Anda di halaman 1dari 51

Nama : Rouzah Mutiara Silvia

NIM : 1904101010104

Tugas questioner Teknologi Beton

1. Agregat merupakan bahan pembentuk beton yang mempunyai komposisi yang paling besar
dalam struktur beton yang telah mengeras. Jelaskan sifat dan karakteristik agregat yang baik
untuk bisa menghasilkan beton dengan kekuatan optimal.
• Material Agregat harus keras dan tidak mudah hancur, bila dipegang oleh tangan hal ini
berkaitan erat dengan kekuatan pada beton nantinya.
• Material Agregat tidak mengandung garam, karena garam dapat menyebabkan pemekaran
beton karena “bunga-bungan kristal” ( eflorescences ) dari garam, serta mengakibatkan korosi
pada tulangan di dalamnya.
• Material Agregat tidak mengandung mineral logam, terutama besi ( Fe ).
• Tidak mengandung biji-bijian yang mudah tumbuh. Bijian yang tumbuh ini nantinya akan
menggangu pada beton
• Pada material Agregat kadar lumpur, tanah liat dan debu dalam agregat maksimal adalah 2 %.

2. Jelaskan pengaruh ukuran diameter maksimum agregat terhadap sifat mekanis dari beton yang
sudah mengeras.
 Semakin besar diameter maksimum agregat maka dapat dipastikan luas kontak antara
beton dan agregat lebih kecil. Dikarenakan lekatan antara beton dan agregat yang lemah
maka efek yang ditimbulkan adalah kuat tekan beton dan modulus elastisitasnya menjadi
lebih besar. Penelitian oleh Ibragimov (1989) membuktikan bahwa penambahan diameter
agregat memang menaiki kuat tekan tekan beton tapi tidak seberapa karena dalam
pelaksanaanya cenderung mengurangi homogenitas beton. Kuat tarik belah juga menurun.

3. Untuk mengetahui mutu dari agregat, pemeriksaan apa saja yang diperlukan terhadap sifat-sifat
fisis dan mekanis dari agregat?
 Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan

Pemeriksaan ini berpedoman kepada ketentuan AASHTO T-85-74 yang bertujuan untuk menentukan
berat jenis (bulk spesitic gravity), berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu
(appearand spesific gravity) dan penyerapan (absorbsi). Peralatan yang digunakan adalah keranjang
kawat yang berukuran diameter lubang 3,55 mm, berkapasitas 5 kg, saringan ukuran l9,l mm dan
saringan no.4, tirnbangan dan oven.

 Pemeriksaan berat isi agregat

Pemeriksaan ini berpedornan kepada ketentuan AASHTO T-19-74 yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan berat agregat dengan isi wadah. Perneriksaan ini dilakukan dengan tiga cara yaitu
berat isi lepas, berat isi goyangan dan berat isi penusukan, Peralatan yang digunakan adalah wadah
baja selinder berdiarneter 149,6 mm, tinggi 175 mm, tongkat pemadat sepanjang 60 cm, timbangan
dan oven.

 3. Pemeriksaan keausan agregat (abrasi)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan agregat terhadap penghancuran (abrasi)
dengan menggunakan mesin Los Angeles yang berpedornan pada AASHTO T-96-74. Alat yang
digunakan adalah mesin Los Angeles yang terdiri dari selinder baja tertutup pada kedua sisinya
berdiameter 71 cm dan panjang 50 cm, bola-bola baja berdiameter 4,68 cm dengan berat antara 390
- 445 gram, timbangan, oven dan saringan ukuran l9,l mm, 13,2 mm, 9,52 mm dan 1,7 mm (no.l2).

 Pemeriksaan indeks kepipihan dan kelonjongan

Pemeriksaan ini berpedoman kepada ketentuan dari Material For Asphalt pavement (Japan
International Cooperation Agency,1977) yang bertujuan untuk mengetahui persentase agregat yang
berbentuk pipih dan lonjong. Alat yang digunakan adalah saringan ukuran l9,l mm dan 13,2 mm,
timbangan, elongation gange (alat pengukur indeks kelonjongan) dan flaxiness gange (alat pengukur
indeks kepipihan).

 Pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspal

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan persentase luas permukaan batuan yang terselimuti
oleh aspal terhadap keseluruhan luas permukaan dengan nilai batas yang disyaratkan minirnum 95%,
berpedoman pada AASHTO T-182-82. Alat yang dipergunakan adalah wadah untuk mengaduk aspal
dan agregat, timbangan, pisau, pengaduk, gelas pengaduk berkapasitas 600 ml, saringan 13,2 mm
dan 9,5 mm, termometer logam dan air suling.

 Pemeriksaan pelapukan (soundness)


Pemeriksaan ini berpedoman kepada ketentuan AASHTO T-104-77 yang bertujuan untuk memeriksa
keawetan agregat menggunakan larutan Magnesium sulfat (Mg2SO4). Keawetan agegat didapat
dengan rnembandingkan kehilangan berat setelah direndam dalam larutan Mg2SO4 terhadap berat
semula, Alat yang digunakan adalah Saringan ukuran 13,2 mm dan 9,5 mm, gelas perendaman,
magnesium sulfat (Mg2SO4), oven dan timbangan.

 Pemeriksaan mekanis untuk menentukan kekuatan agregat bisa dengan menggunakan tes bejana
Rudelloff ataupun Los Angeles Test sesuai SII 0052-80. Uji keuletan (toughness) dilakukan dengan
mesin kejut (crushing value)

4. Untuk apakah dilakukan pemeriksaan “analisa saringan“ (sieve analysis) dan gradasi butiran dari
agregat pembentuk beton?

 Percobaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat. Data
distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton

5. Karena agregat mempunyai komposisi terbesar dalam beton, maka agregat secara langsung juga
akan mempengaruhi sifat-sifat beton baik sifat fisik maupun mekanis beton. Sebutkan sifat-sifat
beton segar dan beton yang telah mengeras yang dipengaruhi oleh agregat!
: Agregat merupakan bahan pembentuk beton yang mempunyai komposisi yang paling besar
dalam struktur beton. Agregat menempati 70-75% dari total volume beton. Kualitas agregat
sangat mempengaruhi kualitas beton, baik beton segar maupun beton yang sudah mengeras.

Secara umum sifat beton segar yang dipengaruhi agregat bedasarkan tingkat workabilitasnya
dilihat dengan slump test. Agregat yang kasar lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan yang
halus karena air yang diperlukan untuk melakukan proses hidrasi lebih banyak karena komposisi
semen yang lebih banyak. Beton yang terlalu halus ataupun kasar harus diatur rasio air semennya
agar mudah dikerjakan. Begitu pula homogenitas agregat harus dijaga dengan vibrator agar tidak
terjadi segregasi agregat yang mempengaruhi sifat beton ketika mengeras. Pengaruh agregat
sebagaimana disebutkan sebelumnya terhadap beton keras adalah dari sifat fisis, mekanis dan
kimiawinya, gradasi, distribusi dan diameter maksimumnya.
Sifat dan karakteristik agregat yang baik untuk bisa menghasilkan beton dengan kekuatan
optimal:

• jenis agregat (kekerasan, kepadatan, ketahanan abrasi)


• bentuk butiran (bulat, bersudut/irregular, angular, pipih, memanjang, pipih memanjang).
Baik: bulat, bersudut dan angular (batu pecah). Tidak baik: pipih, memanjang, pipih
memanjang.
• tekstur permukaan butiran (mengkilat, rata, granular, kasar, sarang tawon (honey comb)
• gradasi ukuran butiran, untuk agregat kasar ukuran butirnya diatas 4,75 mm sedangkan
agregat halus dibawah nilai 4,75 mm. Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.75 mm
dibagi lagi menjadi 2 yaitu, yang berdiameter 4.75 – 40 mm disebut kerikil beton, dan
yang berdiameter lebih besar dari 40 mm disebut kerikil kasar. Agregat yang digunakan
dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm.
• ukuran butir maksimum
• berat jenis dan berat volume agregat
• absorpsi dan kadar air (oven dry, air dry, saturated surface dry, lembab)
• koefisien muai dan panas jenis agregat

6. Agregat alami biasanya diambil dari sungai baik di hulu, tengah maupun hilir. Agregat merupakan
material yang tidak dapat diperbaharui. Di dunia hampir 60% material konstruksi teknik sipil
dibuat dari beton, artinya ketersediaan agregat dapat berkurang. Jelaskan material alternatif
yang dapat digunakan sebagai substitusi agregat, baik parsial maupun seluruhnya, dan
kemukakan alasannya!.

7. Sebutkan jenis-jenis semen yang anda ketahui beserta kegunaannya!


 Jenis Semen menurut Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) antara lain :
 Semen Portland Putih, digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
 -Semen Portland Pozolan, Produk ini lebih tepat digunakan untuk bangunan umum dan bangunan
yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, seperti: jembatan, jalan raya,
perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.
 Semen Portland, adalah jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di seluruh
dunia karena merupakan bahan dasar beton, dan plesteran semen.
 Semen Portland Campur, suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari
terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik yang bersifat tidak
bereaksi (inert).
 Semen Mansonry, Semen ini lebih tepat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan
dan irigasi. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, paving block,
tegel dan bahan bangunan lainnya.

 Semen Portland Komposit, digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, sama


dengan penggunaan Semen Portland Tipe I dengan kuat tekan yang sama. PCC
mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan
dengan Semen Portland Tipe I, sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan
menghasilkan permukaan beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus

8. Sebutkan bahan dasar (raw material) untuk pembuatan semen dan jelaskan prosesnya. Jelaskan
unsur-unsur utama (klinker) dari semen Portland dan jelaskan sifat-sifatnya!
Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat
dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu:
1. Batu kapur digunakan sebanyak ± 81 %.
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium
Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang baik dalam
penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%

2. Pasir silika digunakan sebanyak ± 9 %


Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika terdapat bersama
oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin
berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah
menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen
adalah dengan kadar SiO2 ± 90%

3. Tanah liat digunakan sebanyak ± 9 %.


Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat
yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ± 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi ± 46 %
4. Pasir besi digunakan sebanyak ± 1%.
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu tercampur
dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam
proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 ± 75% -
80%.
Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen (A).

Proses Pembuatan Semen:

 Quarry : Bahan tambang berupa batu kapur, batu silika,tanah liat, dan material-material lain
yang mengandung kalsium, silikon, alumunium, dan besi oksida yang diekstarksi menggunakan
drilling dan blasting.
 Crushing :Pemecahan material material hasil penambangan menjadi ukuran yang lebih kecil
dengan menggunakan crusher.
 Conveying:Bahan mentah ditransportasikan dari area penambangan ke lokasi pabrik
untuk diproses lebih lanjut dengan menggunakan belt conveyor.
 Raw mill (penggilingan) :Proses Basah penggilingan dilakukan dalam raw mill dengan
menambahkan sejumlah air kemudian dihasilkan slurry dengan kadar air 34-38 %.Material-
material ditambah air diumpankan ke dalam raw mill. Karena adanya putaran, material akan
bergerak dari satu kamar ke kamar berikutnya.Pada kamar 1 terjadi proses pemecahan dan
kamar 2/3 terjadi gesekan sehingga campuran bahan mentah menjadi slurry. Sedangkan, pada
proses kering, terjadi di Duodan Mill yang terdiri dari Drying Chamber, Compt 1, dan Compt 2.
Material-material dimasukkan bersamaan dengan dialirkannnya gas panas yang berasal dari
suspension preheater dan menara pendingin. Pada ruangan pengering terdapat filter yang
berfungsi untuk mengangkut dan menaburkan material sehingga gas panas dan material
berkontaminasi secara merata sehingga efisiensi dapat tercapai. Terjadi pemisahan material
kasar dan halus dalam separator.
 Homogenisasi:Proses Basah, slurry dicampur di mixing basin,kemudian slurry dilairkan ke tabung
koreksi; proses pengoreksian. Sedangkan pada proses kering terjadi di blending silo dengan
sistem aliran corong.
 Pembakaran (pembentukan clinker): Terjadi di dalam kiln. Kiln adalah alat berbentuk tabung
yang di dalamnya terdapat semburan api. Kiln di design untuk memaksimalkan efisiensi dari
perpindahan panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar.
9. Sebutkan dan jelaskan bahan pengikat lainnya yang saudara ketahui selain semen!
Orang zaman dahulu di daerah menggunakan campuran kapur dan tanah liat untuk
mengikat batu-batu yang dipakai untuk membangun benteng (kuta) dan pondasi masjid.
Saat ini ada usaha mencari bahan alternatif semen sebagai pengikat agregat seperti gipsum
dan geo polymer. Di negeri UEA, sulfur yang banyak dihasilkan oleh ladang gas disana
digunakan sebagai alternatif semen.

10. Jelaskan sifat dan karakteristik air yang dapat digunakan sebagai bahan pembentuk beton.
Persyaratan Air untuk campuran beton (SNI 03-6861.1-2002) :
a) Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat
secara visual
b) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter
c) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton
d) (asam-asam, zat organik dsb) lebih dari 15 gram/liter.Kandungan khlorida (Cl) < 0,50 gram/liter,
dan senyawa sulfat < 1 gram/liter sebagai SO3
e) Bila dibandingkaan dengan kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan air suling, maka
penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang diperiksa tidak lebih dari 10%
f) Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat diatas, air tidak boleh mengandung klorida
lebih dari 0,05 gram/liter.

11. Jelaskan sistem dan metode pengecoran beton yang anda ketahui.
Metode kerja pengecoran balok dan pelat lantai
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal hal seperti berikut.
1) Pemeriksaan bekisting meliputi:
a) Ukuran bekisting ( lebar dan tinggi ).
b) Pemeriksaan elevasi dan kelurusan bekisting.
c) Pemeriksaan sambungan pada bekisting.
Pengecekan elevasi bekisting
Setelah pemasangan bekisting pelat lantai selesai dilaksanakan, kemudian dilakukan
pengecekan elevasi dengan menggunakan alat waterpass dan posisi as balok dengan
alat theodolite. Pengecekan elevasi bekisting balok dan pelat lantai adalah sebagai berikut.
1. Pengecekan elevasi balok dilakukan dengan menempatkan alat waterpassdimana
tinggi alat adalah setinggi marking  pada kolom (1,00 m dari permukaan pelat lantai di
bawahnya).
2. Bak ukur ditempatkan pada bagian bawah bekisting balok (bottom).
3. Oleh pelaksana pengukuran ketepatan elevasi bottom dicek dengan alatwaterpass.
 Apabila pembacaan alat waterpass belum menunjukkan elevasi yang sesuai dengan
gambar rencana, maka screwjack  diputar untuk menaikkan atau menurunkan
posisibottom balok.
Pengecekan elevasi bekisting
Setelah pemasangan bekisting pelat lantai selesai dilaksanakan, kemudian dilakukan
pengecekan elevasi dengan menggunakan alat waterpass dan posisi as balok dengan
alat theodolite. Pengecekan elevasi bekisting balok dan pelat lantai adalah sebagai berikut.

Pengecekan elevasi balok dilakukan dengan menempatkan alat waterpass dimana


tinggi alat adalah setinggi marking  pada kolom (1,00 m dari permukaan pelat lantai di
bawahnya).

Bak ukur ditempatkan pada bagian bawah bekisting balok ( bottom).


Oleh pelaksana pengukuran ketepatan elevasi bottom dicek dengan alatwaterpass.

 Apabila pembacaan alat waterpass belum menunjukkan elevasi yang sesuai dengan


gambar rencana, maka screwjack  diputar untuk menaikkan atau menurunkan
posisi bottom balok.
Gambar 1.1 Pengecekan Elevasi Bekisting Balok/Pelat Lantai 
1) Pemeriksaan penulangan meliputi:
g) Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama.
h) Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang.
i) Pemeriksaan panjang overlapping  dan penjangkaran pada tulangan.
j) Pemeriksaan kekuatan bendrat.
k) Pemeriksaan decking  (tebal selimut beton)
Setelah semua pemeriksaan dilakukan dan hasilnya baik, maka bekisting dibersihkan
dengan menggunakan air compressor . Kemudian pelaksanaan pengecoran balok dan pelat
lantai, dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut.
1) Pasang batas pengecoran dengan menggunakan kawat ayam. Pengecoran dihentikan
pada jarak ¼ bentang dari tumpuan, karena pada lokasi tersebut momen yang dipikul balok
dan pelat lantai adalah nol.
2) Beton ready mix  dengan mutu yang disyaratkan dituang dari concrete mixer truck  ke
dalam gerobak untuk dilakukan pengujian slump. Slump yang digunakan adalah12±2.
3) Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix  dituang dariconcrete
mixer truck  ke dalam bucket  pada Concrete pump truck  dan disalurkan dengan pipa baja.
4) Sebelumnya, sambungan beton lama dengan beton baru disiram dengan calbond (super
bonding agent ).
5) Setelah beton ready mix  keluar dari pipa baja, langkah selanjutnya adalah meratakan
beton ready mix  dengan penggaruk dan dipadatkan dengan menggunakan concrete vibrator .
6) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dimana setiap lapis dipadatkan
denganconcrete vibrator  dengan maksud agar terbentuk beton yang benar-benar padat.
7) Pengecoran dihentikan pada batas zona pengecoran.
8) Setelah itu adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah
ditentukan.
9) Setelah beton setengah kaku angkat relat  dan ratakan bekas relat  dengan
menggunakan ruskam.
Standar hasil :
1) Menghasilkan produk beton pada balok dan pelat lantai sesuai dengan rencana, mutu
dan bentuk yang presisi, tidak bocor, tidak lendut, dan tidak retak.
2) Jika ada yang menyimpang maka diperlukan pekerjaan perbaikan.

12. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kuat tekan beton? Jelaskan!
 Sebagaimana yang diuraikan sebelumnya, faktor agregat berperan penting terhadap kuat
beton. Maka dari itu hal tersebut perlu diperhatikan dalam perencanaan campuran beton.
Jenis semen juga berpengaruh tergantung kandungan kimiawi atau tipenya. Kemudian
metode pengecorannya apakah beton itu merata ataukah masih menghasilkan pori yang
banyak. Air berperan dalam proses hidrasi beton, air yang cukup menghasilkan kuat tekan
beton yang baik. Air yang kurang dan berlebihan mengurangi kuat tekannya. FAS yang
dianjurkan adalah sekitaran 0,4.-0,6.

 Faktor eksternal yang mempengaruhi biasanya karena serangan kimiawi. Serangan kimia
pada beton ini secara praktis dibedakan atas lima kategori, yakni kategori senyawa asam,
ammonium, magnesium, sulfat dan hidroksida alkali. Serangan semua senyawa asam dan
sulfat ini berdampak buruk pada beton, sedangkan senyawa ammonium, magnesium dan
hidroksida alkali tidak semuanya mengurangi performa beton. Adiktif yang dipakai dalam
campuran semen sudah dipastikan mempengaruhi kuat tekan.

13. Bagaimanakah hubungan antara faktor air semen (water cement ratio) dengan kuat tekan beton?
 Air dibutuhkan untuk proses hidrasi semen, maka yang diperlukan adalah air yang
secukupnya. Air yang kurang selain menyebabkan proses hidrasi yang tak sempurna juga
menyebabkan workabilitinya rendah akibatnya pemadatan tidak baik dan hasinya kuat
tekan yang rendah. Air yang banyak memang meningkatkan workability tetapi efek yang
ditimbulkan bleeding, pori-pori beton yang besar dan efeknya sama seperti pemadatan
yang kurang baik.
14. Jelaskan apa yang dimaksud dengan setting time pada beton segar.
 Waktu Setting Time Betan adalah waktu yang tepat digunakan untuk memasang beton Beton
kondisi basah atau setengah kering adalah beton yang bisa digunakan. Peng betan dipengaruhi
oleh kelembaban dan beberapa hal lainnya. Untuk bisa digunakan, beton harus memiliki
beberapa sifat seperti andar daya tahan terhadap penyusuan beton.

15. Jelaskan proses hydrasi pada beton!


Hidrasi dapat di kelompokan menjadai 2 kelompok yaitu :

1. Hidrasi dengan temperatur rendah

2. Hidrasi dengan temperatur tinggi.

Keberadaan senyawa-senyawa silikat dan aluminat dalam semen menyebabkan terjadinya reaksi
dengan air jika semen dicampur dengan air. Akibatnya terbentuk suatu senyawa hidrat sebagai
produk dari proses hidrasi yang selanjutnya akan terjadi pengerasan massa. Reaksinya sangat
kompleks, tetapi secara umum dapat dituliskan sebagai berikut (Van Vlack, 1985):

Ca3Al2O6 + 6 H2O Ca3Al2(OH)12 + 200 J/g

Ca2SiO4 + x H2O Ca2SiO x H2O + 500 J/g

Ca3SiO5 + (x+1) H2O Ca2SiO4 x H2O + Ca(OH)2 + 865 J/g

Reaksi di atas hanya berlaku untuk semen Porltland yang banyak digunakan oleh masyarakat.

16. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hydrasi beton!


a. Umur
b. Komposisi
c. Kehalusan
d. Perbandingan air dan semen
e. Temperatur
f. Bahan tambah (admixture)

17. Sebutkan jenis-jenis additive yang anda ketahui beserta kegunaannya dan jelaskan cara kerjanya
di dalam campuran beton!
Jenis-jenis bahan tambah mineral (additive) :
1. Pozzolan
2. Fly ash (abu terbang batu bara)
3. Slag
4. Silica fume

Adapun kegunaan additive adalah:


 Memperbaiki workability beton
 Mengurangi panas hidrasi
 Mengurangi biaya pekerjaan beton
 Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
 Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
 Menambah keawetan (durabilitas) beton
 Meningkatkan kuat tekan beton
 Meningkatkan usia pakai beton
 Membuat beton lebih kedap air (porositas dan daya serap air pada beton rendah)
Cara kerjanya di dalam campuran beton yaitu beton yang kekurangan butiran halus dalam
agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini biasanya
ditambahkan bahan tambah additive yang berbentuk butiran padat yang halus. Penambahan
additive biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya kekurangan agregat halus dan
beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh.

18. Sebutkan jenis-jenis admixture yang anda ketahui beserta kegunaannya dan jelaskan cara
kerjanya di dalam campuran beton!
Menurut ASTM C.494, admixture dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu :
1) Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA)
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengaduk untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Dengan menggunakan jenis bahan
tambah ini akan dapat dicapai tiga hal, yaitu :
 Hanya menambah/meningkatkan workability.
Dengan menambahkan WRA ke dalam beton maka dengan fas (kadar air dan
semen) yang sama akan didapatkan beton dengan nilai slump yang lebih tinggi.
Dengan slump yang lebih tinggi, maka beton segar akan lebih mudah dituang, diaduk
dan dipadatkan. Karena jumlah semen dan air tidak dikurangi dan workability
meningkat maka akan diperoleh kekuatan tekan beton keras yang lebih besar
dibandingkan beton tanpa WRA.
 Menambah kekuatan tekan beton.
Dengan mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi, jumlah semen tetap)
dan menambahkan WRA pada beton segar akan diperoleh beton dengan kekuatan
yang lebih tinggi. Dari beberapa hasil penelitian ternyata dengan fas yang lebih
rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan beton meningkat.
 Mengurangi biaya (ekonomis).
Dengan menambahkan WRA dan mengurangi jumlah semen serta air, maka akan
diperoleh beton yang memiliki workability sama dengan beton tanpa WRA dan
kekuatan tekannya juga sama dengan beton tanpa WRA. Dengan demikian beton
lebih ekonomis karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah semen yang
lebih sedikit.
2) Tipe B : Retarding Admixture
Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses waktu pengikatan
beton. Biasanya digunakan pada saat kondisi cuaca panas, memperpanjang waktu
untuk pemadatan, pengangkutan dan pengecoran.
3) Tipe C : Accelerating Admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat proses pengikatan dan
pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk memperpendek
waktu pengikatan semen sehingga mempecepat pencapaian kekuatan beton. Yang
termasuk jenis accelerator adalah : kalsium klorida, bromide, karbonat dan silikat.
Pda daerah-daerah yang menyebabkan tinggi tidak dianjurkan menggunakan
accelerator jenis kalsium klorida. Dosis maksimum yang dapat ditambahkan pada
beton adalah sebesar 2 % dari berat semen.
4) Tipe D : Water Reducing and Retarding Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air
pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan
beton. Dengan menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka jumlah semen dapat
dikurangi sebanding dengan jumlah air yang dikurangi. Bahan ini berbentuk cair
sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk beton, maka berat admixture ini
harus ditambahkan sebagai berat air total pada beton.
5) Tipe E : Water Reducing and Accelerating Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air
pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan
beton. Beton yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan dihasilkan beton
dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang rendah tetapi tetap
workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan beton yang mempunyai kuat
tekan tinggi dengan waktu pengikatan yang lebih cepat (beton mempunyai kekuatan
awal yang tinggi).
6) Tipe F : Water Reducing, High Range Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 %
atau lebih. Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk
mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga
diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan tinggi dengan jumlah air sedikit, tetapi
tingkat kemudahan pekerjaan (workability beton) juga lebih tinggi. Bahan tambah
jenis ini berupa superplasticizer. Yang termasuk jenis superplasticizera dalah :
kondensi sulfonat melamine formaldehyde dengan kandungan klorida sebesar 0,005
%, sulfonat formaldehyde, modifikasi lignosulphonat tanpa kandungan klorida. Jenis
bahan ini dapat mengurangi jumlah air pada campuran beton dan meningkatkan
slump beton sampai 208 mm. Dosis yang dianjurkan adalah 1 % - 2 % dari berat
semen.
7) Tipe G : Water Reducing, High Range Retarding admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 %
atau lebih sekaligus menghambat pengikatan dan pengerasan beton. Bahan ini
merupakan gabungan superplasticizer dengan memperlambat waktu ikat beton.
Digunakan apabila pekerjaan sempit karena keterbatasan sumberdaya dan ruang
kerja.

19. Sebutkan jenis-jenis beton berdasarkan kelas kuatnya dan jelaskan karakteristiknya!
Jenis-jenis beton berdasarkan kelas kuatnya dan jelaskan karakteristiknya :

a. Beton kelas I
Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non strukturil. Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan
keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu
bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I
dinyatakan dengan Bo.

b. Beton kelas II
Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil secara umum. Pelaksanaannya memerlukan
keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II
dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K175, dan K225. Pada mutu B1, pengawasan mutu
hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan
tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175 dengan keharusan untuk
memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.

c. Beton kelas III


Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil yang lebih tinggi dari K225. Pelaksanaannya
memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.
Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap yang dilayani oleh
tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.

20. Apakah yang dimaksud dengan beton mutu struktural dan non-struktural? Jelaskan!
Beton mutu struktural
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah pimpinan
tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K175, dan
K225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu
bahanbahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-
mutu K125, K175 dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu
dari hasil-hasil pemeriksaan benda.

Beton non struktural

Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi
pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan
tidak disyaratkan pemeriksaan.

21. Sebutkan jenis-jenis beton berdasarkan berat volumenya dan jelaskan karakteristiknya!
Jenis-jenis beton berdasarkan berat volumenya dan jelaskan karakteristiknya :

1. Beton ringan (Light-Weight Concrete) memiliki karakteristik yaitu berat volume nya
antara 0,6-1,8 ton/m3, dipakai untuk bangunan pemikul beban ringan. Aggregat yang
digunakan ialah batu lempung expended clay,verum culie dan lain-lain.

2. Beton normal/biasa (Normal-Weight Concrete) memiliki karakteristik yaitu dipakai


untuk konstruksi tempat tinggal biasa dengan berat volume1,8 - 2,8 ton/m3. Jenis
aggregatnya antara lain : pasir, batu pecah, atau batu pecah.

3. Beton berat (Heavy-Weight Concrete), Beton ini memiliki karakteristik yaitu berat
volume lebih besar dari 2,8 ton/m3 dipakai untuk pelindung terhadap sinar gamma.
Beton ini dipakai untuk reaktor.

22. Jelaskan langkah-langkah dalam perhitungan mix design untuk beton berdasarkan Metode ACI
211.1-91 dan SNI.
Langkah-langkah dalam perhitungan mix design untuk beton berdasarkan Metode ACI 211.1-91:
1. Pemilihan nilai slump

2. Pemilihan ukuran maksimum agregat, perlu memperhatikan:


- 1/3 tebal plat;

- ¾ jarak bersih antar baja tulangan, tendon, tulangan yang digabungkan (bar bundle),
atau ducting;

- 1/5 jarak terkecil bidang bekesting.


3. Penentuan air campuran dan kandungan udara harus perhatikan tabel kandungan
udara, dan tergantung pada :

 ukuran maksimum nominal agregat

 bentuk partikel

 gradasi dari agregat

 temperatur beton

 jumlah dari udara yang dimasukkan

 penggunaan bahan tambahan kimia

4. Penentuan faktor air semen harus perhatikan tabel faktor air semen pada umur 28 hari.
5. Perhitungan kandungan semen atau perhitungan kebutuhan semen, didasarkan pada
hasil tahap 4 dan 5 adalah 165/0,4 = 413 kg/m3 ( 280/0,4 = 700 lb/yd2)
6. Perkiraan kandungan agregat kasar harus perhatikan tabel volume dari agregat kasar
per unit volume beton.

7. Perkiraan kandungan agregat halus atau mencari kebutuhan agregat halus dengan
menggunakan metode berat.

8. Penyesuaian kelembapan pada agregat karena agregat tidak pasti SSD atau OD (Open
Dry) di lapangan, maka hal ini perlu penyesuaian berat agregat karena sejumlah
kandungan air didalam agregat (catatan: bahwa agregat yang sangat kering akan
menyerap air dari campuran yang telah ditentukan) hanya air permukaan perlu
dipcrhatikan, sedang air serapan pada agregat bukan menjadi air cumpuran sebab telah
tercakup pada kelembapan penyesuaian berat pada agregat.

9. Koreksi perhitungan
Percobaan suatu campuran yaitu mempergunakan dalam bentuk hitungan. Jika
beberapa dari mutu beton yang diinginkannya tidak tercapai, maka beton harus
disesuaikan seperti petunjuk di atas. Apabila penyesuaian tampaknya terlalu besar
yang ditunjukkan mungkin hal ini lebih untuk mendesain kembali campuran
keseluruhannya, diharapkan mengubah materialnya.

Sedangkan dengan Metoda SNI


 1. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus dituangkan seluruhnya sebelum
pencampur diisi kembali.
2. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan SNI 03-4433-1997, Spesifikasi
beton siap pakai atau ”Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan
pencampuran menerus” (ASTM C 685).
3. Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut:
a.   Pencampuran harus dilakukan dengan menggunakan jenis pencampur yang telah disetujui.
b.  Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik pembuat.
c.  Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus selama sekurang-kurangnya 1½ menit
setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa
waktu yang lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-
4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
4.     Pengolahan, penakaran, dan pencampuran bahan harus memenuhi aturan yang berlaku pada SNI
03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
5.     Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi:
a.    Jumlah adukan yang dihasilkan.

b.    Proporsi bahan yang digunakan.

c.    Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur.

d.   Tanggal dan waktu pencampuran dan pengecoran.

23.Adakah perbedaaan antara kuat tekan karakteristik (f’ck) dengan f’c rata-rata? Tolong anda
jelaskan!
● Kekuatan tekan karakteristik beton (f’ck) ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah
besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang
kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Yang diartikan dengan kekuatan tekan beton
senantiasa ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang
bersisi 15 (+0,06) cm pada umur 28 hari.

● · Kuat tekan beton(f’c) adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam Mpa), didapat
berdasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Penentuan nilai fc’ boleh juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang
didapat dari hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm. Dalam hal ini fc’ didapat dari
perhitungan konversi berikut ini. Fc’=(0,76+0,2 log fck/15) fck, dimana fck adalah kuat
tekan beton (dalam MPa), didapat dari benda uji kubus bersisi 150 mm. Atau
perbandingan kedua benda uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa diambil berkisar 0,83.

24.Jelaskan urutan pencampuran bahan-bahan pembentuk beton yang menghasilkan kekuatan


optimal!
Urutan pencampuran bahan-bahan pembentuk beton yang menghasilkan kekuatan optimal :
a) Persiapan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah yang terpisah.

b) Persiapkan wadah yang cukup menampung volume beton basah rencana.

c) Masukkan agregat kasar dan agregat halus ke dalam wadah.

d) Dengan menggunakan skop atau alat pengaduk, lakukan pencampuran agregat.

e) Tambahkan semen pada agregat campuran dan ulangi proses pencampuran,


sehingga diperoleh adukan kering agregat dan semen yang merata.

f) Tuangkan 1/3 jumlah air total kedalam wadah, dan lakukan pencampuran sampai
terlihat konsistensi adukan yang merata.

g) Tambahkan lagi 1/3 jumlah air kedalam wadah dan ulangi proses untuk
mendapatkan konsistensi adukan.

h) Lakukan pemeriksaan slump.


i) Apabila nilai slump telah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda uji
silinder dan kubus beton. Jika belum tercapai nilai SLUMP yang diinginkan,
tambahkan sisa air dan lakukan pengadukan kembali.

j) Lakukan perhitungan berat jenis beton basah.

k) Buatlah benda uji silinder dan kubus sesuai dengan petunjuk. Jumlah benda uji
ditetapkan berdasarkan volume adukan.

l) Lakukan pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan,terutama


pemakaian jumlah air dan nilai slump.

25.Mengapa beton harus dirawat selama proses pengerasannya?


Beton harus dirawat selama proses pengerasannya agar hidrasi selanjutnya tidak mengalami
gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang
begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 hari dan beton berkekuatan awal tinggi
minimal selama 3 hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab., kecuali dilakukan
dengan perawatan yang dipercepat.
Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi
tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air,
ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur

26.Apakah yang anda ketahui tentang susut dan rangkak beton? Sebutkan jenis-jenis susut pada
beton dan penyebabnya!.
Rangkak (creep) atau lateral material flow didefinisikan sebagai penambahan regangan
terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja. Deformasi awal akibat pembebanan
disebut sebagai regangan elastis, sedangkan regangan tambahan akibat beban yang sama
disebut rangkak. Nilai rangkak untuk beton mutu tinggi lebih kecil dibandingkan dengan
beton mutu rendah. Umumnya, rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap
kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban
yang bekerja dan kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (deflection). 
Susut (shringkage) didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan
dengan beban. Jika dihalangi secara merata, proses susut dalam beton akan menimbulkan
deformasi yang umumnya bersifat menambah deformasi rangkak. Proses rangkak selalu
dihubungkan dengan susut karena keduanya terjadi bersamaan dan sering kali memberikan
pengaruh yang sama terhadap deformasi. Pada umumnya, beton yang semakin tahan
terhadap susut akan mempunyai kecenderungan rangkak yang rendah, sebab kedua
fenomena ini berhubungan dengan proses hidrasi pasta semen.
27.Mengapa kita perlu melakukan kontrol kualitas (quality control) pada proses pengerjaan beton?
Quality control padaa beton dilakukan agar menjaga apakah mutu beton dapat dicapai .
Pengertian kontrol kualitas disini bukan hanya tergantung test akhir, tetapi harus dilakukan
mulai pemilihan bahan, proses produksi berlangsung ( pada saat pengecekan material,
perencanaan, pencampuran, pengecoran, pemadatan, curing) dan testing benda uji . Kontrol
kualitas juga perlu dilakukan agar variasi dari hasil test atau mutu beton ditekan sekecil
mungkin, memenuhi kriteria perencanaan.

28.Jelaskan pengertian beton segar (fresh concrete)!

Beton segar adalah gabungan antara semen agregat (halus dan kasar) dan air
yang saling mengikatdan belum mengeras masih bersifat lunak dan dapat
membentuk dengan mudah

29.Jelaskan pengertian beton keras (hardened concrete)!


Beton keras adalah batuan tiruan dengan rongga antara butiran yang besar(agregat kasar) dan diisi
dengan batuan kecil (agregat halus) dan pori pori antara agregat halus diisi oleh semen dan air (pasta
semen) saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu kesatuan padat yang tahan lama.

30.Jelaskan sifat dan perilaku beton segar!


a) Je Mudah dikerjakan (wokability)
Kemudahan pengerjaan (wokability) merupakan tingkat kemudahan adukan beton untuk
diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan tanpa mengurangi homogenitas beton, dan
beton tidak terurai (bleeding) yang berlebihan untuk mencapai kekuatan yang
direncanakan. Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan dikerjakan antara lain:
I. Jumlah air yang dipakai dalam campuran beton. Makin banyak air yangdipakai makin
mudah beton segardikerjakan.
II. Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan adukan
beton, karena diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas
yang tetap.
III. Gradasi campuran pasir dan kerikil. Apabila mengikuti gradasi campuran yang telah
disarankan oleh peraturan, maka adukan beton akan mudah dikerjakan.
IV. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara pengerjaan beton.
V. Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai juga berpengaruh terhadaptingkat
kemudahan pengerjaan.
VI. Cara pemadatan adukan beton. Bila dilakukan dengan alat getar, makadiperlukan
tingkat kelecakan (keenceran) yang berbeda.

Faktor utama yang mempengaruhi wokability adalah kandungan air di dalamcampuran,


sedangkan faktor lainnya adalah gradasi agregat, bentuk, dan tekstur permukaan agregat,
proporsi campuran serta kombinasi gradasi. Tingkat kemudahan pengerjaan berkaitan erat
dengan tingkat kelecakan (keenceran) adukan beton. Untuk mengetahui tingkat kelecakan
adukan beton biasanya dilakukan dengan percobaanslump. Makin besar nilai slump berarti
adukan beton semakin encer dan ini berartisemakin mudah dikerjakan. Pada umumnya nilai
slump berkisar antara 5 - 12,5 cm.

b) Pemisahan Kerikil (segregation)


Kecenderungan butir-butir kerikil memisahkan diri dari campuran adukan beton
disebutsegregation. Campuran beton yang kelebihan air dapat menyebabkan segregasi,
dimana terjadi pengendapan partikel yang berat ke dasar beton segar dan partikel-partikel
yang lebih ringan akan menuju ke permukaan beton segar. Hal-hal tersebut akan
mengakibatkan beberapa keadaan pada beton yaitu terdapat lubang-lubang udara, beton
menjadi tidak homogen dan permeabilitas serta keawetan berkurang.

c) Pemisahan Air (bleeding)


Kecenderungan campuran untuk naik ke atas (memisahkan diri) pada betonsegar yang baru
saja dipadatkan disebut bleeding. Hal ini disebabkanketidakmampuan bahan solid dalam
campuran untuk menahan seluruh air campuranketika bahan itu bergerak ke bawah.Air
naik ke atas sambil membawa semen dan butir-butir halus pasir, yang pada akhirnya
setelah beton mengeras akan tampak sebagai selaput. Lapisan ini dikenal
sebagailaitance.Bleeding biasanya terjadi pada campuran beton basah(kelebihan air) atau
campuran adukan beton dengan nilai slump tinggi.

31.Jelaskan sifat-sifat mekanis beton keras!


Kekuatan (strength)

Kekuatan beton meliputi kekuatan tekan, kekuatan tarik dan kekuatan geser.Faktor air semen (fas)
sangat mempengaruhi kuat tekan beton, semakin kecil fassemakin tinggi kuat tekan beton. Kekuatan
beton semakain meningkat dengan bertambahnya umur beton akan terus berjalan walaupun lambat.

Ketahanan Beton

Dikatakan mempunyai ketahanan yang baik apabila bertahan lama dalam kondisi tertentu tanpa
mengalami kerusakan selama bertahun-tahun. Kondisi yang dapat mengurangi daya tahan beton
dapat disebabkan faktor dari luar dan dari dalam beton itu sendiri. Faktor luar antara lain cuaca, suhu
yang ekstrem, erosi,kembang dan susut akibat basah atau kering yang silih berganti dan pengaruh
bahan kimia. Faktor dari dalam yaitu reaksi agregat dengan senyawa alkali.

Rangkak dan Susut

Pembebanan dalam jangka waktu panjang dengan tegangan yang konstanakan mengakibatkan
deformasi yang terjadi secara lambat, yang disebut rangkak (creep). Rangkak dipengaruhi oleh umur
beton, regangan, faktor air semen, dan kekuatan beton.Proses susut (shringkage) didefinisikan
sebagai perubahan bentuk volume yang tidak berhubungan dengan beban. Apabila beton mengeras,
berarti beton tersebut megalami susut. Hal-hal yang mempengruhi susut antara lain mutu agregat
dan faktor air semen. Pada umumnya proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena
keduanya terjadi bersamaan dan seringkali memberi pengaruh yang sama, yaitu deformasi yang
bertambah sesuai dengan bertambahnya waktu.

32.Jelaskan pengertian „workability“!


 Kemudahan pengerjaan (wokability) adalah merupakan tingkat kemudahan adukan beton untuk
diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan tanpa mengurangi homogenitas beton, dan beton
tidak terurai (bleeding) yang berlebihan untuk mencapai kekuatan yang direncanakan.

33.Jelaskan pengertian daktilitas dan apa manfaatnya! Kita ketahui beton merupakan material yang
getas, bagaimana cara untuk meningkatkan daktilitas beton?

34.Jelaskan pengertian “flowability” pada beton segar!


35.Jelaskan pengertian “compactability” pada beton!
 Flowability adalah salah satu bagian dari pengujian beton segar yang dihasilkan berdasarkan tes
slump untuk mengetahui kemampuan mengalir campuran dari beton segar.

36.Jelaskan pengertian bleeding dan segregation pada beton!


 Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh pelepasan air dari
pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di dalam beton segar cenderung untuk
naik ke permukaan.
 Segregasi adalah kecenderungan pemisahan bahan-bahan pembentuk beton. Segregasi sangat
besar pengaruhnya terhadap sifat beton keras. Jika tingkat segregasi beton sangat tinggi, maka
ketidaksempurnaan konstruksi beton juga tinggi. hal ini dapat berupa keropos, terdapat lapisan
yang lemah dan berpori, permukaan nampak bersisik dan tidak merata.

37.Apa penyebab timbulnya pori-pori pada struktur beton yang telah mengeras. Jelaskan jenis pori
berdasarkan ukurannya!.
Banyak penyebabnya dan sebagian sudah dijelaskan semua yaitu akibat pemadatan yang
kurang baik, bleeding, FAS yang terlalu besar dan udara yang terperangkap. Jenis pori
bedasarkan ukuran diperlihatkan pada tabel dibawah :
38.Jelaskan hal-hal yang dapat mempengaruhi durabilitas beton, serta jelaskan jenis beton apa yang
dapat menghasilkan durabilitas yang baik dan mengapa?
Hal hal yang dapat mempengaruhi durabilitas beton :
a) Pengaruh fisik (physical attack) : pelapukan oleh cuaca membeku dan mencair
(freezing and thawing), terjadi pada pasta semen dan aggregate basah dan kering
bergantian, terjadi pada pasta semen perubahan temperatur yang drastis, terjadi pada
pasta semen dan aggregate.
b) Pengaruh kimia (chemical attack) : penetras larutan / unsur kimia kedalam beton
serangan sulfat, terjadi pada pasta semen reaksi alkali-aggregate, terjadi pada
aggregat serangan asam dan alkalis, terjadi pada pasta semen korosi baja tulangan,
terjadi pada tulangan.
Pengaruh mekanis : perubahan volume akibat perbedaan sifat thermal dari aggregat thd pasta
semen, terjadi pada pasta semen dan aggregat abrasi (pengikisan), terjadi pada pasta semen dan
aggregat aksi elektrolisis, terjadi pada pasta semen

39.Jelaskan teknik pengujian beton berdasarkan “load control”! Load control (uji kontrol
pembebanan) adalah merupakan suatu metode Pengujian pada beton yang kecepatan
pengujian berdasarkan besarnya pertambahan beban (load control). Pengaturan kecepatan
load control terdapat dalam pasal 7.4.3 dari ASTM A370-03a yang menyebutkan apabila
mesin uji dilengkapi dengan peralatan yang mengatur kecepatan pembebanan, maka
kecepatan pengujian dari 0.5 fy hingga fy adalah tidak boleh melebihi 690 MPa/min.
Sedangkan kecepatan minimum yang diijinkan adalah tidak boleh kurang dari 70
MPa/min. bersifat setengah merusak atau merusak secara keseluruhan komponen
komponen beton yang diuji. Pengujian yang dimaksud dapat dilakukan dengan beberapa
metode salah satu diantaranya adalah metode uji beban (Load Test). Tujuan load test
pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu struktur atau
bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang
tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya
dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan
tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan hasil pengamatan
40.Jelaskan teknik pengujian beton berdasarkan “displacement control”!
 Displacement control (uji kontrol peralihan/perpindahan pembebanan) adalah merupakan suatu
metode Pengujian pada beton yang kecepatan pengujian berdasarkan besarnya pertambahan
peralihan beban (displacement control). Pengaturan kecepatan displacement control terdapat
dalam pasal 7.4.1 dari ASTM A370-03a, yang menyebutkan bahwa semua kecepatan pengujian
dapat dipergunakan hingga tercapai titik yang bernilai dari setengah dari kuat leleh (0.5 fy).Ketika
tercapai titik tersebut, kecepatan dibatasi agar tidak melebihi 1/16 mm/min dari panjang
reduction section hingga tercapainya titik kuat leleh. Sedangkan kecepatan untuk menentukan
kuat tarik adalah tidak boleh melebihi 1/10 mm/min dari panjang reduction section. Pembatasan
kecepatan minimum juga harus diatur tidak boleh kurang dari 1/10 mm/min kecepatan
maksimal.

41.Sebutkan jenis-jenis keruntuhan dari benda uji beton yang diberikan beban tekan!.
Menurut ASTM C 39-03 ada 5 jenis keruntuhan benda uji silinder yaitu :

1. Kerucut,

2. kerucut dan belah,

3. kerucut dan geser,

4. kolumnar (lajur).

42.Sebutkan jenis-jenis pengujian beton segar beserta metode pengujiannya!


Pengujian Slump, kerucut yang berbentuk terpancung ciptaan “ Abrams”untuk beton yang encer.
Yang dipakai secara intensif dilapangan sangat berguna untuk mendeteksi keseragaman campuran
sebelum dilakukan pencetakan terhadap benda uji. Ada beberapa macam dari bentuk slump yang
terjadi yaitu :
a) Slump yang benar (true Slump)
Suatu campuran yang telah dibuat dikatakan mempunyai true slump, jika kerucut beton
mengalami penurunan secara seragam disetiap sisinya setelah kerucut diangkat.
b) Slump geser (Shear Slump)
Sebagian kerucut beton meluncur kebawah sepanjang bidang miring. Jika hal itu terjadi,
maka pengujian slump harus diulang. Jika bentuk slump itu terjadi secara konsisten maka
berarti sifat kohesi campuran yang diuji adalah kurang baik.
c) Slump runtuh (Collapse Slump)
Campuran dikatakan mempunyai Collapse slump, jika setelah kerucut diangkat campuran
akan mengalami runtuh (collapse).
· Tes Bola Kelly, dikembangkan di Amerika sebagai alternative tes slump, tes ini memiliki
keunikan yang menguntungkan dalam hal pemakaiannya untuk beton dalam gerobak
dorong atau beton dalam cetakan dan tes ini lebih sederhana secara cepat untuk
dilaksanakan dari pada test slump.
· Tes kekentalan Vebe, dikembangkan di Swedia oleh V. Barkner, pada dasar tes penuangan
kembali mengidentifikasikan atas dua hal, yaitu compactability dan mobility dari beton yang
ditargetkan.
· Tes leleh (flow test), beton yang memiliki nilai leleh yang sama berbeda tingkat
kecelakaannya, akan tetapi tes tersebut memberikan perkiraan yang baik dari konsistensi
beton yang cenderung menimbulkan segregasi.

43.Apakah kegunaannya dilakukan percobaan slump pada adukan beton segar? Sebutkan jenis-jenis
keruntuhan slump yang mungkin timbul.
Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh angka slump beton. Pengujian ini dilakukan
terhadap beton segar yang mewakili campuran beton. Hasilpengujian ini digunakan dalam pekerjaan
:
1. Perencanaan campuran beton;
2. Pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.

44.Sebutkan jenis-jenis pengujian beton keras beserta metode pengujiannya!


Jenis-jenis pengujian beton keras beserta metode pengujiannya:
 Pengujian beton keras dan metode pengujiannya:
 Pengujian destruktif (kuat tekan,kuat lentur dan kuat tarik)
 Pengujian non-destruktif (rebound hammer, penetration resistance, pull out,
ultrasonic pulse)
 Pengujian core drilling
 Pengujian permeability dan pengujian carbonation

45.Sebutkan jenis-jenis pembebanan pada pengujian beton keras!


Pengujian beton keras dan metode pengujiannya:
 Pengujian destruktif (kuat tekan,kuat lentur dan kuat tarik)
 Pengujian non-destruktif (rebound hammer, penetration resistance, pull out, ultrasonic pulse)
 Pengujian core drilling

Pengujian permeability dan pengujian carbonation


46.Jelaskan mengapa jenis pembebanan, kecepatan dan besar pembebanan, metode pengujian
dapat mempengaruhi kekuatan beton?
 Karena setiap pembebanan, uji kecepatan dan besar pembebanan memiliki kalibrasi yang
berbeda-beda sehingga mempengaruhi kekuatan beton pada setiap metode yang digunakan
dalam pengujian beton.

47.Mengapa beton harus diperkuat dengan baja tulangan apabila digunakan sebagai material
konstruksi. Parameter apa yang diperlukan dari beton dan baja dalam suatu perencanaan
struktur beton bertulang?
Kuat tarik dari beton hanyalah seperduabelas kuat tekannya. Sehingga untuk kebutuhan
struktur akan sangat tidak efisien jika mengandalkan kuat tariknya sendiri yang bisa
mengakibatkan struktur terlalu besar. Untuk mengakalinya, digunakan kombinasi dengan
baja tulangan yang bagus dalam hal kuat tariknya

48.Mengapa dapat timbul retak pada beton. Jelaskan jenis dan tipe retak yang mungkin terjadi pada
beton dan penyebabnya!.

Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton Bertulang

1.Sifat Beton

Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimbulkan keretakan kita harus
melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat awal pembuatan beton
bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil, pasir, air, semen, dan baja
tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan mengalami pengurangan volume dari volume
awal. Umumnya hal ini disebabkan air yang terkandung pada campuran beton akan mengalami
penguapan sebagian yang mengurangi volume beton bertulang tersebut.

Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan akibat dari volume beton
berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton tersebut dibiarkan untuk
menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak akan mengalami keretakan. Tetapi pada
kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada beton yang tidak mengalami pembebanan. Karena tidak ada
balok atau kolom pada bangunan yang berdiri sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain
dan hal ini akan membuat beton bertulang bekerja menahan beban-beban pada bangunan.

Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan volume kemudian terjadi
pembebanan, maka retakan pun tidak dapat dihindari.

2. Suhu

Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton bertulang. Maksud suhu
disini adalah suhu campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena pada saat campuran beton
bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari air dengan semen akan terus
meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu tinggi, pada saat beton sudah keras
sering timbul retak-retak pada permukaan beton.

3. Korosi pada tulangan

Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan yang terjadi akibat dari sifat beton itu sendiri, beton diberi
tulangan pada bagian dalamnya yang terbuat dari baja. Sehingga diharapkan dengan adanya baja
tulangan tersebut retakan akibat dari sifat beton disebar pada keseluruhan beton menjadi bagian-
bagian yang sangat kecil sehingga retakan tersebut dapat diabaikan. Tetapi apabila tulangan yang
dipakai pada saat pembuatan beton sudah meengalami korosi, tulangan tersebut itu pun akan
menyebabkan retakan pada saat beton mengeras.

4. Proses pembuatan yang kurang baik

Banyak sekali penyebab retak yang terjadi pada beton bertulang disebabkan oleh proses pembuatan
yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton mengalami perkerasan dimana banyak
mengeluarkan air, maka perlu adanya perawatan pada beton agar pengeluaran air dari campuran
beton tidak berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada saat beton terbentuk
maka terjadi banyak retakan.

5. Material yang kurang baik.

Banyak sekali terjadi keretakan pada struktur beton bertulang diakibatkan karena material
penyusunnya yang kurang baik. Beberapa hal diantaranya yang sering ditemukan adalah aggregat
halus atau pasir yang kurang bersih, masih bercampur dengan lumpur sehingga ikatan antara PC dan
aggregat menjadi terlepas. Sehingga ketika beton mengering maka retakan-retakan akan mudah
sekali terjadi.

6. Cara penulangan

Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang kurang tepat. Hal
yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai permukaan beton terlampau besar.
Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari baja tulangan tersebut adalah untuk menahan
gaya lintang (pada balok dan plat), deformasi akibat lendutan, serta gaya geser.

Jika tebal selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari permukaan struktur
beton sampai pada bagian tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya tulangan dibuat agak keluar,
dan selimut atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis mungkin (1,5 s/d 2 cm). Karena gaya
tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung permukaan beton tersebut.

Faktor- Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Setelah Pembuatan Beton Bertulang

1. Pengaruh lingkungan

Karena beton bertulang pada bangunan mengalami kontak langsung dengan cuca luar, pengaruh
cuaca ini sedikit banyakanya memberi andil dalam keretakan pada beton sehingga konstruksi
bangunan yang berumur cukup lama banyak mengalami retakan. Salah satu pengaruh lingkungan
yang menyebabkan beton retak adalah akibat dari air hujan. Akibat sekian lama beton pada
bangunan tua menerima air hujan secara langsung, lama – kelamaan air hujan masuk meresap
kedalam pori-pori beton yang kemudian mencapai tulangan pada beton.

Apabila saat air hujan telah mengenai baja tulangan, maka akan terjadi reaksi antara baja tulangan
dengan tulangan yang menyebakan baja tulangan menjadi berkarat atau korosif. Akibat korosifnya
baja tulangan dan ditambah faktor luas seperti pembebanan mengakibatkan beton akan mengalami
retak-retak.

2. Pembebanan

Setelah struktur beton bertulang sudah jadi dan bangunan secara keseluruhan telah siap untuk
digunakan, maka struktur beton bertulang tersebut akan menerima beban-beban. Beban-beban yang
bekerja pada struktur beton bertulang secara umum terdiri atas bebean sendiri dan beban luar
(beban akibat angin, manusia, beban gempa, dsb).

Apabila struktur beton bertulang tersebut menerima beban sesuai dengan kapasitas atau kuat
dukung beban yang direncanakan, seharusnya struktur beton tersebut akan baik-baik saja. Tetapi
kadangkala beton akan menerima beban diluar kemampuannya, dan biasanya pembebanan yang
melebihi kapasitas yang telah direncanakan itulah yang menyebabkan keretakan pada struktur
beton.

Pada saat terjadi keretakan, besi tulangan (pada daerah tarik) tersebut mulai mengambil alih secara
penuh beban tarik yang terjadi. Artinya beton (daerah tarik) sudah tidak memikul beban tarik. Beban
tarik dialihkan ke besi tulangan. Secara struktural kondisi ini memang dirancang seperti itu dan
kekuatan struktur masih dapat dipertanggung jawabkan. Beton yang retak saat beban mulai
bertambah sama sekali tidak berarti ada kegagalan struktur.

Lokasi retakan yang terjadi saat beban mulai membesar adalah pada daerah tumpuan / ujung balok
sisi atas dan tengah bentang di sisi bawah. Pengalaman saya, retak yang terjadi hanya 1-2 retakan di
satu tempat observasi. Dimana tebalnya juga tidak besar. Bahkan seringkali hanya retak rambut.
Keretakan seperti ini mestinya tidak perlu diperbaiki sama sekali. Ini kondisi yang alamiah terjadi dan
memang perhitungannya sudah memperhitungkan retak itu akan terjadi.

Jika retak beton yang terjadi masih wajar seperti retak halus atau retak rambut , maka tidak perlu
diperbaiki. Tidak perlu juga untuk khawatir, karena perhitungan struktur beton memang sudah tidak
memperhitungkan beton yang mengalami retak. Namun jika retak yang terjadi cukup parah, perlu
dilakukan penelitian yang lebih rinci yang melingkupi perhitungan struktur sesuai kondisi lapangan.
Apakah cukup ditutup dengan epoxy, memperbesar dimensi struktur beton bertulangnya atau diberi
perkuatan tambahan.

49.Apa yang anda ketahui tentang Reaksi Alkali Silika pada beton!

Secara sederhana reaksi alkali silica (RAS) pada beton ditulis :

Ca(OH)2 + H4SiO4 → Ca2+ + H2SiO42− + 2 H2O → CaH2SiO4 · 2 H2O


Mekanisme RAS yang menyebabkan kerusakan pada beton dibagi kepada empat tahap :

1. Larutan alkali menyerang kerikil agregat. Mengubahnya menjadi gel alkali silikat liat.
2. Penggunakan alkali diakibatkan reaksi mempengaruhi pelepasan ion Ca 2+ kepada air pori semen.
Ion kalsium kemudian bereaksi dengan gel lalu mengubahnya menjadi C-S-H yang padat.
3. Penetrasi larutan alkali mengubah logam kerikil menjadi gel silica yang besar. Tekanan ekpansi
hasil tersebut terjadi pada agregat.
4. Akumulasi retak meretakkan agregat dan pasta semen dimana tekanan melampaui kemampuan
agregat.

50.Jelaskan mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi pada balok beton bertulang yang dibebani
dengan beban lentur?
Setidaknya ada tiga mekanisme keruntuhan balok akibat beban lentur :

1.) Penampang balanced, tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai
tegangan batasnya dan akan hancur akibat tekan.

2.) Penampang over reinforced, keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang
tertekan. Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang digunakan lebih banyak daripada
yang diperlukan dalam keadaan balanced.

3.) Penampang under reinforced, keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan
baja. Kondisi ini terjadi karena tulangan yang dipakai pada balok kurang dari yang
diperlukan pada kondisi balanced.

51.Apakah yang anda ketahui tentang „non-destructive test“ pada beton keras? Sebutkan jenis-jenis
pengujiannya.
Pembebanan tak langsung (non-destructive test) adalah pengujian beton yang dilakukan
dengan tidak merisak beton yang akan diuji. Uji tak rusak (NDT) adalah grup macam teknik
analisis yang digunakan dalam ilmu pengetahuan dan industri untuk mengevaluasi sifat dari
komponen, material atau sistem tanpa menyebabkan kerusakan. Karena NDT tidak permanen
mengubah anggaran yang diperiksa, itu adalah sangat -berharga teknik yang dapat menghemat
uang dan waktu dalam evaluasi produk, pemecahan masalah, dan penelitian. NDT umum
metode ini termasuk ultrasonik, magnetik-partikel, penetran cair, radiografi, dan pengujian
eddy-saat ini.
NDT adalah alat yang sering digunakan dalam rekayasa forensik, teknik mesin, teknik elektro,
teknik sipil, rekayasa sistem, teknik penerbangan, obat-obatan, dan seni.

52.Apakah yang anda ketahui tentang beton mutu tinggi (high-strength concrete) dan beton mutu
ultra tinggi (ultra high-strength concrete)?
Sesuai dengan perkembangan teknologi beton, kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai
dengan kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an, beton dengan kuat tekan
30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Pada tahun 1960an hingga awal 1970an,
kriterianya lebih lazim menjadi 40 MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan diatas 50 MPa,
dan 80 MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120 MPa bisa dikategorikan sebagai beton
bermutu ultra tinggi.

53.Apakah yang anda ketahui tentang beton yang bisa memadat sendiri (self-compacting concrete)?
Beton memadat mandiri (self compacting concrete, SCC) adalah beton yang mampu mengalir sendiri
yang dapat dicetak pada bekisting dengan tingkat penggunaan alat pemadat yang sangat sedikit
atau bahkan tidak dipadatkan sama sekali.Beton ini dicampur memanfaatkan pengaturan ukuran
agregat, porsi agregat dan van admixture superplastiziser untuk mencapai kekentalan khusus yang
memungkinkannya mengalir sendiri tanpa bantuan alat pemadat.Sekali dituang ke dalam cetakan,
beton ini akan mengalir sendiri mengisi semua ruang mengikuti prinsip grafitasi,termasuk pada
pengecoran beton dengan tulangan pembesian yang Sangat rapat.Beton ini aka mengalir ke semua
celah di tempat pengecoran dengan memanfaatkan berat sendiri campuran beton Ladwing, II –
M.,Woise,F.,Hemrich, W . and Ehrlich, N . (2001).Beton memadat mandiri pertama kali
dikembangkan di jepang pada tahun 1990-an sebagai upaya untuk mengatasi persoalan pengecoran
komponen gedung artistik dengan bentuk geometri tergolong rumit bila dilakukan pengecoran
beton normal.Riset temtang beton memadat mandiri masih terus dilakukan hingga sekarang dengan
banyak aspek kajian, misalnya ketahanan (durability),permeabilitas dan kuat tekan (compressive
strength).Kekuatan tekan beton kering 102 Mpa sudah dapat dicapai karena penggunaan admixture
superplastiziser yang memungkinkan npenuruna rasio air-semen (w/c) hingga nilai w/c = 0,3 atau
lebih kecil.

Mekanisme Pengaliran Beton Memadat Mandiri

Menurut Hela dan Hubertova (2006) kemampuan mengalir dengan tingkat ketahanan
terhadap segregasi yang tinggi pada beton memadat mandiri disebabkan oleh dua resep
kunci sebagai berikut :
pada campuran.

 Penggunaan superplastiziser yang memadai dengan sangat ketat mengatur komposisi


agregat
 Rasio air-semen (w/c-ratio) yang rendah dengan mengendalikan volume agregat yang
dikombinasikan denhan agregat pengisi 0,125 mm menyebabkan campuran beton ini tidak
mudah mengalami segregasi.

Pada komposisi campuran beton, perbedaan utama beton memadat mandiridenganbeton


konvensional adalah penggunaan porsi bahan pengisi yang cukup besar, sekitar 40 % dari
volume total campuran beton.Bahan pengisi ini adalah pasir butiran halus dengan ukuran
butiran maksimum (dmax ) ≤ 0,125 mm.Porsibesar bahan pengisi ini menyebabkan
campuran beton cenderung berprilaku sebagai pasta.Penggunaan superplastiziser yang
memadai, biasanya berbahan polycarboxylate, memungkinkan penggunaan air pada
campuran dapat dikurangi, namun pengurangan pengerjaan (workability) dan kemampuan
pengaliran (flowability) campuran beton dapat dijaga.

Bahan pengisi tambahan lain yang digunakan dalam penbuatan beton memadat mandiri
adalah abu terbang , silica fume, terak (blastfurnace slag), metakaolin dan lain-lain.Hela dan
Hubertova (2006).

Beton Memadat Mandiri untuk Pembuatan Komponen Bangunan Pracetak

Kemudahan dalam hal pencetakan tidak memerlukan penggetar menjadikan beton


memadat mandiri banyak dimanfaatkan dalam industri komponen pracetak.Rise, G.and
Skarendahl, A. (1999).Beberapa artikel tentang penggunaan beton memadat mandiri untuk
bahan beton pracetak panel dinding dan lantai bangunan ditulis oleh Tegar, Rudolf
(2001),perancangan dan penbangunan gedung The Phaeno Science Center di
Wolfsburg,Meyer dan Bahrie (2004),pengalaman produsen beton pracetak Consolis di Eropa
menggunakan bahan beton memadatmandiri, Juvas (2004).

Menurut Rise,Grand Skarendahl, A. (1999),pada pekerjaan pembetonan struktur beton


pracetak, Penggunaan beton memadat mandiri sangat berkontribusi pada penggunaan item
pekerjaan dan peningkatan kecepatan kerja.Penggunaan beton memadat mandiri akan
memperpendek siklus waktu pencetakan.Hal ini berarti bahwa dengan waktu kerja tertentu,
tingkat produktifits dalam bentuk jumlah hasil produk akan lebih tinggi dibandingkan capaian
pada sistem pembetonan normal.Keuntungan lain adalah penghematan energi yang digunakan
untuk penggetar dan penghilangan suara bising yang memungkinkan perbaikan suasana lingkungan
pekerjaan proyek.

54.Apakah yang anda ketahui tentang beton ringan (light-weight concrete)?


 Dibuat dengan menggunakan agregat ringan atau dikombinasikan dengan agregat normal
sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton dengan berat isi yang lebih kecil (lebih ringan)
daripada beton normal. Berat isi beton ringan mencapai 2/3 dari beton normal. Tujuan
penggunaan beton ringan adalah untuk mengurangi berat sendiri dari struktur sehingga
komponen struktur pendukungnya seperti pondasinya akan menjadi lebih hemat.
 Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan merupakan agregat ringan juga.
Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil pembakaran shale, lempung, slates,
residu slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat
ringan sekitar 1900kg/m3 atau berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar
antara 1440-1850kg/m3 , dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 MPa.

55.Apakah yang anda ketahui tentang beton serat (fibre reinforced concrete)? Sebutkan jenis-jenis
serat yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat beton!
 Beton berserat adalah beton yang dicampur dengan serat (fiber) yang berfungsi meningkatkan
property si beton itu. Di masa kini, beton berserat lebih berfungsi meningkatkan kekuatan tarik
atau juga meningkatkan daktilitas si beton.
 Beton serat (fibre reinforced concrete) merupakan campuran beton ditambah serat, umumnya
berupa batang-batang dengan ukuran 5-500μm, dengan panjang sekitar 25 mm. Bahan serat
dapat berupa serat asbestos, fiber baja (steel fibre), fiber polypropylene (sejenis plastik mutu
tinggi), fiber kaca (glass fibre), fiber karbon (carbon fibre), serta fiber dari bahan alami (natural
fibre), seperti ijuk, rambut, sabut kelapa, serat goni dan serat tumbuh-tumbuhan lainnya.
Kelemahannya sulit dikerjakan, namun lebih banyak kelebihannya antara lain kemungkinan
terjadi segregasi kecil, daktail, dan tahan benturan.
 Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunannya yang terdiri dari bahan semen, agregat
kasar,agregat halus, air dan bahan tambah (Tri Mulyono, 2003). Kelebihan beton yaitu memilki
kuat desak yang tinggi, tahan api dan mudah dibentuk. Namun disamping mempunyai kelebihan
tersebut, beton juga mempunyai kelemahan yaitu, kuat tarik yang rendah.Usaha untuk
menambah kuat tarik beton, dilakukan dengan cara menambah serat (fiber) dalam campuran
beton, penambahan serat ( fiber ) dilakukan dengan cara memberikan semacam penulanganyang
disebarkan merata dengan orientasi sebaran yang acak dengan tujuan meningkatkan kuat tarik
beton.Ada berbagai macam bahan fiber yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat
betonseperti yang telah dilaporkan oleh ACI Committee 544 (1982) dan Soroushian & Bayasi
(1987).Bahan –bahan fiber tersebut antara lain berupa serat baja ( steel fiber ), kaca ( glass
fiber ),plastic( polypropylene ) dan karbon (carbon) serta serat alami yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan sepertiijuk, serat bambu dan lainnya.Pada penelitian ini digunakan serat berupa serat
anyaman kawat (kasa) aluminium pada kadar optimum yaitu sebesar 0,2% dengan variasi
panjang serat dengan tujuan untuk mendapatkan nilai kapasitas lentur yang paling maksimum.

56.Sebutkan jenis serat alami dan serat sintetis yang banyak digunakan pada beton. Jelaskan
parameter mekanis utama dari serat yang dapat memperbaiki sifat dan karakteristik beton yang
telah mengeras!

57.Jelaskan mekanisme bekerjanya serat di dalam matriks beton agar dapat mengurangi kegetasan
beton!.
58.Apakah yang anda ketahui tentang beton polymer?
Beton polimer atau PC (Polymer Concrete) terdiri dari suatu polimer yang bahan perekatnya
berupa thermosetting polimer dan bahan pengisinya berupa agregat (kumpulan pasir atau
kerikil) [7]. Beton polimer memiliki sifat tahan terhadap penyerapan air, tidak terpengaruh
sinar ultra violet, daya tahan korosi lebih baik, tahan terhadap larutan agresif seperti bahan
kimia serta kelebihan lainnya. Yang lebih istimewa lagi, beton polimer bisa mengeras di
dalam air sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki bangunan-bangunan di dalam air.
Beton Polymer terdiri dari:
1. Polymer Concrete: Polymer sebagai bahan pengikat (berbentuk padat)
2. Latex-modified concrete (Polymer Portland Cement Concrete). Untuk menggantikan
sebagian air campuran dengan latex (polymer emulsion)
3. Polymer-impregnated concrete. Untuk menggantikan sebagian semen dengan polymer
(Jenis Methyl Methacrylate, Styrene). Berfungsi untuk mengurangi kadar pori,
meningkatkan durabilitas.

Dengan pemberian polimer sebagai bahan perekat tambahan pada campuran beton, akan
dihasilkan beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi dan dalam waktu yang lebih singkat. Bahan
yang ditambahkan bisa berupa latex maupun emulsi dari bahan lain.Jenis ini cocok digunakan
pada pekerjaan-pekerjaan pembetonan dalam keadaan darurat seperti terowongan, tambang dan
pekerjaan lain yang membutuhkan kekuatan beton dalam waktu singkat bahkan dalam hitungan
jam.Disamping itu, jenis beton polimer bisa dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan
terhadap bahan kimia tertentu. Metode panambahan polimer selain pada campuran beton, bisa
juga dilakukan pada saat beton sudah kering dengan tujuan untuk menutup pori-pori beton dan
retak kecil (microcrac) karena pengeringan sehingga didapatkan beton yang kedap air
(inpermiable) sehingga keawetan beton bisa meningkat.

Beton polimer memiliki sifat mekanik serta perilaku yang berbeda satu dengan yang lainnya
karena tergantung bahan yang digunakan, sehingga mendorong dilakukannya banyak
penelitian untuk mempelajari sifal dan perilaku tersebut.Beton polimer ini dibuat dengan
system prepacked, dengan komposisi terdiri dari unsaturated polyester (UP) ditambah styrene
monomer (SM) sebagai binder matrix dan methyl ethyl keton peroxide (MEKPO) sebagai
initiator serta cobalt napthenate (CoNp) sebagai promotor dan agregat kasar sebagai inklusi.
Dalam komposisi adukan dilakukan variasi terhadap prosentase polimer dan filler yakni abu
terbang sedangkan bahan penyusun lainnya tetap.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sifat mekanik serta pengaruh persentase polimer terhadap harga redaman yang dilakukan
dengan Modal Testing. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan serangkaian pengujian
terhadap agregat serta beton polimer.Dari basil pengujian didapat kuat tekan 19,02 MPa s.d
41,489 MPa, kuat tekan maksimum didapat pada prosentase polimer 55%, untuk kuat tarik
dicapai 4,300 MPa s.d 6,023 MPa, kuat tarik maksimum didapat pada prosentase polimer
65%. Nilai modulus elastisitas dengan cara tekan dan cara lentur masing-masing 952,4 s.d
1956,4 MPa serta 1212,985 s.d 3812,067 MPa, nilai modulus membesar dari kadar filler 50%
lalu 35% sampai 45%. Konstanta poison yang didapat 0,12 s.d 0,21 sedangkan nilai redaman
1,669% s.d 3,017%. Hasil juga menunjukkan bahwa semakin banyak prosentase polimer
maka harga loss factor (ri), koefisien redaman (c) dan damping ratio (p,) semakin kecil, ini
menunjukkan abu terbang sebagai filler berpengaruh untuk menaikkan loss factor, koefisien
redaman serta damping ratio.

59.Polymer dapat dipakai sebagai pengganti bahan pembentuk beton apa dan mengapa? Sebutkan
jenis polymer alami yang dapat digunakan.
Polimer alami yang dapat digunakan seperti kayu, kulit binatang,kapas, karet alam, dll

60.Jelaskan metoda dan prosedur asesmen (evaluasi kekuatan struktur) dari konstruksi beton
eksisting dan apa kegunaannya?
 Tahapan asesmen yaitu tahapan asesmen awal dan asesmen detail. Tahapan analisis dilakukan
terhadap kondisi kekuatan komponen struktur. Proses asesmen dilakukan melalui pengujian
lapangan dan laboratorium. Pengujian di lapangan biasanya menggunakan peralatan Schmidt
Rebound Hammer Test dan Ultrasonic Pulse Velocitymeter untuk mengetahui kuat tekan beton;
Theodolite, Waterpass, dan meteran untuk pengukuran geometris bangunan; Microcrackmeter
untuk mengetahui lebar dan kedalaman retakan; dan Rebar Locator/R-bar meter serta
Kaliper/Jangka Sorong untuk mengetahui jumlah dan diameter baja tulangan terpasang.
Pengujian di laboratorium untuk uji tarik baja tulangan terpasang. Analisis data biasanya
menggunakan progam SAP 2000 v14.0.0 Advanced dan alat pendukung lainnya.
 Kegunaannya ialah bertujuan untuk mengetahui kekuatan sisa, nilai defleksi, dan interstory drift
pada komponen struktur bangunan serta mengetahui tingkat keamanan struktur pada kondisi
eksisting beton/bangunan.

61.Jelaskan teknik dan metode perbaikan (retrofitting) dan perkuatan (strengthening) struktur beton
yang anda ketahui.
Teknik dan metode perbaikan (retrofitting) :

Penentuan metode dan material perbaikan umumnya tergantung pada jenis kerusakan yang ada,
disamping besar dan luasnya kerusakan yang terjadi, lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang
tersedia, kemampuan tenaga pelaksana serta batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang
kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya perbaikan. Jenis kerusakan yang sering
terjadi adalah kerusakan berupa keretakan dan spalling (terlepasnya bagian beton).

a. Keretakan
Keretakan dibedakan retak struktur dan non-struktur. Retak struktur umumnya terjadi pada elemen
struktur beton bertulang, sedang retak non-struktur terjadi dinding bata atau dinding non-beton
lainnya. Untuk retak non-struktur, dapat digunakan metode injeksi dengan material pasta semen yang
dicampur dengan expanding agent serta latex atau hanya melakukan sealing saja dengan material
polymer mortar atau polyurethane sealant. Sedang pada retak struktur, digunakan metode injeksi
dengan material epoxy yang mempunyai viskositas yang rendah, sehingga dapat mengisi dan sekaligus
melekatkan kembali bagian beton yang terpisah. Proses injeksi dapat dilakukan secara manual maupun
dengan mesin yang bertekanan, tergantung pada lebar dan dalamnya keretakan.

b. Spalling
Metode perbaikan pada kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling yang terjadi.

c. Patching
Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang tidak luas, dapat
digunakan metode patching. Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan
melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah
penekanan pada saat mortar ditempelkan; sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.

Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah
terpasang (lihat maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan
perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy
mortar.

d. Grouting
Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting, yaitu metode
perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink mortar. Metode ini dapat
dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa. Pada metode perbaikan ini yang perlu
diperhatikan adalah bekisting yang terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi
yang mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan
grouting. Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan tidak susut. Umumnya digunakan
bahan dasar semen atau epoxy.

e. Shotcrete (Beton Tembak)


Apabila spalling yang terjadi pada area yang sangat luas, maka sebaiknya digunakan metode Shot-crete.
Pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya pengecoran pada umumnya.

Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix dan wet-mix.Pada sistim dry-mix, campuran yang
dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering, dan akan tercampur dengan air di ujung selang.
Sehingga mutu dari beton yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang memegang
selang, yang mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam perawatan mesin shotcretenya,
karena tidak pernah terjadi ‘blocking’. Pada sistim wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin
berupa campuran basah, sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini
memerlukan perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’. Pada metode shotcrete,
umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan
mempercepat pengerasan dan mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh
(rebound).

f. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)


Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup dalam adalah
dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang dihasilkan adalah dengan cara
menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari volume kerusakan) kedalam bekisting, setelah itu
dilakukan pemompaan bahan grout, kedalam bekisting. Material grout yang umumnya digunakan adalah
polymer grout, yang memiliki flow cukup tinggi dan tidak susut.

Teknik dan Metode perkuatan (strengthening) :

Dalam pemilihan metode pengkuatan, harus diperhatikan beberapa hal yaitu kapasitas struktur,
lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga pelaksana serta
batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu
pelaksanaan dan biaya perkuatan.

Metode perkuatan yang umumnya dilakukan adalah : - Memperpendek bentang dari struktur dengan
konstruksi beton ataupun dengan konstruksi baja.

Tujuannya adalah memperkecil gaya-gaya dalam yang terjadi, tetapi harus dianalisa ulang akibat dari
perpendekan bentang ini yang menyebabkan perubahan dari gaya-gaya dalam tersebut. Umumnya
dilakukan dengan menambah balok atau kolom baik dari beton maupun dari baja.

- Memperbesar dimensi daripada konstruksi beton.


Umumnya digunakan beton sebagai material untuk memperbesar dimensi struktur; dengan adanya
admixture beton generasi baru, dimungkinkan untuk menghasilkan beton yang dapat memadat sendiri
(self compacting concrete), dibahas di bagian 4 – Self Compacting Concrete. Akibat dari penambahan
dimensi tersebut, maka harus diperhatikan bahwa secara keseluruhan beban dari Bangunan tersebut
bertambah, sehingga harus dilakukan analisa secara menyeluruh dari struktur atas sampai pondasi.

- Menambah plat baja.


Tujuan dari penambahan ini adalah untuk menambah kekuatan pada bagian tarik dari struktur
Bangunan. Didalam penambahan plat baja tersebut, harus dijamin bahwa plat baja menjadi satu
kesatuan dengan struktur yang ada, umumnya untuk menjamin lekatan antara plat baja dengan struktur
beton digunakan epoxy adhesive.

- Melakukan external prestressing.


Dengan metode ini, kapasitas struktur ditingkatkan dengan melakukan prestress di luar struktur, bukan
didalam seperti pada struktur baru. Yang perlu diperhatikan adalah penempatan anchor head, sehingga
tidak menyebabkan perlemahan pada struktur yang ada. Material yang umumnya digunakan adalah baja
prestress, tetapi pada saat ini sudah mulai digunakan bahan dari FRP (Fibre Reinforced Polymer).

- Menggunakan FRP (Fibre Reinforced Polymer)


Prinsip daripada penambahan FRP sama seperti penambahan plat baja, yaitu menambah kekuatan di
bagian tarik dari struktur. Tipe FRP yang sering dipakai pada perkuatan struktur adalah dari bahan
carbon, aramid dan glass. Bentuk FRP yang sering digunakan pada perkuatan struktur adalah Plate /
Composite dan Fabric / Wrap. Bentuk plate lebih efektif dan efisien untuk perkuatan lentur baik pada
balok maupun plat serta pada dinding; sedang bentuk wrap lebih efektif dan efisien untuk perkuatan
geser pada balok serta untuk meningkatkan kapasitas beban axial dan geser pada kolom.

- Self Compacting Concrete (SCC)


Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah beton segar yang sangat
plastis dan mudah mengalir karena berat sendirinya mengisi keseluruh cetakan yang dikarenakan beton
tersebut memiliki sifat-sifat untuk memadatkan sendiri, tanpa adanya bantuan alat penggetar. Beton
SCC yang baik harus tetap homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak terjadi blocking, dan tidak bleeding.
Pemakaian beton SCC sebagai material repair dapat meningkatkan kualitas beton repair oleh karena
dapat menghindari sebagian dari potensi kesalahan manusia akibat manual compaction. Pemadatan
yang kurang sempurna pada saat proses pengecoran dapat mengakibatkan berkurangnya durabilitas
beton. Sebaliknya dengan beton SCC struktur beton repair menjadi lebih padat terutama pada daerah
pembesian yang sangat rapat, dan waktu pelaksanaan pengecoran juga lebih cepat.
- Workability
Berdasarkan spesifikasi SCC dari EFNARC, workabilitas atau kelecakan campuran beton segar dapat
dikatakan sebagai beton SCC apabila memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:

- Filling ability
Filling ability adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir dan mengisi keseluruh bagian cetakan
melalui berat sendirinya.

- Passing ability
Passing ability adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir melalui celah-celah antar besi
tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan tanpa terjadi adanya segregasi atau blocking.

- Segregation resistance
Segregation resistance adalah kemampuan beton SCC untuk menjaga tetap dalam keadaan
komposisi yang homogen selama waktu transportasi sampai pada saat pengecoran.

- Metoda Test
Metoda test pengukuran workability telah dikembangkan untuk menentukan karakteristik beton
SCC dan sampai saat ini belum ada satu jenis metoda test yang bisa mewakili ketiga syarat karakteristik
beton SCC seperti tersebut di atas. Dari beberapa metoda test yang telah dikembangkan akan dibahas
hanya tiga macam metoda yang dianggap dapat mewakili ketiga kriteria workability tersebut di atas.

- Slump-Flow
Slump-flow test dapat dipakai untuk menentukan ‘filling ability’ baik di laboratorium maupun di
lapangan; dan dengan memakai alat ini dapat diperoleh kondisi workabilitas beton berdasarkan
kemampuan penyebaran beton segar yang dinyatakan dengan besaran diameter yaitu antara 60 cm – 75
cm. Kebutuhan nilai slump flow untuk pengecoran konstruksi bidang vertikal berbeda dengan bidang
horisontal. Kriteria yang umum dipakai untuk penentuan awal workabilitas beton SCC berdasarkan tipe
konstruksi adalah sebagai berikut :

Untuk konstruksi vertikal, disarankan menggunakan slump-flow antara 65 cm sampai 70 cm. Untuk
konstruksi horisontal disarankan menggunakan slump-flow antara 60 cm sampai 65 cm.
- Slump-Flow test
- Pouring dan Formwork
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran dengan beton SCC adalah sebagai berikut:

Durasi waktu pengecoran disesuaikan dengan waktu ikat awal beton untuk menghindari terjadinya cold
joint. Cara terbaik untuk pengecoran beton SCC adalah dari bawah cetakan/formwork untuk
menghindari udara terjebak (dengan eksternal hose adalah sangat efektif). Beton SCC dapat mengalir
sampai jarak 10 meter tanpa hambatan. Elemen tipis 5 – 7 cm dapat diisi oleh beton SCC tanpa
hambatan.Tidak memerlukan keahlian yang spesifik saat pelaksanaan pengecoran.

Pelaksanaan perbaikan dan perkuatan

Sebelum dilakukan pelaksanaan perbaikan atau perkuatan, perlu dilakukan pengecekan terakhir apakah
metode dan material yang sudah ditentukan sesuai dengan kondisi lapangan dan dapat dilaksanakan.

Pada saat pelaksanaan yang perlu mendapat perhatian adalah :

- Persiapan permukaan.
Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat perlu dipersiapkan, dengan tujuan agar terjadi
ikatan yang baik; sehingga material perbaikan atau perkuatan dengan beton lama menjadi satu
kesatuan. Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat, harus merupakan permukaan yang
kuat dan padat, tidak ada keropos ataupun bagian lemah lainnya (kecuali bila menggunakan metode
injeksi untuk mengisi celah keropos); serta harus bersih dari debu dan kotoran lainnya. Apabila ada
tulangan yang sudah berkarat, maka perlu dilakukan pemotongan beton hingga + 20 mm dibawah
tulangan yang berkarat. Dan karat tersebut harus dibersihkan, serta diberi lapisan anti karat. Permukaan
yang sudah dipersiapkan, apakah harus dalam keadaan kering atau harus dijenuhkan terlebih dahulu
sebelum dilakukan pelapisan berikutnya. Hal ini sangat tergantung pada material yang digunakan. Untuk
material berbahan dasar semen atau polymer, permukaan beton harus dijenuhkan terlebih dahulu;
tetapi bila material yang digunakan berbahan dasar epoxy, maka permukaan beton harus dalam
keadaan kering.

- Perbandingan campuran.
Untuk menghasilkan mutu dari material perbaikan atau material bonding yang digunakan dalam
perkuatan sesuai dengan yang direkomendasikan dari pabrik, maka perbandingan campuran dari
material harus diikuti dengan tepat, apalagi bila menggunakan material berbahan dasar epoxy. Bila
menggunakan beton yang dapat memadat sendiri, perlu diperhatikan jumlah air, flow dari beton serta
dipastikan tidak adanya bleeding dan segregasi.

- Pot life.
Adalah waktu yang dibutuhkan dari pengadukan hingga material tersebut terpasang. Apabila waktu
telah melebihi pot life-nya, maka material yang sudah tercampur jangan digunakan.

- Kekuatan tekan.
Seperti pada pelaksanaan kontruksi baru, dimana dilakukan kontrol kualitas pada mutu beton yang ada;
maka saat pelaksanaan dari perbaikan dan perkuatan, juga harus dilakukan hal yang sama, dengan
melakukan pengambilan sample sesuai standard yang ada. (ASTM C39 – beton, ASTM C109 – mortar
semen dan ASTM D495 – epoxy). Setelah pelaksanaan juga perlu dilakukan kontrol kualitas, untuk
melihat apakah pelaksanaan perbaikan dan perkuatan sudah sesuai dengan standard yang ada.

- Injeksi.
Tujuan dari kontrol kualitas setelah pekerjaan injeksi dilakukan adalah untuk melihat apakah bahan
injeksi sudah mengisi celah keretakan yang ada, dan juga melihat kualitas lekatan dari bahan injeksi
dalam mengikatkan celah keretakan. Dilakukan dengan melakukan coring f 50 mm (ASTM C42) untuk
melihat penetrasi bahan injeksi, kemudian hasil core tersebut ditest tekan (ASTM C39) atau splitting
(ASTM C496) untuk mengetahui kualitas lekatan yang terjadi. Atau dapat juga dilakukan kontrol kualitas
dengan non-destruktif test yaitu UPV (Ultra Pulse Velocity) – ASTM C597 atau Impact Echo.

- Patching, Grouting, Shot-crete, Beton Prepack dan Beton SCC.


Tujuan dari kontrol kualitas pada pekerjaan ini adalah untuk melihat lekatan yang terjadi antara beton
lama dengan material perbaikan. Dilakukan dengan Direct tensile bond test -ACI 503R Appendix A atau
Pull-Off Test - ICRI Technical Guideline 03739.

- Perkuatan dengan FRP.


Tujuan dari kontrol kualitas pada pekerjaan ini adalah untuk melihat lekatan antara epoxy adhesive yang
digunakan untuk melekatkan FRP. Dilakukan dengan Direct tensile bond test -ACI 503R Appendix A atau
Pull-Off Test - ICRI Technical Guideline 03739.

62.Jelaskan bahan tambah (admixtures) yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja beton
segar (fresh concrete) dan jelaskan cara kerjanya secara detail.
Bahan Tambah Kimia (Admixture)

Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989, jenis bahan tambah kimia
dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada dasarnya suatu bahan tambah harus mampu
memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pengerjaan selama
bahan tersebut digunakan dalam campuran beton sesuai dengan pemilihan proporsi betonnya
(PB,1989 :12).

 Tipe A “Water-Reducing Admixtures”

Water – Reducing Admixture adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.

Water – Reducing Admixture digunakan antara lain dengan tidak mengurangi kadar semen dan
nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau ratio factor air semen
(fas) yang rendah. Atau dengan tidak merubah kadar semen yang digunakan dengan factor air
semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan
dengan mengubah kadar semen tetapi tidak merubah fas dan slump. Pada kasus pertama
dengan mengurangi fas secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya, karena
dalam banyak kasus fas yang rendah meningkatkan kuat tekan beton. Pada kasus kedua,
tingginya nilai slump yang didapat akan memudahkan penuangan adukan (placing) atau waktu
penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya
karena penggunaan semen yang kecil ( Marther, Bryant,1994)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air yang
dibutuhkan, kandungan air,konsistensi, bleding dan kehilangan air pada saat beton segar, laju
pengerasan, kuat tekan dan lentur, perubahan volume, susut pada saat pengeringan.
Berdasarkan hal tersebut penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan
pencampuran terhadap bahan tambah tersebut.

 Tipe B “Retarding Admixture”

Retarding Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu


pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda waktu pengikatan beton, misalnya karena
kondisi cuaca yang panas, atau untuk memperpanjang waktu untuk pemadatan, untuk
menghindari cold joints dan menghindari dampak penurunan saat beton segar saat pelaksanaan
pengecoran.

 Tipe C “Accelerating Admixture”

Accelerating Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan


dan pengembangan kekuatan awal beton.
Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat
pencapaian kekuatan awal beton. Accelerating Admixture yang paling terkenal adalah kalsium
klorida. Dosis maksimum adalah 2 % dari berat semen yang digunakan.

 Tipe D “Water Reducing and Retarding Admixtures”

Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.

Water Reducing and Retarding Admixtures yaitu pengurang air dan pengontrol pengeringan.
Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi
kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir
semuanya berwujud cair. Air yang terkandung dalam bahan akan menjadi bagian air campuran
beton. Dalam perencanaan air ini harus ditambahkan sebagai berat air total dalam campuran
beton. Perlu diingat, perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah.
Perubahan kandungan air, udara, atau semen, harus diatasi dengan perubahan kandungan
agregat halus sehingga volume tidak berubah.

 Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixtures”

Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang
konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan awal.

 Tipe F “Water Reducing, High Range Admixtures”

Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.

 Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixtures”

Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.

Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu


pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya
sumber daya yang mengelola beton disebabkan keterbatasan ruang kerja.

2. Bahan Tambah Mineral (Additive)


Pada saat ini, bahan tambah mineral lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kuat tekan
beton. Beberapa bahan tambah mineral adalah pozzollan, fly Ash, slag dan silica
fume. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral (Cain, 1994) :

 Memperbaiki kinerja workability


 Mengurangi panas hidrasi
 Mengurangi biaya pekerjaan beton
 Mengurangi daya tahan terhadap serangan sulfat
 Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
 Mempertinggi usia beton
 Mempertinggi kuat tekan beton
 Mempertinggi keawetan beton
 Mengurangi penyusutan
 Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.

1. Abu Terbang Batu Bara (Fly Ash)

Menurut ASTM C.168, abu terbang didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran
batu bara atau bubuk batu bara. Abu terbang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang
yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu bara bitomius dan
abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara kelas lignite atau subbitemeus. Abu terbang
kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia abu
terbang tercantum dalam table 3.3 (ASTM C.618-95).

2. Slag

Slag merupakanhasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag Menurut ASTM C.989
“standard specification for ground granulated Blast Furnance slag for use in concrete and
mortar”  adalah produk non metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil
pembakaran yang kemudian didinginkan,  misalnya dengan mencelupkannya ke dalam air.

Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai berikut (Levis, 1982) :

 Mempertinggi kekuatan beton, karena kecenderungan lambatnya kenaikan kuat tekan


 Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan
 Mengurangi variasi kuat tekan
 Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut
 Mengurangi serangan alkali silica
 Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu
 Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton
 Memperbaiki keawetan karena pengaruh perubahan volumen
 Mengurangi porositas dan serangan klorida
3. Silika Fume

Menurut ASTM C.1240-95 “specification for silica Fume for Use in Hydraulic Cement concrete
and Mortar” , silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana komposisi silica lebih
banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon (dikenal
dengan gabungan antara microsilika dengan silica fume).

Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan, beton
dengan kekuatan tekan yang tinggi. Misalnya untuk kolom struktur, dinding geser, pre-cast atau
beton pra tegang dan beberapa keperluan lainnya. Kriteria beton berkekuatan tinggi sekitar 50
– 70 Mpa pada umur 28 hari. Penggunaan silica fume berkisar 0-30%, untuk memperbaiki
karateristik kekuatan dan keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0.34 dab 0.28
dengan atau tanpa superplastisizer dan nilai slump 50 mm (Yogendran, et al, 1987)

4. Penghalus Gradasi (Finely devided mineral admixtures)


Bahan ini merupakan mineral yang dipakai untuk memperhalus perbedaan- perbedaan pada
campuran beton dengan memberikan ukuran yang tidak ada atau kurang dalam agregat, selain
itu juga dapat dipergunakan untuk menaikkan mutu beton yang akan dibuat. Kegunaan lainnya
adalah mengurangi permeabilitas atau ekspansi dan juga mengurangi biaya produksi beton.
Contoh bahan ini adalah kapur hidrolis, semen slag, fly ash pozzollan alam yang sudah menjadi
kapur atau mentah.

3. Bahan Tambah Lainnya 

1. Air Entraining

Bahan tambah ini membentuk gelembung udara berdiameter 1 mm atau lebih kecil, selama
pencampuran beton atau mortar, dengan maksud mempermudah pengecoran beton pada saat
pengecoran dan menambahkan ketahanan awal pada beton.

Hampir semua bahan air entraining admixture berbentuk cair, tetapi ada juga yang berbentuk
serbuk, lapisan-lapisan dan gumpalan. Banyaknya bahan tambah yang digunakan tergantung
pada gradasi agregat yang digunakan . Semakin halus ukuran agregat semakin besar prosentase
bahan tanbah yang digunakan.

2. Beton Tanpa Slump

Beton tanpa slump didefenisikan sebagai beton yang mempunyai slump sebesar 1 inchi (25,4)
atau kurang, sesaat setelah pencampuran. Pemilihan bahan tambah tergantung sifat-sifat beton
yang diinginkan, seperti sifat plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian kekuatan, efek beku
cair, kekuatan dan harga dari beton tersebut.

3. Polimer
Merupakan produk bahan tambah baru,yang dapat menghasilkan kuat tekan beton tinggi
sekitar 15.000 Psi (1.000 psi = 6.9 Mpa) atau lebih, dan kekuatan belah tariknya sekitar 15.000
Psi atau lebih.Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan
polimer dengan cara :

 Memodifikasi Sifat beton dengan mengurangi air di lapangan.


 Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperature yang sangat tinggi di
laboratorium.

Beton dengan modifikasi polimer (PMC = Polimer Modified Concrete) adalah beton yang
ditambah resin dan pengeras

Sebagai bahan tambahan. Prinsipnya menggantikan air pencampur dengan polimer sehingga
dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu yang baik. Faktor polimer
beton yang optimum adalah berkisar 0.3 sampai 0.45 dalam perbandingan berat, untuk
mencapai kekuatan tinggi tersebut.

4. Bahan Pembantu Untuk Mengeraskan Permukaan Semen (Hardener Concrete)

Permukaan beton yang selalu menanggung bebam hidup yang berat serta selalu dalam keadaan
berputar dan berpindah- pindah, seperti lantai untuk bengkel-bengkel alat berat (heavy
equipment) dan lainnya. Pembebanan ini akan mengakibatkan keausan pada permukaan beton.
Untuk menghindari pengausan tersebut digunakan dua jenis bahan  untuk mengeraskan
permukaan beton :

 Agregat beton terbuat dari bahan kimia


 Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran halus.

Untuk memperkeras permukaan beton, dipilih salah satu campuran beton saat pengerjaan
beton berlangsung.

5. Bahan Pembantu Kedap Air (Water Proofing)

Jika beton terletak dalam air atau dekat permukaan air tanah (misalnya untuk tunnel), maka
beton tersebut tidak boleh mengalami rembesan dan diusahakan kedap air. Salah satu bahan
yang dapat digunakan adalah partikel-partikel halus atau gradasi yang menerus dalam
campuaran beton. Bahan-bahan semacam itu akan mengurangi permeabilitas pada beton.

6. Bahan Tambah Pemberi Warna


Beton yang diekspos permukaannya biasanya memerlukan keindahan. Bahan yang digunakan
untuk pemberi warna pada permukaan beton ini cat (coating) yang dilapisi setelah pengerjaan
beton. Cara lainnya adalah dengan menambahkan bahan warna, misalnya oker atau pewarna
coklat, kedalam permukaan beton, selagi beton masih segar. Bahan-bahan ini biasanya
dicampur dalam suatu adukan yang mutunya terjamin baik. Selain itu dapat pula dengan
menaburkan pasir silika atau agregat metalik selagi permukaan beton masih dalam keadaan
segar.

63.Jelaskan fungsi dan cara kerja superplasticizer berdasarkan bahan dasar pembentuknya.
Superplasticizer pada beton adalah bahan kimia tambahan kegunaaannya secara khusus untuk
meningkatkan kualitas beton dengan cara mengurangi kadar air semen.
Superplasticizer pada beton merupakan bahan admixture atau tambahan yang berfungsi
untuk membatasi pemakaian air. Penggunaan secara umum biasanya berjenis naftalena
(Naphthalene).
Penambahan admixture ini dapat menyebabkan penurunan nilai pada modulus elastisitas
kelenturan rata-rata pada beton. Tidak hanya itu, pengaruhnya juga berdampak pada
perbesaran nilai slump, sehingga dapat dapat meringankan pekerjaan beton.

Berdasarkan ASTM C 494, bahan superpalsticizer merupakan bahan tambahan pada beton
berupa zat kimia untuk meningkatkan efektivitas kualitas beton.

Penggunaannya dapat kita peroleh dengan menambahkannya pada factor air semen yang
memiliki tingkat kekentalan lebih rendah atau encer. Penambahan tersebut dapat
meningkatkan kekuatan beton menjadi lebih tinggi.
Pemakaian bahan admixture dapat meningkatkan kualitas betin sesuai dengan harapan.
Selain itu, bahan tambahan memberikan kekuatan dan proses pengerjaan menjadi lebih
cepat. Maka dari itu, sangat penting mengetahui bahan superplasticizer untuk beton.
Beberapa antara lain sebagai berikut :

Rekomendasi Kisaran Nilai 1-2% dari Berat Semen


Penggunaan bahan admixture yang diizinkan berkisar 1-2% dari berat total semen. Hal ini
karena dosis yang melebihi batas dapat menyebabkan kekuatan beton menjadi menurun.

Apabila hal tersebut terjadi maka proses pembuatan beton tidak sesuai dengan harapan
yang mengakibatkan kualitasnya berkurang. Penyebab kerusakan berkurangnya kekuatan
beton membuat bangunan tidak dapat bertahan dalam jangka waktu lama.

Naftalena Bersifat Volatil


Penggunaan bahan admixture untuk meningkatkan kualitas beton memiliki sifat volatil.
Maksudnya, zat tersebut sangat mudah menguap meskipun berbentuk padatan, seperti
halnya kapur barus.

Namun, uap tersebut memiliki sifat sangat mudah terbakar. Perlu Anda ketahui bahwa
naftalena ini dapat dihasilkan dari proses destilasi tar daribatu bara. Selain itu, juga
didapatkan dari sisa frasionasi minyak bumi.
Peningkatan Workabilitas
Superplasticizer untuk beton memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan workabilitas.
Hal ini karena pemakaiannya dapat membatasi pengaruh air yang mampu menurunkan
kualitas beton.

Penambahannya pada proses pembuatan beton dapat dilakukan baik sebelum maupun
selama proses pengadukan.

Mencegah Beton Mengalami Segregasi atau Bleeding


Bahan tambahan ini memiliki manfaat besar terhadap kualitas beton yang mengalir dan
tidak mudah mengalami terjadinya segregasi atau bleeding. Umumnya.

Pembuatan beton memang membutuhkan kuantitas air melimpah. Hal tersebut berguna
untuk mencetak beton di lokasi yang sulit seperti tempat penulangannya rapat.

Jenis-Jenis Superplasticizer Pada Beton


Penggunaan bahan admixture untuk membuat superpalsticizer tidak hanya memanfaatkan
naftalena. Terdapat beberapa bahan lain yang juga dapat dijadikan sebagai bahan
alternatif.

Beberapa diantaranya meliputi, polycarboxylate, melamine, dan sodium glukonat. Berikut


beberapa penjelasan singkatnya :

superplasticizer naphthalene
Umumnya, bahan ini dijadikan sebagai bahan sekunder atau adminxture dengan kondisi
cuaca panas dan nilai slump betonnya bagus. Biasanya, dimanfaatkan untuk beton ready
mix maupun pengerjaan lapangan dalam jangka waktu panang.
Pemakaian superpalsticizer dari bahan berjenis napthalene dapat memberikan hasil yang
mampu menurunkan kandungan udara. Selain itu, dapat meningkatkan bleeding sekaligus
kekuatan pada beton.

Hal tersebut dapat dicapai apabila air yang dicampurkan pada beton dapat dibatasi.

superplasticizer polycarboxylate
Bahan admiture ini lebih dikenal sebagai PCE dan dianggap paling efektif penggunaannya
dibandingkan jenis yang lain. Hal ini dikarenakan kemampuannya sangat baik untuk
mengurangi kadar air hingga mencapai 40%. Pemakaiannya juga diperuntukkan pada
beton kelas mutu tinggi.

Maka dari itu, nilai perbandingan air dan semen yang diperoleh memiliki kisaran 0,2. Nilai
slump pada jenis bahan tambahan ini tidak menimbulkan keterlambatan pada beton biasa
untuk memperoleh kekuatan yang diinginkan.
Perlu diketahui bahwa bahan dasar PCE juga dijadikan untuk membuat viscocrete.
Pemakaian teknologi PCE menghasilkan beton aditif cair dan proses pemadatan dapat
dilakukan secara mandiri. Tidak hanya itu, kualitas beton yang dihasilkan bermutu tinggi
dan pengurangan dapat mencapai 30%.

superplasticizer sodium glukonat


Kemampuan dari bahan tambahan ini apat mengurangi jumlah air pada beton biasa. Selain
itu, memperlama pengaturan waktu pada beton dan meningkatkan kemampuan kerja beton
atau workability.

Penambahan superplasticizer pada beton memiliki manfaat untuk mengurangi kebutuhan


air pada bahan campuran beton untuk mengurangi faktor air semen.

Perlakuan tersebut untuk mendapatkan kualitas beton sesuai dengan harapan. Apabila
tidak ada penambahan bahan admixture ini, maka dipastikan beton tersebut menjadi lebih
encer. Keenceran beton yang masih boleh dapat mempermudah pengerjaan beton dan
meningkatkan workability.

64.Jelaskan bahan tambah (additives) baik alami maupun buatan yang dapat digunakan untuk
memperbaiki sifat mekanis beton yang telah mengeras dan jelaskan cara kerjanya secara detail.
 Zat kimia tambahan beton biasanya berupa serbuk atau cairan yang secara kimiawi langsung
mempengaruhi kondisi campuran beton. Sedangkan mineral/material tambahan berupa
agregat yang mempunyai karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral
tambahan ini diharapkan dapat merubah performa dan sifat-sifat campuran beton sesuai
dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula sebagai bahan pengganti sebagian
dari material utama penyusun beton. Standar pemberian bahan tambahan beton ini pun sudah
diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton.
Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan penggunaan zat kimia
diantaranya yaitu a) Zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton (water reduction).
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan kekentalan yang
sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, dengan tidak mengurangi
kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi
lebih encer agar lebih memudahkan dalam penuangan.

1. b) zat kima untuk memperlambat proses ikatan campuran beton (retarder). Biasanya
diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton. Proses pengikatan
campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai
penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat kimia ini.
Zat tambahan ini diantarannya berupa gula, sucrose, sodium gluconate, glucose, citric
acid, dan tartaric acid.
2. c) zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran beton (accelerators).
Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton, pencampuran beton
dilakukan di tempat atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang digunakan
adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian, lebih dianjurkan menggunakan
yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya karat pada
penulangan.

Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga perilaku
penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat
proses ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat waktu pengikatan
serta pengerasan campuran beton.
Penambahan gelembung udara pada kadar tertentu juga dapat meningkatkan performa beton
pada saat proses pengerasan dari cair ke plastis. Tapi, pada setiap penambahan gelembung 1%
dapat mengurangi kekuatan beton 5%, sehingga jarang disarankan penggunaannya. Zat kimia
lain yang terkadang ditambahkan juga pada beton adalah pigmen, untuk memberikan warna
pada beton, penghambat korosi, lem untuk ikatan dengan beton lama dan pengurang segregasi
dan bleeding pada proses pengerasan beton.
Sedangkan mineral pada campuran beton biasanya berupa pozzolan dan material lain
pengganti agregat, seperti agregat ringa dan berat, serat. Pozzolan merupakan bahan alami
atau buatan yang mempunyai sifat pozzolanik dengan unsure silika dan aluminat yang aktif. 
Silika dan aluminat aktif ini akan bereaksi dengan kapur bebas, yang merupakan sisa reaksi
hidrasi air dengan semen, untuk menjadi tubermorite lagi yang sama dengan hasil hidrasi air
dengan semen sebelumnya, sehingga akan meningkatkan kuat tekan beton. Jenis pozzolan
diantaranya adalah fly ash (abu terbang) yang berasal dari produk sampingan pembangkit listrik
tenaga batu bara, tras alam, gilingan terak dapur tinggi pada pembakaran dan peleburan biji
besi, abu sekam padi (hulk ash), abu ampas tebu, bubuk bata merah, metakaolin dan silica
fume.
Material tambahan yang digunakan disamping sebagai bahan tambah, terkadang sebagai
pengganti sebaian atau seluruh agregat. Agar diperoleh beton ringan biasanya digunakan
agregat ringan seperti batu apung, alwa (artificial light weigth aggregate), serbuk/potongan 
kayu, serbuk stereofoam, dan sebagainya. Untuk memperoleh beton dengan performa tarik
yang meningkat ditambahkan serat-serat, seperti serat baja,serat aluminium, serat ban atau
beberapa serat alami. Dan beton berat diperoleh dengan menambahkan agregat dengan berat
jenis yang lebih besar dari agregat kerikil dan pasir.

65.Apa yang anda ketahui tentang green concrete dan green construction?
 Beton ramah lingkungan (green concrete) adalah beton yang tersusun dari material yang tidak
merusak lingkungan. Salah satunya berupa penggantian agregat penyusun beton dengan
material yang tidak merusak lingkungan. Contoh kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan
sumber alam adalah rusaknya perbukitan batu. Meningkatnya kebutuhan material beton memicu
penambangan batu, salah satu material penyusun beton sebagai agregat kasar, secara besar-
besaran yang menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang tersedia untuk keperluan
pembetonan (Suharwanto, 2005). Agregat kasar merupakan bahan penyusun beton yang paling
dominan. Pada beton ramah lingkungan (green concrete), penggunaan batu pecah (split) sebagai
agregat kasar dapat diganti dengan agregat pecahan genteng yang berasal dari tanah liat, agregat
buatan dari tanah liat maupun agregat dari limbah hancuran beton. Penelitian ini mengambil
topik engenai kuat tekan beton ramah lingkungan (green concrete), dimana agregat kasar batu
pecah diganti dengan agregat pecahan genteng. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui
apakah kuat tekan beton ramah lingkungan (green concrete) dengan agregat pecahan genteng
memenuhi syarat sebagai beton struktur, apabila kuat tekan yang diperoleh dapat memenuhi
syarat tersebut, diharapkan agregat pecahan genteng memenuhi syarat sebagai agregat
pengganti agregat kasar sebagai bahan penyusun beton.
 Agregat pecahan genteng dibuat dari pecahan genteng bekas pakai. Agregat jenis ini dapat
dikategorikan sebagai agregat ringan buatan dari hasil proses tanah liat yang dibakar. Secara
umum agregat ini masih belum banyak dipakai, namun beberapa peneliti sudah banyak meneliti
tentang agregat ini untuk dipergunakan sebagai bahan campuran beton. Hasilnya, diperoleh
beton yang baik dengan kekuatan hancur sedang (Murdock dan Brook,1986). Karena agregat
pecahan genteng dikategorikan agregat ringan maka agregat tersebut mempunyai karakteristik
khas dibandingkan dengan agregat normal (Troxell and Davis,1956; Gambhir,1986;
Mulyono,2004). Struktur agregat yang berpori berpengaruh pada berat jenis agregat ringan
menjadi lebih rendah dibanding agregat normal. Porositas mempunyai efek yang sangat
berpengaruh terhadap kekuatan dari agregat. Secara umum, semakin besar porositas maka akan
semakin rendah kekuatan agregat dan semakin besar berat jenis agregat maka akan semakin
besar pula kekuatan agregat.
 Karena berbahan dasar tanah liat, proses penyerapan air oleh agregat ringan berlangsung sangat
cepat dan akan berkurang seiring bertambahnya waktu. Jumlah air yang diserap tergantung dari
struktur pori dan kondisi permukaan agregat. Secara umum, penyerapan air dari agregat ringan
bervariasi dari 5 % sampai 20 % berat kering selama 24 jam bergantung kadar pori agregat.
Penyerapan air ini sangat penting, karena agregat akan menyerap air ketika terjadi kontak
dengan pasta semen. Jika kadar airnya rendah maka akan berakibat workabilitas dari beton
menurun. Hal ini dapat dihindarkan apabila agregat dalam keadaan jenuh kering permukaan
(saturated surface dry). Pada keadaan ini agregat sudah tidak dapat menyerap air dari luar
sehingga, sebelum dicampurkan dalam adukan sebaiknya agregat ringan dibasahi dahulu dengan
air.

Anda mungkin juga menyukai