STRUKTUR BAJA
DENGAN METODE LRFD
(Sesuai SNI 03-1729-2002)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA
PASAL 72
KETENTUAN PIDANA
SANKSIPELANGGARAN
AGUS SETIAWAN
PENERBIT ERLANGGA
Jl. H. Baping Raya No. 100
Ciracas, Jakarta 13740
http:/ /www.erlangga.co.id
e-mail: editor@erlangga.net
(Anggota IKAPI)
I
Agus Setiawan
Hak Cipta © 2008 pada pengarang. Hak terbit pada Penerbit Erlangga
Buku ini diset dan dilayout oleh Bagian Produksi Penerbit Erlangga
dengan Power Macintosh G4 (Adobe Garamond 10 pt)
12 11 10 09 9 8 6 5 4 3 2
Dilarang keras mengutip, menjiplak, men!fotokopi. 11:.;u iilc'"i/''Tb,z;i_]ilk d,z!tZJ!l bemuk tlpa pun,
baik sebagian atau keseluruhan isi buku ini St'i't£1 TdilftZ izin tertulis dari
Penerbit Erlangga.
Metode ASD (Allowable Stress Design) dalam struktur baja telah cukup lama digunakan,
namun beberapa tahun terakhir metode desain dalam struktur baja mulai beralih ke metode
lain yang lebih rasional, yakni metode LRFD (Load Resistance and Factor Design). Metode
ini didasarkan pada ilmu probabilitas, sehingga dapat mengantisipasi segala ketidakpastian
dari material maupun beban. Oleh karena itu, metode LRFD ini dianggap cukup andal.
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1987) telah diganti dengan Tata
Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 yang ber-
basis pada metode LRFD.
Buku ini mencoba memberikan penjelasan mengenai perencanaan struktur baja
dengan menggunakan konsep LRFD tersebut. Beberapa contoh soal yang diberikan telah
dilengkapi dengan langkah-langkah penyelesaiannya. Dan dalam perencanaan struktur baja
metode LRFD yang digunakan dalam buku ini, semuanya berpedoman pada SNI 03-
1729-2002 yang telah disebutkan sebelumnya.
Sebagai bahan perkuliahan buku ini dapat diberikan dalam dua semester pada mata
kuliah Struktur Baja. Semester pertama mahasiswa mempelajari tentang konsep dasar
LRFD, pengenalan material baja, batang tarik dan tekan, sambungan (baut dan las),
komponen struktur balok-kolom, komponen struktur komposit serta jenis-jenis sambun-
gan pada konstruksi bangunan baja.
Selain dapat digunakan oleh mahasiswa Teknik Sipil, buku ini juga dapat dijadikan
pedoman perencanaan bagi konsultan maupun praktisi yang banyak berkecimpung di
dunia struktur baja.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam buku ini, sehingga
saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan bukku ini pada edisi
mendatang. Akhir kata, penulis berharap agar buku ini dapat memacu perkembangan
implementasi metode LRFD dalam perencanaan struktur baja khususnya di Indonesia.
Agus Setiawan
DAFTAR lSI
Prakata v
Daftar lsi vii
Bab 1 PE1VDAHULUAN 1
3.1 Pendahuluan 29
3.2 Tahanan Nominal 31
3.3 Luas Netto 32
3.4 Efek Lubang Berselang-Seling pada Luas Netto 33
3.5 Luas Netto Efektif 36
3.6 Geser Blok (Block Shear) 41
3.7 Kelangsingan Struktur Tarik 44
3.8 Transfer Gaya Pada Sambungan 46
Soal-soal Latihan 47
viii DAFTAR lSI
4.1 Pendahuluan 50
4.2 Tekuk Elastik Euler 50
4.3 Kekuatan Kolom 51
4.4 Pengaruh Tegangan Sisa 52
4.5 Kurva Kekuatan Kolom Akibat Tegangan Sisa 52
4.6 Tahanan Tekan Nominal 56
4.7 Panjang Tekuk 57
4.8 Masalah Tekuk Lokal 61
4.9 Komponen Struktur Tekan Tersusun 61
4.10 Tekuk Torsi dan Tekuk Lemur Torsi 66
Soal-soal Latihan 79
5.1 Pendahuluan 81
5.2 Lemur Sederhana Profil Simetris 81
5.3 Perilaku Balok Terkekang Lateral 82
5.4 Desain Balok Terkekang Lateral 85
5.5 Lendutan Balok 88
5.6 Geser pada Penampang Gilas 91
5.7 Beban Terpusat Pada Balok 94
5.8 Teori Umum Lemur 99
Soal-soal Latihan 107
------
DAFTAR lSI ix
------
1
Pendahuluan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bah ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Mendefinisikan semua jenis beban yang bekerja pada suatu struktur bangunan
• Menyusun kombinasi pembebanan berdasarkan konsep LRFD
Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai campuran antara seni dan ilmu
pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur mengenai perilaku
struktur dengan dasar-dasar pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika bahan, dan
analisa struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman, selama
masa layannya.
Hingga tahun 1850 perencanaan struktur merupakan suatu seni yang berdasarkan
pada intuisi untuk menentukan ukuran dan susunan elemen struktur. Dengan berkem-
bangnya pengetahuan mengenai perilaku struktur dan material, maka perencanaan struktur
menjadi lebih ilmiah.
Perhitungan yang melibatkan prinsip-prinsip ilmiah harus dijadikan dasar dalam pen-
gambilan keputusan, namun tidak diikuti secara membabi buta. Pengalaman intuisi seorang
ahli struktur digabungkan dengan hasil-hasil perhitungan ilmiah akan menjadi suatu dasar
proses pengambilan keputusan yang baik.
Tujuan dari perencanaan struktur menurut Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002) adalah menghasilkan suatu struktur yang
stabil, cukup kuat, mampu layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti
ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil jika tidak mudah
terguling, miring, atau tergeser selama umur rencana bangunan. Risiko terhadap kegagalan
struktur dan hilangnya kemampulayanan selama umur rencananya juga harus diminimalisir
dalam batas-batas yang masih dapat diterima. Suatu struktur yang awet semestinya tidak
memerlukan biaya perawatan yang terlalu berlebihan selama umur layannya.
Perencanaan adalah sebuah proses untuk mendapatkan suatu hasil yang optimum.
Suatu struktur dikatakan optimum apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut:
a. Biaya minimum
b. Berat minimum
c. Waktu konstruksi minimum
2 BAB 1 PENDAHULUAN
Kerangka perencanaan struktur adalah pemilihan susunan dan ukuran dari elemen
struktur sehingga beban yang bekerja dapat dipikul secara aman, dan perpindahan yang
terjadi masih dalam batas-batas yang disyaratkan. Prosedur perencanaan struktur secara
iterasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Perancangan. Penetapan fungsi dari struktur
b. Penetapan konfigurasi struktur awal (preliminary) sesua1 langkah 1 termasuk
pemilihan jenis material yang akan digunakan
c. Penetapan beban kerja struktur
d. Pemilihan awal bentuk dan ukuran elemen struktur berdasarkan langkah 1, 2, 3
e. Analisa struktur. Untuk memperoleh gaya-gaya dalam dan perpindahan elemen
f. Evaluasi. Apakah perancangan sudah optimum sesuai yang diharapkan
g. Perencanaan ulang langkah 1 hingga 6
h. Perencanaan akhir, apakah langkah 1 hingga 7 sudah memberikan hasil
optimum
Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu struktur bangunan adalah
pemilihan jenis material yang akan digunakan. Jenis-jenis material yang selama ini dikenal
dalam dunia konstruksi antara lain adalah baja, beton bertulang, serta kayu. Material baja
sebagai bahan konstruksi telah digunakan sejak lama mengingat beberapa keunggulannya
dibandingkan material yang lain. Beberapa keunggulan baja sebagai material konstruksi,
antara lain adalah:
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran struktur
serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup menguntungkan
bagi struktur-struktur jembatan yang panjang, gedung yang tinggi atau juga
bangunan-bangunan yang berada pada kondisi tanah yang buruk
2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton
bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun, material baja jauh
lebih seragam/homogen serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh lebih
tinggi jika prosedur perawatan dilakukan secara semestinya
3. Sifat elastis, baja mempunyai perilaku yang cukup dekat dengan asumsi-asumsi
yang digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja dapat berperilaku elastis
hingga tegangan yang cukup tinggi mengikuti Hukum Hooke. Momen inersia
dari suatu profil baja juga dapat dihitung dengan pasti sehingga memudahkan
dalam melakukan proses analisa struktur
4. Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima tegangan
tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar sebelum terjadi
keruntuhan
5. Beberapa keuntungan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah
kemudahan penyambungan antarelemen yang satu dengan lainnya menggunakan
alar sambung las atau baut. Pembuatan baja melalui proses gilas panas meng-
akibatkan baja menjadi mudah dibentuk menjadi penampang-penampang yang
diinginkan. Kecepatan pelaksaan konstruksi baja juga menjadi suatu keunggulan
material baja
------ -~
- 1.2 BEBAN 3
langsung dengan udara atau air, secara periodik harus dicat. Perlindungan terhadap bahaya
kebakaran juga harus menjadi perhatian yang serius, sebab material baja akan mengalami
penurunan kekuatan secara drastis akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, di
samping itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik, sehingga nyala api dalam
suatu bangunan justru dapat menyebar dengan lebih cepat. Kelemahan lain dari struktur
baja adalah masalah tekuk yang merupakan fungsi dari kelangsingan suatu penampang.
1.2 BEBAN
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara pasti besarnya
beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya merupakan salah satu
pekerjaan yang cukup sulit. Dan pada umumnya penentuan besarnya beban hanya
merupakan suatu estimasi saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi dari struk-
tur dapat diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke elemen, dalam
suatu struktur umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika beban-beban yang
bekerja pada suatu struktur telah diestimasi, maka masalah berikutnya adalah menentukan
kombinasi-kombinasi beban yang paling dominan yang mungkin bekerja pada struktur
tersebut. Besar beban yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan
yang berlaku, sedangkan masalah kombinasi dari beban-beban yang bekerja telah diatur
dalam SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2 yang akan dibahas kemudian. Beberapa jenis beban
yang sering dijumpai antara lain:
a. Behan Mati, adalah berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan yang ber-
sifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan, finishing,
mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
gedung/bangunan tersebut. Termasuk dalam beban ini adalah berat struktur, pipa-
pipa, saluran listrik, AC, lampu-lampu, penutup lantai, dan plafon. Beberapa
contoh berat dari beberapa komponen bangunan penting yang digunakan untuk
4 BAB 1 PENDAHULUAN
b. Behan Hidup, adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa
layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini
adalah berat manusia, perabotan yang dapat dipindah-pindah, kendaraan, dan
barang-barang lain. Karena besar dan lokasi beban yang senantiasa berubah-
ubah, maka penentuan beban hidup secara pasti adalah merupakan suatu hal
yang cukup sulit. Beberapa contoh beban hidup menurut kegunaan suatu ban-
gunan, ditampilkan dalam Tabel 1.2.
c. Behan Angin, adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan
dari gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian
dari struktur. Besarnya tekanan tiup harus diambil minimum sebesar 25 kg/m 2 ,
kecuali untuk bangunan-bangunan berikut:
1. Tekanan tiup di tepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum
40 kg/m 2
2. Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih
dari 40 kg/m 2 , harus diambil sebesar p = 1J2116 (kg/m 2), dengan V adalah
kecepatan an gin dalam m/ s
3. Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m 2 harus ditentukan dengan ru-
mus (42,5 + 0,6h), dengan h adalah tinggi eerobong seluruhnya dalam
meter
-----
1.3 KONSEP DASAR LRFD 5
Gambar 1.2 Konstruksi Rangka Atap dari Baja Ringan (Smart Truss).
(Sunzber: Kokksi Pribadi)
Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan di atas harus dikalikan dengan
suatu koefisien angin, untuk rnendapatkan gaya resultan yang bekerja pada hi-
dang kontak tersebut.
d. Behan Gempa. adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur
akibat adanya pergerakan tanah oleh gernpa bumi, baik pergerakan arah vertikal
maupun horizontal. Namun pada umumnya percepatan tanah arah horizontal
lebih besar daripada arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh
lebih menentukan daripada gempa vertikal. Besarnya gaya geser dasar (statik
C X I
ekivalen) ditentukan berdasarkan persamaan V = --.w,
R
dengan C adalah
t
faktor respon gempa yang ditentukan berdasarkan lokasi bangunan dan jenis
tanahnya, I adalah faktor keutamaan gedung, R adalah faktor reduksi gempa
yang tergantung pada jenis struktur yang bersangkutan, sedangkan W: adalah
berat total bangunan termasuk beban hidup yang bersesuaian.
Dua filosofi yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja adalah perencanaan
berdasarkan tegangan kerjalworking stress design (Allowable Stress Design!ASD) dan peren-
canaan kondisi batas/ limit states design (Load and Resistance Factor Design!LRFD). Metode
ASD dalam perencanaan struktur baja telah digunakan dalam kurun waktu kurang lebih
100 tahun. Dan dalam 20 tahun terakhir prinsip perencanaan struktur baja mulai beralih
ke konsep LRFD yang jauh lebih rasional dengan berdasarkan pada konsep probabili-
tas. Untuk lebih memahami latar belakang pengembangan metode LRFD dengan ilmu
probabilitas, maka berikut akan sedikit dibahas mengenai prinsip-prinsip dasar dalam ilmu
probabilitas. Dalam metode LRFD tidak diperlukan analisa probabilitas secara penuh,
terkecuali untuk situasi-situasi tidak umum :·ang ridak diatur dalam peraturan.
6 BAB 1 PENDAHULUAN
Ada beberapa tingkatan dalam desain probabilitas. Metode Probabilitas Penuh (Fully
Probabilistic Method) merupakan tingkat III, dan merupakan cara analisa yang paling
kompleks. Metode Probabilitas Penuh memerlukan data-data tentang distribusi probabili-
tas dari tiap-tiap variabel acak (seperti tahanan, beban, dan lain-lain) serta korelasi antar
variabel tersebut. Data-data ini biasanya tidak tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga
umumnya metode Probabilitas Penuh ini jarang digunakan dalam praktek.
Tingkat II dalam desain probabilitas dinamakan metode First-Order Second Moment
(FOSM) yang menggunakan karakteristik statistik yang lebih mudah dari tahanan dan
beban. Metode ini mengasumsikan bahwa beban Q dan tahanan R saling bebas secara
statistik. Metode LRFD untuk perencanaan struktur baja yang diatur dalam SNI 03-1729-
2002, berdasarkan pada metode FOSM ini.
Beberapa istilah dalam ilmu statistik yang sering dijumpai, di antaranya:
1. Nilai rerata
Nilai rerata dari sekumpulan data, dapat dihitung dengan persamaan:
X.
x =_I_
1.1
N
dengan x adalah nilai rerata, xi adalah data ke-i dan N adalah jumlah data.
2. Standar Deviasi
Variasi data terhadap nilai rerata ditentukan dengan menjumlahkan kuadrat
selisih antara masing-masing data dengan nilai rerata dan membaginya dengan
jumlah data minus satu.
CJ=
L,(xi -x:t 1.3
N-1
3. Fungsi Kerapatan Probabilitas
Fungsi Kerapatan Probabilitas (Probability Density Function/PDF) merupakan
fungsi yang terdefinisi pada suatu selang interval kontinu, sehingga luas daerah di
bawah kurva (yang didefinisikan oleh fungsi tersebut) dan di atas sumbu x adalah
sama dengan satu. Untuk suatu variabel acak yang terdistribusi normal (Gauss-
ian), maka kurva PDF akan mempunyai bentuk seperti suatu genta!lonceng,
dan mempunyai persamaan:
-oo::=;x<cx 1.4
dengan p(x) merupakan peluang terjadinya variabel x sebagai fungsi dari nilai
rerata m = x dan Standard Deviasi cr, dari suatu data yang terdistribusi normal.
Bentuk kurva PDF tidak selalu terpusat pada sumbu koordinat namun tergan-
tung dari perubahan m dan cr. Beberapa bentuk kurva PDF untuk m dan a
yang berbeda ditunjukkan dalam Gambar 1.3.
Selanjutnya didefinisikan pula fungsi distribusi probabilitas, P(x) yang di-
rumuskan sebagai:
X
-
1.3 KONSEP DASAR LRFD 7
0,7
m = 1, cr = 2/3
0,6
0,5
s
Q
m = 0, cr = 1
-4 -3 -2 -1 0 2 3 4 5
X
Jika distribusi data tidak simetri, maka kurva fungsi kerapatan probabilitas
logaritmik normal (lognormal) sering digunakan. Dinyatakan secara matematis,
jika Y = ln(x) terdistribusi normal, maka x dikatakan lognormal. Fungsi log-
normal digunakan dalam metode LRFD. Karena ln(x) terdistribusi normal, maka
s
nilai reratanya A dan Standar Deviasi dapat ditentukan dengan transformasi
111
1.7
1.8
dengan V = <J I x adalah koefisien variasi serta x dan <J didefinisikan seperti
pada persamaan 1.1 dan 1.3.
4. Koefisien Variasi
Untuk dapat memberikan gambaran terhadap penyebaran data, maka biasanya
digunakan Koefisien Variasi ( V) yang diperoleh dari pembagian antara Stan dar
Deviasi (cr) dengan nilai rerata (x).
5. Faktor Bias
Faktor bias, A merupakan rasio antara nilai rerata dengan nilai nominal.
A=~ 1.9
8 BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam konreks analisa keandalan suatu struktur, yang dimaksud dengan istilah kegagalan
({ai!ure) adalah terjadinya salah satu dari sejumlah kondisi batas yang telah ditentukan
sebelumnya. Faktor beban dan tahanan dipilih sedemikian rupa sehingga peluang kegagalan
suatu struktur adalah kecil sekali atau masih dalam batas-batas yang dapat diterima. Peluang
kegagalan suatu struktur dapat ditentukan jika tersedia data-data statistik (seperti nilai re-
rata dan standar deviasi) dari tahanan dan tersedia pula fungsi distribusi dari beban.
Untuk mengilustrasikan prosedur analisa keandalan suatu struktur, perhatikan kurva
fungsi kerapatan probabilitas I PDF dalam Gambar 1.4 dari variabel acak beban Q serta
tahanan R. Jika tahanan R lebih besar dari beban yang bekerja Q, maka struktur tersebut
dapat dikatakan masih aman (surviz;e). Karen a nilai R dan Q bervariasi, maka akan ada
kemungkinan kecil bahwa pada suatu saat beban Q lebih besar daripada tahanan R. Situasi
ini direpresentasikan dengan daerah berarsir pada Gambar 1.4. Hal inilah yang disebut
dengan kegagalan (failure), dengan peluang suatu kegagalan didefinisikan sebagai:
p1 = P(R < Q ) 1.10
fR(r)
i Q
fQ(q)
I
I
I R
~------------~--~~~~~~---------R~----------------~0.
0
R
Fungsi kerapatan probabilitas dari R dan Q dalam Gambar 1.4 digambarkan untuk
menunjukkan perbedaan nilai koefisien variasi dari tahanan dan beban, yaitu ~' dan ~l
Daerah di bawah masing-masing kurva mempunyai luas sama dengan satu, namun terlihat
bahwa tahanan R memiliki penyebaran data yang lebih Iebar daripada beban Q. Daerah
yang terarsir menunjukkan daerah kegagalan (foilure) di mana nilai tahanan lebih kecil
dari beban. Namun demikian, luas dari daerah terarsir tersebut tidak sama dengan be-
sarnya peluang kegagalan, sebab daerah tersebut merupakan gabungan dari dua buah fungsi
kerapatan yang memiliki standar deviasi serta nilai rerata yang berbeda. Untuk mencari
nilai peluang kegagalan pf biasanya lebih sering digunakan sebuah kurva fungsi kerapatan
g(R, Q) yang dapat digunakan secara langsung untuk menentukan peluang kegagalan serta
indeks keandalan suatu struktur. Jika R dan Q terdistribusi normal, maka fungsi kerapatan
g(R, Q) dapat dituliskan menjadi:
g(R,Q) =R-Q 1.11
Dalam kedua kasus di atas, kondisi batas tercapai jika R = Q dan kegagalan terjadi
pada saat g(R,Q) < 0. Teori probabilitas menyatakan bahwa jika dua buah variabel acak
Ian
yang terdistribusi normal digabungkan, maka akan menghasilkan fungsi kerapatan yang
~an
normal pula. Atau dengan kata lain jika R dan Q rerdistribusi normal maka g(R, Q) juga
!an
akan terdistribusi normal. Hal serupa dapat pula dinyatakan jika R dan Q terdistribusi
ng
lognormal, maka g(R, Q) juga terdisrribusi lognormal.
re-
Peluang kegagalan dari R dan Q yang terdistribusi normal dapat dihitung berdasarkan
persamaan:
va
·ra R-Q 1.13
ut
~a/{ 2 + a 1~ '-
:la
cSl
Sedangkan untuk R dan Q yang terdistribusi lognormal peluang kegagalannya:
lt
0 1.14
dengan R dan Q adalah nilai rerata, 0 11 dan CJQ adalah standar deviasi, t~1 dan V12 adalah
koefisien variasi dari tahanan dan beban, serta FJ ) adalah fungsi distribusi kumulatif
Fungsi distribusi kumulatif adalah integrasi dari f/>:) dengan batas integrasi adalah dari
-= hingga u dan akan menghasilkan nilai peluang di mana x lebih kecil daripada u. Hasil
integrasi ini diperlihatkan dengan daerah yang berarsir dalam Gambar 1.5.
Alternatif lain yang lebih mudah untuk menentukan peluang kegagalan adalah dengan
menggunakan indeks keandalan ~- Prosedur ini akan dibahas dengan menggunakan
distribusi lognormal sesuai persamaan 1.11, sebab distribusi lognormal akan dapat men-
cerminkan distribusi aktual serta R dan Q secara lebih akurat daripada distribusi normal.
Selain itu, perhitungan secara numerik untuk fungsi g(R,Q) akan lebih stabil dengan
menggunakan rasio RIQ daripada selisih R - Q.
~ X
u
Gambar 1.5 Definisi F,,
Jika fungsi g(R,Q) dalam persamaan 1.12 mempunyai distribusi lognormal, maka
distribusi frekuensinya akan mempunyai bentuk seperti kurva dalam Gambar 1.6. Kurva
ini adalah kurva distribusi frekuensi tunggal yang merupakan kombinasi dari R dan Q.
Kondisi batas pada saat R < Q sama dengan probabilitas pada saat ln (R/ Q) < 0, yang
ditunjukkan dengan daerah berarsir dalam Gambar 1.6 tersebut.
Jarak antara nilai rerata terhadap titik pusar adalah sama dengan [3. (J,g dan menjadi
ukuran dari keamanan dan koefisien dari standar deviasi, [3, sering disebut sebagai indeks
keandalan.
10 BAB 1 PENDAHULUAN
f(g)
Daerah kegagalan
Luas daerah = Pr
g = 1n(R1 0)
Jika tahanan R dan beban Q keduanya terdistribusi lognormal serta tidak saling
terkorelasi, maka nilai rerata dari g(R, Q) adalah:
1.14
ln(~~~)
3 = ···- - - - 1.16
~~~2 + VR2
Hubungan antara Pr dengan f3 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
p1 = 460.exp(-4,3;3) 1.17
ln(4~ 1 J
atau ; 3 = - - - - - 1.18
4,3
• CONTOH 1.1
Sebuah balok jembatan dari beton prategang dengan panjang bentang 27 m dan jarak
antar balok sepanjang 2,4 m memiliki data-data statistik sebagai berikut:
Efek beban : Q = 4870 kN.m O'Q = 415 kN.m
Tahanan : R" = 7040 kN.m VR = 0,075
Hitunglah indeks keandalan balok beton prategang tersebut.
JAWAB:
Indeks ke~dalan, {3, dapat dihitung menggunakan persamaan 1.16, terlebih dahulu harus
dihitu~g R dan VQ:
R = AR.Rn = 1,05(7040) = 7390 kN.m
VQ = (J~ = 415
= 0,085
Q 4870
Gunakan persamaan 1.16 :
ln(R/_) m(7390/ )
f3 = I Q = I 4870 = 3, 68
~V/ + VQ 2
~0,075 2 + 0,058
Peluang kegagalan dari balok beton prategang ini kurang lebih 10000.
Secara umum, suatu struktur dikatakan aman apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1.19
Bagian kiri dari persamaan 1.19 merepresentasikan tahanan atau kekuatan dari sebuah
komponen atau sistem struktur. Dan bagian kanan persamaan menyatakan beban yang
harus dipikul struktur tersebut. Jika tahanan nominal Rn dikalikan suatu faktor tahanan (jJ
maka akan diperoleh tahanan rencana. Namun demikian, berbagai macam beban (beban
mati, beban hidup, gempa, dan lain-lain) pada bagian kanan persamaan 1.19 dikalikan
suatu faktor beban J-: untuk mendapatkan jumlah beban terfaktor .!'J-:. Qi'
dengan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan layan tetap
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk bcban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain
L, adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan,
1
dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W adalah beban angin
E adalah beban gempa yang ditentukan dari peraturan gempa y1 = 0,5 bila L < 5 kPa,
dan ~ = 1 bila L .2. 5 kPa. Faktor beban untuk L harus sama dengan 1,0 untuk
garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum dan semua daerah
yang memikul beban hidup lebih besar dari 5 kPa.
• CONTOH 1.2:
Suatu struktur pelat lantai dipikul oleh balok dari profil WF 450.200.9.14 dengan jarak
antar balok adalah sebesar 2,5 m (as ke as). Beban mati pelat lantai sebcsar 2,5 kN/
m 2 dan beban hidup 4 kN/m 2 • Hitunglah beban terfaktor yang harus dipikul oleh balok
tersebut sesuai kombinasi LRFD (SNI 03-1729-2002)!
JAWAB:
Tiap balok harus memikul berat sendiri ditambah beban dari pelat selebar 2,5 m.
D = 0,76 + 2,5(2,5) = 7,01 kN/m
L = 2,5(4) = 10 kN/m
Karena hanya ada 2 jenis beban yakni beban mati dan beban hidup, maka hanya perlu
diperiksa terhadap kombinasi beban 1.1 dan 1.2 :
(1.20.a) U 1,4D = 1,4(7,01) = 9,814 kN/m
(l.20.b) U = 1,2D + l,6L + 0,5(L, atau H)
1
• CONTOH 1.3:
Suatu sistem struktur atap dari profil WF 400.200.8.13 yang diletakkan setiap jarak 3 m,
digunakan untuk memikul beban mati sebesar 2 kN/m 2 , beban hidup atap 1,5 kN/m 2
serta beban angin 1 kN/m 2 • Hitunglah beban terfaktor yang harus dipikul oleh profil
terse but!
JAWAB:
Beban-beban yang harus dipikul profil tersebut adalah:
D = 0,66 + 3(2) = 6,66 kN/m
L = 0 kN/m
La = 3(1,5) = 4,5 kN/m
..
1.6 DESAIN LFRD STRUKTUR BAJA 13
W = 3(1) = 3 kN/m
Periksa terhadap kombinasi pemhebanan 1.1 hingga 1.5:
(1.20.a) U l ,4D = 1,4(6,66) = 9,324 kN/m
(1.20.b) U 1,2D + 1,6L + 0,5(L, atau l-1)
1,2(6,66) + 1,6(0) + 0,5(4,5) = 10,242 kN/m
(1.20.c) U 1,2D + 1,6(La atau H) + (ycL atau 0,8 It?)
1,2(6,66) + 1,6(4,5) + 0,8(3) = 17,592 kN/m
(1.20.d) U 1,2D + 1,3 W + 0·L + 0,5(L,, atau H)
1,2(6,66) + 1,3(3) + 0 + 0,5(4,5) = 14,142 kN/m
(1.20.e) U = 0,9D ± 1,3W
= 0,9(6,66) + 1,3(3) = 9,894 kN/m atau 2,094 kN/m
Jadi, beban terfaktor yang harus dipikul profil tersebut adalah sebesar 17,592 kN/m
• CONTOH 1.4:
Sebuah kolom baja dari suatu struktur bangunan gedung, memikul beban-beban aksial
sebagai berikut: beban mati 85 ton, beban hidup dari atap 25 ton, beban hidup dari lan-
tai bangunan 110 ton, beban angin ± 35 ton, beban gempa + 30 ton. Hitunglah beban
desain kolom sesuai kombinasi LRFD!
JAWAB:
Beban-beban yang harus dipikul profil tersebut adalah:
D = 8 5 ton W = ± 5 ton
L, = 25 ton E = ±_ 30 ton
L = 110 ton misalkan diambil Yr = 0,5
Periksa terhadap kombinasi pembebanan 1.1 hingga 1.6:
(1.20.a) U 1,4D = 1,4(85) = 119 ton
(1.20.b) U 1,2D + 1,6L + 0,5L"
1,2(85) + 1,6(11 O) + 0,5(25) = 290,5 ton
(1.20.c) U 1,2D + 1,6Ld + 0,5L
1,2(85) + 1,6(25) + 0,5(110) = 197 ton
(1.20.c) U 1,2D + 1,6La + 0,8 W
= 1,2(85) + 1,6(25) + 0,8(35) = 170 ton
(1.20.d) U 1,2D + 1,3 W + 0,5L + 0,5L"
1,2(85) + 1,3(35) + 0,5(110) + 0,5(25) = 215 ton
(1.20.e) U 1,2D ± 1,0£ + 0,5L
1,2(85) ± 30 + 0,5(110) = 187 ton atau 127 ton
(1.20.f) U = 0,9D ± 1,3 W
= 0,9(85) ± 1,3(35) = 122 ton atau 31 ton
(1.20.f) U = 0,9D ± 1 ,OE
= 0,9(85) + 1,0(30) = 106,5 ton atau 46,5 ton
Jadi, beban terfaktor yang harus dipikul oleh kolom tersebut adalah sebesar 290,5 ton.
Faktor Tahanan
Faktor tahanan dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD, ditentukan dalam
tabel 6.4-2 SNI 03-1729-2002, sebagai berikur:
a. Komponen struktur yang memikul lentur ¢ = 0,90
b. Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial ¢ = 0,85
c. Komponen struktur yang memikul gaya tarik
1) Terhadap kuat tarik leleh ¢ = 0,90
2) Terhadap kuat tarik fraktur ¢ = 0,75
14 BAB 1 PENDAHULUAN
Pada masa awal penggunaannya sekitar tahun 4000 SM, besi (komponen utama penyusun
baja) digunakan untuk membuat peralatan-peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam
bentuk besi tempa, yang diperoleh dengan memanaskan bijih-bijih besi dengan meng-
gunakan arang. Seki tar akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, besi tuang dan besi
tempa sudah mulai banyak digunakan untuk pembuatan struktur jembatan. Jembatan
Lengkung Coalbrookdale yang melintang di atas Sungai Severn (Inggris) adalah jembatan
pertama yang terbuat dari besi tuang. Jembatan dengan panjang bentang sekitar 30 m ini
dibangun oleh Abraham Darby III.
Pada abad ke-19 muncul material baru yang dinamakan dengan baja yang merupakan
logam paduan antara besi dan karbon. Material baja mengandung kadar karbon yang
lebih sedikit daripada besi tuang, dan mulai digunakan dalam konstruksi-konstruksi berat.
Pembuatan baja dalam volume besar dilakukan pertama kali oleh Sir Henry Bessemer dari
Inggris. Sir Henry menerima hak paten dari pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas
temuannya tersebut. Beliau mempelajari bahwa dengan menghembuskan aliran udara di
atas besi cair panas akan membakar kotoran-kotoran yang ada dalam besi tersebut, namun
secara bersamaan proses ini juga menghilangkan komponen-komponen penting seperti
karbon dan mangan. Selanjutnya komponen-komponen penting ini dapat digantikan
dengan suatu logam paduan antara besi, karbon dan mangan, di samping itu juga
mulai ditambahkan batu kapur yang dapat mengikat senyawa fosfor dan sulfur. Dengan
ditemukannya proses Bessemer, maka di tahun 1870 baja karbon mulai dapat diproduksi
dalam skala besar dan secara perlahan material baja mulai menggantikan besi tuang sebagai
elemen konstruksi.
-
2.2 MATERIAL BAJA 17
Di Amerika Serikat jembatan kereta api pertama yang dibuat dari baja adalah jem-
batan Eads, yang diselesaikan pada tahun 187 4. Jembatan yang memakan biaya sekitar
$10.000.000 ini terdiri dari tiga buah bentangan, bentangan tengah sepanjang 520 ft
sedangkan dua bentangan yang lain sepanjang 500 ft.
Struktur portal rangka baja pertama adalah Home Insurance Company Building
di Chicago yang dibangun oleh William Le Baron Jenny. Jenny menggunakan kolom
dari besi tuang yang dibungkus dengan bata, balok-balok untuk enam lantai pertama
terbuat dari besi tempa, sedangkan balok-balok di lantai atasnya terbuat dari balok baja
struktural.
Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja karbon, baja
paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari baja tersebut seperti
tegangan leleh dan tegangan putusnya diatur dalam ASTM A6/ A6M.
a. Baja karbon
Baja karbon dibagi menjadi 3 kategori tergantung dari persentase kandungan
karbonnya, yaitu: baja karbon rendah (C = 0,03-0,35%), baja karbon medium
(C = 0,35-0,50%), dan baja karbon tinggi (C = 0,55-1,70%). Baja yang sering
digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium, misalnya baja BJ 3 7.
Kandungan karbon baja medium bervariasi dari 0,25-0,29% tergantung kete-
balan. Selain karbon, unsur lain yang juga terdapat dalam baja karbon adalah
mangan (0,25-1,50%), Silikon (0,25-0,30%), fosfor (maksimal 0,04%) dan
sulfur (0,05%). Baja karbon menunjukkan titik peralihan leleh yang jelas, seperti
nampak dalam Gambar 2.4, kurva a. Naiknya persentase karbon meningkat-
kan tegangan leleh namun menurunkan daktilitas, salah satu dampaknya adalah
membuat pekerjaan las menjadi lebih sulit. Baja karbon umumnya memiliki
tegangan leleh if) an tara 210-250 MPa
b. Baja paduan rendah mutu tinggi
Yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi (high-strength
low-alloy steel/HSLA) mempunyai tegangan leleh berkisar antara 290-550 MPa
dengan tegangan putus (f) antara 415-700 MPa. Titik peralihan leleh dari
baja ini nampak dengan jelas (Gambar 2.4 kurva b). Penambahan sedikit
bahan-bahan paduan seperti chromium, columbium, mangan, molybden, nikel,
fosfor, vanadium atau zirkonium dapat memperbaiki sifat-sifat mekaniknya. Jika
baja karbon mendapatkan kekuatannya seiring dengan penambahan persentase
karbon, maka bahan-bahan paduan ini mampu memperbaiki sifat mekanik baja
dengan membentuk mikrostruktur dalam bahan baja yang lebih halus.
c. Baja paduan
Baja paduan rendah (low alloy) dapat ditempa dan dipanaskan untuk mem-
peroleh tegangan leleh antara 550-760 MPa. Titik peralihan leleh tidak tampak
dengan jelas (Gambar 2.4 kurva c). Tegangan leleh dari baja paduan biasanya
ditentukan sebagai tegangan yang terjadi saat timbul regangan permanen sebesar
0,2%, atau dapat ditentukan pula sebagai tegangan pada saat regangan mencapai
0,5%.
Baut yang biasa digunakan sebagai alat pengencang mempunyai tegangan putus
minimum 415 MPa hingga 700 MPa. Baut mutu tinggi mempunyai kandungan karbon
maksimum 0,30%, dengan tegangan putus berkisar antara 733 hingga 838 MPa.
18 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA
100 700
" - baja dengan fY > 700 MPa;
tipikal untuk baja dengan fY > 450 MPa
600
80
500 ro
·u; 0...
~
regangan permanen sebesar 0,2% (0,002 inci/inci) ~
c cro
g,
c
60 baja dengan fY = 345 MPa; tipikal untuk baja Ol
c
ro dengan fY < 450 MPa ro
Ol Ol
~ ~
300
40 Baja BJ37
20
Gambar 2.4 Hubungan tegangan-regangan tipikal. (Sumber: Salmon & Johnson, Steel Structures Design and
Behavior, 4'h ed.)
Agar dapat memahami perilaku suatu struktur baja, maka seorang ahli struktur harus
memahami pula sifat-sifat mekanik dari baja. Model pengujian yang paling tepat untuk
mendapatkan sifat-sifat mekanik dari material baja adalah dengan melakukan uji tarik
terhadap suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan data yang akurat
terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena disebabkan beberapa hal antara lain
adanya potensi tekuk pada benda uji yang mengakibatkan ketidakstabilan dari benda uji
tersebut, selain itu perhitungan tegangan yang terjadi di dalam benda uji lebih mudah
dilakukan untuk uji tarik daripada uji tekan. Gambar 2.5 dan 2.6 menunjukkan suatu
hasil uji tarik material baja yang dilakukan pada suhu kamar serta dengan memberikan
laju regangan yang normal. Tegangan nominal (/J yang terjadi dalam benda uji diplot pada
sumbu vertikal, sedangkan regangan (E) yang merupakan perbandingan antara pertam-
bahan panjang dengan panjang mula-mula (11.LIL) diplot pada sumbu horizontal. Gambar
2.5 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda uji baja yang dilakukan hingga benda uji
mengalami keruntuhan, sedangkan Gambar 2.6 menunjukkan gambaran yang lebih detail
dari perilaku benda uji hingga mencapai regangan sebesar ± 2%.
- 2.3 SIFAT-SIFAT MATERIAL BAJA 19
.:!:. 20%
... E "" 1 5% .. ,
/ sh '
f
daerah
plastis
/--------------
1
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
IE
~----------L-~Y ______________________________________L __ _ _ _ ~£
2%
l•regangan ..,,
permanen
fu : tegangan putus
E,;, : regangan saat mulai terjadi efek strain-hardening (penguatan regangan)
E 11
: regangan saat tercapainya tegangan putus
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
2.1
2.3 KEULETAN MATERIAL 21
Nilai daktilitas dari berbagai material baja berbeda-beda. Baja rnutu tinggi memiliki
nilai daktilitas yang lebih rendah dibandingkan misalnya mutu BJ 37. Beberapa baja mutu
tinggi bahkan memiliki nilai daktilitas mendekati satu, atau dengan kata lain hampir
tidak ada bagian yang mendatar pada kurva regangan-regangan. Untuk baja mutu tinggi
ini juga tidak menunjukkan nilai tegangan leleh (j) yang jelas, sehingga nilai tegangan
leleh dari baja mutu tinggi didefinisikan sebagai besarnya tegangan yang dapat menimbul-
kan regangan permanen sebesar 0,2%. Rendahnya daktilitas juga membuat material baja
menjadi lebih sensitif akibat adanya tegangan sisa yang terjadi selama proses pembuatan
baja tersebut. Proses pabrikasi baja mutu tinggi juga harus diawasi dengan lebih cermat,
terutama pada saat pengelasan yang dapat menimbulkan sobekan lamelar (dibahas dalam
sub bab 2.9).
Penggunaan material baja dengan mutu yang lebih tinggi dari BJ 37 tanpa ada perlakuan
panas (heat treatment) akan mengakibatkan bahan tidak memiliki daktilitas yang baik
dan bahan yang getas/mudah patah, sehingga penggunaan material yang demikian perlu
mendapat perhatian yang lebih dari seorang perencana struktur. Dalam perencanaan struk-
tur baja, keuletan material (toughness) adalah ukuran dari suatu material untuk menahan
terjadinya putus (fracture) atau dengan kata lain adalah kemampuan untuk menyerap
energi. Keuletan material juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menahan ter-
jadinya perambatan retak akibat adanya takikan pada badan material. Retak yang merambat
akan mengakibatkan keruntuhan getas pada material.
Dalam uji tarik uniaksial, keuletan material dapat dihitung sebagai luas total dari
kurva tegangan-regangan hingga titik putus benda uji (pada saat kurva tegangan-regangan
berakhir). Karena kondisi tarik uniaksial jarang dijumpai pada struktur yang sebenarnya,
maka indeks keuletan bahan dapat diukur berdasarkan kondisi tegangan yang lebih kom-
pleks yang terjadi pada suatu takikan.
Salah satu cara untuk mengukur keuletan dari material adalah dengan melakukan
eksperimen Charpy ( Charpy 'V-notch Test). Uji Charpy ini menggunakan benda uji balok
beton persegi yang tertumpu sederhana dan memiliki takikan berbentuk V pada bagian
tengah bentang. Balok ini kemudian dipukul dengan suatu bandul berayun hingga patah.
Energi yang diserap oleh benda uji dapat dihitung dari tinggi jatuh bandul hingga benda
uji patah. Energi yang dapat diserap suatu benda uji akan bertambah seiring dengan ke-
naikan suhu pada saat pengujian dilakukan.
250
.::;-· 200
j' 150
i ·100
_§
Daerah transisi antara perilaku daktail dan getas dari suatu material dapat diperoleh
dengan melakukan uji Charpy pada berbagai temperatur. Benda uji dapat didinginkan
dengan menggunakan nitrogen cair pada suhu -196°C. Cara lain untuk mendapatkan
suhu rendah adalah dengan membuat campuran antara nitrogen cair, alkohol, es (H 20),
dan es kering (CO). Untuk menaikkan temperatur dapat ditempuh dengan cara direndam
pada air mendidih atau dengan dipanaskan pada suatu tungku pembakar. Hasil uji Charpy
untuk berbagai jenis material baja pada berbagai temperatur pengujian ditunjukkan dalam
Gambar 2.7.
Untuk tiap kondisi tegangan multiaksial, diperlukan definisi leleh yang jelas, definisi ini
dinamakan kondisi leleh (atau teori keruntuhan) yang merupakan suatu persamaan inter-
aksi antara tegangan-tegangan yang bekerja.
ae
2
=~[(a] -a2r +(a2 -a3r +(a3 -a~f]::;J/ 2.2
Dengan 0"1, 0"2 , 0"1 adalah merupakan tegangan-tegangan utama, sedangkan O"e adalah
tegangan efektif Dalam banyak perencanaan struktur 0"1 mendekati nol atau cukup kecil
sehingga dapat diabaikan. Dan persamaan 2.2 dapat direduksi menjadi:
2.3
Atau dapat dituliskan pula sebagai:
Persamaan 2.3 dapat digambarkan sebagai kurva seperti dalam Gambar 2.8.
2.5
1
Atau: T = r:; f ~ 0,6f 2.6
y \/3 )' )'
E
Modulus Geser (G), dirumuskan sebagai G = ---,-----,-
2( 1+ J'1)
Dengan E adalah modulus elastis bahan dan !l adalah angka Poisson. Untuk baja, nilai
modulus geser, G ~ 80000 MPa
2.6 PERILAKU BAJA PADA TEMPERATUR TINGGI 23
leh 1: = 0'1
:an
:an
-(j'
1
- o . - - - 0 '1 cr1-0-cr1
)),
till
PY
.m geser murni
lll
'f-
~y
-0'1--- 0- -0'1
2
h
il
Proses desain suatu struktur untuk suatu beban layan pada temperatur normal, biasanya
jarang sekali memperhitungkan perilaku material pada temperatur tinggi. Pengetahuan
mengenai sifat-sifat/perilaku material baja pada temperatur tinggi sangat diperlukan ter-
utama pada saat melakukan proses pengelasan atau pada saat struktur terekspose di dalam
apt.
Pada temperatur sekitar 93°C, kurva tegangan-regangan akan berubah menjadi tak
linear lagi, dan secara bersamaan titik leleh material tidak tampak dengan jelas. Modulus
elastisitas, tegangan leleh dan tegangan tarik semuanya akan tereduksi seiring dengan
naiknya temperatur material. Pada temperatur antara 430 - 540°C laju penurunan
sifat-sifat mekanik dari baja mencapai tingkat maksimum. Tiap material baja memiliki
kandungan kimia dan mikrostruktur yang berbeda-beda, namun secara umum hubun-
gan antara kenaikan temperatur dengan reduksi sifat-sifat mekaniknya ditunjukkan dalam
Gambar 2.9. Baja dengan kandungan karbon yang cukup, seperti BJ 37, menunjuk-
kan perilaku "strain aging' pada kisaran temperatur 150 - 370°C. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya sedikit kenaikan dari tegangan leleh dan tegangan tariknya. Tegangan tarik
mengalami kenaikan sekitar 10% pada temperatur tersebut dan pada temperatur 260
- 320°C tegangan leleh naik kembali seperti pada kondisi temperatur ruangan normal.
"Strain aging' akan mengurangi daktilitas material baja.
Modulus elastisitas baja tereduksi secara cepat pada temperatur di atas 540°C. Ketika
temperatur mencapai 260 - 320°C, baja mengalami deformasi seiring dengan pertambahan
-
24 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA
waktu di bawah beban yang dikerjakan. Fenomena ini disebut dengan istilah rangkak
(creep) yang biasanya dijumpai pada material beton, pada temperatur normal fenomena
rangkak tidak dijumpai pada material baja.
Temperatur, °C
1,0
0,6
0,4
c
~ 0,2
c
ro
2
0 200 400 600 800 1000
Temperatur, °F
Gambar 2.9 Efek Kenaikan Temperatur rerhadap Sifu-sit~u Mekanik Material Baja. (Sumber: Salmon &
Johnson, Steel Structures Design and Behal'l·or. -+ ed. \
- 2.7 PENGERJAAN DINGIN DAN PENGUATAN REGANGAN 25
ak Efek lain yang terjadi pada material baja akibat kenaikan temperatur antara lain
na adalah naiknya tahanan impak pada takikan pada temperatur 65 - 95°C, meningkatnya
sifat getas material akibat perubahan metalurgi dari material, dan naiknya ketahanan baja
terhadap korosi pada temperatur 540°C.
Setelah regangan leleh £ 1• = _f;!Es pada leleh pertama terlampaui, dan benda uji dibebas-
bebankan, pembebanan kembali akan memberikan hubungan tegangan-regangan yang
berbeda dari hubungan semula. Dalam gam bar 2.10 proses pembebasbebanan terjadi
dari lintasan A ke B, timbul regangan permanen OB. Kapasitas daktilitas berkurang dari
regangan OF ke BF. Pembebanan kembali dimulai dari titik B hingga mencapai daerah
penguatan regangan (titik C). Dari titik C dibebas-bebankan kembali sampai ke titik
D.
Tegangan Tarik
Hubungan tegangan-
E (tegangan
c regangan elastis-plastis
(IJ I putus)
Ol
c
(IJ I
~
Ol
I I
I
I
Kemiringan I akibat
I
penguatan
elastis I regangan
I
I I
I
D F Regangan
penguatan regangan ------
Regangan -1
permanen
Bila material baja yang mengalami pembebanan hingga mencapai daerah penguatan
~cgangan dan kemudian beban dilepaskan beberapa saat, maka material itu akan menam-
~'-1kkan sifat yang berbeda. Hubungan tegangan-regangan tidak lagi melalui lintasan D, C
:=. dalam Gambar 2. 1 1, namun titik leleh baja akan meningkat. Fenomena ini disebut strain
.:_~-i;zg. Baja yang mengalami strain aging akan mengalami kenaikan tegangan leleh, tegangan
:.:.rik dan tegangan putusnya, daerah plastis dengan tegangan konstan juga mengalami
~;'"naikan, namun daktilitas material ini mengalami penurunan.
Beban mulai diberikan kembali dari titik D, panjang lintasan DC lebih panjang dari
:;nasan BA yang mengindikasikan pula terjadi kenaikan titik leleh, peristiwa ini disebut
efek penguatan regangan. Proses pembebanan di luar daerah elastis yang berakibat pe-
-~Jbahan daktilitas bahan, dan dilakukan pada temperatur ruangan dikenal dengan istilah
pengerjaan dingin (cold form).
26 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA
c peningkatan
co peningkatan tegangan akibat
0)
c tegangan leleh strain
E
co
0)
akibat aging
~
penguatan
regangan
Regangan
~ Daktilitassetelah j
penguatan regangan
dan strain aging
Arah
transversal
Arah penggilingan
il,
lll
Z = Arah ketebalan
z
Gambar 2.12 Arah Gilas, Arah Transversal, dan Arah Ketebalan
a
Gambar 2.13 Sobekan Lamelar pada Sambungan T dari Las Sudut
+ +
Bagian pelat baja yang mengalami sobekan lamelar akan menjadi berserabut (Gambar
2.14), hal ini mengindikasikan bahwa pelat tersebut memiliki daktilitas yang rendah dalam
arah ketebalan.
Salah satu cara mencegah terjadinya sobekan lamelar adalah dengan memperbaiki
detail sambungan las. Beberapa cara perbaikan diperlihatkan dalam Gambar 2.15.
Pembebanan yang bersifat siklik (khususnya beban tarik) dapat menyebabkan keruntuhan,
meskipun tegangan leleh baja tak pernah tercapai. Keruntuhan ini dinamakan keruntuhan
Ielah (fatigue failure). Keruntuhan Ielah dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni:
a. jumlah siklus pembebanan
b. daerah tegangan layan (perbedaan antara tegangan maksimum dan minimum)
c. cacat-cacat dalam material tersebut, seperti retak-retak kecil
Pada proses pengelasan cacat dapat diartikan sebagai takikan pada pertemuan antara
dua elemen yang disambung. Lubang baut yang mengakibatkan dikontinuitas pada elemen
juga dapat dikategorikan sebagai cacat pada elemen tersebut. Cacat-cacat kecil dalam suatu
elemen dapat diabaikan dalam suatu proses desain struktur, namun pada struktur yang
mengalami beban-beban siklik, maka retakan akan makin bertambah panjang untuk tiap
siklus pembebanan sehingga akan mengurangi kapasitas elemen untuk memikul beban
layan. Mutu baja tidak terlalu mempengaruhi keruntuhan Ielah ini.
-
3
Batang Tarik
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Mengetahui perilaku keruntuhan suatu batang tarik
Melakukan proses desain penampang suatu komponen struktur tarik
bar
am 3.1 PENDAHULUAN
Batang tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti struktur-struktur
tiki
jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang tarik
ini sangat efektif dalam memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profil tunggal ataupun
profil-profil tersusun. Contoh-contoh penampang batang tarik adalah profil bulat, pelat,
siku, siku ganda, siku bintang, kanal, WF, dan lain-lain. Gambar 3.1 menunjukkan
beberapa penampang dari batang tarik yang umum digunakan.
Ln,
an
• [ L
(a) pelat (b) bulat pejal (c) profil kana! (d) profil siku
ra
_j
:n
u
g
_JL
(e) profil siku ganda
r
(f) profil siku bintang
I
(g) profil WF
p
1
][ I
(h) profil kana! ganda (i) profil S
Gambar 3.2 Struktur Rangka Atap Baja dengan Menggunakan Profit Siku.
(Sumber: Koleksi Pribadi)
Struktur rangka atap biasanya menggunakan profil siku tunggal atau dapat pula digu-
nakan dua buah profil siku yang diletakkan saling membelakangi satu sama lain. Jarak di
antara dua buah profil siku tersebut harus cukup agar dapat diselipkan sebuah pelat (biasa
dinamakan pelat buhul) yang digunakan sebagai tempat penyambungan antar batang.
Siku tunggal dan siku ganda mungkin merupakan profil batang tarik yang paling banyak
digunakan. Profil T biasanya juga dapat digunakan dalam struktur rangka atap sebagai
alternatif dari profil siku.
Gambar 3.3 Struktur Rangka Jembatan Kereta Api. (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pada struktur rangka jembatan dan rangka atap yang berbentang besar, umum
digunakan profil-profil WF atau profil kanal.
3.2 TAHANAN NOMINAL 31
: .2 TAHANAN NOMINAL
Dalam menentukan tahanan nominal suatu batang tarik, harus diperiksa terhadap tiga
macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu:
a. leleh dari luas penampang kotor, di daerah yang jauh dari sambungan
b. fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan
c. geser blok pada sambungan
u-
• ~disi Leleh dari Luas Penampang Kotor
di
sa Bila kondisi leleh yang menentukan, maka tahanan nominal, J', 1
, dari batang tarik me-
g. menuhi persamaan:
tk Tn =AgJ,y 3.2
a1
2
Dengan A = luas penampang kotor, mm
!,g = kuat leleh material, MPa
y
Bila kondisi fraktur pada sambungan yang menentukan, maka tahanan nominal, ~ 1 ,
dari batang tersebut memenuhi persamaan :
T11 = A.f
eJu 3.3
Dengan Ae luas penampang efektif = UA 11
=
An luas netto penampang, mm 2
=
U = koefisien reduksi ( akan dijelaskan lebih lanjut )
J;, = tegangan tarik putus, MPa
Dengan ¢ adalah faktor tahanan, yang besarnya adalah:
¢ = 0,90 untuk kondisi leleh, dan
¢ = 0,75 untuk kondisi fraktur
Faktor tahanan untuk kondisi fraktur diambil lebih kecil daripada untuk kondisi
leleh, sebab kondisi fraktur lebih getas/berbahaya, dan sebaiknya ripe keruntuhan jenis
ini dihindari.
• CONTOH 3.1:
Hitung luas netto, An dari batang tarik berikut ini. Baut yang digunakan berdiame~er 19
mm. Lubang dibuat dengan metode punching.
Lubang baut ¢ 19 mm
T._, "()
I ,___. T
Pelat 6 x 100 mm
JAWAB:
"""
Luas kotor, Ag = 6 X 100 = 600 mm 2
Lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm
An = A17
Iebar lubang X tebal pelat )
- (
>
3.4 EFEK LUBANG BERSELANG-SELING ... 33
Lubang baut dapat diletakkan berselang-seling seperti dalam Gambar 3.5. Dalam SNI 03-
t3 1729-2002 pasal 10.2.1 diatur mengenai cara perhirungan luas netto penampang dengan
lubang yang diletakkan berselang-seling, dinyatakan bahwa luas netto harus dihitung
berdasarkan luas minimum antara potongan 1 dan potongan 2.
T.._._
lSI
liS
ut
n- Dari potongan 1-1 diperoleh: An= A - n.d.t
Lt,
Potongan 1- 2: An= A - n.d.t+ L~
.~ 4u
1S Dengan: Ag = luas pcnampang kotor
ll1 A II
= luas penampang netto
= reba! penampang
it,
d = diameter lubang
n = banyak lubang dalam satu potongan
s,u = jarak antar sumbu lubang pada arah sejajar dan tegak lurus sumbu
komponen struktur
Yo
• CONTOH 3.2:
Tentukan Ancno minimum dari batang tarik berikut ini, ¢ baut = 19 mm, tebal pelat GO
mm
9
JAWAB:
- ------.---
60
-l-
T
......_.
60 a. T
-+---- -$ ~
i
100
I c.
-t- -·------€7-
75 \ \
-
34 BAB 3 SATANG TARIK
Jika sambungan yang diletakkan berselang-seling tersebut dijumpai pada sebuah profil
siku, kanal atau WF, maka penentuan nilai u dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Profil siku sama kaki atau tak sama kaki
0 0
~2
3.4 EFEK LUBANG BERSELANG-SELING ... 35
Hi tung An minimum dari batang tarik berikut, yang terbuat dari profil siku L 100.150.10.
Dengan ¢ lubang = 25 mm.
JAWAB:
A
0 0
Oa
}a
Oc 0
fos
• CONTOH 3.4:
Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 berikut ini, jika baut yang digunakan berdiameter
16 mm.
JAWAB:
I 30 I
-_t----
¢
I
~',-
0
\
G)
- 1 5 0 + 30_8,5
= 71,5
I
I
I
I
0 ([)
I
I
--r-------~----
I I I I Q ¢
4@ 50
I
2
Ukuran lubang = 16 + 2 = 18 mm
Potongan 1: An= 3220- 2(18)(11,5)- 8,5(18) = 2653 mm 2
502 2
Potongan 2: An= 3220- 2(18)(11,5) _ 2(18)(8,5) + x(l1,5+ 8 ,5)1 2 + 50 X8,5
4 X 71, 5 4 X 100
= 2640,54 mm 2
36 BAB 3 BATANG TARIK
Kinerja suatu batang tarik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, namun hal yang perlu
diperhatikan adalah masalah sambungan karena adanya sambungan pada suatu batang
tarik akan memperlemah batang tersebut. Efisiensi suatu sambungan merupakan fungsi
dari daktilitas material, jarak antar alar pengencang, konsentrasi tegangan pada lubang
baut serta suatu fenomena yang sering disebut dengan istilah shear lag.
Shear lag timbul jika suatu komponen struktur tarik hanya disambung sebagian saja,
sebagai contoh adalah sambungan unruk profil siku dalam Gambar 3.6. Profil siku tersebut
hanya disambung pada salah satu kakinya saja, sehingga bagian yang disambung akan
mengalami beban yang berlebihan sedangkan bagian lainnya tidak menerima tegangan yang
sama besarnya. Salah satu cara mengatasi masalah shear lag adalah dengan memperpanjang
sambungan. Masalah shear lag dalam perhitungan diantisipasi dengan menggunakan istilah
luas netto efektif, yang dapat diterapkan pada sambungan baut maupun las. Pasal 10.2
SNI 03-1729-2002 mengatur masalah perhitungan luas netto efektif Dinyatakan bahwa
luas penampang efektif komponen struktur yang mengalami gaya tarik harus ditentukan
sebagai berikut:
Ae U.A II 3.4
Dengan: Ae Luas efektif penampang
A II luas netto penampang
X
u koefisien reduksi = 1- L ~ 0, 9
x eksentrisitas sambungan
L panjang sambungan dalam arah gaya tarik
Apabila gaya tarik disalurkan dengan menggunakan alat sambung las, maka akan ada
3 macam kondisi yang dijumpai, yaitu:
1. bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan pelat,
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang, maka: Ac = Ao-
2. bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja: "'
Ae = luas pen am pang yang dis am bung las ( U = 1)
3. bila gaya tarik disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang sepanjang kedua
sisi bagian ujung elemen: Ae = U.Ag
3.5 LUAS NETTO EFEKTIF 37
1 saja,
·sebut
akan
A I
I
yang
1png
;tilah
10.2
1hwa Gambar 3.7 Ekscntrisitas Sambungan, x unruk Prof11 \vF
1kan
3.4
• CONTOH 3.5:
Sebuah pelat 10 X 150 mm dihubungkan dengan pelat berukuran 10 X 250 mm meng-
gunakan sambungan las seperti pada gambar. Hitunglah tahanan tarik rencana dari struktur
tersebut jika mutu baja adalah BJ 41 if;= 250 .\1Pa, J;, = 410 MPa)
38 BAB 3 SATANG TARIK
pelat 10 x 150 mm
pelat 10 x 250 mm
JAWAB:
Kondisi leleh:
~'~>Tn = 'f'-
'f' .1' =
EI)AgJy 0,90(10)(150)(250) = 33,75 ton
Kondisi fraktur:
I,Sw = 225 mm > l = 200 mm > w = 150 mm ~ U = 0,75
A e = U.A n = 0,75(10)(150) = 1125 mm 2
¢Tn = ¢Aefu = 0,75(1125)(410) = 34,6 ton
Jadi, tahanan tarik rencana dari komponen struktur tersebut adalah sebesar 33,75 ton .
• CONTOH 3.6:
Hitunglah tahanan tarik rencana dari profil siku 50.50.5 yang dihubungkan pada suatu
pelat buhul seperti pada gambar berikut. Mutu baja adalah BJ 37
x = 14 mm
A
9
= 480 mm 2
}AWAB:
Karena pada ujung profil siku juga terdapat sambungan las, maka nilai U harus dihitung
X
berdasarkan persamaan 1-- ::::; 0, 9
Kondisi leleh: L
¢Tn = ¢Agi,y = 0,90(480)(240) = 10,368 ton
Kondisi fraktur:
U
x
= 1-- = 1 - - = 0
14
72 < 0 9 (OK)
L 50 ' '
~'~>Tn =
'f'
¢AeJu
.1' = 0,75(345,6)(370) = 9,59 ton
Jadi, tahanan tarik rencana dari komponen struktur tersebut adalah sebesar 9,59 ton .
• CONTOH 3.7:
Tentukan tahanan tarik rencana dari profil WF 300.150.6,5.9 pada gambar berikut ini,
jika baut yang digunakan mempunyai diameter 19 mm.
.. 3.5 LUAS NETTO EFEKTIF 39
~00 ------------
0
bo
0
a
=r 80
2
65
+100- ·
2
= 136 75
'
co
0 od
atu
(a) siku atau siku ganda (b) siku a tau siku ganda
mg
(e) WF, blh > 2/3 (f) T, blh > 2/3 (untuk profil WF induk)
ill,
JAWAB:
1\1enghirung luas netw profll:
Potongan a-d:
A,1 = 4678 - 4(9)(19+2) = 3922 mm 2
Potongan a-b-e-d:
2
=oc 467R- 4(9)(19+2)- 2(6,5)(19+2) + 2 • 40 (6,5+9)/2
4 X 136,75
= 3694,34 rnm 2
85% A~ = 0,85(4678) = 3976,3 mm 2
Jadi, A /1 = 3694,34 mm 2
Karena tiap bagian profil tersambung, rnaka distribusi tegangan terjadi secara merata pada
bagian Aens dan web, sehingga nilai U dapat diambil sama dengan 1 ,0.
Kondisi leleh:
¢~, == ¢Agf; = 0,90(4678)(240) = 101,04 ton
Kondisi fraktur:
A t'
= UA n = 1,0(3694,34) = 3694,34 mm 2
¢~ 1 "' ¢·Acf11 = 0,75(3694,34)(370) = 102,52 ton
Jadi, tahanan tarik rencana dari komponen srruktur tersebut adalah sebesar ] 01 ,04 ton .
• CONTOH 3.8:
Suatu pelat baja setebal 20 mm disambungkan ke sebuah pelat buhul dengan alat sam-
bung baut berdiameter 1C) mm. Jika mutu baja BJ 37, hitunglah beban kerja maksimum
yang dapat dipikul oleh pelat tersebut (beban kerja terdiri dari 20%J beban mati dan 80%
beban hidup)
JAWAB:
Menghitung luas netto, A,1:
Pot. 1-2-3:
A 11 = 20(320 - 3(19 + 2)) 5140 mm 2
-~
1 (
o I
I \
o4 l )
4@ 60
!
r
60
05
02
I
I
I
I
--- Tu
1320
03
I
I
_L
Pot. 1-4-2-5-3:
802 20
A 71 = 20(320 - 5(19 + 2)) + 4. X = 6433,3 mm 2
4x60
Pot. 1-4-5-3:
802 20
A = 20(320 - 4(19 + 2)) + 2· X = 5786,6 mm 2
1/ 4x60
3.6 GESER BLOK 41
Pot. 1-4-6:
20(320 - 3(19 + 2)) + 80 ~ X 20 +
502 20
A !I = X = 5881,63 mm
4x60 4x60
85% A,~ = 0,85(320)(20) = 5440 mn/
Jadi, A 1/ min = 5140 mn/
Koefisien reduksi U = 1 - .X'/ L = 1 - ( Y2·20/130 ) 0,923 > 0,9 ---7 U = 0,9
Kondisi leleh:
¢T~, = qJAgJ;: = 0,90(6400)(240) = 138,24 ton
Kondisi fraktur:
A ('
UA = 0,9(5140) = 4626 mm~
Jl
>ada ¢~ 1 = <bAefu = 0,75(4626)(370) = 128,3715 ton
¢l~~ >
Tu ( = 1,2D + 1,6L)
128,3715 = 1,2(0,2 T) + 1,6(0,8 T)
128,3715 = 0,24T + 1,28T ---7 T = 84,45 ton
Jadi, beban kerja maksimum yang boleh bekerja adalah sebesar 84,45 ton.
geser
__.T
Tahanan nominal suatu struktur tarik ditentukan oleh riga macam ripe keruntuhan yakni
leleh dari penampang brutto, fraktur dari penampang efektif dan geser blok pada sam-
bungan. Sedapat mungkin dalam mendisain suatu komponen struktur tarik, keruntuhan
yang terjadi adalah leleh dari penampang bruttonya, agar diperoleh ripe keruntuhan yang
daktail.
• CONTOH 3.9:
Bila rasio beban hidup dengan beban mati adalah sama dengan 3, LID = 3, hitunglah
beban kerja yang dapat dipikul oleh profil L 100.100.10, dengan baut berdiameter 16 mm
yang disusun seperti dalam gambar berikut. BJ baja 37 ( J; = 240, fu = 370 )
5 X 50
0 0
0 0 0
JAWAB:
Kondisi leleh:
¢· Tn = ¢-Ag!,y = 0,9(1920)(240) = 41,472 ton
Kondisi fraktur:
An1 1920- 10(16 1740 mm 2 (90,6% A)
+ 2) =
g
2
A = 1920 - 2(10)(16 + 2) + S0 x 10 2
= 1716,25 mm (89,4 %A)
2
n 4 X 40 g
1- ~
28 2
u = = 1- ' = 0 86
L 4x 50 '
A U.A n = 0,86 x 1632 = 1403,52 mm 2
ATn
'V
AAeJ.1'u =
= 'r 0,75(1403,52)370 = 38,95 ton
Jadi, tahanan rencana, Td = 38,95 ton
Td > ~ = 1,2D + 1,6 L
38,95 = 1,2D + 1,6(3D) = 6D
Diperoleh D = 6,49 ton dan L = 19,47 ton.
Beban kerja, D + L = 6,49 + 19,47 = 25, 96 ton.
Bila digunakan baut berukuran besar (jumlahnya menjadi lebih sedikit) atau bila tebal
pelat sayap cukup tipis, maka perlu ditinjau keruntuhan geser blok.
• CONTOH 3.10:
Hitunglah tahanan rencana komponen struktur tarik berikut, yang terbuat dari profil
L 80.80.8. Mutu baja BJ 37. Diameter baut 19 mm.
3.6 GESER BLOK 43
akni
;am-
Ihan
yang
tarik
tglah
mm ~I
x = 22,6
I~ 4 X 30
~I
JAWAB:
Kondisi leleh:
¢·Tn = ¢-Ag fvy = 0,9(1230)(240) = 26,568 ton
Kondisi fraktur:
A n = 1230 - 8(19 + 2) = 1062 mm 2
0,85-Ag = 0,85(1230) = 1045,5 mm 2
x 22,6
u = 1--z = 1-9() = 0,75
• CONTOH 3.11:
Hitunglah tahanan rencana dari profil siku 100.100.10 pada sambungan berikut, jika mutu
baja yang digunakan adalah BJ 41. Perhitungkan pula terhadap geser blok!
JAWAB:
Kondisi leleh:
L tebal ¢·Tn = ¢·~!; = 0,9(1920)(250) = 43,2 ton
Kondisi fraktur:
A n = 1920 mm 2
u
x 28,2
= 1-- = 1 - - - = 0,624
profil
L 75
44 BAB 3 BATANG TARIK
A
9
= 1920 mm 2
x = 28,2 mm
Pelat 10 mm
A = UA II = 0,624(1920) = 1198,08 mm 2
</J· T" = </J.Arfz: = 0,75(1198,08)(410) = 36,84 ton
Periksa terhadap geser blok:
Agz· (200)(1 O) + (75)(10) = 2750 mm 2
A = 100(1 0) = 1000 mm 2
:<t
A nu = 2750 mm 2
A /It = 1000 mm 2
0,6J;1 -A 1w = 0,6(410)(2750) = 67,65 ton
.(Ant = 41 0(1 000) = 41 ton
Ju .A Ill' > lu
0, 6.1' f' .A lit terJ· adi o-bcser fraktur - tarik leleh
Untuk mengurangi problem yang terkait dengan lendutan besar dan vibrasi, maka kom-
ponen strukrur tarik harus memenuhi syarat kekakuan. Syarat ini berdasarkan pada rasio
kelangsingan, A = L/r. Dengan A adalah angka kelangsingan struktur, L adalah panjang
• CONTOH 3.12:
Suatu struktur rangka batang dengan pembebanan seperti pada gambar berikut:
Periksalah apakah batang AB cukup kuat menahan gaya tarik yang bekerja padanya, jika
beban kerja merupakan kombinasi dari 20%D dan 80%L. Asumsikan banyak baut adalah
1 baris (</J baut = 19 mm). Mutu baja BJ .37.
3.7 KELANGSINGAN STRUKTUR TARIK 45
7,5 ton
3m 3m 3m 3m
.I
JAWAB:
Terlebih dahulu harus dicari besar reaksi pada titik B serta gaya batang AB, dengan meng-
gunakan rumus-rumus dasar ilmu statika.
:L Afc = 0
- RB(12) + 15(3 + 6 + 9) + 7,5(6) + 15(4) =- 0
R8 = 31,25 ton
Dengan cara Ritter melalui potongan 1, dapat dicari besarnya gaya b~ltang AB:
D....-----
'
15 ton L Mn == 0
~~~/3(4)-31,25(3)=0
---~
SAB == 23,4375 ton
t
)11
t Rb = 31,25 ton
Kondisi fraktur:
An = 2(940- 7(21)) = 1586 mm 2
ya, jib
adalah Ambil U = 0,85
¢~ 1 = C/JJ;tAe = 0,75(370)(0,85)(1586) == 3:,41 ton
Jadi, ¢Tn (= 37,41 ton) > 7~1 (= 35,625 ton), prohl tersebut cukup kuat.
46 BAB 3 BATANG TARIK
-
3.8 TRANSFER GAYA PADA SAMBUNGAN
Pada umumnya lubang pada batang tarik digunakan oleh alat pengencang, baut, atau paku
keling, untuk mentransfer gaya dari satu batang tarik ke batang tarik lainnya.
Anggapan dasar: Alat pengencang dengan ukuran yang sama akan menyalurkan gaya
yang sama besarnya bila diletakkan secara simetri terhadap garis netral komponen struktur
tarik.
• CONTOH 3.12:
Hitunglah gaya tarik nominal maksimum dari komponen struktur tarik berikut ini. Bila
tebal pelat 6 mm, diameter baut 19 mm, dan mutu baja BJ 37.
0
0
0
2
0
Tu
_______.
t
0
0
6
1::
50
~ 60+· 60+60 ~
JAWAB:
a. potongan 1-3-1: ( Gaya 100% Tn )
A n = 6(300- 3(19 + 2)) = 1422 mm 2 (79%.Ag)
Tn = .+
AeJu = .+
U.A nJu =
0,5x6
U = 1- X > 0,9 --7 U = 0,9
3 60
Tn = 0,9(1422)(370) = 47,35 ton
b. potongan 1-2-3-2-1: ( Gaya 100% 1',
1
)
602 6
A = 6(300 - 5(19 + 2)) + 4. x 1602 mm 2 (89%-A)
n 4 X 50 g'
Tn = U.A nJu
.1'
= 0,9(0,85)(1800)(370) = 50,95 ton
c. potongan 1-2-2-1: ( Gaya 90% Tn )
60 2 x6 2
An = 6(300- 4(19 + 2)) +2. xSO 1512 mm (84%-A)
4
0,9. Tn = U.Anfu
= 0,9(1483,2)(370) = 50,35 ton
Tn = 50,35 I 0,9 = 55,94 ton
Jadi, Tn maksimum adalah 47,35 ton.
P.:
SOAL-SOAL LATIHAN 47
5-0AL-SOAL LATIHAN
paku : ; 1 Sebuah batang tarik berukuran 10 mm X 175 mm disambung dengan 3 buah baut berdi-
ameter 25 mm. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37. Hitunglah tahanan tarik rencana
gaya batang tersebut dengan mengasumsikan Ae = An.
tktur
10 mm x 175 mm
Bila 0
Gambar P.3.1
: 3. 2 Sebuah batang tarik dari pelat berukuran 10 mm X 190 mm, harus memikul be ban mati
sebesar 110 kN dan beban hidup 200 kN. Mutu baja BJ 41 dan diameter baut 25 mm.
Dengan mengasumsikan Ae = An' periksalah kecukupan batang tersebut!
10 mm x 190 mm
0
0
Gambar P.3.2
: 3.3 Hitunglah besarnya luas efektif, Ae, pada tiap-tiap komponen struktur tarik berikut ini!
125 mm 125 mm
~ 2mx125mm ~ 2mx125mm
:7 +- L/ +-
(a) las (b) las
4@ 50 mm
0 0 0
Gambar P.3.3
: 3.4 Sebuah batang tarik dari profil siku tunggal seperti pada gambar (dari baja dengan mutu
BJ 41). Jika baut yang digunakan berdiameter 22 mm, hitunglah tahanan tarik rencana
dari batang tersebut!
-
48 BAB 3 BATANG TARIK
Gambar P3.4
P.3.5 Profil siku 100.150.10 dari baja BJ 37 disambungkan ke sebuah pelat simpul dengan baut
berdiameter 25 mm. Batang ini memikul beban mati 200 kN, beban hid up 400 kN serta
beban an gin 150 kN. Periksalah apakah profil siku 100.150.10 terse but mencukupi untuk
memikul beban-beban yang bekerja!
L 100.150.10
40 3@ 75 mm
Ti
151 6~
~
0
0
0
0
0
0
01
01 :
Gambar P.3.5
Batang tarik yang terbuat dari pelat berukuran 6 mm X 125 mm disambung dengan las
P.3.6
memanjang di kedua sisinya. Panjang las yang digunakan adalah 175 mm. Jika mutu baja
adalah BJ 41, hirunglah tahanan tarik rencananya!
Gambar 1~3.7
SOAL-SOAL LATIHAN 49
=3.8 Profil siku 100.100.12 disambung dengan bam berdiameter 19 mm seperti pada gambar.
Jika mutu baja yang digunakan adabh BJ 3~, berapakah tahanan tarik rencana dari batang
terse but?
=.3.9
0
Gam bar P. .'1. 8
r
Hitunglah tahanan geser blok dari suatu komponen struktur tarik berikur, jika mutu baja
BJ 41 dan diameter baut yang dipakai adalah 22 mm!
baur
serta
ntuk L.100.100.12
0 0
1~4---------1~
40 75 40
Cambar P.3.9
Hitunglah beban tarik terfaktor maksimum yang dapat dipikul oleh batang tarik berikut,
dengan mempertimbangkan pengaruh geser blok. Mutu baja yang digunakan adalah BJ
37 dan diameter baut 19 mm.
~,
40
. 75
... 1 . .
75 40
. . I~ GNP 20
n las
baja 601 0 0 0
100
ngan
0 0 0
501
t = 10 mm
Gambar P.3. 10
=: 11 Pilihlah profil siku yang cukup ekonomis yang dapat digunakan untuk batang bawah dari
suatu konstruksi kuda-kuda baja (BJ 37) berikut ini. Semua batang disambung dengan
menggunakan las memanjang.
8 @ 2,75 m = 22 m
-
4
Batang Tekan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Memahami kondisi-kondisi dalam merencanakan suatu komponen struktur tekan
Memahami pengaruh tegangan sisa, panjang tekuk dan tekuk lokal dalam
merencanakan komponen struktur tekan
• Melakukan analisis dan desain penampang unruk memikul beban tekan aksial
4.1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai komponen-komponen struktur yang mengalami
gaya aksial tekan. Batang-batang tekan yang banyak dijumpai yaitu kolom dan batang-
batang tekan dalam struktur rangka batang. Komponen struktur tekan dapat terdiri dari
profil tunggal atau profil tersusun yang digabung dengan menggunakan pelat kopel.
Syarat kestabilan dalam mendisain komponen struktur tekan sangat perlu diper-
hatikan, mengingat adanya bahaya tekuk (buckling) pada komponen-komponen ~ekan
yang langsing.
Teori tekuk kolom pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler di tahun 1744. Kom-
ponen struktur yang dibebani secara konsentris, di mana seluruh serat bahan masih dalam
kondisi elastik hingga terjadinya tekuk, perlahan-lahan melengkung. Perhatikan Gambar
4.1.
Akibat terlenturnya batang tersebut, maka timbul momen lemur sekunder yang
besarnya:
M(x)= P·y(x) 4.1
Dengan mengingat bahwa:
2
d y _ M(x)
EI 4.2
Sehingga dari 4.1 dan 4.2 diperoleh suatu persamaan diferensial linear orde dua dengan
koefisien konstan:
d2y p -
dx 2 + EI y-O
lll 4.3
m Dengan mengubah K2 = PIE!, maka solusi persamaan 4.3 adalah:
y(x) = A.sin Kx + B.cos Kx 4.4
Dari kondisi batas:
y( 0) = 0 ~ 0 = 0 + B ~ B = 0 4.5.a
y(L) = 0 ~ 0 = A sin KL 4.5.b
Solusi dari 4.5.b ada tiga kemungkinan, A = 0 yang berarti tak ada lendutan, KL = 0 yang
berarti tak ada beban, serta KL = Nn (N = 1,2,3, ... ). Sehingga diperoleh:
p
EI 4.6
Atau dari 4.6, dengan N = 1 (N ditetapkan sedemikian hingga P memberikan tingkat
energi yang minimum), diperoleh:
2
p = 1r EI
o L2
4.7
Dan tegangan tekan yang terjadi:
~r 1T2 E
f, = Ag = (L I r )2 4.8
am1
ng- Pendekatan Euler pada umumnya diabaikan dalam disain karena hasil dari percobaan-
dari percobaan yang dilakukan tak sesuai dengannya. Pendekatan Euler hanya mungkin terjadi
bila nilai 1 yang cukup besar (1 > 110). Untuk nilai 1 yang lebih kecil, akan terjadi tekuk
per- inelastis. Dan bila nilai 1 < 20 akan terjadi leleh pada seluruh penampang. Pada kenyataan-
kan nya, keruntuhan kolom lebih banyak terjadi akibat tekuk inelastis.
KEKUATAN KOLOM
Kolom ideal yang memenuhi persamaan Euler, harus memenuhi anggapan-anggapan se-
)ill- bagai berikut:
lam 1. kurva hubungan tegangan-regangan tekan yang sama di seluruh penampang
bar 2. tak ada tegangan sisa
3. kolom benar-benar lurus dan prismatis
4. beban bekerja pada titik berat penampang, hingga batang melentur
5. kondisi tumpuan harus ditentukan secara pasti
6. berlakunya teori lendutan kecil (small deflection theory)
7. tak ada puntir pada penampang, selama terjadi lentur
Bila asumsi-asumsi di atas dipenuhi, maka kekuatan kolom dapat ditentukan berdasar-
kan:
52 BAB 4 BATANG TEKAN
-
r.2E
p = _ _ A= I f .A 4.9
(Lir)2 g
IT o :<
dengan:
Et = tangen Modulus Elatisitas ada tegangan PjAIT
Ag = luas kotor penampang batang "'
kL!r = rasio kelangsingan efektif
k = faktor panjang efektif
L = panjang batang
r = jari-jari girasi
Pada umumnya tegangan sisa banyak dihasilkan akibat proses 1 dan 3. Besarnya
tegangan sisa tak tergantung pada kuat leleh balun, namun bergantung pada dimensi
dan konfigurasi penampang, karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan pen-
dinginan. Profil WF atau profil H setelah dibentuk melalui proses gilas panas, maka
bagian sayap menjadi lebih tebal dari bagian badannya, mendingin lebih lambat daripada
bagian badan. Bagian ujung sayap mempunyai daerah sentuh dengan udara yang lebih
luas dibandingkan daerah pertemuannya dengan badan. Konsekuensinya, tegangan tekan
sisa terjadi pada ujung sayap dan pada daerah tengah dari badan. Sedangkan tegangan sisa
tarik terjadi pada daerah pertemuan antara sayap dan badan.
PIA
t
akibat tegangan
------i lleleh
lj_
sis a
_____ ltinelastik
elastik
E Et
(a) (b)
4.5 KURVA KEKUATAN KOLOM . 53
inelastik fer
I elastik
can I
?;ga
~uk
Inl I
I
I
I I
---1------ -I-----
I
I
I
/
0 20 90 110
ten
Gambar 4.2 Pengaruh Tegangan Sisa
Untuk memperhitungkan efek dari leleh awal yang diakibatkan oleh tegangan sisa,
perhatikan satu serat pada penampang sejarak x dari sumbu dengan regangan nol yang
ctiakibatkan oleh lemur.
tya
ns1
~n sumbu dengan regangan nol
tka
.da
)ih
an
IS a
L jarak ke sera! terluar
C ;amhar 4.3 Tegangan pada Serat Sejarak x dari Sumbu Regangan No! Akibat Lentur
'. :.;.ka kontribusi momen lemur dari tegangan pada satu serat adalah:
dJ.J = (tegangan)(luas)(lengan momen) = (8·Et'x)(dA)(x) 4.10
R=~
6 4.12
54 BAB 4 SATANG TEKAN
8=2_=_!!_
R E'·I 4.13
Sehingga:
E ' ·I=-=
M
e
I Et ·X 2dA 4.14
A
Lihat kembali kurva tegangan regangan ideal (garis putus) pada Gambar 4.2, untuk f <
J;,maka Et = E, dan untuk f = fj Et = 0, maka 4.15 menjadi:
Bila tak ada tegangan sisa dalam komponen struktur tekan, pada saat Ie I, dan J;,.
+,
J_yberlaku:
4.19
I I
I I
----~------- --
1 ! !
Tegangan sisa pada komponen struktur tekan mempengaruhi bentuk kurva pada
daerah 11 < 1 < 12 , di mana 0 < Ie < I. Pada daerah 0 < l < 11, scr = fy.
• CONTOH 4.1:
Gambarkan kurva (f1 vs A) untuk tekuk arah sumbu lemah, dari profil I berikut ini, yang
mempunyai J;
= 240 MPa. Profil hasil gilas panas ini mempunyai kurva tegangan sisa
yang sudah disederhanakan seperti pada gambar. A.baikan kontribusi dari bagian badan
(web). Hasil pengujian menunjukkan kuna tegangan regangan material elastoplastik, E
= 200.000 MPa.
4.5 KURVA KEKUATAN KOLOM ... 55
JAWAB:
4.13 Akibat beban luar, regangan yang timbul dalam tiap serat bahan adalah sama. Hingga ter-
capainya regangan leleh ey yang pertama kali, beban yang bekerja diekspresikan dengan:
p = f CJ·d4 = CJ·A
A
4.14
Setelah sebagian dari penampang mengalami leleh, maka beban kerja menjadi:
4.15
p = (A-A,)fr +
.
f f·d4
Ar
kf< II
1: diabaikan I
I~ : E = 200 GPa
II I
4.16 II
il
I
Saat bekerja beban J;,. = PIA < 2f/3, seluruh penampang masih elastik, sehingga Et = E,
atau mengingat persamaan 4. 16 menghasilkan E1 = E (karen a Ie = I), sehingga:
1.19
~ 2(1 I 12)(tj)(b I 2)'' (b I 2) 3 1
-
I 2(1 I 12)(tj)(b ) 3 b3 8
2
k·L 7r (200000)
atau = A= = 111,072 (titik I)
r (2 I 3)(240)
Bila bekerja gaya hr = PIA > 2//3, ujung flens akan mulai mengalami leleh, yang berakibat
Ie < I, sehingga: ·
w E(I"II)2/,. w2 E
2
2
k·L 7r (200000)
=tda -=A= 1----- = 39,27 (titik 2)
r (2 I 3)(8)(240)
Dan ketika bekerja gaya hr = PIA = J;, maka:
w2E
ng
tsa
f, = f" 8(k·L I r) 2
an 2
E k·L 1f (200000)
A= - - - - = 32,06 (titik 3)
r (8)(240)
-
56 BAB 4 SATANG TEKAN
3 \ 4
fy .,_____ _. . _ - - - " - - - - , ,
I \ '
2 I ', kurva Euler
L-.---...L....-...L....---------~~.....----'------------~ A= kL/
/r
32,06 39,27 90,69 111,072
I
I
1--- - - - + - - + 1 - - - - - - - + - - - t - - - - - - - - - - - - - - - . ~
• Ac = /A
A/
I I y
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat beban terfaktor
Nu, menurut SNI 03-1729-2002, pasal 9.1 harus memenuhi:
4.20
4.21
sehingga 4.22
N=A·~'=A·fv
" gl,-r gw
4.23
4. 7 PANJANG TEKUK 57
L-
PANJANG TEKUK
Kolom dengan kekangan yang besar terhadap rotasi dan translasi pada ujung-ujungnya
(contohnya tumpuan jepit) akan mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan
dengan kolom yang mengalami rotasi serta translasi pada bagian tumpuan ujungnya (con-
tohnya adalah tumpuan sendi). Selain kondisi tumpuan ujung, besar beban yang dapat
diterima oleh suatu komponen struktur tekan juga tergantung dari panjang efektifnya.
Semakin kecil panjang efektif suatu komponen struktur tekan, maka semakin kecil pula
risikonya terhadap masalah tekuk.
I
! I!! !! !!
~i:
;v
'
lA.y I
I '} , ?
I
Garis putus I I .I I \ / I
menunjukkan I I
posisi kolom
pada saat
tertekuk
I
\
\
\
I
\
\
I / ! i !
I
I / I / I
terfakto~
Jr I
I I
.
I '
4.20 I r i I 1 I t
~ .~-f--1-----t-~--:
1 I i
Harga
K teoretis
0,5 0,7 I 1,0 1, 1,0 I 2,0 2,0 I
I !
-- I I : i i 1. I
4.21 , -"'1L I
'I I jepit
4.2~ Keterangan
1 sendi
? ujung bebas
4.2.:
Gambar 4.5 Panjang 'fekuk untuk Beberapa Kondisi Pcrlc"tak.ln Camhar -.6-1 SNI 03-1729-2002)
-
58 BAB 4 SATANG TEKAN
Panjang efektif suatu kolom secara sederhana dapat didefinisikan sebagai jarak di
antara dua titik pada kolom tersebut yang mempunyai momen sama dengan nol, atau
didefinisikan pula sebagai jarak di antara dua titik belok dari kelengkungan kolom. Dalam
perhitungan kelangsingan komponen struktur tekan (A= Llr), panjang komponen struktur
yang digunakan harus dikalikan suatu faktor panjang tekuk k untuk memperoleh panjang
efektif dari kolom tersebut. Besarnya faktor panjang efektif sangat tergantung dari kondisi
perletakan pada ujung-ujung komponen struktur tersebut. Prosedur penentuan nilai k
dilakukan dengan analisa tekuk terhadap suatu kolom, dan cara analisa tersebut tidak
dibahas dalam buku ini.
SNI 03-1729-2002 pasal 7.6.3.1 memberikan daftar nilai faktor panjang tekuk
untuk berbagai kondisi tumpuan ujung dari suatu kolom. Nilai k ini diperoleh dengan
mengasumsikan bahwa kolom tidak mengalami goyangan atau translasi pada ujung-ujung
tumpuannya.
Nilai k untuk komponen struktur tekan dengan dengan kondisi-kondisi tumpuan
ujung yang ideal seperti dalam Gambar 4.5 dapat ditentukan secara mudah dengan meng-
gunakan ketentuan-ketentuan di atas, namun untuk suatu komponen struktur tekan yang
merupakan bagian dari suatu struktur portal kaku seperti dalam Gambar 4.6, maka nilai
k harus dihitung berdasarkan suatu nomogram. Tumpuan-tumpuan pada ujung kolom
tersebut ditentukan oleh hubungan antara balok dengan kolom-kolom lainnya. Portal
dalam Gambar 4.6.a dinamakan sebagai portal bergoyang sedangkan portal dalam Gambar
4.6.b disebut sebagai portal tak bergoyang (goyangan dicegah dengan mekanisme kerja
dari bresing-bresing yang dipasang).
(a) (b)
Nilai k untuk masing-masing sistem portal tersebut dapat dicari dari nomogram
dalam Gambar 4.7. Terlihat dalam Gambar 4.7 bahwa nilai k merupakan fungsi dari GA
dan GB yang merupakan perbandingan antara kekakuan komponen struktur yang dominan
terhadap tekan (kolom) dengan kekakuan komponen struktur yang relatif bebas terhadap
gaya tekan (balok). Nilai G ditetapkan berdasarkan persamaan:
G= 4.25
4.7 PANJANG TEKUK 59
tekuk
engan
Bcsaran I ( ±} dihitung dcngan menjumlahkan kckakuan scmua komponen struktur
tekan (kolom)-dengan bidang lemur yang sama-yang terhubungkan secara kaku pada
ujung
ujung komponen struktur yang sedang ditinjau.
1puan
neng-
Bcsaran I(±l dihitung dcngan mcnjumlahkan kekakuan semua komponcn strukrur
l yang lemur (balok)-dengan bidang lentur yang sama-yang terhubungkan secara kaku pada
a nilai ujung komponen struktur yang sedang ditinjau.
kolom
Portal
K Ga GA K Ga
am bar
~ kerja 10
X X
100.0 1000
50 0 50.0
5.0 3.0 3.0
0.9 3.0 2.0 2.0
2.0
10 0 10.0
0.8 9.0 90
8.0 8.0
7.0 7.0
6.0 6.0
0.8
5.0 50
40 2.0 4.0
0.5
3.0 3.0
04
0.5 10
(a) Komponen Struktur tak bergoyang (b) Komponen Struktur bergoyang
• CONTOH 4.2:
Hitunglah nilai k untuk masing-masing kolom dalam struktur berikut:
1ogram
iari cfl JAWAB: F
)mman c
Thadap
E
8 H
D
4.25 A G
I I
'
I I I
t· 6m 'I' 9m "I
60 BAB 4 SATANG TEKAN
A 10
B (13,486+15,73) I 55,83 0,523
c 15,73 I 39,5 0,398
D 10
E (11 ,57+ 13,5) I (55,83+62,33) 0,212
F 13,5 I (39,5+43) 0,164
G 10
H (13,486+ 15,73) I 62,33 0,469
15,73 I 43 0,366
Kolom GA GB k
AB 10 0,523 1,80
BC 0,523 0,398 1,15
DE 10 0,212 1,72
EF 0,212 0,164 1,07
GH 10 0,469 1,79
HI 0,469 0,366 1,18
•
4.9 KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN 61
Jika penampang melintang suatu komponen struktur tekan cukup tip1s, maka akan ada
kemungkinan timbul tekuk lokal. Jika tekuk lokal terjadi maka komponen struktur ter
sebut tidak akan lagi mampu memikul beban tekan secara penuh, dan ada kemungkinan
pula struktur tersebut akan mengalami keruntuhan. Profil-profil WF dengan tebal flens
yang tipis cukup rawan terhadap bahaya tekuk lokal, sehingga penggunaan profil-profil
demikian sebaiknya dihindari.
SNI 03-1729-2002 membatasi rasio antara lebar dengan ketebalan suatu elemen, dan
penampang suatu komponen struktur dapat diklasifikasikan menjadi penampang kompak,
tak kompak dan langsing. Suatu penampang yang menerima beban aksial tekan murni,
kekuatannya harus direduksi jika penampang tersebut termasuk penampang yang lang
sing. Rasio antara lebar dengan tebal suatu elemen biasanya dinotasikan dengan simbol
A. Untuk profil WF maka kelangsingan flens dan web dapat dihitung berdasarkan rasio
bf !2t dan hitu? dengan bf dan tf adalah lebar dan tebal dari flens sedangkan h dan tw
h
adala tinggi dan tebal dari web. Jika nilai 1 lebih besar dari suatu batas yang ditentu
kan, Ar, maka penampang dikategorikan sebagai penampang langsing dan sangat potensial
mengalami tekuk lokal. Batasan-batasan Ar untuk berbagai tipe penampang ditunjukkan
dalam Gambar 4.8.
Komponen struktur tekan dapat tersusun dari dua atau lebih profil, yang disatukan dengan
menggunakan pelat kopel. Analisis kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu bahan
dan sumbu bebas bahan. Sumbu bahan adalah sumbu yang memotong semua elemen
komponen struktur tersebut, sedangkan sumbu bebas bahan adalah sumbu yang sama
sekali tidak, atau hanya memotong sebagian dari elemen komponen struktur tersebut.
Analisis dilakukan sebagai berikut:
Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x) dihitung dengan:
k·L x
,\ = __
4.26
r
x
Dan pada arah sumbu bebas bahan hams dihitung kelangsingan ideal Ai :
1
A=
ty
JA'+m,, y
2 /'I
4.27
clan
k·L L!
Ay = __
r dan ,\= _ 4.28
r �nin
y
Dengan:
Pelat kopel yang digunakan harus cukup kaku sehingga memenuhi persamaan:
62 BAB 4 SATANG TEKAN
b/2 1 4.29
-~ 10-
t1 1
Dengan: IP = momen inersia pelat kopel, untuk pelat kopel di muka dan di
d It~ 335/ K
b
t
i
l I
t
-
h
~
I I
K
bl t ~ 625/
bit~ 625/ K 0 It~ 22000/fy
hltw ~ 665/ Jf:
• CONTOH 4.3:
Rencanakan komponen struktur lek<m berikut ~ccn~Jbi profl.l \VE f<""disi perle-
takan jepit-sendi. Beban aksial tekan terfd<ror .\', ·~ 120 ton. :dum har: 1:,. ;7 (/ =- 240
MPa, fu = 370 MPa). Panjang batang L = "±·)C 1) mm.
t
_l
t
b = 201 mm
t lU = 9 mm
f-t
L
-
64 BAB 4 SATANG TEKAN
'i = 14 mm
r0 = 18 mm
h = d-2(1'+ r0 ) = 234 mm
rX = 126 mm
r.Y = 47,7 mm
Ag = 8336 mm2
JAWAB:
Periksa kelangsingan penampang:
Flens b I 2 = 20 1 = 7 , 18
tf 2x14
250 - 250 - 6 4
ff, - fiAO - 1 ,1
b/2
<\
tf
). = k·Lx = 0,8x4500 = 28 Sl
X rX 126 '
). = \
ex 7rVE
u: = 28,57
7r
240 = 0,3149
200000
1,43
0,25 < \x <1,2 ~ W = ----
x 1,6-0,67\x
1 43
' = 1, 0295
wx 1,6-(0,67x0,3149)
!, 240
N =A ·f =A.-= 8336·-- =194 3 ton
n g cr g Wx 1, 0295 '
120
- - - - = 0,73<1
0,85x194,3
Arah sumbu lemah (sumbu y):
4.9 KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN 65
k·L
__
Y 0,8x4500 _
Ay 47,7 - 7 5, 4 7
ry
w = 1,43 = 1,372
.Y 1,6-(0,67x0,832)
fy 240
N =A ·f =A.-·
11
g cr g Wx
= 8336·--
1,372
= 145 ' 82 ton
- -120
- - - = 0,97<1
0,85x145,82
Jadi, profil WF 300.200.9.14 cukup untuk memikul beban tekan terfaktor 120 ton .
• CONTOH 4.4:
Rencanakan komponen struktur tekan berikut, yang menerima beban aksial tekan ter-
faktor, Nu = 60 ton. Gunakan profil T. Panjang batang 4000 mm, dengan kondisi tumpuan
jepit-jepit. Mutu baja BJ 37.
Coba profil T125.250 b
~ d = 125 mm
b = 250 mm
tw = 9 mm
I t
JAWAB:
'i = 14 mm
Ag = 4609 mm 2
rX
ry
= 29,8 mm
= 62,9 mm
Flens !L
2·tr
= ___3__?_Q_ = 8, 93
2 x 14
250
= ___3__?_Q_ = 16,14
fj;fiAO
bf
<\
2·t (
Web d 125
- = - = 13 88
tw 9 '
~ 60
=0955<1 OK
O,·N 11
0,85x73,93 '
Arah sumbu kuat (sumbu y):
k·L. 0 65x4000
A = __ = - ' - - - - - = 41,335
.1
r 62,9 1
•
1V =A· f =A.--
l = 4609·--
240
= 100 )16 ton
II g II g (..(.} \ 1, 1043
120
- - - - - = 0,705 < 1 OK
0,85x100,16
Jadi, profil T 125.250 cukup untuk memikul beban terfaktor N 11 = 60 ton.
c. Tekuk lemur torsi, yang terjadi akibat kombinasi dari tekuk lentur dan tekuk
torsi. Batang akan terlentur dan terpuntir secara bersamaan. Tekuk lemur torsi dapat
terjadi pada penampang-pcnampang dengan satu sumbu simetri saja seperti profil kana],
T, siku ganda, dan siku tunggal sama kaki. Selain itu juga dapat terjadi pada penampang-
penampang tanpa sumbu simetri seperti profil siku tunggal tak sama kaki dan profil Z.
Gambar 4.11.a menunjukkan sebuah komponen struktur tekan dengan penampang
melintang berbentuk silang, sedangkan Gam bar 4.11. b adalah sebuah potongan sepanjang
dz dari komponcn struktur tersebut. Pada suatu potongan elemen dA bekerja gaya tekan
(dA. Pada awalnya tcgangan yang terjadi adalah seragam pada seluruh panjang elemen
I
)K I
/
I I
I I
I
I
I
~
K
I <f/ [
~
~\;'/
(a) Tekuk Lentur (b) Tekuk Torsi (c) Tekuk Lentur Torsi
Gambar 4.10 Tiga Macam Model Tekuk Komponen Struktur Tekan
sebab beban tekan yang bekerja adalah konsentris. Akibat beban yang bekerja akhirnya
suatu titik yang terletak sejarak z dari ujung elemen akan tertekuk seperti pada Gambar
k 4.ll.c. Perpindahan pada titik tersebut dari posisi awalnya adalah sebesar u + du. Dari
)] Gambar 4.ll.a diperoleh hubungan:
u = r·f/J 4.32
dengan f adalah sudut puntir dan r adalah jarak dari pusat geser ke dA.
u + du
(a) (b)
f-~Mdr
Q·dr~'
1\\
(M+dM)dr
\\, J dz
+ dQ) d!_
(M + dM)dr fdA
(c) (d)
4.36
Bagilah persamaan 4.33 dengan dz, dan substitusikan hasilnya ke dalam persamaan
4.36:
4.38
4.39
Karena M adalah momen per satuan r, maka momen pada elemen dA (= t.dr) adalah
M. dr, sehingga:
b
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 69
Dengan I = t'3.dr/12 adalah momen inersia dari elemen dA. Diferensiasikan persamaan
4.40 dua kali ke-z dan substitusikan rf2M!dz! ke dalam persamaan 4.39, sehingga diperoleh
hubungan:
d 4u
dT
- rk t3
l
+E·u dz4 ·r·dr+ f l d 2u
dz2 r·dA =0 4.41
2
dqy . dTv d qy
Karena T = G·]·- sehmgga - = G·]--2 . Substitusikan dTvldz ke dalam per-
v dz ' dz dz
samaan 4.41 :
E ·f3 iv ·f r 2 ·dr+ f·¢ "f r 2 .JA = 0
-G·I¢ " +-·¢ 4.42
12 A A
f r2 ·dr = 4 X Lr31
A 3
= 4.b3
3
b
0
4.43
atau 4.47
Faktor l?.t'3!9 disebut sebagai konstanta torsi warping, Cw umuk penampang berbentuk
silang. Masalah konstanta torsi warping ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab VIII
tentang torsi. Persamaan 4.47 dapat disederhanakan menjadi:
4.36 f·I -G·]
qyiv + p ·¢" = 0 4.48
E·Cw
1maan
4.49
f·I -G·]
dengan K
2
= ;.cw 4.50
Persamaan 4.49 merupakan suatu persamaan diferensial linear homogen orde keempat,
4.38 yang mempunyai solusi:
¢ = A·sin Kz + B-cos Kz + Cz + D 4.51
4.39
Konstanta A, B, C, dan D dapat ditentukan dengan menggunakan kondisi batas yang ada.
Jika tumpuan pada ujung-ujung kolom adalah jepit, maka dapat digunakan empat buah
1dalah
kondisi batas sebagai berikut:
lfrz=0=0 O=B+D
¢z = L = 0 0 = A ·sin KL + B·cos KL + CL + D
(=)z =0 =0 0 = AK + C
70 BAB 4 SATANG TEKAN
0 = A·Kcos KL - B.Ksin KL + C
Eliminasikan C dan D dari keempat persamaan tersebut sehingga diperoleh dua buah
persamaan linear:
A(sin KL - KL) + B(cos KL - 1) = 0 4.52.a
A(cos KL - 1) - B.sin KL = 0 4.52.b
Solusi dari sistem persamaan linear tersebut eksis jika determinan dari persamaan
tersebut sama dengan nol, jika evaluasi terhadap determinan dilakukan dan disamakan
dengan nol, maka akan diperoleh persamaan:
Jika ujung-ujung kolom adalah tumpuan sendi, maka kondisi batas yang ada adalah cfu!dz!
= 0 pada z = 0 dan z = L, serta ¢ = 0 pada kedua ujung kolom, maka diperoleh besar
tegangan kritis:
2
_ G·] + 1r E·C",
f,- I L2 ·I
p p
4.55
Dengan k adalah faktor panjang efektif yang tergantung pada tumpuan ujung kolom, k =
1/2 untuk jepit dan k = 1 untuk sendi. Persamaan 4.56 berlaku untuk profil-profil dengan
dua sumbu simetri (sebagai contoh adalah profil silang dan profil WF). Selanjutnya dapat
ditentukan jari-jari girasi profil yang dapat menimbulkan tekuk lentur torsi, yaitu dengan
cara menyamakan fer dari persamaan 4.8 dan fer dari persamaan 4.56:
E = G·] + E-Cw
(kx J I,
7r2 7r2
4.56
(KL)'.I,
Cw + 0,04·](k·L) 2
4.57
IpS
Jika rt dari persamaan 4.57 lebih kecil dari r\_ atau rl' profil, maka keruntuhan profil akan
ditentukan oleh tekuk lentur torsi. Ips dalam persarriaan 4.57 adalah momen inersia polar
terhadap pusat geser.
-
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 71
• CONTOH 4.5:
Temukan tipe kerumuhan komponen struktur tekan berikut ini, jika diketahui bahwa
panjang kolom tersebut adalah 4,5 m dan pada ujung-ujung kolom tidak terjadi momen
torsi (kekangan jepit).
uah
JAWAB:
2.a
2.b
t = 12 mm
r
r= b 15 em
IX }
1 3
= I = 2·--·b
3 ·t
tan
:an .___,.:--. :::==::::::::J -f 2Xl5 3 X1,2
=-------- = 2700 em
3
4
rx = '; = J 2700
72
= 6,124 em
648 + 0,04(34,56)( 450/2) 2
ar - - - - - - - - - - = 13,08 em 2
5400
rt == 3,62 em
Jadi, profil tersebut akan mengalami kerumuhan akibat tekuk lemur torsi .
• CONTOH 4.6:
Periksalah apakah kerumuhan tekuk lemur torsi dapat terjadi pada profil WF 400.200.8.13
6 berikut ini:
JAWAB:
n
ct
J = k{ 2(200)(13) 3 + (374)(8) 3 ]
= 2140576 mm 4
cw 2
=h -I}/4
= (400 -13) 2 (1740·10 4 )I 4
=65149515-10 4 mm 4
SNI 03-1729-2002 pasal 9.2 mensyaratkan pemeriksaan terhadap tekuk lemur torsi
untuk profil-profil siku ganda dan profil T. Dinyatakan bahwa kuat tekan rencana akibat
tekuk lemur torsi, ¢n Nnlt dari komponen struktur tekan yang terdiri dari siku ganda atau
berbentuk T, harus memenuhi:
Nu < C/Jn Nnlt 4.58
Dengan:
C/Jn = 0,85
Nnlt = Agfntr
!,"{"';;:"II- 4.59
Dan:
G·J
fer~=--==? 4.60
- A·r0 -
4.61
4.62
Keterangan:
a. xO' y 0 merupakan koordinat pusat geser terhadap titik berat, x 0 = 0 untuk siku
ganda dan profil T.
b. f cry = f,!m.
y zy
• CONTOH 4.7:
Periksalah apakah profil J L 60.90.10 berikut cukup kuat menahan beban aksial terfaktor
Nu = 30 ton, jika panjang batang 3 m dan kondisi perletakan jepit-sendi. Mutu baja BJ
37.
Data profil
Ag = 1410 mm2
ex= 30,5 mm
ev= 15,6 mm
l 4
= 112.10 mm
4
/y = 39,6.10 mm 4
4
rx = 28,2 mm
t
ry = 16,8 mm
r = 12,8 mm
11
tp = 8 mm
u
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 73
OfSl JAWAB:
1bar Periksa kelangsingan penampang
~tau
Flens !?... = 90 = 9
t 10
.58
200 = 200 = 12,91
ft --l240
b 200
- < li""" ~ penampang tak kompak
t "V J;
.59
Web Tak ada syarat
1875331,2
ry = - - - - = 25,7878 mm
2820
or
BJ
A, = k.Ly = 0,8x3000 =
y 93 ' 06
rx 25,7878
Kelangsingan ideal:
1 1 2 1m 2
IL·
iJ
= ILY + 2 AI
Karena A,.'Y > Ax·. tekuk terJ· adi pada sumbu be bas bahan
1,43
0,25 < A- < 1,2 w)' = - .---.- 1 -
c:r 1,6-0,67 /lCJ'
felt
= (,{cry+ fcrz
2
H
J[l- )14./cry ·fcrz .H J
I . ,
~ (Jo:Y + fcrz )""
frz = G!2
A.r0
200000
G = _E_ = = 76923 MPa
2(1+v) 2(1+0,3)
4
] = 2Ll_b.t 3 = 2[!_.60.10 3 +!_.(90-10).10 3 ] = 93333,3 mm
3 3 3
Yo = ex- t/2 = 30,5 - (10/2) = 25,5 mm
x0 = 0
fv
J: = -- = -240- = 139,373 MPa
cry (Viy 1,722
+
J clt
= 134,41 MPa
N ct1 = A. ~-'1 = 2820 x 134,41 = 37,9 ton
g let
~ = _lQ__ = 0,93<1
C/Jc.Nnlt 32,2
Profil JL 60.90.10 cukup kuat.
tr
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR . 75
• CONTOH 4.8:
Sebuah komponen strukrur tekan dengan beban aksial terfaktor N;, = 80 ton dan memiliki
panjang batang 4,5 m. Rencanakan komponen struktur tersebut dari dua buah profil kana!
rersusun, rencanakan pula dimensi pelat kopelnya. Mutu baja BJ 37.
JAWAB:
Dicoba profil kana! CNP 20:
Data CNP 20
r
+ Ag = 3220 mm 2
i e '"' 20,1 mm
T
1 1
I X = 1910.10~ " mm
~
4
I = 148.10 mm'i
I / \' = 77 mm
2l--~------1-v~
J
'r = 21,4 mm
if' ==11,5 mm
I t,u = 8,5 mm
4
• I
tp = 10 mm
_!!____<A r OK
fUI
}~] =
500
_!l = = 23,36<50
rmin 21,4
Arah sumbu x:
A = -~·L~ = Q,§_Sx~?_qQ = 37 99
' r.1 77 '
A.\(= 37,99) > 1,2A(= 28,032)
OK
76 BAB 4 SATANG TEKAN
Arah sumbu y:
Iy = 2 (I
y1
+ A g(ey + tp12)2 )
Kelangsingan ideal:
1 1 2 m 1 2
/l·
lJ
= 1\,y + 2 /\,1
Karena A.lJ > A,X tekuk terjadi pada sumbu bebas bahan
1,43
0,25 < Ary < 1,2 OJ=----
y 1,6- 0,67 Acy
OJ = 1,43 1,5 4 9
Y 1,6-(0,67x1,0105)
f 240
N =A .f =A ___l__=6440--=99,78ton
n g cr g· OJx 1,549
C/Jc ·Nn = 0,85 X 99,78 = 84,8 ton
~=~=0,94<1
cpc.Nn 84,8
I
p-
>1o!L.a
~
I ~10·148-104 ·50,2
p 500
I[J~1485920mm 4
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 77
I 3
Bila IP = 2·-t.h
12
, dengan tebal pelat (t = 8 mm), diperoleh h > 103,6 mm. Gunakan
h = 110 mm.
Gaya sebesar 1,6 ton dibagi untuk 10 pelat kopel, sehingga masing-masing kopel memikul
0,16 ton.
OK
" (alh)' (so,,% 0 )' = 29
1
'
!) /yk,.E = 11 29x200000
' 240 =
17 1
1
Aw <1,1 ~ 1:
[IT seh"mgga
Vn = 2.0,6./'.A
:!y w = 2(0,6)(240)(110)(8) = 25,344 ton
• CONTOH 4.9:
Sebuah kolom dari profil baja (BJ 37) dengan panjang batang 5 m, mempunyai tumpuan ujung
OK sendi-sendi. Pada arah sumbu lemah diberi sokongan lateral di tengah bentang. Beban aksial
terfaktor, Nu = 75 ton. Pilihlah profil WF yang mencukupi kebutuhan kolom tersebut.
JAWAB:
Coba profil INP 30:
Data INP 30:
d = 300 mm
b = 125 mm
tw = 10,8 mm
t_r = 16,2 mm
h = 241 mm d
Ag = 6910 mm
I X = 9800.10 4 mm 4
I w = 451.10 4 mm 4
rX = 119 mm
ry = 25,6 mm
78 BAB 4 BATANG TEKAN
Web
h 241
-=--=22,31
til' 10,8
]~! = 1689 = 108,44
~~t, mo
1680
h
-<--=-
til' I+
"yJi'
- > penampang kompak
rr
L
A ~-~~
A = __L J fv = 97,65i_ / 240 = 1 0768
cv n1 E n ~ 200000 '
1,43
0,25 < A < 1,2
9
--> (J)v
-
= 1,6 ~ 0,6!- AIJ
Nn =A 1
g • cr
=A
~
-~~-
m,
= 6910--~~g __ = 10188 ton
1,6277 '
3·JAL-SOAL LATIHAN
: .t '1 - P.4.3
Hitunglah tahanan tekan rencana dari masing-masing komponen struktur tekan yang
ditunjukkan dalam Gambar P4.1 - P4.3!
WF 400.400.13.21
(BJ 37) WF 300.300.10.15
(BJ 41)
t
Gambar P.4.1 Gambar P.4.2
WF 250.250.9.14
(BJ 55)
t
Gambar P4.3
: "'- - P.4.9
Jika masing-masing komponen struktur tekan dalam soal P.4.1 - P4.3 diberi pengekang
lK
lateral dalam arah sumbu lemah, hitunglah besarnya tahanan tekan rencananya !
Profil WF 350.175.7.11 digunakan sebagai suatu komponen struktur tekan dengan panjang
9 m. Pada tiap interval 3 m dipasang pengekang lateral dalam arah sumbu lemah. Ujung-
ujung komponen struktur tekan tersebut berupa tumpuan sendi dan mutu baja BJ 37.
_lika rasio DIL = 0,5, hitunglah beban kerja yang dapat dipikul oleh komponen struktur
:ekan tersebut!
80 BAB 4 SATANG TEKAN
P.4.11 Sebuah komponen struktur tekan didesain agar mampu menahan beban tekan aksial yang
terdiri dari beban mati 500 kN dan be ban hidup 1000 kN. Batang ini memiliki panjang
8,5 m dan pada jarak 3,5 m dari tepi atas dipasang pengekang lateral dalam arah sumbu
lemah. Dengan menggunakan mutu baja B] 41 pilihlah profil WF yang ekonomis ! (tum-
puan ujung adalah sendi).
P.4.12 Suatu portal bergoyang terdiri dari kolom WF 200.200.8.12 dan balok WF 250.125.6.9,
mutu baja BJ 37. Tiap batang disusun sedemikian rupa sehingga lentur terjadi dalam
arah sumbu kuat. Asumsikan ky = 1,0. Hitunglah besarnya kx untuk kolom-kolom portal
tersebut dengan menggunakan nomogram yang ada. Hitunglah pula tahanan tekan rencana
dari kolom tersebut!
I
4,5 m
L
...,__ _ 9 m _ ___.,.,I
Gambar P.4.12
I yang
mpng
umbu
(tum-
5
5.6.9. Komponen Struktur Lentur
:lalam
portal TUJUAN PEMBELAJARAN
ncana Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Melakukan analisis dan desain komponen struktur lentur yang memiliki kekangan
lateral secara menerus pada bagian sayap tekan
Memahami perilaku balok akibat lentur dua arah
:: 41
PENDAHULUAN
Balok adalah komponen struktur yang memikul beban-beban gravitasi, seperti beban mati
dan beban hidup. Komponen struktur balok merupakan kombinasi dari elemen tekan dan
elemen tarik, sehingga konsep dari komponen struktur tarik dan tekan yang telah dipelajari
dalam bab terdahulu, akan dikombinasikan dalam bab ini. Pembahasan dalam bab ini
diasumsikan bahwa balok tak akan tertekuk, karena bagian elemen yang mengalami tekan,
sepenuhnya terkekang baik dalam arah sumbu kuat ataupun sumbu lemahnya. Asumsi
ini mendekati kenyataan, sebab dalam banyak kasus balok cukup terkekang secara lateral,
sehingga masalah stabilitas tidak perlu mendapat penekanan lebih.
. . Mx ·cr Mr ·cr
sehmgga j = - - - · + -~·- 5.3
Ir I,
Dengan:
f = tegangan lentur
= momen lentur arah x dan y
82 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR
Gambar 5.1 menunjukkan beberapa penampang yang mempunyai minimal satu bLL
sumbu simetri.
X-I=t x-p
I
I
I
I
I
___!!__
_!_x_ ex cy
cy
M=Myx
~----------------~--------------------------~£
a=fy
Selanjutnya diperkenalkan istilah faktor bentuk (shape foetor, SF), yang merupakan
perbandingan antara modulus plastis dengan modulus tampang, yaitu:
5F-
M
~- _ P - -
Z
L - -My - 5 5.6
Untuk profil WF dalam lemur arah sumbu kuat (sumbu x), faktor bentuk berkisar antara
I~
1,09 sampai 1,18 (umumnya 1,12). Dalam arah sumbu lemah (sumbu y) nilai faktor
bentuk bisa mencapai 1, 5 .
• CONTOH 5.1:
Tentukan faktor bentuk penampang persegi berikut, dalam arah sumbu kuat (sumbu x)!
r- Z, = 2[b·%·~-] = ±.b.h 2
I.
.\
= j___·h·h"
12
• CONTOH 5.2:
Tentukan faktor bentuk dari profil WF berikut, terhadap sumbu y!
d
84 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR
Pada saar tahanan momen plastis MP tercapai, penampang balok akan terus ber-
deformasi dengan tahanan lemur konstan MP, kondisi ini dinamakan sendi plastis. Pada
suatu balok tertumpu sederhana (sendi rol), munculnya sendi plastis di daerah tengah
bentang akan menimbulkan situasi ketidakstabilan, yang dinamakan mekanisme kerun-
tuhan. Secara umum, kombinasi antara 3 sendi (sendi sebenarnya dan sendi plastis) akan
mengakibatkan mekanisme keruntuhan.
e
Dalam Gambar 5.4 sudut rotasi elastik dalam daerah beban layan M, hingga serat
terluar mencapai kuat leleh J; pada saar ~x· Sudut rotasi kemudian menjadi inelastik
parsial hingga momen plastis MP tercapai. Ketika sendi plastis tercapai, kurva M-8 menjadi
horizontal dan lendutan balok tetap bertambah. Dan pada tengah bentang timbul rotasi
eu' yang mengakibatkan lendutan balok tak lagi kontinu.
Agar penampang mampu mencapai eu
tanpa menimbulkan keruntuhan akibat
ketidakstabilan ini, maka harus dipenuhi ketiga macam syarat yakni kekangan lateraL
perbandingan lebar dan tebal flens (bjtl)' perbandingan tinggi dan tebal web (hltJ.
~ I I I I I I I I I I I li-
--e.:=--..------
(a) (b) karakteristik momen-rotasi
ber-
)ada
tgah AAr -----------------r--------------------------
~un
1
I
tkan I
I
I
;erar I
~----------~------------------~------------~A =bh
lStik
tjadi
Gambar 5.5 Tahanan Momen Nominal Penampang Kompak dan Tak Kompak
Jtasi
::~'AMPANG KOMPAK
:ibar
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang kompak:
era!.
Mn = Mp = Z/,y 5.8
Dengan: MP = tahanan momen plastis
2 = modulus plastis
J; = kuat leleh
Besarnya tegangan sisa f. = 70 MPa untuk penampang gilas panas, dan 115 MPa untuk
penampang yang dilas.
Bagi penampang tak kompak yang mempunyai \ < A < \., maka besarnya tahanan
momen nominal dicari dengan melakukan interpolasi linear, sehingga diperoleh:
86 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR
A,-A A-A"
MII=~-~·-~A1 +··---M 5.10
A, -A1, I' A, -A1, r
• CONTOH 5.3:
Rencanakan balok untuk memikul beban mati, D = 350 kg/m dan beban hidup, L =
1500 kg/m. Bentang balok, L = 12 m. Sisi tekan flens terkekang lateral. Gunakan profil
baja WF dengan J;
= 240 MPa dan = 450 MPa. J;
JAWAB:
)j. I I I I I I llllllllll!l,. q, =
=
1,2D + 1,6L
2820 kg/m
=
=
1,2(350) + 1,6(1500)
2,82 ton/m
I. 12m _j
1 2 1 2
M u = -q
8 u L =-·2
8 )82·12 = 50,76 ton.m
M 11 Mu __ 50,76 =
S6 , 4 ton.m
¢b 0,90
1 2
Zx =b·tf(d-tf)+4·tw·(d-2tf)
2
z = .!..b ·tf + l.t 2 .(d-2tl)
)' 2 4 w
h =d-2('<)+tl)
AP Ar
a
5.4 DESAIN BALOK TERKEKANG LATERAL 87
Penampang kompak!
10 1 )
z X
= b·t .. (d-t .)+-·t
1 1 4 W .(d-2t.rt
AP Ar
Mr = ( J; - J; ).Sx = ( J; - J; ). ;;2
4
Mr (450 - 70)· 40300·10 = 87,5 ton.m
= =
350/2
(profil terlalu kuat, coba profil lain yang lebih kecil)
Coba WF 300.300.10.15
1 __ b__ 300 _
/l,f- - - 10
2·tf 2x15
A _ ..!!_ _ 300-2(18+15) _
w- - - 23, 4
tlU 10
AP Ar
....
88 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR
Mr = ( / ; - /, ).Sx = ( / ; - /, ). :f2
104
= ( 450- 70 ). 20400 · = 51,68 ton.m
300/2
A -A A-AP
Mn -~-M+--M
A,-AP P Ar -AP r
~-----------()
2
ll -- Ml·L
u2 - 16·E·l
---------- -c,
CL
2 2 2
+&""" ! "'"'"Jj..-j-
Ll
L/ 2
_5 _M
- 48
·L _ M
_0_
EI
·L _M
_1_
16EI
_2·L_
16EI
L-- L___j
5.5 LENDUTAN BALOK 89
Dalam beberapa kasus tertentu, terkadang masalah batasan lendutan lebih menentu-
kan dalam pemilihan profil balok daripada tahanan momennya .
• CONTOH 5.4:
Rencanakan komponen struktur balok berikut yang memikul be ban mati, D = 200 kg/ m
dan beban hidup L = 1200 kg/m. Panjang bentang balok L = 8 m. Mutu baja BJ 37.
Disyaratkan batas lendutan tak melebihi L/300.
JAWAB:
qu = 1,2 0 + 1 ,6L
qu = 1,2(200) + 1,6(1200) = 2,16 t/m
~I Ill I I IIIII I I Ill~
M = ~-q .L2 = ~- (2,16)(8) 2
balok. I L _j u 8
=
8
lt
17,28 ton.m
~ atau
tidak
ampu-
Asumsikan penampang adalah kompak, maka tahanan rencana <P b.M11 adalah:
balok
b 200
A-f =-=~~=8,33
2-tf 2x12
A. r
Penampang kompak!
Selanjutnya dihitung !"' perlu untuk memenuhi syarat lendutan.
1 2
ML = --1200-8 = 18,75 ton.m = 18,75.10 7 Nmm
8
(untuk memeriksa syarat lendutan, hanya beban hidup saja yang dipertimbangkan)
4
5·q·L 5·M-L2
~=---=---
384-EI 48-EI
5 X 9,6-10 7 X 8000
2 2
5·M-L
I = -------------::-------::- 12000-10 4 mm 4 = 12000 cm 4
x perlu 48-E· - ( 8000)
48 X 200000 X --
300
Cek lendutan:
4 2 6 7 2
~=-·q_·
5L-= 5-M·L = 5x9, -10 x8000
384· EI 48· El 48 x 200000 x 13600-10 4
L
= 23,53 mm < - ( = 26,67 mm)
300
Dalam contoh soal ini tampak bahwa kondisi batas layan (lendutan) lebih menentukan
daripada kondisi batas tahanan, dalam proses desain profil yang aman .
• CONTOH 5.5:
Rencanakanlah komponen struktur balok baja berikut ini dengan menggunakan profil
WF seekonomis mungkin. Asumsikan terdapat kekangan lateral yang cukup pada bagian
flens tekan profil. Disyaratkan pula bahwa lendutan tidak boleh melebihi L/300. Gunakan 5.
mutu baja BJ 37!
;; 7J#r
1~·------Bm------~·1
JAWAB:
Pu 1,2(4) + 1,6(10) = 20,8 ton
_P._,x__
L = 20,8x8 N
Mu = 4 1, 6 ton.m = 4 1, 6 .1 07 mm
4 4
Asumsikan profil kompak!
Mp = M = Mu -- 41,6-10 = 46 .~~.
I I 10- N mm
n ¢ 0,9
=Z.I'
xJy
(
a
Y'
5.6 GESER PADA PENAMPANG GILAS 91
MP _ 46,22·10
1925,83 em 5
fv - 240
tjutnyJ
2.tr 2x16
fJ:
840,8.; !!_ = 500- 2(16 + 20) = 42,8 <Ap =
1680
108,44
tw 10
fJ:
Penampang kompak!
Mn = Z x .fvy = 2096,36,103(240) = 50,31 ton.m
y2
(a) (b)
(c)
Gambar 5.6 Penurunan Persamaan Tegangan Geser
df = dM.y 5.15
I
dengan mengingat bahwa V = dM!dz, serta Q = Jy.dA, maka diperoleh persamaan bagi
y!
tegangan geser yang sangat familiar bagi kita:
V.Q
V=-- 5.18
I.t
Dengan V adalah gaya geser, dan Q adalah sraris momen terhadap garis netral. Terkadang
untuk menghitung tegangan geser, digunabn rumus pendekatan yang merupakan harga
,-
J
5.6 GESER PADA PENAMPANG GILAS 93
rata-rata luas penampang web, dengan mengabaikan efek dari lubang alat pengencang,
yaitu:
5.19
• CONTOH 5.5:
Hitung distribusi tegangan geser elastik pada profil WF 350.350.12.19 yang memikul
beban geser layan sebesar 95 ton. Hitung pula berapa besar gaya geser yang dipikul oleh
£lens dan berapa yang dipikul oleh pelat web.
Tegangan pada pertemuan antara flens dan web:
V = 95 ton= 95.10 4 N
Q = 350(19)( 175- 9,5) = 1100575 mm 3
4
+-dC' 95.10 x1100575
vweb = = 216,2 MPa
40300.10 4 x12
95.10 4 X 1100575
= 7,41 MPa
40300.10 4 X 350
v~
•
-,
244,88 MPa
f.. _ __V__
-·· 95·1_0:_
-- = 226,19 MPa (7,34% di bawah harga maksimum)
v- d·t - 350x12
w
Persamaan 5.20 dapat digunakan bila dipenuhi syarat kelangsingan untuk tebal pelat web
sebagai berikut:
5.21
• CONTOH 5.6:
Tentukan tahanan geser rencana profil WF 300.300.1 0.15, data profil:
d = 300 mm Mutu baja BJ 37 if; = 240 MPa, fu = 370 MPa)
b = 300 mm
'i = 15 mm
tw = 10 mm
h = d-2 (r 0 +'i) = 300-2 (18+15) = 234 mm
Bila persamaan 5.23 dipenuhi, maka tak diperlukan pengaku (stiffener) pada pelat web.
Besarnya Rn ditentukan menurut SNI 03-1729-2002 pasal 8.10:
1. Lentur lokal pada flens
R11 = 6,25·t/J;J 5.24
web ¢ = 0,90
adi).
2. Leleh lokal pada web
Rn = (a-k + N).l"
Jyw ·tw 5.25
5.20
a= { 5 j>d
2,5 j-5:d
¢ = 1,0
web k adalah tebal pelat say<'P dir<unbah jari-jari peralihan, mm
N adalah dimensi longitudinal pclat pcrlctakan, minimal sebesar k, mm
5.21
Ru
1-------j---k----11'
T - - --'-- 450
~N+5k_j"<
Rn =a-tw
2
[]+n[!J£_J
'I t
f
15
l 5.26
cuti
0,79 j>d /2;1J = 3%
itu. a= 17 = 3% bila:N Id -5:0,2
0,39 j-5:d/2 4N
.23
( 1) = (d - 0,2) bila:N Id>O;J.
¢ = 0,75
.L
96 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR
R = C,-E·t}·tf[1+0,4(!!__·b!J3] 5.27
n h2 tw Lb
h bf
J1'ka ~.->23 ~ R ~=
t L ' n
1JI h
b. Jika sisi tekan flens tak dikekang terhadap rotasi
h bf
untuk ~.-:::;; 1,7
tw Lb
R
n h2
Il
= cr ·E·t} ·tf 0,4(!!__· bf J3l.
tw Lb
5.28
. h bf
]1ka ~·->1,7 Rn ~=
tw Lb
C = {3,25 untuk: M :::;;MY
r 1,62 untuk: M>M,
¢ = 0,85
5. Lemur pada pelat web
Rn = 24,08·t} JE];:
£. yw 5.28
h
¢ = 0,90
• CONTOH 5.7:
Pu 1= 60 ton Pu 1= 60 ton
L= 60 ton L= 60 ton
1
300 3000 6000 3000 300
,. a
-j
Periksa apakah komponen struktur tersebut perlu stiffener atau tidak! Gunakan profil WF
300.800.14.26, k = 54 mm, i,y = 240 MPa, N = 200 mm.
JAWAB:
1. Leleh lokal pada web
Daerah lapangan (j > d)
¢Rn = ¢ (a·k + N). i,yw ·tw
= 1,0(5(54) + 200)(240)(14)
= 157,92 ton (> Pul = 60 ton, tak perlu stiffener)
I
t/J·Rn = t/J·a·t}l1+1)(tt; JJ,SJ ~
v-:W_L
5.28
15
200000 X 240 X 26
4x200
= 0,75(0,79)(14) [ 1+ ( ~-0,2
2 )(14]
26 ]
14
4. Tekuk web bergoyang (asumsikan sisi tekan flens terkekang terhadap rotasi)
b 2(800- 54J
!!__,_1_ 2 . 300 = 2,47 > 2,3
tw Lb 14 6000
98 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR
• CONTOH 5.8:
Tentukan dimensi bearing plat untuk tumpuan balok, bila diketahui reaksi tumpuan akibat
be ban mati, D = 10 ton, dan reaksi akibat beban hidup, L = 20 ton. Balok yang digu-
nakan WF 350.350.12.19 (k = 39 mm). Balok ini terletak di atas beton yang mempunyai
f: = 22,5 MPa.
JAWAB:
Ru = 1,2D + 1,6l = 1,2(10) + 1,6(20) = 44 ton
Rn = Rj¢ = 44/1,0 = 44 ton
Pp = 0,85.J' c· A1
pp 440000
A --- = 23000 mm 2
lperlu - 0 8 5·/' 0,85x22,5
, c
R, =059·tw2 ll+~:; fl
R = 0, 39 x 122 [ 1+ 3 60 (_!3_)!,'5 ]~ 200000x240xi9 = Gl.S ton
n 350 19 12
M
p-(Ifi -kr ·N
u 2
,
• -•
5.8 TEORI UMUM LENTUR 99
m.z.+
'r :fy
> Mu
-
H
1-
m.x.N.f2.+
'r
> M
:fy - u
al
2 M-4
t 2:: u , masukkan harga-harga yang
0,9xfy xN
'
Karena ukuran bearing plat terlalu tebal, maka dimensinya perlu diperbesar. Dicoba,
memakai N = 200 mm dan B = 360 mm. Dan bila dihitung kembali akan ditemukan
persyaratan t > 33,5 mm. Ambil t = 35 mm.
Secara umum tebal pelat dapat dihitung melalui persamaan:
t=
.1kan
X
y
sumbu
'"
netral
potongan a-a
ngah
y
Perhatikan pula potongan sejarak z pada Gambar 5.1 0. Syarat kesetimbangan dalam
free body dipenuhi bila:
Momen Mx dan ~ positif bila menghasilkan lentur positif, artinya lentur yang meng-
akibatkan tekan pada bagian atas balok dan tarik pada bagian bawah.
5.33
A
X
/ y
Gambar 5.10 Free Body Balok pada Potongan Sejarak z
Persamaan 5.33 menunjukkan bahwa x haruslah sumbu berat. Dari persamaan 5.34
dan 5.35 memberikan:
k=--x=
M
__ Y
M
1 5.36
Ix I xy
Dan sudut y dapat ditentukan sebagai:
tany
M =
= __ I
x _x 5.37
M, I¥y
Bila penampang memiliki minimal satu sumbu simetri (Ixy = 0, y = n/2) maka beban
dan lentur terjadi dalam bidang yz.
5.33 Dalam kasus penampang yang memiliki paling sedikit satu sumbu simetri Ixy 0
dan tan y = 0, maka beban dan lemur terjadi dalam bidang xz.
5.34
LENTUR Dl LUAR BIDANG XZ DAN YZ
5.35 Tegangan total 0' merupakan penjumlahan dari tegangan akibat lemur dalam bidang xz
dan yz.
Menyelesaikan persamaan 5.44 dan 5.45 serta substitusi ke persamaan 5.43 akan
diperoleh:
M xy
-I -Myxy
-I M yx
-I -Mxxy
-I
5.46
I ·I -I 2 ·y+ I -I -I 2 .x
X J X)' X J X)'
M M
5.36 0'=--x ·y+-~y ·X 5.47
IX IV
M
Dari persamaan 5.37 dan 5.42 didefinisikan tany = Mx
.Y
5.37
Bila tegangan dalam sumbu netral sama dengan nol, 0' dalam persamaan 5.46 dapat
ka beban disubstitusi dengan nol, selesaikan untuk -xly, akan diperoleh bentuk:
_!__=
Y l
M ·IJ - M J ·IX)'
X
-I -Ixy 2
I xy
I I X ·IJ -IX)'
M yx·I - M xxy
2
·I
l 5.48
;ga:
102 BAS 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR
Dari Gambar 5.9 tampak bahwa tan a = -xly, sehingga persamaan 5.48 dapat ditulis
sebagai:
M
__2__·I -I
Jvf } XV I ·tany-I y .xy
tan a=_·::._)'- - - 5.49
M I x -Ixy tany
I - __2_·I
X M X)'
v
Jika penampang memiliki paling tidak satu buah sumbu simetri (~"Y = 0):
Iv
tana = -'-tany 5.50
lx
• CONTOH 5.9:
Sebuah profil WF 400.400.13.21 dikenai beban yang membentuk sudut 5° terhadap
sumbu vertikal. Hitung kemiringan sumbu netral!
Data profil WF 400.400.13.21 :IX = 66600.10 4 mm 4 dan IJ = 22400.10 4 mm 4 .
tany = tan 85°
Iv
tan a = -'-tan r
I,
x--
sumbu
netral
y
• CONTOH 5.10:
Balok dengan bentang 3 m memikul beban merata 0,75 ton/m (termasuk berat sendiri).
Digunakan profil siku tak sama kaki L 75.170.10. Hitung tegangan pada titik A, B, dan
C, bila profil dapat melentur dalam arah sembarang dan hitung pula bila profil diasumsi-
kan hanya melentur pada bidang vertikal saja.
I.xy = [170(85- 62,1)(-15,2 + 5) + 65(-62,1 + 5)(32,5 + 10 -15,2)]10
I xy = -1410325,5 mm 4
I y = 88,2-10 4 mm 4
ex= 62,1 mm
e)' = 15,2 mm
oz
5.8 TEORI UMUM LENTUR 103
ulis
.49 .}j.
q = 0, 75 ton/m
1111111 'l
1•----L
.. •1
= 3 m - - -......
'.50
1 A B I
M = - = 0,84375 tm
Mx
X
=
8
0,84375·10 7 Nmm
l
y
dap
My = 0
J; M (I ·y-I ·X)
X J .\)'
0,84375·1 07 ·(88,2·10 4 ·107,9- (-1410325,5x- 5,2))
B- I ·I -I 2 (709x88,2·1 08 ) - ( -141 0325,5) 2
X } XJ'
=+ 173,79 MPa
4
Jr- M x(Iy ·y-Ixy ·X) 0,84375·1 07 ·((88,2·1 0 ·-62,1)-( -141 0325,5x-15,2))
c- I ·I -I 2 (709x88,2·1 08 )-( -141 0325,5) 2
X J XJ'
=- 150,788 MPa
• CONTOH 5.11:
Rencanakanlah struktur gording pada suatu rangka atap dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
Jarak antar gording = 1,25 m
Jarak antar kuda-kuda = 4 m
Sudut kemiringan atap = 25°
Penutup atap genteng, berat = 50 kg/m 2
2
Tekanan tiup angin = 40 kg/m
JAWAB:
Coba menggunakan profil light lip channel 150.65.20.3,2, dengan data-data:
IX = 332.104 mm4
,... 65
Iy = 54.10 4 mm 4
z X
= 44,331.10 3 mm 3
zy = 12,268.10 3 mm 3
Behan mati:
Berat gording = 7,51 kg/m
Berat atap = 1,25(50) = 62,5 kg/m
q = 70,01 kg/m
Behan hidup:
Di tengah-tengah gording P = 100 kg
Behan angin:
Tekanan angin = 40 kg/m 2
Koefisien angin tekan = 0,02a- 0,4
= 0,02(25) - 0,4 = 0,1
Koefisien angin hisap = -0,4
,
5.8 TEORI UMUM LENTUR 105
•
MX _! (63,45)(4) 2 = 126,9 kg.m
~ntuan 8
Psin a
1 1
M = - (P·cos a)·L = - (IOO)(cos 25)(4) = 90,631 kg.m
X 4 X 4
Kombinasi Behan:
Untuk struktur berpenampang I dengan rasio b 1d.::; 1,0 dan merupakan bagian dari
1
struktur dengan kekangan lateral penuh maka hams dipenuhi persyaratan seperti pada SNI
03-1729-2002 pasal 11.3.1 sebagai berikut:
l J l M
_ _I_£Y_
cpb.Mpx
<,
Muy_~ j'- s 1,0
+ __
¢b·Mn
5.52
( c~::t£\"J")l ~:uy r
C/Jb nx C/Jb ny )
0:1,0 5.53
Dengan ketentuan:
Untuk b 1d < 0,5 : s = 1,0
1
Untuk 0,5 .::; b 1d.::; 1,0 :
1 s = 1,6
Untuk b 1d < 0,3 : 1l = 1,0
1
Untuk 0,3 .::; b 1d.::; 1,0 : 1l = 0,4 + bfld 2. 1,0
1
• CONTOH 5.12:
Periksalah kekuatan profil WF 250.250.9.14 untuk memikul momen akibat beban mati
M Dx = 2 ton.m, M Dy = 0,6 ton.m serta momen akibat be ban hidup MLx = 6 ton.m dan
MLy = 2,8 ton.m. Asumsikan terdapat sokongan lateral yang cukup untuk menjaga kesta-
biti.n struktur. Gunakan mutu baja BJ 37!
JAWAB:
Hitung momen terfaktor dalam arah x dan y:
Mux = 1,2(2) + 1,6(6) = 12 ton.m
M uy = 1,2(0,6) + 1,6(2,8) = 5,2 ton.m
( c"~::U\" J +(c"':"' ] s
1 1
,4 ,4 1,0
C/Jb nx C/Jb ny il
1,0 X 12 1,4 ( 1,0 X 5,2 )1.4
( )
+ = 0,9086 < 1,0 OK
0,9 X 22,48536 0,9 X 10,608
Jadi, profil WF 250.250.9.14 cukup kuat umuk memikul beban momen lemur tersebut.
,
•
SOAL-SOAL LATIHAN 107
•
lari SOAL-SOAL LATIHAN
,NI
::l. 5.1 Suatu komponen struktur lentur terbuat dari dua buah pelat sayap ukuran 12 mm X 190
mm dan pelat badan ukuran 9 mm X 425 mm. Mutu baja yang digunakan adalah BJ
41.
.52 a) Hitunglah modulus plastis penampang (Z) dan momen plastis (M) dalam arah sumbu
p
kuat
b) Hitunglah besarnya modulus penampang elastis (S) dan momen leleh (MY) dalam arah
.53
sumbu kuat
;:, 5.2 Suatu komponen struktur lentur terbuat dari dua buah pelat sayap yang berbeda, yaitu
12 mm X 300 mm (sayap atas) dan 12 mm X 175 mm (sayap bawah) serra pelat badan
ukuran 9 mm X 400 mm. Hitunglah besarnya modulus plastis penampang dalam arah
sumbu kuat dan hitung pula besarnya momen plastis yang bersangkutan. Gunakan mutu
baja BJ 37!
:::5.3 Suatu balok baja seperti pada gambar terbuat dari profil WF 500.200.10.16 (dari baja
nati BJ 37), dengan kekangan lateral menerus pada sisi flens tekan. Periksalah apakah profil
dan tersebut mencukupi untuk memikul beban seperti pada gambar!
::sta-
l P, = 50 kN qo
20 kN/
lllllllllllllllllllllllllllllllllllll;g;
~
Gambar P.5.3
4.5m -L 4,5m ~
:::5.4 Sebuah balok dengan panjang 7,5 m tertumpu dengan sendi pada ujung kanan, dan
tertumpu dengan rol pada jarak 1, 5 m dari ujung kiri seperti pada gam bar. Flens tekan
balok terkekang lateral secara menerus. Periksalah apakah profit WF 250.125.6.9 dari baja
BJ 41 mencukupi untuk memikul beban-beban tersebut! (beban sudah termasuk berat
sendiri profil)
q0 =5 kN/m; qL = 20 kN/m
llllllllllljp lur;;;lllllllllllllllll2,_
:::5.5 Profil WF 400.200.8.13 sepanjang 10 m ditumpu sederhana pada kedua ujungnya, dan
digunakan sebagai suatu komponen struktur lentur. Bagian sayap tekan terkekang lateral
secara menerus dan mutu baja yang digunakan adalah BJ 37. Jika rasio LID= 3, hitunglah
beban kerja total yang diperbolehkan bekerja (dalam kN/m) pada balok tersebut!
but.
108 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR
P.5.6 Rencanakanlah balok baja dengan profil WF pada struktur berikut dengan seekonomis
mungkin. Disyaratkan pula batas lendutan tidak boleh melebihi L/300 (mutu baja BJ 37).
!
Perhitungkan pula berat sendiri profil!
P0 • 40 kN/m; P, • 50 kN/m
Gambar P.5.6
4m _J_ 4m -7
P.5. 7 Hitunglah besarnya tahanan geser rencana dari profil-profil berikut:
a) WF 700.300.13.24, f; = 250 MPa
b) WF 400.400.13.21,f; = 290 MPa
c) WF 250.250.9.14,f; = 410 MPa
P.5.8 Desainlah ukuran bearing plat yang diperlukan untuk mendistribusikan reaksi dari balok
WF 500.200.10.16 yang memiliki panjang bentang 4,8 m diukur dari as ke as tumpuan.
Balok memikul beban mati sebesar 50 kN/m dan beban hidup 50 kN/m. Balok menumpu
pada dinding beton bertulang dengan f' c = 25 MPa. Mutu baja dan bearing plat adalah
BJ 37.
P.5.9 Profil WF 400.200.8.13 memikul be ban yang membentuk sudut 10° terhadap sumbu
vertikal. Hitunglah sudut kemiringan sumbu netral profil tersebut, diukur dari sumbu
vertikal penampang.
P.5.1 0 Desainlah profil WF yang dapat memikul momen lemur dua arah sebagai berikut:
M 0 x = 80 Nmm MLx = 175 Nmm
M 0 Y = 5 Nmm MLy = 15 Nmm
Asumsikan terdapat pengekang lateral menerus pada balok tersebut, gunakan mutu baja
BJ 37!
P.5.11 Rencanakan struktur gording dari suatu rangka atap dengan data berikut:
Jarak antar gording = 1,5 m
Jarak antar kuda-kuda = 3,75 m
Sudut kemiringan atap = 20°
Berat penutup atap = 25 kg/m 2
Tekanan tiup angin = 20 kg/m 2
Gunakan mutu baja BJ 37!
,
6
nomts
J 37).
Sambungan Baut
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Menghitung kapasitas baut sebagai alat sambung dalam suatu konsrruksi baja
• Melakukan proses analisis dan desain sambungan baja yang menggunakan baur
sebagai alar sambungnya
;umbu Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen batang yang disatukan
;umbu dengan alar pengencang. Salah satu alar pengencang di samping las (akan dibahas dalam
bab VII) yang cukup populer adalah baut terutama baur mutu tinggi. Baur mutu tinggi
menggeser penggunaan paku keling sebagai alar pengencang karena beberapa kelebihan
yang dimilikinya dibandingkan paku keling, seperti jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit,
kemampuan menerima gaya yang lebih besar, dan secara keseluruhan dapat menghemat
biaya konstruksi. Selain mutu tinggi ada pula baur mutu normal A307 terbuat dari baja
u baja kadar karbon rendah.
Dua ripe dasar baur mutu tinggi yang distandarkan oleh ASTM adalah ripe A325 dan
A490. Baur ini mempunyai kepala berbenruk segi enam. Baur A325 terbuat dari baja kar-
bon yang memiliki kuat leleh 560 - 630 MPa, baur A490 terbuat dari baja alloy dengan
kuat leleh 790 - 900 MPa, terganrung pada diameternya. Diameter baur mutu tinggi
berkisar antara Vz - 1Vz in, yang sering digunakan dalam struktur bangunan berdiameter
3,4 dan 7I in, dalam desain jembatan an tara 7 I hingga 1 in.
8 8
Dalam pemasangan baur mutu tinggi memerlukan gaya tarik awal yang cukup yang
diperoleh dari pengencangan awal. Gaya ini akan memberikan friksi sehingga cukup kuat
untuk memikul beban yang bekerja. Gaya ini dinamakan proof load. Proof load diperoleh
dengan mengalikan luas daerah tegangan tarik (A) dengan kuat leleh yang diperoleh
dengan metoda 0,2% tangen atau 0,5% regangan (lihat bab II) yang besarnya 70% fu
unruk A325, dan 80% fu unruk A490.
2
A = !!_[d _0,9743] 6.1
' 4 b n
Dengan: db adalah diameter nominal baut
n adalah jumlah ulir per mm
110 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
Baut mutu normal dipasang kencang tangan. Baut mutu tinggi mula-mula dipasang
kencang tangan, dan kemudian diikuti Vz putaran lagi (turn-of the-nut method). Dalam
Tabel 6.1 ditampilkan tipe-tipe baut dengan diameter, proof load dan kuat tarik minimum-
nya.
Sambungan baut mutu tinggi dapat didesain sebagai sambungan tipe friksi (jika dikehen-
daki tak ada slip) atau juga sebagai sambungan tipe tumpu.
Dengan: J
/
1
adalah kuat tarik baut (MPa)
Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
,
6.2 TAHANAN NOMINAL BAUT 111
dipasa:-~ Persamaan 6.4 berlaku untuk semua baut, sedangkan untuk lubang baut selot panjang
0. Dab:- tegak lurus arah gaya berlaku:
Jinimw~-
R 11 = 2,0.db.tp.fu 6.6
Tara letak baut diatur dalam SNI pasal 13.4. Jarak antar pusat lubang baut harus di-
ambil tidak kurang dari 3 kali diameter nominal baut, dan jarak antara baut tepi dengan
.(MPa) ujung pelat harus sekurang-kurangnya 1,5 diameter nominal baut. Dan jarak maksimum
antar pusat lubang baut tak boleh melebihi 15tp (dengan tp adalah tebal pelat lapis tertipis
dalam sambungan) atau 200 mm, sedangkan jarak tepi maksimum harus tidak melebihi
(4tp + 100 mm) atau 200 mm.
<.a dikehc:
harus m~
6.: s1 s s
s1
yang diam\_- 3db < S < 15tP atau 200 mm
;an. 1,5db < S 1 < ( 4tP + 1OOmm ) atau 200 mm
• CONTOH 6.1:
Hitung beban kerja tarik maksimum untuk sambungan tipe tumpu berikut, yang menyatu-
kan dua buah pelat (BJ 37) berukuran 16 x 200 mm. Baut yang digunakan berdiameter
22 mm, f} = 825 MPa dan tanpa ulir dalam bidang geser. Beban hidup yang bekerja
besarnya 3 kali beban mati.
40
6.-
T .. __.T
T
200
1
komponen pel
6
T ..
EJill L 1--.T
112 BAS 6
JAWAB:
SAMBUNGAN BAUT
Periksa kekuatan pelat terlebih dahulu, lakukan analisa seperti batang tarik!
'
;i
Ag = 16(200) = 3200 mm 2
2
A = 3200 - 2·( 22 + 3,2 )·16 = 2393,6 mm
A: = An = 2393,6 mm 2
• CONTOH 6.2:
Rencanakan sambungan baut sekuat pelat yang disambung bagi komponen struktur tarik
berikut ini. Pelat dari baja BJ 55 if; = 410 MPa, fu = 550 MPa). Gunakan baut diameter
19 mm (tanpa ulir di bidang geser, fub = 825 MPa). Rencanakan baut diatur dalam dua
bar is.
V2~lL.------r-------------------:~--------~1--.T
T/2 ~ r-aL-:::::::::::::::::::::::::::..,.""o:o::::::~----
- 10 X 150
..
JAWAB:
Jumlah luas dua pelat luar lebih besar dari luas pelat tengah, sehingga perhitungan di-
dasarkan pada pelat yang tengah.
Ag = 10(150) = 1500 mm 2
An = [ 150- 2·( 19 + 3,2) ](10) = 1056 mm 2
Max.A n = 0,85 Ag = 0,85 (1500) = 1275 mm 2
Ae =An = 1056 mm2
Leleh: lf>.Tn = lf>.J;.Ag = 0,90(410)(1500) = 55,35 ton
Fraktur: rt..
'+' Tn = rt.. +.A
'+'') u e = 0,75(550)(1056) = 43,56 ton
Jadi, jumlah baut dihitung berdasarkan gaya 43,56 ton.
,
0
A
6.2 TAHANAN NOMINAL BAUT 113
I
I
0 0 I
I
) 0
I ?
\ t50
II I I
I
30 60 30 '
• CONTOH 6.3:
Hitung jumlah baut yang diperlukan oleh komponen struktur berikut yang memikul beban
mati (D = 3 ton) dan beban hidup (L = 15 ton). Gunakan baut tanpa ulir di bidang
geser, db = 19 mm, f} = 825 MPa. Pelat yang disambung dari baja BJ 37. Aturlah baut
dalam 2 baris.
tarik
meter
:1 dua JAWAB:
Hitung beban tarik terfaktor, I;.:
~ = 1,2D + 1,6L = 1,2(3) + 1,6(15) = 27,6 ton
Perencanaan baut:
Geser: C/J·R11 = C/J·0,5fub·m-Ab = 0,75(0,5)(825)(2)(14- n ·19 2)
= 17,54 ton/baut
Tumpu: C/J·Rn = C/J·2,4·db.tpfuP = 0,75(2,4)(19)(6)(370) = 7,59 ton/baut
27,6
L baut diperlukan - - = 3, 6
7,59
=4 baut
1,5db = 28,5 ~ 30 mm 3db = 57 ~ 60 mm
114 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
5c
30
190
30
60
I 30 I
iJ
Karena 0,6.+
:; u A nv > J+u · A nt , maka kondisi geser fraktur tarik leleh menentukan:
= A
'f'
(0' 6.1'
:J u nu
+ Agt )
A + lf
Ternyata keruntuhan geser blok lebih menentukan daripada keruntuhan leleh ataupuc
fraktur, bahkan Cr·Rbs < ~· Untuk mengatasinya, maka jarak baut perlu diubah!
50
150
50
80
I 50 I
Karena 0,6.1'
:; u
A rw +·
> Ju A nt , maka kondisi geser fraktur tarik leleh menentukan:
= ¢· (O 6.1' A
' ') U IZV
+ j +.
J
Agt)
= 0,75 ( 0,6(370)(1160,4) + 240(100)(6) ) = 30,12 ton > ~ OK
J
6.3 GESER EKSENTRIS 115
6.7
Kuat rencana, ~1 = ¢· if,1, adalah kuat geser satu baut dalam sambungan tipe friksi yang
besarnya dihitung menurut:
~ 3 GESER EKSENTRIS
Apabila gaya P bekerja pada garis kerja yang tidak melewati titik berat kelompok baut,
maka akan timbul efek akibat gaya eksentris tersebut. Beban P yang mempunyai eksentrisi-
tas sebesar e, adalah ekuivalen statis dengan momen P dikali e ditambah dengan sebuah
gaya konsentris P yang bekerja pada sambungan. Karena baik momen maupun beban
1taupu: konsentris tersebut memberi efek geser pada kelompok baut, kondisi ini sering disebut
sebagai geser eksentris.
Dalam mendisain sambungan seperti ini, dapat dilakukan dua macam pendekatan yaitu:
1. analisa elastik, yang mengasumsikan tak ada gesekan antara pelat yang kaku
dan alat pengencang yang elastik
2. analisa plastis, yang mengasumsikan bahwa kelompok alat pengencang dengan
beban eksentris P berputar terhadap pusat rotasi sesaat dan deformasi di setiap
alat penyambung sebanding dengan jaraknya dari pusat rotasi.
p
---...... "'-""
1-- )
•• )
•
1--
t...Y.... ~~
•
M = Pe
+
•
•
+
[IT)
Gambar 6.3 Kombinasi Momen dan Geser
116 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
Analisa Elastik
Prosedur analisa ini didasarkan pada konsep mekanika bahan sederhana, dan digunakan
sebagai prosedur konservatif. Untuk menurunkan persamaan yang digunakan dalam analisa
ini, perhatikan sambungan yang menerima beban momen M dalam Gambar 6.4.a. Abaikan
gesekan antara pelat, momen sama dengan jumlah gaya dalam Gambar 6.4.b dikalikan
jaraknya ke titik berat kelompok baut.
6.9
Jika tiap baut dianggap elastik dan mempunyai luas yang sama, maka gaya R dari tiar
baut juga proporsional terhadap jarak ke titik berat kelompok baut tersebut.
Rl R2 R6
6.10
dl d2 dh
M = -Rl [ dl 2+ d 2 2+ ..... + d c, 2] = -.
Rl "d2
~ 6.12
dl dl
Sehingga gaya pada baut 1:
M·d
Rl = Ld~ 6.U
Dengan cara yang sama, maka gaya pada baut-baut yang lain adalah:
M·d M.d M·d
R ' R =--' · R =--c' 6.1-t
2 = Ld; ; _, Ld2 , ..... , (, Ld2
, a
J
6.3 GESER EKSENTRIS 117
Apabila gaya R, diuraikan dalam arah x dan y seperti dalam Gambar 6.5, maka dapat
akF dituliskan komponen gaya dalam arah x dan y:
1ali,_
lika:·
R
X
= l...R
d
R
J
= !!_·R
d
6.16
lika:·
Substitusikan 6.15 ke 6.14 diperoleh:
R = M·y R = M·x
X 2.d2 J 2.d2 6.17
Karena cf = >! + j, maka persamaan 6.17 secara umum dapat dituliskan lagi:
6.18
Untuk menghitung gaya total akibat beban eksentris seperti pada Gambar 6.2.a, maka
pengaruh gaya Rv memberikan kontribusi gaya kepada tiap baut sebesar:
R =_!_
l' LN 6.20
6.L
Dengan N adalah jumlah baut. Dan total resultan gaya pada tiap baut yang mengalami
gaya eksentris adalah:
6.1 R= ~ Rx 2
+ ( Ry + R,, r 6.21
• CONTOH 6.4:
Hitunglah gaya maksimal yang bekerja dalam satu baut, untuk suatu komponen struktur
6.1
berikut yang memikul gaya eksentris seperti pada gambar.
JAWAB:
6.1 Baut yang menerima gaya terbesar adalah baut nomor 1, 3, 4, dan 6. Pada baut nomor
4 bekerja gaya-gaya:
118 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
R _ M.y _ 1500x75 _
'- Ix2 + IY2 - 37500 -3 ton ---7
100 7'5
f--100--r-- 75
I I
*pu = 20 ton
) : 1 ' 4
T--- ~- ---- t,, e == 75 + 50 == 125 mm
I M == 12(125) == 1500 ton mm
~~ ~ t'
5
\+ - - _j - - -
5
Ix + IY 2 2
==
==
2
6(50) + 4(75)
37500 mm 2
2
75 ' '
l_ -t----~+-
R=I, M·i
Y
2
x + y
2
=1500x50 = 2 ton
37500
j,
• CONTOH 6.5:
Hitung gaya R yang bekerja pada baut nomor 4 berikut ini, bila kelompok baut tersebut
memikul beban P11 == 5 ton yang membentuk sudut a terhadap sumbu horizontal, di
mana besarnya tan a == 3,4_
JAWAB:
e == 160 mm
M == 5 (160) == 800 ton mm
Ix + IY 2 2
== 4(50) 2 + 4(75) 2 == 32500 mm 2
R _ M·x _ 800x50 _ j,
v- Ix2 + I / - 32500 - 1,23 ton
R _ P·msa _ 5x0,8
H ---4---4- 1 ton ---7
r
J
• 6.3 GESER EKSENTRIS 119
~. - -~ - - - - -
+
t t Pu = 5 ton
I 100 I
R = )( Rx + RH r
+ ( Rr + Rv r
2
R=)(I,85+lt +(1,23+0,75) =3,47 ton
• CONTOH 6.6:
Dua buah profil CNP 24 dihubungkan dengan pelat setebal 10 mm, sebagai alat sam bung
digunakan baut A325 db = 22 mm (tanpa ulis dalam bidang geser). Tersedia dua pola
baut seperti dalam gambar, yaitu pola I dan pola II. Pada kondis tersebut bekerja beban
terfaktor Pu yang sama besar dan berlawanan arah. Jika diketahui perbandingan beban
hid up dengan be ban mati adalah 3 (L = 3D):
tersebur a. tentukan pola mana yang lebih baik
ontal, d: b. dengan pola yang lebih baik tersebut, hitung beban kerja yang dapat dipikul
~ ~ p
••
••
p,,
••
184 184
I 72 I 220 220
~ I I
~r I
120 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
JAWAB:
Pola baut 1: baut yang menerima gaya terbesar adalah baut-baut atas dan bawah
M = Pu.( 184 + 72 + 184 ) = 440 Pu
1j = ~36 2 +60 = 70 2
mm
440·~·70
1,3879.Pu
(4x70 2 )+(2x36 2 )
Pola baut II : semua baut menerima gaya yang sama besar
M = Pu·( 220 + 220 ) = 440 Pu
r = 70 mm
M·r 440·P ·70
R= ~ = u = 1,0476.P
£../
2
6 x70 2 u
Ternyata pola baut II lebih baik, gaya yang dipikul tiap baut sama besar dan lebih kecil
daripada gaya maksimum baut 1 pada pola I.
Selanjutnya menghitung tahanan satu buah baut:
Geser: ¢.Rn = ¢·0,5/}·mAb = 0,75(0,5)(825)(2)(%·7t·22 2)= 23,52 ton
Tumpu: ¢.Rn = ¢·2A·db.tpf! = 0,75(2,4)(22)(10)(370) = 14,652 ton
Analisa Plastis
Cara analisa ini dianggap lebih rasional dibandingkan dengan cara elastik. Beban P yang
bekerja dapat menimbulkan translasi dan rotasi pada kelompok baut. Translasi dan rotasi
ini dapat direduksi menjadi rotasi murni terhadap pusat rotasi sesaat. Lihat gambar 6.6.
p
Yo
Titik berat kelompok
X alat penyambung (C.G.)
I· X
0
Pusat rotasi
sesaat (I.C.)
Gambar 6.6 Pusat Rotasi Sesaat
J
6.3 GESER EKSENTRIS 121
"R.-sin8.-
£..J t t
Psin8 = 0 6.22
i=l
n
6.25
i=l
Di mana r0 adalah jarak terdekat antara pusat rotasi sesaat (IC) dengan titik berar b..:._:
(CG).
m lebih kecil
Sambungan Tipe Tumpu
Untuk sambungan tipe tumpu, slip diabaikan dan deformasi tiap alar pengencang prorc ~
sional terhadap jaraknya ke pusat rotasi sesaat. Analisa dilakukan sebagai berikur:
Jn 0,55
R.z = R.m [ 1-exp(-0,4 )
z ]
6.26
• CONTOH 6.7:
Hitung Pn yang boleh bekerja pada sambungan berikut ini, lakukan analisa plasris. :\:.:.:
sambung yang digunakan adalah baut A325 (db = 22 mm, J;/ = 825 MPa) tanpd ~..:>
dalam bidang geser.
JAWAB:
e = 75 + 50 = 125 mm
Beban P yang
Rnt. = 0,5Jb.Ab.m
'lu = 0,5(825)(1,4·7t·22 2)(1) 15,68 ton
lasi dan rotasi
: gambar 6.6. Ri = Rni [1 - exp(-0,4.L\)J0,55
-t1 t4
f- f
75 I '
-t----+-- J
75 ' .
...&..---+---~~3~+6
122 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
Beban bekerja pada sumbu y, o = 0, dengan mengganti y/di untuk sin ei serta x/di s
untuk cos ei' maka persamaan 6.22, 6.23, 6.25 menjadi:
6.26
6.27
""R.-d
~ 11
= P (e+r)
ll ()
6.28
d d.
Ingar juga asumsi: =-1, = - -86
1
2. Coba r0 = 51,46 mm
~ 43,099 7605,219
Si
Dari persamaan 6.27 didapat P11 = 43,099 ton
7605,219
Dari persamaan 6.28 didapat ~~ =( ) = 43,0988 ton OK
125 +51, 46
r
j
• CONTOH 6.8:
6 ,- Kerjakan kern bali contoh 6. 7 sebagai sambungan tipe friksi. Karena Ri konstan, maka
persamaan 6.25, 6.26, dan 6.27 menjadi:
6.2~ 6.30
6.31
6.32
JAWAB:
Dengan cara trial and error, diperoleh hasil, r0 = 59,569 mm .
..1 d.1
No. Baut xi yi di xi/di
0,091·
9,569 75 75,60797 0,12656
l ,325
2 9,569 0 9,56900 0,00000
0,091 3 9,569 -75 75,60797 0,12656
:5,12- 4 109,569 75 132,77939 0,82520
)2,88." 5 109,569 0 109,56900 1,00000
!5, 12- 6 109,569 -75 132,77939 0,82520
)4,6411 L 535,91272 2,90351
Karena R2 = 1,13 X 0,35 X IA·1t·22 2 X 0,75 X 585 X 1 = 6,5963 ton (digunakan baut
A325, db = 22 mm), sehingga Pn = 2,90359 X 6,5963 = 19,153 ton.
__
ut_
R R ]2 : :; 1
2+ [ --"''-
[ f/Jt.Rnt ] 6.33
f/Jv.Rrw
124 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
!)
(a) (b)
Profil
T struktural
2 profil siku
(c) (d)
Persamaan 6.35.a untuk baut tanpa ulir dalam bidang geser, sedangkan 6.35.b untuk
baut dengan ulir pada bidang geser.
Peraturan menyederhanakan persamaan interaksi geser-tarik pada 6.32, menjadi sebuah
persamaan garis lurus:
__
ut_
R Ruv_ ]2 ::::; C
2+ [ __ 6.36
[ C/Jt .Rnt ] C/Jv .Rnv
Dengan C adalah suatu konstanta.
Persamaan 6.36 dapat dituliskan sebagai:
C/J·R
R :::;c.cp.R __ t_nt.R 6.37
ut t nt C/Jv ·Rnv uv
•
6.4 KOMBINASI GESER DAN TARIK 125
'
1,0
ya: '\
6.34 ' \
'
6.35.a
6.35.b
2
/-v. 2
_ut_
R ) + [ _uv_
R ) =13
[ ¢1 Rnt </Jv Rnv '
R
_uv_ geser
0 1,0 ¢vRnv
Gambar 6.8 Kurva lnteraksi Tahanan Geser-Tarik (Sambungan Tipe Tumpu)
Bagi persamaan 6.37 dengan Ab (luas penampang baut), dan substitusikan Rnt dan Rnu
dari persamaan 6.34 dan 6.35. diperoleh:
Rut ~ C ¢(0, 75·J:/ )·Ab ¢(0, 75·fub ~·Ab Ruv 6.38
Ab Ab 0, 75·(0,5·fu )·Ab Ab
Nilai konstanta C dalam peraturan ditetapkan besarnya adalah 1,3. Nilai 2 dan 2,5
(koefisien fu) dalam peraturan direduksi menjadi 1,5 dan 1,9.Besarnya nilai ~h untuk
masing-masing mutu baut ditabelkan berikut ini dalam Tabel 6.2.
Dalam perencanaan sambungan yang memikul kombinasi geser dan tarik, ada dua
persyaratan yang harus dipenuhi:
1. I' = - u
},
V <
-
{0' 5·¢·/'b Ju
b
·m Tanpa ulir di bidang geser
6.41
uv n·Ab 0,4·¢·fu ·m Dengan ulir di bidang geser
2. 6.42
'S.b untuk
adi sebua} lABEL 6.2 NILAI l/J.ft UNTUK BERBAGAI TIPE BAUT
Tipe Baut
A325 dengan ulir di bidang geser <1>·(807 - 1,9fuJ < <1>·621
A325 tanpa ulir di bidang geser <1>·(807- 1,5fuJ < <1>·621
A490 dengan ulir di bidang geser <1>·(1010 - 1,9fuJ < <1>·779
A490 tanpa ulir di bidang geser <1>·(1010 - 1,5fuJ < <1>·779
126 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
V:, ~l/J·V
n 11
(1- T,, In
1,13 X proojload
J 6.43
• CONTOH 6.9:
Hitung kecukupan jumlah baut bagi sambungan berikut ini (tipe tumpu dan tipe friksi),
diketahui beban terdiri dari 10% beban mati dan 90% beban hidup. Baut A325 tanpa
ulir di bidang geser.
JAWAB:
Pu = 1,2(0,1)(35) + 1,6(0,9)(35)
Pu = 54,6 ton
~ = Pux = 0,8 x 54,6 = 43,68 ton
~ = Puy = 0,6 x 54,6 = 32,76 ton
35 ton
,-
J
0
6.5 SAMBUNGAN YANG MENGALAMI BEBAN... 127
¢·V 1-
(
Tu I n ) =6,597· ( 1- 43,8% 6 = 4,038 ton J
n 1, 13·proojload 1,13 X 16,68
V:ln > ¢. vn (baut tak mencukupi untuk sambungan tipe friksi!!)
n
:$
l l r r
n
c, ! Tb = pratarik awal T,
Pada saat pemasangan awal, baut mutu tinggi sudah diberi gaya pra tarik awal Tb, hal
ini mengakibatkan pelat tertekan sebesar ci' dari keseimbangan gaya:
6.44
Behan luar akhirnya bekerja, sehingga keseimbangan gaya sekarang seperti tampak
dalam Gambar 6.9.c.:
P+C =T
1 1
6.45
Gaya P mengakibatkan baut memanjang sebesar:
T~-~
8l = - - - . t 6.46
" Ab.Eb
Pada saat yang sama tekanan di antara pelat mengakibatkan pelat memendek sebesar:
C-C
8 = I f .t
P A .E 6.47
p p
Karena Eb dan EP sama untuk material baja, maka 6.49 dapat ditulis dalam bentuk:
p
6.50
• CONTOH 6.10:
Baut A325 berdiameter 22 mm menerima gaya tarik aksial seperti dalam gambar. Jika Ap
2
= 6000 mm • Hitung gaya tarik akhir pada baut (T) hila beban kerja terdiri dari 20%
beban mati dan 80% beban hidup.
JAWAB:
l/J.Rn = 0,75f/·0,75·Ab = 0,75(825)(0,75)(1k7t·222 )= 17,64 ton
Ru = 1,2(0,2R) + 1,6(0,8R) = 1,52 R = 17,64 ton
R = 11,61 ton
Tb = proof stress X 0,75 Ab = 585(0,75)( 1k7t·22 2)= 16,678 ton
AP = ~OOO = 15 784
Ab l4·7r.Z22 ,
T, =T +--p-=16678+~
b 1+ API ' 1+15,78
jAb
T, = 17,37 ton
r--
6.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN ... 129
rn- II
II
6.-l~
••
I d/2
•••
•••••
•
• ••
d/2
•I
L----1 __j_
<.:
--L-
~b~
6.5(
fika ,-:
~i 20(
Dengan L.Tb adalah proof load kali jumlah haut. Tegangan tarik hb pada hagian atas hidang
kontak akihat momen M, adalah:
M·d/2 6·M
hb = I = b.dz 6.52
Behan T pada haut teratas sama dengan perkalian antara daerah pengaruhnya (lehar b kali
jarak antara haut, p) dengan hb' atau:
6.53
Jika baut terluar herjarak p/2 terhadap hagian atas hidang kontak, maka T menjadi:
dO yang
~mpunya1
T = 6·M·p.(d-
d2 d
pJ 6.55
samhung.
erah kon-
• CONTOH 6.11:
Hitung hehan kerja P dalam samhungan berikut ini, jika digunakan baut A325, db = 19
6.51 mm (tanpa ulir di hidang geser). Behan yang hekerja terdiri dari 20% hehan mati dan
80% behan hidup.
130 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
-$- -$-
-$- -$-
3@80
-$- -$-
-$- -$-
JAWAB:
Pu = 1,2(0,2P) + 1,6(0,8P) = 1,52.P
1
V = P,. = ' 52.p = 0 19·P
u N 8 '
Cara lain untuk menganalisa sambungan kombinasi geser dan tarik yang menerima
beban eksentris dilakukan dengan menghitung tegangan tarik dalam baut dengan memakai
teori lentur f = M.y/1, atau:
M·y M·y
fr =-~-= LAb·y2 6.56
Jika semua baut memiliki ukuran sama, maka gaya tarik T dalam sebuah baut adalah:
6.57
J
6.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN ... 131
Persamaan 6.57 sebenarnya identik dengan 6.55, jika d dalam 6.55 sama dengan n.p,
di mana n adalah jumlah baut dalam satu baris, maka 6.55 menjadi:
Perhatikan bahwa p(n - 1)/2 adalah jarak baut terluar terhadap setengah tinggi kontak
area, yang identik dengan y dalam 6.57. Satu baris baut dengan jarak p dapat diasumsikan
sebagai tampang persegi dengan lebar Alp dan tinggi n.p. Momen inersia penampang ini
adalah:
1 A
I= -.-.(n·p) 3 6.59
12 p
Prosedur pendekatan yang terakhir ini"'lebih mudah daripada cara analisa yang ter-
dahulu .
• CONTOH 6.12:
Hitung jumlah baut (A325, db = 22 mm) untuk sambungan berikut ini, yang menerima
beban mati D = 3,5 ton dan beban hidup L = 25 ton.
-$- -$-
-$- -$-
JAWAB:
Pu = 1,2(3,5) + 1,6(25) = 44,2 ton
OK
= ¢.Rnv = 0,75(0,5.1'b)m-Ab
Ju
= 0,75(0,5)(825)(1)(1,4·n:·22 2)= 11,76 ton
:tlah: ~ 44,2
V = - = - - = 4,42 ton < ¢·R (= 11,76 ton)
u n 10 nv
6.5-
132 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
SOAL-SOAL LATIHAN
P.6.1 Hitunglah beban kerja layan yang dapat dipikul oleh komponen struktur tarik berikut
ini, jika baut yang digunakan adalah baut mutu tinggi A325 berdiameter %" dengan ulir
di luar bidang geser, sedangkan mutu pelat baja adalah BJ 37. Diketahui pula bahwa
perbandingan beban hidup dan beban mati adalah 3 (LID = 3).
t = 10 mm
.
Gamhar P.6.1
P.6.2 Dua buah pelat setebal 20 mm disambung dengan suatu pelat sam bung setebal 10 mm
seperti tampak dalam gambar. Baut yang dipakai sebagai alat pengencang adalah baut
A325 berdiameter 5/8" dengan ulir di luar bidang geser. Mutu pelat baja adalah BJ 37.
Hitunglah tahanan tarik rencana yang diperbolehkan bekerja pada komponen struktur
tersebut!
1~40·1~50 --1~50·1~4~1
61 ! I • I • I
4~
4cJ_
• • I .
~
: I ~~Omm
t =10 mm
Gambar P.6.2
r-
SOAL-SOAL LATIHAN 133
P.6.3 Tentukan jumlah baut yang diperlukan untuk menahan gaya tarik sekuat profil J L
100.100.10 seperti tampak dalam gam bar, untuk beberapa tipe sambungan sebagai
berikut:
t = 12 mm
:ut T4
tlir
wa
Gambar P.6.3
P.6.4 Sebuah batang tarik dari siku tunggal 120.120.12 (BJ 3 7) digunakan untuk menahan gaya
tarik yang terdiri dari 40 kN beban mati dan 120 kN beban hidup. Asumsikan tebal pelat
sambung adalah 12 mm. Jika digunakan baut A325 berdiameter ~, dengan ulir di luar
bidang geser, hitunglah jumlah baut yang dibutuhkan !
;).6.5 Hitunglah besarnya beban layan yang dapat dipikul oleh profil 2CNP20 dari baja BJ 37
seperti pada gambar berikut. Baut yang digunakan adalah A325 berdiameter 7/ 8 "dengan
ulir di luar bidang geser. Beban terdiri dari 25% beban mati dan 75% beban hidup.
mm t = 15 mm
baut
r 37.
1ktur
Gambar P.6.5
'·40~. 4@ 75
.j/o~
.•.
• >-' BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
;:).6.6 Hitunglah besarnya beban layan maksimum, P, yang menimbulkan geser eksentris pada
sambungan dalam Gambar P.6.6. Behan terdiri dari 25% beban mati dan 75% beban
hidup. Baut yang digunakan adalah A325 berdiameter 7 /8" dengan ulir di luar bidang
geser. Asumsikan pelat cukup kuat menahan beban tersebut (BJ 37)
a) Gunakan metode elastis
b) Gunakan metode plastis
r-- ++1 t
150 I 1 I I
_L_ __ -$ ~t I
t = 10 mm
Gambar P.6.6
P.6.7 Hitunglah besarnya beban layan, P, yang terdiri dari 20% beban mati dan 80% beban
hidup, pada sambungan yang terlihat dalam Gambar P.6.7, gunakan baut A325 berdiam-
eter 7 I 8" dengan ulir di dalam bidang geser. Mutu baja BJ 3 7
a) Gunakan metode elastis
b) Gunakan metode plastis
150
Pelat, t = 12 mm
75
la ~.6.8 Rencanakan samhungan geser eksentris dalam Gamhar P.6.8 dengan haut A325 herdiameter
.n
7
Is"· Disyaratkan hahwa baut disusun dalam dua lajur dengan jarak vertikal antar haut
adalah 75 mm. Behan terdiri dari 40% hehan mati dan 60% hehan hidup. Gunakan
metode elastis. Mutu haja BJ 37.
75
t = 10 mm
Gambar P.6.8
ban ::6.9 Samhungan geser eksentris (samhungan A) dalam Gamhar P.6.9 herikut ini menggunakan
am- haut A325 herdiameter 7I 8" dengan ulir di luar hidang geser. Behan terdiri dari 30 kN
hehan mati dan 150 kN hehan hidup. Hitunglah jumlah haut yang dihutuhkan dengan
cara elastis. Berikutnya rencanakan pula samhungan profil J L 100.100.10 ke £lens kolom
(samhungan B), tflens = 20 mm.
200
t = 10 mm
Sambungan A
JL 1oo.1oo.1o
Gambar P.6.9
:: 5. 10 Hitunglah jumlah haut yang dihutuhkan pada samhungan dalam Gamhar P.6.1 0, jika sam-
hungan A direncakan sehagai samhungan sekuat profil. Gunakan haut A325 herdiameter
Vz" dengan ulir di luar hidang geser.
136 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT
Gambar P.6.1 0
r
0
7
Sambungan Las
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah meinpelajarihah i~i; 1llahasiswa diharapkan dapat:
• I\1~pu lll~mbedabn Jeni~~jenis.sambungan las
• Menghit~~gkapasitas.las. dari 1llasin~~1nasing jenis·tas
• Melaku_kill) pr~ses analisis ..· dan desain sambungan konsttuksi baja dengan
1nenggunakari berbagai jenis las yang. ada
Pokok-pokok l?embahasan Bab
1.1 Pendahuluan
1.2 Jenis;;jenis S~bungan
1.3 ·Jenis.,-jeni§. Las
1.4 Pembatasan Ukuran Las Sudur
L5 Luas EfektifLas
1.6 Tahat1an Nominal Sarnbl.lngan Las
L7 GeserEksentris "7 Metode El.a:srik
1.8 Geser Eksenrris - Metode Plasris
1.9 Behan ·;E:ksentris ·Normal.· pada Bidang Las
... 1 PENDAHULUAN
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan bahan logam yang menghasilkan peleburan
bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan
dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi. Meskipun pengetahuan tentang las
sudah ada sejak beberapa ribu tahun silam, namun pemakaian las dalam bidang konstruksi
dapat terbilang masih baru, hal ini antara lain disebabkan pemikiran para ahli mengenai
beberapa kerugian las yaitu bahwa las dapat mengurangi tahanan lelah bahan (fatigue
strength) dibandingkan paku keling dan mereka juga berpendapat bahwa tidak mungkin
untuk memastikan kualitas las yang baik.
Melalui banyak penelitian tentang las, belakangan las mulai banyak digunakan dalam
bidang konstruksi. Hal ini antara lain karena proses penyambungan dengan las memberi-
kan beberapa keuntungan, yakni:
1. dari segi ekonomi, harga konstruksi dengan menggunakan las lebih murah dibanding-
kan dengan pemakaian baut atau keling, hal ini dikarenakan pemakaian pelat-pelat
sambungan maupun pelat buhul dapat dikurangi. Pada konstruksi rangka jembatan
bahkan dapat mengurangi berat baja hingga 15o/o jika dipakai sambungan las
2. pada beberapa jenis elemen struktur tertentu, tidak mungkin memakai baut
atau keling untuk menyambungnya, seperti contoh adalah proses penyambungan
kolom bundar, tentu lebih memungkinkan untuk memakai las
3. struktur yang disambung dengan las akan lebih kaku daripada baut/keling
4. komponen struktur dapat tersambung secara kontinu
5. mudah untuk membuat perubahan desain dalam struktur
6. tingkat kebisingan dalam pekerjaan las lebih rendah daripada baut/keling
138 BAB 7 SAMBUNGAN LAS
<;;c:::___ _ _ ____.
LL
(c) tee joint (d) comer joint
~
(e) edge joint
a
r
J
7.4 PEMBATASAN UKURAN LAS SUDUT 139
at-
:;an
rus
f I t {
It
I
di-
(a) groove welds (b) fillet welds
pa1
lill-
1. . A
tuk A A Ar------l A
tuk
L _j L e _j
ang .•
kan
.
r---'-----'---1,/
(c) slot welds
lrisan A-A
1- /
r - 1_ . _ _ _ _ _ _ _ _ . _ _ - - ( ,
a,
I~
(a) Las sudut konkaf (b) las sudut konveks
Gambar 7.3 Ukuran Las Sudut
mg-
'ang TABEL 7.1 UKURAN MINIMUM LAS SUDUT
rang
.han Tebal Pelat (t, mm) Paling Tebal Ukuran Minimum Las Sudut (a, mm)
mh.
t .:5. 7 3
gan, 7 < t .:5. 10 4
10 < t .:5. 15 5
~las 15 < t 6
kan
Sedangkan pembatasan ukuran maksimum las sudut:
ma- a. Untuk komponen dengan tebal kurang dari 6,4 mm, diambil setebal kom-
lacia ponen
edia b. Untuk komponen dengan tebal 6,4 mm a tau lebih, diambil 1,6 mm kurang
dari tebal komponen
...
140 BAB 7 SAMBUNGAN LAS
Panjang efektif las sudut adalah seluruh panjang las sudut berukuran penuh dan paling
tidak harus 4 kali ukuran las, jika kurang maka ukuran las untuk perencanaan dianggap
sebesar Y4 kali panjang efektif.
{ ~ fl~)mm~ {
,
I
t.?. 6,4 mm
~ ··~·= ~~
- I
(b)
Gambar 7.4 Ukuran Maksimum Las
Las Tumpul
Tebal efektif las tumpul penetrasi penuh adalah tebal pelat yang tertipis dari komponen
yang disambung. Untuk las tumpul penetrasi sebagian perhatikan Gambar 7.5.
Las Sudut
Tebal efektif las sudut adalah jarak nominal terkecil dari kemiringan las dengan titik sudut
di depannya. Asumsikan bahwa las sudut mempunyai ukuran kaki yang sama, a, maka
tebal efektif te adalah 0,707a. Jika ukuran las tak sama panjang, maka tebal efektif harus
dihitung dengan memakai hukum-hukum trigonometri.
f
~ ~ 1t f t K t+
(a) T1 < T2 ; te =T
1 (b) T =T 1 + T2 ; te =T
(d) te = D
Tidak ada celah
(c) te = D - 3,2 mm
lin~
;gar
ekri~
F (t_ - 6 TAHANAN NOMINAL SAMBUNGAN LAS
~but. Filosofi umum dari LRFD terhadap persyaratan keamanan suatu struktur, dalam hal ini
terutama untuk las, adalah terpenuhinya persamaan:
7.1
oner. adalah faktor tahanan
adalah tahanan nominal per satuan panjang las
adalah beban terfaktor per satuan panjang las
'r nw
.+ (las)
AR = 0,90.te'lyw 7.2.b
b. Bila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas efektif, maka:
¢·Rnw = 0,90·t_-{0,6f) (bahan dasar) 7.3.a
l/J·Rnw = O,BO·t_-{0,61.,) (las) 7.3.b
Dengan J; dan!., adalah kuat leleh dan kuat tarik putus.
-as Sudut
Kuat rencana per satuan panjang las sudut, ditentukan sebagai berikut:
l/J.Rnw = 0,75·t_-{0,6fu) (las) 7.4.a
n..Rnw
'r = 0,75·t_-{0,6f) (bahan dasar) 7.4.b
= 0,75·{0,6!.,)-Aw 7.5
• CONTOH 7.1:
Tentukan ukuran dan tebal las sudut pada sambungan lewatan berikut ini. Sambungar:
menahan be ban tarik D = 10 ton dan L = 30 ton. Diketahui fuw = 490 MPa; fu = 40(1
MPa.
16 X 180
40 ton
~
t=~
e Ja2 + b2
JAWAB:
Persyaratan ukuran las:
Maksimum = tebal pelat - 1,6 = 16 - 1,6 = 14,4 mm
Minimum = 6 mm (Tabel 7.1)
250 10 150
180
r-
J
7.6 TAHANAN NOMINAL SAMBUNGAN LAS 143
F2 = C/J·Rnw-Lw 7.8
Dari keseimbangan gaya horizontal diperoleh:
3 (
e -F-
F = T 1--
d 2
2 J 7.10
___,]_l d
e !
:ang tari~.
Selanjutnya panjang las dan 3 dihitung sebagai berikut:
<.eduanya
F.
[tu, untuL
1)). Dapa:
L
wt
=~-~
AR L
w3
=~
AR
7.11
'I' nw 'I' nw
~i panjan~
• CONTOH 7.2 :
Rencanakan sambungan las sudut untuk menahan gaya tarik sekuat profil siku L
100.100.10 dari BJ 37. Mutu lasf,w = 490 MPa.
JAWAB:
Hitung tahanan rencana dari profil siku, diambil harga terkecil dari:
¢·Tn = 0,90f-A
y g
= 0,90(240)(1920) = 41,472 ton
f/J·Tn = 0,75fu-Ae = 0,75(370)(0,85 X 1920) = 45,288 ton
• CONTOH 7.3:
Rencanakan kembali contoh 7.2, namun tanpa las ujung (las 2).
JAWAB:
F.= T·e _ F2 = 41,472x 28,2 = 11 ,7 ton
1
d 2 100
F3 = 41,472 - 11,7 = 29,772 ton
• CONTOH 7.4:
Hitung beban kerja yang boleh bekerja pada sambungan berikut ini, jika diketahui persen-
tase beban mati adalah 20% dan beban hidup 80%. Pelat yang disambung terbuat dari
baja BJ 37 dan mutu las f..w = 490 MPa.
Pelat 15 x 250
JAWAB:
Hi tung kuat rencana dari las sudut berukuran 10 mm dengan panjang 120 mm
f/J·Rnw = f/J·t_-0,60fuw = 0,75(0,707 X 10)(0,60)(490) = 1558,935 N/mm
= ¢·t·0,60fu = 0,75(15)(0,60)(370) = 2497,5 N/mm
= Lw/f/J·Rnw = 2(120)(1558,935) = 37,41 ton
• CONTOH 7.5:
Hitung beban kerja sambungan las sudut dan baji berikut ini. Bila diketahui perbandingan
beban mati dan hidup adalah 1 : 5 (D/L = 1/5). Pelat yang disambung dari baja BJ 37
dan mutu las f..w = 490 MPa.
Pelat 10 x 200
50 mm
146 BAB 7 SAMBUNGAN LAS
JAWAB:
Kuat rencana las sudut:
C/>·R 11
w = C/>·te.(0,60fu) = 0,75(0,707 X 5 )(0,60)(490) = 779,4675 N/mm
T1 = Lw·C/J·Rnw = 2(100)(779,4675) = 15,58 ton
Kuat rencana las baji:
Aw = (50 - 10)·20 + 118·1t·20 2 = 957 mm 2
T2 = C/J·Rn = C/J-Aw·0,60fuw = 0,75(957)(0,60)(490) = 21,1 ton
C/J·Tn = T 1 + T2 = 15,58 + 21,1 = 36,68 ton
Untuk kasus dalam Gambar 7.8, komponen tegangan yang diakibatkan oleh geser lanf-
sung adalah:
j' = px f' = p)' 7.1~
X A )' A
d p
(a) Sambungan
(b) Penampang lintang efektif
Gambar 7.8 Sambungan Konsol dengan Geser Eksentris
r
j
0
7.7 GESER EKSENTRIS - METODA ELASTIK 147
Momen Inersia polar, I,p untuk las dalam Gambar 7.8.b adalah:
I = 2[Lw·te3]+2[L •t ·J-2]+2[te-Lz}]
P 12 w e 12
= t_e_[L
2+12·L -y- 2+L 3
6 to ·te z.u U'
] 7.17
Untuk keperluan praktis suku pertama dalam 7.17 diabaikan karena te cukup kecil,
, ton). sehingga persamaan 7.17 dapat dituliskan kern bali sebagai :
Ip = t_e__[12·L
6 w
-y- 2 + L lU
3
] 7.18
Lra gesc::
• CONTOH 7.6:
Hitung beban maksimum (N/mm) pada konfigurasi las berikut ini. Asumsikan ketebalan
7.12
pelat tak mempengaruhi. Jika diketahui pula beban terdiri dari beban mati 20% dan beban
hidup 80%, rencanakan ukuran las yang mencukupi (/,". = 490 MPa)
7.L~
y
7.1-t 200
_..___. .
1rc;___- -l-3o
--
t
-x
____ .,.p
~p JAWAB:
Hitung letak titik berat kelompok las, ambil statis momen terhadap las tegak:
x = 2x150x75 = 45 mm
(2x150) + 200
148 BAB 7 SAMBUNGAN LAS
,---- t
J
7.8 GESER EKSENTRIS- METODA PLASTIS 149
Dengan:
Ri adalah tahanan nominal segmen las, N/mm
8 adalah sudur beban diukur dari sumbu memanjang las, derajat
~ R.·r. ~ R.·r.
+£...
pn = £... 1 I J J 7.22
e+r0
h. as an
esaat.
lebih
1knya
be rat
7.19
geser
7.20 ro e
Gambar 7.9 Tahanan R dari Segmen Las Sudut
150 BAB 7 SAMBUNGAN LAS
• CONTOH 7.7:
Kerjakan kembali contoh 7.6, dengan metoda plastis. Dengan ukuran las a = 6,935 mm.
hitunglah Pu yang boleh bekerja pada sambungan tersebut, bandingkan hasilnya dengan
metoda elastik.
JAWAB:
Las mendatar akan dibagi tiga segmen @ 50 mm, dan las tegak akan dibagi menjadi ,
segmen @50 mm. Perhitungan hanya dilakukan setengah bagian saja, mengingat konfi-
gurasi las yang simetris.
50 50 50
......
I
:J ,_.._. '1'1 ;:J
I ·1
.I
?'·
Segmen X y r; e ~ Ill ~
Ll
~)r; ~i ~/~ lll R; (R)y R;.r;
121.7231 100 157.5326 50.59564 10.36184 13.89325 0.088193 13.89325 1.340809 1889.17 1459.734 297605.9
2 71.7231 100 123.0618 35.64926 11.53185 16.95775 0.137799 10.85317 0.941148 1757.412 1024.258 216270.3
3 21.7231 100 102.3323 12.256 15.73482 28.98673 0.283261 9.024978 0.573567 1410.733 299.4705 144363.5
4 -3.2769 75 75.07155 87.49822 8.740985 10.02515 0.133541 6.620777 0.757441 2109.739 -92.0909 158381.4
5 -3.2769 25 25.21385 82.53247 8.90212 10.38714 0.411962 2.223682 0.249792 1657.889 -215.466 41801.77
mm 0.088193 setengah 2475.905 858422.8
total 4951.811 1716846
._.
152 BAB 7 SAMBUNGAN LAS
r-ex p
Jp
j
T
Lw
j_
v
v p Me M
,-w
n n ~
y=c
l
Gambar 7.10 Tegangan pada Las Vertikal Akibat Geser dan Lemur
• CONTOH 7.8:
Hi tung ukuran las yang diperlukan bagi sambungan pada Gam bar 7.10 tersebut, bila
diketahui beban kerja P = 4,5 ton terdiri dari 20% beban mati dan 80% beban hidup.
Eksentrisitas, e = 150 mm dan panjang las Lw = 250 mm. lfuw = 490 MPa)
JAWAB:
Behan kerja terfaktor, Pu:
Pu = 1,2·( 0,20 X 4,5 ) + 1,6·( 0,8 X 4,5 ) = 6,84 ton
Tahanan las:
ARnw
'f'
= 'f'Ate ·0,60.1'
"1 uw = 0,75 x 0,707·a x 0,6 x 490 = 155,8935.a
511 127
' =3,278 mm::::: 4 mm
155,8935
_j
SQAL-SOAL LATIHAN
norma_ :: "1.1 Tentukan besarnya beban maksimum terfaktor, Tu, yang dapat bekerja pada sambungan
seperti dalam Gambar P.7.1. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37, sedangkan muru
las f'uw = 490 MPa, dengan ukuran 6 mm.
Pelat 100 mm x 12 mm
Gambar P.7.1
:: 7. 2 Jika sambungan dalam soal P. 7.1 harus memikul be ban mati sebesar 7 5 kN dan be ban
hidup sebesar 175 kN, tentukan panjang las yang diperlukan, gunakan mutu las f'u" =
490 MPa.
::7.3 Tentukan besarnya beban layan maksimum, T, yang dapat dipikul oleh sambungan pada
Gambar P.7.3. Kedua batang tersebut terbuat dari pelat berukuran 175 mm X 19 mm.
Las yang digunakan berukuran 10 mm ifuw = 490 MPa) dan mutu baja adalah BJ 37.
(LID= 4)
JUt, bib
1 hidup.
fR I t
T .. {
.T
Gambar P.7.3
:: 7.4 Hitunglah panjang las sudut L1 dan L2 pada sambungan yang direncanakan sekuat profil
L 50.50.5. Gunakan ukuran minimum las dengan mutu f'uw = 490 MPa dan mutu baja
BJ 37.
Gambar P.7.4
154 BAB 7 SAMBUNGAN LAS
P. 7.5 Hitunglah beban terfaktor maksimum yang diperbolehkan bekerja pada sambungan dengar.
menggunakan las pasak dan las sudut dalam Gambar P.7.5. Gunakan mutu baja BJ 3-
dan mutu las f'uw = 490 MPa. Diketahui pula bahwa ukuran las sudut 6 mm.
Pelat 200 x 10
50 mm Las pasak 0 20 mm
Gambar P.7.5
P.7.6 Hitunglah beban layan, T, yang dapat dipikul oleh batang tarik yang disambung denga:-.
menggunakan las sudut ukuran 6 mm ifuw = 490 MPa) seperti dalam Gambar P.7.6. MuL
baja yang digunakan adalah BJ 41. (LID= 4)
Pelat 150 x 12
Gambar P.7.6
P.7.7 Gunakan analisa elastis untuk menentukan beban maksimum pada las (dalam N/mm
untuk sambungan yang terdapat dalam Gambar P.7.7.
120kn
T
250
250
j_
l.-1so--.l.-1so-+l
Gambar P.7.7
J
•
SOAL-SOAL LATIHAN 155
:ngan P.7.8 Gunakan analisa elastis untuk menentukan beban maksimum pada las (dalam N/mm)
~J 3~ untuk sambungan yang terdapat dalam Gambar P.7.8.
120kn
250 T
250
j_
Pelat 250x9
1.-125-+1.-175-+1
Gambar P.7.8
'mm
8
Torsi
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah :lllempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Mempelajari perilaku balok yang memikul heban momen torsi
• Menentukan besarnya regangan-tegangan yang rerjadi pada penampang profil
• Melakukan desain penampang berdasarkan momen torsi yang bekerja
Pokok-pokok Pembahasan Bab
1.1 Pendahuluan
1.2 Torsi Murni pada Penampang Homogen
1.3 Pusat Geser (Shear Center)
1.4 Tegangan Puntir pada Profil I
1. 5 Analogi Torsi dengan Lentur
8.1 PENDAHULUAN
Pengaruh torsi/puntir terkadang sangat berperan penting dalam disain struktur. Kasus to:--
sering dijumpai pada balok induk yang memiliki balok-balok anak dengan bentang ya:-.~
tak sama panjang. Profil yang paling efisien dalam memikul torsi adalah profil bunc_;_·
berongga (seperti cincin). Penampang ini lebih kuat memikul torsi daripada penampar.~
bentuk I, kanal, T, siku atau Z dengan luas yang sama.
Suatu batang pejal bulat bila dipuntir, maka tegangan geser pada penampang di ti"":-
titik akan bervariasi sesuai jaraknya dari pusat batang, dan penampang yang semula daL·
akan tetap datar serta hanya berputar terhadap sumbu batang.
Pada tahun 1853 muncul teori klasik torsi dari Saint-Venant, ia mengatakan bahw~
jika batang dengan penampang bukan lingkaran, bila dipuntir maka penampang yar.~
semula datar tidak akan menjadi datar lagi setelah dipuntir, penampang ini menjadi terpil>
(warping) keluar bidang.
e= d¢ 8.:
dz
Dan regangan geser, y, dari suatu elemen sejarak r dari pusat adalah:
==enampang Lingkaran
Perhatikan penampang berbentuk lingkaran dengan jari-jari r1 dan r2 , di mana r1 < rx
r,
Jika r2 =r 1
+ t maka r/ =(r 1
+ t )2 =r 1
2
+ 2 r/ + 2
Maka] = Jr~t ·(2·1j +tX2·1j + 2·1j ·t+ t
2 2
)
Untuk r1 = 0, maka:
4
J = Jr·t ·t3 = Jr·t = ~·(2·tt = J_·Jr·d4
2 2 32 32
T·(d /2) 16·T
1
maks = 1 4 Jr·d4
~.Jr.d
32
Untuk t ----7 0, maka:
t t J-::::;2Jr·t--
3
]= -Jr·t
· l j · ( 2+-
t J•lj. 2+2-+2
2 ( (2·1j )
2
J= !.Jr·t·d 3
4
r{f+t) 2·T
't maks = 1 3 Jr·t·d
2
-·Jr·t·d
4
Penampang Persegi
Perhatikan penampang persegi yang mengalami geser akibat torsi, pada Gambar 8.2.
Regangan geser = y
regangan geser =
r--+---
L.'--------+---+-~
_ti_2-L---- ..,-;;.--------+---.,. : : { ~)
t/2
y=2·1{~)=t·1 8.-
r=y·G=t·G·d¢ = T·t
dz J
8.3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER) 159
Dari teori elastisitas, 'tmaks terjadi di tengah dari sisi panjang penampang persegi
dan bekerja sejajar sisi panjang tersebut. Besarnya merupakan fungsi dari rasio bit dan
dirumuskan sebagai:
_k1·T
rmaks - - - 2 8.9
b·t
Dan konstanta torsi penampang persegi adalah:
8.10
Besarnya k1 dan k2 tergantung dari rasio bit, dan ditampilkan dalam Tabel 8.1.
ds
r + dr·ds
as
X --.-----tt--
Vx.,_.a..__;;._.
z
d<J
<J +-z·dz
z az
8.-
y
y
(a) (b)
8.~
Gambar 8.3 Tegangan pada Penampang Tipis Terbuka Akibar Lemur
160 BAB 8 TORSI
M ·I -M ·I
= __X__:_J_ _J:___X)'_:_ + M J ·IX -MX ·IX)'
(Jz
2 ·J ·X
I X ·IJ -IX)' I X ·IJ -IX)' 2
v ·I -v ·I
---=--J---=--J_X_X)'_:_,J+
vX .Ix -vJ .IX)'
Maka: •X 8.14
I xy
·I -Ixy 2 I xy
·I -Ixy 2
V ·I -V ·I 5 V ·I -V ·I s
J J X X)'ftds
Dan rt= 2 · y - X X J 2·x X)'ftds 8.15
I X ·IJ -IX)' o I X ·IJ -IX)' o
n
Jr~x·c{y-y·cix-)=
R- V ·I -Vx·Ixy .Jyt·ds- Vx·Ix -V ·Ixy ·Jxt·dsJ·(x·c{y-y·dx-)
Y Y
S
Y
S
2 2
0 0 Ix.Jy-Ixy 0 Ix.Iy-Ixy 0
x =I -1 n[ S
J I ·Jyt·ds-I ·Jxt·ds x·c{y- y·dx-)
S }
8.19.a
o ·I -I 2 y xy
X J X)' 0 0 0
Yo -
Ix.Jy-Ixy 0
1
0 0
1
2 f[I xy yt·ds- Ix xt·ds}x·c{y- y·dx-) 1 8.19.b
0
8.3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER) 161
• CONTOH 8.1:
Tentukan koordinat pusat geser bagi penampang berikut ini:
12
x0 = q + ab
b·tf
a =-----==---
1.3 2·b·tf + d ·tw
2a-1= -d.tw
2·b·tf + d ·tw
~----
1-l
1'
1:;
r-q----1
16
0 < s < b
5 5ld d
Iyt·ds =I 2·tf·ds1 = 2·tf·s1
0 0
-7 X1 = - (1 - U)·b )
-7 X
1
= ab s 1 = x + (1 - a)b
5 d 5 d
.18 Iyt·ds=-·tf·(x+(l-a)b) untuk x = abIyt·ds=-·tf·b
0 2 0 2
n5 ab d d
I Iyt·ds(x·cry- y·dx) = I -·tf·(x+ (1-a)b)·- -.dx
00 -(1-a)b 2 2
d2 ·tf ab
9.d = - -- . I (x+(l-a)b)dx
4 -(1-alb
5
J d 5Z( dJ
yt·ds =-·if ·b + J - s2 +- ·tw·ds2
0 2 0 2
~ y = dl2 )
~ y =- dl2 y =- s2 + dl2 s2 =- y + dl2
= {.if ·b-
2
!.tuJ.(-
2
y + !!___J + !.d ·tw(- y + !!___J
2 2 2
5 d
Untuk y =- dl2 Jyt·ds = -·tf·b
0 2
2
-dlld
d/22
1 (y -d·y+-
J -·tf·b--·tw
2
d2J +-·d·tw -y+-dJ].ab·dy
4 2 2
2 1 (
= [(!!_·tf·b·
2
J-d12]-_!_·tw·(.!·/-
.YI d I 2
2 3
.!.d.yz + dz ..J-d 12]+ Ld·tw(-.!i+i_..J-d 12J}b
2 4 .YI d I 2 2 2 2 .YI d I 2
b + d < s < 2b + d
5 d 53 d
Jyt·ds = -·tf·b+ --·tf·ds3
0 2
f
0 2
d d
= 2·tf·b-2·tf·s3
= !!_·tf·b-!!_·tf·(-x+ab)
2 2
n5 -(1-a)b[d d ] d
JJyt·ds(x·dy-y·dx)= J -·tf·b--·tf·(-x+ab) .-.dx
00 ab 2 2 2
= [dz ·tf·b..J-(1-a)b]-[dz ·tf·(-_!_·xz+a·b·J-(1-a)bJ]
4 ~~ ab 4 2 i ab
8.3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER) 163
12 .tf.b+-.d
= --.d 12 .tf.b = --.d
12 .tf.b 2
4 8 8
Mencari yo:
nS
1
I = 0, maka: Yo = -JJxt.ds(x.dy-y.dx)
·'Y IyOO
0 < s < b
S SJ
nS ab [ 1 ] d
JJxt.ds(x.dy-y.dx) = J tf. 2'(x+(1-a)bt -(1-a).(x+(l-a)b).b .-2.dx
oo -(J-a)b
=- d.tf.[(_!_.(x+(l-a)btl ab J-(_!_.(1-a).(x+(l-a)bt.bl ab JJ
2 6 -(1-a)b 2 -(1-a)b
= _ d.tf.b 3 [-2(2.b.tf+d.tw)+3.b.tf]
2 . 6( 2.b.tf + d.tw)
3
= d.tf.b ·[b.tf+2.d.tw]
12 2.b.tf+d.tw
b<s<b+d
s - b2 .tf 52
Jx.t.ds --.(2a-1)+ Jx.tw.ds 2
0 2 0
164 BAB 8 TORSI
- b2 .if
- -.(2a-1)+a.b.tw.s 2
2
= -b .if
2
-.(2a-1)+a.b.tw. ( -y+l
2
dJ
s b2 .if
Untuk y =- d/2 Jxt.ds = -.(2a-1)+a.b.tw.d
0 2
n S
JJxt.ds(x.dy-y.dx) = J [b-.(2a-1)+a.b.tw.
-dl
2
.if
2
( -y+- .ab.dy dJJ
00 d/2 2 2
~-d/2] + [ a
3
a.b-.if
= - . (2a-1 ).y 2 d Jl-d/2]
1 2 +-.y
.b 2 .tw. ( --.y
[ 2 d/2 2 2 d/2
3 2
= -a,.b-if. (2a-1.
) (- d) +a 2 .b2 .tw.( - d )
2 2
-
2
__ a.b .d
2
[b if( 2.b.if+d.tw
. .
-d.tw J+ b.if.d.tw ]
2.b.if+d.tw
2
= _ a.b .d.[-b.if.d.tw+b.if.d.tw] = 0
2 2.b.if+ d.tw
b + d < s < 2b + d
s b2 .if 53
Jxt.ds = -.(2a-1)+a.b.tw.d+ Jx.if.ds 3
0 2 0
2
-- -
b .if
. (2a-1 ) +a.b.tw.d --.if.s
1 2
+a.b.if.s 3
3
2 2
2
= b ·if.(2a -1)+a.b.tw.d _.!..if.( -x+ab) 2+a.b.if.( -x +ab)
2 2
nS
= JJxt.ds(x.dy- y.dx) =
00
-(1-a)b[ b2 .if 1 2 ]d
J -.(2a-1)+a.b.tw.d --.if.(-x+ab) +a.b.if.(-x+ab) .-.dx
ab 2 2 2
2
=2 .if. (2a -1 ).x ~-(1-
d .[( -b - aba)b) + ( a.b.tw.d.x ~-(1-
aba)b)] +
2
a
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 165
2
= - d.b .[ b.tf (2a -1) + a.tw.d- I..b.tf + I..a.b.tf]
2 2 6 2
2 2
d.b [ -b.tf.d.tw b.tf.d.tw 1 b.tf(2b.tf+d.tw) (b.tf) ]
= --2-. 2(2b.tf+d.tw) + 2b.tf+d.tw 6' 2.b.tf+d.tw + 2(2.b.tf+d.tw)
2 2
d.b [ 2.b.tf.d.tw (b.tj) ]
= --2-. 6(2.b.tf+d.tw) + 6(2.b.tf+d.tw)
d.b2 b.tf
.-------='-------.
(2. d .tw + b.tf)
2 6(2.b.tf+d.tw)
3
= _ d.b .tf.[b.tf+2.d.tw]
12 2.b.tf+d.tw
Sehingga:
3 3
Yo= _!_[d.b .tf.(b.tf+2.d.tw)+o- d.b .tf.(b.tf+2.d.tw)]
IY 12 2.b.tf+d.tw 12 2.b.tf+d.tw
Yo= 0
Dan koordinat pusat geser adalah:
~......,.~,-~ Pusat
geser
(SC)
T = Pe T = P(x+q)
dzuf =- Mf
8 ..>
dz 2 E.I1
a
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 167
Dengan M adalah mom en lemur pada satu flens. 1 adalah momen Inersia satu flens
1 1
1pa: terhadap sumbu-y dari balok. Karena V = dM/dz, maka:
gar. d3uf vi
-- = --- 8.24
.gar. dz 3 E./1
• CONTOH 8.2:
Turunkan persamaan bagi sudut puntir ¢, hitung pula turunan pertama, kedua dan
ketiganya, untuk balok dengan momen torsi T pada tengah bentang. Balok tertumpu
sederhana.
8.21
8.22
lfJ=O T l/J=O
~I IIII IIIIIIII
8.23 \~
Mz Ms
= + Mw = T/2
IIIIIIIIIIII~Mz= T/2
168 BAB 8 TORSI
Tt
JAWAB:
Momen Mz adalah konstan yaitu T/2, misalkan
¢P C1 + Cxz
=
Dalam kasus ini, PD tak kontinu di L/2, sehingga pada L/2 kemiringan sama deng..:._-
nol, atau ¢ '<z = L/ 2) = 0.
Dari ¢(z = O) = 0:
O=B+C
A- T [ 1 ]
2.G.j.A.. coshA..L/2
¢__
2.G.]A..
T_[Az- sinhk ]
coshA..L/2
Diperoleh pula:
¢' _ _!__[
2.G.j
1- coshk ]
coshA..L/2
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 169
-~angan Torsi
Tegangan geser akibat torsi Saint ~nant adalah:
ens:.=._- b 2 .h d 3 ¢
rw = E.--.--3 8.34
16 dz
Tegangan tarik dan tekan akibat lemur lateral dari £lens adalah:
M .x
(Jbw = - 1- 8.35
1f
Tegangan ini bervariasi secara linear sepanjang sayap, dan mencapai maksimal pada x =
b/2. Nilai M1 diperoleh dari substitusi persamaan 8.21 ke 8.23, yaitu:
2 2
M
f
= E.!
f
·(!!_J· ddz2¢ = E.Cw. d ¢
h dz2 8.36
2
170 BAB 8 TORSI
d ~ ·(-b
2
(Jbw = E.Jf.(!!_)·
2 dz 2.!
J
1
E.b.h d 2 ¢
(J =---- 8.38
bw 4 . dz2
Secara ringkas, 3 macam tegangan yang timbul pada profil I akibat torsi adalah:
a. tegangan geser 't pada web dan flens (Torsi Saint Venant, M)
5
b. tegangan geser 'tw pada flens akibat lentur lateral (torsi warping, M)
c. tegangan normal (tarik dan tekan) (J bw akibat lentur lateral flens (M )
1
• CONTOH 8.3:
Sebuah balok WF 500.200.10.16 tertumpu sederhana menerima beban terpusat di tengah
bentang (P = 10 ton) dengan eksentrisitas 5 em. Hitunglah kombinasi tegangan yan§:
timbul akibat lemur dan torsi.
«-------------- -~
--------------
P = 10 ton
P = 10 ton
j = L±·b.t 3 3
= ±·[2.(200).16 +(500-16).10
3
] =702133,33 mm 4
I hz 500 16 z
C = _f_·_ = __!_.200 3 .16.( - ) = 1,24936.10 12 mm6
w 2 12 2
d¢ T [ coshA.z ]
rs = G.t. dz = G.t. 2.G.j 1 coshA.L/2
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 171
_ T.t [ coshA.z ]
rs - 2.]. 1 coshAL/2
6
r = 5.10 .t ·[ 1- coshA.z] = 356 1.t.[1- coshA.z]
s 2x702133,33 3,288 3,288
't < b d )
coshO]
= 3,561x10. 1 - - - = 24,78 MPa
s we pa a z = 0 [ 3,288
b. Torsi Warping
Tegangan geser
b2 .h d 3 ¢
r =E.----
w 3 16 dz
2 2
_ E b .h T.A [ -coshA.z]
rw- · 16 ·2.G.j. coshAL/2
2 6 4 2
r = 2,6 x200 .(500-16) x 5.10 x (4,649.10- ) ·[ -coshA.z]
w 32X702133,33 3,288
Tegangan normal
E.b.h d 2 ¢
a =-- --
bw 4 . dz2
_ T.A-.b.h E [ -sinhA.z ]
abw- .• - - -
8.} G coshAL/2
6 4
= 5.10 x4,649.10- x200.(500-16) [ -sinhA.z]
abw 26
• , • ---
8x702133,33 coshAL/2
Tegangan ini mencapai maksimum di z = L/2 dan nol di z = 0.
3,131
(Jbw( flens, z =LIZ)= 104,15.-- = 99,18 MPa
3,288
172 BAB 8 TORSI
c. Lentur Biasa
Tegangan normal
P.L 10 5.8000
ab = -- = = 104,712 MPa
4.Sx 4x1910.10 3
4
_ 5.10 .367840 _ MP
"t (Aens,z=Odanz=L/2) - - 2' 4 a
478 00. 104X 16
Rangkuman:
Tegangan normal
- Lemur vertikal, O"b 0 104,712
- Lemur torsi, O"bw 0 99,18
203,892
Tegangan Geser, Web
- Saint Venant, 't, 24,78 0
- Lemur vertikal, 't 10,96 10,96
35,74
Tegangan Geser, Flens
- Saint Venant, 't, 39,65 0
- Torsi Warping, 'tw 0,736 2,421
- Lemur vertikal, 't 2,4 2,4
42,786
Sistem struktur pengganti mempunyai gaya geser konstan sepanjang setengah bentang
balok, padahal distribusi gaya geser yang menimbulkan lenturan lateral hanyalah akibat
warping/pemilinan saja. Sehingga struktur pengganti ini akan menimbulkan gaya lateral
yang lebih besar dan akibatnya momen lentur M yang menimbulkan tegangan normal
1
juga lebih besar dari keadaan sebenarnya.
T/2 T
~-----{----{#
---- -----
L/2 L/2
L/2 L/2
• CONTOH 8.4:
Hi tung tegangan pada profil WF 500.200.10.16 (soal 8.3) dengan memakai analogi
lentur.
r=
~
4000
.:=
,.
== = = == == == =--=--=--=
~
v, v,
JAWAB:
10330,58
M1 = ~L/2 = .4000 = 20661160 Nmm (untuk satu flens)
2
2.Mf 2X20661160
ab = - - = =1931 MPa
w sy 214.10 3 '
6
Mz .t 2,5.10 X 10
r, = J = 702133,33 = 35,6 MPa (web)
Tampak hasil hitungan dengan memakai metoda analogi lentur memberikan h.:_;
yang lebih besar, untuk itu dilakukan suatu modifikasi sebagai berikut:
Dari persamaan 8.25, umuk kasus pada comoh 8.2, maka V[ dapat dituliskan daL-
bentuk:
V _I_(
1 - 2.h · coshAL/2
coshA.z J 8 .;:
Dengan Tlh merupakan beban lateral, dan T/2h adalah gaya geser akibat lentur lateri
Momen lemur lateral dapat diekspresikan sebagai :
Mf = [J.I_.(~J
2.h 2
8.-t:
coshA.z
Dengan f3 = - - -
coshAL/2
Persamaan 8.40 dapat dimodifikasi lagi menjadi bemuk:
Di mana TL/4 mirip dengan momen lemur biasa untuk be ban terpusat pada balok tc ~
tumpu sederhana. Harga f3 untuk berbagai tipe pembebanan dapat dibaca dalam lampir.:._-
1 yang terdapat pada akhir buku ini .
• CONTOH 8.5:
Hitung kembali tegangan akibat torsi dari contoh 8.4 dengan menggunakan metoc
analogi lemur yang dimodifikasi.
M = 20661160 Nmm
1
AL = 4,649.10-4 X 8000 = 3,72
Dari tabel dengan a = 0,5 dan AL = 3,72 diperoleh f3 = 0,5136
M
1
= 0,5136 x 20661160 = 10611571,78 Nmm
_ 2.M1 _ 2x10611571,78 _ MP
CJb ---- - 99 ,17 a
w sy 214.10 3
8.5 ANALOGI TORSI DENGAN LENTUR 175
Untuk keperluan disain, maka dengan menggunakan persamaan lentur biaksial dan
mengkonversikan momen torsi menjadi sepasang momen lemur lateral yang bekerja pada
masing-masing fl.ens, harus dipenuhi persamaan berikut:
M ux + M"Y :::; ril .f 8.43
5 5 'f'b y
X J
• CONTOH 8.6:
Rencanakan profil bagi balok berikut ini yang memikul beban mati D = 5 kN I m dan
beban hidup L = 10 kN/m. Behan bekerja dengan eksentrisitas 8 em dari sumbu profil.
Panjang balok L = 8 m dan balok tertumpu sederhana di kedua ujungnya. BJ37.
D = 5 kN/m; L = 10 kN/m
:··••fl!!lllllllll~
,.
··~
I. L _J
'1.~
. e= 8 em
~200--t
JAWAB:
Misalkan digunakan profil WF 500.200.10.16 (berat sendiri = 0,897 kN/m)
qu = 1,2(5) + 1,6(10) = 22 kN/m
M
ux
= _!_.q.L
8
= _!_,(22
2
8
+ 1,2(0,897)).8 2 = 184,6112 kN.m
Dengan memakai modifikasi analogi lemur, umuk a = 0,5 dan 'AL = 3,72; maka d.o.-
tabel diperoleh {3 = 0,4092, sehingga momen lemur lateral menjadi:
M = 0,4092 X 29,1 = 11,91 kNm
1
Dari persamaan 8.43:
M M
sux+ suy<S,(h·!y
X V
6 6
184,6112·10 + 2xl1,91·10 5:0, x
90 240
1910·103 214·10 3
207,965 MPa 5: 216 MPa Of\
SOAL-SOAL LATIHAN
P.8.1 - P.8.3
Hitunglah nilai-nilai maksimum dari tegangan normal (o), tegangan geser web/badc.:-
('tweb) dan tegangan geser flens/sayap ('t 11eJ dari balok dalam Gambar P.8.1 - P.8.3 berikc
ini!
p
e
IU2--U21
« = =-=--=--= ·=--=-=-==-== =- =--=-'==rt
Gambar P.8.1 - P.8.3
P.8.4 - P.8.6
Kerjakan kembali soal P.8.1 - P.8.3 dengan menggunakan metode analogi lemur modifi-
kasi!
P.8.7 Periksalah apakah profil WF 400.200.8.13 cukup umuk digunakan dalam komponer.
struktur dalam Gambar P.8.7. Gunakan cara analogi lemur modifikasi, dengan meng-
anggap mutu baja adalah BJ 37!
SOAL-SOAL LATIHAN 177
maL._
Pu = 120 kN
!
IU2--U2'
: l.J
« = =-=--=--= ·=--=-=-==--=--= =- =--=-~
Sebuah balok dengan bentang 12 m tertumpu sederhana, memikul sebuah beban terpusat
di tengah bentang sebesar 40 kN (20% D dan 80% L). Jika beban membentuk eksentrisi-
tas sebesar 10 em dari sumbu badan profil, disainlah dimensi balok seekonomis mungkin
eb/b_:__ (dari IWF BJ 37) dengan menggunakan metode analogi lentur modifikasi (abaikan berat
3 be· sendiri balok)
e
40 kN (20% D; 80% L)
!
~ U2-- U2~
moe·
1po:-:
me:-_
9
Tekuk Torsi Lateral
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bah ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Melakukan analisis dan desain komponen struktur lentur
• Memahami pengaruh tekuk._torsi lateral akihat tidak adanya kekangan latC'ii
menerus pada sisi sayap tekan
9.1 PENDAHULUAN
Perhatikan struktur halok tanpa kekangan lateral dalam Gambar 9.1. Pembebanar. :
bidang web balok akan menghasilkan tegangan yang sama besar antara titik A -=.'--
(menurut teori umum balok). Namun adanya ketidaksempurnaan balok dan eksen::-
beban, maka akan mengakibatkan perbedaan tegangan antara A dan B. Tegangan :-:-
juga mengakibatkan distribusi tegangan yang tidak sama sepanjang lebar sayap.
Flens tekan dari balok dapat dianggap sebagai kolom. Sayap yang diasumsikan 5-::·: _
kolom ini akan tertekuk dalam arah lemahnya akibat lemur terhadap suatu sumbu seper:_
Namun karena web balok memberikan sokongan umuk mencegah tekuk dalam arah ini. -
flens akan cenderung tertekuk oleh lemur pada sumbu 2-2. Karena bagian tarik dari :- _ ,
berada dalam kondisi stabil, maka proses tekuk lemur dalam arah lateral tersebut akan di!:~-
dengan proses torsi sehingga terjadilah tekuk lemur torsi (Lateral Torsional Buckling).
Ada dua macam kategori sokongan lateral, yakni:
1. sokongan lateral menerus yang diperoleh dengan menanamkan flens tekan :- .
ke dalam pelat lamai beton
2. sokongan lateral pada jarak-jarak tertemu yang diberikan oleh balok atau L- _
melimang dengan kekakuan yang cukup
Lendutan lateral
dari flens tekan
1~1
B
A
B A
2
Tampak samping
Tampak samping
Tekuk torsi lateral adalah kondisi batas yang menentukan kekuatan sebuah balok.
Sebuah balok mampu memikul mom en maksimum hingga mencapai mom en plastis (Mp).
Tercapai atau tidaknya momen plastis, keruntuhan dari sebuah struktur balok adalah salah
satu dari peristiwa berikut:
1. Tekuk lokal dari flens tekan
2. Tekuk lokal dari web dalam tekan lentur
3. Tekuk torsi lateral
Ketiga macam keruntuhan tersebut dapat terjadi pada kondisi elastis maupun inelastis.
Gambar 9.2 menunjukkan perilaku dari sebuah balok yang dibebani momen konstan M
dengan bentang tak terkekang L. Empat kategori dari perilaku balok tersebut adalah:
1. Jika L cukup kecil (L .s. Lp)' maka momen plastis, MP, tercapai dengan deformasi
yang besar. Deformasi yang besar ditunjukkan oleh kapasitas rotasi R.!J.H, dengan
R ~ 3 adalah faktor daktilitas. Kemampuan berdeformasi (kapasitas rotasi) adalah
kemampuan menerima regangan flens yang besar dengan stabil. Perilaku ini
ditunjukkan oleh kurva 1 pada Gambar 9.2
2. Jika L diperbesar sehingga Lpd < L < Lp, maka balok dapat mencapai M p namun
dengan kapasitas rotasi yang lebih kecil (R < 3). Hal ini dikarenakan kurang
cukupnya kekakuan flens dan/atau web untuk menahan tekuk lokal, atau kurang-
nya sokongan lateral untuk menahan tekuk torsi lateral. Perilaku inelastis ini
ditunjukkan oleh kurva 2 pada Gambar 9.2
3. Bila panjang bentang tak terkekang diperbesar lagi (LP < L < L), maka M hanya
mampu mencapai Mr dengan kapasitas rotasi yang sangat terbatas. Tekuk lokal
flens dan web serta tekuk torsi lateral mencegah tercapainya M
4. Perilaku elastis (L r < L), · dengan tahanan momen M rr ditentt!'kan oleh tekuk
elastis, serta tekuk lokal flens, tekuk lokal web dan tekuk torsi lateral
180 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
f1H R.f1H
.----• ~--------------------+-• Plastis
lnelastis
M M
0 11m ax
Gambar 9.2 Balok dengan Beban Momen Konstan Tanpa Kekangan Lateral
c:
Q) I I
E I I
0
~ I R() I
r--- PI
I I
~ I
()p ()
Batasan untuk Lpd' Lp' dan Lr akan dibahas dalam subbab 9.4.
Persamaan diferensial untuk balok I yang menerima beban torsi telah diturunkan
dalam bab VIII (persamaan 8.27):
2
M, = G,dcp- E·C d cp 9.3
z 'Jdz wdz
Dari Gambar 9.4 (a) diperoleh hubungan:
du
M,=--·M 9.4
z dz 0
A~
(a) Tampak atas
lrisan A-A
y (c)
z
~b
' dv
~b.__ dz
(b) Tampak samping
u:~:
Gambar 9.4 Balok I dengan Beban Momen Seragam, M 0
2a = G] dan f3 = M/ 9
E·Cw E 2 .cw .Jy
maka persamaan 9.8 dapat ditulis kembali menjadi:
d4¢ d2¢
dz4 -2a dz2 -{3¢ = 0 9. ~
m 2 =a±~ 9.1- .
Dari persamaan 9.14.b tampak bahwa m dapat berupa dua akar real dan dua _:_.
kompleks sebab ~ f3 + a 2 > a.
Misalkan: n = a + ~ f3 + a 2
2
(2 akar real) 9... :
c/ = -a + ~ f3 +a 2 (2 akar kompleks)
Selanjutnya konstanta A 1, A2, As, dan A6 diperoleh dari kondisi batas yang me-
nyatakan:
d2¢
¢=0 -=0 pada z = 0 dan z = L
dz 2
Untuk ¢ = 0 pada z = 0, diperoleh:
0 = A 1 + A2 +As 9.20
d2¢
Untuk - - = 0 pada z = 0, diperoleh:
dz 2
L
9.21
nz - A 'lf~ ·sm
2
d-
d an - ¢ = 2 ·A ·n2 ·sm
. h . qz 9.24.c
dz 2 1 6
]--,
Dari kondisi batas ¢ = 0 pada z = L diperoleh:
0 = 2·A 1·sinh nL + A6 .sin qL 9.25
d2¢
dan untuk - - = 0 pada z = L diperoleh pula:
dz 2
0 = 2·A I ·n2·sinh nL - A6 ·q2·sin qL 9.26
Kalikan persamaan 9.25 dengan r/ serta jumlahkan hasilnya dengan persamaan 9.26
untuk mendapatkan:
2
2·A!'(n + r/)·sinh nL = 0 9.27
untuk nilai N =
n2 G]
-2+ - - - =
L 2-E-Cw
n E-I -G·]+ -
M cr = Cb·-
L y L
(nE) 2
I y.c
w
Sekarang perhatikan Gambar 9.3, ketika serat tekan mencapai regangan sebesar ~
lebih besar dari EY (E > fjE). Pada keadaan ini cukup potensial untuk terjadin:· ~
torsi lateral inelastis. Meskipun kekakuan torsi tidak terlalu terpengaruh oleh r:-; _
residu, namun tegangan residu ini memberi pengaruh cukup besar terhadap tahar:~
tekan.
Akibat adanya tegangan residu tahanan momen elastis maksimum, Mr adala:
M r - SxVy
I+- Jr
+j
--..J
Pada umumnya sokongan lateral dipasang pada lokasi yang direncanakan mampu
mencapai momen plastis, MP, dan jarak antar sokongan lateral relatif pendek. Dengan
mengabaikan kekakuan torsi, Gj, maka persamaan 9.37 menjadi:
M
cr
= 1C2 E
L2
JcT
"'ljvw' y
1
9.40
~..:;, E(hA)
2
rc 9.41
rJ 2·fJ Z X
Dengan menganggap hA/Zx = 1,5, maka:
~..:;, 1C2 E·15 = 2,72 ~ 9.42
ry 2·/y Vfy
Untuk dapat mencapai kapasitas rotasi R < 3, SNI 03-1729-2002 (Tabel 8.3-2)
mengambil harga yang lebih rendah, yaitu:
LP = 1,76 [I 9.43
ry ~ /y
Bila diinginkan kapasitas rotasi yang lebih besar (R ~ 3) untuk digunakan dalam
analisis plastis, SNI 03-1729-2002 (pasal 7.5.2) mensyaratkan:
XI
= _'E_~EG]A
sx 2
= 4(~)
2
9 ~- X2
Gj
Cw
I y
186 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
Besarnya kuat nominal momen lentur dari penampang ditentukan sebagai ~:-
Kasus 1: M n = Mp (R ~ 3)
Agar penampang dapat mencapai kuat nominal Mn = MP, maka penamp.l:-_:: ·
kompak untuk mencegah terjadinya tekuk lokal. Syarat penampang kompak di::-
sesuai dengan Tabel 7.5-1 SNI 03-1729-2002, yaitu A untuk flens (b!2t ) dan ur:: _.
(hitw ) tidak boleh melebihi A.
p Batasan nilai untuk Ap ditampilkan pala Tabel 9.:
harus kompak, pengaku lateral harus diberikan sehingga panjang bentang tak tc~' _
L, tidak melebihi Lpd yang diperoleh dari persamaan 9.47.
2500Q+l5QQQ(Af~PJ
L~= ~ X~
Tegangan Leleh Tekuk Lokal Flens Tekuk Lokal Web Tekuk Torsi L- _
b 170 h 1680 L 79(
f; (MPa)
2.tf = ff, -;::- ff, r)' ~f
Kasus 2: M = M (R < 3)
Agar penam;ang dapat mencapai momen plastis MP dengan kapasitas rotasi R < -~
penampang harus kompak dan tidak terjadi tekuk lokal (b!2t1 dan h!tw < AP). L
lateral harus diberikan sehingga panjang bentang tak terkekang L tidak melebihi _-
ditentukan oleh persamaan 9.43 (untuk = 1). cb
790
L =pff, (untuk E = 200000 MPa)
; .111111'
Mr adalah kuat nominal yang tersedia untuk beban layan ketika serat terluar penam-
pang mencapai tegangan fvy (termasuk tegangan residu) dan dapat diekspresikan sebagai:
Mr = 5/J;- J,J
9.50
Dengan:
J; adalah tegangan leleh profil
lr adalah tegangan residu (70 MPa unruk penampang dirol & 115 MPa untuk
penampang dilas)
adalah modulus penampang
Xl·r / / 2
Lr = frY V1+ \j 1+X2. fr 9.51
Dengan:
fr =J;-tr 9.52.a
xi = _::_~
sx 2
EG]A 9.52.b
Pers. 9.48
Pers. 9.49
Gambar 9.5 Kuat Momen Lentur Nominal Akibat Tekuk Torsi Lateral
Kasus 4: Mp > Mn ~ Mr
Kasus ini terjadi jika:
1. LP <L<L r
2. AP < (A = bl2·]:) < Ar (flens tak kompak)
3. AP < (A = hit) < Ar (web tak kompak)
188 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
Kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 harus dihitung berdasarkan keadc..:c
yang paling kritis dari tekuk lokal flens, tekuk lokal web serta tekuk torsi lateral. c~~
membatasi terhadap tekuk lokal flens serta tekuk lokal web, SNI 03-1729-2002 iF
8.2.4) merumuskan:
A-A
M =M - (M - M)--P .:. =
n P P Ar -Ap
Sedangkan kondisi batas untuk tekuk torsi lateral ditentukan berdasarkan
- 12,5·Mmax 23
Cb - < '
25·Mmax +3·MA+4·Ms+3·Mc -
Dengan:
Mmax adalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau
MA adalah momen pada lA bentang tak terkekang
MB adalah momen pada tengah bentang tak terkekang
Me adalah momen pada 3,4 bentang tak terkekang
Kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 ini diambil dari nilai yang terkecil .:c- _
persamaan 9.54 dan 9.55. Batasan rasio kelangsingan penampang, \ untuk penarr.::- _
tak kompak ditampilkan dalam Tabel 9.2.
Kasus 5: Mn < Mr
Kasus 5 terjadi bila L > Lr dan kelangsingan dari flens serta web tak melebihi \ (penar:- : - _
kompak). Kuat nominal momen lentur dalam kondisi ini ditentukan sebagai berik_-
M n=c
Mr = Cb. !!_
L E·fy ·G·]+(nE)2
L I y.c
w
... ''II'
Persamaan 9.56 dapat pula dituliskan dengan menggunakan variabel X 1 dan X: -.:":•
dalam persamaan 9.52.b dan c, sehingga menjadi:
M = M =
cb.s .x1 .J2
X 1+
x/.x22
n cr L/ r ,..,{ )
y ki.,L/ry
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 189
• CONTOH 9.1:
~.cbuah balok tertumpu sederhana dengan beban seperti dalam gambar di bawah ini.
P = 150 kN
~ q = 15 kN/m
Behan merata terdiri dari 15% D dan 85% L, beban terpusat terdiri dari 40% D
serta 60% L. Balok tersebut diberi sokongan lateral pada ujung-ujungnya serta setiap jarak
2,25 m. Mutu baja adalah BJ 37.
JAWAB:
qu = 1,2(0,15)(15) + 1,6(0,85)(15) = 2,7 + 20,4 = 23,1 kN/m
Pu = 1,2(0,4)(150) + 1,6(0,6)(150) = 72 + 144 = 216 kN
Estimasikan apakah sokongan lateral cukup dekat untuk mendesain balok agar dapat
mencapai momen plastis, MP (tanpa analisa plastis). Asumsikan penampang kompak untuk
mencegah tekuk lokal, dan balok berada dalam kasus 2 (Mn = M p) .
Panjang maksimal bentang tak terkekang adalah:
LP = Jl!
790·r
=
790·r
do = 50,99.ry
Mu = 719,8875 + 20,898
kN.m = 740,7855
M n = M p = Z xly 3
.+ = 3600,13·10 (240) = 864,0312 kN.m
l/Jb.Mn = 0,9 X 864,0312 = 777,628 kN.m > Mu (= 740,7855 kNm)
9 :-
190 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
• CONTOH 9.2:
Periksa apakah profil WF 700.300.12.24 cukup kuat untuk memikul beban layar.
pada gambar berikut ini, jika pada balok diberi sokongan lateral pada tengah ~·=
serta pada tumpuan-tumpuan. (mutu baja BJ 37)
}j 111111111111111111111111111111111111
I
i qo = 5 kN/m
qL = 15 kN/m
790 790
LP = r£ ·r = r::-;-;: x67,8 = 3457,4122 mm = 3,457 m
-y fy y -v 240
x = _Jr_~E-GIA = n 5 4 4
2.10 x8.10 x324,23.10 x23550
1
sx 2 5760-103 2
= 13480,14106 MPa
x2 = 4 (lJ cw _
G·]
2
ly -
4( 5760-10
3
8-10 4 x 324,23-104
2
) 12338352-10
10800-10 4
6
= 2,2535.10-4 mm 4/N 2
= 10398,342 mm = 10,398 m
LP (= 3,457 m) < L (= 8,5 m) < Lr (= 10,398 m)
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 191
Cek kelangsingan:
h 700-2(24)
- = = 50,15 < 'f...P (= 108,44)
tw 13
= 1,3
= 1458,027 kN.m < MP (=1499,7096 kN.m)
cpb.Mn = 0,9 x 1458,027 = 1312,2243 kN.m > 1163,9475 kN.m
• CONTOH 9.3:
Pilihlah penampang WF yang ekonomis bagi balok pada struktur di bawah ini. Sokongan
lateral dipasang pada kedua tumpuan serta pada kedua lokasi beban terpusat. (mutu baja
BJ 37)
P1 = 25 kN(D); P2 = 15 kN(D);
~==A===l==9=0=k=;=(L=)==:::;:::==C===1~ 30 kn(L)
/;; 7l»r
r-- 7,5 m _ _,...
, _ _ 8,5 m
'I' 6,5 m -r
JAWAB:
Pul = 1,2(25) + 1,6(90) = 174 kN
Pu2 = 1,2(15) + 1,6(30) = 66 kN
192 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
-492 kNm
492,1875 kNm
Segmen A dan C:
L = 7,5 m
790 790
LP = I£ ·r = r:::-;-;: x41,2 = 2100,96 mm
>J fy y "240
4
XI
= !'_~ E.G-j.A = n: 2·10 5 X 8·10 X 90,62·10 4 X 134,4.102
sx 2 2590·10 3 2
= 11977,92346 MPa
(~J cw = 4(
2 3
2
6
x = 4 2590·10 ] 1926037,67·10
2
G·J ly 8·10 4 x90,62·10 4 2280·10 4
= 41,2· (
11977 92346
•
240-70
] '1 + 11 +4,31282.10-4 (240-70
~ 'J
r
= 6272,73 mm = 6,273 m
M
n
= M cr = cb. !!_
L
E.J ·G·}
y
+(7!·E)2
L
.J .c
yw
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 193
Segmen B:
L (= 8,5 m) > Lr (= 6,273 m) ~ kasus 5
_ 12,5Mmax
Cb -
2,5M max+ 3M A+ 4MB+ 3M C
M max = 492,1875 kNm
MA = 261,890625 kNm
MB = 31,59375 kNm
Me = 198,703125 kNm
12,5 X 492,1875
cb = ( 2,5 x492,1875) +( 3 x261,890625)+ ( 4 x 31,59375) + ( 3 x 198,703125)
= 2,24
2
2 105
Mn =2,24 _!!_ 2·105x 2,28·107 X8·10 4 x90,62·10 4 +(JrX ' ) ·2,28·10 7 X1926037,67·106
8500 8500
Mn = 625,702 kN.m < MP OK
l/>b·Mn = 0,9(625,702) = 563,1315 kN·m > Mu (= 492,1875 kN·m)
• CONTOH 9.4:
Sebuah penampang tersusun berbentuk I yang dilas seperti dalam gambar, digunakan
sebagai balok tertumpu sederhana sepanjang 13,5 m. Hitunglah beban hidup layan yang
diijinkan bagi balok tersebut, jika diketahui beban mati = 20 kN/m (sudah termasuk berat
sendiri). Mutu baja yang digunakan adalah BJ 55 if; = 410 MPa)
web 8 x 700
.))/llllllllllllllllllllllllllllllllllli
Sokongan lateral diberikan pada setiap 113 bentang dan pada kedua tumpuan.
194 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
JAWAB:
Hitung properti dari penampang:
A = (2 X 16 X 400) + (8 X 700) = 18400 mm 2
= 8217,73 MPa
x2 = 4 (l) cwG.j
2
Iy
= 4( 5107756,648
8·10 4 x 1211733,33
2
J 21873322,67·10
170696533,3
6
4 2
= 1,423.10- 3
mm /N
Periksa terhadap tekuk lokal flens dan tekuk lokal web
400
Flens: A = _b_ = = 12,5
2.t1 2x16
170
AP = = _!_Z_2_ = 8,3957
ff -J4IO
= 700 = 87,5
8
k
e
=
~xw
rt;; = b -v87,5
= 0,4276 --> 0,35 < ke < 0,763 OK!!
420 420
----;=;===:::===:== = = 15,9903
~(Jy-J,)/ke ~(410-115)/0,4276
AP < A < Ar ~ tak kompak
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 195
125 8 3957
= 2280,584 - (2280,584 - 1506,788) ( - ' )
15,9903-8,3957
= 1862,406 kNm
= 2198,999 kNm
Karena LP (= 3,757842 m) < L (= 4,5 m) < Lr (= 9,27596 m) dan penampang tak kompak
maka soal ini termasuk dalam kasus 4.
Kuat momen lentur nominal ditentukan berdasarkan persamaan:
M. =Cb"[M,+(Mp-M,)L-=-f,] <Mp
Besarnya nilai Cb untuk segmen tengah adalah 1,01, sehingga:
4
M = 1,0 1· [1506,788 + (2280,584 -1506,788) 9275 •96 - 500 ]
n 9275,96-3,757842
= 1924,411 kN.m < MP (= 2280,584)
196 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
Kesimpulan:
Tekuk lokal flens : Mn = 1862,406 kN.m
Tekuk lokal web : Mn = 2198,999 kN.m
Tekuk torsi lateral : Mn = 1924,411 kN.m
• CONTOH 9.5:
Profil WF 200.200.8.12 digunakan sebagai balok tertumpu sederhana dengan bemct.:--:-
8 m dan sokongan lateral pada kedua ujungnya. Balok ini diperlukan untuk memi~: _
beban mati merata sebesar 2 kN/m. Hitunglah beban hidup layan yang diijinkan bekc.
pada balok tersebut jika mutu baja yang digunakan adalah BJ 37! Hitunglah pula here.:.
persentase kenaikan beban hidup yang diijinkan jika mutu baja adalah BJ 55!
JAWAB:
Untuk mutu baja BJ 37
790 790
LP = .r = r;;-;;; ·50,2 = 2559,913 mm
17
"-J!y y "240
~----------------------
~ IE_~ E.G-j.A ~ 5 4 4 2
X] n: 2.JQ xS.J0 x 26,Q4.J0 x63.53·10
sx 2 472· 103 2
= 24213,79 MPa
x2 = 4 (l) cw _i
G·J
2
472·10
3
ly -18·10 4 x 26,04·10 4
2
] 141376·10
1600·104
6
= 1,8144.10- 5 mm 4/N 2
= 10688,64 mm = 10,68864 m
LP (= 2,559 m) < L (= 8 m) < L r (= 10,68864 m)
_b_ = 200 = 8,33 < 10,97
2·t 2x12
1
h 200-2(12)
- = = 22 < 108,44
tw 8
•
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 197
24213 79
= 50,2·( , ) /1+ /1+1,8144.10- 5 (410-70t
410-70 -v '\}
= 5939,347 mm = 5,939347 m
L (= 8 m) > Lr (= 5,939347 m) -7 kasus 5
2
Mn = Mcr = Cb· !!_ £./
L y L .Jy.c
·G·]+(n.E) w
2
2 105
Mn = 1,14 _!!_ 2·105X1,6·107 X8·10 4 X 26,04·10 4 +(Jr X "
8000 8000
J·1,6·10 7
X 141376·10
6
= 127,108 kN.m
Mu = f/J·Mn = 0,9(127,108) = 114,3972 kN.m
Mu = 1,2MD + 1,6ML
Persentase tambahan beban hidup yang dapat bekerja jika mutu baja diubah dari
6 07
BJ 37 menjadi BJ 41 adalah sebesar 7 ,4 37 - , x100%= 22,52%.
6,07
198 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
• CONTOH 9.6:
Pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok lantai perpustaL.
yang tertumpu sederhana. Sokongan lateral dipasang pada kedua ujungnya dan pada lo~~
beban-beban terpusat. Lendutan akibat beban hidup tak boleh melebihi L/300. Gun.:--~
mutu baja BJ 37!
JAWAB:
p
u
= 1,2(30) + 1,6(30) = 84 kN
= 1,2(5) + 1,6(15) = 30 kN/m
P = 30 kN(O)
q = 5 kN/m(O)
dan 30 kN(L)
dan 15 kN/m(L)
B c
BMD
2
_ ;r JEG]A ;r 2·10 5 X 8·10 4 X 191,56·104 X 192,5·10
x 1
- sx -2- = 4020·103 2
= 13422,598 MPa
X2
_ 4
-
(lJG·]
2
Cw _ 4(
ly -
4020.10
3
8·10 4 x 191,56·10 4
2
] 7259040·10
9020·10 4
6
Cek penampang:
-b =- 300
- =7,5 < - 170 (= 10,97) }
2.tf 2 X20 ft Penampang Kompak
M = Cb·[M,+(Mr-M,) L,-L]
n L, -LP
10432 5 4500
= 1,5135·[683,4+(1034,1384-683,4) ,4° - ]
10432,405-3493,11
Segmen BC (L = 2,5 m)
L (= 2,5 m ) < LP (= 3,493 m) ~ kasus 2
Mn = MP = 1034,1384 kN.m
cp.Mn = 0,9(1034,1384) = 930,725 kN.m
C/J.Mn < Mu max (= 873,9375 kN.m)
a = 4,5 m = 4500 mm
E = 200000 MPa
I = 1,18.10 9 mm 4
L = 11,5 m= 11500 mm
L 11500
= 7,526 = 22,001
+ 14,475 mm <
300
(=
300
= 38,333 mm)
-·
111,
+ = M ux + Muy < n. +
J un 5 5 - 'r b')y
X J
Dengan:
fun adalah tegangan normal (tarik atau tekan) akibat beban terfaktor
Mux adalah momen terfaktor terhadap sumbu-x (sumbu kuat)
M uy adalah momen terfaktor terhadap sumbu-y (sumbu lemah)
l/Jb adalah faktor reduksi untuk lemur = 0,90
Mnx adalah kuat momen nominal penampang
(dihitung seperti pada pemeriksaan tekuk torsi lateral)
• CONTOH 9.7:
Rencanakanlah sebuah komponen struktur balok keran (BJ 37) dalam gambar her:_._
jika diketahui data-data sebagai berikut:
Bentang bangunan = 18 m
Kapasitas keran = 20 ton
Berat sendiri keran = 16 ton
Berat takel = 7 ton
Berat sendiri rel = 30 kg/ m
Jarak roda-roda = 3,8 m
Jarak antar kolom =6 m
Jarak minimum lokasi takel terhadap rel = 1 m
9.6 LENTUR DUA ARAH 201
min= 1 m
JAWAB:
Menentukan reaksi pada roda-roda keran:
P = 20 + 7 = 27 ton
berat keran = 16 ton
17,5 ton
3,95 m 2,05 m
I~ ~~~-I
58,88432 ton
1
I
202 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL
2 05
58,88432 x ' = 20,1188 ton
6
3 95
R = 58,88432x ' = 38,7615 ton
2 6
Akibat beban hidup:
Momen maksimum akibat beban hid up tercapai jika titik tengah dari salah satu r ~·::.._
dengan gaya resultan berada tepat pada tengah-tengah bentang balok. Dari gamba:- _
atas, momen maksimum akan terjadi di titik a atau di titik b.
Momen maksimum di a = 20, 1188(3 - 0,95) = 41,24354 ton.m
Momen maksimum di b = 38,7655(2,05 - 1,9) = 5,814825 ton.m
1
MDL= 1,2.-.(180)(6)2 = 972 kg.m = 0,972 ton.m
8
Sehingga momen total:
Mux = 47,73 ton.m + 0,972 ton.m = 48,402 ton.m = 484,02 kN.m
Sebagai balok keran dicoba profil WF 400.400.13.21. Selanjutnya profil ini L.~
diperiksa terhadap kondisi batas leleh dan kondisi tekuk torsi lateral.
i) Pemeriksaan terhadap kondisi batas leleh
Mux + Muy
fun = S S
X J
6
484,02·10 20,172·10 6
----+----
3
3330·103 1120·10
= 163,36 MPa < l/>bJ; (= 0,9(240) = 216 MPa)
9.6 LENTUR DUA ARAH 203
LP = p;·ry
790
= .J790
240
X 101 = 5150,4 mm
x1 = ~JEG]A = 1r
5 4
2-10 X8·10 x273,18·10 x218,7·10
4 2
... Ill,;...,
S.,. 2 3330·103 2
.....
= 20633,56 MPa
2
(~) cw - 4(
2 3 6
- 4 3330·10 ) 8043896·10
x2 - G·J IY - 8·10 4 x273,18·10 4 22400·10 4
= 3,30374·10-4 mm4/N 2
L, = r,· ( />. )~1+~1 +x,(f,-!, )'
= 101·( 2063356 ) /1+ /1+3,30374.10-4 (240-70t = 18983,8 mm
240-70 ~ "V
Cek penampang:
b 400 170
- = - - = 9,524 < - (= 10,97)
2.t1 2x21 ff,
h 400-2(21) = 27,54 < 1680 (= 108,44)
13 ff,
Mr = Sx·if;- f) = 3330·103(240- 70) = 566,1 kN.m
18983 8 6000
= 1· [566,1 + (864,03- 566,1) ' - ]
18983,8-5150,4
SOAL-SOAL LATIHAN
P.9.1 - P.9.3
Tentukan besar beban layan terpusat maksimum, yang dapat bekerja di tengah ::- _
bentang balok tertumpu sederhana, dalam masing-masing kasus berikut:
Kekangan lateral dipasang pada kedua ujung tumpuan, sedangkan beban layan terci~~
65% beban hidup dan 35% beban mati.
P.9.4 - P.9.6
Tentukan/pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok yang rr.:-
beban merata sebagai berikut :
P.9. 7 Pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok dalam struktur :·: ·
ini: (gunakan baja BJ 37)
Kekangan lateral diberikan pada ujung-ujung balok dan pada lokasi beban terr._ .
P.9.8 Periksalah apakah profil WF 350.175.7.11 terhadap lemur dan geser jika mutu b~ _
dipakai BJ 41. Kekangan lateral hanya dipasang pada kedua tumpuan dan p.::...:_;_ _ .
dari kantilever.
P0 =10 kN
_J2ttttttttttttt+:J2++tt PL= 45 kN
q0 = 4 kN/m
(termasuk berat se-·::r-
,.. 3m 3m
Gam bar P. 9. 8
---·
Sebuah penampang tersusun berbentuk I seperti pada Gambar P.9.9, digunakan sebagai
balok tertumpu sederhana sepanjang 15 m. Hitunglah beban layan maksimum, qmaks,
yang dapat dipikul oleh balok tersebut, jika mutu baja yang digunakan adalah BJ 37, dan
perbandingan beban hidup dengan beban mati adalah tiga (LID = 3). Sokongan lateral
dipasang tiap jarak 1I 3 L.
300 mm x 12 mm
))j 1111111111 u
q
Gambar P.9.9
Rencanakanlah sebuah struktur balok keran dengan menggunakan profil WF (BJ 37)
dengan data-data sebagai berikut:
Bentang bangunan =20m
Kapasitas keran = 25 ton
Berat sendiri keran = 15 ton
Berat takel = 8 ton
Berat sendiri rel = 30 kglm
Jarak roda-roda = 3,5 m
Jarak antar kolom =5m
Jarak minimum lokasi takel terhadap rel =1m
lt.
l ·.-
u_
10
Balok Pelat Berdinding
Penuh (Pelat Girder)
TUJUAN··.PiiMBELAJARAN
ss~~4~,~~l}i~el~J<#i::~~ i~fi\~~~~adi!fatcip~;~p,at:
• N{ern;ili~i.:p~ril~~ ~~r~-~~~k: ~~~~~~~di'*:dil1~P.e11tijl~'tet$,asukperilaku lenOE
geser) •. ·~i·.tn:dan • t~~s(!tta•pe~~!ertik#n~.
• Melaku~ a11~isis • ~an ties~~ ~,~~t.~ Ltotnpo11e11 struktutl¢,!Xrut bent@g pan jan{
denga;p· me11ggut1~an \>al(,)k pelather:dindi11gp~n\dt
Pokok:p~~()k._Pet1l~altaSfl11•. Ba~
1.1 Pendahuluan
1.2 Persyaratail Bal()k f:Iat ~erdin~ng J>eiluh
1.3 Ku~t M()rnen·~Qminal Balok Pelat Berdinding Pel1l1h
1.4 Kua.tGeser Notni~al
1. 5 Kuat .c;es~r. Nominal dengal1 Pengan~h-Aksi· Medan Tafik
1.6 Interaksi Geser dan Lentur
1.7 Pen~akuVertikcd
1.8 Pe~g~ Penaha11GayaTumpu
1.9 {)esain BalQk Pelat }3erdinding. fen till
10.1 PENDAHULUAN
Balok pelat berdinding penuh atau yang lebih sering disebut pelat girder adalah meru::- ;_ . _
komponen struktur lentur yang tersusun dari beberapa elemen pelat. Balok pelat be-~_
ding penuh pada dasarnya adalah sebuah balok dengan ukuran penampang melintan~ _
besar serta bentang yang panjang. Penampang melintang yang besar tersebut meru? '-'
konsekuensi dari panjangnya bentang balok. Jika profil baja gilas panas yang re::-~·:
masih kurang cukup untuk memikul be ban yang bekerja akibat panjangnya ber_ ~c.
maka alternatif pertama yang ditempuh adalah dengan menambahkan elemen pelar ~ _
salah satu atau kedua flens profil. Jika alternatif ini masih belum mampu membc ._
tahanan momen yang mencukupi, maka biasanya dibuat sebuah balok yang tersusur_ _
elemen-elemen pelat yang disambung satu dengan yang lainnya (balok pelat berdi:-_:
penuh). Jika bentang yang diperlukan sangat panjang, maka tinggi dan berat balok ~·
berdinding penuh akan cukup besar pula, sehingga alternatif lain adalah dengan r:- : -
gunakan struktur rangka batang.
Beberapa penampang melintang dari balok pelat berdinding penuh ditunjL~-·
dalam Gambar 10.1. Bentuk penampang yang sering digunakan terdiri dari sebuah ~
badan (web) dengan dua buah pelat sayap (flens) yang dihubungkan satu sama lain de-:-_
las (Gambar 10.l.a). Jenis penampang kotak (Gambar IO.l.b) yang mempunyai dua ~ _
pelat badan dan dua buah pelat sayap, adalah bentuk penampang yang mempunyai raL-
torsi cukup baik dan dapat digunakan untuk panjang bentang tak terkekang yang ·::.-·:
10.1 PENDAHULUAN 207
Sebelum dikenal metode pengelasan maka digunakan sambungan baut atau paku keling
seperti pada Gambar 10.1.c. Jenis lain dari balok pelat berdinding penuh adalah balok hibrida
yang terdiri dari pelat badan dan pelat sayap dengan mutu baja yang berbeda.
Pada dasarnya balok pelat berdinding penuh adalah merupakan sebuah balok yang
tinggi. Batasan yang digunakan bagi sebuah balok seperti dibahas dalam Bab IX, masih
akan digunakan. Gam bar 10.2 menunjukkan kurva hubungan an tara kuat momen nomi-
nal Mn vs rasio kelangsingan A. Batasan untuk tekuk torsi lateral (Gambar 10.2.a) hanya
berlaku untuk penampang yang kompak.
Ap =1,76JfE
f
y
a:-__ -
e~.::_-
Gambar 10.2 Kondisi Batas untuk Balok Terlentur
208 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
Kuat momen nominal, Mn, untuk penampang yang tak kompak (A < A < ;_
harus ditemukan berdasarkan ketiga macam kondisi batas, yaitu tekuk torsi fateral, tek _
lokal flens serta tekuk lokal web. Nilai Mn yang terkecil dari ketiganya adalah nilai :·.:.- ~
menemukan besarnya kuat momen nominal dari suatu komponen struktur terlemur.
Profil baja dengan web yang langsing, A (= h!tJ < Ar (= 2550/ ..fJ; ),
dikategori~.
sebagai balok pelat berdinding penuh. Penampang dengan nilai A tidak melebihi Ar ~~:...:.. ·
mampu mencapai !,y tanpa mengalami tekuk elastis. Kuat lemur dan geser dari su.'- ·.
balok pelat berdinding penuh sangat tergamung dari web profil, web yang langsing ~~~"--·
menimbulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. tekuk akibat lemur pada bidang web, akan mengurangi efisiensi dari web un: _.
memikul momen lemur
2. tekuk pada flens tekan dalam arah vertikal akibat kurang kakunya web
3. tekuk akibat geser
Hal khusus yang dijumpai pada komponen struktur balok pelat berdinding per._·
ialah adanya pemasangan pengaku melintang (stiffener). Perencanaan pengaku yang te; ~
dapat meningkatkan kuat geser pasca tekuk (post buckling strength) dari balok p.:.~
berdinding penuh. Pengaku yang dipasang pada balok pelat berdinding penuh aJ.:..:..·
mengakibatkan balok tersebut memiliki perilaku seperti rangka batang, bagian web aJ.:...;_·
memikul gaya tarik diagonal sedangkan pengaku akan memikul gaya tekan. Perilaku . -
disebut sebagai aksi medan tarik (tension-field action).
r
<:. "";>
l h
tw
l h
1
_j
potongan 1-1
J
a adalah jarak amar pengaku vertikal, dan h adalah tinggi bersih dari web.
10.2 PERSYARATAN BALOK PELAT ... 209
E
h
dx =de._ 10.1
1 2
2£!
atau de = --.dx 10.2
h
Komponen gaya yang menyebabkan tekanan dalam arah vertikal pada Gambar 10.5
adalah a A de, sehingga jika gaya tersebut dibagi dengan luasan web tw.dx, akan diperoleh.
1 1
tegangan tekan J;:
= arArde 2·arAr£t
J; 10.3
t w ·h
-.-
I
t = ar.Ar.de
cr, .A, c tw.dx
~cr,.A,.de
de
dx
de
Gambar 10.4 Gaya pada Flens Akibat Kelengkungan Balok
210 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
1~1- v2 Xhltw)
2
tw ·h
mengingat bahwa tw.h = Aw' maka persamaan 10.6 dapat diselesaikan untuk hit._
r
Besarnya cr harus mencapai tegangan leleh flens J; dan jika tegangan residu diperi-__ -.
1
1
kan maka:
Ef = if; +J;)I E
Substitusikan cr = J; , Ef dari persamaan 10.8 serta mengambil nilai E = 2'> ,
1 1
MPa dan V = 0,3, maka diperoleh:
!!_ - 134500-JAJA;
tw - ~ /yf(Jyf+ fr)
Nilai AJA umumnya di bawah 0,5, dan besarnya tegangan residu untuk penampang . : .
1
adalah 115 MPa, sehingga persamaan 10.9 menjadi:
h 95110
10 ~
tw ~~yf(Jyf+115)
Untuk perencanaan besarnya h!tw maksimum diambil sebesar:
h 95000
10.:
tw ~ fyf (fyf + 115)
Persamaan 10. 11 berlaku untuk nilai a/h > 1,5, sedangkan untuk a/h .: ;_ 1, 5 nilai ;, ~.
maksimum dapat diambil sebesar:
h 5250
10.L:
-;::- ff,;
10.3 KUAT MOMEN NOMINAL BALOK PELAT BERDINDING PENUH
Kuat momen nominal dari komponen struktur balok pelat berdinding penuh, ditentukar.
dalam SNI 03-1729-2002 pasal 8.4.1:
Mn =K.S.~'
g Jcr 10.13
10.3 KUAT MOMEN NOMINAL BALOK PELAT ... 211
Dengan:
hr adalah tegangan kritis yang besarnya akan ditentukan kemudian
L-
s adalah modulus penampang
~ adalah koefisien balok pelat berdinding penuh
K
g
= 1-[ 1200+300·ar ][!!___2550]
ar
tw fJ: - 1 < 10.14
Dengan ar adalah perbandingan luas pelat badan terhadap pelat sayap (ar = AjA?. Kuat
momen nominal dari balok pelat berdinding penuh diambil dari nilai terkecil dari kerun-
tuhan tekuk torsi lateral (yang tergantung panjang bentang) dan tekuk lokal flens (yang
tergantung pada tebal flens tekan).
I"
' . Dengan L adalah panjang bentang tak terkekang, dan rT adalah jari-jari girasi daerah pelat
sayap ditambah sepertiga bagian web yang mengalami tekan.
Jika AP < A .: ;_ Ar keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral inelastis:
Jika Ac > Ar maka keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral elastis:
10.16.c
Dengan:
f = c:b ·-&__ J;,
<5_ 10.16.d
2
10.17.a
212 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER) l
.1
tlii
!:-"_;1· •.
llil'
.
'
~7; :::J:·
:!.
= 1,3S. ~k,.E
I'
A.r 10.:-" I~,
fy
dengan:
4
ke
-ff 0,35 .::; ke .::; 0,763
fer = J;
Jika A.P < A .s A.r keruntuhan yang terjadi adalah tekuk lokal flens inelastis:
Jika Ac > A.r maka keruntuhan yang terjadi adalah tekuk lokal flens elastis,
Dengan:
fy
fc 10.1 ~ '
2
fy
I
I
C f [ 1_ _! [ AG
by 2 A. -A.
r
- A, )
P
l (a)
0,5Cb.fy
I
I
-----~-----------
I c,t, (.i J ,
I 2 AG
I
I
I
A.G = L/rr
A, =1,76~y Ar =4,40~fy
fy
I 1y[1-fG -A,)] (b)
I 2 A.-A.
r p
I
I
J
O,Sfy
~(
-----~-----------
I
I
I
.i
2 AG
I
I
AG = b,/2f,
A, =0.38.~y A
r
=1,35~k,.E
f y
Gambar 10.6 Batasan Balok Pelat Berdinding Penuh (a) Tekuk Torsi Lateral, (b)Tekuk Lokal Flens
10.4 KUAT GESER NOMINAL 213
Balok pelat berdinding penuh dengan kuat leleh yang berbeda antara £lens dengan
I web, sering dinamakan sebagai balok hibrida. Pada umumnya kuat leleh bagian £lens
lebih tinggi daripada bagian web, sehingga bagian web akan mengalami leleh terlebih
dahulu sebelum kuat maksimum £lens tercapai. Kuat momen nominal dari balok hibrida
adalah:
M n = K.S.f
g ·R
cr e
10.19
Dengan:
12+a,(3m-m 3 )
Re _ ____:._ _ _...:..._ _$. 1,0 10.20
12+2.a,
dan:
ar = AjA1 = rasio antara luas penampang melintang web dengan
penampang melintang £lens
m I' fl'
-- lyw'lyf = rasio antara kuat leleh web dengan kuat leleh £lens
!,, = k· 2{ n'.2X 2
10.21
1 1-v b!t)
Untuk kasus geser murni pada balok pelat berdinding penuh, maka persamaan 10.21
dapat dituliskan menjadi:
2
n ·E·kn
r cr 10.22
Nilai kn merupakan fungsi dari rasio a/h, dalam SNI 03-1729-2002 pasal 8.8.2, ditetap-
kan:
kn =5+ 10.23
Jika didefinisikan besaran baru tanpa dimensi, Cv sebagai rasio antara tegangan tekuk
geser 't cr dengan tegangan geser leleh 'ty, maka:
214 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
I~ ~ ~1
(b) Tegangan utama pad a panel
akibat mengalami geser murni
Jika persamaan 10.26 dibagi dengan 1_1, serta mengambil nilai 't proporstona
- 1
maka diperoleh bentuk:
~---------------
e l'
Dengan mengambil 'ty = 0,6~ serta v = 0,3 maka diperoleh nilai ell untuk L
tekuk inela.stis: ~ -
Kuat geser nominal dari balok pelat berdinding penuh ditentukan sebagai ber: ·
V,, = eJ0,6f;J·Aw 1 _
Nilai ell ditentukan dalam persamaan 10.25 untuk tekuk elastis (ell< 0,8) dan :_-
tekuk inelastis nilai ell ditentukan dalam persamaan 10.28 (ell> 0,8).
z
10.4 KUAT GESER NOMINAL 215
!!__ = I,JO.
tw
t"·E!y 10.30
Jika nilai h!tw tidak melebihi batas tersebut maka kuat geser nominal balok
pelat berdinding penuh adalah:
Vn = 0,6.+
Jyw A w (SNI 03-1729-2002, pers. 8.8-3.a) 10.31
2. Batas antara tekuk inelastis dengan tekuk elastis dicapai untuk nilai Cv = 0,8,
sehingga persamaan 10.28 dapat dituliskan dalam bentuk:
!!__ = 1,37·
tw
t"·E!y 10.32
Jika I,JO. ~k"·E <(hit,)< 1,37· ~k"·E, maka kuat gcser nominal balok
!y !y
pelat berdinding penuh adalah:
3. U ntuk h > I ,3 7 · ~ k" ·E , maka kuat gescr nominal balok pelat berdinding
tw Jy
penuh adalah:
0,9·Aw ·kn .£
vn (SNI 03-1729-2002,pers.8.8-5.a) 10.34
(h!tuf
C = Tcr
v r ~
y
C = 110-vn_n. 1'y L -
v ' ( h/fw)
'
1,0 t---'""""'-..
0,8
h J¥E
-=110
t
w
'
_n_
fy
h J¥E
-=137
tIV
'
_n_
fy
Gambar 10.8 Tekuk pada Web Balok Pelar Berdinding Penuh Akibar Geser Murni
216 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
,
~
t
~
, r
~ ~
~
~
~
~
,r
~ ~
~
~
~A
~
** * * ** , *
~
~ ~
;a , ~c
~ ~
ro
~ ~
~
- - - -----~-~ hjtw
~
rE:I
1.1o~ 7y. 1,37~T
260
Aksi medan tarik boleh disertakan dalam perhitungan kuat geser balok pelat b;::· _
ding penuh apabila alh < 3 dan a/h < [260/ h!tJf. Selain itu aksi medan tarik tak ~
diperhitungkan untuk balok hibrida serta pada panel-panel ujung (panel A pada G..:..-
10.9) balok pelat berdinding penuh.
10.5 KUAT GESER NOMINAL DENGAN PENGARUH ... 217
Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan mempertimbangkan aksi
medan tarik dapat diekspresikan sebagai:
vn = V:,,. + v,f' 10.35
Dengan Vcr = C !I .(0,6.+
:fyw
).Aw sesuai persamaan 10.29. Nilai C v ditentukan dalam persa-
maan 10.25 dan 10.28 untuk tekuk elastis dan inelastis. ~/ merupakan sumbangan dari
aksi medan tarik yang akan diturunkan dalam bab ini.
Gambar 10.11 Tegangan Tarik pada Web Akibat Aksi Medan Tarik
Komponen gaya dalam arah vertikal merupakan gaya geser Vyang besarnya:
Jika gaya tarik diagonal, T, ini timbul pada flens maka diperlukan pengaku vertikal,
sebab kekakuan vertikal dari flens cukup kecil dn flens telah bekerja untuk memikul
momen lentur yang diterima oleh balok pelat berdinding penuh. Dalam keadaan ini
biasanya diberi pengaku vertikal yang dapat didisain untuk menahan komponen vertikal
dari gaya tarik tersebut. Gaya geser ~~I yang timbul pada pengaku vertikal adalah:
~ ~f = CJt"s.tw.sin y 10.38
. 1
sm 2 r = ---==== 1( -
~l+(;:J
cos 2
%
r = -r======= 1:-
1 +(;~r
T
/ pI /
l// cr · 1
a.siny
r /
Tengah-tengah
tinggi
Vtt/2j
F w ,..__
LlFr + F, ...-- ill
Gambar 10.13 Gaya-Gaya Akibar Aksi Medan Tarik
tt/2
---..
---..
--"f
F
~
F,
w
h/2
10.5 KUAT GESER NOMINAL DENGAN PENGARUH ... 219
L FH = 0
0 = (at"tw·a·sin "{)·cosy+ Fw + F - Fw- (11F + F)
1 1
11F1 = at"tw·a·sin "{·cos y
t ·a .
= () · _w_ ·Sill 2y 10.45
t 2
L M0 =0
0 = 11F (hl2) - (Vt}2)(a/2) - (Vt}2)(a/2)
1
11F = Vtf(alh) 10.46
1
V - () h·tw [ 1 ] 10.47
t: tf - t" -2-. ~1 +(a! h)2
Kondisi aktual tegangan pada bagian web terdiri dari tegangan geser 't dan tegangan
normal at, sehingga keruntuhan web akibat kombinasi kedua tegangan ini harus diperhi-
tungkan.
Pada Gambar 10.15, Titik A merupakan kondisi geser murni, dan titik B merupakan
kondisi tarik. Keruntuhan web dari balok pelat berdinding penuh akan terjadi di antara
titik A dan titik B. Hubungan antara titik A dan titik B dapat didekati dengan sebuah
garis lurus yang mempunyai persamaan:
220 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
0"1 + -0"2
(geser murni)
(a) (b)
Untuk kondisi (j1 = rcr + (jt dan (j2 = -rcr' maka persamaan 10.49 menjadi:
!Y !Y/ f3 ry v
Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan mempertimbangkan adc.-
aksi medan tarik adalah:
vn = V:.r + vif
= C,-(0,6-J;J·h-tw + h·tw -(!- cJf I l
2
l~ 2
1+ (a I h) J
Vn = 0,6fv ·A .
yw w
[c v
+ I- C"
1,15~1+ (a!ht
lJ 10 ;
Nilai Cv dalam persamaan 10.51 ditentukan seperti pada persamaan 10.25 (uc _
tekuk elastis) atau 10.28 (untuk tekuk inelastis).
Gaya yang bekerja pada pengaku vertikal didapat dengan menghitung kesetimban;.
gaya dalam arah vertikal dari Gambar 10.13, dan diperoleh hubungan:
P5 = ((jt.tw·a·sin f1·sin y 10 . .: _
10.6 INTERAKSI GESER DAN LENTUR 221
1-cos2y
.
sm
2
r= ----
2
l
maka persamaan 10.52 dapat dituliskan menjadi:
t 11f- ~I +(aih)
p a·t a/ h 10.53
s
= cr,- ( 2
p 10.54
s
Jika kuat geser balok pelat berdinding penuh diperhitungkan dengan mempertimbangkan
aksi medan tarik, maka kombinasi lentur dan geser harus turut diperhitungkan pula.
Hubungan interaksi antara kuat lentur dengan kuat geser ditunjukkan dalam Gambar
10.16.
A
1,0 1 - - - - - - - c - . .
I
I B
0,75 - - ··------I-----
I
!
0,6 1,0
Apabila kedua kondisi di atas tidak terpenuhi maka harus diperhitungkan ir:::- _
geser dan lemur, yang direpresentasikan sebagai garis lurus AB dalam Gam bar 1O.lt_-
memiliki persamaan:
M
~-u- +-5 ~u-
V
= 1,375
l/J·Mn 8 l/J·Vn
Dalam SNI 03-1729-2002 pasal 8.9.3, persamaan 8.9-2, interaksi geser dan __
disyaratkan:
M V
_u_+0,625·~u_::::;; 1,375 1,:
l/J·Mn l/J·V:
dengan:
vn adalah kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh
M n adalah kuat lentur nominal balok pelat berdinding penuh
vu adalah gaya geser ultimit yang bekerja
M u adalah momen lentur ultimit yang bekerja
Bagi persamaan 10.59.a dengan 10.59.b serta persamaan 10.60.a dengan 10.6( :
sehingga menghasilkan:
V 0,6·V
_u_>~-n 10.61..:.
Mu- Mn
Mu 0,75·Mn
-->~~-----"- 10.61.~
V:t - vn
Kedua persamaan ini dapat dituliskan kembali menjadi:
0,6·V
_ V
_n <-u-< Vn
10.6:
Mn - Mu - 0,75·Mn
Persamaan 10.62 memberikan batasan-batasan penggunaan persamaan interaksi geser-
lentur (persamaan 10.58).
mampu menahan gaya tekan yang timbul akibat aksi medan tarik, sehingga mekanisme
rangka batang dapat timbul pada panel-panel balok pelat berdinding penuh.
Pengaku vertikal boleh tidak digunakan jika kuat lemur penampang dapat tercapai
tanpa terjadinya tekuk akibat geser. Dari Gambar 10.10 pengaku vertikal tak perlu di-
gunakan jika:
!!__
tw
~ l,JO. t··E
!y
10.63
Nilai kn dapat diambil sama dengan 5, jika pengaku vertikal tak digunakan sehingga
persamaan 10.63 menjadi:
!!_ ~
tw
2,46- rz
~ /y
10.64
Jika batasan pada persamaan 10.64 tak terlampaui, maka kuat geser nominal maksi-
mum dapat tercapai:
vn = 0 ' 6.1' -A
Jyw w
10.65
Jika kuat geser rencana yang diperlukan lebih kecil dari kuat geser maksimum, maka
pengaku vertikal tak dibutuhkan bila:
Vn <
-
Cv-0 ' 6.1'
Jyw ·Aw
10.66
Persamaan 10.66 tidak berlaku jika rasio hltw melebihi 260, sebab pengaku vertikal
harus dipasang bila hltw melebihi 260. Nilai Cv dapat diambil sesuai persamaan 10.25
t>. "' (untuk tekuk elastis) dan 10.28 (untuk tekuk inelastis) dengan nilai kn = 5:
t-:
1. jika: 2,46- rz
~!;
~ !!_ ~
tw
3,06· rz
~!;
(tekuk inelastis)
C = 2,46-~Ej fy 10.67.a
v
6: - h/tw
C = 7 5· E 1 10.67.b
v ' /y (h/twt
).t ~
Secara ringkas, pengaku vertikal tak diperlukan apabila kedua kriteria berikut ter-
penuhi:
1. hitw<- 260 10.68
2. Vn < Cv ·0,6.+
- Jyw ·Aw 10.69
Pengaku vertikal harus mempunyai kekakuan yang cukup untuk mencegah web ber-
iL.
deformasi keluar bidang ketika terjadi tekuk pada web. Oleh karena itu, perlu ditentukan
lS: .
momen inersia minimum yang harus dimiliki oleh pengaku vertikal, yaitu:
I s >- ;··a·tw 3 10.70
Dengan:
Is adalah momen inersia pengaku vertikal yang diambil terhadap tengah tebal
pelat web untuk sepasang pengaku vertikal, dan diambil terhadap bidang kon-
tak dengan web jika hanya ada sebuah pengaku vertikal
224 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
Pengaku vertikal harus mempunyai luas yang cukup guna menahan gaya tek.:.:-_
timbul akibat aksi medan tarik. Akibat aksi medan tarik, pengaku vertikal memik-_ _
tekan sebesar:
p alh ]
s = 0,5fyw·(!- CJa·tw· 1- ~!+(a!h)'
[
Jika kedua ruas dalam persamaan 10.72 dibagi dengan kuat leleh dari pengaku ·. =-
if;), maka akan didapat luas minimum yang dibutuhkan dari pengaku vertikal.
A
st
= !l_ = o5· f yw ·(1- c )·h·t ·f!!_ _ (a! h)
f yst ' f yst v w h /
v1+(a!h)
2
2
j
·(.u
As
Dengan:
cv ditentukan dari persamaan 10.25 atau 10.28
Aw = h.tw ; adalah luas web
D = 1,0 untuk sepasang pengaku vertikal
= 1,8 untuk pengaku vertikal dari profil siku tunggal
= 2,4 untuk pengaku tunggal dari pelat
Sambungan pengaku vertikal ke web dan ke flens tekan harus diperhir_- _
sedemikian rupa sehingga las dapat mentransfer gaya tekan, P5 , dengan baik. Sec~-_
antara pengaku vertikal dengan flens tarik tidak perlu dilakukan penyambungan ~: · .
las, sebab konsentrasi tegangan pada flens tarik akan menyebabkan terjadinya kerc- _
akibat lelah lfatigue) dan keruntuhan getas. Tanpa adanya pengelasan antara r=- _
vertikal dengan web diharapkan dapat menimbulkan keruntuhan yang daktail. Jar~
bungan las web dan pengaku vertikal dengan sambungan las flens tarik dan we~ ·
diambil sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari 6 kali tebal web dan tidak kurc.:- : -
4 kali tebal web. Gam bar 10.17 menunjukkan sambungan-sambungan yang haru' -
hitungkan pada balok pelat berdinding penuh.
•::
l
a. Bila beban terpusat dikenakan pada jarak lebih dari d/2 dari ujung balok
titun~·
5
edanz_·
n de:-_ Rb = 0,79·tw
2
·liI + \_i N)(t
j ,; Jl, v----t-
{E7;t7 l0.76.a
:runr:_- _
pen~ b. Bila beban terpusat dikenakan pada jarak kurang dari h/2 dari ujung balok
arak '-'-- Untuk Nld ~ 0,2:
veb L-
trang _:.__ 10.76.b
rus d::-:
reb h.:.~_
Untuk Nld > 0,2:
= 0,39·t}·
l ~ 1,5F
{(dN)
1+ 4 -0,2
t
t;
J
£.
t:
·tf
10.76.c
R
b
= Cr ·E·tw
hz
3
l
·t1 04 (hitw )
' (L!bft
3
j 10.--
Dengan:
cr = 6,6.10 6 J'ika M u <- M y
6
= 3,3.10 jika M u > M y
L adalah panjang bentang tak terkekang dari flens yang terbesar
Rb = 24,08·t} ~ E·f 1: -
h y
Jika pada tiap lokasi beban terpusat telah dipasang pengaku penahan gaya n..:.:- ·
maka tidak perlu lagi dilakukan pemeriksaan kuat web terhadap leleh, tekuk de.:._·
tekuk lateral dan tekuk lentur.
Lebar pengaku pada setiap sisi web harus diambil lebih besar dari sepertiga.
flens dikurangi setengah tebal web, sedangkan tebal pengaku harus diambil lebih
dari setengah tebal flens serta memenuhi syarat kelangsingan:
t_:::;
ts
0,56 rz
~ ~~
1:-
Tahanan tumpu dari sebuah pengaku penahan gaya tumpu diambil sebesar:
l/J·Rn = 0,75(1,8:!y-Apb) 1: ~.
Dengan Apb adalah luas penampang dari pengaku penahan gaya tumpu. Selan i _~ ·
pengaku ini harus diperiksa seperti halnya sebuah batang tekan dengan persyaratan:
1. pengaku harus dipasang sepasang setinggi pelat web
2. penampang yang dihitung sebagai batang tekan adalah penampang meli:-. ~. ·
dari pengaku ditambah dengan 12.tw (untuk panel ujung) atau 25.tu· 1 :...:- · .
• CONTOH 10.1:
Sebuah komponen struktur balok pelat berdinding penuh seperti tampak pada ga~: _
memikul beban layan dengan rasio be ban hid up terhadap be ban mati adalah 3. B.:::
merata 6 ton/m sudah termasuk berat sendiri balok. Flens tekan diberi kekangan L:: ·
10.8 PENGAKU PENAHAN GAYA TUMPU 227
di kedua ujung tumpuan serta pada lokasi-lokasi beban terpusat. Pengaku penahan gaya
tumpu dipasang pada tumpuan serta pada beban-beban terpusat. Tidak ada pengaku ver-
tikal dan mutu baja yang menggunakan BJ 37. Asumsikan sambungan las sudah men-
eukupi. Periksalah kuat lentur, kuat geser, interaksi geser lentur, dan pengaku penahan
gaya tumpu!
JAWAB:
Hitung Pu dan qu:
pu = (1,2 X lA X 18) + (1,6 X% X 18) = 5,4 + 21,6 = 27 ton
qu = (1,2 X IA X 6) + (1,6 X % X 6) = 1,8 + 7,2 = 9 ton/m
Periksa apakah komponen struktur tersebut memenuhi syarat untuk dianalisa sebagai balok
pelat berdinding penuh:
!!..._ = 170 = 170
tw 1
Bagian web harus memenuhi syarat kelangsingan. Batasan }{w tergantung dari rasio
r;. Dalam soal di atas pengaku penahan gaya tumpu sekaligus dianggap sebagai pengaku
a. Tahanan Lentur
diperoleh dari persamaan: M n = Kg X S X f.cr
en~
uk
18 ton 18 ton 18 ton
1
I ~
A£11 1~[ lllllll~~lllll!yiiiii!E
! ! q = 6 ton/m
ar.
an
3,65 m 3,65 m 3,65 m 3,65 m
·a1
228 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
106,2 ton
-106,2 t:-
436,905 ton
pi 2,5 X.!:
2 pi
2 X 19
----... ......
.. >-
2 pi
2 X 19
--._
.
pi 1 X 170 I
175
I
.
f+- 12 em
.. ~ .
-1 f+-2,5
1
Perhitungan momen inersia ditampilkan sebagai berikut:
S
rz
Ix 1897229,16 = 21682,62 cm3
= 17x
Nilai fer didasarkan pada pemeriksaan terhadap tekuk torsi lateral dan tekuk lo~
flens. Untuk memeriksa terhadap tekuk torsi lateral diperlukan jari-jari girasi seperti p.=.:...
gam bar.
a
10.8 PENGAKU PENAHAN GAYA TUMPU 229
Panjang bentang tak terkekang dari flens tekan adalah 3,65 m, sehingga kelangsingan
untuk tekuk torsi lateral adalah
L 365
Ac = - = - - = 42,982
rT 8,492
A = 176
p ' ~ fi
IE = 176 200000
' ~r 240 = so' 807
karena Ac < Ap maka fer = J; = 240 MPa
Untuk pemeriksaan terhadap tekuk lokal flens
Ac = bf = ___iQ_ = 8
2·tf 2-2,5
200000
Ap = 0,38 {EfyE = 0,38 = 10,97
~fi 240
karena Ac < Ap maka fer = J; = 240 MPa
Besarnya koefisien balok pelat berdinding penuh, ~ tergantung dari rasio ar:
A 1X170
ar ____!!!.... = = 1,7 < 10
A1 2,5x40
17 2550
1-[ • ][170- ] = 0,99463
1200 + 300( 1, 7) --) 240
Tahanan lentur nominal dari balok pelat berdinding penuh:
M n =KxSxf.
g cr
b. Tahanan geser
Kuat geser balok pelat berdinding penuh merupakan fungsi dari rasio kelangsingan web
( } ( ) dan rasio jarak pengaku vertikal dengan tinggi web ( ~ ). Aksi medan tarik dapat
diperhitungkan jika ~ < 3,0 dan tidak lebih dari:
Nilai alh kurang lebih 2, 147, sehingga aksi medan tarik dapat diperhitungkan cL
menentukan kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh. Aksi medan tarik 1-: _
dapat diperhitungkan pada panel-panel selain panel ujung. Hi tung nilai kn dan Cz:
5 5
k = 5+-- = 5+-- 2 = 6,085
n (%f 2,147
karena X = 170 > 1,37 ~ kJ,E , maka C, dihitung dari persamaan 10.25:
C = l,S--kn_·E. _ _ _ = 15.6,085X200000 = 0,
, 1, (XJ , 240 170'
263
Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan mempertimbangkan .:.-::c ·
aksi medan tarik adalah:
1-0,263 ]
= 0,6 X 240 X (10 X 1700) 0,263+
[
I = 130,62 ton
1,15-y 1+ 2,147 2
¢· Vn = 0,9 X 130,62 = 117,558 ton > 46,35 ton
Untuk panel ujung aksi medan tarik tidak boleh diperhitungkan, sehingga kuc.: :-
nominal untuk panel ujung ditentukan dari persamaan 10.34:
vn = 0,9xAwxknxE
(X)'
0,9x (lox 1700 )x6,085x 200000
--'------'--------- = 64,43
2
ton
170
cp. Vn = 0,9 X 64,43 = 57,987 ton < 106,2 ton
Karena kuat geser panel ujung kurang dari kuat geser perlu, V:.' maka dapat dire:-: ..:
2 solusi. Solusi pertama adalah mengurangi kelangsingan web ( dengan menamb.:...- '··
tebalan web), solusi kedua adalah dengan mengurangi rasio a/h pada tiap panel __
dengan menambah pengaku vertikal. Dalam contoh soal ini ditempuh solusi
kedua.
Lokasi dari pengaku vertikal yang pertama ditempuh dengan strategi sebag.:.:
kut:
l'h
'rv
X Vn = 'rv
l'h X (0,6 X A w X lyw
!' X C)
v
10.8 PENGAKU PENAHAN GAYA TUMPU 231
cv
¢ x( 0,6x Awx fYw)
11
4
106,2x10 =
0482
0,9x( 0,6) X (10X1700) X ( 240) ,
=
0,482 X240 X (170 t= 11,144
1,5x200000
5
kn 5+--
(;;;r
a/h = ~ kn-5
5
= ~ = 0,90211
~~
sehingga jarak pengaku vertikal yang dibutuhkan adalah:
a = 0,90211 X h = 0,90211 X 170 = 153,3 em ""' 150 em
meskipun a didefinisikan sebagai jarak bersih antar pengaku vertikal, dalam contoh ini
secara konservatif jarak antar pengaku vertikal diambil dari as ke as dan pengaku vertikal
pertama diletakkan sejarak 150 em dari ujung balok pelat berdinding penuh. Penambahan
pengaku vertikal ini akan memberikan kuat geser balok pelat berdinding penuh yang lebih
besar daripada beban geser terfaktor maksimum (= 106,2 ton).
c. lnteraksi Geser-Lentur
lnteraksi geser-lentur harus diperiksa jika ada aksi medan tarik, dengan demikian interaksi
geser-lentur tidak perlu diperiksa untuk panel-panel ujung. Interaksi geser-lentur hanya
diperiksa jika dipenuhi syarat:
0,6.Vn < Vu < Vn
Mn - Mu - 0,75.Mn
)U:- ~
Karena nilai VJMu di luar batas syarat pemeriksaan interaksi geser-lentur, maka dalam
\"J:-.~
contoh ini tidak perlu diperiksa masalah interaksi geser-lentur.
dan tekuk lentur. Selanjutnya pengaku penahan gaya tumpu harus dianalisa seperti an..;._
batang tekan.
Untuk pengaku penahan gaya tumpu pada panel-panel ujung dan panel dalam:
bs = .!2 = 9,5
f5 2
200000
0,56· {][ = 0,56· = 16,166 > 9,5 ( .
v!y 240
Tahanan tumpu untuk pengaku pada panel-panel dalam, dihitung sebagai beriL-
Apb = 2.a.t = 2(19 - 2,5)(2) = 66 cm 2
Rn = 1,8J'.A
:ly pb = 1,8(240)(6600) = 285,12 ton
¢.Rn = 0,75.Rn = 0,75(285,12) = 213,84 ton > 27 ton ( ·
A_ A
--y
2 em
r--
2
---. 2
--~ 1-.-.-1 25.tw=25
T
_L
err
_A_
--y
A
r---1
a= 16,5 em
~
19 em
r = g= 9888,4166 = 9,8947 em
101
Rasio kelangsingan:
k·L k·h 0,75·(170)
= 12,8857
r r 9,8947
---.
.------
2 2
a = 16,5 em -1 1--
Potongan 1-1
12
V+m
19 cnrl 1--
Potongan 2-2
r =H= 19773,66
164
= 10,9805 em
Rasio kelangsingan:
k-L = k·h = 0,75·(170)
= 11,6115
r r 10,9805
240
"A
c
= _!_.A.
n ~E
It;= _!_(11,6115)
n 200000
= 0,1281
Hingga langkah ini semua persyaratan bagi balok pelat berdinding penuh telah di-
periksa, sehingga profil balok tersebut beserta pengaku-pengakunya eukup kuat untuk
memikul beban yang bekerja padanya.
Tujuan utama dari proses desain sebuah balok pelat berdinding penuh adalah menentukan
ukuran-ukuran dari flens ataupun web, di samping itu perlu juga diputuskan terlebih
dahulu pemakaian pengaku-pengaku vertikal serta pengaku-pengaku penahan gaya tumpu.
234 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
Proses akhir desain adalah menyambungkan bagian-bagian dari suatu balok pelat be_
ding penuh dengan menggunakan alar sambung las. Secara umum proses desain -_
balok pelat berdinding penuh adalah sebagai berikut:
1. Tentukan tinggi dari balok pelat berdinding penuh, secara praktis seperti r. ~
pada desain balok biasa, maka tinggi dari balok pelat berdinding penuh -.=. _
diambil 1/10 - 1/12 dari panjang bentang
2. Tentukan ukuran web, tinggi web dapat ditentukan dengan cara mengv
tinggi total balok pelat berdinding penuh dengan dua kali tebal flens, :~
nya tebal flens harus ditentukan dahulu. Selanjutnya tebal web ditentuka:-__
batasan-batasan berikut:
Untuk alh > 1,5:
h 95000
tw ~ fyf ( fyf + 115)
Unruk a/h ~ 1,5:
h 5250
-;:: = K
3. Tentukan ukuran dari Hens, ukuran dari flens dapat ditentukan herd.:_'_-
momen yang bekerja pada balok pelat berdinding penuh. Prosedur pen,--
ukuran flens dilakukan dengan menghitung dahulu nilai momen inersi.:_
pelat berdinding penuh:
I x =Iweb +Iflens
s ~- Mu/C/J
K glcr
.!' K glcr
.!'
M t ·h
Atau A = u _w_
'f C/Jb ·h·Kg ·fer 6
perhitungan berat sendiri balok juga dapat ditentukan, sehingga besar :-:-
dan gaya lintang dapat dihitung ulang.
•
10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 235
• CONTOH 10.2:
Desainlah suatu balok pelat berdinding penuh yang tertumpu sederhana dengan benrangan
18 m. Tinggi balok maksimum yang diizinkan adalah 165 em. Asumsikan balok terkekang
lateral menerus dan mutu baja BJ 37.
JAWAB:
Menghirung Pu dan qu:
Pu = (1,2 X 35) + (1,6 X 25) = 82 ton
qu = (1,2 X 2,5) + (1,6 X 1,8) = 5,88 ton/m
Menentukan ringgi dari balok pelat berdinding penuh:
L/10= 1800/10 = 180 em
L/12= 1800/12 = 150 em
c __
)..'_
Gunakan tinggi maksimum yang diijinkan, yairu sebesar 165 em. Jika tebal flens diambil
sebesar 4 em, maka tinggi dari web adalah:
h = 16 5 - 2 (4) = 15 7 em
P 0 = 35 ton
PL = 25 ton q 0 = 2,5 ton/m
I. 9m
•••
9m
.I
93,92 ton
(97,7 ton)
+
SFD
-41 ton
(-41 ton) -93,92 ton
(-97,7 ton)
Untuk menentukan tebal web, dapat diambil dari nilai-nilai batas h!tw:
1. agar dapat memenuhi syarat sebagai balok pelat berdinding penuh, maka:
607,14.10 7 8 1570
X = 15810,06 mm 2 = 158,1 em 2
0,9x 1570 x240 6
Berat sendiri balok sekarang dapat dihitung:
Luas web= 0,8 X 157 = 125,6 em 2
Luas flens= 2(158,1) = 316,2 em2
Total = 441,8 em2
441 8
Berat sendiri balok = ' x7,85 = 0,3468 ton/m <=::: 0,35 ton/m
10000
Besar momen lentur dengan tambahan berat sendiri balok adalah:
M
u
= 607 14 +
'
(1,2 x 08,35 )· 182 = 624 15 ton m
'
(Angka-angka di dalam kurung pada gambar bidang momen dan lintang menuni'--·-·-
besarnya gaya lintang dan momen lemur terfaktor setelah ditambah dengan berat sc- ~
balok)
Setelah menghitung ulang besar momen lentur, maka luas flens dihitung kern~.:._
A! = 624,15x107 - 8x1570 = 16311,65 mmz = 163,1 emz
0,9x1570x240 6
Jika tebal flens semula 4 em masih digunakan, maka lebar flens menjadi:
AI 163,1
b = - = - - = 40,775 em <=::: 42 em
1 tf 4
Coba ukuran flens 4 em X 42 em.
Hitung momen inersia penampang terhadap sumbu lentur:
10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 237
L_ = 29519,47 cm 3
t--42--1
Karena balok terkekang lateral secara menerus, maka tidak perlu dilakukan pemerik-
saan terhadap tekuk torsi lateral, untuk batasan terhadap tekuk lokal flens tekan:
Ac = !.L=~ = 5,25
2·tr 2x4
200000
A.P = 0 38· {I= 0,38· = 10,97
' v!y 240
Ac < AP sehingga fcr = J; = 240 MPa
~
Dengan:
= 1
- [ 1200:,300-a, t -Ft;] g
ar
Aw 0,8X157 = 0, 7476
A1 4x42
h 157
0,8 = 196,25
0 7476 2550
K =1- [ ' ][196,25- ] = 0,9834
g 1200+(300x0,7476) {240
~ k"~5 =
5
a/h = 0 61
18,48675-5 '
a = 0,61·h = 0,61(157) = 95,77 em~ 95 em dari ujung balok
Periksa kembali kuat geser dari panel ujung dengan nilai a = 95 em:
5
k = 5+ = 18,6559
n (95/157t
Agar diperoleh jarak pengaku vertikal yang seragam, maka panjang yang tersisa ar.: ~.
pengaku vertikal ujung hingga tengah bentang balok pelat berdinding penuh dibagi se~:_
seragam. Dalam eontoh ini direneanakan 4 buah panel seperti pada gambar:
I 900 em J
95 eml
~<~~·111111--••.j..ol.,...__--- 4@ 201, 25 em
1
kn
5 5 = 8,0432
=5+--=5+ 2
(a!ht (1,2818 )
10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 239
C = 1, 5. kn·E._1_= ,5.8,0432x200000 1 = ,
1 0 261
v ~ (h!tJ 2
240 196,25 2
Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan memperhitungkan aksi
medan tarik:
v
n
= o6f:A ·lc + 1,15~1-1+ell(a/ ht ]
' Y w v
1-0,261 ]
= 0,6(240)(8)(1570)· 0,261 + I = 118,69 ton
[ 1,15-y 1+ 1,2818 2
As mm.
.n:.:. -_
2
;ec.:.- _ = 0,5(8)(1570)(1)(1 - 0,261). 1,2818 1,2818 ]
[ ~1 + 1,2818 2
= 12,58 em 2
Dari persamaan 10.70:
I s mm. = ;··a·tw3
Dengan: ; 25 ~
= __3_2__2 =
(a/ h t 1,2818
2
-2 =- 0,478 < 0,5 j = 0,5
Is = 0,5(201,25)(0,8) 3 = 51,52 em 4
+ ' J
08
I
s
= 1: (I + A.cf) =
0
_!_ (0,8)(12) 3
12
+ (0,8)(12) (.!3_
2 2
= 508,416 em 4 > 51,52 em 4 OK
bit
s s _!3_ = 15 < 16,1658 OK
0,8
240 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
web
Jika diasumsikan ukuran las antara flens dengan web adalah 4 mm, serta mengar._:
c = 3,2 em, maka panjang pengaku vertikal adalah:
h- ukuran las- 3,2 = 157- 0,4- 3,2 = 153,4 em
Gunakan pengaku vertikal 0,8 em X 12 em X 153 em.
Periksa persyaratan interaksi geser-lentur untuk panel-panel yang diperhitungkan terhac._-
aksi medan tarik:
0,6·V
__
V < Vn
n <-u
Mn - Mu - 0,75·Mn
0,6(118,69) vu
----'-------'- < - - < ---;--
118,69
696,7 - Mu - 0,75(696,7)
Karena tidak ada nilai ~/Mu yang berada dalam batasan tersebut, maka tidak pt~ _
dilakukan pemeriksaan terhadap interaksi geser-lentur.
Untuk pengaku penahan gaya tumpu, dieoba menggunakan pengaku dengan let.:_-
b = 20 em, sehingga Iebar total menjadi 2b + tw = 2(20) + 0,8 = 40,8 em < Iebar At~
= 42 em. Tebal pengaku dihitung dari syarat kelangsingan:
~:::;
t
0 56·ff
, t atau t ~ _b_ /J; = ~
o.s6 ~ li o,s6
240
2ooooo
= 1,237 em
y
Selanjutnya pengaku penahan gaya tumpu dianalisa sebagai batang tekan. Panjar:~
web yang dapat bekerja dengan pengaku sebagai batang tekan adalah sepanjang 12 kc.__
tebal web (12 x 0,8 = 9,6 em).
a
•
10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 241
r-20em~
r
R:= --
67,68
0,75x157
= 11,2 em
k·L k·h
l -
= - = 10,51
r r 11,2
Karena pengaku penahan gaya tumpu harus terletak pada tengah-tengah panjang
daerah web 9,6 em, maka titik perletakan harus terletak di sekitar 9,6/2 = 4,8 em dari
ujung balok pelat berdinding penuh (dipasang sejarak 7,5 em seperti pada gambar).
<>
<;>
I. .1.
7,5 95 em
.I
Pengaku penahan gaya tumpu dipasang pada masing-masing tumpuan dan pada
lokasi beban terpusat. Karena pada tengah bentang beban lebih keeil daripada tum-
puan, maka dapat digunakan pengaku penahan gaya tumpu yang sama dengan ukuran
1,5 em X 20 em.
Sambungan las akan dihitung dengan menggunakan mutu las fuw = 490 MPa.
enF- a. Sambungan antara £lens dengan web:
pa..::_ Hitung aliran geser pada pertemuan antara web dengan flens:
~ maks = 97,7 ton
Q = luas flens x 80,5 em
= (4 x 42)(80,5) = 13524 em3
IX = 2435356,866 em4
V:·Q maks= 97,7X104 X13524x103 = 542,546 N/mm
tpn; 4
IX 2435356,866 X10
ki.
Tebal pelat terkeeil adalah 0,8 em sehingga ukuran minimum las adalah 4 mm.
Panjang minimum las:
242 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)
Gunakan ¢·Rnw = 1247,148 N/mm. Untuk panjang las 4 em, maka kapa.'-
sepasang las adalah 1247,148 X 40 = 49885,92 N.
Untuk menentukan jarak antar las maka harus dipenuhi hubungan:
49885,92 vu ·Q
s IX
dengan s adalah jarak las dari as ke as:
s= 49885,92 = 49885,92 = 91,95 mm ~ ambil s= 9 em
vu ·Q/ IX 542,546
Jarak bersih antar las menjadi 9 - 4 = 5 em. Meskipun jarak as ke as "-:- ·
las sebesar 9 em dapat digunakan untuk seluruh bentang balok, namun jar.:...·
ini dapat diperbesar pada daerah-daerah yang memikul geser kurang dari 1-
= 97,7 ton. Dieoba pengaturan las sebagai berikut: (untuk Yz L)
1) Daerah 0 - 6,75 m dari tumpuan digunakan jarak antar las sebesar ,-
sesuai perhitungan
2) Daerah 6,75 - 9 m dari tumpuan CV: = 55,175 ton) jarak las dih:- _
sebagai berikut:
4
s = 49885,92 ·I = 49885,92 X 2435356,866 X 10
vu ·Q X 55,175 X 10 4 X 13524 X 103
= 162,81 mm
diambil s = 150 mm (15 em)
7,5 75 @ 9 em 15 @ 15 em
iT\ T T<,
\ las sudut a =4 mm Lw =4
I· 9 m
Sehingga kapasitas las per mm adalah 1332 N. Gaya geser yang harus
as a:--_
arak _ I 1
v
l
i ~'
""'
lihirc _ 153 em
l
-- -- Potongan 1-1
f l
1 1
Las sudut 4 mm x 4 em
@ 9 em (as ke as)
....._
I I
I I
"\.., v
l
: • 0.~
157 em
l
-- --
f
2
'
2 Las sudut 4 mm x 4 em
@ 8,5 em (as ke as)
'--
I I
SOAL-SOAL LATIHAN
P.10.1 Hitunglah kuat lemur reneana dari suatu balok pelat berdinding penuh yang terdi~
pelat badan 8 mm X 1750 mm dan pelat sayap 19 mm X 450 mm. Mutu baja :-
dan bagian sayap tekan diberi kekangan lateral seeara menerus.
P.10.2 Sebuah balok pelat berdinding penuh (BJ 37) mempunyai pelat badan 8 mm X 1)(1
dan pelat sayap 16 mm X 400 mm.
a) Hitunglah kuat lentur reneana balok pelat berdinding penuh tersebut, jika tc:
pengekang lateral yang menerus pada bagian sayap tekan
b) Hitunglah kuat lemur reneana-nya jika panjang bentang tak terkekang adalah _:
P.10.3 Balok pelat berdinding penuh (BJ 37) terdiri dari pelat badan 12 mm X 2000 mrr
pelat sayap 50 mm X 600 mm dengan panjang bentang 21 m. Pengekang late_
berikan pada ujung-ujung balok serta pada tiap 113 bentang. Beban yang harus cL
ditunjukkan dalam Gam bar P.1 0.3. Be ban tersebut sudah merupakan beban terfakt.: -
sudah termasuk pula berat sendiri struktur. Tentukan apakah balok pelat berdinding :- _
tersebut memiliki kuat lemur yang eukup guna memikul beban yang bekerja!
1200 kN 1200 kN
:: .
.J;t 1 I I I I I It I I I I I I I I I! I I I I I I a;;:: a kN/m
~?m 17m17mj
Gambar Pl0.3
-
SOAL-SOAL LATIHAN 245
Sebuah balok pelat berdinding penuh d.ui baja BJ 37, memiliki pelat badan 12 mm X
1750 mm serta pelat sayap 75 mm x ~50 mm. Hirunglah kuat lemur rencana-nya, jika
panjang bentang tak terkekang adalah sebesar 12 m. Gunakan nilai Cb = 1,30.
; ~0.6 Sebuah balok pelat berdinding penuh dari baja BJ 37 dengan pelat badan 9 mm X 2150
mm serta pelat sayap 22 mm X 500 mm. Panjang bentang balok adalah 14 mm. Pengaku
vertikal diletakkan pada jarak 90 em, 275 em dan 460 em dari ujung kiri, seperti pada
gambar. Hitunglah kuat geser rencana masing-masing panel dari balok pelat berdinding
penuh tersebut!
0,95 0,95 m
I 1 I
2@ 1,85 m 4,8 m 2@ 1,85 m
l ir·.
0(! ~-
n ~;:--
P.10.7 Untuk soal E10.2:
raJ ..: a) Hitunglah kuat geser reneana pada panel ujung jika pengaku vertikal diletakkan 165
ipiL em dari tumpuan
or c. b) Hitunglah kuat geser reneana dari panel interior jika jarak pengaku vertikalnya adalah
pen .. 450 em
c) Hitunglah kuat geser reneana dari balok pelat berdinding penuh tersebut jika tidak
digunakan pengaku vertikal
P.10.8 Desain awal dari suatu balok pelat berdinding penuh menghasilkan ukuran pelat badan
10 mm X 1720 mm. Mom en lemur terfaktor maksimum adalah 8000 kN .m. Gunakan
informasi ini untuk menentukan ukuran dari pelat sayap. Asumsikan terdapat sokongan
lateral seeara menerus pada bagian sayap tekan. Gunakan mutu baja BJ 37.
11
Balok-Kolom
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bah ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Memahami pengaruh kombinasi antara beban aksial tekan serta momen len:-_-
yang bekerja secara bersamaan pada suatu komponen struktur balok-kolom
• Menganalisis dan rnendesain suatu komponen struktur balok-kolorn
11.1 PENDAHULUAN
Suaru komponen struktur biasanya harus memikul beban aksial (tarik atau tekan
momen lemur. Apabila besarnya gaya aksial yang bekerja cukup kecil dibandingkan n; - -
lemur yang bekerja, maka efek dari gaya aksial terse but dapat diabaikan, dan kom t'
struktur tersebut dapat didesain sebagai komponen balok terlentur yang telah dir.:- _
dalam bah 5 dan 9. Sedangkan jika gaya aksial yang bekerja lebih dominan daripad.:. --
men lemur, maka komponen struktur tersebut harus didesain menjadi komponen srr_ · ·
tarik (jika yang bekerja adalah gaya aksial tarik) atau didesain sebagai komponen srr_.
tekan (jika yang bekerja adalah gaya aksial tekan). Komponen struktur tarik telah di~ _
pada bah 3, sedangkan komponen struktur tekan dibahas dalam bah 4.
Pada suatu komponen struktur terkadang efek gaya aksial maupun momen ::::-
tidak dapat diabaikan salah satunya, kombinasi dari gaya aksial dan momen lentur :- _
dipertimbangkan dalam proses desain komponen struktur tersebut. Komponen srr_ ·
tersebut sering disebut sebagai elemen balok-kolom (beam-column). Pada struktur-stL·
statis tak tentu umumnya sering dijumpai elemen balok-kolom ini. Perhatikan srr _.
portal statis tak tentu pada Gambar 11.1.
Akibat kondisi pembebanan yang bekerja, maka batang AB tidak hanya me:-:·
beban merata saja, namun juga harus memikul beban lateral Pr Dalam hal ini efek :;:-
dan efek gaya tekan P 1 yang bekerja pada batang AB harus dipertimbangkan dalam ? -
desain penampang batang AB, atau dengan kata lain batang AB harus didesain sc ~ __
suatu elemen balok-kolom.
Berbeda dengan batang CD yang hanya didominasi oleh efek lentur saja, gaya :.:. -
P2 sudah dipikul oleh pengaku-pengaku (bracing) bentuk X, sehingga batang CD -:.
didesain sebagai suatu elemen balok tanpa pengaruh gaya aksial. Batang CF dan DE L-
11.1 PENDAHULUAN 247
akan memikul gaya aksial tarik atau tekan saja, melihat kondisi pembebanan seperti pada
Gambar 11.1 maka batang DE akan memikul gaya aksial tarik, sedangkan batang CF
akan sedikit kendur.
Selain batang AB yang didesain sebagai elemen balok-kolom, batang-batang AC, BD,
CE, DF juga harus didesain sebagai suatu elemen balok-kolom, karena selain memikul gaya
aksial akibat reaksi dari balok-balok AB dan CD, batang-batang ini juga harus menerima
transfer momen yang diberikan oleh batang AB dan CD, sehingga efek lemur dan efek
gaya aksial yang bekerja tidak boleh diabaikan salah satunya.
Comoh lain dari elemen balok-kolom dapat ditemukan pada struktur rangka atap.
Jika letak gording pada bagian atas rangka atap tepat terletak pada titik buhul, maka
batang-batang atas dapat didesain sebagai suatu komponen struktur tekan saja. Namun
terkadang gording terletak pada tengah-tengah batang atas, sehingga reaksi dari gording
akan memberikan efek lemur pada batang atas tersebut. Dalam hal ini maka kombinasi
aksial dan lemur harus diperhitungkan, sehingga batang-batang atas tersebut harus didesain
sebagai suatu elemen balok-kolom.
Tipe-tipe kerumuhan dari suatu komponen struktur yang memikul beban kombinasi
amara gaya aksial dan lemur, secara ringkas dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Aksial tarik dan lemur, kerumuhan biasanya disebabkan oleh leleh
b. Aksial tekan dan lemur satu sumbu, kerumuhan disebabkan oleh ketidakstabilan
dalam bidang lemur, tanpa terpuntir (sebagai comoh adalah balok-balok dengan
beban transversal tanpa ada pengaruh tekuk torsi lateral)
c. Aksial tekan dan lemur terhadap sumbu kuat, kerumuhan disebabkan oleh pen-
garuh tekuk torsi lateral
d. Aksial tekan dan lemur dua arah, umuk penampang yang memiliki kekakuan
torsi yang cukup besar, kerumuhan disebabkan oleh ketidakstabilan dalam salah
satu sumbu utama (sebagai comoh adalah penampang IWF)
e. Aksial tekan dan lemur dua arah, untuk penampang terbuka berdinding tipis,
kerumuhan akan disebabkan oleh kombinasi amara pumir dan lemur
f. Aksial tekan, lemur dua arah dan torsi, kerumuhan akan disebabkan oleh kombi-
nasi amara pumir dan lemur jika pusat geser tidak terletak pada bidang lemur
r..:.
Beberapa prosedur desain yang dapat digunakan umuk suatu elemen balok-kolom an-
tara lain adalah (1) pembatasan tegangan kombinasi, (2) pemakaian rumus imeraksi semi-
248 BAB 11 BALOK-KOLOM
empiris berdasarkan tegangan kerja (metode ASD), serta (3) pemakaian rumus im~- . .a . . ,
semi-empiris berdasarkan kekuatan penampang (metode LRFD). Buku ini hanya men§:.:_-_
prosedur desain yang ketiga yaitu proses desain metode LRFD sesuai dengan "Tara ( ...
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung" SNI 03-1729-2002.
Perhatikan sebuah balok yang memikul beban merata q(z), momen-momen ujung M_. .:..._-
M2 serta gaya aksial tekan, P yang bekerja pada kedua ujungnya. Momen primer :·-=-- _
timbul akibat beban merata dan momen ujung M 1, M 2 dinotasikan sebagai Mi, me.:.
akibatkan lendutan balok sebesar y. Momen sekunder timbul sebesar P.y. Besarnya mor:-:-
pada jarak z dari tepi kiri balok adalah:
d2
M = M. + P-y =- Ef._l
z z dz2
Perjanjian tanda
Untuk nilai EI yang konstan, maka persamaan 11.1 dapat dituliskan kembali mc:-
jadi:
d2y p Mi 11.:
-+-·y=--
dz2 E E
Persamaan 10.2 dapat didiferensialkan dua kali ke-z sehingga menjadi:
2
d4 y p d2y 1 d Mi 11.:
- - + - · - - =- - . - 2-
dz4 E dz 2 E dz
Dari persamaan 10.1:
4
d 2 l = _M_z
_ dan d y = __1_d 2 Mz 11.~
EI
Substitusikan persamaan-persamaan tersebut ke dalam persamaan 11.3:
- EI dz 2 z
2
1 d M P( M
+ EI - E;
J= - 2
1 d M;
EI 7 11.'
Untuk memperoleh solusi lengkap dari persamaan diferensial 11.6, maka persamaan
11.7 masih harus ditambahkan solusi partikulirnya. Karena Mi = j(z), dengan j(z) pada
rJF umumnya adalah sebuah polinomial dalam z, maka solusi partikulir akan mempunya1
bentuk yang sama pula. Solusi lengkap dari persamaan 10.6 adalah:
Mz = C/sin kz + C2 ·cos kz + f/z) 11.8
Dengan f/z) sama dengan nilai Mz yang memenuhi persamaan 11.6. Jika Mz adalah
fungsi kontinu, maka nilai maksimum dari Mz dapat dicari dengan melakukan diferen-
SiaSI:
dM . d~(z)
__z = 0 = C1·k·cos kz- C2 .k·sm kz + - - 11.9
dz dz
Pada beberapa kasus pembebanan, seperti beban terpusat, beban merata, momen
ujung atau kombinasi keduanya, dapat ditunjukkan bahwa:
d~ (z) = 0 11.1 0
dz
Dari persamaan 11.10 dan 11.9, maka dapat dituliskan hubungan:
C{k·cos kz = C2 ·k·sin kz 11.11
atau tan kz = - 1
c 11.12
c2
ll -
Jika df/z)/dz # 0, maka persamaan 11.9 harus diselesaikan dan hasilnya dapat di-
substitusikan kembali ke persamaan 11.8.
11 ::
Kasus 1: Momen Ujung tak Seragam tanpa Beban Transversal
Dari Gambar 10.3, momen primer Mi dapat diekspresikan sebagai:
11.<:- Mi = MI + M2-Ml.z 11.15
L
250 BAB 11 BALOK-KOLOM
Sehingga:
d 2M
- -2 ' =0
dz
Dari hasil persamaan 11.16, maka persamaan 11.6 menjadi persamaan diferc:-
homogen, dan J;(z) dalam persamaan 11.8 menjadi sama dengan nol. Momen maksi:-:- _
pada persamaan 11.14 menjadi:
~ 2 2
<as
Mz k
mas = CI +C2 1: -
11. ~
Momen utama, M1
M2>M1
Momen sekunder, Py
M = (M2-MicoskLJ·sin kz + M 1·cos kz 1.
z sinkL
11.2 PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK ... 251
Dan:
2
M 2 -M1coskLJ +.\!,=
( sinkL ·
2
= Mf 1-2(M1 1M2 )coskL+(MJM2 ) 11.22
2
sin kL
11.24
. 1 .~ .
Karena f/z) 7:- 0, maka diperlukan solusi partikulir dari persamaan diferensial tersebut,
misalkan diambil f/z) = A + Bz, substitusikan solusi partikulir ke dalam persamaan 10.6
sehingga diperoleh:
0 + P(A + B·z) =- q 11.25
. .2( - dari kesamaan kedua ruas maka didapatkan bahwa A = - ql k2 serta B 0, sehingga
persamaan 11.8 menjadi:
Mz = C{sin kz + C2 ·cos kz - ql k 2 11.26
q
~~I II III IIll Ill II IIIIII Ill IIIII I~~
L .I
Gambar 11.4 Balok Sederhana dengan Behan Merata
= !L(sec kL -1)
p 2
.21
11.27
252 BAB 11 BALOK-KOLOM
2(1- coskL) ( 1 J
= M· 1- cos 2 kL = M· coskL/2
atau Mz maks = M·sec (kL/2) 11..>
Mz maks = Mo + py maks
~ Momenprimer
Momen sekunder
Gambar 11.5 Momen Primer dan Momen Sekunder pada Elemen Balok-Kolom
11 ..:.:
11.:.:
dengan Pe = n2E.IIL 2 , selesaikan persamaan 11.30 untuk yl' maka didapatkan hub:...-
gan:
- 8 [ PI~ ] _ 8 [ a ] 11.5-
o 1-P/~ o 1-a
11 .3 FAKTOR PERBESARAN MOMEN 253
Momen lentur maksimum dengan memasukkan efek gaya tekan aksial adalah:
Mz maks = Mo + P·ymaks 11.33
Substitusikan Ymaks dari persamaan 11.32 serta P = a.Pe = a·n2 .£.I/L2 , maka persamaan
11.33 menjadi:
= M. ( 0 1
--
1-a
1
1+ (TC E·l·80
Mo·L2
2
1} 11.34
em
Dari persamaan 11.34, maka besarnya faktor perbesaran momen dapat dinyatakan
sebagai eml(l- a). Berbagai nilai em untuk ripe pembebanan yang umum dijumpai
ditampilkan dalam gambar
q
p ___. )IX !Ill I II I I~! I I I! !Ill I Iii-~ p
ltd- Cm-1,0
em= 1+0,2a
w
p ____.
rLI.2-J
1\F======J»,-=t~> ..,___ p
tmT Cm = 1+0' 2a
• CONTOH 11.1:
Bandingkan besarnya faktor perbesaran momen untuk struktur balok pada Gambar 11.4
yang diperoleh dari hasil solusi persamaan diferensial (persamaan 11.27) dengan hasil
pendekatan (persamaan 11.34)!
JAWAB:
di-
Hasil dari solusi persamaan diferensial:
29
B1 = faktor perbesaran momen
2
= (---)(sec kL
(kLI2) 2 2
-1) (a)
Dari hasil perbandingan di atas, nampaknya nilai faktor perbesaran momen y.:._~ _
diperoleh dari solusi persamaan diferensial dan cara pendekatan tidak menunjukkan h"-'
yang berbeda terlalu jauh.
N u_ < 0,2
Untuk __
C/J·Nn
Nu
2·C/J·Nn
+( cpb.Mnx
Mux + Muy J
cpb.Mny
< 1,0 I L:.·:
Dengan:
Nu adalah gaya tekan aksial terfaktor
Nn adalah tahanan tekan nominal dengan menganggap batang sebagai suatu eler:-. :·
tekan murni (seperti dibahas dalam bab IV)
¢ adalah faktor reduksi tahanan tekan = 0,85
Mux adalah momen lemur terfaktor terhadap sumbu x, dengan memperhitung:~:..<..-
efek orde kedua, yang akan dibahas kemudian
Mnx adalah tahanan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu x
cpb adalah faktor reduksi tahanan lentur = 0,90
Muy sama dengan Mux, namun dihitung dengan acuan sumbu y
Mny sama dengan Mnx, namun dihitung dengan acuan sumbu y
Dalam pembahasan di atas disebutkan bahwa besarnya momen lemur terfaktor w..-
suatu komponen struktur balok kolom dihitung dengan menggunakan analisis orde keC. -~
SNI 03-1729-2002 menyatakan bahwa pengaruh orde kedua harus diperhatikan me:.:..~
salah satu dari dua analisis berikut:
1. suatu analisis orde pertama dengan memperhitungkan perbesaran momen
2. analisis orde kedua menurut cara-cara yang telah baku dan telah diterima se.:.~.::..
umum
a
0
Dalam buku ini pengaruh orde kedua akan diperhitungkan dengan menggunakan cara
yang pertama, yaitu analisis orde pertama dengan memperhitungkan perbesaran momen.
Mntu adalah momen lemur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban
yang tidak menimbulkan goyangan, sedangkan ob adalah faktor perbesaran momen umuk
komponen struktur tak bergoyang, yang besarnya ditentukan sebagai berikut:
11.38
Dengan:
Nu adalah gaya tekan aksial terfaktor
Ne 1 adalah gaya tekan menurut Euler dengan kL/ r terhadap sumbu lemur dan k .s.
1,0 (umuk komponen struktur tak bergoyang)
1 ::;,. 2. sedangkan umuk komponen struktur tak bergoyang tanpa beban transversal di
antara kedua tumpuannya, namun mempunyai momen ujung M 1 dan M 2 (M1
< M), maka em akan mengkonversikan momen lentur yang bervariasi secara
linear menjadi momen lentur seragam ME = em.M2 ,
em = 0,6 - 0,4(M/M) 11.38
Rasio M/M 2 bernilai negatif untuk kelengkungan tunggal, dan bernilai positif
untuk kelengkungan ganda.
Mltu adalah momen lemur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban
iu~
yang dapat menimbulkan goyangan. Faktor perbesaran momen, 05 , ditemukan sebagai
ale.
berikut:
11.40
:aE
256 BAB 11 BALOK-KOLOM
atau 0s 11.4-
dengan:
I.Nu adalah jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi untuk selur _.
kolom pada satu tingkat yang ditinjau
sama dengan Ne 1 namun dengan menggunakan k untuk komponen struk: _·
bergoyang, k ?. 1,0
~oh adalah simpangan antar lantai pada tingkat yang sedang ditinjau
I.H adalah jumlah gaya horizontal yang menghasilkan ~oh pada tingkat yang ~
tinjau
L adalah tinggi tingkat
Tabel 7.5.1 SNI 03-1729-2002 memberikan batasan nilai untuk AP dan Ar sebaz~.
-
berikut:
Untuk -Nu
- > 0,125, Ap = 500 N ] > 665
1£ [ 2,33---u- 11.~ _:
¢b·Ny -vfy ¢b.Ny .fj;
Untu k semua ill
,
.1a1,. Ar 1£ 1- 0,74.N u ]
= 2550[ 11.-r-
lJ /y ¢b.Ny
Dengan ~ = Ag.fy adalah gaya aksial yang diperlukan untuk mencapai kondisi bd:~
leleh . N N
• CONTOH 11.2:
II
Periksalah kecukupan profil WF 400.200.8.13 II
sebagai elemen balok-kolom dari portal tak
bergoyang seperti pada gambar berikut.
(mutu baja BJ 41)
N N
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 257
Diketahui bahwa kolom menerima beban aksial tekan sebesar 15 ton (D) dan 30 ton
11..:.
(L) serta momen lemur sebesar 2 ton.m (D) dan 6 ton.m (L). Panjang kolom diketahui
sebesar 3,5 m.
JAWAB:
u~ _.
a. Menghitung beban terfaktor
Nu = 1,2 ND + 1,6 NL = 1,2(15) + 1,6(30) = 66 ton
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML = 1,2(2) + 1,6(6) = 12 ton.m
b. Aksi kolom
Menghitung rasio kelangsingan maksimum:
k·L 1,0 X 350
4,54 = 77,1
1,43 1 3
(J) ,4 = 1,4038
1,6-0,67 Ac 1,6- (0,67 X 0,8677)
Nn =Agi cr =Ag(fjm)
y = 8412(250/1,4038) = 149,8 ton
66
- - - - = 0,52 > 0,2 Gunakan persamaan 11.35
0,85x 149,8
c. Aksi balok
1.-i.:
Periksa apakah WF 400.200.8.13 kompak atau tidak:
bf 200 170
- = - - = 7,6923 <A = - - = 10,75
2·tf 2 X 13 P .[1;
= 0,3487 > 0,125
cpb.Ny 0,9x250x8412
Karena Lp < L < L,r maka M n terletak antara MP dan M r (untuk Cb = 1). Namun
dalam kasus ini Cb = 1,67 sehingga ada kemungkinan Mn sama dengan MP.
MP = Z.+
x'.fy
= 1285,95.10 3 (250) = 32,14875 ton.m
Mr =5/J;- f)= 1190.10\250 - 70) = 21,42 ton.m
258 BAB 11 BALOK-KOLOM
= Cr[Mr+(Mp-Mr) Lr~L]
Lr LP
5;, MP
= 1,67·[21,42+(32,14875-21,42)
6582 - 35
6,582-2,2684
J
= 48,57 ton.m
Karena Mn tidak boleh melebihi MP, maka dalam kasus ini Mn = MP, sehi:-.;:-
l/Jb.Mnx = 0,9(52,72395) = 47,451555 ton.m
d. Perbesaran momen
Rasio kelangsingan kL/r yang diperhitungkan dalam perbesaran momen L_-_
berhubungan dengan sumbu lenturnya, dalam soal ini sumbu lemur aG._."'".
sumbu x, sehingga:
kx ·Lx = 1,0 X 350 = 20 ,83
rx 16,8
0,6 6
- - - - = 0, 1 < 1,0
1- 66
3826,93
Ambil 8b = 1,0.
0,52 + - 8( 12
9 32,14875
J = 0,89 < 1,0
• CONTOH 11.3:
Periksalah kekuatan profil WF 400.400.13.21 dari suatu portal bergoyang pada gam b -=-~
berikut ini:
JAWAB:
a. Perhitungan beban terfaktor
Kombinasi 1, be ban gravitasi:
Nu = 1,2ND + 1,6NL = 1,2(60) + 1,6(25) = 112 ton
qu = 1,2qD + 1,6qL = 1,2(0,4) + 1,6(1,25) = 2,48 ton/m
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 259
~
N = 60 ton(D)
25 ton (L)
q = 0,4 ron/m (D)
1,25 ton/m (L)
H = 20 ton
Mutu baja BJ 37
lZ_ I. 8,5 m .I
Kombinasi 2, beban gravitasi + angin:
Nu = 1,2ND + 0,5NL = 1,2(60) + 0,5(25) = 84,5 ton
Hu = 1,3(20) = 26 ton
qu = 1,2qD + 0,5qL = 1,2(0,4) + 0,5(1,25) = 1,105 ton/m
~ 14,4 tonm
~
ba:
84,5 ton
l 1,105 ton/m
84,5 ton
l __ __, __u I
Jt17
r tonm
.36,6 tonm
I
I
I
c. Aksi kolom
Faktor panjang efektif kx, ditentukan dengan menggunakan faktor G:
GA = 1,0 (jepit)
GB 'L(IIL)kolom 2(114) = ,
3 04
I.(! I L)balok 1,4·1 /8,5
kx = 1,57
Dalam arah y kolom diasumsikan tertumpu sendi di ujung atas dan bawahn-. ~
sehingga ky = 1,0.
1 3 1 3
(J) ,4 = ,4 = 1,0937
1,6-0,67.Ac 1,6-(0,67X 0,4366)
Nu 84,5+4+1,105(8,5/2)
0 2284 0'2
l/J·Nn 0,85X479,91 = ' >
d. Aksi balok
Periksa apakah WF 400.400.13.21 kompak atau tidak:
bf 400 170
- = - - = 9,52 <A = - - = 10,97
2·t1 2x 21 P ff,
93,19625·10 4
0,9x240x21870 = 0 •1973 > 0 •125
e. Perbesaran momen, 8b
Untuk menghitung 8b diperlukan rasio kelangsingan dari portal tak bergoyang
f. Perbesaran momen, 8s
'LNu = 2(84,5) + 1,105(8,5) = 178,3925 ton
2 2
7r E·Ag _ n x200000X21870 = 3356 ton
(k·Lir) 2 - 35,88
2
0,2284 + ~( 39 7373
'
9 77,7628
J= 0,6826 < 1,0
Jadi, profil WF 400.400.13.21 mencukupi untuk memikul beban-beban tersebut,
sesuai dengan desain LRFD .
• CONTOH 11.4:
Periksalah apakah profil WF 350.350.12.19 cukup umuk memikul beban aksial tekan yang
terdiri dari beban mati 40 ton dan beban hid up 10 ton, serta mom en lemur sebesar 10
ton.m(D) dan 10 ton.m (L) serta 30 ton.m (beban angin). Struktur tersebut adalah bagian
dari portal dengan pengaku (tak bergoyang). Asumsikan mom en lemur menimbulkan
kelengkungan tunggal pada struktur (mutu baja BJ 37).
262 BAB 11 BALOK-KOLOM
r
4m
L
JAWAB:
a. Menghitung beban terfaktor
Kombinasi 1, be ban gravitasi:
Nu = 1,2ND + 1,6NL = 1,2(40) + 1,6(10) = 64 ton
Mu = 1,2MD + 1,6ML = 1,2(10) + 1,6(10) = 28 ton/m
b. Aksi kolom
Menghitung rasio kelangsingan maksimum:
A k-L 1,0x400 = ,
45 2488
ry 8,84
Ac 1 k-L ffy
= - . - . - =-X 45,2488 X
n ry E n
1 240
200000
= 0,4987
1,43 1,43
OJ - - - - - - = 1,1296
1,6-0,67 Ac 1,6- (0,67 X 0,4987)
Nn =Ag f cr =Ag(jjm)
y = 17390(240/1,1296) = 369,476 ton
43
= 0,1369 < 0,2 Gunakan persamaan 11.36
0,85 X 369,476
a
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 263
c. Aksi balok
Periksa apakah WF 350.350.12.19 kompak atau tidak:
bf 350 170
- = - - = 9,2105 <A = - - = 10,97
2·t
1
2x 19 P .[1;
= 0,1411 > 0,125
0,9X24 0X17390
d. Perbesaran momen
Perhitungan rasio kelangsingan terhadap sumbu lemur:
k·L 1,0x400 = 26 ,3158
rx 15,2
cm = 1,0 (untuk mom en konstan)
_N_u_+ _M_
ux_ ~ 1,0
2·¢·Nn ¢b ·Mnx
53 43,473
------+ = 0,8917 < 1,0
2x0,85x369,476 0,9x59,836
• CONTOH 11.5:
Pilihlah profil WF yang seekonomis mungkin untuk memikul gaya aksial tekan s.;::,: . .
10 ton (D) dan 30 ton (L) yang bekerja dengan eksentrisitas sebesar 5 em sepeni : _. . .:
gambar. Struktur tersebut adalah bagian dari portal dengan pengaku (tak bergoyans _
asumsikan batang memiliki kelengkungan tunggal. (Mutu baja BJ 37)
JAWAB:
Coba menggunakan profil WF 350.175.7.11
a. Aksi kolom
Rasio kelangsingan maksimum:
k·L = 1,0x400 = ,
101 266
ry 3,95
r
= 1,2(10) + 1,6(30) = 60 ton
Mntu = Pu.e
= 60(0,05) = 3 ton.m
L =4 m
LN
J~e=5cm
b. Aksi balok
Periksa rasio kelangsingan penampang:
170
bf =__!_Z_2__ = 7 95 ll =
2·tf 2 X 11 '
<
P .J7: = 10'97
~ 60.10
4
1
= .!!._ = 350 - 2 (1 ) = 46,857 < A- (penampang kompak)
tw 7 p
= 16,616 ton.m
¢b·Mn = 0,9(16,616) = 14,9544 ton.m
c. Perbesaran momen
Rasio kelangsingan dalam sumbu lentur:
k·L 1,0x400
= 27,211
rx 14,7
cm = 1,0
n 2 E·Ag TC
2
X 200000 X 6314
~I 2
= 1683,24 ton
(k·Lir) 27,211 2
em 1,0
= 1,037
ob
1-J:v Net
=
60
1683,24
• CONTOH 11.6:
Desainlah sebuah komponen struktur balok-kolom dari profil WF yang memikul beban
seperti tampak pada gambar. Beban aksial tekan P sebesar 20 ton(D) dan 40 ton(L). Beban
W dari sebuah crane adalah sebesar 2 ton(D) dan 15 ton(L). Gaya horizontal H sebesar 4
ton(L) timbul akibat pergerakan crane. Struktur dianggap merupakan bagian dari portal
tak bergoyang serta diberi sokongan lateral pada sumbu lemah tepat di tengah-tengah
bentang. (Mutu baja BJ 37)
266 BAB 11 BALOK-KOLOM
H/2- 0,05 W
0,25 m
I 2,5 m
1,25H- 0,125 W
H
I -t
f 2,5 m
I~
H/2 + 0,05 W
Diagram momen primer
N+W
JAWAB:
a. Menghitung beban terfaktor
Nu = 1,2ND + 1,6NL = 1,2(20) + 1,6(40) = 88 ton (pada bagian atas)
W: = 1,2WD + 1,6WL = 1,2(2) + 1,6(15) = 26,4 ton
Nu = 88 + 26,4 ton (pada bagian ba.·.•. ~ ·
Hu = 1,6(4) = 6,4 ton
Reaksi horizontal pada dasar kolom sebesar H/2 + 0,05 W, menimbulkan me:-·
maksimum:
Mntu= 2,5(H/2 + 0,05W) = 1,25H + 0,125W
= 1,25(6,4) + 0,125(26,4) = 11,3 ton.m
Coba menggunakan profil WF 350.250.9.14
b. Aksi kolom
kx .Lx = 1,0 X 500 = 34 ,246 ky.Ly = 1,0x250 =
6 41 ,67
rx 14,6
.A
c
= .l_.k.L.
n r
I!;= .l_x41,67x
~E n
240
200000
= 0,4593
1,43 1 3
OJ ,4 = 1,1066
1,6-0,67.Ac 1,6- (0,67 X 0,4593)
c. Aksi balok
Periksa kelangsingan penampang:
bf 250 170
- = - - = 8,93 <A = - - = 10,97
2·t
1
2x14 P ..[1;
~ 114,4.10 4
..[1; 2 33 ¢bNy
A = 500 ( , _~] > 665
P - ..[1;
~ (2,33
665
At = - 0,522) = 58,35 > = 42,925
v240 ..[1;
= ..!!_ = 350-2(14) = 35,77 <A (penampang kompak)
tw 9 p
d. Perbesaran momen
Rasio kelangsingan terhadap sumbu lemur:
kx ·Lx 1,0 X 500 = 34 ,246
rx 14,6
2 2
N = 7r E·Ag _ n x 200000x 10150 = 1709, 72 ton
el 2 - 2
(k·Lir) 34,246
8b ~ 0 9866
' = 1,05733
_Nu 114,4
1
Net 1709,72
e. Periksa terhadap persamaan 11.3 5
Mux = 8b.Mntu = 1,05733(11,3) = 11,95 ton.m
0,6114 + ~( 1 95
1,
9 29,376
) = 0,973 < 1,0
• CONTOH 11.7:
Periksalah kekuatan profil WF 250.125.6.9 (BJ 37) yang digunakan untuk memikul beban
seperti pada gambar berikut ini. Diketahui pula besarnya beban tekan aksial adalah sebesar
268 BAB 11 BALOK-KOLOM
2 ton(D) dan 8 ton(L) serta beban merata sebesar 0,15 ton/m (D) dan 0,3 ton/m '~
yang mengakibatkan lentur terhadap sumbu lemah profil.
t+t-y
X
I
~~11~111111111 111111111111111~~
I
I. 3 m .I
JAWAB:
a. Menghitung beban terfaktor:
Nu = 1,2ND + 1,6NL = 1,2(2) + 1,6(8) = 15,2 ton
qu = 1,2qD + 1,6qL = 1,2(0,15 + 0,0296) + 1,6(0,3) = 0,69552 ton/m
(tambahan beban mati sebesar 0,0296 ton/m berasal dari berat sendiri profil)
M ntu = _!_.qu -L 2 = _!_(0,69552)(3) 2 = 0,78246 ton.m
8 8
b. Aksi kolom
Dalam contoh ini tekuk dan lentur terjadi pada bidang yang sama
k·L=1,0X300 = ,
107 53
ry 2,79
c. Aksi balok
Karena lentur terjadi pada sumbu lemah, maka tidak terjadi tekuk torsi lateral c.:_·
tekuk lokal web. Sedangkan kelangsingan flens diperiksa sebagai berikut:
170
A = bl = 12 5 = 6,94 < AP = = 10,97
2·tr 2x9 ff,
penampang kompak, sehingga Mn = MP
Mn = Z!,
y y = 72400(240) = 1,7376 ton.m
f/Jb-Mn = 0,9(1,7376) = 1,56384 ton.m
d. Perbesaran momen
k -L
Rasio kelangsingan dalam sumbu lentur _2'____L = 107,53
ry
2
N E-Ag _ rc 2 X 200000 X 3766 = 64,343 ton
= TC
el 2 - 2
(k-Lir) 107,53
Nilai Cm diperoleh dari Gambar 11.6
0
cm = 1
8b ~ 1,0
= 1,31
1- Nu 1-_!22_
Nel 64,343
0,347 + ~( 1 025
'
9 1,56384
J= 0,93 < 1,0
Jadi, profil WF 250.125.6.9 mencukupi untuk memikul beban-beban tersebut .
• CONTOH 11.8:
Pilihlah profil WF yang dapat digunakan sebagai elemen kolom dalam struktur portal
berikut ini. Portal dihubungkan dengan bresing, sehingga dapat diasumsikan portal ter-
sebut sebagai sistem struktur tak bergoyang. Dari hasil perhitungan analisa struktur di-
dapatkan gaya aksial terfaktor yang bekerja pada kolom tersebut adalah sebesar 70 ton dan
momen terfaktor pada ujung atas Mntu2 = 30 ton.m serta momen terfaktor pada ujung
bawah Mntul = 15 ton.m. Gunakan mutu baja BJ 37.
3/ 30 ton.m
N N
JAWAB:
Coba gunakan profil WF 500.12.10.16, asumsikan kx = 0,7
a. Aksi kolom
Nu = 70
= 0,3948 > 0,2 Gunakan persamaan 11.35
0,85 X 208,58
b. Aksi balok
Periksa kelangsingan penampang:
170
bf = 200 = 6,25 <A = = 10,97
2·tr 2x16 P .J7:
~=
4
70·10
= 0,284 > 0,125
(h ·NY 0,9 X 240 X 11420
Mmax = M
MA = 0,8125M
M8 = 0,625M
Me = 0,4375M
M/2
12,5xM
(25M)+( 3 x 0,8125M)+ (4 x 0,625M) + (3 x0,4375M)
= 1,43
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA .. . 271
M. = c,.[M,+(Mr-M,lf'_=-~] MP <
6 68 3
= 1,43·[32,47+(50,31264-32,47) ' - ]
6,68-2,19
= 67,34 ton.m
Karena M n tidak boleh lebih dari Mp, maka M n = Mp = 50,31264 ton.m
¢b·Mnx = 0,9(50,31264) = 45,281 ton.m
c. Perbesaran momen
k·L k ·L
Dalam sumbu lentur: - =~ = 20,488
r rx
2 2
n E·Ag _ n x200000xll420 = 5374,6 ton
(k.Lir) 2 - 20,4882
C
m
= 0,6 - 0,4· M 1
M2
= 0,6 - 0,4· (.!2) =
30
0,4
~ 0,4
- - - - = 0, 05 < 1,0
4
1- Nu 1-~
Nel 5374,6
Ambil 8b = 1,0
_u_+-
N __8(
M ux_) < 1 0
¢·Nn 9 ¢b·Mnx - '
8(
0,3948 + - -30- ) = 0,9837 < 1,0
9 45,281
Jadi, profil WF 500.12.10.16 dapat digunakan sebagai kolom dalam struktur ter-
sebut .
• CONTOH 11.9:
Ulangi kembali conroh 11.7, namun dengan menganggap bahwa portal adalah portal
bergoyang. Beban aksial terfaktor 70 ton dan momen terfaktor hasil analisa portal tanpa
goyangan adalah sebesar Mntu = 4,5 ton.m dan 2 ton.m unruk kolom bagian atas dan
bawah. Sedangkan hasil analisa portal bergoyang adalah M 1tu = 25 ton.m untuk kolom
bagian atas dan bawah.
JAWAB:
a. Aksi kolom
GA = 1,0 (jepit)
119
GB 3!/6 = 0 ,22
Dari nomogram untuk portal bergoyang, diperoleh kx = 1,2
272 BAB 11 BALOK-KOLOM
Sarna seperti contoh 11.7, tekuk terjadi pada surnbu lernah, sehingga:
¢Nn = 177,293 ton
NJ¢Nn = 0,3948
b. Aksi balok
Sarna dengan perhitungan dalarn contoh 11.7:
¢b"Mnx = 45,281 ton.rn
c. Perbesaran rnornen
8b = 1,0 (sarna seperti contoh 11.7)
Mencari 8:s
2 2
N = n E·Ag _ n x200000x11420 = 1829 ton
el 2 - 2
(k·Lir) 35,12
Dalarn contoh ini, dua buah kolorn rnerniliki ukuran yang sarna dan rnernikul be~~
yang sarna pula, sehingga:
L ~~ = 2(1829) = 3658 ton
L Nu = 2(70) = 140 ton
1 1
85 = 1,0398
1- LNU 1- 140
LNet 3658
• CONTOH 11.10:
Periksalah kecukupan profil WF 400.200.8.13 untuk rnernikul beban-beban seperti pad~
garnbar berikut. Gunakan rnutu baja BJ 55.
JAWAB:
a. Aksi kolorn
Nu=130ton Nu=130ton
Nu = 130 ton
b.:..:-
Ac = l_,k·L. 1.1; =l_x49,56x 410 = 0,714
1C r V E 1C 200000
1,43 1 3
(J) ,4 = 1,275
1,6-0,67·Ac 1,6- (0,67 X 0,714)
b. Aksi balok
Periksa kelangsingan penampang:
Mencari M nx:
Karena ~p (= 1,764 m) < L (=2,25 m) < Lr (=4,427 m), maka Mn harus diinterr-
antara M p dan M.r
MP = Z X i,J = 1285,95·103 (410) = 52,72 ton.m
Mr = S)J;- fJ = 1190·103 (410 - 70) = 40,46 ton.m
12,5Mmax
2,5Mmax +3M A+4MB+3Mc
12,5x5 = 1,25
(2,5 X 5) + (3 X 4,375) + (4 X 3,75) + (3 X 3,125)
4 27 2 25
= 1,25·[40,46+(52,72-40,46) ,4 - ' ]
4,427-1,764
c. Perbesaran momen
Sumbu- x:
k ·L
~ = 26,78
rx
Sumbu -y:
k ·L
__1____!_ = 4 9' 56
ry
0
M uy = 8bry ·Mnyu
t = 1,0(1 ,8) = 1,8 ton.m
0,5654 + - - - 8(
5 +1,8-
9 47,448 9,81
J = 0,822 < 1,0
• CONTOH 11.11:
Suatu struktur rangka atap seperti pada gambar memikul gording-gording pada sisi atas.
Beban terfaktor dari gording ditunjukkan pada gambar. Desainlah batang-batang atas un-
tuk struktur rangka atap tersebut!
~ 15@ 1 ton ~
0,5 ton 0,5 ton
Im
8 ton 8 ton
,...,,._ _ _ _ 8@ 3m _ _ __..~
JAWAB:
Pada masing-masing batang atas timbul fixed end moment.
PxL 1x3
Jvf = M = -8- -8- = 0,375 ton.m
lltu
0,375 ton.m
I I
~ ~:1:==============~1§
! ) 0,375 ton.m
I I
Jika reaksi-reaksi yang timbul akibat pembebanan di tengah batang tersebut ditar._: _
kan pada beban-beban yang bekerja pada joint, maka diperoleh konfigurasi pembe~ _:_-
sebagai berikut:
c: c: c: c: c: c: c: c: c:
.9 .9 .9 .9 .9 .9 .9 .9 .9
N N NN N N N
Gaya tekan aksial maksimum akan terjadi pada batang DE dan besarnya gaya !:-.:-.
akan dicari dengan menggunakan cara Ritter
c: c: c: c: L M1 = 0
.9 .9 .9 .9
N N N 9·(8 - 1) - 2(6 + 3) + FD£·1,2 = 0
8 ton
Ac -1 .k·L ~y
1
- . - =-X82,1917X
240
= 0,9059
7r r E 7r 200000
1,43 1,43 = 1,44
OJ
1,6- 0,67·Ac 1,6- (0,67 X 0,9059)
b. Aksi balok
300 170
!L_= = 10 <A = = 10,97
2·tI 2 X 15 P ff,
3
!!__ =
400 2 13
- ( ) = 46,75 < A= ~ = 21,624
tw 8 r \j Jy
Penampang kompak. Karena lentur terjadi pada sumbu lemah profil, maka
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap tekuk torsi lateral.
Mn .+ = 115,60.10 3 (240) = 2,7744 ton.m
= M p = Z x'.ly
SOAL-SOAL LATIHAN 277
= 1,5.+.5
Jy = 1,5(240)(63.-·10 5 ) = 2,2932
X
ton.m
= 0,9(2,2932) = 2,06388 ton.m
c. Perbesaran momen
k·L
- = 82,1917
rx
n 2 E·Ag n 2 X 200000 X 5989 = 175,137 ton
~~
(k·Lir)
2
82,1917 2
cm = 0,85
t:.:..· 8b ~ 0,85
= 1,0814
1- Nu 37,5
1-
Nel 175,137
SOAL-SOAL LATIHAN
P.11.1 - P.11. 3
Periksalah apakah komponen struktur balok kolom dalam gambar berikut memenuhi
persamaan interaksi balok kolom dengan mengabaikan faktor perbesaran momen. Gaya
aksial dan momen yang tercantum dalam gambar merupakan beban-beban terfaktor dan
lentur terjadi dalam arah sumbu kuat.
_l_
WF 350.350.12.19
(BJ 41)
kx = ky = 1,0
T
_l_
4m
WF 250.250.9.14
(BJ 37)
kx = ky = 1,0
1200 kN 600 kN
~130kN.m ,~
+ ~ M,,,_x : 200 kN.m
Mntuy- 20 kN.m
T4.75 m
WF 300.300.10.15
(BJ 37)
T4.75 m
WF 400.200.8.13
(BJ 41)
lentur terjadi dalam
_L lentur terjadi dalam
arah sumbu kuat _L arah sumbu kuat
~130kN.m "'- +
~ Mntuy-
Mntu . x : 200 kN.m
20 kN.m P.11
1200 kN 600 kN
P.11.6 Profil WF 250.250.9.14 dari baja BJ 41 dibebani seperti pada gambar. Lentur tc~
terhadap sumbu kuat profil, asumsikan kx = kv = 1,0. Pengekang lateral hanya diber: ·
pada kedua ujungnya, dan komponen struktur. tersebut merupakan bagian dari pon,:.: ·
bergoyang. Berapakah beban aksial terfaktor maksimum, Nu, yang dapat bekerja ~ __
komponen struktur balok-kolom tersebut?
P.1
t
Gambar P.ll.G
•
SOAL-SOAL LATIHAN 279
Lemur terjadi dalam arah sumbu kuat dan semua momen lemur yang terjadi meng-
akibatkan lemur dengan kelengkungan ganda. Diperoleh juga data:
"L Ne 2 = 240000 kN "L N u = 36000 kN
Gunakan kx = 1,0 (kasus tanpa goyangan), kx = 1,7 (untuk kasus bergoyang) dan ky =
1,0. Periksalah apakah komponen struktur balok-kolom ini memenuhi persamaan imeraksi
sesuai SNI 03-1729-2002?
P.11.8 Pilihlah profil WF yang ekonomis umuk digunakan dalam komponen struktur balok-
kolom berikut ini (mutu baja BJ 37). Lemur terjadi dalam arah sumbu kuat dan pengekang
lateral diberikan pada titik A, B dan C. Asumsikan kX = ky = 1,0.
50 kN/m
200 kN
... {IIIII!IIIII~IIIIIIIIIIII.J.,. 200 kN
[!,.-~-
ll :_
r..:-..: 1,5 m 1,5 m
Gambar P.ll.8
P.11.9 Suatu struktur rangka kuda-kuda memikul beban-beban dari gording seperti pada gambar
berikut. Desainlah batang-batang atas dari rangka tersebut, gunakan mutu baja BJ 37!
2,75 m
1--~~~~~~~
8@ 2m= 16m
Gambar P.ll.9
12
Komponen Struktur
Komposit
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Memahami perilaku beton dan baja yang digabungkan menjadi suatu komponen
struktur komposit menggunakan penghubung geser
• Melakukan proses analisis dan desain suatu balok atau kolom komposit
Pokok-pokok Pembahasan Bah
1.1 Struktur Komposit
1.2 Tegangan Elastis dalam Balok Komposit
1.3 Lebar Efektif Balok Komposit
1.4 Sistem Pelaksanaan Komponen Struktur Komposit
1.5 Kuat Lemur Nominal
1.6 Penghubung Geser
1. 7 Balok Komposit pada Daerah Mom en Negatif
1.8 Lendutan
1. 9 Dek Baja Gelombang
1.10 Kolom Komposit
(b)
(a)
(c)
Gambar 12.1 (a) Lantai Jembatan Komposit dengan Penghubung Geser, (b) Balok Baja yang Diselubungi Beton,
(c) Lantai Komposit Gedung dengan Penghubung Geser
Pada awal tahun 1960 mulai dikembangkan pula penggunaan komponen struktur
:n
komposit untuk bangunan gedung yang menganut pada spesifikasi yang dikeluarkan oleh
AISC (American Institute of Steel Construction) pada tahun 1952. Komponen struktur
komposit yang digunakan dapat berupa balok baja yang diselubungi dengan beton (Gam-
bar 12.l.b) atau berupa balok baja yang menopang pelat beton tanpa penghubung geser
(Gambar 12.1.c). Namun sekarang struktur balok baja yang diselubungi dengan beton
sudah jarang digunakan, dan hampir seluruh struktur komposit untuk bangunan gedung
mempunyai penampang seperti pada Gambar 12.l.c.
Perilaku komposit hanya akan terjadi jika potensi terjadinya slip antara kedua material
ini dapat dicegah. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hal ini dapat teratasi jika gaya geser
horizontal pada kedua permukaan baja dan beton dapat ditahan dengan menggunakan
penghubung geser. Tipe-tipe penghubung geser yang sering digunakan dapat berupa stud,
baja tulangan spiral, atau profil kanal kecil yang pendek. Penghubung geser ini selanjutnya
dihubungkan pada bagian flens atas balok dengan jarak tertentu dan akan memberikan
sambungan secara mekanik melalui mekanisme pengangkuran dalam beton yang telah
mengeras. Penghubung geser tipe stud paling banyak digunakan, dan lebih dari satu buah
stud dapat dipasangkan pada tiap lokasi, jika lebar flens memungkinkannya. Di samping
itu pemasangan stud juga relatif lebih mudah dan han:;a membutuhkan tenaga kerja dalam
am.:. jumlah yang sedikit.
Sejumlah penghubung geser diperlukan umuk membuat sebuah balok dapat berfungsi
Pac"' komposit secara penuh. Namun terkadang jumlah penghubung geser dapat dipasang lebih
yar~~ sedikit daripada yang diperlukan untuk menimbulkan perilaku komposit penuh, hal ini
Inr:~ akan mengakibatkan terjadinya slip antara baja dan beton; balok seperti ini dikatakan
JUr:~ mengalami aksi komposit parsial.
>alo,. Seiring dengan perkembangan teknologi. mulai ditemukan pula pelat baja gelombang
tl)JC yang digunakan dalam pembuatan srruktur pdat komposit dan terbuat dari bahan yang
)051: mempunyai tegangan tarik tinggi 5erta dilJ.pi~i b.1h.m anti karat. Pelat baja gelombang ini
Je5.=.~ mempunyai dua macam fungsi yaitu sebJ.~J.i Seki,ring tetap dan sebagai penulangan positif
)051: satu arah pada lantai beton bangunan ~edu.n:; beningkat. Arah gelombang (rib) dari pelat
1am- baja ini dapat diletakkan dalam arah rep~ ~:..:::-'..1" J.tau sejajar terhadap balok. Namun pada
ITO
Jem-
:mtJ.:
1atar:
ngar.
urur
lapar
Gambar 12.2 Pelat Lantai Komposir dense.:- -
282 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
sistem pelat lantai komposit, umumnya arah rib diletakkan tegak lurus terhadap b.:_
lantai dan sejajar dengan arah balok induk. Gambar 12.2 memperlihatkan sistem ;:-:
lantai yang menggunakan pelat baja gelombang dengan arah rib tegak lurus terh~..: _·
sumbu balok.
Pembahasan awal dalam bab ini akan difokuskan pada komponen struktur kom::-
biasa dengan penghubung geser (Gambar 12.1.c) dan akan dilanjutkan dengan pembar..:. _
mengenai pelat lantai komposit dengan menggunakan pelat baja gelombang.
Dengan menggunakan kontruksi komposit dalam desain suatu komponen sm..:,_-_
ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut:
a. dapat mereduksi berat profil baja yang dipakai
b. tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi
c. meningkatkan kekakuan lantai
d. dapat menambah panjang bentang layan
Reduksi berat sekitar 20-30% dapat diperoleh dengan memanfaatkan perilaku si-~:
komposit penuh. Dengan adanya reduksi berat ini maka secara langsung juga dapat me:-.::_
rangi tinggi profil baja yang dipakai. Berkurangnya tinggi profil baja yang dipakai -=--·
mengakibatkan berkurangnya tinggi bangunan secara keseluruhan, dan membawa darr. : :- _
pula berupa penghematan material bangunan, terutama untuk dinding luar dan tanF~-
Kekakuan dari pelat lantai komposit pada dasarnya lebih besar daripada kekak __
pelat beton dan balok baja yang beraksi non komposit. Secara normal pelat beton :::-:-
perilaku sebagai pelat satu arah yang membentang di antara balok-balok penopang. D-=..~ --
desain komposit, momen inersia balok akan bertambah sehingga kekakuan pelat lantai -=---·--
meningkat. Meningkatnya kekakuan ini akan memberikan beberapa keuntungan d-=..."-
pelaksanaan konstruksi, antara lain bahwa lendutan akibat beban hidup akan berkur-=.:- ~
dan penggunaan perancah selama proses konstruksi struktur komposit akan mampu rr.:-
gurangi lendutan akibat beban mati. Di samping itu dengan menggunakan asumsi de'
komposit, maka kapasitas penampang dalam menahan beban akan jauh lebih besar c~
pada kapasitas pelat beton atau profil baja yang bekerja sendiri-sendiri. Namun d-=.. ~ --
daerah momen negatif, kekakuan dari sistem komposit harus dihitung kembali ka~~
dalam daerah ini beton (yang mengalami tarik) harus diabaikan. Dalam daerah mo~-- _-
negatif biasanya harus disediakan tulangan tekan pada pelat beton.
(a) (b)
Gambar 12.3 (a) Diagram Regangan Balok Komposit, (b) Diagram Tegangan pada Balok Komposit dengan
Penampang Tertransformasi
diagram regangan akan mempunyai bentuk seperti pada gambar tersebut. Hal ini sesuai
dengan teori lendutan kecil, yang menyatakan bahwa penampang melintang akan tetap
datar sebelum atau sesudah terjadi lentur. Namun, distribusi tegangan linear seperti dalam
gambar hanya tepat untuk balok yang homogen. Hubungan antara tegangan dan regangan
baja dan beton dapat dinyatakan sebagai:
£c = £s atau fc = J: 12.2
L.-
•;:: I' -
E I' - nl'
atau ls
_s
Ec J c 'lc
12.3
dengan:
Ec = modulus elastisitas beton
n = EsIEc = rasio modulus
12.5
2.1
12.6
dengan:
tor. M adalah momen lemur yang harus dipikul
lill- I tr adalah momen inersia terhadap sumbu netral
gan adalah jarak dari sumbu netral ke serat atas profil baja
.aL adalah jarak dari sumbu netral ke serat bawah profil baja
284 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
Tegangan yang terjadi pada serat atas beton dihitung berdasarkan persamaan
r
Jc =
M·y
~J~
12.-
n· tr
Prosedur ini hanya tepat untuk momen lentur positif, dengan serat atas penamp~::-;
komposit berada dalam tekan, sedangkan untuk momen lemur positif akan mengakibarL-
beton berada dalam kondisi tarik, padahal tegangan tarik beton sangat kecil sehingga riC._;_.
dapat menahan tegangan tarik yang terjadi.
balok eksterior
• CONTOH 12.1:
Hitunglah momen inersia (1) dan modulus tampang (5) untuk penampang komposir
berikut ini, jika diketahui mutu beton untuk pelat adalah f 1c = 25 MPa.
gurnJTTIIIIIIIIIJ~di
L=6m
WF 300.300.10.15
12.3 LEBAR EFEKTIF BALOK KOMPOSIT 285
JAWAB:
Lebar efektif pelat beton diambil nilai rerkecil dari:
I.: -
bE = L/4 = 600/4 = 150 em } b _ _
bE = b = 300 em E -
1)O em
l_:o- 0
Menentukan nilai n:
Eb eron = 4700-.J~'
J c
1
= 4700-.J25 = 23500 MPa
Eb ap. = 200000 MPa
n = EbaJa = 200000 = 8, 51 : : :; 8
Ebeton 23500
Pelat beton ditransformasi ke penampang baja, sehingga:
bE = .!2Q = 18,75 em
n 8
Menentukan letak garis netral:
1: 344,8 4584,6
L
v 18,75
n
T 30
-----------+--
T
13,2964
1
28,7036
_L
- = LA·y = j 584 '6 =13 2964 em
y LA 344,8 '
y(em) d (em)
5757550754
ssa = s.baF atas = 44411,8386 em 3
1,2964
• CONTOH 12.2:
Hitunglah tegangan-tegangan dari balok komposit dalam gambar berikut, jika diker.:..__- _
mutu beton f 1c = 20 MPa dan Ebaja = 200000 MPa dan momen lentur yang bek::· .
sebesar 150 kNm.
i
I
I
!
WF 300.150.6,5.9
I
I
I
-l JAWAB:
Meneari lebar efektif:
~ 0 = 2,5 4o = 2,5 ~
Eb ap
. = 200000 MPa
n = EbaJa = 200000 = 9 ,52 ::::: 9
E beton 21 000
pelat beton ditransformasi ke penampang baja, sehingga:
bE = 225 = 25 em
n 9
Ya = Y- t = 8,1525 - 10
=- 1,8475 em
yb = t + d- y
= 10 + 30-8,1525
= 31,8475 em
296,78 2419,5
12.3 LEBAR EFEKTIF BALOK KOMPOSIT 287
~ A.y 2419 5
y-_L... '-815
- - - -- - - - - , ~)
1 - em (diukur dari bagian atas pelat)
LA 296,78
(bagian atas baja terletak di bawah sumbu netral, sehingga ha adalah tegangan tarik)
Tegangan pada serat bawah baja:
6
I" M X Yb = 150 X10 X318,475 = 190 ,66 MPa (tarik)
Jili I tr 25055,818X10 4
Jika beton diasumsikan tidak memikul tegangan tarik, beton di bawah sumbu netral
r
harus diabaikan. Perhitungan sumbu netral diulangi lagi sebagai berikut:
25 em
A y A.y
Beton 25.j! y/2 12,5.)2
30 em Profil 46,78 25 1169,5
y= LA = 25y + 46,78
j!(25·j! + 46,78) = 12,5-j!2 + 1169,5
25j! 2 + 46,78 = 12,5-j!2 + 1169,5
12,5·) 2 + 46,78 - 1169,5 = 0
y = 7,98 em
150x10 6 x79,8
- - - - - - - = 5,32 MPa (tekan)
9 x24995,996x 10 4
Perhedaan hasil analisis pertama dan kedua tidak terlalu hesar, sehingga dalam pr.-:.~:
teknya perhitungan kemhali letak sumhu netral tidak terlalu perlu dilakukan.
• CONTOH 12.3:
Diketahui suatu penampang komposit dengan jarak antar halok 2,5 m. Mutu heton yang
digunakan adalah f 1c = 20 MPa dan mutu haja BJ 41. Behan hid up yang hekerja sehe-
sar 500 kg/ m 2 . Hitunglah tegangan-tegangan yang terjadi pada penampang untuk sistem
pelaksanaan tanpa perancah (unshored) dan untuk sistem pelaksanaan dengan perancah
(shored)!
~:mmlllllllllll;i ,-----------, ~
12 em
!1111 6 m ..,,
WF 450.200.9.14
L2.5 m __J
0
JAWAB:
Menentukan lebar efektif, bE, diambil nilai terkeeil dari:
bE = L/4 = 600/4 = 150 em } b
E = 150 em
bE = b = 250 em
0
Menentukan nilai n:
Ebeton = 4700~f1 c = 4700~20 = 21000 MPa
Eb ap
. = 200000 MPa
n
E baja = 200000 ""'
9
E beton 21 000
b
lebar efektif ekivalen = _g_ = -150 = 16,67 em
n 9
Menentukan letak garis netral:
·a
H
·a
1·116,67
T
T45
------------~
15,29
41,71
n
1 _l
h _ L,A·y 4538,46
= 15,29 em
y = L,A = 296,80
2
I tr = 33500 + 96,76(34,5 - 15.291 2 + _!_ (16,67)(12) 3 + 200,04(15,29 - 6)
12
4
= 88871,524 em
ssa 88871524
= 27012.62 -::m~
15,29-12
290 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
Tahap 1: pelat beton belum mengeras, beban seluruhnya dipikul oleh profil baja
1
M max = -(921)(6) 2 = 4144,5 kg.m = 4,1445 ton.m = 4,1445.10 7 Nmm
8
7
Mmax __ 4,1445X10
- - - - = 27,815 MPa
s~
3
1490x10
= ha = 27,815 MPa
Tahap II: beton sudah mengeras, beban hidup 500 kg/m 2 dipikul oleh penampang komposir.
Beban hidup yang harus dipikul = 500(2,5) = 1250 kg/m
M max = 2_(1250)(6) 2 = 5625 kg.m = 5,625.10 7 Nmm
8
Tambahan tegangan yang terjadi:
7
Mmax = 5,625X10
=- 1,075 MPa
9 X 5812,39 X10 1
5,625 X10 7
- - - - - = - 2,08 MPa
27012,62 X10 3
5,625 X10 7
----3
= 26,39 MPa
2130,7X10
llllllllllllllll!llllllllllllllll2,.
t M+
3m
= JL .ql2
1 3m
r
128
7
Pada M+: I' I' 0,58282x10 = 3 ,91 MPa
- lsa = Jsb = 1490X10 3
1,036125x10 7
Pada M: I' - I' -
l s a - - Jsb- 1490X10 3
= 6,95 MPa
M 10,805625 X10 7
______:__ _ _ _ = + 50,71 MPa
2130,7X10 3
! R = 3453,75 kg
))j.111111111111111111111111111111
~ q = 1250 kg/m
r=i
I 3/8 L I
BMD akibat R8
3885,47 5180,625
kg.m kg.m
h 1680
a. Untuk-:::;; - -
tw fJ;;
Mn kuat momen nominal yang dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis
pada penampang komposit
¢b = 0,85
As·Jy
b. Untuk
0,85·//·bE
Mn kuat momen nominal yang dihitung berdasarkan superpos1s1 tegangan-
tegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara (perancah)
¢b = 0,90
Kuat lentur nominal yang dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis, dapat
dikategorikan menjadi dua kasus sebagai berikut:
1. Sumbu netral plastis jatuh pada pelat beton
Dengan mengacu pada Gambar 12.5, maka besar gaya tekan C adalah:
T =Afv
s y
12.13
A·f
s y
a 12.14
0' 85· }~"·b
c E
__j
12.5 KUAT LENTUR NOMINAL 293
Iebar efektif bE -l
d - - titik berat
Jika dari hasil perhitungan persamaan 12.14 ternyata a > t5 , maka asumsi harus
diubah. Hasil ini menyatakan bahwa pelat beton tidak cukup kuat untuk
mengimbangi gaya tarik yang timbul pada profil baja.
2 cs = A·f-C
y 5 c 12.20
2
• CONTOH 12.4:
Hitunglah kuat lentur rencana dari komponen struktur balok komposit pada contoh 12 . ~
Asumsikan terdapat cukup penghubung geser sehingga balok dapat berperilaku seb~ ~
komponen struktur komposit penuh.
JAWAB:
Tentukan gaya tekan C dalam beton (gaya geser horizontal pada pertemuan antara bet·~ -
dan baja). Karena balok diasumsikan berperilaku sebagai komposit penuh, maka nilai
diambil dari nilai terkecil antara A s .fvy dan 0,85/'c -Ac :
A s fvy = 4678(240) = 1122720 N
-..j
.r
0,85.f'c
....------b-------..~
...4--- c 1a
T
Gaya tekan resultan C terletak pada jarak a/2 dari serat atas beton. Gaya tarik resultan
T terletak pada titik berat profil WF, lengan momen dari momen kopel C dan T adalah
sebesar:
y = d/2 + t- a/2 = (300/2) + 100 - (29,3521/2) = 235,32395 mm
• CONTOH 12.5:
Hitunglah kuat lemur nominal _\!_ c.:.r! ~~nampang komposit berikut:
Karena tebal pelat beton hanya 12 em, maka pelat beton tidak dapat mengimbangi gaya
tarik Asfr yang timbul pada baja, sehingga lokasi sumbu netral plastis akan jatuh pada
profil baja (kasus 2).
Cc = 0,85/'c.bE.ts = 0,85(20)(1500)(120) = 3060000 N
1
= As·f1 -0,85·j ,·bE·ts = (13440x240)-3060000 = 0 N
cs 8280
2 2
Tinggi blok tekan pada sayap profil baja dihitung sebagai berikut:
cs 82800
f =
= -b = 1,725 mm < tf (= 17 mm)
1x y 200X2 4 0
Lokasi titik berat dari bagian tarik profil baja diukur dari serat bawah profil adalah
= 3060000(367,9) + 82800(307)
= 1151193600 Nmm
Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh sejumlah
penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan.
296 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
Besarnya gaya geser horizontal yang harus dipikul oleh penghubung geser die.:_-
dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.6.2. Pasal ini menyatakan bahwa untuk aksi ko:-
posit di mana beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser horizontal total yz_:-
bekerja pada daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen positif maksimum dan morr_:-
Ji
nol yang berdekatan, harus diambil sebagai nilai terkecil dari : A 5 0,85f'c-Ac atau I.(_
Selanjutnya kita notasikan gaya geser horizontal ini dengan Vh.
Jika besarnya vh ditentukan oleh Asf; atau 0,85/ 'CAC, maka yang terjadi adi~
perilaku aksi komposit penuh, dan jumlah penghubung geser yang diperlukan antara ri:_.
momen nol dan momen maksimum adalah:
12 ..2_~
Dengan O.n adalah kuat geser nominal satu buah penghubung geser. Jenis penghubu:-:~
geser yang disyaratkan dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.6.1 adalah berupa jenis pa..~:_
berkepala (stud) dengan panjang dalam kondisi terpasang tidak kurang dari 4 kali di.:.-
meternya, atau berupa profil baja kanal hasil gilas panas.
Kuat nominal penghubung geser jenis paku yang ditanam di dalam pelat beton mas:~
ditentukan sesuai pasal 12.6.3, yaitu:
12.24
Dengan:
A sc adalah luas penampang penghubung geser jenis paku, mm 2
fu adalah tegangan putus penghubung geser jenis paku, MPa
O.n adalah kuat geser nominal untuk penghubung geser, N
Kuat nominal penghubung geser jenis kanal yang ditanam dalam pelat beton masit-_
diatur sesuai pasal 12.6.4, yaitu:
12.25
Dengan:
L c adalah panjang penghubung geser jenis kanal, mm
adalah tebal pelat sayap, mm
adalah tebal pelat badan, mm
Persamaan 12.23 memberikan jumlah penghubung geser antara titik dengan momen
nol dan momen maksimum, sehingga untuk sebuah balok yang tertumpu sederhana, di-
perlukan penghubung geser sejumlah 2·N1 yang harus diletakkan dengan jarak/spasi yang
sam a.
Persyaratan mengenai jarak antar penghubung geser diatur dalam SNI 03-1729-2002
pasal 12.6.6 yang antara lain mensyaratkan:
I. selimut lateral minimum = 25 mm, kecuali ada dek baja
2. diameter maksimum = 2,5 X tebal flens profil baja
3. jarak longitudinal minimum = 6 X diameter penghubung geser
4. jarak longitudinal maksimum = 8 X tebal pelat beton
5. jarak minimum dalam arah tegak lurus sumbu longitudinal = 4 X diameter
6. jika digunakan dek baja gelombang, jarak minimum penghubung geser dapat
diperkecil menjadi 4 X diameter
J
Jika jumlah penghubung geser ridak eukup banyak unruk meneegah terjadinya slip
anrara pelar beton dan balok baja, maka analisis harus didasarkan pada perilaku aksi
komposit parsial. Untuk komponen srrukrur komposit yang dianggap berperilaku sebagai
komposit parsial, maka momen inersia efekrif Ieff balok komposit harus dihirung sebagai
berikut:
= I s + (Itr - I)
s ~"LQn IC1 12.26
Dengan:
cr adalah gaya tekan pada pelat beton unruk kondisi komposit penuh, N
Is adalah mom en inersia penampang baja, mm 4
I tr adalah momen inersia penampang balok komposit penuh yang belum retak,
mm 4
I.~ adalah jumlah kekuatan penghubung geser di sepanjang daerah yang dibatasi
oleh momen positif dan momen nol, N
Rasio I.~/ Cr minimal adalah 0,25 agar ridak terjadi slip berlebihan pada balok.
• CONTOH 12.6:
Hitunglah jumlah penghubung geser yang diperlukan pada komponen struktur komposit
dalam eonroh 12.4!
JAWAB:
Data yang ada: WF 300.150.6,5.9 BJ37
f'c = 20 MPa
tebal pelat beton, t = 10 em
panjang benrang, L = 9 m
Gunakan stud connector Vz " X 5 em. Diameter maksimum stud yang diizinkan:
2,5·tr = 2,5(9) = 22,5 mm > Vz " ( = 12,7 mm)
vh 1122720
N= -Q = 4 1599
= 26,98 ~ 28 buah
n
Gunakan minimum 28 stud untuk Yz bentang balok, atau 56 buah untuk keselu::-_·.
bentang. Jika satu buah stud dipasang tiap penampang melintang, jarak anrar
adalah:
s = 9000/ = 320 mm
/56/2
Gunakan 58 buah stud dengan penempatan seperti pada gambar berikut ini:
~ 2 x (1/2" x 5 em stud)
/,;; ~
L.l.
2 em 28@ 32 em
.l. .I
2 em
• CONTOH 12.7:
Desainlah sebuah balok komposit interior pada denah lantai berikut. Asumsikan b~
selama konstruksi tidak digunakan perancah (unshored). Gunakan mutu baja BJ 3-. ·
= 20 MPa (n = 9) dan tebal pelat lantai adalah 10 em.
~-~-----~
8,5 m
J
• 7
JAWAB:
a. perhitungan beban
beban mati: pelat beton = 0,1 X2400 = 240 kg/m 2
bekisting 15 kg/m 2
mekanikal 20 kg/m 2
plafond 28 kg/m 2
partisi 9 5 kg/ mz
2
qD = 398 kg/ m
2
beban hidup qL = 400 kg/m
beban konstruksi: D = 255 kg/m (beton + bekisting)
2
L = 100 kg/m 2
b. desain terhadap beban konstruksi (aksi komposit belum bekerja, karena beton belum
mengeras)
qu = 2,25(1,2(255) + 1,6(100)) = 1048,5 kg/m
7
zperlu =~
xf
9,4693 X 10
- - - - = 438,39 cm 3
fl..
'f'b y 0,9x240
~=
4 4
5qL --)I = 5qr = 5x5,7375x8500 = 8258 ,7 cm4
384EJ x pcrlu 384 f[j 384 X 200000 X 23,61
2,270998 x 1ok
A s pcrlu- = 4240,89 mm 2 (untuk WF 350)
0,85(240)(175 + 87,5)
2,270998 X 1OR
A s perlu = = 3872,11 mm 2 (untuk WF 400)
0,85(240)(200 + 87,5)
300 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
Mn = A s fvy (!!___
2
+ t - !!__J
2
346 35]
= 5268(240) ( 2+100-2
= 323033760 Nmm
f/Jb·Mn = 0,85(323033760)
= 274578696 Nmm > M u (2,3247.10 8 Nmm) C•
(Mu direvisi setelah ditambahkan berat sendiri balok)
11
Gunakan stud V2 x 5 em, kuat geser 1 buah stud diambil dari nilai yang ter~:~
di antara:
.+
A sc:fu = 126,73(400) = 50692 N > 41599 N
Ambil ~ = 41599 N
Jumlah stud yang dibutuhkan:
Untuk keseluruhan bentang dipasang 64 buah stud, jika pada tiap penampang mt_ -
tang dipasang 2 buah stud, maka jarak antar stud adalah:
8500
s = -- = 274,2 mm :=:;, 27,5 em
31
smin = 6d = 7,62 em
smax = 8t = 80 em
-~J
12.6 PENGHUBUNG GESER 301
~=======================/~
.
-4-9 ~·
2 stud -" -5 em
l. .!.
2 em 36@ 23,5 em 2 em
• CONTOH 12.8:
Desainlah sebuah balok komposit interior dengan bentang 9 m dan jarak antar balok
2,4 m. Gunakan jumlah minimum stud % " - 7,5 em. Tebal pelat beton adalah 12 em.
Tidak digunakan peraneah selama konstruksi, dan mutu baja yang digunakan adalah BJ
41, f'c = 20 MPa, n = 9.
~~~ L= 9 m ~~
L2,4 m_j
JAWAB:
a. perhitungan beban
beban mati : pelat beton = 0,12(2400) 288 kg/m 2
bekisting 15 kg/m 2
mekanikal 20 kg/m 2
plafond 28 kg/m 2
partisi 100 kg/m2
qD 451 kg/m 2
beban hidup : qL = 400 kg/m 2
302 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
12723 48 104
zpcrlu ' X = 565488 mm 3 = 565,488 cm 3
0,9x250
5 X 7,272 X 9000 4
I = = 12424,9 cm 4
perlu 384 X 200000 X 25
Mu !.q
8
·L2 =
u
_!_(2834,88)(9) 2
8
= 28703,16 kgm
= 28703,16 · 10 4 Nmm
A s perlu
cp·f
y
·(!!___+t-t!__J
2 2
Untuk t = 120 mm & a= 25 mm ~ t- a/2 = 120- 25/2 = 107,5 mr·
28703,16 X 10 4 2
A5 = = 4687,3 mm (untuk WF 300)
perlu 0,85(240)(150+ 107,5)
28703,16 X 10 4
A5 = - - - - - - - - = 4781,37 mm 2 (untuk WF 350)
perlu 0,85(240)(175 + 107,5)
28703,16x10 4
A5 = = 3872,11 mm 2 (untuk WF 400)
perlu 0,85(240)(200+87,5)
bE = b~ = 2,: m }
Ambil bE = 2,25 m
I
12.6 PENGHUBUNG GESER 303
d. untuk mendapatkan jumlah m1mmum penghubung geser maka jarak antar peng-
hubung geser harus dibuat maksimal:
=8 X t peat
1 = 8(12) = 96 em
Karena L ~ < Tmax maka sumbu netral plastis jatuh pada penampang baja.
1578500- cf
611330 ~ cf = 305665 N
1 C 305665
letak sumbu netral plastis dari tepi atas fl.ens =-bf =
1x Y 250x175
= 6,986 mm
mn~
.....
_ _ _ l;Qn
sumbu netral
.......-..1..,---4~~::::::J • cr
plastis
I 133,84
Letak garis kerja T diukur dari tepi bawah fl.ens baja dihitung sebagai berikut
50,92 681,527
304 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
681,527
ji = = 13,384 em= 133,84 mm
50,92
f. menghitung kuat lentur nominal
untuk menghitung kuat lemur nominal, terlebih dahulu harus dihitung nilai a der.~'-
menyamakan I,~ dengan Cc = 0,85f'c-bE·a·
a L-Qn = 25,285 mm
0,85x20x2250
Tentukan momen internal terhadap titik kerja T
I- ~ : Mn 1 = I-~ (d - y + t5 - a/2)
= 967170(350 - 133,84 + 120 - (25,285/2))
= 312896420,5 Nmm
Cr : Mn 2 = C~d- y- (6,986/2))
= 175(6,986)(250)(350 - 133,84 - 3,493)
= 64999010,2 Nmm
Mn = Mnl + Mn 2 = 377895430,7 Nmm
¢b-Mn = 0,85X377895430,7
= 321211116,1 Nmm ~ 32,12 ton.m > Mu ( = 29,3056 ton.m)
Mu yang diperhitungkan adalah Mu setelah ditambahkan berat sendiri balok, ya:: _
Pada umumnya daerah mom en positif pada suatu struktur balok menerus dapat didesc: ~
sebagai suatu komponen struktur komposit, sedangkan daerah momen negatif lebih seri:-.~
didesain sebagai komponen struktur non komposit. Namun SNI 03-1729-2002 men~.
jinkan penggunaan sistem komposit ini pada daerah momen negatif. Pada pasal 12.4 ..: _:
dinyatakan bahwa penampang komposit dapat didesain untuk memikul momen negat:
sejauh hal-hal berikut dipenuhi:
1. balok baja mempunyai penampang kompak yang diberi pengaku memadai
2. pelat beton dan balok baja di daerah momen negatif harus disatukan dengc~
penghubung geser
3. tulangan pelat yang sejajar dengan balok baja di sepanjang daerah lebar efekc
pelat beton harus diangker dengan baik
Tulangan yang diletakkan sejajar dengan sumbu longitudinal balok baja, dan terlc-
tak pada pelat beton yang memiliki lebar efektif bE dapat digunakan sebagai bagian da~.
penampang komposit efektif. Hal ini dapat digunakan pada daerah momen positif maupu:-
negatif. Namun pada daerah momen positif, tulangan hanya memberikan kontribusi yan~
sedikit. Hal yang sebaliknya terjadi pada pelat beton, di daerah momen negatif pelat beto:-.
berada dalam keadaan tarik, padahal beton tidak memiliki kemampuan yang cukup dalar.~
menahan gaya tarik, sehingga pada daerah momen negatif pelat beton dapat diabaikan.
Jika tulangan yang dipasang pada pelat beton hendak diperhitungkan kontribusin:·.=.
pada penampang komposit, maka gaya yang timbul pada tulangan harus ditransfer ole!--.
penghubung geser. Kuat nominal yang timbul pada tulangan dapat dihitung sebesar:
I
12.7 BALOK KOMPOSIT PADA DAERAH ... 305
Dengan:
Asr adalah luas total tulangan longitudinal pada tumpuan interior yang terletak di
dalam lebar efektif Bens bE
A/ adalah luas total tulangan tekan, pada lokasi momen positif maksimum dan
terletak di dalam lebar efektif bE
J;r adalah tegangan leleh minimum dari tulangan longitudinal
• CONTOH 12.9:
Tentukan letak sumbu netral plastis dan hitung kuat lemur nominal Mn dari suatu balok
komposit yang memikul momen negatif. Profil WF 300x150x6,5x9 dengan mutu baja
BJ 37 serta tulangan berdiameter 16 mm if;r = 400 MPa).
JAWAB:
a. menentukan letak sumbu netral plastis
Akibat momen negatif pelat beton berada dalam kondisi tarik, sehingga pelat diabai-
kan dalam analisa. Tulangan memberikan kontribusi berupa tahanan tarik nominal
~r yang besarnya adalah:
Tsr =A sr X 1/ X 1t X
J:yr = 10( /4 162)(400) = 804247 N
4
Gaya tekan nominal maksimum dari profil WF 300 adalah sebesar:
Cmaks =As X f; = 4678(240) = 1122720 N
Karena Cmaks > ~r' sumbu netral plastis akan jatuh pada profil WF, dan kesetimban-
gan gaya dapat diekspresikan sebagai berikut:
~r + ~ = cmaks - ~
2~ = Cmaks- ~r = 1122720- 804247 = 318473 N
~ = 159236,5 N
Jika sumbu netral plastis jatuh di Bens, maka jarak sumbu netral plastis dari tepi atas
Bens adalah sebesar:
159236,5
- - - = 4,42 mm < tf (= 9 mm)
240x150
b. menghitung kuat lemur nominal, l'v/0 • Terlebih dahulu tentukan letak garis kerja gaya
Cs yang diukur dari bagian bawah profil.
40,15 504,265
504,265
y= = 12,56 em= 125.6 mm
40,15
306 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
12.8 LENDUTAN
Komponen struktur komposit memiliki momen inersia yang lebih besar daripada ko:-:--
ponen struktur non komposit, akibatnya lendutan pada komponen struktur kompo~ -
akan lebih keeil. Momen inersia dari komponen struktur komposit hanya dapat terea;:- .: _
setelah beton mengeras, sehingga lendutan yang diakibatkan oleh beban-beban yang bekc ~
sebelum beton mengeras, dihitung berdasarkan momen inersia dari profil baja saja.
Pada daerah momen positif, beton akan mengalami tekan seeara berkesinambung.:.-
yang akan mengakibatkan beton mengalami gejala rangkak (creep). Rangkak adalah saL-
sam bentuk deformasi struktur yang terjadi akibat beban tekan yang bekerja seeara ter_
menerus. Setelah deformasi awal tereapai, deformasi tambahan yang diakibatkan rangL_.
akan terjadi seeara perlahan dan dalam jangka waktu yang eukup lama. Lendutan jang~.:
panjang yang terjadi pada komponen struktur komposit dapat diperkirakan dengan cc.~.:
mengurangi luas pelat beton sehingga momen inersia akan mengeeil. Luasan pelat here:-
biasanya direduksi dengan eara membagi lebar pelat dengan angka 2n atau 3n, dengan
adalah rasio modulus.
Pada konstruksi tanpa peraneah (unshored), diperlukan sebanyak tiga buah mome
inersia yang berbeda untuk menentukan lendutan jangka panjang, yaitu:
1. 15 , momen inersia dari profil baja, yang digunakan untuk menghitung lendmc.:-
yang ditimbulkan oleh beban-beban yang bekerja sebelum beton mengeras
2. Itr' momen inersia dari penampang komposit yang dihitung berdasarkan leb.:.~
efektif b/ n, digunakan untuk menghitung lendutan yang ditimbulkan ole
beban hidup dan beban mati yang bekerja setelah beton mengeras
3. Itr' yang dihitung berdasarkan lebar efektif b/2n, untuk menentukan besar lec-
dutan jangka panjang yang disebabkan oleh beban mati yang bekerja setela~
beton mengeras
• CONTOH 12.10:
Tentukan lendutan pada saat konstruksi serta lendutan jangka panjang dari konstruL_
komposit dengan profil WF 300 X 150 X 6,5 X 9 dan data-data sebagai berikut:
Tebal pelat, t = 12 em
bE = 225 em
b0
= 2,5 m
f'c = 27,5 MPa
L = 6m
n =8
12.8 LENDUTAN 307
JAWAB:
Perhitungan beban:
Beban mati:
Pelat beton = 0,12(2400\r2.=\ -20 kg/m = 7,2 N/mm
Bekisting = 20(2,5) 50 kg/m = 0,5 N/mm
Mekanikal = 20(2,5) 50 kg/m = 0,5 N/mm
Plafond = 28(2,5) -o kg/m = 0,7 N/mm
Partisi = 100(2,5) 250 kg/m = 2,5 N/mm
B.s Profil 36,7 kg/m= 0,367 N/mm
Beban hidup = 400(2,5) = 1000 kg/m = 10 N/mm
nen
l
.tan
Ty
12 em
1
:bar
>leh -----1 30 em
len-
~lah
1ksi
1
Komponen A (cm 2 ) J' 1cm1 Axy I0 d I0 + A·d2
Pelat Beton 337,5 6 2025 4050 2,56 6261,84
-,-
WF 300 46,78 1263,06 7210 18,44 23116,77
3288,06
y= = 8,56 em
384,28
308 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
r-'14,0625 em
j_
12 em T
Tl
30 em
L
Komponen y (em) A X y d I 0 + A·d2
Pelat Beton 168,75 6 1012,5 2025 4,56 5533,lJ2
WF 300 46,78 27 1263,06 7210 16,44 19853,4
- = 227556 = 10,56 em
y 215,53
Lendutan jangka panjang akibat rangkak:
~
4
= 5·q·L4 5x(0,5+0,7+2,5)x6000 = 1,23 mm
5
384·E.Jtr 384x200000x25387,32·10 4
RANGKUMAN:
1. Lendutan pada saat konstruksi (aksi komposit belum bekerja):
~ 1 + ~ 2 = 8,85 + 0,58 = 9,43 mm
Jika gelombang pada dek baja dipasang tegak lurus terhadap balok penopangnya,
maka kuat nominal penghubung geser jenis paku harus direduksi dengan suatu faktor, r5
yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:
12.29
Dengan:
rs adalah faktor reduksi
~ adalah jumlah penghubung geser Jems paku pada setiap gelombang pada
potongan melintang balok baja
Hs adalah tinggi penghubung geser jenis paku ~ (hr + 75 mm)
hr adalah tinggi nominal gelombang dek baja
wr adalah lebar efektif gelombang dek baja
Jarak antar penghubung geser tersebut dalam arah longitudinal tidak boleh lebih dari
900 mm.
310 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
• CONTOH 12.11:
Konstruksi balok lantai yang digunakan bersama dengan dek baja gelombang (compodc-..:.
dan beton membentuk suatu struktur komposit. Gelombang dari compodeck diletaL~.c
tegak lurus balok. Panjang bentang balok adalah 10 m dan jarak antar balok 3 m (as • :
as). Tebal total pelat beton adalah 12 em. Mutu baja BJ 37, f'c = 20 MPa. Berat F;: _-
dan deck adalah 240 kg/m 2 , beban hidup 250 kg/m 2 , beban partisi 50 kg/m 2 . Tidak _:__:_
perancah selama konstruksi dan beban hidup konstruksi adalah 100 kg/m 2 • Desair::.:o.-
balok tersebut hitung pula kebutuhan penghubung geser yang diperlukan.
Data compodeck adalah sebagai berikut:
w, = 20 em
JAWAB:
a. Desain balok baja
Beban mati: Pelat beton + metal deck = 240(3) = 720 kg/m
Partisi = 50(3) = 150 kg/m
Beban hidup: 250(3) = 750 kg/m
qu = 1,2q0 + 1,6qL = 1,2(720 + 150) + 1,6(750) = 2244 kg/m
1 2 1 2 4
Mu -.q ·L = -x 2244 x 10 = 28050 kg.m = 28050·10 Nmm
8 u 8
= 4661 mm 2 = 46,61 cm 2
Dicoba menggunakan profil WF 400.200.8.13 (A 5 = 84,12 cm 2 )
Sebelum beton mengeras balok baja memikul:
Beban hidup pada saat konstruksi = 3 X 100 = 300 kg/m
Beban mati = 3(240 + 66) = 918 kg/m
qu = 1,2(918) + 1,6(300) = 1581,6 kg/m
Ec = 0,041·w1, 5 ff = 0,041(2400) 15
• -J20 = 21550 MPa
..r = 285(400)
Asclu = 114000 N > 93550 N
Sehingga untuk keseluruhan bentang dibutuhkan 44 buah stud agar terjadi ak'
komposit penuh. Jika tiap 2 gelombang dipasang 1 buah stud, maka jarak an:_:_~
stud adalah 2(200) = 400 mm, sehingga jumlah stud yang dipakai adalah seban:·_:_.
(10000/400) + 1 = 26 stud, atau 13 buah tiap Yz bentang.
L ~ = 13(93550) = 1216150 N
karena Asf; = 8412(240) = 2018880 N > L ~, maka ada bagian dari profil b~"
yang berada dalam tekan.
4,18 mm
1 ~4
T
'
I
1
T
151,4 mm
I
Keseimbangan gaya yang terjadi:
L~ + cr
Tmax- Cf
1216150 + cr = 2o18880- cr
2 x cr = 802730
cr = 401365 N
Letak sumbu netral plastis dihitung dari sebelah atas flens tekan adalah:
~ 401365
- - - - = 8 36 mm (< tf = 13 mm )
b1 xfY 200x240 '
Maka dari hitungan tersebut dapat dikatakan bahwa sumbu netral plastis jatuh pad~
flens tekan.
Letak garis kerja ~ diukur dari tepi bawah flens baja dihitung sebagai berikut:
Lengan, y(cm)
67,4 1020,59
12.9 DEK BAJA GELOMBANG 313
-
y = 1020,59 = 15,1 4 em
67,4
Besarnya a dihitung dari persamaan:
LQn 1216150
a = 28,61 mm
0,85x20x2500
Tentukan momen internal terhadap garis kerja ~:
I.~: Mn 1 = 'L~(d- 151,4 + t5 - a/2)
= 1216150(400- 151,4 + 120- 28.61/2)
= 430875864,3 Nmm
Cf : Mn 2 = C/d- 151,4- 4,18)
= 401365(400- 151,4- 4,18)
= 96423927,6 Nmm
Mn = Mnl Mn 2 = 52729979,19 Nmm
+
C/>b·Mn = 0,85(52729979,19)
= 448204823,1 Nmm = 44,82 ton.m > Mu ( = 31,02 ton.m)
Jadi dapat dipasang 26 buah stud %" - 10 em dengan jarak 400 mm (tiap 2
gelombang dek baja)
d. Kontrol lendutan
Sebelum beton mengeras
qD = 3(240 + 66) = 918 kg/m = 9,18 N/mm
4
L\ = 5x9,18x10000 =
25 ,22 mm
1
384 X 200000 X 23700.10 4
lendutan akibat beban hidup selama konstruksi
qL = 3 X 100 = 300 kg/m = 3 N/mm
~
4
= 5x3x10000 = 8,24 mm
2
384x200000x23700.10 4
setelah beton mengeras aksi komposit mulai bekerja, momen inersia penampang kom-
posit, /rr dihitung sebagai berikut:
27,77
1· ·1
.___C_~
I
40
___ } n = E s = 200000 = 9 28 "' 9
bE
n
Ec 21550
j
314 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
3372,205
ji= = 12,11 em
278,51
Karena struktur dianggap sebagai balok komposit parsial, maka momen inersia har-...,
direduksi sebagai berikut:
Jeff = Js + (Its- f) ~I,Qn/Cf
= 23700 + (72183,1 - 23700) ~1216150/2018880
4
= 61327,7 em
2500
}?____ = = 138,8 mm
2n 2x9
3031 9
- = ' = 16,72 em
y 181,28
= 52429,2 cm4
5 X 1,5 X 10000 4
L15 4
1,86 mm
384 X 200000 X 52429,2.10
Lendutan total yang terjadi:
L11 + L13 + L15 = 25,22 + 7,96 + 1,86
= 35,04 mm < = 41,6 mm OK
Tata cara perhitungan kuat ren-::J.r:J. kolom komposit diatur dalam SNI 03-1729-2002
pasal 12.3.2. Dalam pasal ini din::.;.:.:_k2r: b.:.h\\·a kuat rencana kolom komposit adalah:
Nu = C/Jc-Nn 12.30
Dengan:
C/Jc = 0,85
N
n
=A.+=/,~~_)
slcr
12.31
(/)
1 43
Untuk 0,25 < Ac < 1,2 maka (I)= - --'- - - 12.32.b
1,6-0,67·Ac
Untuk Ac?.. 1,2 maka m = 1,25·Ac2 12.32.c
Dengan:
= lyI' + C .1'. (
Ilyr
Ar) C
2
Ac)
A + J' .( A c
12.34
s s
Em = E+ c ·
3
E·( Ac
c As
) 12.35
KETERANGAN:
Ac adalah luas penampang beton, mm2
Ar adalah luas penampang tulangan longitudinal, mm 2
As adalah luas penampang profil baja, mm 2
E adalah modulus elastisitas baja, MPa
Ec adalah modulus elastisitas beton, MPa
Em adalah modulus elastisitas kolom komposit, MPa
fer adalah tegangan tekan kritis, MPa
fxmadalah tegangan leleh kolom komposit, MPa
fv adalah tegangan leleh profil baja, MPa
J
'c adalah kuat tekan karakteristik beton, MPa
kc adalah faktor panjang efektif kolom
L adalah panjang komponen struktur, mm
rm adalah jari-jari girasi kolom komposit
w adalah berat jenis beton, kg/m 3
Ac adalah parameter kelangsingan
<l>c adalah faktor reduksi beban aksial tekan
(I) adalah faktor tekuk
Jari-jari girasi kolom komposit diambil lebih besar daripada jari-jari girasi profil
baja dan kolom beton. Pendekatan yang konservatif adalah dengan menggunakan jari-jari
girasi yang terbesar antara profil baja dan kolom beton, yang dapat diambil sebesar 0,3
kali dimensi dalam bidang tekuk.
rm = r > 0,3·b 12.37
Dengan
r adalah jari-jari girasi profil baja dalam bidang tekuk
b adalah dimensi terluar kolom beton dalam bidang tekuk
...__
12.10 KOLOM KOMPOSIT 317
Kuat rencana maksimum yang dipikul oleh beton hams diambil sebesar 1,7·</>cf 'c-AB,
dengan </>c = 0,60 dan AB adalah luas daerah pembebanan .
• CONTOH 12.12:
Hitunglah nilai kuat tekan rencana dari kolom komposit berikut:
j_
4 em kL = 3,6 m
50 em
II' ·~
T fc
fy
= 25 MPa
=400 MPa
,_!------- $10-250
• _.
4022
~50em--1
JAWAB:
Luas beton, A = 500 X 500 = 250000 mm 2
Luas profil, A 5c = 11980 mm2
Periksa terhadap syarat luas minimum profil baja:
11980
As = x100% = 4,79% > 4% OK
Ac 250000
Periksa syarat jarak sengkang/pengikat lateral:
2
Jarak sengkang = 250 mm < -X 500 = 333,3 mm OK
3
Periksa syarat luas tulangan longitudinal:
Jarak antar tulangan longitudinal = 500 - 2(40) - 2(10) - 22
= 378 mm
Luas tulangan longitudinal = !x 1t x 22 2
4
= 380,13 mm 2 > 0,18(378) = 68,04 mm 2 OK
Periksa syarat tulangan lateral:
Luas tulangan sengkang 1 2
= -X 1t X 10
4
= 78,54 mm 2 > 0,18(250) = 45 mm 2 OK
Hitung tegangan leleh modifikasi:
Luas total tulangan longitudinal, Ar = 4(380, 13) = 1520,52 mm 2
Luas netto beton, A c = 250000- 11980- 1520,22 = 236499,78 mm2
Untuk profil baja yang diberi selubung beton, maka:
c1 = 0,7 c2 = 0,6 c3 = 0,2
m 3 e As
236499 78
= 200000 0,2(24100)(
+ • )
= 295152,66 MPa 11980
Jari-jari girasi kolom komposit diambil dari nilai terbesar antara:
a. 0,3b = 0,3(500) = 150 mm }
b. r = 75,1 mm rm = 150 mm
y
• CONTOH 12.13:
Periksalah apakah kolom pipa komposit berikut ini cukup untuk menahan gaya aksial
tekan P0 = 20 ton dan PL = 45 ton. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37.
Data lain:
f'c = 25 MPa
D = 190,7 mm
t = 7 mm
d = D- 2t = 190,7- 2(7) = 176,7 mm
JAWAB:
Hitung gaya tekan aksial perlu, Pu:
Pu = 1,2P0 + 1,6PL = 1,2(20) + 1,6(45) = 96 ton
--
12.10 KOLOM KOMPOSIT 319
. 2-±0
t . = D = 190,7 1 = 2,33 mm < 7 mm
mm ~ 8 X 200000
Periksa luas penampang minimum profil baja terhadap luas total penampang komposit:
2 2 2 2
As = ±n(D -d ) = ±n(190:;<_176,7 ) = 4039,77 mm
r
Jmy
r + cllyr
= Jy .r . ( Ar
A J + c f' .. ( AcA J
2 c
J s
= 240 + 0 + 0,85(25) (
24522
,4 J
4039,77
= 368,99 MPa
E
m
= E + c ·E · ( Ac
3 c A,
J
= 200000 + 0,4(241 00) (
24522
,4
4039,77
J
= 258517 MPa
rm = r.ptpa = 65 mm
368 99
{" fmy = ' = 284,93 MPa
J cr (J) 1,295
Nn = Asfer = 4039,77(284,93) = 1151051,66 N
C/JN11 = 0,85(1151051,66) = 978393,91 N = 97,84 ton> Pu (= 96 ton)
320 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT
SOAL-SOAL LATIHAN
P.12.1 - P.12.3
Hitunglahltentukan lokasi sumbu netral penampang (diukur dari sisi atas pelat beton)
dan momen inersia, /rr, untuk masing-masing penampang berikut ini:
P.12.4- P.12.6
Dari soal P.12.1 - P.12.3, hitunglah lokasi sumbu netral plastis diukur dari tepi atas pelat,
tentukan pula besarnya kuat lemur nominal, M 0 , dari penampang tersebut! Asumsikan
penampang berperilaku komposit penuh.
P.12.7- P.12.9
Agar terjadi perilaku aksi komposit penuh dari penampang pada soal P12.1 - P.12.3
hitunglah jumlah stud (penghubung geser) yang diperlukan, serta tentukan pula jarak antar
stud tersebut! Asumsikan balok mempunyai panjang bentang sebesar 4 X bE. Gunakan
ukuran stud V2" X 5 em, dengan fu = 400 MPa.
P.12.10 Sebuah sistem balok komposit interior dari profil WF 350.175.7.11 memikul pelat beton
setebal 10 em. Jarak antar balok adalah sebesar 150 em dan panjang bentang balok adalah
750 em (7,5 m). Beban yang harus dipikul meliputi beban konstruksi 90 kg/m 2 , beban
partisi 70 kg/m 2 , serta beban hidup 400 kg/m 2 • Baja yang digunakan adalah BJ 37, serta
asumsikan n = 9. Hitunglah lendutan yang terjadi berikut ini:
a) Lendutan maksimum sebelum pelat beton mengeras
b) Lendutan maksimum jangka pendek setelah terjadi perilaku komposit
c) Lendutan maksimum jangka panjang setelah terjadi perilaku komposit
P.12.11 Suatu sistem pelat lantai komposit terdiri dari balok baja sepanjang 12 m dengan jarak
antar balok adalah 2,5 m, mutu baja BJ 37 dan mutu beton f'c = 25 MPa. Pelat tersebut
SOAL-SOAL LATIHAN 321
memikul hehan konstruksi sehesar 90 kg/m 2 dan hehan hidup 400 kg/m 2 • Desainlah profil
WF yang mencukupi untuk memikul hehan-hehan tersehut!
P.12.12 Desainlah profil haja herikut penghuhung gesernya herdasarkan kondisi herikut ini:
Jarak antar halok 1,5 m
Panjang halok = 9m
Tehal pelat total = 12 em
Behan konstruksi = 90 kg/m 2
2
Behan hidup konstruksi = 100 kg/m
2
Berat pelat & deck = 250 kg/m
2
Behan partisi = 90 kg/m
2
Behan plafon = 25 kg/m
Behan hidup = 300 kg/m 2
Mutu haja, fv = 240 MPa
Mutu heton,Yf'c = 27,5 MPa
Kuat tarik putus stud, fu = 400 MPa
Dalam sistem komposit ini digunakan dek haja gelomhang dengan ukuran seperti ditun-
jukkan dalam Gamhar P.12.12.
j_
4 em
T
Gambar P.12.12
P.12.13 Hitunglah kuat tekan rencana dari komponen struktur tekan komposit seperti pada
Gamhar P.12.13, dengan menggunakan mutu haja J; = 240 MPa dan mutu heton f 'c =
30 MPa. Profil haja yang digunakan adalah WF 350.350.12.19, dengan tulangan longi-
tudinal 4025 dan tulangan sengkang <I> 10 - 250 mm.
r
12 m
L r--60cm4
Gambar P.12.13
13
Sambungan pada
Konstruksi Bangunan
Gedung
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Melakukan desain sambungan baut atau las arau kombinasi baut dan las pada suatu
daerah sambungan dalam konstruksi bangunan gedung pada umumnya
Pokok-pokok Pembahasan Bah
1.1 Sambungan Balok lnduk dengan Balok Anak
1.2 Sambungan Balok Kolom
1.3 Sambungan Balok Kolom Diperkaku
1.4 Sambungan Penahan Momen
1.5 Sambungan Balok Kolom dengan Pengaku
• CONTOH 13.1:
Rencanakan sambungan antara balok induk (WF 600.200) dengan balok anak (WF
300.150 dan WF 400.200) dengan menggunakan baut A325 <j)19 mm. Reaksi terfaktor
balok WF 300 adalah sebesar 18 ton, sedangkan pada WF 400 adalah sebesar 32 ton.
Mutu baja profil BJ37.
JAWAB:
Tahanan tumpu pada bagian web dari balok:
</JRn = 0,75(2,4j})·db.tp
= 0,75(2,4)(370)(19)(6,5) = 8,22 ton/baut (WF 300)
= 0,75(2,4)(370)(19)(8) = 10,12 ton/baut (WF 400)
Tahanan geser baut dengan dua bidang geser:
¢Rn = 0,75(0,5£b).m.Ab
= 0,75(0,5)(825)(2)(283,64) = 17,55 ton/baut
Perhitungan jumlah baut:
18
WF 300 n = - - = 2,2 ::::: 3 buah baut
8,22
32
WF 400 n = - - = 3,2 ::::: 4 buah baut
10,12
•
13.1 SAMBUNGAN BALOK INDUK DENGAN ... 323
Tn = 0,6J
"lu ·A nv ~'A gt
+ ly = 366744 + (240)(320) = 443544 N = 44,35 ton
WF 300.150 40 40
1111
J. 30t;Q·
75
75
I
0 •
0
0
II
30
75
75 v
WF 400.200
30 °•
~
0
100
<;>
'\
1-1---'\ I
'
\ baut A 325 d 19 mm
I-- WF 600.200
I
324 BAS 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
• CONTOH 13.2:
Sebuah profil siku digunakan untuk menghubungkan balok WF 400.200 dengan bagian
web dari kolom WF 250.250 (mutu baja BJ37 dan mutu baut A325). Reaksi dari balok
adalah sebesar 75 kN yang terdiri dari 15 kN (D) dan 60 kN (L).
JAWAB:
Karena reaksi balok tidak terlalu besar (kurang dari 200 kN) maka tidak perlu pengaku
vertikal. Kapasitas yang diperlukan adalah
Pu = 1,2D + 1,6L = 1,2(15) + 1,6(60) = 114 kN
Untuk profil WF 400.200, k = 29 mm, sehingga
Pn = ~ = J;·tw(N + 2,5k)
Dengan ¢ = 1,J; = 240 MPa, dan tw = 8 mm, maka diperoleh N= -13,125 mm. Karena
disyaratkan bahwa Nmin = k, maka diambil N = 29 mm.
Asumsikan ksiku = 25 mm, sehingga momen pada penampang kritis adalah:
Mu = Pu(N/2 + 20 - ksik)
= 114000(14,5 + 20 - 25) = 1083000 Nmm
Dicoba seat angle dengan panjang 15 em, sehingga kapasitas momen nominal dari seat
angle adalah:
M n =Mp =MI<j>=fv·bxt2
u y
4
2
Mn Mu = 1083000 = 1203330 Nmm = fv· bxt
¢ 0,9 y 4
Sehingga
t
4x1203330 = 11 , 56 mm
150x240
Gunakan siku 120.120.12 (k = 25 mm, sesuai asumsi awal)
Selanjutnya, kuat tekuk dukung dari balok juga harus diperiksa, dengan mengingat
N = 29 mm d = 400 mm tf = 13 mm tw =8 mm fyw = 240 MPa
Serra N/d = 29/400 = 0,075 ( < 0,2 ), maka:
l ( N
t; Jl,Sl
t Exf
:: Xt.
e-----
baut A 325 d 19 mm
WF 400.200
Set back
20 mm
\ _ penampang
kritis untuk lentur
• CONTOH 13.3:
Desainlah sebuah sambungan balok kolom dengan menggunakan las, antara balok WF
500.200 dengan web dari kolom WF 250.250. Diketahui reaksi balok adalah sebesar
275 kN yang terdiri dari 75 kN (D) dan 200 kN (L). Mutu baja BJ37, sedangkan mutu
las fu = 480 MPa.
JAWAB:
Properties dari WF 500.200 adalah:
d = 500 mm tf = 16 mm t"' = 10 mm k = 36 mm
Behan desain adalah sebesar:
Pu = 1,2D + 1,6L = 1,2(75) + 1.6(200) = 410 kN
Untuk mencegah leleh dari web. mab raniang rumpuan ditentukan oleh:
¢Pn = ¢J;·tw(N + 2,5k)
p 410000
atau N _____!!___- 2,5k = - - - - - .2.5' 36) = 80,83 mm
m.J ·t
'f' y w
1 x .240 Y 1(1
dengan:
p = 410000 N serta d = 500 mm. ::- = 16 mm, tw = 10 mm, diperoleh
u
Karena Nld
¢Pn =
= 205/500 = 0,41 >
Untuk seat plate digunakan pelat dengan ketebalan 16 mm (sama dengan tebal flens
balok). Ukuran las minimum untuk pelat tebal 16 mm adalah 6 mm, dalam contoh ini
digunakan ukuran las 8 mm.
Wperlu =N + set back = 205 + 15 = 220 mm
220
b) -~,..------ = 13,63 mm
250/
/{240
Tebal stiffener diambil sebesar 16 mm, sehingga ukuran las efektif maksimum dapat
ditentukan sebagai berikut:
f,Pxt 370x16 .
a ff = 0,707· _u__ s = 0,707 X = 8,72 mm (ambd a =8 mm)
max e f)as 480
R = ~ /16·e 2 +L2
2 ,4·L2 'J s
1221,7
6 mm
220
• CONTOH 13.4:
Desainlah sebuah sambungan balok kolom antara balok WF 300.150 dengan kolom WF
200.200. Gunakan m utu baj a BJ37 dan baur A3 2 5 <!> 19 mm dengan ulir pada bidang
geser. Diketahui momen ujung sebesar 15 k~m (D) dan 30 kNm (L). Gaya geser ujung
yang bekerja sebesar 20 kN (D) dan 50 k:'\ ! L).
Properties penampang adalah:
WF 300.150 d = 300 mm tr- =9 mm t" = 6,5 mm
WF 200.200 d = 200 mm t.- = 12 mm t" = 8 mm
JAWAB:
Mu = 1,2D + 1,6L = 1.2(1~~- 1.6 301 = 66 kNm
Pu = 1,2D + 1,6L = 1.2~20,- 1.6 5CI, = 104 kN
Tumpu:
Web balok: ¢Rn = o.-5<~.--t._~~~ __ ;~.:: = ( .-5(2,4)(370)(19)(6,5)
1 = 82,2 kN
Flens balok: l/JRn = o~-5 2.--t -~- ·---~ \.' = 113,8 kN
Tarik:
cjJRn = 0,75(0,75fubL-:!=' = (1_-::; 283,64) = 131,6 kN
328 BAB 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
dengan d = 400 mm, maka gaya yang bekerja pada profil siku adalah:
T= M = 66x103 = 165 kN
d 400
Gaya ini menimbulkan momen pada profil siku sebesar:
M = 0,5.T.a = 0,5(165000)(21) = 1732500 Nmm
Kapasitas nominal penampang persegi adalah:
329
'
L 100.200.14
I
i
WF 3f0.150
i
i
i
200
~ ~~ 0 0
• 0 0
• CONTOH 13.5:
Desainlah sambungan balok ko:c:-:-. ':--::=--~~~: . .:..:-.:..:.rJ. balok WF 600.200 dengan kolom
WF 350.350. Gunakan mur'..l S:.:. 3_· ~- <
~~ = 4SO :\1Pa, baut A325 <j>19. Diketahui
beban-beban yang bekerja a.diz.:
D
L
w
Properties penampang:
WF 600.200 d = ,_, ;_ = 17 mm tw = 11 mm
WF 350.350 d = _;.:: ;_ = 19 mm tw = 12 mm
JAWAB:
Perhitungan kombin.l~: :-·:::- :·:- ,;_- ._-
U = 1,2D + l.c,__:_ = .~ ..:-:·'<:-
Gunakan shear plate dengan ukuran 10X285 mm 2 . Sebagai penyambung shear plate dengan
flens kolom digunakan las sudut ukuran 6 mm dengan kapasitas:
¢Rn = 0,75(0,707)(6)(0,6)(480) = 916,3 N/mm
Panjang las sudut yang diperlukan = 253.103/916,3 = 276 mm ~ 280 mm
l (] N t 1,5] Exf Xt
l/JR = l/J·0,39·t 2
1+ 3- _E!_ yw f
n w d tf tw
15
1 746 66
As = (
' xiO" 635040] = 923,2 mm 2
240 X 0,5038 0,9
PL 20 X 175
332 BAB 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
SOAL-SOAL LATIHAN
P.13.1 Rencanakan sambungan antara balok induk WF 500.200 dengan balok anak WF 250.125
menggunakan baut A325 0 16 mm (dengan ulir di luar bidang geser). Reaksi terfaktor
balok anak adalah 8 ton. Gunakan mutu baja dari BJ 37
• 0
WF 250.125
0
WF 500.200
Gambar P.l3.1
P.13.2 Rencanakan kembali sambungan balok anak dengan balok induk pada soal P.13.1 tersebut,
namun jika dikehendaki sambungan tanpa slip.
P.13.3 Desainlah sambungan balok kolom antara balok WF 300.150 dengan kolom WF 400.200
(BJ 37) dengan menggunakan baut A325 berdiameter 19 mm (dengan ulir di luar bidang
geser). Balok WF 300.150 memikul gaya lintang terfaktor sebesar 100 kN dan momen
lemur terfaktor sebesar 30 kN m. Sebagai penghubung balok dan kolom digunakan profil
siku.
WF 300.150
WF 400.200
Gambar P.l3.3
P.13.4 Kerjakan kembali soal P.13.3, namun jika penghubung antara kolom dengan balok
adalah menggunakan profil WF yang dipotong salah satu flens-nya, seperti pada Gambar
P.13.4
SOAL-SOAL LATIHAN 333
WF 400.200
WF 300.15 0
WF 400.200
Gambar P.l3.4
P.13.5 Suatu balok tertumpu sederhana, dari WF 500.200, dengan bentang 12 m, memikul beban
merata yang terdiri dari beban mati 5 kN/m dan beban hidup 15 kN/m. Balok tersebut
harus disambung pada jarak 4 m dari perletakan A dengan menggunakan alat sambung
baut A325 berdiameter 22 mm. Rencanakan sambungan pada titik tersebut.
r 4m -j
liiiiiii:IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!l
I. 12 m .I
Gambar P.l3.5
P.13.6 Rencanakan kembali sambungan pada soal P.l3.1 dengan menggunakan alat sambung las
lfuw = 490 MPa)
Lampi ran
Lampiran 1.A
Mlh = {3 (Tab L)
pada z = aL
Nilai {3
A-L
a= 0,5 a= 0,4 a= 0,3 a= 0,2 a= 0,1
Lampiran 1.8
Mrh = f3/Tab 2 L)
pada z = 0
M h = {32 (T~b L)
1
pada z = L
0
Lampiran 1.C
).,L Nilai f3
Lampiran 1.0
l:aL ~~~ L bL :1
AL 0,5 2 3 4 5 6 8
Bab 3 Bab 6
P.3.1 264,6 kN P.6.1 218,3 kN
P.3.2 <f>T = 412,05 kN < T = 452 kN P.6.2 248,8 kN
P.3.3 a. l500 mm 2 u P.6.3 a. 6 baut
b. 2000 mm 2 b. 9 baut
c. 1616 mm 2 c. 5 baut
P.3.4 186,7 kN d. 7 baut
P.3.5 <f>Tn = 406,2 kN < Tu = 880 kN P.6.4 6 buah baut
P.3.6 168,75 kN P.6.5 519,4 kN
P.3.7 540 kN P.6.6 a. 107,5 kN
P.3.8 434,1 kN b. 240,8 kN (r0 = 55,406 mm)
P.3.9 264,9 kN P.6.7 a. 159,73 kN
P.3.1 0 592,9 kN b. 194,2 kN (r0 = 55,406 mm)
P.6.8 6 buah baut
Bab 4 P.6.9 sambungan A: 5 buah baut
P.4.1 2266,1 kN sambungan B: 10 buah baut
P.4.2 1919 kN (2 sisi @ 5 baut)
P.4.3 2353 kN P6.10 sambungan A: 5 buah baut
P.4.4 penampang kompak sambungan B: 6 buah baut
P.4.5 penampang kompak (2 sisi @ 3 baut)
A Faktor tahanan 13
AASHTO 280 Fungsi distribusi probabilitas 6
AISC 281 Fungsi Kerapatan Probabilitas 6
Aksi medan tarik 208, 216
Analisa elastik 115 G
Analisa plastis 115 Geser eksentris 115
Analogi Torsi Dengan Lentur 172 Geser Pada Penampang Gilas 91
Angka Poisson 22
Arah Optimum Aksi Medan Tarik 217 H
Hukum Hooke 2
B
Baja 17
Baja karbon 17 Indeks keandalan 9
Baja paduan 17 Interaksi Geser Dan Lentur 221
Baja paduan rendah mutu tinggi 17
Balok 81 K
Balok-kolom 246 Kegagalan 8
Balok Komposit Pada Daerah Momen Negatif 304 Kekuatan Kolom 51
Batang tarik 29 Kelangsingan Struktur Tarik 44
Baut 109 Keruntuhan getas 26
Beban 3 Keruntuhan Ielah 28
Beban Angin 4 Keuletan material 21
Beban Gempa 5 Koefisien Variasi 7
Beban Hidup 4 Kolom Komposit 315
Beban Mati 3 Kombinasi Geser Dan Tarik 123
Beban Terpusat Pada Balok 94 Kombinasi pembebanan 11
Besi 15 Kriteria leleh 22
Kuat Geser Nominal 213
c Kuat Leleh Web 225
Coalbrookdale Arch Bridge 15 Kuat Lentur Nominal 292
Kuat Tekuk Dukung Web 225
D Kuat Tekuk Lateral Web 226
Daktilitas 21 Kuat Tekuk Lentur Web 226
Dek Baja Gelombang 309
Desain Balok Pelat Berdinding Penuh 233 L
Desain Balok Terkekang Lateral 85 Las baji dan pasak 138
Desain LRFD Balok I 186 Las sudut 138
Desain LRFD Komponen Struktur Balok - Kolom Las tumpul 138
254 Lebar Efektif Balok Komposit 284
Desain LRFD Struktur Baja 11 Lendutan 306
Lendutan Balok 88
E Lemur Dua Arah 200
Efek penguatan regangan 25 Lemur Sederhana Profil Simetris 81
F M
Faktor beban 11 Mekanisme keruntuhan 84
Faktor Bias 7 Metode ASD 5
••
INDEKS 341