
4. Adukkan beton dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kira sama
tebalnya,dan setiap lapisan ditusuk sebanyak 25 kali dengan
menggunakan tongkat baja diameter 16 mm panjang 600 mm
dengan ujung yang bulat agar adukan yang masuk kedalam
kerucut lebih padat
5. Adukan yang jatuh di sekitar kerucut dibersihkan, lalu
permukaannya diratakan dengan kerucut ditarik vertikal
dengan hati – hati
6. Dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi
semula
7. Hasil pengukuran ini disebut hasil uji Slump dan merupakan
hasil kekentalan (kadar air) dari beton tersebut
8. Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat
tidak boleh untuk digunakan
3. Tes uji Core Drill
Pengujian Core Drill dilakukan dengan mengambil sampel dari beton
yang sudah dibuat menggunakan alat yaitu core drill. Metode ini
diusahakan jangan sampai merusak struktur dari beton tersebut,
kemudian sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk pada
pengujian crusing test. Pengujian ini sangat akurat karena diambil
dari bahan yang sudah dibuat di lapangan, namun pengambilan
strukturnya juga memiliki resiko karena dapat mengurangi struktur
dari beton dan bisa saja mengenai tulangan dari beton tersebut.
4. Hammer test
Hammer Test dilakukan untuk mendapatkan kekuatan atau
tegangan karakteristik beton yang sudah ada menggunakan alat
hammer test pada elemen struktur bangunan seperti kolom, balok
dan plat lantai. Tahapan sebelum melakukan hammer test adalah
sebelum tes dimulai permukaan dari elemen struktur yang belum
rata harus dihaluskan menggunakan gerinda agar didapatkan
permukaan yang rata. Hal ini dilakukan agar pembacaan rebound
dari alat hammer test lebih teliti dan tepat, di setiap titik hammer
test dilakukan sebanyak 20 kali shooting per lantai. Hasil tes
dianalisa menggunakan standar deviasi untuk penentuan mutu
beton.
5. Ultrasonic non Destructive
Pengujian ultrasonik telah digunakan oleh beberapa negara dan di
indonesia digunakan sejak tahun 1980’an. Tujuan dari penelitian
menggunakan pengujian ultrasonik yang dilakukan menggunakan
berbagai jenis alat uji NDT. Pengujian ini dilakukan dengan cara :

1. Mendeteksi kedalaman dan keretakannya


2. Homoginitas pada beton
3. Kerusakan permukaan beton akibat kebakaran atau pengaruh
kimiawi
4. Perubahan sifat dari masa ke masa
5. Kualitas / mutu beton
6. Kerusakan lain pada beton (Honeycombing / Void)
7. Modulus Elastisitas beton

C.KAYU

Kayu merupakan salah satu komoditi hasil hutan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia
untuk berbagai kebutuhan. Kayu digunakan sebagai bahan Konstruksi bangunan untuk rumah
tinggal, gedung, jembatan, bantalan kereta api dan lain-lain.Pada penggujian kali ini kayu
yang digunakan adalah kayu cempaka.
Kayu Cempaka
Kayu cempaka dengan nama latin Michelia champaca, adalah kayu yang pada mulanya
berasal dari india. Kayu cempaka kemudian menyebar ke berbagai negara tropis. Kayu
cempaka memiliki karakter warna putih kekuningan dan hijau. Kayu cempaka merupaka
salah satu jenis kayu komersil primadona di sulawesi utara. Jenis kayu ini merupakan unsur
kayu yang wajib ada pada sebuah rumah adat Minahasa.
Nilai Desain dan Modulus Elastisitas Lentur Acuan
Modulus elastisitas (E) merupakan pengukuran kemampuan kayu untuk menahan perubahan
bentuk atau lentur yang terjadi sampai dengan batas elastisnya. Semakin besar bebannya,
semakin tinggi tegangan yang timbul dan semakin besar perubahan bentuk yang terjadi
sampai batas elastis. Modulus elastis kayu dapat dihitung melalui pemberian beban sebagai
tegangan yang diberikan pada kayu . Nilai modulus elastisitas lentur (E) dalam satuan MPa
dapat diperkirakan dengan Persamaan (2.6) dimana G adalah berat jenis kayu pada kadar air
standar (15%).
Nilai desain untuk modulus elastisitas, E, diestimasi dari nilai rata-rata untuk spesies dan
mutu material. Modulus elastisitas acuan untuk stabilitas balok dan kolom, Emin didasarkan
atas persamaan (7) Emin =E(1-1,645COVE)(1,00)/1,66 (7)
Perilaku Balok Lentur Kayu
yang sejajar serat-serat mempunyai kekuatan tarik yang lebih besar dari pada kekuatan tekan.
Tetapi dari pengujian-pengujian balok-balok yang terlentur yang telah diukur dengan
electrical resistance gauges, ternyata bahwa bukan kekuatan tekan yang menentukan
kekuatan lentur . Lebih tingginya kekuatan lentur disebabkan karena serat-serat tidak ditekan
sama. Serat-serat yang lebih dekat garis netral, dengan tegangan-tegangan tekan yang lebih
rendah, tidak akan menekuk bahkan mendukung serat-serat ujung yang karena itu
memperlihatkan kekuatan tekan lebih besar.
Tegangan Lentur Rumus untuk balok yang menahan tegangan lentur ialah persamaan (8) 𝜎
= 𝑀𝑊 (8) dimana : 𝜎 = Tegangan lentur (kg/cm2) M = Momen lentur maksimum (kg.cm)
W = Modulus penampang (cm3)

Pemeriksaan Kadar Air Kadar air merupakan banyak air yang terdapat dalam kayu yang
dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu bersifat higroskopi, artinya
kayu memiliki daya tarik terhadap air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Kemampuan
kayu untuk mengisap air atau mengeluarkan air tergantung pada suhu dan kelembaban udara
tergantung pada suhu dan kelembaban udara di sekelilingnya. Sehingga banyak air dalam
kayu selalu berubah-ubah tergantung menurut keadaan udara atau atmosfer sekelilingnya.
Semua sifat fisika kayu sanagat dipengaruhi oleh kadar air.

D.BATU BATA

Ciri-ciri batu bata yang bagus Agar tidak salah pilih, penting sekali mengetahui ciri-ciri batu bata
yang bagus dan juga berkualitas. Beberapa ciri batu bata yang berkualitas seperti tahan terhadap air, tidak
gampang hancur, memiliki dimensi yang seragam, berwarna merah keunguan, dan suaranya yang
gemerencing.
Syarat batu bata yang bagus Sama halnya dengan bahan bangunan lainnya, batu bata merah juga
memiliki syarat yang dijadikan sebagai standar yang harus dimiliki. Berikut ini beberapa persyaratan batu
bata atau bata merah menurut SII-0021-78 dan PUBI 1982 adalah sebagai berikut..

 Jika dilihat dari bentuknya, batu bata yang sesuai dengan standar harus berbentuk
prisma segi empat panjang. Selain itu memiliki sudut siku-siku yang tajam serta
permukaan rata atau tidak mudah retak.

 Setiap batu bata memiliki standar ukuran tertentu yang mana dibagi menjadi tiga
kategori:
Modul M-5a: 190x90x65 mm
Modul M-5b: 190x140x565 mm
Modul M-6: 230x110x55mm
 Syarat selanjutnya yaitu batu bata dibagi menjadi 6 kelas kekuatan antara lain
kelas 25, kelas 50, kelas 150, kelas 200, dan kelas 250. Perlu diingat bahwa kelas
kekuatan ini menunjukkan kekuatan tekan rata-rata minimal dari 30 buah bata
yang telah diuji.
 Satu lagi syarat yang harus dipenuhi yaitu batu bata merah tidak mengandung
garam yang dapat larut sedemikian banyaknya sehingga dapat menyebabkan
pengkristalan menutupi lebih dari 50% dari permukaan bata nya.
PROSES PENGUJIAN BATA

Untuk mengetahui baik atau buruknya bata, maka perlu dilakukan pengujian bata agar bisa
menentukan bagaimana kualitas bata tersebut. Proses pengujiannya sendiri terbagi menjadi
beberapa tahapan, yaitu

 Uji serap air Setelah itu Anda bisa merendam nya dalam air sampai bagian pori-
porinya terisi dengan air.Perlu diingat bahwa batu bata atau bata merah yang baik
dan berkualitas akan melakukan penyerapan air kurang dari 20%. Sebaliknya jika
batu bata melakukan penyerapan lebih dari persentase tersebut maka kualitas batu
bata nya buruk.Langkah atau
 Uji Kekerasan Setelah melakukan uji serap air, maka pengujian batu bata selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah uji kekerasan batu bata tersebut. Uji kekerasan batu
bata ini dilakukan dengan menggoreskan kuku pada bagian permukaan bata. Jika
goresan yang dilakukan dengan kuku tersebut menimbulkan bekas goresan maka
kualitas batu bata tersebut kurang bagus.
 Uji Bentuk dan Ukuran Selanjutnya adalah melakukan uji bentuk dan uji ukuran.
Sesuai dengan ulasan yang sudah dituliskan diatas, batu bata memiliki standar
ukuran dan juga bentuk. Pastikan batu bata yang Anda pilih tersebut memiliki bentuk
dan ukuran sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
 Uji Bunyi/Suara Uji bunyi ini dapat dilakukan dengan memegang dua bata kemudian
memukulkannya dengan satu dan lainnya dengan pukulan yang tidak terlalu keras.
Bata merah yang berkualitas baik akan mengeluarkan bunyi yang nyaring begitu pula
sebaliknya. Perlu diingat bahwa uji bunyi atau suara ini merupakan salah satu
parameter untuk mengetahui tingkat kekeringan batu bata yang akan Anda beli.
 Uji Kandungan Garam Satu lagi pengujian yang harus dilakukan adalah dengan cara
merendam sebagian batu bata ke dalam air. Selama proses penyerapan air inilah
garam-garam yang terkandung di dalam bata akan larut ke atas yakni ke bagian yang
tidak terendam air.Nah garam-garam pada bata ini umumnya berupa bercak putih.
Bata yang dikatakan berkualitas baik apabila bercak-bercak putih yang menutupinya
kurang dari 50%. Jika kandungan garam terlalu tinggi pada bata akan membuatnya
mudah sekali rusak.
 serap air proses pengujian bata yang pertama adalah menguji serap air. Pengujian
yang pertama ini dilakukan dengan cara bata diambil secara acak yang sudah dalam
keadaan kering. Ingat, pastikan untuk mengambil sampel bata yang memang kering
secara sempurna.

Anda mungkin juga menyukai