Anda di halaman 1dari 352

PERENCANAAN

STRUKTUR BAJA
DENGAN METODE LRFD
(Sesuai SNI 03-1729-2002)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

PASAL 72
KETENTUAN PIDANA
SANKSIPELANGGARAN

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak


suatu Ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling ban yak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,


atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pad a ayat ( 1), dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PERENCANAAN
STRUKTUR BAJA
DENGAN METODE LRFD
(Sesuai SNI 03-1729-2002)

AGUS SETIAWAN

PENERBIT ERLANGGA
Jl. H. Baping Raya No. 100
Ciracas, Jakarta 13740
http:/ /www.erlangga.co.id
e-mail: editor@erlangga.net
(Anggota IKAPI)
I

Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD


(Sesuai SNI 03-1729-2002)

Agus Setiawan
Hak Cipta © 2008 pada pengarang. Hak terbit pada Penerbit Erlangga

Editor: Lemeda Simarmata

Buku ini diset dan dilayout oleh Bagian Produksi Penerbit Erlangga
dengan Power Macintosh G4 (Adobe Garamond 10 pt)

Setting oleh: Bagian Produksi PT Penerbit Erlangga

Dicerak oleh: PT Gelora Aksara Pratama

12 11 10 09 9 8 6 5 4 3 2

Dilarang keras mengutip, menjiplak, men!fotokopi. 11:.;u iilc'"i/''Tb,z;i_]ilk d,z!tZJ!l bemuk tlpa pun,
baik sebagian atau keseluruhan isi buku ini St'i't£1 TdilftZ izin tertulis dari
Penerbit Erlangga.

© HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH C'\DA.'\G-l-~0_-\__'\G


PRAKATA

Metode ASD (Allowable Stress Design) dalam struktur baja telah cukup lama digunakan,
namun beberapa tahun terakhir metode desain dalam struktur baja mulai beralih ke metode
lain yang lebih rasional, yakni metode LRFD (Load Resistance and Factor Design). Metode
ini didasarkan pada ilmu probabilitas, sehingga dapat mengantisipasi segala ketidakpastian
dari material maupun beban. Oleh karena itu, metode LRFD ini dianggap cukup andal.
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1987) telah diganti dengan Tata
Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 yang ber-
basis pada metode LRFD.
Buku ini mencoba memberikan penjelasan mengenai perencanaan struktur baja
dengan menggunakan konsep LRFD tersebut. Beberapa contoh soal yang diberikan telah
dilengkapi dengan langkah-langkah penyelesaiannya. Dan dalam perencanaan struktur baja
metode LRFD yang digunakan dalam buku ini, semuanya berpedoman pada SNI 03-
1729-2002 yang telah disebutkan sebelumnya.
Sebagai bahan perkuliahan buku ini dapat diberikan dalam dua semester pada mata
kuliah Struktur Baja. Semester pertama mahasiswa mempelajari tentang konsep dasar
LRFD, pengenalan material baja, batang tarik dan tekan, sambungan (baut dan las),
komponen struktur balok-kolom, komponen struktur komposit serta jenis-jenis sambun-
gan pada konstruksi bangunan baja.
Selain dapat digunakan oleh mahasiswa Teknik Sipil, buku ini juga dapat dijadikan
pedoman perencanaan bagi konsultan maupun praktisi yang banyak berkecimpung di
dunia struktur baja.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam buku ini, sehingga
saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan bukku ini pada edisi
mendatang. Akhir kata, penulis berharap agar buku ini dapat memacu perkembangan
implementasi metode LRFD dalam perencanaan struktur baja khususnya di Indonesia.

Semarang, November 2008

Agus Setiawan
DAFTAR lSI

Prakata v
Daftar lsi vii

Bab 1 PE1VDAHULUAN 1

1.1 Perencanaan Struktur


1.2 Be ban 3
1.3 Konsep Dasar LRFD 5
1.4 Peluang Kegagalan 8
1.5 Indeks Keandalan 9
1.6 Desain LRFD Struktur Baja 11

Bab 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA 15

2.1 Sejarah Penggunaan Material Baja 15


2.2 Material Baja 17
2.3 Sifat-sifat Mekanik Baja 18
2.4 Keuletan Material 21
2.5 Tegangan Multiaksial 22
2.6 Perilaku Baja pada Temperatur Tinggi 23
2.7 Pengerjaan Dingin dan Penguatan Regangan 25
2.8 Keruntuhan Getas 28
2.9 Sobekan Lamelar 27
2.10 Keruntuhan Lelah 28

Bab 3 BATANG TARIK 29

3.1 Pendahuluan 29
3.2 Tahanan Nominal 31
3.3 Luas Netto 32
3.4 Efek Lubang Berselang-Seling pada Luas Netto 33
3.5 Luas Netto Efektif 36
3.6 Geser Blok (Block Shear) 41
3.7 Kelangsingan Struktur Tarik 44
3.8 Transfer Gaya Pada Sambungan 46
Soal-soal Latihan 47
viii DAFTAR lSI

Bab 4 BATANG TEKAN 50

4.1 Pendahuluan 50
4.2 Tekuk Elastik Euler 50
4.3 Kekuatan Kolom 51
4.4 Pengaruh Tegangan Sisa 52
4.5 Kurva Kekuatan Kolom Akibat Tegangan Sisa 52
4.6 Tahanan Tekan Nominal 56
4.7 Panjang Tekuk 57
4.8 Masalah Tekuk Lokal 61
4.9 Komponen Struktur Tekan Tersusun 61
4.10 Tekuk Torsi dan Tekuk Lemur Torsi 66
Soal-soal Latihan 79

Bab 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR 81

5.1 Pendahuluan 81
5.2 Lemur Sederhana Profil Simetris 81
5.3 Perilaku Balok Terkekang Lateral 82
5.4 Desain Balok Terkekang Lateral 85
5.5 Lendutan Balok 88
5.6 Geser pada Penampang Gilas 91
5.7 Beban Terpusat Pada Balok 94
5.8 Teori Umum Lemur 99
Soal-soal Latihan 107

Bab 6 SAMBUNGAN BAUT 109

6.1 Pendahuluan 109


6.2 Tahanan Nominal Baut 110
6.3 Geser Eksemris 115
6.4 Kombinasi Geser dan Tarik 123
6.5 Sambungan yang Mengalami Beban Tarik Aksial 127
6.6 Geser dan Tarik Akibat Beban Eksemris 128
Soal-soal Latihan 132

Bab 7 SAMBUNGAN LAS 137

7.1 Pendahuluan 137


7.2 Jenis-jenis Sambungan 138
7.3 Jenis-jenis Las 138
7.4 Pembatasan Ukuran Las Sudut 139
7.5 Luas Efektif Las 140
7.6 Tahanan Nominal Sambungan Las 141
7.7 Geser Eksemris-Metoda Elastik 146
7.8 Geser Eksemris-Metoda Plastis 148
7.9 Beban Eksemris Normal pada Bidang Las 152
Soal-soal Latihan 153

------
DAFTAR lSI ix

Bab 8 TORSI 156

8.1 Pendahuluan 156


8.2 Torsi Murni pada Penampang Homogen 156
8.3 Pusat Geser (Shear Center) 159
8.4 Tegangan Puntir Pada Profil I 165
8.5 Analogi Torsi dengan Lentur 172
Soal-soal Latihan 176

Bab 9 TEKUK TORSI LATERAL 178

9.1 Pendahuluan 178


9.2 Perilaku Balok I Akibat Behan Momen Seragam 178
9.3 Tekuk Torsi Lateral Elastis 180
9.4 Tekuk Torsi Inelastis 184
9.5 Desain LRFD Balok I 186
9.6 Lentur Dua Arah 200
Soal-soal Latihan 204

Bab 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER) 206

10.1 Pendahuluan 206


10.2 Persyaratan Balok Pelat Berdinding Penuh 208
10.3 Kuat Momen Nominal Balok Pelat Berdinding Penuh 210
10.4 Kuat Geser Nominal 213
10.5 Kuat Geser Nominal dengan Pengaruh Aksi Medan Tarik 216
10.6 Interaksi Geser dan Lentur 221
10. 7 Pengaku Vertikal 222
10.8 Pengaku Penahan Gaya Tumpu 224
10.9 Desain Balok Pelat Berdinding Penuh 233
Soal-soal Latihan 244

Bab 11 BALOK-KOLOM 246

11.1 Pendahuluan 246


11.2 Persamaan Diferensial untuk Kombinasi Gaya Aksial dan Lentur 248
11.3 Faktor Perbesaran Momen 252
11.4 Desain LRFD Komponen Struktur Balok-Kolom 254
11.5 Perbesaran Momen untuk Struktur Tak Bergoyang 255
11.6 Perbesaran Momen untuk Struktur Bergoyang 255
11.7 Tekuk Lokal Web pada Komponen Struktur Balok-Kolom 256
Soal-soal Latihan 277

Bab 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT 280

12.1 Struktur Komposit 280


12.2 Tegangan Elastis dalam Balok Komposit 282
x DAFTAR lSI

12.3 Lebar Efektif Balok Komposit 284


12.4 Sistem Pelaksanaan Komponen Struknu Komposit 288
12.5 Kuat Lentur Nominal 292
12.6 Penghubung Geser 295
12.7 Balok Komposit pada Daerah Momen Negatif 304
12.8 Lendutan 306
12.9 Dek Baja Gelombang 309
12.10 Kolom Komposit 315
Soal-soal Latihan 320

Bab 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAJV GEDUNG 322

13.1 Sambungan Balok Induk dengan Balok Anak 322


13.2 Sambungan Balok-Kolom 324
13.3 Sambungan Balok-Kolom Diperkaku 325
13.4 Sambungan Penahan Momen 327
13.5 Sambungan Balok-Kolom dengan Pengaku 329
Soal-soal Latihan 332

LAMPI RAN 334


JAWABAN SOAL-SOAL LATIHAN 337
DAFTAR PUSTAKA 339
INDEKS 340

------
1
Pendahuluan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bah ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Mendefinisikan semua jenis beban yang bekerja pada suatu struktur bangunan
• Menyusun kombinasi pembebanan berdasarkan konsep LRFD

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Perencanaan Struktur
1.2 Behan
1.3 Konsep Dasar LRFD
1.4 Peluang Kegagalan
1.5 lndeks Keandalan
1.6 Desain LRFD Struktur Baja

1.1 PERENCANAAN STRUKTUR

Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai campuran antara seni dan ilmu
pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur mengenai perilaku
struktur dengan dasar-dasar pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika bahan, dan
analisa struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman, selama
masa layannya.
Hingga tahun 1850 perencanaan struktur merupakan suatu seni yang berdasarkan
pada intuisi untuk menentukan ukuran dan susunan elemen struktur. Dengan berkem-
bangnya pengetahuan mengenai perilaku struktur dan material, maka perencanaan struktur
menjadi lebih ilmiah.
Perhitungan yang melibatkan prinsip-prinsip ilmiah harus dijadikan dasar dalam pen-
gambilan keputusan, namun tidak diikuti secara membabi buta. Pengalaman intuisi seorang
ahli struktur digabungkan dengan hasil-hasil perhitungan ilmiah akan menjadi suatu dasar
proses pengambilan keputusan yang baik.
Tujuan dari perencanaan struktur menurut Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002) adalah menghasilkan suatu struktur yang
stabil, cukup kuat, mampu layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti
ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil jika tidak mudah
terguling, miring, atau tergeser selama umur rencana bangunan. Risiko terhadap kegagalan
struktur dan hilangnya kemampulayanan selama umur rencananya juga harus diminimalisir
dalam batas-batas yang masih dapat diterima. Suatu struktur yang awet semestinya tidak
memerlukan biaya perawatan yang terlalu berlebihan selama umur layannya.
Perencanaan adalah sebuah proses untuk mendapatkan suatu hasil yang optimum.
Suatu struktur dikatakan optimum apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut:
a. Biaya minimum
b. Berat minimum
c. Waktu konstruksi minimum
2 BAB 1 PENDAHULUAN

d. Tenaga kerja minimum


e. Biaya manufaktur minimum
f. Manfaat maksimum pada saat masa layan

Kerangka perencanaan struktur adalah pemilihan susunan dan ukuran dari elemen
struktur sehingga beban yang bekerja dapat dipikul secara aman, dan perpindahan yang
terjadi masih dalam batas-batas yang disyaratkan. Prosedur perencanaan struktur secara
iterasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Perancangan. Penetapan fungsi dari struktur
b. Penetapan konfigurasi struktur awal (preliminary) sesua1 langkah 1 termasuk
pemilihan jenis material yang akan digunakan
c. Penetapan beban kerja struktur
d. Pemilihan awal bentuk dan ukuran elemen struktur berdasarkan langkah 1, 2, 3
e. Analisa struktur. Untuk memperoleh gaya-gaya dalam dan perpindahan elemen
f. Evaluasi. Apakah perancangan sudah optimum sesuai yang diharapkan
g. Perencanaan ulang langkah 1 hingga 6
h. Perencanaan akhir, apakah langkah 1 hingga 7 sudah memberikan hasil
optimum

Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu struktur bangunan adalah
pemilihan jenis material yang akan digunakan. Jenis-jenis material yang selama ini dikenal
dalam dunia konstruksi antara lain adalah baja, beton bertulang, serta kayu. Material baja
sebagai bahan konstruksi telah digunakan sejak lama mengingat beberapa keunggulannya
dibandingkan material yang lain. Beberapa keunggulan baja sebagai material konstruksi,
antara lain adalah:
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran struktur
serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup menguntungkan
bagi struktur-struktur jembatan yang panjang, gedung yang tinggi atau juga
bangunan-bangunan yang berada pada kondisi tanah yang buruk
2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton
bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun, material baja jauh
lebih seragam/homogen serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh lebih
tinggi jika prosedur perawatan dilakukan secara semestinya
3. Sifat elastis, baja mempunyai perilaku yang cukup dekat dengan asumsi-asumsi
yang digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja dapat berperilaku elastis
hingga tegangan yang cukup tinggi mengikuti Hukum Hooke. Momen inersia
dari suatu profil baja juga dapat dihitung dengan pasti sehingga memudahkan
dalam melakukan proses analisa struktur
4. Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima tegangan
tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar sebelum terjadi
keruntuhan
5. Beberapa keuntungan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah
kemudahan penyambungan antarelemen yang satu dengan lainnya menggunakan
alar sambung las atau baut. Pembuatan baja melalui proses gilas panas meng-
akibatkan baja menjadi mudah dibentuk menjadi penampang-penampang yang
diinginkan. Kecepatan pelaksaan konstruksi baja juga menjadi suatu keunggulan
material baja

Selain keuntungan-keuntungan ;'ang disebutkan tersebut, material baja juga memiliki


beberapa kekurangan, terutama dari sisi pemdiharaan. Konstruksi baja yang berhubungan

------ -~
- 1.2 BEBAN 3

Gambar 1.1 Konstruksi Bangunan Rangka Baja (Sumber: Koleksi Pribadi)

langsung dengan udara atau air, secara periodik harus dicat. Perlindungan terhadap bahaya
kebakaran juga harus menjadi perhatian yang serius, sebab material baja akan mengalami
penurunan kekuatan secara drastis akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, di
samping itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik, sehingga nyala api dalam
suatu bangunan justru dapat menyebar dengan lebih cepat. Kelemahan lain dari struktur
baja adalah masalah tekuk yang merupakan fungsi dari kelangsingan suatu penampang.

1.2 BEBAN

Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara pasti besarnya
beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya merupakan salah satu
pekerjaan yang cukup sulit. Dan pada umumnya penentuan besarnya beban hanya
merupakan suatu estimasi saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi dari struk-
tur dapat diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke elemen, dalam
suatu struktur umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika beban-beban yang
bekerja pada suatu struktur telah diestimasi, maka masalah berikutnya adalah menentukan
kombinasi-kombinasi beban yang paling dominan yang mungkin bekerja pada struktur
tersebut. Besar beban yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan
yang berlaku, sedangkan masalah kombinasi dari beban-beban yang bekerja telah diatur
dalam SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2 yang akan dibahas kemudian. Beberapa jenis beban
yang sering dijumpai antara lain:
a. Behan Mati, adalah berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan yang ber-
sifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan, finishing,
mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
gedung/bangunan tersebut. Termasuk dalam beban ini adalah berat struktur, pipa-
pipa, saluran listrik, AC, lampu-lampu, penutup lantai, dan plafon. Beberapa
contoh berat dari beberapa komponen bangunan penting yang digunakan untuk
4 BAB 1 PENDAHULUAN

menentukan besarnya beban mati suatu gedung/bangunan diperlihatkan dalam


Tabel 1.1 berikut ini:

TABEL 1.1 BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN DAN KOMPONEN GEDUNG


Bahan Bangunan Berat
Baja 7850 kg/m 5
Beton 2200 kg/m'
Beton bertulang 2400 kg/m'
Kayu (kelas I) 1000 kg/m 5
Pasir (kering udara) 1600 kg/m'
Komponen Gedung
Spesi dari semen, per em tebal 21 kg/m 2
Dinding bata merah ~/2 batu 250 kg/m~
Penutup atap genting 50 kg/m 2
Penutup lantai ubin semen per em tebal 24 kglm 2

(Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983)

b. Behan Hidup, adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa
layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini
adalah berat manusia, perabotan yang dapat dipindah-pindah, kendaraan, dan
barang-barang lain. Karena besar dan lokasi beban yang senantiasa berubah-
ubah, maka penentuan beban hidup secara pasti adalah merupakan suatu hal
yang cukup sulit. Beberapa contoh beban hidup menurut kegunaan suatu ban-
gunan, ditampilkan dalam Tabel 1.2.

TABEL 1.2 BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG


Kegunaan Bangunan Berat
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana 125 kg/m 2
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
restoran, hotel, asrama, dan rumah sakit 250 kg/m 2
Lantai ruang olah raga 400 kg/m 2
Lantai pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,
ruang arsip, toko buku, ruang mesin, dan
lain-lain 400 kglm 2
Lantai gedung parkir bertingkat, untuk lantai bawah 800 kg/m 2
(Sumber : Peramran Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983)

c. Behan Angin, adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan
dari gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian
dari struktur. Besarnya tekanan tiup harus diambil minimum sebesar 25 kg/m 2 ,
kecuali untuk bangunan-bangunan berikut:
1. Tekanan tiup di tepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum
40 kg/m 2
2. Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih
dari 40 kg/m 2 , harus diambil sebesar p = 1J2116 (kg/m 2), dengan V adalah
kecepatan an gin dalam m/ s
3. Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m 2 harus ditentukan dengan ru-
mus (42,5 + 0,6h), dengan h adalah tinggi eerobong seluruhnya dalam
meter

-----
1.3 KONSEP DASAR LRFD 5

Gambar 1.2 Konstruksi Rangka Atap dari Baja Ringan (Smart Truss).
(Sunzber: Kokksi Pribadi)

Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan di atas harus dikalikan dengan
suatu koefisien angin, untuk rnendapatkan gaya resultan yang bekerja pada hi-
dang kontak tersebut.
d. Behan Gempa. adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur
akibat adanya pergerakan tanah oleh gernpa bumi, baik pergerakan arah vertikal
maupun horizontal. Namun pada umumnya percepatan tanah arah horizontal
lebih besar daripada arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh
lebih menentukan daripada gempa vertikal. Besarnya gaya geser dasar (statik
C X I
ekivalen) ditentukan berdasarkan persamaan V = --.w,
R
dengan C adalah
t

faktor respon gempa yang ditentukan berdasarkan lokasi bangunan dan jenis
tanahnya, I adalah faktor keutamaan gedung, R adalah faktor reduksi gempa
yang tergantung pada jenis struktur yang bersangkutan, sedangkan W: adalah
berat total bangunan termasuk beban hidup yang bersesuaian.

1.3 KONSEP DASAR LRFD

Dua filosofi yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja adalah perencanaan
berdasarkan tegangan kerjalworking stress design (Allowable Stress Design!ASD) dan peren-
canaan kondisi batas/ limit states design (Load and Resistance Factor Design!LRFD). Metode
ASD dalam perencanaan struktur baja telah digunakan dalam kurun waktu kurang lebih
100 tahun. Dan dalam 20 tahun terakhir prinsip perencanaan struktur baja mulai beralih
ke konsep LRFD yang jauh lebih rasional dengan berdasarkan pada konsep probabili-
tas. Untuk lebih memahami latar belakang pengembangan metode LRFD dengan ilmu
probabilitas, maka berikut akan sedikit dibahas mengenai prinsip-prinsip dasar dalam ilmu
probabilitas. Dalam metode LRFD tidak diperlukan analisa probabilitas secara penuh,
terkecuali untuk situasi-situasi tidak umum :·ang ridak diatur dalam peraturan.
6 BAB 1 PENDAHULUAN

Ada beberapa tingkatan dalam desain probabilitas. Metode Probabilitas Penuh (Fully
Probabilistic Method) merupakan tingkat III, dan merupakan cara analisa yang paling
kompleks. Metode Probabilitas Penuh memerlukan data-data tentang distribusi probabili-
tas dari tiap-tiap variabel acak (seperti tahanan, beban, dan lain-lain) serta korelasi antar
variabel tersebut. Data-data ini biasanya tidak tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga
umumnya metode Probabilitas Penuh ini jarang digunakan dalam praktek.
Tingkat II dalam desain probabilitas dinamakan metode First-Order Second Moment
(FOSM) yang menggunakan karakteristik statistik yang lebih mudah dari tahanan dan
beban. Metode ini mengasumsikan bahwa beban Q dan tahanan R saling bebas secara
statistik. Metode LRFD untuk perencanaan struktur baja yang diatur dalam SNI 03-1729-
2002, berdasarkan pada metode FOSM ini.
Beberapa istilah dalam ilmu statistik yang sering dijumpai, di antaranya:
1. Nilai rerata
Nilai rerata dari sekumpulan data, dapat dihitung dengan persamaan:
X.
x =_I_
1.1
N
dengan x adalah nilai rerata, xi adalah data ke-i dan N adalah jumlah data.
2. Standar Deviasi
Variasi data terhadap nilai rerata ditentukan dengan menjumlahkan kuadrat
selisih antara masing-masing data dengan nilai rerata dan membaginya dengan
jumlah data minus satu.

Varian = L,( xi-


N-1
xt
1.2

Standar Deviasi, a diperoleh dengan mencari akar kuadrat dari Varian

CJ=
L,(xi -x:t 1.3
N-1
3. Fungsi Kerapatan Probabilitas
Fungsi Kerapatan Probabilitas (Probability Density Function/PDF) merupakan
fungsi yang terdefinisi pada suatu selang interval kontinu, sehingga luas daerah di
bawah kurva (yang didefinisikan oleh fungsi tersebut) dan di atas sumbu x adalah
sama dengan satu. Untuk suatu variabel acak yang terdistribusi normal (Gauss-
ian), maka kurva PDF akan mempunyai bentuk seperti suatu genta!lonceng,
dan mempunyai persamaan:

-oo::=;x<cx 1.4

dengan p(x) merupakan peluang terjadinya variabel x sebagai fungsi dari nilai
rerata m = x dan Standard Deviasi cr, dari suatu data yang terdistribusi normal.
Bentuk kurva PDF tidak selalu terpusat pada sumbu koordinat namun tergan-
tung dari perubahan m dan cr. Beberapa bentuk kurva PDF untuk m dan a
yang berbeda ditunjukkan dalam Gambar 1.3.
Selanjutnya didefinisikan pula fungsi distribusi probabilitas, P(x) yang di-
rumuskan sebagai:
X

p(x) = J p(x)dx 1.5

-
1.3 KONSEP DASAR LRFD 7

0,7

m = 1, cr = 2/3
0,6

0,5

s
Q

m = 0, cr = 1

-4 -3 -2 -1 0 2 3 4 5
X

Gambar 1.3 Kurva rungsi Kerapatan Probabiliras

Nilai P(x) terletak antara 0 hingga 1, sehingga:


X

Prob (-oo < x < oo) = J p(x)dx=l 1.6

Jika distribusi data tidak simetri, maka kurva fungsi kerapatan probabilitas
logaritmik normal (lognormal) sering digunakan. Dinyatakan secara matematis,
jika Y = ln(x) terdistribusi normal, maka x dikatakan lognormal. Fungsi log-
normal digunakan dalam metode LRFD. Karena ln(x) terdistribusi normal, maka
s
nilai reratanya A dan Standar Deviasi dapat ditentukan dengan transformasi
111

logaritmik dari fungsi distribusi normalnya.

1.7

1.8
dengan V = <J I x adalah koefisien variasi serta x dan <J didefinisikan seperti
pada persamaan 1.1 dan 1.3.
4. Koefisien Variasi
Untuk dapat memberikan gambaran terhadap penyebaran data, maka biasanya
digunakan Koefisien Variasi ( V) yang diperoleh dari pembagian antara Stan dar
Deviasi (cr) dengan nilai rerata (x).
5. Faktor Bias
Faktor bias, A merupakan rasio antara nilai rerata dengan nilai nominal.

A=~ 1.9
8 BAB 1 PENDAHULUAN

1.4 PELUANG KEGAGALAN

Dalam konreks analisa keandalan suatu struktur, yang dimaksud dengan istilah kegagalan
({ai!ure) adalah terjadinya salah satu dari sejumlah kondisi batas yang telah ditentukan
sebelumnya. Faktor beban dan tahanan dipilih sedemikian rupa sehingga peluang kegagalan
suatu struktur adalah kecil sekali atau masih dalam batas-batas yang dapat diterima. Peluang
kegagalan suatu struktur dapat ditentukan jika tersedia data-data statistik (seperti nilai re-
rata dan standar deviasi) dari tahanan dan tersedia pula fungsi distribusi dari beban.
Untuk mengilustrasikan prosedur analisa keandalan suatu struktur, perhatikan kurva
fungsi kerapatan probabilitas I PDF dalam Gambar 1.4 dari variabel acak beban Q serta
tahanan R. Jika tahanan R lebih besar dari beban yang bekerja Q, maka struktur tersebut
dapat dikatakan masih aman (surviz;e). Karen a nilai R dan Q bervariasi, maka akan ada
kemungkinan kecil bahwa pada suatu saat beban Q lebih besar daripada tahanan R. Situasi
ini direpresentasikan dengan daerah berarsir pada Gambar 1.4. Hal inilah yang disebut
dengan kegagalan (failure), dengan peluang suatu kegagalan didefinisikan sebagai:
p1 = P(R < Q ) 1.10

fR(r)
i Q

fQ(q)
I
I
I R

~------------~--~~~~~~---------R~----------------~0.
0
R

Gambar 1.4 Fungsi Kerapatan Probabilitas Tahanan dan Behan

Fungsi kerapatan probabilitas dari R dan Q dalam Gambar 1.4 digambarkan untuk
menunjukkan perbedaan nilai koefisien variasi dari tahanan dan beban, yaitu ~' dan ~l
Daerah di bawah masing-masing kurva mempunyai luas sama dengan satu, namun terlihat
bahwa tahanan R memiliki penyebaran data yang lebih Iebar daripada beban Q. Daerah
yang terarsir menunjukkan daerah kegagalan (foilure) di mana nilai tahanan lebih kecil
dari beban. Namun demikian, luas dari daerah terarsir tersebut tidak sama dengan be-
sarnya peluang kegagalan, sebab daerah tersebut merupakan gabungan dari dua buah fungsi
kerapatan yang memiliki standar deviasi serta nilai rerata yang berbeda. Untuk mencari
nilai peluang kegagalan pf biasanya lebih sering digunakan sebuah kurva fungsi kerapatan
g(R, Q) yang dapat digunakan secara langsung untuk menentukan peluang kegagalan serta
indeks keandalan suatu struktur. Jika R dan Q terdistribusi normal, maka fungsi kerapatan
g(R, Q) dapat dituliskan menjadi:
g(R,Q) =R-Q 1.11

Jika R dan Q terdistribusi secara lognormal, maka g(R, Q) dapat dituliskan:

g(R,Q) = ln(II) - ln(Q) g


=In( J 1,12
1.5 INDEKS KEANDALAN 9

Dalam kedua kasus di atas, kondisi batas tercapai jika R = Q dan kegagalan terjadi
pada saat g(R,Q) < 0. Teori probabilitas menyatakan bahwa jika dua buah variabel acak
Ian
yang terdistribusi normal digabungkan, maka akan menghasilkan fungsi kerapatan yang
~an
normal pula. Atau dengan kata lain jika R dan Q rerdistribusi normal maka g(R, Q) juga
!an
akan terdistribusi normal. Hal serupa dapat pula dinyatakan jika R dan Q terdistribusi
ng
lognormal, maka g(R, Q) juga terdisrribusi lognormal.
re-
Peluang kegagalan dari R dan Q yang terdistribusi normal dapat dihitung berdasarkan
persamaan:
va
·ra R-Q 1.13
ut
~a/{ 2 + a 1~ '-
:la
cSl
Sedangkan untuk R dan Q yang terdistribusi lognormal peluang kegagalannya:
lt

0 1.14

dengan R dan Q adalah nilai rerata, 0 11 dan CJQ adalah standar deviasi, t~1 dan V12 adalah
koefisien variasi dari tahanan dan beban, serta FJ ) adalah fungsi distribusi kumulatif
Fungsi distribusi kumulatif adalah integrasi dari f/>:) dengan batas integrasi adalah dari
-= hingga u dan akan menghasilkan nilai peluang di mana x lebih kecil daripada u. Hasil
integrasi ini diperlihatkan dengan daerah yang berarsir dalam Gambar 1.5.

1.5 INDEKS KEANDALAN

Alternatif lain yang lebih mudah untuk menentukan peluang kegagalan adalah dengan
menggunakan indeks keandalan ~- Prosedur ini akan dibahas dengan menggunakan
distribusi lognormal sesuai persamaan 1.11, sebab distribusi lognormal akan dapat men-
cerminkan distribusi aktual serta R dan Q secara lebih akurat daripada distribusi normal.
Selain itu, perhitungan secara numerik untuk fungsi g(R,Q) akan lebih stabil dengan
menggunakan rasio RIQ daripada selisih R - Q.

~ X
u
Gambar 1.5 Definisi F,,

Jika fungsi g(R,Q) dalam persamaan 1.12 mempunyai distribusi lognormal, maka
distribusi frekuensinya akan mempunyai bentuk seperti kurva dalam Gambar 1.6. Kurva
ini adalah kurva distribusi frekuensi tunggal yang merupakan kombinasi dari R dan Q.
Kondisi batas pada saat R < Q sama dengan probabilitas pada saat ln (R/ Q) < 0, yang
ditunjukkan dengan daerah berarsir dalam Gambar 1.6 tersebut.
Jarak antara nilai rerata terhadap titik pusar adalah sama dengan [3. (J,g dan menjadi
ukuran dari keamanan dan koefisien dari standar deviasi, [3, sering disebut sebagai indeks
keandalan.
10 BAB 1 PENDAHULUAN

f(g)

Daerah kegagalan
Luas daerah = Pr

g = 1n(R1 0)

Gambar 1.6 Indeks Keandalan f3 unruk R dan Q Lognormal.

Jika tahanan R dan beban Q keduanya terdistribusi lognormal serta tidak saling
terkorelasi, maka nilai rerata dari g(R, Q) adalah:

1.14

serta standar deviasinya adalah:

rr~ = ~V/ + V/ 1.15


- -
dengan R dan Q adalah nilai rerata, VR dan VQ adalah koefisien variasi dari R dan Q.

Dengan menyamakan [3. ~~ dengan ln ( 5'~) maka diperoleh hubungan:

ln(~~~)
3 = ···- - - - 1.16
~~~2 + VR2
Hubungan antara Pr dengan f3 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

p1 = 460.exp(-4,3;3) 1.17

ln(4~ 1 J
atau ; 3 = - - - - - 1.18
4,3

TABEL 1.3 HUBUNGAN ANTARA PELUANG KEGAGALAN DAN INDEKS


KEANDALAN
[3 PI PI [3
2,50 0,99£-02 l,OOE-02 2,50
3,00 1,15£-03 1,00£-03 3,03
3,50 1,34£-04 1,00£-04 3,57
4,00 1,56£-05 1,00£-05 4,10
4,50 1,82£-06 1,00£-06 4,64
5,00 2,12£-07 1,00£-07 5,17
5,50 2,46£-08 1,00£-08 5,71
1.6 DESAIN LRFD STRUKTUR BAJA 11

• CONTOH 1.1
Sebuah balok jembatan dari beton prategang dengan panjang bentang 27 m dan jarak
antar balok sepanjang 2,4 m memiliki data-data statistik sebagai berikut:
Efek beban : Q = 4870 kN.m O'Q = 415 kN.m
Tahanan : R" = 7040 kN.m VR = 0,075
Hitunglah indeks keandalan balok beton prategang tersebut.

JAWAB:
Indeks ke~dalan, {3, dapat dihitung menggunakan persamaan 1.16, terlebih dahulu harus
dihitu~g R dan VQ:
R = AR.Rn = 1,05(7040) = 7390 kN.m

VQ = (J~ = 415
= 0,085
Q 4870
Gunakan persamaan 1.16 :

ln(R/_) m(7390/ )
f3 = I Q = I 4870 = 3, 68
~V/ + VQ 2
~0,075 2 + 0,058
Peluang kegagalan dari balok beton prategang ini kurang lebih 10000.

1.6 DESAIN LRFD STRUKTUR BAJA

Secara umum, suatu struktur dikatakan aman apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

1.19
Bagian kiri dari persamaan 1.19 merepresentasikan tahanan atau kekuatan dari sebuah
komponen atau sistem struktur. Dan bagian kanan persamaan menyatakan beban yang
harus dipikul struktur tersebut. Jika tahanan nominal Rn dikalikan suatu faktor tahanan (jJ
maka akan diperoleh tahanan rencana. Namun demikian, berbagai macam beban (beban
mati, beban hidup, gempa, dan lain-lain) pada bagian kanan persamaan 1.19 dikalikan
suatu faktor beban J-: untuk mendapatkan jumlah beban terfaktor .!'J-:. Qi'

Faktor Beban dan Kombinasi Beban


Dalam persamaan 1.19 tampak bahwa tahanan rencana harus melebihi jumlah dari beban-
beban kerja dikalikan dengan suatu faktor beban. Penjumlahan beban-beban kerja ini
yang dinamakan sebagai kombinasi pembebanan. Menurut peraturan baja Indonesia, SNI
03-1729-2002 pasal 6.2.2 mengenai kombinasi pembebanan, dinyatakan bahwa dalam
perencanaan suatu struktur baja haruslah diperhatikan jenis-jenis kombinasi pembebanan
berikut ini:
a. 1,4D 1.20.a
b. 1,2D + 1,6L + 0,5(La atau H) 1.20.b
c. 1,2D + 1,6(La atau H) + (Yr.L atau O,BW) 1.20.c
d. 1,2D + 1,3 W + Yr·L + 0,5(La atau H) 1.20.d
e. 1,2D ± 1,OE + yL.L 1.20.e
f. 0,9D ± (I ,3 W atau 1,OE) 1.20.f
12 BAB 1 PENDAHULUAN

dengan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan layan tetap
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk bcban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain
L, adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan,
1

dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W adalah beban angin
E adalah beban gempa yang ditentukan dari peraturan gempa y1 = 0,5 bila L < 5 kPa,
dan ~ = 1 bila L .2. 5 kPa. Faktor beban untuk L harus sama dengan 1,0 untuk
garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum dan semua daerah
yang memikul beban hidup lebih besar dari 5 kPa.

TABEL 1.4 HUBUNGAN KOMBINASI BEBAN DENGAN INDEKS KEANDALAN


Kombinasi Beban lndeks Keandalan, f3
D&L 3,0 untuk komponen struktur
4,5 untuk sambungan
D, L, dan W 2, 5 untuk komponen struktur
D, L, danE 1,75 untuk komponen struktur

• CONTOH 1.2:
Suatu struktur pelat lantai dipikul oleh balok dari profil WF 450.200.9.14 dengan jarak
antar balok adalah sebesar 2,5 m (as ke as). Beban mati pelat lantai sebcsar 2,5 kN/
m 2 dan beban hidup 4 kN/m 2 • Hitunglah beban terfaktor yang harus dipikul oleh balok
tersebut sesuai kombinasi LRFD (SNI 03-1729-2002)!

JAWAB:
Tiap balok harus memikul berat sendiri ditambah beban dari pelat selebar 2,5 m.
D = 0,76 + 2,5(2,5) = 7,01 kN/m
L = 2,5(4) = 10 kN/m
Karena hanya ada 2 jenis beban yakni beban mati dan beban hidup, maka hanya perlu
diperiksa terhadap kombinasi beban 1.1 dan 1.2 :
(1.20.a) U 1,4D = 1,4(7,01) = 9,814 kN/m
(l.20.b) U = 1,2D + l,6L + 0,5(L, atau H)
1

= 1,2(7,01) + 1,6(10) + 0,5(0) = 24,412 kN/m


Jadi, beban terfaktor yang menentukan adalah sebesar 24,412 kN/m .

• CONTOH 1.3:
Suatu sistem struktur atap dari profil WF 400.200.8.13 yang diletakkan setiap jarak 3 m,
digunakan untuk memikul beban mati sebesar 2 kN/m 2 , beban hidup atap 1,5 kN/m 2
serta beban angin 1 kN/m 2 • Hitunglah beban terfaktor yang harus dipikul oleh profil
terse but!

JAWAB:
Beban-beban yang harus dipikul profil tersebut adalah:
D = 0,66 + 3(2) = 6,66 kN/m
L = 0 kN/m
La = 3(1,5) = 4,5 kN/m

..
1.6 DESAIN LFRD STRUKTUR BAJA 13

W = 3(1) = 3 kN/m
Periksa terhadap kombinasi pemhebanan 1.1 hingga 1.5:
(1.20.a) U l ,4D = 1,4(6,66) = 9,324 kN/m
(1.20.b) U 1,2D + 1,6L + 0,5(L, atau l-1)
1,2(6,66) + 1,6(0) + 0,5(4,5) = 10,242 kN/m
(1.20.c) U 1,2D + 1,6(La atau H) + (ycL atau 0,8 It?)
1,2(6,66) + 1,6(4,5) + 0,8(3) = 17,592 kN/m
(1.20.d) U 1,2D + 1,3 W + 0·L + 0,5(L,, atau H)
1,2(6,66) + 1,3(3) + 0 + 0,5(4,5) = 14,142 kN/m
(1.20.e) U = 0,9D ± 1,3W
= 0,9(6,66) + 1,3(3) = 9,894 kN/m atau 2,094 kN/m
Jadi, beban terfaktor yang harus dipikul profil tersebut adalah sebesar 17,592 kN/m

• CONTOH 1.4:
Sebuah kolom baja dari suatu struktur bangunan gedung, memikul beban-beban aksial
sebagai berikut: beban mati 85 ton, beban hidup dari atap 25 ton, beban hidup dari lan-
tai bangunan 110 ton, beban angin ± 35 ton, beban gempa + 30 ton. Hitunglah beban
desain kolom sesuai kombinasi LRFD!

JAWAB:
Beban-beban yang harus dipikul profil tersebut adalah:
D = 8 5 ton W = ± 5 ton
L, = 25 ton E = ±_ 30 ton
L = 110 ton misalkan diambil Yr = 0,5
Periksa terhadap kombinasi pembebanan 1.1 hingga 1.6:
(1.20.a) U 1,4D = 1,4(85) = 119 ton
(1.20.b) U 1,2D + 1,6L + 0,5L"
1,2(85) + 1,6(11 O) + 0,5(25) = 290,5 ton
(1.20.c) U 1,2D + 1,6Ld + 0,5L
1,2(85) + 1,6(25) + 0,5(110) = 197 ton
(1.20.c) U 1,2D + 1,6La + 0,8 W
= 1,2(85) + 1,6(25) + 0,8(35) = 170 ton
(1.20.d) U 1,2D + 1,3 W + 0,5L + 0,5L"
1,2(85) + 1,3(35) + 0,5(110) + 0,5(25) = 215 ton
(1.20.e) U 1,2D ± 1,0£ + 0,5L
1,2(85) ± 30 + 0,5(110) = 187 ton atau 127 ton
(1.20.f) U = 0,9D ± 1,3 W
= 0,9(85) ± 1,3(35) = 122 ton atau 31 ton
(1.20.f) U = 0,9D ± 1 ,OE
= 0,9(85) + 1,0(30) = 106,5 ton atau 46,5 ton
Jadi, beban terfaktor yang harus dipikul oleh kolom tersebut adalah sebesar 290,5 ton.

Faktor Tahanan
Faktor tahanan dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD, ditentukan dalam
tabel 6.4-2 SNI 03-1729-2002, sebagai berikur:
a. Komponen struktur yang memikul lentur ¢ = 0,90
b. Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial ¢ = 0,85
c. Komponen struktur yang memikul gaya tarik
1) Terhadap kuat tarik leleh ¢ = 0,90
2) Terhadap kuat tarik fraktur ¢ = 0,75
14 BAB 1 PENDAHULUAN

d. Komponen struktur yang memikul gaya aksial dan lentur ¢ = 0,90


e. Komponen struktur komposit
1) Kuat tekan ¢ = 0,85
2) Kuat tumpu beton ¢ = 0,60
3) Kuat lentur dengan distribusi tegangan plastis ¢ = 0,85
4) Kuat lentur dengan distribusi tegangan elastis ¢ = 0,90
f. Sambungan baut ¢ = 0,75
g. Sambungan las
1) Las tumpul penetrasi penuh ¢ = 0,90
2) Las sudut, las tumpul penetrasi sebagian, las pengisi ¢ = 0,75
-
2
Material Baja dan
Sifat-sifatnya
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bah ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Memahami unsur-unsur penyusun material baja
• Sifat-sifat mekanik dan perilaku material baja

Pokok-pokok Pembahasan Bah


1.1 Sejarah Penggunaan Material Baja
1.2 Material Baja
1.3 Sifat-sifat Mekanik Baja
1.4 Keuletan Material
1.5 Tegangan Multiaksial
1.6 Perilaku Baja pada Temperatur Tinggi
1. 7 Pengerjaan Dingin dan Penguatan Regangan
1. 8 Kerumuhan Getas
1.9 Sobekan Lamelar
1.10 Keruntuhan Lelah

2.1 SEJARAH PENGGUNAAN MATERIAL BAJA

Pada masa awal penggunaannya sekitar tahun 4000 SM, besi (komponen utama penyusun
baja) digunakan untuk membuat peralatan-peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam
bentuk besi tempa, yang diperoleh dengan memanaskan bijih-bijih besi dengan meng-
gunakan arang. Seki tar akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, besi tuang dan besi
tempa sudah mulai banyak digunakan untuk pembuatan struktur jembatan. Jembatan
Lengkung Coalbrookdale yang melintang di atas Sungai Severn (Inggris) adalah jembatan
pertama yang terbuat dari besi tuang. Jembatan dengan panjang bentang sekitar 30 m ini
dibangun oleh Abraham Darby III.

Gambar 2.1 Coalbrookdale Arch Bridge (Sumber: W\\w.grearbuildings.com)


16 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

Gambar 2.2 Eads Bridge, St. Louis, USA (Surnber: www.bridgepos.com)

Pada abad ke-19 muncul material baru yang dinamakan dengan baja yang merupakan
logam paduan antara besi dan karbon. Material baja mengandung kadar karbon yang
lebih sedikit daripada besi tuang, dan mulai digunakan dalam konstruksi-konstruksi berat.
Pembuatan baja dalam volume besar dilakukan pertama kali oleh Sir Henry Bessemer dari
Inggris. Sir Henry menerima hak paten dari pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas
temuannya tersebut. Beliau mempelajari bahwa dengan menghembuskan aliran udara di
atas besi cair panas akan membakar kotoran-kotoran yang ada dalam besi tersebut, namun
secara bersamaan proses ini juga menghilangkan komponen-komponen penting seperti
karbon dan mangan. Selanjutnya komponen-komponen penting ini dapat digantikan
dengan suatu logam paduan antara besi, karbon dan mangan, di samping itu juga
mulai ditambahkan batu kapur yang dapat mengikat senyawa fosfor dan sulfur. Dengan
ditemukannya proses Bessemer, maka di tahun 1870 baja karbon mulai dapat diproduksi
dalam skala besar dan secara perlahan material baja mulai menggantikan besi tuang sebagai
elemen konstruksi.

Gambar 2.3 Home Insurance Company Building, Chicago.


(Sumber· www.ar. utexas.edu)

-
2.2 MATERIAL BAJA 17

Di Amerika Serikat jembatan kereta api pertama yang dibuat dari baja adalah jem-
batan Eads, yang diselesaikan pada tahun 187 4. Jembatan yang memakan biaya sekitar
$10.000.000 ini terdiri dari tiga buah bentangan, bentangan tengah sepanjang 520 ft
sedangkan dua bentangan yang lain sepanjang 500 ft.
Struktur portal rangka baja pertama adalah Home Insurance Company Building
di Chicago yang dibangun oleh William Le Baron Jenny. Jenny menggunakan kolom
dari besi tuang yang dibungkus dengan bata, balok-balok untuk enam lantai pertama
terbuat dari besi tempa, sedangkan balok-balok di lantai atasnya terbuat dari balok baja
struktural.

2.2 MATERIAL BAJA

Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja karbon, baja
paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari baja tersebut seperti
tegangan leleh dan tegangan putusnya diatur dalam ASTM A6/ A6M.
a. Baja karbon
Baja karbon dibagi menjadi 3 kategori tergantung dari persentase kandungan
karbonnya, yaitu: baja karbon rendah (C = 0,03-0,35%), baja karbon medium
(C = 0,35-0,50%), dan baja karbon tinggi (C = 0,55-1,70%). Baja yang sering
digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium, misalnya baja BJ 3 7.
Kandungan karbon baja medium bervariasi dari 0,25-0,29% tergantung kete-
balan. Selain karbon, unsur lain yang juga terdapat dalam baja karbon adalah
mangan (0,25-1,50%), Silikon (0,25-0,30%), fosfor (maksimal 0,04%) dan
sulfur (0,05%). Baja karbon menunjukkan titik peralihan leleh yang jelas, seperti
nampak dalam Gambar 2.4, kurva a. Naiknya persentase karbon meningkat-
kan tegangan leleh namun menurunkan daktilitas, salah satu dampaknya adalah
membuat pekerjaan las menjadi lebih sulit. Baja karbon umumnya memiliki
tegangan leleh if) an tara 210-250 MPa
b. Baja paduan rendah mutu tinggi
Yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi (high-strength
low-alloy steel/HSLA) mempunyai tegangan leleh berkisar antara 290-550 MPa
dengan tegangan putus (f) antara 415-700 MPa. Titik peralihan leleh dari
baja ini nampak dengan jelas (Gambar 2.4 kurva b). Penambahan sedikit
bahan-bahan paduan seperti chromium, columbium, mangan, molybden, nikel,
fosfor, vanadium atau zirkonium dapat memperbaiki sifat-sifat mekaniknya. Jika
baja karbon mendapatkan kekuatannya seiring dengan penambahan persentase
karbon, maka bahan-bahan paduan ini mampu memperbaiki sifat mekanik baja
dengan membentuk mikrostruktur dalam bahan baja yang lebih halus.
c. Baja paduan
Baja paduan rendah (low alloy) dapat ditempa dan dipanaskan untuk mem-
peroleh tegangan leleh antara 550-760 MPa. Titik peralihan leleh tidak tampak
dengan jelas (Gambar 2.4 kurva c). Tegangan leleh dari baja paduan biasanya
ditentukan sebagai tegangan yang terjadi saat timbul regangan permanen sebesar
0,2%, atau dapat ditentukan pula sebagai tegangan pada saat regangan mencapai
0,5%.

Baut yang biasa digunakan sebagai alat pengencang mempunyai tegangan putus
minimum 415 MPa hingga 700 MPa. Baut mutu tinggi mempunyai kandungan karbon
maksimum 0,30%, dengan tegangan putus berkisar antara 733 hingga 838 MPa.
18 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

tegangan leleh akibat regangan 0,5%


800

tegangan leleh akibat regangan permanen 0,2%

100 700
" - baja dengan fY > 700 MPa;
tipikal untuk baja dengan fY > 450 MPa

600

80

500 ro
·u; 0...
~
regangan permanen sebesar 0,2% (0,002 inci/inci) ~
c cro
g,
c
60 baja dengan fY = 345 MPa; tipikal untuk baja Ol
c
ro dengan fY < 450 MPa ro
Ol Ol
~ ~

300
40 Baja BJ37

tegangan leleh bawah


200

20

0 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025


Regangan E, inci/inci

Gambar 2.4 Hubungan tegangan-regangan tipikal. (Sumber: Salmon & Johnson, Steel Structures Design and
Behavior, 4'h ed.)

2.3 SIFAT-SIFAT MEKANIK BAJA

Agar dapat memahami perilaku suatu struktur baja, maka seorang ahli struktur harus
memahami pula sifat-sifat mekanik dari baja. Model pengujian yang paling tepat untuk
mendapatkan sifat-sifat mekanik dari material baja adalah dengan melakukan uji tarik
terhadap suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan data yang akurat
terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena disebabkan beberapa hal antara lain
adanya potensi tekuk pada benda uji yang mengakibatkan ketidakstabilan dari benda uji
tersebut, selain itu perhitungan tegangan yang terjadi di dalam benda uji lebih mudah
dilakukan untuk uji tarik daripada uji tekan. Gambar 2.5 dan 2.6 menunjukkan suatu
hasil uji tarik material baja yang dilakukan pada suhu kamar serta dengan memberikan
laju regangan yang normal. Tegangan nominal (/J yang terjadi dalam benda uji diplot pada
sumbu vertikal, sedangkan regangan (E) yang merupakan perbandingan antara pertam-
bahan panjang dengan panjang mula-mula (11.LIL) diplot pada sumbu horizontal. Gambar
2.5 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda uji baja yang dilakukan hingga benda uji
mengalami keruntuhan, sedangkan Gambar 2.6 menunjukkan gambaran yang lebih detail
dari perilaku benda uji hingga mencapai regangan sebesar ± 2%.
- 2.3 SIFAT-SIFAT MATERIAL BAJA 19

.:!:. 20%
... E "" 1 5% .. ,
/ sh '

Gambar 2.5 Kurva Hubungan Tegangan (fj vs Regangan (E)

f
daerah
plastis

/--------------
1
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
IE
~----------L-~Y ______________________________________L __ _ _ _ ~£

2%
l•regangan ..,,
permanen

Gambar 2.6 Bagian Kurva Tegangan - Regangan yang Diperbesar

Titik-titik penting dalam kurva tegangan-regangan antara lain adalah:


ip batas proporsional
J; batas elastis
+, + : tegangan leleh atas dan bawah
lyu JJ'
r ---

20 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

fu : tegangan putus
E,;, : regangan saat mulai terjadi efek strain-hardening (penguatan regangan)
E 11
: regangan saat tercapainya tegangan putus

Titik-titik penting ini membagi kurva tegangan-regangan menjadi beberapa daerah


sebagai berikut:
1. Daerah linear antara 0 dan f.,p dalam daerah ini berlaku Hukum Hooke,
kemiringan dari bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai Modulus Elastisitas
atau Modulus Young, E (= f! E)
2. Daerah elastis antara 0 dan J; pada daerah ini jika be ban dihilangkan maka benda
uji akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa benda uji tersebut
masih bersifat elastis
3. Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 2% hingga 1,2-1,5%, pada
bagian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan sebesar J;.
Daerah ini dapat menunjukkan pula tingkat daktilitas dari material baja terse-
but. Pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah ini
tegangan masih mengalami kenaikan. Karena itu baja jenis ini tidak mempunyai
daerah plastis yang benar-benar datar sehingga tak dapat dipakai dalam analisa
plastis
4. Daerah penguatan regangan (strain-hardening) antara E,.h dan Eu. Untuk regangan
lebih besar dari 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum, tegangan kern-
bali mengalami kenaikan namun dengan kemiringan yang lebih kecil daripada
kemiringan daerah elastis. Daerah ini dinamakan daerah penguatan regangan
(strain-hardening), yang berlanjut hingga mencapai tegangan putus. Kemiringan
daerah ini dinamakan modulus penguatan regangan (E)

Dalam perencanaan struktur baja, SNI 03-1729-2002 mengambil beberapa sifat-sifat


mekanik dari material baja yang sama yaitu:
Modulus Elastisitas, E = 200.000 MPa
Modulus Geser, G = 80.000 MPa
Angka poisson 0,30
Koefisien muai panjang, a = 12.10 - ('/"C

Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan tegangan putusnya, SNI 03-1729-2002


mengklasifikasikan mutu dari material baja menjadi 5 kelas mutu sebagai berikut:

lABEL 2.1 SIFAT-SIFAT MEKANIS BAJA STRUKTURAL


Jenis Baja Tegangan Putus minimum, Tegangan Leleh minimum, Regangan minimum
f:
(MPa) J;(MPa) (%)

BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13

Menurut Kuzmanovic dan Willems (1977), mendefinisikan daktilitas material baja


sebagai rasio antara E,~_, dengan E),:

2.1
2.3 KEULETAN MATERIAL 21

Nilai daktilitas dari berbagai material baja berbeda-beda. Baja rnutu tinggi memiliki
nilai daktilitas yang lebih rendah dibandingkan misalnya mutu BJ 37. Beberapa baja mutu
tinggi bahkan memiliki nilai daktilitas mendekati satu, atau dengan kata lain hampir
tidak ada bagian yang mendatar pada kurva regangan-regangan. Untuk baja mutu tinggi
ini juga tidak menunjukkan nilai tegangan leleh (j) yang jelas, sehingga nilai tegangan
leleh dari baja mutu tinggi didefinisikan sebagai besarnya tegangan yang dapat menimbul-
kan regangan permanen sebesar 0,2%. Rendahnya daktilitas juga membuat material baja
menjadi lebih sensitif akibat adanya tegangan sisa yang terjadi selama proses pembuatan
baja tersebut. Proses pabrikasi baja mutu tinggi juga harus diawasi dengan lebih cermat,
terutama pada saat pengelasan yang dapat menimbulkan sobekan lamelar (dibahas dalam
sub bab 2.9).

2.4 KEULETAN MATERIAL

Penggunaan material baja dengan mutu yang lebih tinggi dari BJ 37 tanpa ada perlakuan
panas (heat treatment) akan mengakibatkan bahan tidak memiliki daktilitas yang baik
dan bahan yang getas/mudah patah, sehingga penggunaan material yang demikian perlu
mendapat perhatian yang lebih dari seorang perencana struktur. Dalam perencanaan struk-
tur baja, keuletan material (toughness) adalah ukuran dari suatu material untuk menahan
terjadinya putus (fracture) atau dengan kata lain adalah kemampuan untuk menyerap
energi. Keuletan material juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menahan ter-
jadinya perambatan retak akibat adanya takikan pada badan material. Retak yang merambat
akan mengakibatkan keruntuhan getas pada material.
Dalam uji tarik uniaksial, keuletan material dapat dihitung sebagai luas total dari
kurva tegangan-regangan hingga titik putus benda uji (pada saat kurva tegangan-regangan
berakhir). Karena kondisi tarik uniaksial jarang dijumpai pada struktur yang sebenarnya,
maka indeks keuletan bahan dapat diukur berdasarkan kondisi tegangan yang lebih kom-
pleks yang terjadi pada suatu takikan.
Salah satu cara untuk mengukur keuletan dari material adalah dengan melakukan
eksperimen Charpy ( Charpy 'V-notch Test). Uji Charpy ini menggunakan benda uji balok
beton persegi yang tertumpu sederhana dan memiliki takikan berbentuk V pada bagian
tengah bentang. Balok ini kemudian dipukul dengan suatu bandul berayun hingga patah.
Energi yang diserap oleh benda uji dapat dihitung dari tinggi jatuh bandul hingga benda
uji patah. Energi yang dapat diserap suatu benda uji akan bertambah seiring dengan ke-
naikan suhu pada saat pengujian dilakukan.

250

.::;-· 200

j' 150

i ·100

-200 -100 100 200


Temper::rlure(aC)
.fit High Carb•)f'l stee-l L(jN C arb on steel
• Cold VtJ' Nke:d Brass .A.Iuminiurn
'!#, Cc•ppe:r lB. .A.1Jste:n rt:ie: Stain le::: s Steel
>Annealed Bra::::::

Gambar 2.7 Hasil Uji Charpy pada Berbagai Temperatur


22 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

Daerah transisi antara perilaku daktail dan getas dari suatu material dapat diperoleh
dengan melakukan uji Charpy pada berbagai temperatur. Benda uji dapat didinginkan
dengan menggunakan nitrogen cair pada suhu -196°C. Cara lain untuk mendapatkan
suhu rendah adalah dengan membuat campuran antara nitrogen cair, alkohol, es (H 20),
dan es kering (CO). Untuk menaikkan temperatur dapat ditempuh dengan cara direndam
pada air mendidih atau dengan dipanaskan pada suatu tungku pembakar. Hasil uji Charpy
untuk berbagai jenis material baja pada berbagai temperatur pengujian ditunjukkan dalam
Gambar 2.7.

2.5 TEGANGAN MULTIAKSIAL

Untuk tiap kondisi tegangan multiaksial, diperlukan definisi leleh yang jelas, definisi ini
dinamakan kondisi leleh (atau teori keruntuhan) yang merupakan suatu persamaan inter-
aksi antara tegangan-tegangan yang bekerja.

Kriteria Leleh (Huber- Von Mises- Hencky)


Kriteria leleh untuk kondisi tegangan triaksial menurut Huber - von Mises - Hencky
adalah:

ae
2
=~[(a] -a2r +(a2 -a3r +(a3 -a~f]::;J/ 2.2

Dengan 0"1, 0"2 , 0"1 adalah merupakan tegangan-tegangan utama, sedangkan O"e adalah
tegangan efektif Dalam banyak perencanaan struktur 0"1 mendekati nol atau cukup kecil
sehingga dapat diabaikan. Dan persamaan 2.2 dapat direduksi menjadi:

2.3
Atau dapat dituliskan pula sebagai:

Persamaan 2.3 dapat digambarkan sebagai kurva seperti dalam Gambar 2.8.

Tegangan Geser Leleh


Titik leleh untuk kondisi geser murni, dapat ditentukan dari kurva tegangan-regangan
dengan beban geser, atau dengan menggunakan persamaan 2.3. Geser murni terjadi pada
bidang 45° dari bidang utama, atau pada saat 0 2 = -0 1 , dan tegangan geser 't = 0 1 • Sub-
stitusikan 0 2 = -0 1 ke persamaan 2.3 sehingga diperoleh:

2.5
1
Atau: T = r:; f ~ 0,6f 2.6
y \/3 )' )'

E
Modulus Geser (G), dirumuskan sebagai G = ---,-----,-
2( 1+ J'1)
Dengan E adalah modulus elastis bahan dan !l adalah angka Poisson. Untuk baja, nilai
modulus geser, G ~ 80000 MPa
2.6 PERILAKU BAJA PADA TEMPERATUR TINGGI 23

leh 1: = 0'1
:an
:an
-(j'
1
- o . - - - 0 '1 cr1-0-cr1
)),
till

PY
.m geser murni

lll

'f-

~y

-0'1--- 0- -0'1
2

h
il

Gambar 2.8 Kriteria Leleh Energi Disrorsi untuk Tegangan Bidang

2.6 PERILAKU BAJA PADA TEMPERATUR TINGGI

Proses desain suatu struktur untuk suatu beban layan pada temperatur normal, biasanya
jarang sekali memperhitungkan perilaku material pada temperatur tinggi. Pengetahuan
mengenai sifat-sifat/perilaku material baja pada temperatur tinggi sangat diperlukan ter-
utama pada saat melakukan proses pengelasan atau pada saat struktur terekspose di dalam
apt.
Pada temperatur sekitar 93°C, kurva tegangan-regangan akan berubah menjadi tak
linear lagi, dan secara bersamaan titik leleh material tidak tampak dengan jelas. Modulus
elastisitas, tegangan leleh dan tegangan tarik semuanya akan tereduksi seiring dengan
naiknya temperatur material. Pada temperatur antara 430 - 540°C laju penurunan
sifat-sifat mekanik dari baja mencapai tingkat maksimum. Tiap material baja memiliki
kandungan kimia dan mikrostruktur yang berbeda-beda, namun secara umum hubun-
gan antara kenaikan temperatur dengan reduksi sifat-sifat mekaniknya ditunjukkan dalam
Gambar 2.9. Baja dengan kandungan karbon yang cukup, seperti BJ 37, menunjuk-
kan perilaku "strain aging' pada kisaran temperatur 150 - 370°C. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya sedikit kenaikan dari tegangan leleh dan tegangan tariknya. Tegangan tarik
mengalami kenaikan sekitar 10% pada temperatur tersebut dan pada temperatur 260
- 320°C tegangan leleh naik kembali seperti pada kondisi temperatur ruangan normal.
"Strain aging' akan mengurangi daktilitas material baja.
Modulus elastisitas baja tereduksi secara cepat pada temperatur di atas 540°C. Ketika
temperatur mencapai 260 - 320°C, baja mengalami deformasi seiring dengan pertambahan
-
24 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

waktu di bawah beban yang dikerjakan. Fenomena ini disebut dengan istilah rangkak
(creep) yang biasanya dijumpai pada material beton, pada temperatur normal fenomena
rangkak tidak dijumpai pada material baja.

Temperatur, °C

1,2 200 400 600 800 1000


::J
ro
roo..~ 1,0
-groE
0.. "0 (!)
ro_
..c-Ero 0,8
~(J)-o
~-ro
·- 0..
c en 0,6
ro en ..c
Ol-~ (!)
c-a;
CU'-- 0,4
en .3 c
2 ~ ro ~
-~ ~ ~ g' 0,2
ro E en ro
0::
--I...
(!) (!) ::J

0 400 800 1200 1600 2000


Temperatur, °F
(a) Efek Temperatur terhadap Tegangan Leleh

0 400 800 1200 1600 2000


Temperatur, °F
(b) Efek Temperatur terhadap Tegangan Putus

1,0

0,6

0,4
c
~ 0,2
c
ro
2
0 200 400 600 800 1000
Temperatur, °F

(c) Efek Temperatur terhadap Modulus Elastisitas

Gambar 2.9 Efek Kenaikan Temperatur rerhadap Sifu-sit~u Mekanik Material Baja. (Sumber: Salmon &
Johnson, Steel Structures Design and Behal'l·or. -+ ed. \
- 2.7 PENGERJAAN DINGIN DAN PENGUATAN REGANGAN 25

ak Efek lain yang terjadi pada material baja akibat kenaikan temperatur antara lain
na adalah naiknya tahanan impak pada takikan pada temperatur 65 - 95°C, meningkatnya
sifat getas material akibat perubahan metalurgi dari material, dan naiknya ketahanan baja
terhadap korosi pada temperatur 540°C.

2.7 PENGERJAAN DINGIN DAN PENGUATAN REGANGAN

Setelah regangan leleh £ 1• = _f;!Es pada leleh pertama terlampaui, dan benda uji dibebas-
bebankan, pembebanan kembali akan memberikan hubungan tegangan-regangan yang
berbeda dari hubungan semula. Dalam gam bar 2.10 proses pembebasbebanan terjadi
dari lintasan A ke B, timbul regangan permanen OB. Kapasitas daktilitas berkurang dari
regangan OF ke BF. Pembebanan kembali dimulai dari titik B hingga mencapai daerah
penguatan regangan (titik C). Dari titik C dibebas-bebankan kembali sampai ke titik
D.

Tegangan Tarik

Hubungan tegangan-
E (tegangan
c regangan elastis-plastis
(IJ I putus)
Ol
c
(IJ I
~
Ol
I I
I
I
Kemiringan I akibat
I
penguatan
elastis I regangan
I
I I
I
D F Regangan
penguatan regangan ------

Regangan -1
permanen

Gambar 2.10 Efek Penguaran Regangan

Bila material baja yang mengalami pembebanan hingga mencapai daerah penguatan
~cgangan dan kemudian beban dilepaskan beberapa saat, maka material itu akan menam-
~'-1kkan sifat yang berbeda. Hubungan tegangan-regangan tidak lagi melalui lintasan D, C
:=. dalam Gambar 2. 1 1, namun titik leleh baja akan meningkat. Fenomena ini disebut strain
.:_~-i;zg. Baja yang mengalami strain aging akan mengalami kenaikan tegangan leleh, tegangan
:.:.rik dan tegangan putusnya, daerah plastis dengan tegangan konstan juga mengalami
~;'"naikan, namun daktilitas material ini mengalami penurunan.
Beban mulai diberikan kembali dari titik D, panjang lintasan DC lebih panjang dari
:;nasan BA yang mengindikasikan pula terjadi kenaikan titik leleh, peristiwa ini disebut
efek penguatan regangan. Proses pembebanan di luar daerah elastis yang berakibat pe-
-~Jbahan daktilitas bahan, dan dilakukan pada temperatur ruangan dikenal dengan istilah
pengerjaan dingin (cold form).
26 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

c peningkatan
co peningkatan tegangan akibat
0)
c tegangan leleh strain
E
co
0)
akibat aging
~
penguatan
regangan

Regangan
~ Daktilitassetelah j
penguatan regangan
dan strain aging

Gambar 2.11 Efek Strain Aging

2.8 KERUNTUHAN GETAS

Meskipun keruntuhan struktur baja pada umumnya merupakan keruntuhan daktail,


namun dalam bermacam variasi kondisi, keruntuhan baja dapat merupakan keruntuhan
getas. Keruntuhan getas adalah merupakan suatu keruntuhan yang terjadi secara tiba-tiba
tanpa didahului deformasi plastis, terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Keruntuhan
ini dipengaruhi oleh temperatur, kecepatan pembebanan, tingkat tegangan, tebal pelat, dan
sistem pengerjaan. Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat menimbulkan keruntuhan
getas pada suatu elemen struktur ditampilkan dalam Tabel 2.2 berikut ini:

lABEL 2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG POTENSIAL MENIMBULKAN KERUNTUHAN


GETAS
No Faktor Pengaruh Efek
Temperatur Makin tinggi temperatur makin besar peluang terjadinya
keruntuhan getas
2 Tegangan tarik Keruntuhan getas hanya dapat terjadi di bawah
tegangan tarik
3 Ketebalan material Makin tebal material baja, makin besar peluang terjadinya
keruntuhan getas
4 Kontinuitas 3 dimensi Menimbulkan efek tegangan multiaksial yang cenderung
mengekang proses leleh baja dan meningkatkan
kecenderungan terjadinya keruntuhan getas
5 Takikan Adanya takikan akan meningkatkan potensi keruntuhan
getas
6 Kecepatan pembebanan Makin cepat kelajuan pembebanan, makin besar pula
peluang terjadinya keruntuhan getas
7 Perubahan laju tegangan Naiknya kelajuan tegangan akan meningkatkan potensi
keruntuhan getas
8 Las Retakan pada las akan dapat beraksi sebagai suatu takikan
2.9 SOBEKAN LAMELAR 27

2.9 SOBEKAN LAMELAR


Pembuatan profil baja umumnya dilakukan dengan proses gilas panas. Proses ini mengaki-
batkan profil mempunyai sifat yang berbeda dalam arah gilas, arah transversal dan arah
ketebalan. Dalam daerah elastis sifat-sifat baja dalam arah gilas dan transversal hampir
sama. Namun daktilitas dalam arah ketebalan jauh lebih kecil daripada daktilitas dalam
arah gilasnya.
Sobekan lamelar merupakan keruntuhan getas yang terjadi pada bidang gilas akibat
gaya tarik besar yang bekerja tegak lurus ketebalan elemen pelat profil. Karena regan-
gan yang diakibatkan oleh beban layan biasanya lebih kecil dari regangan leleh, maka
beban-beban layan tak diperhatikan sebagai penyebab sobekan lamelar. Pada sambungan
las dengan kekangan tinggi, sobekan lamelar disebabkan oleh penyusutan las yang meng-
akibatkan timbulnya regangan yang beberapa kali lebih besar daripada regangan lelehnya.
Keruntuhan akibat sobekan lamelar dikategorikan sebagai keruntuhan getas. Sobekan lame-
lar umumnya dijumpai pada sambungan-sambungan las berbentuk T seperti pada Gambar
2.13. Di samping itu ukuran las juga mempengaruhi terjadinya sobekan lamelar, sebaiknya
ukuran las tidak melebihi 20 mm untuk menghindari terjadinya sobekan lamelar.

Arah
transversal

Arah penggilingan

il,
lll

Z = Arah ketebalan
z
Gambar 2.12 Arah Gilas, Arah Transversal, dan Arah Ketebalan

a
Gambar 2.13 Sobekan Lamelar pada Sambungan T dari Las Sudut

Gambar 2.14 Sobekan Lamelar Akibat Susur Sambungan Las


28 BAB 2 MATERIAL BAJA DAN SIFAT-SIFATNYA

+ +

Gambar 2.15 Pengerjaan Las untuk Menghindari Sobckan Lamelar

Bagian pelat baja yang mengalami sobekan lamelar akan menjadi berserabut (Gambar
2.14), hal ini mengindikasikan bahwa pelat tersebut memiliki daktilitas yang rendah dalam
arah ketebalan.
Salah satu cara mencegah terjadinya sobekan lamelar adalah dengan memperbaiki
detail sambungan las. Beberapa cara perbaikan diperlihatkan dalam Gambar 2.15.

2.10 KERUNTUHAN LELAH

Pembebanan yang bersifat siklik (khususnya beban tarik) dapat menyebabkan keruntuhan,
meskipun tegangan leleh baja tak pernah tercapai. Keruntuhan ini dinamakan keruntuhan
Ielah (fatigue failure). Keruntuhan Ielah dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni:
a. jumlah siklus pembebanan
b. daerah tegangan layan (perbedaan antara tegangan maksimum dan minimum)
c. cacat-cacat dalam material tersebut, seperti retak-retak kecil

Pada proses pengelasan cacat dapat diartikan sebagai takikan pada pertemuan antara
dua elemen yang disambung. Lubang baut yang mengakibatkan dikontinuitas pada elemen
juga dapat dikategorikan sebagai cacat pada elemen tersebut. Cacat-cacat kecil dalam suatu
elemen dapat diabaikan dalam suatu proses desain struktur, namun pada struktur yang
mengalami beban-beban siklik, maka retakan akan makin bertambah panjang untuk tiap
siklus pembebanan sehingga akan mengurangi kapasitas elemen untuk memikul beban
layan. Mutu baja tidak terlalu mempengaruhi keruntuhan Ielah ini.
-
3
Batang Tarik
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Mengetahui perilaku keruntuhan suatu batang tarik
Melakukan proses desain penampang suatu komponen struktur tarik

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Pendahuluan
1.2 Tahanan Nominal
1.3 Luas Netto
1.4 Efek Lubang Berselang-seling pada Luas Netto
1.5 Luas Netto Efektif
1.6 Geser Blok (Block Shear)
1. 7 Kelangsingan Struktur Tarik
1.8 Transfer Gaya pada Sambungan

bar
am 3.1 PENDAHULUAN

Batang tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti struktur-struktur
tiki
jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang tarik
ini sangat efektif dalam memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profil tunggal ataupun
profil-profil tersusun. Contoh-contoh penampang batang tarik adalah profil bulat, pelat,
siku, siku ganda, siku bintang, kanal, WF, dan lain-lain. Gambar 3.1 menunjukkan
beberapa penampang dari batang tarik yang umum digunakan.
Ln,
an

• [ L
(a) pelat (b) bulat pejal (c) profil kana! (d) profil siku

ra
_j
:n
u
g
_JL
(e) profil siku ganda
r
(f) profil siku bintang
I
(g) profil WF
p
1

][ I
(h) profil kana! ganda (i) profil S

Gambar 3.1 Beberapa Penampang Batang Tarik


-
30 BAB 3 SATANG TARIK

Gambar 3.2 Struktur Rangka Atap Baja dengan Menggunakan Profit Siku.
(Sumber: Koleksi Pribadi)

Struktur rangka atap biasanya menggunakan profil siku tunggal atau dapat pula digu-
nakan dua buah profil siku yang diletakkan saling membelakangi satu sama lain. Jarak di
antara dua buah profil siku tersebut harus cukup agar dapat diselipkan sebuah pelat (biasa
dinamakan pelat buhul) yang digunakan sebagai tempat penyambungan antar batang.
Siku tunggal dan siku ganda mungkin merupakan profil batang tarik yang paling banyak
digunakan. Profil T biasanya juga dapat digunakan dalam struktur rangka atap sebagai
alternatif dari profil siku.

Gambar 3.3 Struktur Rangka Jembatan Kereta Api. (Sumber: Koleksi Pribadi)

Pada struktur rangka jembatan dan rangka atap yang berbentang besar, umum
digunakan profil-profil WF atau profil kanal.
3.2 TAHANAN NOMINAL 31

: .2 TAHANAN NOMINAL

Dalam menentukan tahanan nominal suatu batang tarik, harus diperiksa terhadap tiga
macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu:
a. leleh dari luas penampang kotor, di daerah yang jauh dari sambungan
b. fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan
c. geser blok pada sambungan

Menurut SNI 03-1729-2002 pasal10.1 dinyatakan bahwa semua komponen struktur


:·ang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar ~' maka harus memenuhi:
3.1
SNI 03-1729-2002 menggunakan notasi Nu untuk menyatakan gaya tarik aksial ter-
faktor, namun dalam buku ini digunakan notasi ~ untuk membedakan dengan notasi
untuk gaya tekan aksial yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. Tn adalah tahanan
nominal dari penampang yang ditentukan berdasarkan tiga macam kondisi keruntuhan
batang tarik seperti telah disebutkan sebelumnya.
Besarnya tahanan nominal, T17 , suatu batang tarik untuk tipe keruntuhan leleh dan
fraktur ditentukan sebagai berikut:

u-
• ~disi Leleh dari Luas Penampang Kotor
di
sa Bila kondisi leleh yang menentukan, maka tahanan nominal, J', 1
, dari batang tarik me-
g. menuhi persamaan:
tk Tn =AgJ,y 3.2
a1
2
Dengan A = luas penampang kotor, mm
!,g = kuat leleh material, MPa
y

-: ~ndisi Fraktur dari Luas Penampang Efektif pada Sambungan


Untuk batang tarik yang mempunyai lubang, misalnya untuk penempatan baut, maka
luas penampangnya tereduksi, dan dinamakan luas netto (A). Lubang pada batang me-
nimbulkan konsentrasi tegangan akibat beban kerja. Teori elastisitas menunjukkan bahwa
tegangan tarik di sekitar lubang baut tersebut adalah sekitar 3 kali tegangan rerata pada
penampang netto. Namun saat serat dalam material mencapai regangan leleh ~l' = J;IE5 ,
tegangan menjadi konstan sebesar !,,y
dengan deformasi yang masih berlanjut sehingga
semua serat dalam material mencapai Ey atau lebih. Tegangan yang terkonsentrasi di sekitar
lubang tersebut menimbulkan fraktur pada sambungan.

(a) Tegangan elastis (b) Keadaan batas

Gambar 3.4 Distribusi Tegangan Akibat Adanya Lubang pada Penampang


32 BAB 3 SATANG TARIK

Bila kondisi fraktur pada sambungan yang menentukan, maka tahanan nominal, ~ 1 ,
dari batang tersebut memenuhi persamaan :
T11 = A.f
eJu 3.3
Dengan Ae luas penampang efektif = UA 11
=
An luas netto penampang, mm 2
=
U = koefisien reduksi ( akan dijelaskan lebih lanjut )
J;, = tegangan tarik putus, MPa
Dengan ¢ adalah faktor tahanan, yang besarnya adalah:
¢ = 0,90 untuk kondisi leleh, dan
¢ = 0,75 untuk kondisi fraktur
Faktor tahanan untuk kondisi fraktur diambil lebih kecil daripada untuk kondisi
leleh, sebab kondisi fraktur lebih getas/berbahaya, dan sebaiknya ripe keruntuhan jenis
ini dihindari.

3.3 LUAS NETTO


Lubang yang dibuat pada sambungan untuk menempatkan alar pengencang seperti baut
atau paku keling, mengurangi luas penampang sehingga mengurangi pula tahanan penam-
pang tersebut. Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 17.3.5 mengenai pelubangan untuk baut,
dinyatakan bahwa suatu lubang bulat untuk baut harus dipotong dengan mesin pemotong
dengan api, atau dibor ukuran penuh, atau dipons 3 mm lebih kecil dan kemudian di-
perbesar, atau dipons penuh. Selain itu, dinyatakan pula bahwa suatu lubang yang dipons
hanya diijinkan pada material dengan tegangan leleh if;) tidak lebih dari 360 MPa dan
ketebalannya tidak melebihi 5600/J; mm. -
Selanjutnya dalam pasal 17.3-.6 diatur pula mengenai ukuran lubang suatu baut,
dinyatakan bahwa diameter nominal dari suatu lubang yang sudah jadi, harus 2 mm lebih
besar dari diameter nominal baut untuk suatu baut yang diameternya tidak lebih dari 24
mm. Untuk baut yang diameternya lebih dari 24 mm, maka ukuran lubang harus diambil
3 mm lebih besar.
Luas netto penampang batang tarik tidak boleh diambil lebih besar daripada 85%
luas bruttonva,
'
A n -< 0,85 Ag.

• CONTOH 3.1:
Hitung luas netto, An dari batang tarik berikut ini. Baut yang digunakan berdiame~er 19
mm. Lubang dibuat dengan metode punching.

Lubang baut ¢ 19 mm

T._, "()
I ,___. T

Pelat 6 x 100 mm

JAWAB:
"""
Luas kotor, Ag = 6 X 100 = 600 mm 2
Lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm
An = A17
Iebar lubang X tebal pelat )
- (

= 600- 6(21) = 474 mm 2 < 85%·Ag (= 510 mm 2 ) OK

>
3.4 EFEK LUBANG BERSELANG-SELING ... 33

3.4 EFEK LUBANG BERSELANG-SELING PADA LUAS NETTO

Lubang baut dapat diletakkan berselang-seling seperti dalam Gambar 3.5. Dalam SNI 03-
t3 1729-2002 pasal 10.2.1 diatur mengenai cara perhirungan luas netto penampang dengan
lubang yang diletakkan berselang-seling, dinyatakan bahwa luas netto harus dihitung
berdasarkan luas minimum antara potongan 1 dan potongan 2.

T.._._

lSI

liS

Gambar 3.5 Keruntuhan Potongan 1-1 dan

ut
n- Dari potongan 1-1 diperoleh: An= A - n.d.t
Lt,
Potongan 1- 2: An= A - n.d.t+ L~
.~ 4u
1S Dengan: Ag = luas pcnampang kotor
ll1 A II
= luas penampang netto
= reba! penampang
it,
d = diameter lubang
n = banyak lubang dalam satu potongan
s,u = jarak antar sumbu lubang pada arah sejajar dan tegak lurus sumbu
komponen struktur
Yo

• CONTOH 3.2:
Tentukan Ancno minimum dari batang tarik berikut ini, ¢ baut = 19 mm, tebal pelat GO
mm
9
JAWAB:

f-- 55·-~ 50 .-J


I I

- ------.---
60
-l-
T
......_.
60 a. T
-+---- -$ ~

i
100
I c.
-t- -·------€7-
75 \ \
-
34 BAB 3 SATANG TARIK

Luas kotor, Ag = 6 X ( 60 + 60 + 100 + 75 ) = 1770 mm 2


Lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm
Potongan AD:
An= 1770-2(21)(6)=1518 mm 2
Potongan ABD:
2 2
55 X 6 55 X 6 2
An= 1770-3(21)(6)+-- - + -- - = 1513 mm
4 x60 4 x 100
Potongan ABC:
2 2
55 x6 50 x6 2
An= 1770-3(21)(6)+-- - + -- - = 1505,125 mm
4 x60 4 x 100
Periksa terhadap syarat A l l -< 0,85-Ag
0,85-Ag = 0,85(1770) = 1504,5 mm 2
Jadi A 11 minimum adalah 1504,5 mm 2 •

Jika sambungan yang diletakkan berselang-seling tersebut dijumpai pada sebuah profil
siku, kanal atau WF, maka penentuan nilai u dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Profil siku sama kaki atau tak sama kaki

0 0

~2
3.4 EFEK LUBANG BERSELANG-SELING ... 35

Hi tung An minimum dari batang tarik berikut, yang terbuat dari profil siku L 100.150.10.
Dengan ¢ lubang = 25 mm.
JAWAB:

A
0 0
Oa
}a
Oc 0
fos

il Luas kotor, Ag 2420 mm 2 ( tabel profil baja )


=
Lebar lubang = 25 + 2 = 27 mm
Potongan AC: An= 2420 - 2(27)(10) = 1880 mm 2
2 2
Potongan ABC: An = 2420 - 3(27)(10) + 75 x10 + 75 x10 = 1978,3 mm 2
4x 60 4 x 105
Periksa terhadap syarat A n <- 0,85·Ag
0,85-Ag = 0,85(2420) = 2057 mm 2
Jadi An minimum adalah 1880 mm 2 .

• CONTOH 3.4:
Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 berikut ini, jika baut yang digunakan berdiameter
16 mm.
JAWAB:

I 30 I
-_t----
¢
I
~',-
0
\

G)
- 1 5 0 + 30_8,5
= 71,5
I
I
I
I
0 ([)
I
I
--r-------~----

I I I I Q ¢
4@ 50
I

2
Ukuran lubang = 16 + 2 = 18 mm
Potongan 1: An= 3220- 2(18)(11,5)- 8,5(18) = 2653 mm 2
502 2
Potongan 2: An= 3220- 2(18)(11,5) _ 2(18)(8,5) + x(l1,5+ 8 ,5)1 2 + 50 X8,5
4 X 71, 5 4 X 100
= 2640,54 mm 2
36 BAB 3 BATANG TARIK

Periksa terhadap syarat A 11 .s_ 0,85-Ag


0,85·Ag = 0,85(3220) = 2737 mm 2
Jadi A II minimum adalah 2640,54 mm 2 .

3.5 LUAS NETTO EFEKTIF

Kinerja suatu batang tarik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, namun hal yang perlu
diperhatikan adalah masalah sambungan karena adanya sambungan pada suatu batang
tarik akan memperlemah batang tersebut. Efisiensi suatu sambungan merupakan fungsi
dari daktilitas material, jarak antar alar pengencang, konsentrasi tegangan pada lubang
baut serta suatu fenomena yang sering disebut dengan istilah shear lag.
Shear lag timbul jika suatu komponen struktur tarik hanya disambung sebagian saja,
sebagai contoh adalah sambungan unruk profil siku dalam Gambar 3.6. Profil siku tersebut
hanya disambung pada salah satu kakinya saja, sehingga bagian yang disambung akan
mengalami beban yang berlebihan sedangkan bagian lainnya tidak menerima tegangan yang
sama besarnya. Salah satu cara mengatasi masalah shear lag adalah dengan memperpanjang
sambungan. Masalah shear lag dalam perhitungan diantisipasi dengan menggunakan istilah
luas netto efektif, yang dapat diterapkan pada sambungan baut maupun las. Pasal 10.2
SNI 03-1729-2002 mengatur masalah perhitungan luas netto efektif Dinyatakan bahwa
luas penampang efektif komponen struktur yang mengalami gaya tarik harus ditentukan
sebagai berikut:
Ae U.A II 3.4
Dengan: Ae Luas efektif penampang
A II luas netto penampang
X
u koefisien reduksi = 1- L ~ 0, 9
x eksentrisitas sambungan
L panjang sambungan dalam arah gaya tarik

Garis berat ..L penampang siku dan pelat

Gambar 3.6 Nilai x unruk Profil Siku

Apabila gaya tarik disalurkan dengan menggunakan alat sambung las, maka akan ada
3 macam kondisi yang dijumpai, yaitu:
1. bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan pelat,
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang, maka: Ac = Ao-
2. bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja: "'
Ae = luas pen am pang yang dis am bung las ( U = 1)
3. bila gaya tarik disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang sepanjang kedua
sisi bagian ujung elemen: Ae = U.Ag
3.5 LUAS NETTO EFEKTIF 37

Dengan: U = 1,00 untuk l .2. 2zu


U = 0,87 Lmtuk 2w > l .:::. 1,5w
U= 0,75 untuk 1,5zu > l .2. zu
l = panjang las
U' = jarak amar las memanjang (lebar pelat)

: perlu garis berat ~ penampang WF


Jatang
fungsi
ubang

1 saja,
·sebut
akan
A I
I

yang
1png
;tilah
10.2
1hwa Gambar 3.7 Ekscntrisitas Sambungan, x unruk Prof11 \vF
1kan

3.4

Gambar 3.8 Sambungan Las

Selain ketentuan di atas, koefisien reduksi U untuk beberapa penampang menurut


manual dari AISC, adalah:
1. Penampang-I dengan blh > 2/3 atau penampang T yang dipotong dari penam-
pang I, dan sambungan pada pelat sayap dengan jumlah baut lebih atau sama
dengan 3 buah per baris (arah gaya)
u = 0,90
2. Untuk penampang yang lain (termasuk penampang tersusun) dengan jumlah
alar pengencang minimal 3 buah per baris
u = 0,85
3. Semua penampang dengan banyak baut = 2 per baris ( arah gaya )
u = 0,75

• CONTOH 3.5:
Sebuah pelat 10 X 150 mm dihubungkan dengan pelat berukuran 10 X 250 mm meng-
gunakan sambungan las seperti pada gambar. Hitunglah tahanan tarik rencana dari struktur
tersebut jika mutu baja adalah BJ 41 if;= 250 .\1Pa, J;, = 410 MPa)
38 BAB 3 SATANG TARIK

pelat 10 x 150 mm

pelat 10 x 250 mm

JAWAB:
Kondisi leleh:
~'~>Tn = 'f'-
'f' .1' =
EI)AgJy 0,90(10)(150)(250) = 33,75 ton
Kondisi fraktur:
I,Sw = 225 mm > l = 200 mm > w = 150 mm ~ U = 0,75
A e = U.A n = 0,75(10)(150) = 1125 mm 2
¢Tn = ¢Aefu = 0,75(1125)(410) = 34,6 ton
Jadi, tahanan tarik rencana dari komponen struktur tersebut adalah sebesar 33,75 ton .

• CONTOH 3.6:
Hitunglah tahanan tarik rencana dari profil siku 50.50.5 yang dihubungkan pada suatu
pelat buhul seperti pada gambar berikut. Mutu baja adalah BJ 37

x = 14 mm
A
9
= 480 mm 2

}AWAB:
Karena pada ujung profil siku juga terdapat sambungan las, maka nilai U harus dihitung
X
berdasarkan persamaan 1-- ::::; 0, 9
Kondisi leleh: L
¢Tn = ¢Agi,y = 0,90(480)(240) = 10,368 ton

Kondisi fraktur:

U
x
= 1-- = 1 - - = 0
14
72 < 0 9 (OK)
L 50 ' '
~'~>Tn =
'f'
¢AeJu
.1' = 0,75(345,6)(370) = 9,59 ton
Jadi, tahanan tarik rencana dari komponen struktur tersebut adalah sebesar 9,59 ton .

• CONTOH 3.7:
Tentukan tahanan tarik rencana dari profil WF 300.150.6,5.9 pada gambar berikut ini,
jika baut yang digunakan mempunyai diameter 19 mm.
.. 3.5 LUAS NETTO EFEKTIF 39

~00 ------------
0
bo
0
a
=r 80
2
65
+100- ·
2
= 136 75
'

co
0 od

atu

(a) siku atau siku ganda (b) siku a tau siku ganda

mg

(c) profil kanal (d) WF, b/h < 2/3

(e) WF, blh > 2/3 (f) T, blh > 2/3 (untuk profil WF induk)
ill,

Gambar 3.9 Nilai U untuk Berbagai Macam Tipe Sambungan


-
40 BAB 3 SATANG TARIK

JAWAB:
1\1enghirung luas netw profll:
Potongan a-d:
A,1 = 4678 - 4(9)(19+2) = 3922 mm 2
Potongan a-b-e-d:
2
=oc 467R- 4(9)(19+2)- 2(6,5)(19+2) + 2 • 40 (6,5+9)/2
4 X 136,75
= 3694,34 rnm 2
85% A~ = 0,85(4678) = 3976,3 mm 2

Jadi, A /1 = 3694,34 mm 2
Karena tiap bagian profil tersambung, rnaka distribusi tegangan terjadi secara merata pada
bagian Aens dan web, sehingga nilai U dapat diambil sama dengan 1 ,0.
Kondisi leleh:
¢~, == ¢Agf; = 0,90(4678)(240) = 101,04 ton

Kondisi fraktur:
A t'
= UA n = 1,0(3694,34) = 3694,34 mm 2
¢~ 1 "' ¢·Acf11 = 0,75(3694,34)(370) = 102,52 ton
Jadi, tahanan tarik rencana dari komponen srruktur tersebut adalah sebesar ] 01 ,04 ton .

• CONTOH 3.8:
Suatu pelat baja setebal 20 mm disambungkan ke sebuah pelat buhul dengan alat sam-
bung baut berdiameter 1C) mm. Jika mutu baja BJ 37, hitunglah beban kerja maksimum
yang dapat dipikul oleh pelat tersebut (beban kerja terdiri dari 20%J beban mati dan 80%
beban hidup)

JAWAB:
Menghitung luas netto, A,1:
Pot. 1-2-3:
A 11 = 20(320 - 3(19 + 2)) 5140 mm 2

-~
1 (
o I
I \
o4 l )
4@ 60

!
r
60

05
02
I
I
I
I
--- Tu
1320

03
I
I
_L

Pot. 1-4-2-5-3:
802 20
A 71 = 20(320 - 5(19 + 2)) + 4. X = 6433,3 mm 2
4x60
Pot. 1-4-5-3:
802 20
A = 20(320 - 4(19 + 2)) + 2· X = 5786,6 mm 2
1/ 4x60
3.6 GESER BLOK 41

Pot. 1-4-6:
20(320 - 3(19 + 2)) + 80 ~ X 20 +
502 20
A !I = X = 5881,63 mm
4x60 4x60
85% A,~ = 0,85(320)(20) = 5440 mn/
Jadi, A 1/ min = 5140 mn/
Koefisien reduksi U = 1 - .X'/ L = 1 - ( Y2·20/130 ) 0,923 > 0,9 ---7 U = 0,9
Kondisi leleh:
¢T~, = qJAgJ;: = 0,90(6400)(240) = 138,24 ton

Kondisi fraktur:
A ('
UA = 0,9(5140) = 4626 mm~
Jl
>ada ¢~ 1 = <bAefu = 0,75(4626)(370) = 128,3715 ton

¢l~~ >
Tu ( = 1,2D + 1,6L)
128,3715 = 1,2(0,2 T) + 1,6(0,8 T)
128,3715 = 0,24T + 1,28T ---7 T = 84,45 ton
Jadi, beban kerja maksimum yang boleh bekerja adalah sebesar 84,45 ton.

GESER BLOK (BLOCK SHEAR)


)11.
Sebuah elemen pelat tipis menerima beban tarik, dan disambungkan dengan alar pengen-
cang, tahanan dari komponen tarik tersebut kadang ditentukan oleh kondisi batas sobek,
atau sering disebut geser blok. Dalam Gambar 3.10 profil siku dengan beban tarik, yang
lffi-
dihubungkan dengan alar pengencang, dapat mengalami keruntuhan geser blok sepanjang
um
potongan a-b-c. Bagian yang terarsir dalam gambar akan terlepas/sobek. Keruntuhan jenis
0%
ini dapat pula terjadi pada sambungan pendek yang menggunakan dua alat pengencang
atau kurang pada garis searah bekerjanya gaya.
Pengujian menunjukkan bahwa keruntuhan geser blok merupakan penjumlahan tarik
leleh (atau tarik fraktur) pada satu irisan dengan geser fraktur (atau geser leleh) pada irisan
lainnya yang saling tegak lurus. Dan tahanan nominal tarik dalam keruntuhan geser blok
diberikan oleh persamaan:
1. Geser Leleh - Tarik Fraktur ( / 11 A, 11 2::. 0,6fuAm· )
T11 = 0 ' 6.1'A
Jy gv
+A11t
+ lu 3.S.a
2. Geser Fraktur- Tarik Leleh ( l,t +A 111 < 0 ' 6j'lf A Jll' ·)
Tn = 0,6./'A
j II Ill'
+ ~'A
jl' 0/
3.S.b
Dengan: · ·'
A,n. = Luas kotor akibat geser
A' <F{
= Luas kotor akibat tarik
A' }Jll
= Luas netto akibat geser
A /It = Luas netto akibat tarik
fu = kuat tarik
J; = kuat leleh

geser

__.T

Gambar 3.10 Kerunruhan Geser Blok


-
42 BAB 3 SATANG TARIK

Tahanan nominal suatu struktur tarik ditentukan oleh riga macam ripe keruntuhan yakni
leleh dari penampang brutto, fraktur dari penampang efektif dan geser blok pada sam-
bungan. Sedapat mungkin dalam mendisain suatu komponen struktur tarik, keruntuhan
yang terjadi adalah leleh dari penampang bruttonya, agar diperoleh ripe keruntuhan yang
daktail.

• CONTOH 3.9:
Bila rasio beban hidup dengan beban mati adalah sama dengan 3, LID = 3, hitunglah
beban kerja yang dapat dipikul oleh profil L 100.100.10, dengan baut berdiameter 16 mm
yang disusun seperti dalam gambar berikut. BJ baja 37 ( J; = 240, fu = 370 )

5 X 50

0 0
0 0 0

JAWAB:
Kondisi leleh:
¢· Tn = ¢-Ag!,y = 0,9(1920)(240) = 41,472 ton
Kondisi fraktur:
An1 1920- 10(16 1740 mm 2 (90,6% A)
+ 2) =
g
2
A = 1920 - 2(10)(16 + 2) + S0 x 10 2
= 1716,25 mm (89,4 %A)
2
n 4 X 40 g

A n menentukan 85% Ag = 0,85 x 1920


= = 1632 mm 2

1- ~
28 2
u = = 1- ' = 0 86
L 4x 50 '
A U.A n = 0,86 x 1632 = 1403,52 mm 2
ATn
'V
AAeJ.1'u =
= 'r 0,75(1403,52)370 = 38,95 ton
Jadi, tahanan rencana, Td = 38,95 ton
Td > ~ = 1,2D + 1,6 L
38,95 = 1,2D + 1,6(3D) = 6D
Diperoleh D = 6,49 ton dan L = 19,47 ton.
Beban kerja, D + L = 6,49 + 19,47 = 25, 96 ton.
Bila digunakan baut berukuran besar (jumlahnya menjadi lebih sedikit) atau bila tebal
pelat sayap cukup tipis, maka perlu ditinjau keruntuhan geser blok.

• CONTOH 3.10:
Hitunglah tahanan rencana komponen struktur tarik berikut, yang terbuat dari profil
L 80.80.8. Mutu baja BJ 37. Diameter baut 19 mm.
3.6 GESER BLOK 43

akni
;am-
Ihan
yang

tarik
tglah
mm ~I
x = 22,6
I~ 4 X 30
~I

JAWAB:
Kondisi leleh:
¢·Tn = ¢-Ag fvy = 0,9(1230)(240) = 26,568 ton
Kondisi fraktur:
A n = 1230 - 8(19 + 2) = 1062 mm 2
0,85-Ag = 0,85(1230) = 1045,5 mm 2
x 22,6
u = 1--z = 1-9() = 0,75

A U.A n = 0,75(1045,5) = 784,125 mm 2


¢· Tn = ¢-Aefu = 0,75(784, 125)(370) = 21,76 ton

Periksa terhadap geser blok:


0,6fu-Anv = 0,6(370)(120 - 3,5(19 + 2))(8) = 8,26 ton
fu.Ant = 370(30 - 0,5(19 + 2))(8) = 5,77 ton
Karena fu.Ant < 0,6.fu.Anv' gunakan persamaan 3.5.b, sehingga
Tn = 0,6fu.Anv + J;.Agt = 8,26 + (240)(30)(8) = 14,02 ton
¢. Tn = 0,75 x 14,02 = 10,515 ton
Sehingga tahanan rencana, Td = 9,945 ton. Keruntuhan geser blok terjadi karena jarak
antar baut yang kecil, Peraturan Baja Indonesia SNI mensyaratkan jarak minimal antar
alat pengencang adalah 3 kali diameter nominalnya .

• CONTOH 3.11:
Hitunglah tahanan rencana dari profil siku 100.100.10 pada sambungan berikut, jika mutu
baja yang digunakan adalah BJ 41. Perhitungkan pula terhadap geser blok!

JAWAB:
Kondisi leleh:
L tebal ¢·Tn = ¢·~!; = 0,9(1920)(250) = 43,2 ton

Kondisi fraktur:
A n = 1920 mm 2

u
x 28,2
= 1-- = 1 - - - = 0,624
profil
L 75
44 BAB 3 BATANG TARIK

A
9
= 1920 mm 2
x = 28,2 mm

Pelat 10 mm

A = UA II = 0,624(1920) = 1198,08 mm 2
</J· T" = </J.Arfz: = 0,75(1198,08)(410) = 36,84 ton
Periksa terhadap geser blok:
Agz· (200)(1 O) + (75)(10) = 2750 mm 2
A = 100(1 0) = 1000 mm 2
:<t
A nu = 2750 mm 2
A /It = 1000 mm 2
0,6J;1 -A 1w = 0,6(410)(2750) = 67,65 ton
.(Ant = 41 0(1 000) = 41 ton
Ju .A Ill' > lu
0, 6.1' f' .A lit terJ· adi o-bcser fraktur - tarik leleh

7~~ = 0,6J>Ai}/! + .t;-Agt = 0,6(410)(2750) + (250)(1000) = 69,4875 ton


</J. 7~, = 0,75 x 69,4875 = 10,515 ton
Jadi, tahanan tarik rencana dari profil tersebut adalah sebesar 36,84 ton.

3.7 KELANGSINGAN STRUKTUR TARIK

Untuk mengurangi problem yang terkait dengan lendutan besar dan vibrasi, maka kom-
ponen strukrur tarik harus memenuhi syarat kekakuan. Syarat ini berdasarkan pada rasio
kelangsingan, A = L/r. Dengan A adalah angka kelangsingan struktur, L adalah panjang

komponen struktur, sedangkan r adalah jari-jari girasi (r = ~


). Nilai A diambil maksi-
mum 240 untuk batang tarik utama, dan 300 untuk batang tarik sekunder.

• CONTOH 3.12:
Suatu struktur rangka batang dengan pembebanan seperti pada gambar berikut:
Periksalah apakah batang AB cukup kuat menahan gaya tarik yang bekerja padanya, jika
beban kerja merupakan kombinasi dari 20%D dan 80%L. Asumsikan banyak baut adalah
1 baris (</J baut = 19 mm). Mutu baja BJ .37.
3.7 KELANGSINGAN STRUKTUR TARIK 45

7,5 ton

3m 3m 3m 3m
.I
JAWAB:
Terlebih dahulu harus dicari besar reaksi pada titik B serta gaya batang AB, dengan meng-
gunakan rumus-rumus dasar ilmu statika.
:L Afc = 0
- RB(12) + 15(3 + 6 + 9) + 7,5(6) + 15(4) =- 0
R8 = 31,25 ton

Dengan cara Ritter melalui potongan 1, dapat dicari besarnya gaya b~ltang AB:
D....-----
'
15 ton L Mn == 0

~~~/3(4)-31,25(3)=0

---~
SAB == 23,4375 ton

t
)11

t Rb = 31,25 ton

Pada batang AB bekerja gaya tarik terfaktor, 7~1 , sebesar:


~I ::: 1,2(0,2)(23,4375) + 1,6(0,8)(23,4375)
== 35,625 ton
. kom- Periksa syarat kelangsingan batang tarik:
a rasto
anjang _f___~QQ_ ::: 141 ,5 < 240 OK
1;nin 2,12
maksi-
Kondisi leleh:
¢· Tn == ¢fA
Y g
= 0,90(240)(2)(940) = 40,608 ton

Kondisi fraktur:
An = 2(940- 7(21)) = 1586 mm 2
ya, jib
adalah Ambil U = 0,85
¢~ 1 = C/JJ;tAe = 0,75(370)(0,85)(1586) == 3:,41 ton

Jadi, ¢Tn (= 37,41 ton) > 7~1 (= 35,625 ton), prohl tersebut cukup kuat.
46 BAB 3 BATANG TARIK
-
3.8 TRANSFER GAYA PADA SAMBUNGAN
Pada umumnya lubang pada batang tarik digunakan oleh alat pengencang, baut, atau paku
keling, untuk mentransfer gaya dari satu batang tarik ke batang tarik lainnya.
Anggapan dasar: Alat pengencang dengan ukuran yang sama akan menyalurkan gaya
yang sama besarnya bila diletakkan secara simetri terhadap garis netral komponen struktur
tarik.

• CONTOH 3.12:
Hitunglah gaya tarik nominal maksimum dari komponen struktur tarik berikut ini. Bila
tebal pelat 6 mm, diameter baut 19 mm, dan mutu baja BJ 37.

0
0

0
2
0
Tu
_______.
t
0

0
6
1::
50

~ 60+· 60+60 ~

JAWAB:
a. potongan 1-3-1: ( Gaya 100% Tn )
A n = 6(300- 3(19 + 2)) = 1422 mm 2 (79%.Ag)
Tn = .+
AeJu = .+
U.A nJu =
0,5x6
U = 1- X > 0,9 --7 U = 0,9
3 60
Tn = 0,9(1422)(370) = 47,35 ton
b. potongan 1-2-3-2-1: ( Gaya 100% 1',
1
)

602 6
A = 6(300 - 5(19 + 2)) + 4. x 1602 mm 2 (89%-A)
n 4 X 50 g'

Tn = U.A nJu
.1'
= 0,9(0,85)(1800)(370) = 50,95 ton
c. potongan 1-2-2-1: ( Gaya 90% Tn )
60 2 x6 2
An = 6(300- 4(19 + 2)) +2. xSO 1512 mm (84%-A)
4
0,9. Tn = U.Anfu
= 0,9(1483,2)(370) = 50,35 ton
Tn = 50,35 I 0,9 = 55,94 ton
Jadi, Tn maksimum adalah 47,35 ton.
P.:
SOAL-SOAL LATIHAN 47

5-0AL-SOAL LATIHAN
paku : ; 1 Sebuah batang tarik berukuran 10 mm X 175 mm disambung dengan 3 buah baut berdi-
ameter 25 mm. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37. Hitunglah tahanan tarik rencana
gaya batang tersebut dengan mengasumsikan Ae = An.
tktur
10 mm x 175 mm

Bila 0

Gambar P.3.1

: 3. 2 Sebuah batang tarik dari pelat berukuran 10 mm X 190 mm, harus memikul be ban mati
sebesar 110 kN dan beban hidup 200 kN. Mutu baja BJ 41 dan diameter baut 25 mm.
Dengan mengasumsikan Ae = An' periksalah kecukupan batang tersebut!

10 mm x 190 mm

0
0

Gambar P.3.2

: 3.3 Hitunglah besarnya luas efektif, Ae, pada tiap-tiap komponen struktur tarik berikut ini!

125 mm 125 mm
~ 2mx125mm ~ 2mx125mm

:7 +- L/ +-
(a) las (b) las

4@ 50 mm

0 0 0

Gambar P.3.3

: 3.4 Sebuah batang tarik dari profil siku tunggal seperti pada gambar (dari baja dengan mutu
BJ 41). Jika baut yang digunakan berdiameter 22 mm, hitunglah tahanan tarik rencana
dari batang tersebut!
-
48 BAB 3 BATANG TARIK

Gambar P3.4

P.3.5 Profil siku 100.150.10 dari baja BJ 37 disambungkan ke sebuah pelat simpul dengan baut
berdiameter 25 mm. Batang ini memikul beban mati 200 kN, beban hid up 400 kN serta
beban an gin 150 kN. Periksalah apakah profil siku 100.150.10 terse but mencukupi untuk
memikul beban-beban yang bekerja!

L 100.150.10
40 3@ 75 mm

Ti
151 6~
~

0
0
0
0
0
0
01
01 :

Gambar P.3.5

Batang tarik yang terbuat dari pelat berukuran 6 mm X 125 mm disambung dengan las
P.3.6
memanjang di kedua sisinya. Panjang las yang digunakan adalah 175 mm. Jika mutu baja
adalah BJ 41, hirunglah tahanan tarik rencananya!

Sebuah pelat berukuran 10 mm X 250 mm dari baja bermutu BJ 37 disambungkan dengan


P.3.7
baut berdiameter 22 mm. Hitunglah tahanan tarik rencana dari batang tersebut!

Gambar 1~3.7
SOAL-SOAL LATIHAN 49

=3.8 Profil siku 100.100.12 disambung dengan bam berdiameter 19 mm seperti pada gambar.
Jika mutu baja yang digunakan adabh BJ 3~, berapakah tahanan tarik rencana dari batang
terse but?

=.3.9
0
Gam bar P. .'1. 8
r
Hitunglah tahanan geser blok dari suatu komponen struktur tarik berikur, jika mutu baja
BJ 41 dan diameter baut yang dipakai adalah 22 mm!
baur
serta
ntuk L.100.100.12

0 0
1~4---------1~
40 75 40
Cambar P.3.9

Hitunglah beban tarik terfaktor maksimum yang dapat dipikul oleh batang tarik berikut,
dengan mempertimbangkan pengaruh geser blok. Mutu baja yang digunakan adalah BJ
37 dan diameter baut 19 mm.

~,
40
. 75
... 1 . .
75 40
. . I~ GNP 20

n las
baja 601 0 0 0
100

ngan
0 0 0
501

t = 10 mm
Gambar P.3. 10

=: 11 Pilihlah profil siku yang cukup ekonomis yang dapat digunakan untuk batang bawah dari
suatu konstruksi kuda-kuda baja (BJ 37) berikut ini. Semua batang disambung dengan
menggunakan las memanjang.

8 @ 2,75 m = 22 m
-

4
Batang Tekan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Memahami kondisi-kondisi dalam merencanakan suatu komponen struktur tekan
Memahami pengaruh tegangan sisa, panjang tekuk dan tekuk lokal dalam
merencanakan komponen struktur tekan
• Melakukan analisis dan desain penampang unruk memikul beban tekan aksial

Pokok-pokok Pembahasan Bab


4.1 Pendahuluan
4.2 Batang Tekan
4.3 Kekuatan Kolom
4.4 Pengaruh Tegangan Sisa
4.5 Kurva Kekuatan Kolom Akibat Tegangan Sisa
4.6 Tahanan Tekan Nominal
4.7 Panjang Tekuk
4.8 Masalah Tekuk Lokal
4.9 Komponen Struktur Tekan Tersusun
4.10 Tekuk Torsi dan Tekuk Lemur Torsi

4.1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai komponen-komponen struktur yang mengalami
gaya aksial tekan. Batang-batang tekan yang banyak dijumpai yaitu kolom dan batang-
batang tekan dalam struktur rangka batang. Komponen struktur tekan dapat terdiri dari
profil tunggal atau profil tersusun yang digabung dengan menggunakan pelat kopel.
Syarat kestabilan dalam mendisain komponen struktur tekan sangat perlu diper-
hatikan, mengingat adanya bahaya tekuk (buckling) pada komponen-komponen ~ekan
yang langsing.

4.2 TEKUK ELASTIK EULER

Teori tekuk kolom pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler di tahun 1744. Kom-
ponen struktur yang dibebani secara konsentris, di mana seluruh serat bahan masih dalam
kondisi elastik hingga terjadinya tekuk, perlahan-lahan melengkung. Perhatikan Gambar
4.1.

Gambar 4.1 Kolom Euler


4.3 KEKUATAN KOLOM 51

Akibat terlenturnya batang tersebut, maka timbul momen lemur sekunder yang
besarnya:
M(x)= P·y(x) 4.1
Dengan mengingat bahwa:
2
d y _ M(x)
EI 4.2
Sehingga dari 4.1 dan 4.2 diperoleh suatu persamaan diferensial linear orde dua dengan
koefisien konstan:
d2y p -
dx 2 + EI y-O
lll 4.3
m Dengan mengubah K2 = PIE!, maka solusi persamaan 4.3 adalah:
y(x) = A.sin Kx + B.cos Kx 4.4
Dari kondisi batas:
y( 0) = 0 ~ 0 = 0 + B ~ B = 0 4.5.a
y(L) = 0 ~ 0 = A sin KL 4.5.b
Solusi dari 4.5.b ada tiga kemungkinan, A = 0 yang berarti tak ada lendutan, KL = 0 yang
berarti tak ada beban, serta KL = Nn (N = 1,2,3, ... ). Sehingga diperoleh:
p
EI 4.6
Atau dari 4.6, dengan N = 1 (N ditetapkan sedemikian hingga P memberikan tingkat
energi yang minimum), diperoleh:
2
p = 1r EI
o L2
4.7
Dan tegangan tekan yang terjadi:
~r 1T2 E
f, = Ag = (L I r )2 4.8
am1
ng- Pendekatan Euler pada umumnya diabaikan dalam disain karena hasil dari percobaan-
dari percobaan yang dilakukan tak sesuai dengannya. Pendekatan Euler hanya mungkin terjadi
bila nilai 1 yang cukup besar (1 > 110). Untuk nilai 1 yang lebih kecil, akan terjadi tekuk
per- inelastis. Dan bila nilai 1 < 20 akan terjadi leleh pada seluruh penampang. Pada kenyataan-
kan nya, keruntuhan kolom lebih banyak terjadi akibat tekuk inelastis.

KEKUATAN KOLOM

Kolom ideal yang memenuhi persamaan Euler, harus memenuhi anggapan-anggapan se-
)ill- bagai berikut:
lam 1. kurva hubungan tegangan-regangan tekan yang sama di seluruh penampang
bar 2. tak ada tegangan sisa
3. kolom benar-benar lurus dan prismatis
4. beban bekerja pada titik berat penampang, hingga batang melentur
5. kondisi tumpuan harus ditentukan secara pasti
6. berlakunya teori lendutan kecil (small deflection theory)
7. tak ada puntir pada penampang, selama terjadi lentur
Bila asumsi-asumsi di atas dipenuhi, maka kekuatan kolom dapat ditentukan berdasar-
kan:
52 BAB 4 BATANG TEKAN
-
r.2E
p = _ _ A= I f .A 4.9
(Lir)2 g
IT o :<

dengan:
Et = tangen Modulus Elatisitas ada tegangan PjAIT
Ag = luas kotor penampang batang "'
kL!r = rasio kelangsingan efektif
k = faktor panjang efektif
L = panjang batang
r = jari-jari girasi

Komponen tekan yang panjang akan mengalami keruntuhan elastik, sedangkan


komponen tekan yang cukup pendek dapat dibebani hingga leleh atau bahkan hingga
memasuki daerah penguatan regangan. Namun, dalam kebanyakan kasus keruntuhan tekuk
terjadi setelah sebagian dari penampang melintang batang mengalami leleh. Kejadian ini
dinamakan tekuk inelastik

4.4 PENGARUH TEGANGAN SISA


Tegangan sisa (residual stress) adalah tegangan yang masih tinggal dalam suatu komponen
struktur yang dapat diakibatkan oleh beberapa hal seperti
1. proses pendinginan yang tak merata akibat proses gilas panas
2. pengerjaan dingin
3. pembuatan lubang atau pemotongan saat fabrikasi
4. proses pengelasan

Pada umumnya tegangan sisa banyak dihasilkan akibat proses 1 dan 3. Besarnya
tegangan sisa tak tergantung pada kuat leleh balun, namun bergantung pada dimensi
dan konfigurasi penampang, karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan pen-
dinginan. Profil WF atau profil H setelah dibentuk melalui proses gilas panas, maka
bagian sayap menjadi lebih tebal dari bagian badannya, mendingin lebih lambat daripada
bagian badan. Bagian ujung sayap mempunyai daerah sentuh dengan udara yang lebih
luas dibandingkan daerah pertemuannya dengan badan. Konsekuensinya, tegangan tekan
sisa terjadi pada ujung sayap dan pada daerah tengah dari badan. Sedangkan tegangan sisa
tarik terjadi pada daerah pertemuan antara sayap dan badan.

4.5 KURVA KEKUATAN KOLOM AKIBAT TEGANGAN SISA


Akibat pengaruh tegangan sisa, kurva tegangan regangan seperti diperlihatkan pada Gambar
4.2.

PIA
t
akibat tegangan
------i lleleh
lj_
sis a
_____ ltinelastik

elastik

E Et
(a) (b)
4.5 KURVA KEKUATAN KOLOM . 53

daerah leleh (fer = ~,)


4.9

inelastik fer

I elastik
can I
?;ga
~uk
Inl I
I
I
I I
---1------ -I-----
I
I
I
/
0 20 90 110
ten
Gambar 4.2 Pengaruh Tegangan Sisa

Untuk memperhitungkan efek dari leleh awal yang diakibatkan oleh tegangan sisa,
perhatikan satu serat pada penampang sejarak x dari sumbu dengan regangan nol yang
ctiakibatkan oleh lemur.
tya
ns1
~n­ sumbu dengan regangan nol
tka
.da
)ih
an
IS a
L jarak ke sera! terluar

C ;amhar 4.3 Tegangan pada Serat Sejarak x dari Sumbu Regangan No! Akibat Lentur

'. :.;.ka kontribusi momen lemur dari tegangan pada satu serat adalah:
dJ.J = (tegangan)(luas)(lengan momen) = (8·Et'x)(dA)(x) 4.10

.:.:1 pada seluruh penampang:

JI = I e.Et ·x 2 d4 = eI e.Et -x 2 d4 4.11


"·I A

~ '.:.:-i reori lenturan balok, bahwa jari-jari kelengkungan:

R=~
6 4.12
54 BAB 4 SATANG TEKAN

8=2_=_!!_
R E'·I 4.13

Sehingga:

E ' ·I=-=
M
e
I Et ·X 2dA 4.14
A

E' = _!_ IE -x 2 dA 4.15


I A
t

Lihat kembali kurva tegangan regangan ideal (garis putus) pada Gambar 4.2, untuk f <
J;,maka Et = E, dan untuk f = fj Et = 0, maka 4.15 menjadi:

E ' =E- I ·X 2dA = E-


Ie 4.16
I A (e!astik) I

7r2 E' 7r2 E ~


J:, 4.17
,\2 ,\2 I
A tau
2
1r -E-(1 I I)
----'-e-.A
2
= f ·A 4.18
(k-Lir) g a g

Bila tak ada tegangan sisa dalam komponen struktur tekan, pada saat Ie I, dan J;,.
+,
J_yberlaku:

4.19

I I
I I
----~------- --

1 ! !

Gambar 4.4 Komponen Srrukrur Tekan Tanpa Tegangan Sisa

Tegangan sisa pada komponen struktur tekan mempengaruhi bentuk kurva pada
daerah 11 < 1 < 12 , di mana 0 < Ie < I. Pada daerah 0 < l < 11, scr = fy.

• CONTOH 4.1:
Gambarkan kurva (f1 vs A) untuk tekuk arah sumbu lemah, dari profil I berikut ini, yang
mempunyai J;
= 240 MPa. Profil hasil gilas panas ini mempunyai kurva tegangan sisa
yang sudah disederhanakan seperti pada gambar. A.baikan kontribusi dari bagian badan
(web). Hasil pengujian menunjukkan kuna tegangan regangan material elastoplastik, E
= 200.000 MPa.
4.5 KURVA KEKUATAN KOLOM ... 55

JAWAB:
4.13 Akibat beban luar, regangan yang timbul dalam tiap serat bahan adalah sama. Hingga ter-
capainya regangan leleh ey yang pertama kali, beban yang bekerja diekspresikan dengan:
p = f CJ·d4 = CJ·A
A
4.14
Setelah sebagian dari penampang mengalami leleh, maka beban kerja menjadi:

4.15
p = (A-A,)fr +
.
f f·d4
Ar

kf< II
1: diabaikan I
I~ : E = 200 GPa
II I
4.16 II
il
I

4.17 b/4 b/2 b/4


I I _
~ m~f/3
4.18
IIIIMII!Ir=J'/ 3

Saat bekerja beban J;,. = PIA < 2f/3, seluruh penampang masih elastik, sehingga Et = E,
atau mengingat persamaan 4. 16 menghasilkan E1 = E (karen a Ie = I), sehingga:
1.19
~ 2(1 I 12)(tj)(b I 2)'' (b I 2) 3 1
-
I 2(1 I 12)(tj)(b ) 3 b3 8

2
k·L 7r (200000)
atau = A= = 111,072 (titik I)
r (2 I 3)(240)

Bila bekerja gaya hr = PIA > 2//3, ujung flens akan mulai mengalami leleh, yang berakibat
Ie < I, sehingga: ·

( 2(1 I 12)(tj)(b I 2) 5 (bl2) 3 1


3
I 2(1 I 12)(tj)(b ) b" 8

w E(I"II)2/,. w2 E
2

[,. = -3- = (k·L I r) 2 = 8(k·L I r) 2

2
k·L 7r (200000)
=tda -=A= 1----- = 39,27 (titik 2)
r (2 I 3)(8)(240)
Dan ketika bekerja gaya hr = PIA = J;, maka:
w2E
ng
tsa
f, = f" 8(k·L I r) 2
an 2
E k·L 1f (200000)
A= - - - - = 32,06 (titik 3)
r (8)(240)
-
56 BAB 4 SATANG TEKAN

Dan bila tak ada pengaruh tegangan sisa, akan diperoleh


2
k.L 7T (200000)
.\y 240 = 90,69
r
(titik 4)

3 \ 4
fy .,_____ _. . _ - - - " - - - - , ,

I \ '
2 I ', kurva Euler

L-.---...L....-...L....---------~~.....----'------------~ A= kL/
/r
32,06 39,27 90,69 111,072

I
I
1--- - - - + - - + 1 - - - - - - - + - - - t - - - - - - - - - - - - - - - . ~
• Ac = /A
A/
I I y

0 0,35 0,433 1,225

4.6 TAHANAN TEKAN NOMINAL

Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat beban terfaktor
Nu, menurut SNI 03-1729-2002, pasal 9.1 harus memenuhi:
4.20

Dengan: lf>c = 0,85


N It = beban terfaktor
Nn = kuat tekan nominal komponen struktur = Agfr

Tegangan kritis untuk daerah elastik, diruliskan sebagai:

4.21

sehingga 4.22

Daya dukung nominal N 71 struktur tekan dihitung sebagai berikut:

N=A·~'=A·fv
" gl,-r gw
4.23
4. 7 PANJANG TEKUK 57

Dengan besarnya W ditentukan oleh Ac, yaitu:


Untuk Ac < 0,25 maka c.:= 4.24.a
1,43
(titik 4) Untuk 0,25 < Ac < 1,2 maka w=----- 4.24.b
1,6-0,67,\_

Untuk Ac > 1,2 maka w = 1,25A./ 4.24.c

L-
PANJANG TEKUK
Kolom dengan kekangan yang besar terhadap rotasi dan translasi pada ujung-ujungnya
(contohnya tumpuan jepit) akan mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan
dengan kolom yang mengalami rotasi serta translasi pada bagian tumpuan ujungnya (con-
tohnya adalah tumpuan sendi). Selain kondisi tumpuan ujung, besar beban yang dapat
diterima oleh suatu komponen struktur tekan juga tergantung dari panjang efektifnya.
Semakin kecil panjang efektif suatu komponen struktur tekan, maka semakin kecil pula
risikonya terhadap masalah tekuk.

I
! I!! !! !!
~i:
;v
'
lA.y I

I '} , ?
I
Garis putus I I .I I \ / I
menunjukkan I I
posisi kolom
pada saat
tertekuk
I
\
\
\
I
\
\
I / ! i !
I
I / I / I
terfakto~
Jr I
I I
.
I '

4.20 I r i I 1 I t
~ .~-f--1-----t-~--:
1 I i

Harga
K teoretis
0,5 0,7 I 1,0 1, 1,0 I 2,0 2,0 I

I !

-- I I : i i 1. I

Kdesain 0,65 I 0,80 . 1,2 1 1,0 I 2,10 •. 2,0 i


I . I
-----------i------·~- ___ J.._~-----~-~-----j___-----~---~-----1
I ' I
1

4.21 , -"'1L I

'I I jepit

4.2~ Keterangan
1 sendi

rol tanpa rotasi

? ujung bebas

4.2.:
Gambar 4.5 Panjang 'fekuk untuk Beberapa Kondisi Pcrlc"tak.ln Camhar -.6-1 SNI 03-1729-2002)
-
58 BAB 4 SATANG TEKAN

Panjang efektif suatu kolom secara sederhana dapat didefinisikan sebagai jarak di
antara dua titik pada kolom tersebut yang mempunyai momen sama dengan nol, atau
didefinisikan pula sebagai jarak di antara dua titik belok dari kelengkungan kolom. Dalam
perhitungan kelangsingan komponen struktur tekan (A= Llr), panjang komponen struktur
yang digunakan harus dikalikan suatu faktor panjang tekuk k untuk memperoleh panjang
efektif dari kolom tersebut. Besarnya faktor panjang efektif sangat tergantung dari kondisi
perletakan pada ujung-ujung komponen struktur tersebut. Prosedur penentuan nilai k
dilakukan dengan analisa tekuk terhadap suatu kolom, dan cara analisa tersebut tidak
dibahas dalam buku ini.
SNI 03-1729-2002 pasal 7.6.3.1 memberikan daftar nilai faktor panjang tekuk
untuk berbagai kondisi tumpuan ujung dari suatu kolom. Nilai k ini diperoleh dengan
mengasumsikan bahwa kolom tidak mengalami goyangan atau translasi pada ujung-ujung
tumpuannya.
Nilai k untuk komponen struktur tekan dengan dengan kondisi-kondisi tumpuan
ujung yang ideal seperti dalam Gambar 4.5 dapat ditentukan secara mudah dengan meng-
gunakan ketentuan-ketentuan di atas, namun untuk suatu komponen struktur tekan yang
merupakan bagian dari suatu struktur portal kaku seperti dalam Gambar 4.6, maka nilai
k harus dihitung berdasarkan suatu nomogram. Tumpuan-tumpuan pada ujung kolom
tersebut ditentukan oleh hubungan antara balok dengan kolom-kolom lainnya. Portal
dalam Gambar 4.6.a dinamakan sebagai portal bergoyang sedangkan portal dalam Gambar
4.6.b disebut sebagai portal tak bergoyang (goyangan dicegah dengan mekanisme kerja
dari bresing-bresing yang dipasang).

(a) (b)

Gambar 4.6 Portal Kaku Bergoyang dan Tanpa Goyangan

Nilai k untuk masing-masing sistem portal tersebut dapat dicari dari nomogram
dalam Gambar 4.7. Terlihat dalam Gambar 4.7 bahwa nilai k merupakan fungsi dari GA
dan GB yang merupakan perbandingan antara kekakuan komponen struktur yang dominan
terhadap tekan (kolom) dengan kekakuan komponen struktur yang relatif bebas terhadap
gaya tekan (balok). Nilai G ditetapkan berdasarkan persamaan:

G= 4.25
4.7 PANJANG TEKUK 59

ak di Persamaan 4.25 dapat dikecualikan umuk kondisi--kondisi berikut:


atau a. umuk komponen suuktur tekan yang dasarnya tidak terhubungkan secara kaku
hlam pada pondasi (comohnya tumpuan sendi), nilai G tidak boleh diambil kurang dari 10,
uktur kecuali hila dilakukan analisa secara khusus umuk mendapatkan nilai G tersebut
njang b. umuk komponen struktur tekan yang dasarnya terhubungkan secara kaku pada
)ndisi pondasi (tumpuan jepit), nilai G tidak boleh diambil kurang dari 1, kecuali dilakukan
ilai k analisa secara khusus untuk mendapatkan nilai G tersebut
tidak

tekuk
engan
Bcsaran I ( ±} dihitung dcngan menjumlahkan kckakuan scmua komponen struktur

tekan (kolom)-dengan bidang lemur yang sama-yang terhubungkan secara kaku pada
ujung
ujung komponen struktur yang sedang ditinjau.
1puan
neng-
Bcsaran I(±l dihitung dcngan mcnjumlahkan kekakuan semua komponcn strukrur

l yang lemur (balok)-dengan bidang lentur yang sama-yang terhubungkan secara kaku pada
a nilai ujung komponen struktur yang sedang ditinjau.
kolom
Portal
K Ga GA K Ga
am bar
~ kerja 10
X X
100.0 1000
50 0 50.0
5.0 3.0 3.0
0.9 3.0 2.0 2.0
2.0

10 0 10.0
0.8 9.0 90
8.0 8.0
7.0 7.0
6.0 6.0
0.8
5.0 50

40 2.0 4.0
0.5
3.0 3.0
04

0.3 2.0 2.0


1.5
0.6
0.2
10 1.0
0.1

0.5 10
(a) Komponen Struktur tak bergoyang (b) Komponen Struktur bergoyang

Gambar 4.7 Nomogram Faktor Panjang Tekuk, k (SNI 03-1729-2002 Gb.7.6-2)

• CONTOH 4.2:
Hitunglah nilai k untuk masing-masing kolom dalam struktur berikut:
1ogram
iari cfl JAWAB: F
)mman c
Thadap
E
8 H

D
4.25 A G
I I
'
I I I
t· 6m 'I' 9m "I
60 BAB 4 SATANG TEKAN

Faktor kekakuan masing-masing elemen: .1.

Elemen Profil I (cm4) L (em) IlL

AB WF 200.200.8.12 4720 350 13,486


BC WF 200.200.8.12 4720 300 15,73
DE WF 250.125.6.9 4050 350 11,57
EF WF 250.125.6.9 4050 300 13,5
GH WF 200.200.8.12 4720 350 13,486
HI WF 200.200.8.12 4720 300 15,73
BE WF 450.200.9.14 33500 600 55,83
CF WF 400.200.8.13 23700 600 39,5
EH WF 450.300.11.18 56100 900 62,33
FI WF 400.300.10.16 38700 900 43

Faktor G tiap-tiap joint:

Joint S (1/L)c I S (IIL)b G

A 10
B (13,486+15,73) I 55,83 0,523
c 15,73 I 39,5 0,398
D 10
E (11 ,57+ 13,5) I (55,83+62,33) 0,212
F 13,5 I (39,5+43) 0,164
G 10
H (13,486+ 15,73) I 62,33 0,469
15,73 I 43 0,366

Faktor panjang efektif, k, masing-masing kolom:

Kolom GA GB k
AB 10 0,523 1,80
BC 0,523 0,398 1,15
DE 10 0,212 1,72
EF 0,212 0,164 1,07
GH 10 0,469 1,79
HI 0,469 0,366 1,18


4.9 KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN 61

.:. 8 MASALAH TEKUK LOKAL

Jika penampang melintang suatu komponen struktur tekan cukup tip1s, maka akan ada
kemungkinan timbul tekuk lokal. Jika tekuk lokal terjadi maka komponen struktur ter­
sebut tidak akan lagi mampu memikul beban tekan secara penuh, dan ada kemungkinan
pula struktur tersebut akan mengalami keruntuhan. Profil-profil WF dengan tebal flens
yang tipis cukup rawan terhadap bahaya tekuk lokal, sehingga penggunaan profil-profil
demikian sebaiknya dihindari.
SNI 03-1729-2002 membatasi rasio antara lebar dengan ketebalan suatu elemen, dan
penampang suatu komponen struktur dapat diklasifikasikan menjadi penampang kompak,
tak kompak dan langsing. Suatu penampang yang menerima beban aksial tekan murni,
kekuatannya harus direduksi jika penampang tersebut termasuk penampang yang lang­
sing. Rasio antara lebar dengan tebal suatu elemen biasanya dinotasikan dengan simbol
A. Untuk profil WF maka kelangsingan flens dan web dapat dihitung berdasarkan rasio
bf !2t dan hitu? dengan bf dan tf adalah lebar dan tebal dari flens sedangkan h dan tw
h
adala tinggi dan tebal dari web. Jika nilai 1 lebih besar dari suatu batas yang ditentu­
kan, Ar, maka penampang dikategorikan sebagai penampang langsing dan sangat potensial
mengalami tekuk lokal. Batasan-batasan Ar untuk berbagai tipe penampang ditunjukkan
dalam Gambar 4.8.

� ; KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN

Komponen struktur tekan dapat tersusun dari dua atau lebih profil, yang disatukan dengan
menggunakan pelat kopel. Analisis kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu bahan
dan sumbu bebas bahan. Sumbu bahan adalah sumbu yang memotong semua elemen
komponen struktur tersebut, sedangkan sumbu bebas bahan adalah sumbu yang sama
sekali tidak, atau hanya memotong sebagian dari elemen komponen struktur tersebut.
Analisis dilakukan sebagai berikut:
Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x) dihitung dengan:

k·L x
,\ = __
4.26
r
x

Dan pada arah sumbu bebas bahan hams dihitung kelangsingan ideal Ai :
1

A=
ty
JA'+m,, y
2 /'I
4.27

clan
k·L L!
Ay = __
r dan ,\= _ 4.28
r �nin
y

Dengan:

Lx L1 = panjang komponen struktur tekan arah x dan arah y

k = faktor panjang tekuk

= jari-jari girasi komponen struktur

= konstanta yang besarnya ditentukan dalam peraturan

L1 = jarak antar pelat kopel pada arah komponen struktur tekan

Pelat kopel yang digunakan harus cukup kaku sehingga memenuhi persamaan:
62 BAB 4 SATANG TEKAN

b/2 1 4.29
-~ 10-
t1 1
Dengan: IP = momen inersia pelat kopel, untuk pelat kopel di muka dan di

d It~ 335/ K

bit~ 25of K bit~ 2oo; K blt~25of K


hltw ~ 665/ Jf:

b
t
i
l I
t

-
h
~

I I

K
bl t ~ 625/
bit~ 625/ K 0 It~ 22000/fy
hltw ~ 665/ Jf:

Gambar 4.8 Nilai Baras A, unruk Berbagai Tipe Pemmr""'~


4.9 KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN 63

belakang yang tebalnya t dengan tinggi h, maka


4.29 II momen inersia minimum satu buah profil
a = jarak antar dua pusat titik berat elemen komponen struktur

Selain ketentuan tersebut di atas, untuk menjaga kestabilan elemen-elemen penam-


pang komponen struktur tersusun, maka harga Ax' Aiy' dan AI hams memenuhi:
Ax ~ 1,2 AI .
Ai)' ~ 1,2 AI 4.30
AI ~ so
Pelat kopel harus dihitung dengan rricng,mg~;:lp bahwa pada seluruh panjang kom-
ponen struktur tersusun tersebut bekerja gaya yang besarnya:
Du = 0,02 1 « 4.31

• CONTOH 4.3:
Rencanakan komponen struktur lek<m berikut ~ccn~Jbi profl.l \VE f<""disi perle-
takan jepit-sendi. Beban aksial tekan terfd<ror .\', ·~ 120 ton. :dum har: 1:,. ;7 (/ =- 240
MPa, fu = 370 MPa). Panjang batang L = "±·)C 1) mm.

t
_l
t

Gambar 4.9 Pelat Kopel pada Batang Tekan Tersusun

Coba profil WF 300.200.9.14


d = 298 mm

b = 201 mm
t lU = 9 mm

f-t
L
-
64 BAB 4 SATANG TEKAN

'i = 14 mm
r0 = 18 mm
h = d-2(1'+ r0 ) = 234 mm
rX = 126 mm
r.Y = 47,7 mm
Ag = 8336 mm2

JAWAB:
Periksa kelangsingan penampang:

Flens b I 2 = 20 1 = 7 , 18
tf 2x14
250 - 250 - 6 4
ff, - fiAO - 1 ,1
b/2
<\
tf

Web !!_ = 234 = 26


tw 9
665 = 665 = 42 92
ff,fiAO'
h
< -\
tw

Kondisi tumpuan jepit-sendi, k = 0,8.


Arah sumbu kuat (sumbu x):

). = k·Lx = 0,8x4500 = 28 Sl
X rX 126 '

). = \
ex 7rVE
u: = 28,57
7r
240 = 0,3149
200000
1,43
0,25 < \x <1,2 ~ W = ----
x 1,6-0,67\x
1 43
' = 1, 0295
wx 1,6-(0,67x0,3149)
!, 240
N =A ·f =A.-= 8336·-- =194 3 ton
n g cr g Wx 1, 0295 '
120
- - - - = 0,73<1
0,85x194,3
Arah sumbu lemah (sumbu y):
4.9 KOMPONEN STRUKTUR TEKAN TERSUSUN 65

k·L
__
Y 0,8x4500 _
Ay 47,7 - 7 5, 4 7
ry

A = AJ if, = 75,47 240 = 0 , 832


ry IT vE IT 200000

0,25 <A <1,2 ~ w = - -1,43


---
ry .Y 1,6-0,67\.Y

w = 1,43 = 1,372
.Y 1,6-(0,67x0,832)
fy 240
N =A ·f =A.-·
11
g cr g Wx
= 8336·--
1,372
= 145 ' 82 ton

- -120
- - - = 0,97<1
0,85x145,82
Jadi, profil WF 300.200.9.14 cukup untuk memikul beban tekan terfaktor 120 ton .

• CONTOH 4.4:
Rencanakan komponen struktur tekan berikut, yang menerima beban aksial tekan ter-
faktor, Nu = 60 ton. Gunakan profil T. Panjang batang 4000 mm, dengan kondisi tumpuan
jepit-jepit. Mutu baja BJ 37.
Coba profil T125.250 b
~ d = 125 mm
b = 250 mm
tw = 9 mm

I t
JAWAB:
'i = 14 mm
Ag = 4609 mm 2
rX
ry
= 29,8 mm
= 62,9 mm

Periksa kelangsingan penampang:

Flens !L
2·tr
= ___3__?_Q_ = 8, 93
2 x 14
250
= ___3__?_Q_ = 16,14
fj;fiAO
bf
<\
2·t (

Web d 125
- = - = 13 88
tw 9 '

Kondisi tumpuan jepit-jepit, faktor panjang tekuk k = 0,65.


66 BAB 4 BATANG TEKAN

Arah sumbu lemah (sumbu x):


A = k.L, = _0,65x4000 = 87 ,
25
·' r, 29,8

A = \ if= 87,25 _/ 240 = 0 , 9617


(\ IT ~ E 11 'J 200000
1,43
0,25 < A,,< 1,2 -7 u) = -----
x 1,6-0,67 \,
1 43
u..J, = ' = 1,4963
1,6- (0,67 xO, 9617)
f~. 4 240 0
N =A· f =A.-= 609·--- = 73.9:> ton
J • (,
II .~ '-'-\ 1, 496.3

~ 60
=0955<1 OK
O,·N 11
0,85x73,93 '
Arah sumbu kuat (sumbu y):
k·L. 0 65x4000
A = __ = - ' - - - - - = 41,335
.1

r 62,9 1

A_ = A'J /J, = 41,335 240 = 0 45'>6


'' 11 ~ E " 200000 ' . -
\ 1,43
0' 2 5 < /\ ' < 1' 2 -t -.t.' =
I) I 1, 6 - 0, 6 7\,
43
w' = 1, = 1,1043
v l,6-(0,67.x0,4556)

1V =A· f =A.--
l = 4609·--
240
= 100 )16 ton
II g II g (..(.} \ 1, 1043
120
- - - - - = 0,705 < 1 OK
0,85x100,16
Jadi, profil T 125.250 cukup untuk memikul beban terfaktor N 11 = 60 ton.

4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR TORSI


Jika sebuah komponen struktur tekan dibebani beban aksial tekan sehingga terjadi te'kuk
terhadap keseluruhan elemen tersebut (bukan tekuk lokal), maka ada riga macam potensi
tekuk yang mungkin terjadi di antaranya:
a. Tekuk lentur, pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan beban aksial
tekan murni ditentukan oleh tekuk lentur. Hingga kini komponen struktur tekan yang
dibahas adalah komponen struktur tekan yang mengalami tekuk lemur. Tekuk lemur
mengakibatkan defleksi tehadap sumbu lemah (sumbu dengan rasio kelangsingan terbesar).
Setiap komponen struktur tekan dapat mengalami kegagalan akibat tekuk lentur.
b. Tekuk torsi, model tekuk ini terjadi akibat adanya puntir dalam sumbu meman-
jang komponen struktur tekan. Tekuk torsi hanya terjadi pada elemen-elemen yang langs-
ing dengan sumbu simetri ganda. Bentuk profil standar basil gilas panas umumnya tidak
mempunyai resiko terhadap tekuk torsi, namun profil yang tersusun dari pelar-pelat tipis
harus diperhitungkan terhadap tekuk torsi. Sebagai contoh, penampang yang riskan terha-
dap tekuk torsi adalah penampang berbenruk silang dalam Gam bar 4.1 O.b. Penampang
ini dapat disusun dari empat buah profil siku ;·ang dilerakkan saling membelakangi.
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 67

c. Tekuk lemur torsi, yang terjadi akibat kombinasi dari tekuk lentur dan tekuk
torsi. Batang akan terlentur dan terpuntir secara bersamaan. Tekuk lemur torsi dapat
terjadi pada penampang-pcnampang dengan satu sumbu simetri saja seperti profil kana],
T, siku ganda, dan siku tunggal sama kaki. Selain itu juga dapat terjadi pada penampang-
penampang tanpa sumbu simetri seperti profil siku tunggal tak sama kaki dan profil Z.
Gambar 4.11.a menunjukkan sebuah komponen struktur tekan dengan penampang
melintang berbentuk silang, sedangkan Gam bar 4.11. b adalah sebuah potongan sepanjang
dz dari komponcn struktur tersebut. Pada suatu potongan elemen dA bekerja gaya tekan
(dA. Pada awalnya tcgangan yang terjadi adalah seragam pada seluruh panjang elemen

I
)K I
/
I I
I I
I
I
I

~
K
I <f/ [
~
~\;'/
(a) Tekuk Lentur (b) Tekuk Torsi (c) Tekuk Lentur Torsi
Gambar 4.10 Tiga Macam Model Tekuk Komponen Struktur Tekan

sebab beban tekan yang bekerja adalah konsentris. Akibat beban yang bekerja akhirnya
suatu titik yang terletak sejarak z dari ujung elemen akan tertekuk seperti pada Gambar
k 4.ll.c. Perpindahan pada titik tersebut dari posisi awalnya adalah sebesar u + du. Dari
)] Gambar 4.ll.a diperoleh hubungan:
u = r·f/J 4.32
dengan f adalah sudut puntir dan r adalah jarak dari pusat geser ke dA.

Jumlahkan momen-momen terhadap sumbu z dalam Gambar 4.9.b:


dTv = f r·dQ·dr = 0 4.33
A

Jumlahkan pula momen-momen dalam Gambar 4.ll.d:


dM·dr + Q·dr·dz + fdA·du = 0 4.34
Dari persamaan 4.34, selesaikan untuk Q dan kemudian diferensialkan ke-z:
dM du
Q·dr =- dz ·dr- f·dA· dz 4.35
68 BAB 4 SATANG TEKAN

u + du

(a) (b)

f-~Mdr
Q·dr~'

1\\
(M+dM)dr
\\, J dz

+ dQ) d!_

(M + dM)dr fdA

(c) (d)

Gambar 4.11 Tekuk Lentur Torsi pada Penampang Berbentuk Silang

4.36

Bagilah persamaan 4.33 dengan dz, dan substitusikan hasilnya ke dalam persamaan
4.36:

4.38

4.39

Karena M adalah momen per satuan r, maka momen pada elemen dA (= t.dr) adalah
M. dr, sehingga:

b
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 69

Dengan I = t'3.dr/12 adalah momen inersia dari elemen dA. Diferensiasikan persamaan
4.40 dua kali ke-z dan substitusikan rf2M!dz! ke dalam persamaan 4.39, sehingga diperoleh
hubungan:
d 4u
dT
- rk t3
l
+E·u dz4 ·r·dr+ f l d 2u
dz2 r·dA =0 4.41

2
dqy . dTv d qy
Karena T = G·]·- sehmgga - = G·]--2 . Substitusikan dTvldz ke dalam per-
v dz ' dz dz
samaan 4.41 :
E ·f3 iv ·f r 2 ·dr+ f·¢ "f r 2 .JA = 0
-G·I¢ " +-·¢ 4.42
12 A A

Dengan mengingat bahwa:

f r2 ·dr = 4 X Lr31
A 3
= 4.b3
3
b
0
4.43

dan f r .d4 = IP (IP adalah Inersia polar)


2
4.44
A

Maka persamaan 4.42 dapat disederhanakan menjadi:


~" E ·f3 iv 4.b3 J "
-G·Itp +-·¢ · - + ·¢·I = o 4.45
12 3 p

E·t ~iv ·4.b


--·tp
3
-+
3
(f .I - G .f) ·ct>., _
- 0 4.46
12 3 p

atau 4.47

Faktor l?.t'3!9 disebut sebagai konstanta torsi warping, Cw umuk penampang berbentuk
silang. Masalah konstanta torsi warping ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab VIII
tentang torsi. Persamaan 4.47 dapat disederhanakan menjadi:
4.36 f·I -G·]
qyiv + p ·¢" = 0 4.48
E·Cw
1maan
4.49
f·I -G·]
dengan K
2
= ;.cw 4.50

Persamaan 4.49 merupakan suatu persamaan diferensial linear homogen orde keempat,
4.38 yang mempunyai solusi:
¢ = A·sin Kz + B-cos Kz + Cz + D 4.51
4.39
Konstanta A, B, C, dan D dapat ditentukan dengan menggunakan kondisi batas yang ada.
Jika tumpuan pada ujung-ujung kolom adalah jepit, maka dapat digunakan empat buah
1dalah
kondisi batas sebagai berikut:
lfrz=0=0 O=B+D
¢z = L = 0 0 = A ·sin KL + B·cos KL + CL + D

(=)z =0 =0 0 = AK + C
70 BAB 4 SATANG TEKAN

0 = A·Kcos KL - B.Ksin KL + C

Eliminasikan C dan D dari keempat persamaan tersebut sehingga diperoleh dua buah
persamaan linear:
A(sin KL - KL) + B(cos KL - 1) = 0 4.52.a
A(cos KL - 1) - B.sin KL = 0 4.52.b

Solusi dari sistem persamaan linear tersebut eksis jika determinan dari persamaan
tersebut sama dengan nol, jika evaluasi terhadap determinan dilakukan dan disamakan
dengan nol, maka akan diperoleh persamaan:

. KL(. 2·sm. KL -KL·cosT


sm KL) = 0 4.53
2 2
Persamaan 4.53 terpenuhi, jika KL/2 = n atau KL/2 = 4,49. Substitusikan nilai akar terkecil
ke dalam persamaan 4.50, sehingga didapatkan tegangan kritis minimum:
2
G·] 1r E·C
f, = - I + ( 1I );v 4.54
P
;)',xL
2 ·Ip

Jika ujung-ujung kolom adalah tumpuan sendi, maka kondisi batas yang ada adalah cfu!dz!
= 0 pada z = 0 dan z = L, serta ¢ = 0 pada kedua ujung kolom, maka diperoleh besar
tegangan kritis:
2
_ G·] + 1r E·C",
f,- I L2 ·I
p p
4.55

Secara umum fer dapat dituliskan menjadi:


2
_ G·] + 1r E·C"'
fT- I ( )2 4.56
P KL ·IP

Dengan k adalah faktor panjang efektif yang tergantung pada tumpuan ujung kolom, k =
1/2 untuk jepit dan k = 1 untuk sendi. Persamaan 4.56 berlaku untuk profil-profil dengan
dua sumbu simetri (sebagai contoh adalah profil silang dan profil WF). Selanjutnya dapat
ditentukan jari-jari girasi profil yang dapat menimbulkan tekuk lentur torsi, yaitu dengan
cara menyamakan fer dari persamaan 4.8 dan fer dari persamaan 4.56:
E = G·] + E-Cw

(kx J I,
7r2 7r2
4.56
(KL)'.I,

Cw + 0,04·](k·L) 2
4.57
IpS

Jika rt dari persamaan 4.57 lebih kecil dari r\_ atau rl' profil, maka keruntuhan profil akan
ditentukan oleh tekuk lentur torsi. Ips dalam persarriaan 4.57 adalah momen inersia polar
terhadap pusat geser.
-
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 71

• CONTOH 4.5:
Temukan tipe kerumuhan komponen struktur tekan berikut ini, jika diketahui bahwa
panjang kolom tersebut adalah 4,5 m dan pada ujung-ujung kolom tidak terjadi momen
torsi (kekangan jepit).
uah

JAWAB:
2.a
2.b
t = 12 mm
r
r= b 15 em
IX }
1 3
= I = 2·--·b
3 ·t
tan
:an .___,.:--. :::==::::::::J -f 2Xl5 3 X1,2
=-------- = 2700 em
3
4

b = 15 em Ips = (. + l.Y = 5400 em 4


53
J =4·_l_·b 3 -t=4·_!_·15(1,2)'3
3 3
eil = 34,56 em 4

cw (15x1,2)"l = 648 cm6


>4 9

rx = '; = J 2700
72
= 6,124 em
648 + 0,04(34,56)( 450/2) 2
ar - - - - - - - - - - = 13,08 em 2
5400
rt == 3,62 em

Jadi, profil tersebut akan mengalami kerumuhan akibat tekuk lemur torsi .

• CONTOH 4.6:
Periksalah apakah kerumuhan tekuk lemur torsi dapat terjadi pada profil WF 400.200.8.13
6 berikut ini:

JAWAB:
n
ct
J = k{ 2(200)(13) 3 + (374)(8) 3 ]

= 2140576 mm 4
cw 2
=h -I}/4
= (400 -13) 2 (1740·10 4 )I 4
=65149515-10 4 mm 4

== Ix +I} == (23700 + 1740).104 = 25440.104 mm 4


2
Cw 0,04j.L 65149515·10 4 0,04x2140576xL2
= -+ +-------
~ ~ 25440-!0
4
25440·10 4
= ~ 2560,91 + 0,000336.L 2

r, mm = 50,60 mm (dieapai jika L = 0 mm)


karena rt min > r.Y (= 45,4 mm), maka profil ini tidak akan mengalami tekuk lemur torsi,
dan kerumuhannya akan ditemukan oleh tekuk lemur terhadap sumbu y.
72 BAB 4 BATANG TEKAN

SNI 03-1729-2002 pasal 9.2 mensyaratkan pemeriksaan terhadap tekuk lemur torsi
untuk profil-profil siku ganda dan profil T. Dinyatakan bahwa kuat tekan rencana akibat
tekuk lemur torsi, ¢n Nnlt dari komponen struktur tekan yang terdiri dari siku ganda atau
berbentuk T, harus memenuhi:
Nu < C/Jn Nnlt 4.58
Dengan:
C/Jn = 0,85
Nnlt = Agfntr

!,"{"';;:"II- 4.59

Dan:
G·J
fer~=--==? 4.60
- A·r0 -

4.61

4.62

Keterangan:
a. xO' y 0 merupakan koordinat pusat geser terhadap titik berat, x 0 = 0 untuk siku
ganda dan profil T.
b. f cry = f,!m.
y zy

c. G adalah modulus geser, G = E


2(1 + v)
. ~1 3
d. J adalah konstanta puntlr, ] = L...3b.t

• CONTOH 4.7:
Periksalah apakah profil J L 60.90.10 berikut cukup kuat menahan beban aksial terfaktor
Nu = 30 ton, jika panjang batang 3 m dan kondisi perletakan jepit-sendi. Mutu baja BJ
37.
Data profil
Ag = 1410 mm2
ex= 30,5 mm
ev= 15,6 mm
l 4
= 112.10 mm
4

/y = 39,6.10 mm 4
4

rx = 28,2 mm

t
ry = 16,8 mm
r = 12,8 mm
11
tp = 8 mm
u
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 73

OfSl JAWAB:
1bar Periksa kelangsingan penampang
~tau

Flens !?... = 90 = 9
t 10
.58
200 = 200 = 12,91
ft --l240
b 200
- < li""" ~ penampang tak kompak
t "V J;
.59
Web Tak ada syarat

Kondisi tumpuan jepit-sendi, k = 0,8


60 Dicoba menggunakan 6 buah pelat kopel:
Ll = 3000 = 600
6-1
61
L1 600
AI = - = - = 46,875<50 OK
rmin 12,8
62 Arah sumbu bahan (sumbu x):
A, = kLx = 0,8x3000 =
85 10
X r\ 28,2 '
ku
Ax (= 85,10) > 1,2 A1 (= 56,25) OK

Arah sumbu bebas bahan (sumbu y):


A,y = 2 (A,y 1 + A g(ey + tp12f)
Ay = 2 (39,6.104 + 1410 (15,6+4)2) = 1.875.331,2 mm 4
Aprop.~:1 = 2 x 1410 = 2820 mm 2

1875331,2
ry = - - - - = 25,7878 mm
2820
or
BJ
A, = k.Ly = 0,8x3000 =
y 93 ' 06
rx 25,7878
Kelangsingan ideal:
1 1 2 1m 2
IL·
iJ
= ILY + 2 AI

A,.zy = 93,06 2 +~46,875


2
2
= 104,1989
A.iy ( = 104,1989 ) > 1,2 A.i ( = 48,696 ) OK

Karena A,.'Y > Ax·. tekuk terJ· adi pada sumbu be bas bahan

A, = A.ry fl; = 104,1989 ~ = 1,1489


cy 7r ~E 7r ~ 200000
74 BAB 4 BATANG TEKAN

1,43
0,25 < A- < 1,2 w)' = - .---.- 1 -
c:r 1,6-0,67 /lCJ'

(Vy - l,4 3 = 1,722


1,6-- (0,67 X 1,1489)
J;, 240 -
N 11 = Ag .fer = A 17 .-~ = 2820-- = 39,3 ton
c' {V_\ 1,722

Periksa terhadap tekuk lentur torsi:


Nn!t = Ag. f1t

felt
= (,{cry+ fcrz
2
H
J[l- )14./cry ·fcrz .H J
I . ,
~ (Jo:Y + fcrz )""

f_,-_ ( foy +len J[ ~~ ·


f.-1)--:fcrz .J-f
1- 1 ---""---- -l
' 'd 2H ~ (/n:Y + fcrz )2

frz = G!2
A.r0
200000
G = _E_ = = 76923 MPa
2(1+v) 2(1+0,3)
4
] = 2Ll_b.t 3 = 2[!_.60.10 3 +!_.(90-10).10 3 ] = 93333,3 mm
3 3 3
Yo = ex- t/2 = 30,5 - (10/2) = 25,5 mm
x0 = 0

l~+ly +x 2 +y 2-- (112+39,6).10 + 0 + 2552-1187


4
r0 2 -
- 0 0 , - ,8 4 mm 2
A 2820
+ = 76923x93333,3 = 2143 ,314 MPa
J crz 2820 X 1187,84

H =1 Xo2+Yo2 =1-0+25,52 =04526


r, 2 1187,84 )
()

fv
J: = -- = -240- = 139,373 MPa
cry (Viy 1,722

+
J clt
= 134,41 MPa
N ct1 = A. ~-'1 = 2820 x 134,41 = 37,9 ton
g let

Jadi, tekuk lentur torsi menentukan.


C/Jc.Nnlt = 0,85 X 37,9 = 32,2 ton

~ = _lQ__ = 0,93<1
C/Jc.Nnlt 32,2
Profil JL 60.90.10 cukup kuat.

tr
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR . 75

• CONTOH 4.8:
Sebuah komponen strukrur tekan dengan beban aksial terfaktor N;, = 80 ton dan memiliki
panjang batang 4,5 m. Rencanakan komponen struktur tersebut dari dua buah profil kana!
rersusun, rencanakan pula dimensi pelat kopelnya. Mutu baja BJ 37.

JAWAB:
Dicoba profil kana! CNP 20:
Data CNP 20

r
+ Ag = 3220 mm 2

i e '"' 20,1 mm

T
1 1
I X = 1910.10~ " mm
~
4
I = 148.10 mm'i

I / \' = 77 mm

2l--~------1-v~
J
'r = 21,4 mm
if' ==11,5 mm
I t,u = 8,5 mm
4
• I
tp = 10 mm

Kondisi rumpuan jepit-sendi, k = 0,65


Periksa keLmgsingan penampang:
b 7-
F1ens - = ·-~ = 6,52
t 11,5
250 2')0
~--- =7 - = 16,137
~ f~- -Y 240
b 250
-<·-= OK
t
-v.I I')'
Web h 200
- = - - = 2.3,53
til' 8,5
6
5~ = ~ = 42,92
~ J;. "V240

_!!____<A r OK
fUI

Dicoba pasang 10 pelat kopel:


4500 -
L1 = - - = )00
10-1

}~] =
500
_!l = = 23,36<50
rmin 21,4
Arah sumbu x:
A = -~·L~ = Q,§_Sx~?_qQ = 37 99
' r.1 77 '
A.\(= 37,99) > 1,2A(= 28,032)
OK
76 BAB 4 SATANG TEKAN

Arah sumbu y:
Iy = 2 (I
y1
+ A g(ey + tp12)2 )

Iy = 2 (148.10 4 + 3220 (20,1 + 5) 2) = 7.017.264,4 mm 4


Apro.+:,1= 2 x 3220 = 6440 mm 2
1

r\. = ~ = 7017264,4 = 33 ,01


Aprofil 6440
A= k·Lr = 0,65x4500 = 88 61 mm
r rr 33,01 '

Kelangsingan ideal:
1 1 2 m 1 2
/l·
lJ
= 1\,y + 2 /\,1

Aiy = 88,61 2 +~23,36 2


= 91,64
2
Aiy (91,64) > 1,2A(= 28,032)

Karena A.lJ > A,X tekuk terjadi pada sumbu bebas bahan

A _ Aiy rJ; _ 91,64 240 = ,


cy - ----;-~ E - -----;--- 200000
1 0105

1,43
0,25 < Ary < 1,2 OJ=----
y 1,6- 0,67 Acy

OJ = 1,43 1,5 4 9
Y 1,6-(0,67x1,0105)
f 240
N =A .f =A ___l__=6440--=99,78ton
n g cr g· OJx 1,549
C/Jc ·Nn = 0,85 X 99,78 = 84,8 ton

~=~=0,94<1
cpc.Nn 84,8

Perhitungan dimensi pelat kopel:


Syarat kekakuan pelat kopel, adalah harus dipenuhinya:
I I
____e_ ~ 1o_j_
a L1
= I . = 148.104 mm
4
mm
= 500 mm
= 2e + tp = (2 x 20,1) + 10 = 50,2 mm

I
p-
>1o!L.a
~

I ~10·148-104 ·50,2
p 500
I[J~1485920mm 4
4.10 TEKUK TORSI DAN TEKUK LENTUR ... 77

I 3
Bila IP = 2·-t.h
12
, dengan tebal pelat (t = 8 mm), diperoleh h > 103,6 mm. Gunakan

h = 110 mm.

Cek kekuatan pelat kopel:


Du = 0,02 Nu = 0,02 x 80 ton = 1,6 ton

Gaya sebesar 1,6 ton dibagi untuk 10 pelat kopel, sehingga masing-masing kopel memikul
0,16 ton.

Kuat geser pelat kopel:


h 110
A- =- = - = 1375
w t 8 '
5 5
k = 5+ - - = 5+

OK
" (alh)' (so,,% 0 )' = 29
1
'
!) /yk,.E = 11 29x200000
' 240 =
17 1

1
Aw <1,1 ~ 1:
[IT seh"mgga

Vn = 2.0,6./'.A
:!y w = 2(0,6)(240)(110)(8) = 25,344 ton

¢ vn = 0,9 V:z = 0,9(25,344) = 22,8 ton


0 16
l = • =0,009<1
¢.V,I 22,8

• CONTOH 4.9:
Sebuah kolom dari profil baja (BJ 37) dengan panjang batang 5 m, mempunyai tumpuan ujung
OK sendi-sendi. Pada arah sumbu lemah diberi sokongan lateral di tengah bentang. Beban aksial
terfaktor, Nu = 75 ton. Pilihlah profil WF yang mencukupi kebutuhan kolom tersebut.

JAWAB:
Coba profil INP 30:
Data INP 30:
d = 300 mm
b = 125 mm
tw = 10,8 mm
t_r = 16,2 mm
h = 241 mm d
Ag = 6910 mm
I X = 9800.10 4 mm 4
I w = 451.10 4 mm 4
rX = 119 mm
ry = 25,6 mm
78 BAB 4 BATANG TEKAN

Periksa kelangsingan penampang: s


Flens b!~ = _J32_ = 3,858 ::
t(
j
2x16,2
170 170
-,-=~ = -~ = 10,97
~fv ~240

- > penampang kompak

Web
h 241
-=--=22,31
til' 10,8
]~! = 1689 = 108,44
~~t, mo
1680
h
-<--=-
til' I+
"yJi'
- > penampang kompak

Arah sumbu bahan (sumbu x):

A = k.L\ = 5000 = 42017


' r\ 119 ' · 'I

Arah sumbu bebas bahan (sumbu y):


k.L, 2500
A.=---= ~---=97656
' I~ 25,6 . '

A)' > AX (b~nang menekuk ke arah sumbu lemah)

rr
L

A ~-~~
A = __L J fv = 97,65i_ / 240 = 1 0768
cv n1 E n ~ 200000 '
1,43
0,25 < A < 1,2
9
--> (J)v
-
= 1,6 ~ 0,6!- AIJ

(J). = ----~L-~----=I 6277 3


' l,6-(0,67xl,0768) '

Nn =A 1
g • cr
=A
~
-~~-
m,
= 6910--~~g __ = 10188 ton
1,6277 '

.. !!_~~___ = - 7-5- = 0,8 66 < l OK


¢,·N,, 86,6
SOAL-SOAL LATIHAN 79

3·JAL-SOAL LATIHAN

: .t '1 - P.4.3
Hitunglah tahanan tekan rencana dari masing-masing komponen struktur tekan yang
ditunjukkan dalam Gambar P4.1 - P4.3!

WF 400.400.13.21
(BJ 37) WF 300.300.10.15
(BJ 41)

t
Gambar P.4.1 Gambar P.4.2

WF 250.250.9.14
(BJ 55)

t
Gambar P4.3

::~ J. J.- P.4.6


Periksalah bahaya tekuk lokal dari masing-masing komponen struktur tekan dalam soal
P.4.1 - P.4.3!

: "'- - P.4.9
Jika masing-masing komponen struktur tekan dalam soal P.4.1 - P4.3 diberi pengekang
lK
lateral dalam arah sumbu lemah, hitunglah besarnya tahanan tekan rencananya !

Profil WF 350.175.7.11 digunakan sebagai suatu komponen struktur tekan dengan panjang
9 m. Pada tiap interval 3 m dipasang pengekang lateral dalam arah sumbu lemah. Ujung-
ujung komponen struktur tekan tersebut berupa tumpuan sendi dan mutu baja BJ 37.
_lika rasio DIL = 0,5, hitunglah beban kerja yang dapat dipikul oleh komponen struktur
:ekan tersebut!
80 BAB 4 SATANG TEKAN

P.4.11 Sebuah komponen struktur tekan didesain agar mampu menahan beban tekan aksial yang
terdiri dari beban mati 500 kN dan be ban hidup 1000 kN. Batang ini memiliki panjang
8,5 m dan pada jarak 3,5 m dari tepi atas dipasang pengekang lateral dalam arah sumbu
lemah. Dengan menggunakan mutu baja B] 41 pilihlah profil WF yang ekonomis ! (tum-
puan ujung adalah sendi).

P.4.12 Suatu portal bergoyang terdiri dari kolom WF 200.200.8.12 dan balok WF 250.125.6.9,
mutu baja BJ 37. Tiap batang disusun sedemikian rupa sehingga lentur terjadi dalam
arah sumbu kuat. Asumsikan ky = 1,0. Hitunglah besarnya kx untuk kolom-kolom portal
tersebut dengan menggunakan nomogram yang ada. Hitunglah pula tahanan tekan rencana
dari kolom tersebut!

I
4,5 m

L
...,__ _ 9 m _ ___.,.,I

Gambar P.4.12
I yang
mpng
umbu
(tum-
5
5.6.9. Komponen Struktur Lentur
:lalam
portal TUJUAN PEMBELAJARAN
ncana Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Melakukan analisis dan desain komponen struktur lentur yang memiliki kekangan
lateral secara menerus pada bagian sayap tekan
Memahami perilaku balok akibat lentur dua arah

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Pendahuluan
1.2 Lentur Sederhana Profil Simetris
1.3 Perilaku Balok Terkekang Lateral
1.4 Desain Balok Terkekang Lateral
1. 5 Lendutan Balok
1.6 Geser pada Penampang Gilas
1. 7 Be ban Terpusat pada Balok
1.8 Teori Umum Lentur

:: 41
PENDAHULUAN
Balok adalah komponen struktur yang memikul beban-beban gravitasi, seperti beban mati
dan beban hidup. Komponen struktur balok merupakan kombinasi dari elemen tekan dan
elemen tarik, sehingga konsep dari komponen struktur tarik dan tekan yang telah dipelajari
dalam bab terdahulu, akan dikombinasikan dalam bab ini. Pembahasan dalam bab ini
diasumsikan bahwa balok tak akan tertekuk, karena bagian elemen yang mengalami tekan,
sepenuhnya terkekang baik dalam arah sumbu kuat ataupun sumbu lemahnya. Asumsi
ini mendekati kenyataan, sebab dalam banyak kasus balok cukup terkekang secara lateral,
sehingga masalah stabilitas tidak perlu mendapat penekanan lebih.

:2 LENTUR SEDERHANA PROFIL SIMETRIS


Rumus umum perhitungan tegangan akibat momen lentur, seperti dipelajari dalam mata
kuliah Mekanika Bahan (cr =Mel]) dapat digunakan dalam kondisi yang umum. Tegangan
lentur pada penampang profil yang mempunyai minimal satu sumbu simetri, dan dibebani
pada pusat gesernya, dapat dihitung dari persamaan:
M M
J=-x+_Y 5.1
sx sy
I I
dengan S x = ~ dan S = __z_ 5.2
cy y ex

. . Mx ·cr Mr ·cr
sehmgga j = - - - · + -~·- 5.3
Ir I,
Dengan:
f = tegangan lentur
= momen lentur arah x dan y
82 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

s\> sv = lv1odulus penampang arah x dan .Y


(> r,: = Momen Inersia arah x dan y
= jarak dari titik berat ke tepi serat arah x dan .Y

Gambar 5.1 menunjukkan beberapa penampang yang mempunyai minimal satu bLL
sumbu simetri.

X-I=t x-p
I

I
I
I
I
___!!__

_!_x_ ex cy
cy

Gambar 5.1 Modulus Penampang Berbagai Tipe Profit Simetri

5.3 PERILAKU BALOK TERKEKANG LATERAL

Distribusi tegangan pada sebuah penampang WF akibat momen lentur, diperlihatkar~


dalam Gambar 5.2. Pada daerah beban layan, penampang masih elasrik (Gambar. 5.2.a;.
kondisi elasrik berlangsung hingga tegangan pada serat terluar mencapai kuat lelehnya (/:.
Setelah mencapai regangan leleh (£y), regangan akan terus naik tanpa diikuti kenaik~r~
tegangan (Gambar 5.3).
Ketika kuat leleh tercapai pada serat terluar (Gambar 5.2.b), tahanan momen nomina:
sama dengan momen leleh M yx, dan besarnya adalah:

fi1" = Myx = Sxf; 5A


Dan pada saat kondisi pada Gambar 5.2.d tercapai, semua serat dalam penampang melam-
paui regangan lelehnya, dan dinamakan kondisi plastis. Tahanan momen nominal dalam
kondisi ini dinamakan momen plastis Jvf/', yang besarnya:

MP = fJv·dA = J;·Z 5.5


A

Dengan Z dikenal sebagai modulus plastis.

M=Myx

(a) (b) (c) (d)

Gambar 5.2 Distribusi Tegangan pada Level Beban Bcrbc.>JI


J
5.3 PERILAKU BALOK TERKEKANG LATERAL 83

Daerah elastis j Daerah plastis ~

~----------------~--------------------------~£

Gambar 5.3 Diagram Tegangan-Regangan Material Baja

a=fy
Selanjutnya diperkenalkan istilah faktor bentuk (shape foetor, SF), yang merupakan
perbandingan antara modulus plastis dengan modulus tampang, yaitu:

5F-
M
~- _ P - -
Z
L - -My - 5 5.6

Untuk profil WF dalam lemur arah sumbu kuat (sumbu x), faktor bentuk berkisar antara
I~
1,09 sampai 1,18 (umumnya 1,12). Dalam arah sumbu lemah (sumbu y) nilai faktor
bentuk bisa mencapai 1, 5 .

• CONTOH 5.1:
Tentukan faktor bentuk penampang persegi berikut, dalam arah sumbu kuat (sumbu x)!

r- Z, = 2[b·%·~-] = ±.b.h 2

I.
.\
= j___·h·h"
12

5. = __1__ = _l_·b·lr' --~ = .l.b·h 2


\ h/2 12 h 6
.l.h·h 2
z 4 3
SF=~=_2_= - ----; =-= 1,5
S, 1
-·h·h- 2
6

• CONTOH 5.2:
Tentukan faktor bentuk dari profil WF berikut, terhadap sumbu y!
d
84 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

Dan faktor bentuk ~:


I ) I )
Z -·t..f ·b- + --·(d-2t
4 ..I )·t w - 3
2
SF = ~ = _I_ = ,-=: - = I,5
5
" Lt ·b 2 +_!_·Cd-2t
3 j 6 j
)-~~- 2
b

Pada saar tahanan momen plastis MP tercapai, penampang balok akan terus ber-
deformasi dengan tahanan lemur konstan MP, kondisi ini dinamakan sendi plastis. Pada
suatu balok tertumpu sederhana (sendi rol), munculnya sendi plastis di daerah tengah
bentang akan menimbulkan situasi ketidakstabilan, yang dinamakan mekanisme kerun-
tuhan. Secara umum, kombinasi antara 3 sendi (sendi sebenarnya dan sendi plastis) akan
mengakibatkan mekanisme keruntuhan.
e
Dalam Gambar 5.4 sudut rotasi elastik dalam daerah beban layan M, hingga serat
terluar mencapai kuat leleh J; pada saar ~x· Sudut rotasi kemudian menjadi inelastik
parsial hingga momen plastis MP tercapai. Ketika sendi plastis tercapai, kurva M-8 menjadi
horizontal dan lendutan balok tetap bertambah. Dan pada tengah bentang timbul rotasi
eu' yang mengakibatkan lendutan balok tak lagi kontinu.
Agar penampang mampu mencapai eu
tanpa menimbulkan keruntuhan akibat
ketidakstabilan ini, maka harus dipenuhi ketiga macam syarat yakni kekangan lateraL
perbandingan lebar dan tebal flens (bjtl)' perbandingan tinggi dan tebal web (hltJ.

q = beban layan Daktilitas Kelengkungan )1 = 8J8P

qu = beban layan terfaktor

~ I I I I I I I I I I I li-
--e.:=--..------
(a) (b) karakteristik momen-rotasi

Gambar 5.4 Sendi Plaris dan Kurva M-8


J
5.4 DESAIN BALOK TERKEKANG LATERAL 85

: 4 DESAIN BALOK TERKEKANG LATERAL


Tahanan balok dalam desain LRFD harus memenuhi persyaratan:

cpb.Mn > Mu 5.7


Dengan: cpb = 0,90
Mn = tahanan momen nominal
Mu = momen lentur akibat beban terfaktor

Dalam perhitungan tahanan momen nominal dibedakan antara penampang kompak,


tak kompak, dan langsing seperti halnya saat membahas batang tekan. Batasan penampang
kompak, tak kompak, dan langsing adalah:
1. Penampang kompak : A< A
2. Penampang tak kompak : AP < ~ < \.
3. Langsing : A > \.

kompak tak kompak

ber-
)ada
tgah AAr -----------------r--------------------------
~un­
1
I
tkan I
I
I
;erar I
~----------~------------------~------------~A =bh
lStik
tjadi
Gambar 5.5 Tahanan Momen Nominal Penampang Kompak dan Tak Kompak
Jtasi

::~'AMPANG KOMPAK
:ibar
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang kompak:
era!.
Mn = Mp = Z/,y 5.8
Dengan: MP = tahanan momen plastis
2 = modulus plastis
J; = kuat leleh

::~'AMPANG TAK KOMPAK


Tahanan momen nominal pada saat A = A,. adalah:
M 11 = Mr = ( J; -f. ).S 5.9
Dengan: J; = tahanan leleh
i = tegangan sisa
s = modulus penampang

Besarnya tegangan sisa f. = 70 MPa untuk penampang gilas panas, dan 115 MPa untuk
penampang yang dilas.
Bagi penampang tak kompak yang mempunyai \ < A < \., maka besarnya tahanan
momen nominal dicari dengan melakukan interpolasi linear, sehingga diperoleh:
86 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

A,-A A-A"
MII=~-~·-~A1 +··---M 5.10
A, -A1, I' A, -A1, r

Dengan: A = kelangsingan penampang balok (= b/2tr)


A,) Ap = tabel 7.5-1 Peraturan BaJ·a ·
Untuk balok-balok hibrida di mana -~t > J;w maka perhitungan M,. harus didasarkan pada
+ .- Jrf') dengan Jyw
nilai terkecil an tara (Jy !' .
1

• CONTOH 5.3:
Rencanakan balok untuk memikul beban mati, D = 350 kg/m dan beban hidup, L =
1500 kg/m. Bentang balok, L = 12 m. Sisi tekan flens terkekang lateral. Gunakan profil
baja WF dengan J;
= 240 MPa dan = 450 MPa. J;
JAWAB:

)j. I I I I I I llllllllll!l,. q, =

=
1,2D + 1,6L
2820 kg/m
=

=
1,2(350) + 1,6(1500)
2,82 ton/m

I. 12m _j
1 2 1 2
M u = -q
8 u L =-·2
8 )82·12 = 50,76 ton.m

M 11 Mu __ 50,76 =
S6 , 4 ton.m
¢b 0,90

1 2
Zx =b·tf(d-tf)+4·tw·(d-2tf)

2
z = .!..b ·tf + l.t 2 .(d-2tl)
)' 2 4 w
h =d-2('<)+tl)

Untuk J; = 240 MPa


Coba profil WF 350.350.12.19

Ar = _b_ = 350 = 9,21


· 2·tr 2x19

A = !!_ = 350-2(20+ 19) = 22 6


U' 7 '
til 12

AP Ar

170 370 370


= ___!2Q_ = 10,97 = 28,37
ff, ,/240 ~~r- /, ,/240-70

1680 = 1680 = 108,44 2550 = 2550 = 164,6


ff, ,/240 \f ,/240

a
5.4 DESAIN BALOK TERKEKANG LATERAL 87

Penampang kompak!
10 1 )
z X
= b·t .. (d-t .)+-·t
1 1 4 W .(d-2t.rt

Z = 350(19)(350- 19) + _!_(12)(350- 2(19)) 2 = 2493182 mm 3


X 4
.da
MP = 2_, . J; = 2493182(240) = 59,84 ton.m
M p (= 59,84 ton.m) > M u1¢ (= 56,4 ton.m)

Untuk !y = 450 MPa


Coba profil 350.350.12.19

AI= _b_ = 350 = 9,21


2·t
1 2x19
A = ..!!_ = 350-2(20 + 19) = 22 ,67
w tw 12

AP Ar

170 = ___!2Q_ = 8,01 370 = 370 = 1898


Jl: ~450 ~~v-fr ~450-70 '

1680 1680 2550 = 2550 = 120,2


Jl: = -.J 450 = 79,2 Jl:Mo
Penampang tak kompak!
MP = Zx. J; = 2493182(450) = 112,19 ton.m

Mr = ( J; - J; ).Sx = ( J; - J; ). ;;2
4
Mr (450 - 70)· 40300·10 = 87,5 ton.m
= =
350/2
(profil terlalu kuat, coba profil lain yang lebih kecil)

Coba WF 300.300.10.15

1 __ b__ 300 _
/l,f- - - 10
2·tf 2x15

A _ ..!!_ _ 300-2(18+15) _
w- - - 23, 4
tlU 10

AP Ar

170 = ___!2Q_ = 8,01 370 = 370 = 18,98


Jl: ~450 ~ /y- fr ~450-70
1680 1680 2550 = 2550 = 120 2
ff = -.J 450 = 79,2 ff ~450 '

....
88 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

Penampang tak kompak!


1
z X
b.tf .(d-tf)+ ;;·tw.(d-2tf)
2

Z = 300(15)(300- 15) + _!_(10)(300- 2(15)) 2 = 1464750 mm 3


X 4
MP = Z X . JyI' = 1464750(450) = 65,91 ton.m

Mr = ( / ; - /, ).Sx = ( / ; - /, ). :f2

104
= ( 450- 70 ). 20400 · = 51,68 ton.m
300/2
A -A A-AP
Mn -~-M+--M
A,-AP P Ar -AP r

Mn 18,98-10 ·65,91+ 10-8,01 ·51,68= 63,32 ton.m


18~8-8~1 18~8-8~1

M p (= 63,32 ton.m) > M u /Fl.


~
(= 56,4 ton.m)

5.5 LENDUTAN BALOK


SNI 03-1729-2002 pasal 6.4.3 membatasi besarnya lendutan yang timbul pada balok.
Dalam pasal ini disyaratkan lendutan maksimum untuk balok pemikul dinding atau
finishing yang getas adalah sebesar L/360, sedangkan untuk balok biasa lendutan tidak
boleh lebih dari L/240. Pembatasan ini dimaksudkan agar balok memberikan kemampu-
layanan yang baik (serviceability). Besar lendutan pada beberapa jenis pembebanan balok
yang umum terjadi ditunjukkan sebagai berikut:

~-----------()
2
ll -- Ml·L
u2 - 16·E·l

---------- -c,
CL

2 2 2

+&""" ! "'"'"Jj..-j-
Ll
L/ 2
_5 _M
- 48
·L _ M
_0_
EI
·L _M
_1_
16EI
_2·L_
16EI
L-- L___j
5.5 LENDUTAN BALOK 89

Karena M 0 = M 5 + 0,5(M1 + M), maka


2
5·L
~L/2 = 48-E/Ms -0,1·M~-O,l-M2)

Dalam beberapa kasus tertentu, terkadang masalah batasan lendutan lebih menentu-
kan dalam pemilihan profil balok daripada tahanan momennya .

• CONTOH 5.4:
Rencanakan komponen struktur balok berikut yang memikul be ban mati, D = 200 kg/ m
dan beban hidup L = 1200 kg/m. Panjang bentang balok L = 8 m. Mutu baja BJ 37.
Disyaratkan batas lendutan tak melebihi L/300.

JAWAB:
qu = 1,2 0 + 1 ,6L
qu = 1,2(200) + 1,6(1200) = 2,16 t/m
~I Ill I I IIIII I I Ill~
M = ~-q .L2 = ~- (2,16)(8) 2
balok. I L _j u 8
=
8
lt

17,28 ton.m
~ atau

tidak
ampu-
Asumsikan penampang adalah kompak, maka tahanan rencana <P b.M11 adalah:
balok

Coba profil WF 300-200-8-12 (2_'" = 822,60 cm 3)


Cek kelangsingan pen am pang:

b 200
A-f =-=~~=8,33
2-tf 2x12

A-"' = _!!_ = 294-2(12+18) = 29 ,25


t 11 , 8

A. r

170 370 370


= _2ZQ_ = 10,97 = 28,37
ffEiO ~~r-J: ~240-70

1680 - 1680 - 44 2550 = 2550 = 164 6


ff - ~240 - 108, I
-v /,
r::-;::
\j 240
'
90 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

Penampang kompak!
Selanjutnya dihitung !"' perlu untuk memenuhi syarat lendutan.
1 2
ML = --1200-8 = 18,75 ton.m = 18,75.10 7 Nmm
8
(untuk memeriksa syarat lendutan, hanya beban hidup saja yang dipertimbangkan)
4
5·q·L 5·M-L2
~=---=---
384-EI 48-EI
5 X 9,6-10 7 X 8000
2 2
5·M-L
I = -------------::-------::- 12000-10 4 mm 4 = 12000 cm 4
x perlu 48-E· - ( 8000)
48 X 200000 X --
300

Profil WF 300.200.8.12 tak mencukupi karena memiliki Ix = 11300 cm 4. Selanjutnya


profil diganti dengan WF 350.175.7.11 yang memiliki Ix = 13600 cm 4 dan 2_" = 840,85
cm3 .

Cek lendutan:
4 2 6 7 2
~=-·q_·
5L-= 5-M·L = 5x9, -10 x8000
384· EI 48· El 48 x 200000 x 13600-10 4
L
= 23,53 mm < - ( = 26,67 mm)
300
Dalam contoh soal ini tampak bahwa kondisi batas layan (lendutan) lebih menentukan
daripada kondisi batas tahanan, dalam proses desain profil yang aman .

• CONTOH 5.5:
Rencanakanlah komponen struktur balok baja berikut ini dengan menggunakan profil
WF seekonomis mungkin. Asumsikan terdapat kekangan lateral yang cukup pada bagian
flens tekan profil. Disyaratkan pula bahwa lendutan tidak boleh melebihi L/300. Gunakan 5.
mutu baja BJ 37!

r4m1 P (D = 4 ton;L = 10 ton)

;; 7J#r
1~·------Bm------~·1
JAWAB:
Pu 1,2(4) + 1,6(10) = 20,8 ton
_P._,x__
L = 20,8x8 N
Mu = 4 1, 6 ton.m = 4 1, 6 .1 07 mm
4 4
Asumsikan profil kompak!

Mp = M = Mu -- 41,6-10 = 46 .~~.
I I 10- N mm
n ¢ 0,9
=Z.I'
xJy

(
a
Y'
5.6 GESER PADA PENAMPANG GILAS 91

MP _ 46,22·10
1925,83 em 5
fv - 240

Gunakan profil WF 500.200.10.16 (Zx = 2096,36 em 5 ; I'< = 47800 em 4)


Akibat berat sendiri profil, momen lemur bertambah menjadi:

Mu = 1,2(_!_.(0,0897)(8) 2) + 41,6 = 42,4611 ton.m


8

Periksa syarat kelangsingan profil:

..!.L = 200- = 6,25 <Ap =


170
10,97

tjutnyJ
2.tr 2x16
fJ:
840,8.; !!_ = 500- 2(16 + 20) = 42,8 <Ap =
1680
108,44
tw 10
fJ:
Penampang kompak!
Mn = Z x .fvy = 2096,36,103(240) = 50,31 ton.m

cp.Mn = 0,90(50,31) = 45,281 ton.m > 42,4611 ton.m

Periksa terhadap syarat lendutan:


entukan P.L1 10·10 4 X8000 5
~max
48El 48 X 200000 X 47800 X 10000
L
11,16 mm < - (= 26,66 mm)
300
an prohl
ia bagiat~
Gunakan : 6 GESER PADA PENAMPANG GILAS
Pereneanaan balok yang memiliki bentang panjang biasanya lebih ditentukan oleh syarat
lendutan daripada syarat tahanan. Balok dengan bentang-bentang menengah, ukuran profil
lebih ditentukan akibat lemur pada balok. Namun demikian, pada balok-balok dengan
bentang pendek, tahanan geser lebih menentukan dalam pemilihan profil.
Untuk menurunkan persamaan tegangan geser untuk penampang simetri, lihat
potongan dz dari balok pada Gambar 5.6, dengan .free body-nya dalam Gambar 5.6.a.
Bila tegangan geser satuan V, bekerja sejarak y 1 dari sumbu netral, maka dari Gambar
5.6.e diperoleh hubungan:
dC' = V.t.dz 5.11

Dan gaya horizontal akibat momen lentur adalah:


)'2

C' = f f.dA 5.12


)'I

y2

C' + dC' = J(/+df)dA 5.13


)'1
92 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

(a) (b)

(c)
Gambar 5.6 Penurunan Persamaan Tegangan Geser

Mengurangkan persamaan 5.13 dengan persamaan 5.12 diperoleh:


y2

dC' = f df.dA 5.14


y!

df = dM.y 5.15
I

dC' = I2dM.y.dA = dMJy.dA 5.16


, 1 I I ,1

Dari persamaan 5.16 dan 5.12 diperoleh hubungan:


2
dM 1 '
V=--fy.dA 5.17
dz t.l , 1
y2

dengan mengingat bahwa V = dM!dz, serta Q = Jy.dA, maka diperoleh persamaan bagi
y!
tegangan geser yang sangat familiar bagi kita:

V.Q
V=-- 5.18
I.t
Dengan V adalah gaya geser, dan Q adalah sraris momen terhadap garis netral. Terkadang
untuk menghitung tegangan geser, digunabn rumus pendekatan yang merupakan harga

,-
J
5.6 GESER PADA PENAMPANG GILAS 93

rata-rata luas penampang web, dengan mengabaikan efek dari lubang alat pengencang,
yaitu:

5.19

• CONTOH 5.5:
Hitung distribusi tegangan geser elastik pada profil WF 350.350.12.19 yang memikul
beban geser layan sebesar 95 ton. Hitung pula berapa besar gaya geser yang dipikul oleh
£lens dan berapa yang dipikul oleh pelat web.
Tegangan pada pertemuan antara flens dan web:
V = 95 ton= 95.10 4 N
Q = 350(19)( 175- 9,5) = 1100575 mm 3
4
+-dC' 95.10 x1100575
vweb = = 216,2 MPa
40300.10 4 x12

95.10 4 X 1100575
= 7,41 MPa
40300.10 4 X 350

Tegangan pada sumbu netral:


Q 1100575 + Yz (175-19) 2 (12) = 1246591 mm 3
95.10 4 x 1246591
v = 244,88 MPa
40300.10 4 X 12
5.14

5.15 I 350 I ___L,_ 216,2 MPa


~
I ~~ ~------
1175 '
5.16 - f---12

,_,.-- '------,, ___,_1----


+175

v~

-,
244,88 MPa

5.17 7,41 MPa


(a) (b) Tegangan geser
bagi
Gaya geser yang dipikul oleh flens dan web, masing-masing adalah:
Vftens = 2 (Yz)(7,41)(19)(350) = 4,927 ton
5.18
vweb = 95 - 4,927 = 90,073 ton
:lang Tampak bahwa 94% gaya geser dipikul oleh web.
targa Bila digunakan rumus pendekatan dari persamaan 5.19:
94 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

f.. _ __V__
-·· 95·1_0:_
-- = 226,19 MPa (7,34% di bawah harga maksimum)
v- d·t - 350x12
w

TAHANAN GESER NOMINAL PENAMPANG GILAS


Dalam contoh 5.5 tampak bahwa gaya geser sebagian besar dipikul oleh web jika web
dalam kondisi stabil (artinya ketidakstabilan akibat kombinasi geser dan lentur tak terjadi).
Kuat geser nominal pelat web ditentukan oleh SNI 03-1729-2002 pasal 8.8.3, yaitu:
Vn = 1
y A w z 0,60.!,yw.Aw 5.20
Dengan: Jyw
1' = kuat leleh web
Au = luas penampang web

Persamaan 5.20 dapat digunakan bila dipenuhi syarat kelangsingan untuk tebal pelat web
sebagai berikut:

5.21

Dan kuat geser rencana harus memenuhi persamaan:


¢1'. V:, ~ ~~
5.22

• CONTOH 5.6:
Tentukan tahanan geser rencana profil WF 300.300.1 0.15, data profil:
d = 300 mm Mutu baja BJ 37 if; = 240 MPa, fu = 370 MPa)
b = 300 mm
'i = 15 mm
tw = 10 mm
h = d-2 (r 0 +'i) = 300-2 (18+15) = 234 mm

Cek persamaan 5.21:

!!_ = 234 = 23,4 1100 1100


--=--=71
tw 10 ff, -J240

Karena persamaan 5.21 terpenuhi, maka:


V:, = 0,6J;·d·tw = 0,6(240)(234)(10) = 33,69 ton
vd = 0,90· vn = 0,90(43,2) = 30,321 ton

5.7 BEBAN TERPUSAT PADA BALOK


Bila balok dikenai beban terpusat, leleh lokal akibat tegangan tekan yang tinggi diikuti
dengan tekuk inelastik pada daerah web akan terjadi di sekitar lokasi beban terpusat itu.
Gaya tumpu perlu (R) pada pelat web harus memenuhi:

Ru < C/J.Rn 5.23


Dengan: ¢ = faktor reduksi
Rn = kuat tumpu nominal pelat \Yeb akibat beban terpusat
.A
5.7 BEBAN TERPUSAT PADA BALOK 95

Bila persamaan 5.23 dipenuhi, maka tak diperlukan pengaku (stiffener) pada pelat web.
Besarnya Rn ditentukan menurut SNI 03-1729-2002 pasal 8.10:
1. Lentur lokal pada flens
R11 = 6,25·t/J;J 5.24
web ¢ = 0,90
adi).
2. Leleh lokal pada web
Rn = (a-k + N).l"
Jyw ·tw 5.25
5.20
a= { 5 j>d
2,5 j-5:d
¢ = 1,0
web k adalah tebal pelat say<'P dir<unbah jari-jari peralihan, mm
N adalah dimensi longitudinal pclat pcrlctakan, minimal sebesar k, mm

5.21
Ru
1-------j---k----11'

T - - --'-- 450
~N+5k_j"<

N = panjang dukung _::: k


k = jarak dari muka sayap terluar ke kaki
lengkungan badan (yang diberikan dalam)
AISC Manual bersama dengan dimensi
(penampang)
R = beban terpusat yang disalurkan ke gelegar

Gambar 5.7 Balok dengan Beban Terpusar

3. Lipat pada web

Rn =a-tw
2
[]+n[!J£_J
'I t
f
15

l 5.26

cuti
0,79 j>d /2;1J = 3%
itu. a= 17 = 3% bila:N Id -5:0,2
0,39 j-5:d/2 4N
.23
( 1) = (d - 0,2) bila:N Id>O;J.

¢ = 0,75

.L
96 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

4. Tekuk web bergoyang


Ru

Gambar 5.8 Tekuk Web Bergoyang

Ada dua kasus pada tekuk web bergoyang:


a. bila sisi tekan flens dikekang terhadap rotasi pada posisi kerja Ru:
h bf
umuk ~.-:::;; 2,3
t Lh
111

R = C,-E·t}·tf[1+0,4(!!__·b!J3] 5.27
n h2 tw Lb

h bf
J1'ka ~.->23 ~ R ~=
t L ' n
1JI h
b. Jika sisi tekan flens tak dikekang terhadap rotasi
h bf
untuk ~.-:::;; 1,7
tw Lb

R
n h2
Il
= cr ·E·t} ·tf 0,4(!!__· bf J3l.
tw Lb
5.28

. h bf
]1ka ~·->1,7 Rn ~=
tw Lb
C = {3,25 untuk: M :::;;MY
r 1,62 untuk: M>M,

¢ = 0,85
5. Lemur pada pelat web

Rn = 24,08·t} JE];:
£. yw 5.28
h

¢ = 0,90

• CONTOH 5.7:

Pu 1= 60 ton Pu 1= 60 ton

L= 60 ton L= 60 ton
1
300 3000 6000 3000 300

,. a
-j

5.7 BEBAN TERPUSAT PADA BALOK 97

Periksa apakah komponen struktur tersebut perlu stiffener atau tidak! Gunakan profil WF
300.800.14.26, k = 54 mm, i,y = 240 MPa, N = 200 mm.

JAWAB:
1. Leleh lokal pada web
Daerah lapangan (j > d)
¢Rn = ¢ (a·k + N). i,yw ·tw
= 1,0(5(54) + 200)(240)(14)
= 157,92 ton (> Pul = 60 ton, tak perlu stiffener)

Daerah tumpuan (j < d)


¢Rn = ¢ (a·k + N). i,yw ·tw
= 1,0(2,5(54) + 200)(240)(14)
= 112,56 ton (< Pul + Pu2 = 120 ton, perlu stiffener)

2. Lemur lokal pada flens


5.27
c{JRn = ¢·6, 25 ·tJJ;J
= 0,90(6,25)(262)(240)
= 91 ,26 ton (> Pu 2 = 60 ton, tak perlu stiffener)

3. Lipat pada web


Daerah lapangan (j > d/2)

I
t/J·Rn = t/J·a·t}l1+1)(tt; JJ,SJ ~
v-:W_L
5.28
15
200000 X 240 X 26
4x200
= 0,75(0,79)(14) [ 1+ ( ~-0,2
2 )(14]
26 ]
14

= 142,14 ton (> Pul = 60 ton, tak perlu stiffener)

Daerah tumpuan (j < d/2)

t/J·Rn = tf!·a·t}ll+{:; r~E·~;:·tf


2(800
h bf 2- 54J 300
= 0 75(0 39)(14) 2 -.~ .--
' ' t w Lb 14 6000
= 71,24 ton (< Pu 1 +Pu2 = 120 ton, perlu stiffener)

4. Tekuk web bergoyang (asumsikan sisi tekan flens terkekang terhadap rotasi)

b 2(800- 54J
!!__,_1_ 2 . 300 = 2,47 > 2,3
tw Lb 14 6000
98 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

• CONTOH 5.8:
Tentukan dimensi bearing plat untuk tumpuan balok, bila diketahui reaksi tumpuan akibat
be ban mati, D = 10 ton, dan reaksi akibat beban hidup, L = 20 ton. Balok yang digu-
nakan WF 350.350.12.19 (k = 39 mm). Balok ini terletak di atas beton yang mempunyai
f: = 22,5 MPa.

JAWAB:
Ru = 1,2D + 1,6l = 1,2(10) + 1,6(20) = 44 ton
Rn = Rj¢ = 44/1,0 = 44 ton

Panjang bearing plat harus memenuhi persamaan 5.25 dan 5.26.


Dari persamaan 5. 2 5:
R,1 = (2,5k + N)fvyw ·tw

N = _l}!l~- 2,5k = 440 ~00 - (2,5x39) = 55,27 mm z 60 mm


f yw
·tw 240x12

Tahanan tumpu nominal dari beton:

Pp = 0,85.J' c· A1

pp 440000
A --- = 23000 mm 2
lperlu - 0 8 5·/' 0,85x22,5
, c

Lebar pelat, B = 23000/60 = 383 mm z 390 mm

Periksa lipat pada web:


N!d = 60/350 = 0,17 < 0,2

R, =059·tw2 ll+~:; fl
R = 0, 39 x 122 [ 1+ 3 60 (_!3_)!,'5 ]~ 200000x240xi9 = Gl.S ton
n 350 19 12

¢.Rn = 0,75 x 61,5 = 46,1 ton (> 44 ton, OK!)

Sehingga dimensi pelat, N = 60 mm X B = 390 mm. Selanjutnya adalah menentukan


tebal pelat.
440000
Tegangan tumpu merata, p = x 18,8 MPa
60 390
Daerah kritis bagi lentur diambil sepanjang ujung luar flens hingga sejarak k dari tengah
web.

M
p-(Ifi -kr ·N
u 2

= 18 '8·(l_9 52- 39 ) ·~ = 228758 ,4·N


2
M
u

,
• -•
5.8 TEORI UMUM LENTUR 99

m.z.+
'r :fy
> Mu
-
H
1-
m.x.N.f2.+
'r
> M
:fy - u

al
2 M-4
t 2:: u , masukkan harga-harga yang
0,9xfy xN
'

sudah diketahui, diperoleh t > 65 mm.

Karena ukuran bearing plat terlalu tebal, maka dimensinya perlu diperbesar. Dicoba,
memakai N = 200 mm dan B = 360 mm. Dan bila dihitung kembali akan ditemukan
persyaratan t > 33,5 mm. Ambil t = 35 mm.
Secara umum tebal pelat dapat dihitung melalui persamaan:

t=

5.8 TEORI UMUM LENTUR


Sejauh ini pembahasan hanya terbatas pada bentuk-bentuk profil simetris, sehingga rumus
f = M·c/1 dapat digunakan untuk menghitung tegangan lemur elastik. Pembahasan berikut
akan lebih memperumum lenturan pada batang prismatis (batang yang mempunyai bentuk
penampang melintang sama di setiap potongannya). Diasumsikan pula dalam balok ini
tak terjadi puntir.
Perhatikan balok dengan penampang seragam pada Gambar 5.9 yang dikenai momen
pada bidang ABCD. Bidang ABCD membentuk sudut y terhadap bidang xz. Momen ini
direpresentasikan dengan vektor normal terhadap ABCD.

.1kan

X
y
sumbu
'"
netral
potongan a-a

ngah
y

Gambar 5.9 Balok Prismatis dengan Lentur Murni

Perhatikan pula potongan sejarak z pada Gambar 5.1 0. Syarat kesetimbangan dalam
free body dipenuhi bila:

I.fz = 0 ~ fa·d4=0 5.29


A
100 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

I.Mx = 0 ~ Mx = Jy.a.dA 5.30


A

I.M, = 0 ~ My= fx.a.dA 5.31


A

Momen Mx dan ~ positif bila menghasilkan lentur positif, artinya lentur yang meng-
akibatkan tekan pada bagian atas balok dan tarik pada bagian bawah.

LENTUR DALAM BIDANG YZ


Jika lentur terjadi dalam bidang yz, tegangan a proporsional terhadap y, sehingga:
() = k]'y 5.32
Gunakan persamaan 5.29 hingga 5.31 memberi hasil:

5.33
A

Mx = klf/.dA = kl.Ix 5.34


A

M, = k1 Jxy.dA = k1 .fxy 5.35


A

X
/ y
Gambar 5.10 Free Body Balok pada Potongan Sejarak z

Persamaan 5.33 menunjukkan bahwa x haruslah sumbu berat. Dari persamaan 5.34
dan 5.35 memberikan:

k=--x=
M
__ Y
M
1 5.36
Ix I xy
Dan sudut y dapat ditentukan sebagai:

tany
M =
= __ I
x _x 5.37
M, I¥y
Bila penampang memiliki minimal satu sumbu simetri (Ixy = 0, y = n/2) maka beban
dan lentur terjadi dalam bidang yz.

LENTUR DALAM BIDANG XZ


Bila lentur terjadi dalam bidang xz, tegangan a proporsional terhadap x, sehingga:
" 5.8 TEORI UMUM LENTUR 101

0' = k2y 5.38


;.30
Gunakan persamaan 5.29 hingga 5.31 memberi hasil:

5.31 k2 Jx·d4 = 0 5.39


A

Leng- Mx = k2Jxy·d4 = k2-Ixy 5.40


A
2 5.41
MY= k2 Jx .d4 = k2·Iy
A

Dan sudut y haruslah:


5.32 M I,Y
tany = __x = -·- 5.42
My Iy

5.33 Dalam kasus penampang yang memiliki paling sedikit satu sumbu simetri Ixy 0
dan tan y = 0, maka beban dan lemur terjadi dalam bidang xz.
5.34
LENTUR Dl LUAR BIDANG XZ DAN YZ
5.35 Tegangan total 0' merupakan penjumlahan dari tegangan akibat lemur dalam bidang xz
dan yz.

0' = k{y + kfx 5.43

MX = k{Ix + k2 ·Ixy 5.44

My = k{Ixy + k2 ·Iy 5.45

Menyelesaikan persamaan 5.44 dan 5.45 serta substitusi ke persamaan 5.43 akan
diperoleh:

M xy
-I -Myxy
-I M yx
-I -Mxxy
-I
5.46
I ·I -I 2 ·y+ I -I -I 2 .x
X J X)' X J X)'

Persamaan 5.46 merupakan persamaan umum lemur, dengan mengasumsikan: balok


lurus, prismatis, sumbu x dan y adalah dua sumbu berat saling tegak lurus, material elastik
linear, tak ada pengaruh puntir.
tan 5.34 Bila penampang mempunyai setidaknya satu sumbu simetri, maka dengan mensub-
stitusikan Ixy = 0, persamaan 5.46 menjadi:

M M
5.36 0'=--x ·y+-~y ·X 5.47
IX IV
M
Dari persamaan 5.37 dan 5.42 didefinisikan tany = Mx
.Y
5.37
Bila tegangan dalam sumbu netral sama dengan nol, 0' dalam persamaan 5.46 dapat
ka beban disubstitusi dengan nol, selesaikan untuk -xly, akan diperoleh bentuk:

_!__=
Y l
M ·IJ - M J ·IX)'
X

-I -Ixy 2
I xy
I I X ·IJ -IX)'
M yx·I - M xxy
2

·I
l 5.48

;ga:
102 BAS 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

Dari Gambar 5.9 tampak bahwa tan a = -xly, sehingga persamaan 5.48 dapat ditulis
sebagai:
M
__2__·I -I
Jvf } XV I ·tany-I y .xy
tan a=_·::._)'- - - 5.49
M I x -Ixy tany
I - __2_·I
X M X)'

v
Jika penampang memiliki paling tidak satu buah sumbu simetri (~"Y = 0):
Iv
tana = -'-tany 5.50
lx

• CONTOH 5.9:
Sebuah profil WF 400.400.13.21 dikenai beban yang membentuk sudut 5° terhadap
sumbu vertikal. Hitung kemiringan sumbu netral!
Data profil WF 400.400.13.21 :IX = 66600.10 4 mm 4 dan IJ = 22400.10 4 mm 4 .
tany = tan 85°
Iv
tan a = -'-tan r
I,

rana = 22400 ·tan( 8 So)


66600
a = 75,42°

x--

sumbu
netral
y

• CONTOH 5.10:
Balok dengan bentang 3 m memikul beban merata 0,75 ton/m (termasuk berat sendiri).
Digunakan profil siku tak sama kaki L 75.170.10. Hitung tegangan pada titik A, B, dan
C, bila profil dapat melentur dalam arah sembarang dan hitung pula bila profil diasumsi-
kan hanya melentur pada bidang vertikal saja.
I.xy = [170(85- 62,1)(-15,2 + 5) + 65(-62,1 + 5)(32,5 + 10 -15,2)]10

I xy = -1410325,5 mm 4

I y = 88,2-10 4 mm 4

ex= 62,1 mm

e)' = 15,2 mm

oz
5.8 TEORI UMUM LENTUR 103

ulis

.49 .}j.
q = 0, 75 ton/m

1111111 'l
1•----L
.. •1
= 3 m - - -......

'.50
1 A B I
M = - = 0,84375 tm

Mx
X

=
8

0,84375·10 7 Nmm
l
y
dap
My = 0

Lentur terjadi pada arah sembarang:


M X (IJ ·y-IXJ' ·X) 0,84375·1 07 ·(88,2·1 0 4 ·1 07,9- (-141 0325,5x -15,2))
fA 2
(709x88,2·1 08 ) - ( -141 0325,5) 2
I X ·IJ -IXJ'
=+ 145,88 MPa

J; M (I ·y-I ·X)
X J .\)'
0,84375·1 07 ·(88,2·10 4 ·107,9- (-1410325,5x- 5,2))
B- I ·I -I 2 (709x88,2·1 08 ) - ( -141 0325,5) 2
X } XJ'
=+ 173,79 MPa
4
Jr- M x(Iy ·y-Ixy ·X) 0,84375·1 07 ·((88,2·1 0 ·-62,1)-( -141 0325,5x-15,2))
c- I ·I -I 2 (709x88,2·1 08 )-( -141 0325,5) 2
X J XJ'
=- 150,788 MPa

Lentur dalam bidang vertikal saja:

f _ J; _ Mx ·y _ 0,84375·10 7 ·107,9 = 128 ,4 MPa


A- B- IX - 709·10 4
diri).
dan fr _ Mx·Y _ 0,84375·107 ·-62,1 = _
73 ,9 MPa
tmSl- c- IX - 709·10 4
Persamaan-persamaan umum lentur di atas berlaku hanya untuk material yang elastik
linear (cr < f).
y
Bila material telah mencapai batas plastis, maka persamaan berikut dapat
dipakai untuk material yang memiliki paling tidak satu sumbu simetri.
M
_ _ux_ + __u_ey-:::;
M 1 5.51
m.Mnx
'f'b
m.Mny
'f'b

Dengan: Mu adalah momen terfaktor


M n adalah tahanan lentur nominal
<j>b = 0,90
104 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

• CONTOH 5.11:
Rencanakanlah struktur gording pada suatu rangka atap dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
Jarak antar gording = 1,25 m
Jarak antar kuda-kuda = 4 m
Sudut kemiringan atap = 25°
Penutup atap genteng, berat = 50 kg/m 2
2
Tekanan tiup angin = 40 kg/m

JAWAB:
Coba menggunakan profil light lip channel 150.65.20.3,2, dengan data-data:
IX = 332.104 mm4
,... 65
Iy = 54.10 4 mm 4
z X
= 44,331.10 3 mm 3
zy = 12,268.10 3 mm 3

150 ____. ..__ 3,2

Behan mati:
Berat gording = 7,51 kg/m
Berat atap = 1,25(50) = 62,5 kg/m
q = 70,01 kg/m
Behan hidup:
Di tengah-tengah gording P = 100 kg

Behan angin:
Tekanan angin = 40 kg/m 2
Koefisien angin tekan = 0,02a- 0,4
= 0,02(25) - 0,4 = 0,1
Koefisien angin hisap = -0,4

(j)tekan = 0,1(40)(1,25) = 5 kg/m

(j)hisap = -0,4(40)(1,25) = -20 kg/m

Mencari momen-momen pada gording:


Pada arah sumbu lemah dipasang trekstang pada tengah bentang sehingga r, = Yz X jarak
kuda-kuda = 2 m.

Akihat hehan mati:


q = 70,01 kg/m
qx = q.cos 25 = 70,01 (cos 25) = 63,45 kg/m
qy = q.sin 25 = 70,01 (sin 25) = 29,59 kg/m

,
5.8 TEORI UMUM LENTUR 105

MX _! (63,45)(4) 2 = 126,9 kg.m
~ntuan 8

My _! (29,59)(2) 2 = 14,795 kg.m


8
Akibat beban hidup:
p = 100 kg

Psin a

1 1
M = - (P·cos a)·L = - (IOO)(cos 25)(4) = 90,631 kg.m
X 4 X 4

M = l(P·sin a}L = l(IOO)(sin 25)(2) = 21,131 kg.m


y 4 y 4
Akibat angin:
Karena beban angin bekerja tegak lurus sumbu x sehingga hanya ada Mx
angin tekan: M = _! (5)(4) 2 = 10 kg.m
X 8

angin hisap: M = _! (-20)(4) 2 = -40 kg.m


X 8

Kombinasi Behan:

Kombinasi Behan Arah x (kg.m) Arah y (kg.m)

1. U= 1,4D 177,66 20,713


2. U = 1,2D + 0,5La 197,5955 28,3195
3. U= 1,2D + 1,6 La 297,2896 51,5636
U = 1,2D + 1,6La + 0,8W 305,2896 51,5636
4. U = 1,2D + 1,3 W + 0,5La 210,5955 28,3195
5. U = 0,9D ± 1,3W 127,21 13,3155
74,21 13,3155

Jadi Mux = 305,2896 kg.m = 305,2896.10 4 N.mm


M uy = 51,5636 kg.m = 51,5636.10 4 N.mm

2 X jarak Asumsikan penampang kompak:


Mnx = Zx!, = 44,331·10 3 (240) = 10639440 N.mm
M ny = Z)
yfy = 12,268·10 3 (240) = 2944320 N.mm

Untuk mengantisipasi masalah puntir maka Mny dapat dibagi 2 sehingga:


M
_ _ux_ + Muy .:=;. 1,0
f/Jb ·Mnx f/Jb ·Mny /2
4 4
305,2896·10 + 51,5636·10 - 0,32 + 0,39 = 0,71 < 1,0
0,9 X 10639440 Yz·0,9·2944320
106 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

Untuk struktur berpenampang I dengan rasio b 1d.::; 1,0 dan merupakan bagian dari
1
struktur dengan kekangan lateral penuh maka hams dipenuhi persyaratan seperti pada SNI
03-1729-2002 pasal 11.3.1 sebagai berikut:

l J l M
_ _I_£Y_

cpb.Mpx
<,
Muy_~ j'- s 1,0
+ __
¢b·Mn
5.52

( c~::t£\"J")l ~:uy r
C/Jb nx C/Jb ny )
0:1,0 5.53

Dengan ketentuan:
Untuk b 1d < 0,5 : s = 1,0
1
Untuk 0,5 .::; b 1d.::; 1,0 :
1 s = 1,6
Untuk b 1d < 0,3 : 1l = 1,0
1
Untuk 0,3 .::; b 1d.::; 1,0 : 1l = 0,4 + bfld 2. 1,0
1

• CONTOH 5.12:
Periksalah kekuatan profil WF 250.250.9.14 untuk memikul momen akibat beban mati
M Dx = 2 ton.m, M Dy = 0,6 ton.m serta momen akibat be ban hidup MLx = 6 ton.m dan
MLy = 2,8 ton.m. Asumsikan terdapat sokongan lateral yang cukup untuk menjaga kesta-
biti.n struktur. Gunakan mutu baja BJ 37!

JAWAB:
Hitung momen terfaktor dalam arah x dan y:
Mux = 1,2(2) + 1,6(6) = 12 ton.m
M uy = 1,2(0,6) + 1,6(2,8) = 5,2 ton.m

Periksa kelangsingan pen am pang:


250
!.L = = 8,93 < 170 (= 10,97)
2tf 2x14 ff,
!!_ = 250-2(14+16)- 21,1 < 1680 (= 108,44)
tw 9 ff,
Penampang kompak!
Hitung rasio b 1d:
1
bf = 250
= 1 ~ periksa dengan persamaan 5.52 dan 5.53
d 250
M nx = M px = Z x i,y = 936,89·103(240) = 22,48536 ton.m
Mny = MPY = ZyJ; = 442·1 03(240) = 10,608 ton.m
Karena M nx = M ex-~ M ny = M PJ serta dengan mengambil nilai Cmx = cmy 1,0 dan (0,4
+ bjd) = 1,4, maka persamaan 5.53 lebih menentukan!

( c"~::U\" J +(c"':"' ] s
1 1

,4 ,4 1,0
C/Jb nx C/Jb ny il
1,0 X 12 1,4 ( 1,0 X 5,2 )1.4
( )
+ = 0,9086 < 1,0 OK
0,9 X 22,48536 0,9 X 10,608
Jadi, profil WF 250.250.9.14 cukup kuat umuk memikul beban momen lemur tersebut.

,

SOAL-SOAL LATIHAN 107

lari SOAL-SOAL LATIHAN
,NI
::l. 5.1 Suatu komponen struktur lentur terbuat dari dua buah pelat sayap ukuran 12 mm X 190
mm dan pelat badan ukuran 9 mm X 425 mm. Mutu baja yang digunakan adalah BJ
41.
.52 a) Hitunglah modulus plastis penampang (Z) dan momen plastis (M) dalam arah sumbu
p
kuat
b) Hitunglah besarnya modulus penampang elastis (S) dan momen leleh (MY) dalam arah
.53
sumbu kuat

;:, 5.2 Suatu komponen struktur lentur terbuat dari dua buah pelat sayap yang berbeda, yaitu
12 mm X 300 mm (sayap atas) dan 12 mm X 175 mm (sayap bawah) serra pelat badan
ukuran 9 mm X 400 mm. Hitunglah besarnya modulus plastis penampang dalam arah
sumbu kuat dan hitung pula besarnya momen plastis yang bersangkutan. Gunakan mutu
baja BJ 37!

:::5.3 Suatu balok baja seperti pada gambar terbuat dari profil WF 500.200.10.16 (dari baja
nati BJ 37), dengan kekangan lateral menerus pada sisi flens tekan. Periksalah apakah profil
dan tersebut mencukupi untuk memikul beban seperti pada gambar!
::sta-
l P, = 50 kN qo
20 kN/

lllllllllllllllllllllllllllllllllllll;g;

~
Gambar P.5.3
4.5m -L 4,5m ~
:::5.4 Sebuah balok dengan panjang 7,5 m tertumpu dengan sendi pada ujung kanan, dan
tertumpu dengan rol pada jarak 1, 5 m dari ujung kiri seperti pada gam bar. Flens tekan
balok terkekang lateral secara menerus. Periksalah apakah profit WF 250.125.6.9 dari baja
BJ 41 mencukupi untuk memikul beban-beban tersebut! (beban sudah termasuk berat
sendiri profil)

q0 =5 kN/m; qL = 20 kN/m

llllllllllljp lur;;;lllllllllllllllll2,_

l (0,4 ~1,5m .1. 6m ~


Gambar P.5.4

:::5.5 Profil WF 400.200.8.13 sepanjang 10 m ditumpu sederhana pada kedua ujungnya, dan
digunakan sebagai suatu komponen struktur lentur. Bagian sayap tekan terkekang lateral
secara menerus dan mutu baja yang digunakan adalah BJ 37. Jika rasio LID= 3, hitunglah
beban kerja total yang diperbolehkan bekerja (dalam kN/m) pada balok tersebut!
but.
108 BAB 5 KOMPONEN STRUKTUR LENTUR

P.5.6 Rencanakanlah balok baja dengan profil WF pada struktur berikut dengan seekonomis
mungkin. Disyaratkan pula batas lendutan tidak boleh melebihi L/300 (mutu baja BJ 37).

!
Perhitungkan pula berat sendiri profil!

P0 • 40 kN/m; P, • 50 kN/m

Gambar P.5.6
4m _J_ 4m -7
P.5. 7 Hitunglah besarnya tahanan geser rencana dari profil-profil berikut:
a) WF 700.300.13.24, f; = 250 MPa
b) WF 400.400.13.21,f; = 290 MPa
c) WF 250.250.9.14,f; = 410 MPa

P.5.8 Desainlah ukuran bearing plat yang diperlukan untuk mendistribusikan reaksi dari balok
WF 500.200.10.16 yang memiliki panjang bentang 4,8 m diukur dari as ke as tumpuan.
Balok memikul beban mati sebesar 50 kN/m dan beban hidup 50 kN/m. Balok menumpu
pada dinding beton bertulang dengan f' c = 25 MPa. Mutu baja dan bearing plat adalah
BJ 37.

P.5.9 Profil WF 400.200.8.13 memikul be ban yang membentuk sudut 10° terhadap sumbu
vertikal. Hitunglah sudut kemiringan sumbu netral profil tersebut, diukur dari sumbu
vertikal penampang.

P.5.1 0 Desainlah profil WF yang dapat memikul momen lemur dua arah sebagai berikut:
M 0 x = 80 Nmm MLx = 175 Nmm
M 0 Y = 5 Nmm MLy = 15 Nmm
Asumsikan terdapat pengekang lateral menerus pada balok tersebut, gunakan mutu baja
BJ 37!

P.5.11 Rencanakan struktur gording dari suatu rangka atap dengan data berikut:
Jarak antar gording = 1,5 m
Jarak antar kuda-kuda = 3,75 m
Sudut kemiringan atap = 20°
Berat penutup atap = 25 kg/m 2
Tekanan tiup angin = 20 kg/m 2
Gunakan mutu baja BJ 37!

,
6
nomts
J 37).

Sambungan Baut
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Menghitung kapasitas baut sebagai alat sambung dalam suatu konsrruksi baja
• Melakukan proses analisis dan desain sambungan baja yang menggunakan baur
sebagai alar sambungnya

Pokok-pokok Pembahasan Bab


1.1 Pendahuluan
1.2 Tahanan Nominal Baut
1.3 Geser Eksentris
1.4 Kombinasi Geser dan Tarik
balok 1.5 Sambungan yang Mengalami Behan Tarik Aksial
Lpuan. 1.6 Geser dan Tarik Akibat Behan Eksenrris
umpu
1dalah
-: 1 PENDAHULUAN

;umbu Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen batang yang disatukan
;umbu dengan alar pengencang. Salah satu alar pengencang di samping las (akan dibahas dalam
bab VII) yang cukup populer adalah baut terutama baur mutu tinggi. Baur mutu tinggi
menggeser penggunaan paku keling sebagai alar pengencang karena beberapa kelebihan
yang dimilikinya dibandingkan paku keling, seperti jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit,
kemampuan menerima gaya yang lebih besar, dan secara keseluruhan dapat menghemat
biaya konstruksi. Selain mutu tinggi ada pula baur mutu normal A307 terbuat dari baja
u baja kadar karbon rendah.
Dua ripe dasar baur mutu tinggi yang distandarkan oleh ASTM adalah ripe A325 dan
A490. Baur ini mempunyai kepala berbenruk segi enam. Baur A325 terbuat dari baja kar-
bon yang memiliki kuat leleh 560 - 630 MPa, baur A490 terbuat dari baja alloy dengan
kuat leleh 790 - 900 MPa, terganrung pada diameternya. Diameter baur mutu tinggi
berkisar antara Vz - 1Vz in, yang sering digunakan dalam struktur bangunan berdiameter
3,4 dan 7I in, dalam desain jembatan an tara 7 I hingga 1 in.
8 8
Dalam pemasangan baur mutu tinggi memerlukan gaya tarik awal yang cukup yang
diperoleh dari pengencangan awal. Gaya ini akan memberikan friksi sehingga cukup kuat
untuk memikul beban yang bekerja. Gaya ini dinamakan proof load. Proof load diperoleh
dengan mengalikan luas daerah tegangan tarik (A) dengan kuat leleh yang diperoleh
dengan metoda 0,2% tangen atau 0,5% regangan (lihat bab II) yang besarnya 70% fu
unruk A325, dan 80% fu unruk A490.
2
A = !!_[d _0,9743] 6.1
' 4 b n
Dengan: db adalah diameter nominal baut
n adalah jumlah ulir per mm
110 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Baut mutu normal dipasang kencang tangan. Baut mutu tinggi mula-mula dipasang
kencang tangan, dan kemudian diikuti Vz putaran lagi (turn-of the-nut method). Dalam
Tabel 6.1 ditampilkan tipe-tipe baut dengan diameter, proof load dan kuat tarik minimum-
nya.

TABEL 6.1 TIPE - TIPE BAUT


Tipe Baut Diameter (mm) Proof Stress (MPa) Kuat Tarik Min.(MPa)

A307 6.35 - 104 60


A325 12.7 - 25.4 585 825
28.6- 38.1 510 725
A490 12.7 - 38.1 825 1035

Sambungan baut mutu tinggi dapat didesain sebagai sambungan tipe friksi (jika dikehen-
daki tak ada slip) atau juga sebagai sambungan tipe tumpu.

6.2 TAHANAN NOMINAL BAUT


Suatu baut yang memikul beban terfaktor, R11 , sesuat persyaratan LRFD harus me-
menuhi:
Ru ~
C/J.Rn 6.2
Dengan Rn adalah tahanan nominal baut sedangkan <P adalah faktor reduksi yang diambil
sebesar 0,75. Besarnya R 11 berbeda-beda untuk masing-masing ripe sambungan.

Tahanan Geser Baut


Tahanan nominal satu buah baut yang memikul gaya geser memenuhi persamaan:

R" =rn. rrf}.Ah 6.3


Dengan: r1 = 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
r1 = 0,40 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
f} adalah kuat tarik baut (MPa)
Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
rn adalah jumlah bidang geser

Tahanan Tarik Baut


Baut yang memikul gaya tarik tahanan nominalnya dihitung menurut:

R" = 0,75.f}.Ab 6.4

Dengan: J
/
1
adalah kuat tarik baut (MPa)
Ab adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

Tahanan Tumpu Baut


Tahanan tumpu nominal tergantung kondisi yang terlemah dari baut atau komponen pelat
yang disambung. Besarnya ditentukan sebagai berikut:

R11 = 2,4.db.tp.fu 6.5


Dengan: db adalah diameter baut pada daerah tak berulir
t adalah tebal pelat
l kuat tarik putus terendah dari baut atau pelat

,
6.2 TAHANAN NOMINAL BAUT 111

dipasa:-~ Persamaan 6.4 berlaku untuk semua baut, sedangkan untuk lubang baut selot panjang
0. Dab:- tegak lurus arah gaya berlaku:
Jinimw~-
R 11 = 2,0.db.tp.fu 6.6

Tara letak baut diatur dalam SNI pasal 13.4. Jarak antar pusat lubang baut harus di-
ambil tidak kurang dari 3 kali diameter nominal baut, dan jarak antara baut tepi dengan
.(MPa) ujung pelat harus sekurang-kurangnya 1,5 diameter nominal baut. Dan jarak maksimum
antar pusat lubang baut tak boleh melebihi 15tp (dengan tp adalah tebal pelat lapis tertipis
dalam sambungan) atau 200 mm, sedangkan jarak tepi maksimum harus tidak melebihi
(4tp + 100 mm) atau 200 mm.

<.a dikehc:

harus m~

6.: s1 s s
s1
yang diam\_- 3db < S < 15tP atau 200 mm
;an. 1,5db < S 1 < ( 4tP + 1OOmm ) atau 200 mm

Gambar 6.1 Tata Lerak Baur


:amaan:
6._~

• CONTOH 6.1:
Hitung beban kerja tarik maksimum untuk sambungan tipe tumpu berikut, yang menyatu-
kan dua buah pelat (BJ 37) berukuran 16 x 200 mm. Baut yang digunakan berdiameter
22 mm, f} = 825 MPa dan tanpa ulir dalam bidang geser. Beban hidup yang bekerja
besarnya 3 kali beban mati.

40

6.-
T .. __.T
T
200

1
komponen pel

6
T ..

EJill L 1--.T
112 BAS 6

JAWAB:
SAMBUNGAN BAUT

Periksa kekuatan pelat terlebih dahulu, lakukan analisa seperti batang tarik!
'
;i

Ag = 16(200) = 3200 mm 2
2
A = 3200 - 2·( 22 + 3,2 )·16 = 2393,6 mm
A: = An = 2393,6 mm 2

Leleh: ¢. Tn = lf>.J;_.A = 0,90(240)(3200) = 69,12 ton


Fraktur: ¢. Tn = l/>.fu.~ = 0,75(370)(2393,6) = 66,42 ton

Tinjau tahanan baut:


Geser: ¢.R11 = ¢.0,5.f}.m.Ab = 0,75(0,5)(825)(1)(1A·1t·22 2)= 11,76 ton/baut
Tumpu: ¢.R11 = ¢.2,4.db.tp.J:/ = 0,75(2,4)(22)(16)(370) = 23,44 ton/baut

Tahanan geser menentukan, sehingga tahanan untuk 4 baut:


¢. Tn = 4 X 11,76 = 47,04 ton

Dari 3 kemungkinan tersebut, ¢. Tn = 47,04 ton yang menentukan.


l/J. Tn ?_ 'Z
47,04 ?. 1,2D + 1,6L
47,04 ?. 1,2D + 1,6(3D) = 6D
D ~ 7,84 ton dan L ~ 23,52 ton
Jadi, beban hidup yang boleh terjadi sebesar D + L = 7,84 + 23,53 = 31,36 ton .

• CONTOH 6.2:
Rencanakan sambungan baut sekuat pelat yang disambung bagi komponen struktur tarik
berikut ini. Pelat dari baja BJ 55 if; = 410 MPa, fu = 550 MPa). Gunakan baut diameter
19 mm (tanpa ulir di bidang geser, fub = 825 MPa). Rencanakan baut diatur dalam dua
bar is.

V2~lL.------r-------------------:~--------~1--.T
T/2 ~ r-aL-:::::::::::::::::::::::::::..,.""o:o::::::~----
- 10 X 150
..
JAWAB:
Jumlah luas dua pelat luar lebih besar dari luas pelat tengah, sehingga perhitungan di-
dasarkan pada pelat yang tengah.
Ag = 10(150) = 1500 mm 2
An = [ 150- 2·( 19 + 3,2) ](10) = 1056 mm 2
Max.A n = 0,85 Ag = 0,85 (1500) = 1275 mm 2
Ae =An = 1056 mm2
Leleh: lf>.Tn = lf>.J;.Ag = 0,90(410)(1500) = 55,35 ton
Fraktur: rt..
'+' Tn = rt.. +.A
'+'') u e = 0,75(550)(1056) = 43,56 ton
Jadi, jumlah baut dihitung berdasarkan gaya 43,56 ton.

Tinjau tahanan baut:


Geser: ¢.Rn = ¢.0,5.fub.m.Ab = 0,75(0,5)(825)(2)(1kn·19 2)= 17,54 ton/baut
Tumpu: lf>.Rn = ¢.2,4.db.tp.f/ = 0,75(2,4)(19)(1 0)(550) = 18,81 ton/baut

,
0
A
6.2 TAHANAN NOMINAL BAUT 113

Tahanan geser menentukan!


43 56
L baut diperlukan = ' = 2, 48 =4 baut
17,54

I
I
0 0 I
I

) 0
I ?
\ t50
II I I
I

30 60 30 '

• CONTOH 6.3:
Hitung jumlah baut yang diperlukan oleh komponen struktur berikut yang memikul beban
mati (D = 3 ton) dan beban hidup (L = 15 ton). Gunakan baut tanpa ulir di bidang
geser, db = 19 mm, f} = 825 MPa. Pelat yang disambung dari baja BJ 37. Aturlah baut
dalam 2 baris.

tarik
meter
:1 dua JAWAB:
Hitung beban tarik terfaktor, I;.:
~ = 1,2D + 1,6L = 1,2(3) + 1,6(15) = 27,6 ton

Pelat tengah menentukan dalam perhitungan kekuatan:


2
Ag = 6 X 250 = 1500 mm

An = [ 250- 2·(19+3,2)]·6 = 1233,6 mm 2


Max A n = 0,85-Ag = 0,85 X 1500 = 1275 mm 2
an di-
Ae = An = 1233,6 mm 2
Leleh: C/J· Tn = C/JJ;Ag = 0,90(240)(1500) = 32,4 ton
Fraktur: C/J· Tn = C/Jfu-Ae = 0,75(370)(1233,6) = 34,23 ton
C/J. Tn ( = 32,4 ton ) > ~ (= 27,6 ton) OK

Perencanaan baut:
Geser: C/J·R11 = C/J·0,5fub·m-Ab = 0,75(0,5)(825)(2)(14- n ·19 2)
= 17,54 ton/baut
Tumpu: C/J·Rn = C/J·2,4·db.tpfuP = 0,75(2,4)(19)(6)(370) = 7,59 ton/baut

27,6
L baut diperlukan - - = 3, 6
7,59
=4 baut
1,5db = 28,5 ~ 30 mm 3db = 57 ~ 60 mm
114 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

5c
30

190

30

60
I 30 I

Cek keruntuhan geser blok!


A nv = 2·[ 90- 1,5·( 19 + 3,2) ](6) = 680,4 mm 2
A nt = 2·[ 30- 0,5·( 19 + 3,2) ](6) = 226,8 mm 2
0,6-fuAm,= 0,6(370)(680,4) = 15,1 ton
f/ Ant = 370(226,8) = 8,39 ton

iJ
Karena 0,6.+
:; u A nv > J+u · A nt , maka kondisi geser fraktur tarik leleh menentukan:

= A
'f'
(0' 6.1'
:J u nu
+ Agt )
A + lf

= 0,75 ( 0,6(370)(680,4) + 240(60)(6) ) = 17,80 ton

Ternyata keruntuhan geser blok lebih menentukan daripada keruntuhan leleh ataupuc
fraktur, bahkan Cr·Rbs < ~· Untuk mengatasinya, maka jarak baut perlu diubah!

50

150

50

80
I 50 I

A nv = 2·[ 130- 1,5·( 19 + 3,2) ](6) = 1160,4 mm 2


Ant = 2·[ 50- 0,5·( 19 + 3,2) ](6) = 466,8 mm 2
0,6.+ A = 0,6(370)(1160,4)
Ju nv
= 25,76 ton
+.A nt
Ju
= 370(466,8) = 17,27 ton

Karena 0,6.1'
:; u
A rw +·
> Ju A nt , maka kondisi geser fraktur tarik leleh menentukan:
= ¢· (O 6.1' A
' ') U IZV
+ j +.
J
Agt)
= 0,75 ( 0,6(370)(1160,4) + 240(100)(6) ) = 30,12 ton > ~ OK
J
6.3 GESER EKSENTRIS 115

Sambungan Tipe Friksi


Semua contoh di atas didisain sebagai sambungan tipe tumpu, apabila dikehendaki sam-
bungan tanpa slip (tipe friksi), maka satu baut yang hanya memikul gaya geser terfaktor,
~,, dalam bidang permukaan friksi harus memenuhi

6.7
Kuat rencana, ~1 = ¢· if,1, adalah kuat geser satu baut dalam sambungan tipe friksi yang
besarnya dihitung menurut:

vd = ¢. v,l = 1,13·¢· Jl· m· proof load 6.8


Dengan: J1 koefisien gesek = 0,35
m adalah jumlah bidang geser
¢ = 1,0 untuk lubang standar
¢ = 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar
¢ = 0,70 untuk lubang selot panjang tegak lurus arah gaya
¢ = 0,60 untuk lubang selot panjang sejajar arah gaya

~ 3 GESER EKSENTRIS

Apabila gaya P bekerja pada garis kerja yang tidak melewati titik berat kelompok baut,
maka akan timbul efek akibat gaya eksentris tersebut. Beban P yang mempunyai eksentrisi-
tas sebesar e, adalah ekuivalen statis dengan momen P dikali e ditambah dengan sebuah
gaya konsentris P yang bekerja pada sambungan. Karena baik momen maupun beban
1taupu: konsentris tersebut memberi efek geser pada kelompok baut, kondisi ini sering disebut
sebagai geser eksentris.
Dalam mendisain sambungan seperti ini, dapat dilakukan dua macam pendekatan yaitu:
1. analisa elastik, yang mengasumsikan tak ada gesekan antara pelat yang kaku
dan alat pengencang yang elastik
2. analisa plastis, yang mengasumsikan bahwa kelompok alat pengencang dengan
beban eksentris P berputar terhadap pusat rotasi sesaat dan deformasi di setiap
alat penyambung sebanding dengan jaraknya dari pusat rotasi.
p
---...... "'-""

1-- )

•• )


1--

t...Y.... ~~

Gambar 6.2 Contoh Sambungan Geser Eksentris p


M = Pe
+


+
[IT)
Gambar 6.3 Kombinasi Momen dan Geser
116 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Analisa Elastik
Prosedur analisa ini didasarkan pada konsep mekanika bahan sederhana, dan digunakan
sebagai prosedur konservatif. Untuk menurunkan persamaan yang digunakan dalam analisa
ini, perhatikan sambungan yang menerima beban momen M dalam Gambar 6.4.a. Abaikan
gesekan antara pelat, momen sama dengan jumlah gaya dalam Gambar 6.4.b dikalikan
jaraknya ke titik berat kelompok baut.
6.9

Gambar 6.4 Sambungan dengan Beban Momen

Jika tiap baut dianggap elastik dan mempunyai luas yang sama, maka gaya R dari tiar
baut juga proporsional terhadap jarak ke titik berat kelompok baut tersebut.
Rl R2 R6
6.10
dl d2 dh

Atau R 1, R2, ... R 6 dapat dituliskan dalam bentuk:


R1 • _ R1 • • R
Rl = -d . dl ' R2 - -d . d2 ' .... .. ... ' R() = ____}__. 6.11
dl d()
I I

Substitusikan 6.10 ke persamaan 6.8:


Rl 2 Rl 2 R6 d 2
M = -·d1 +-·d, + ...... +-· (
dl dl - d(, )

M = -Rl [ dl 2+ d 2 2+ ..... + d c, 2] = -.
Rl "d2
~ 6.12
dl dl
Sehingga gaya pada baut 1:
M·d
Rl = Ld~ 6.U

Dengan cara yang sama, maka gaya pada baut-baut yang lain adalah:
M·d M.d M·d
R ' R =--' · R =--c' 6.1-t
2 = Ld; ; _, Ld2 , ..... , (, Ld2

Atau secara umum dituliskan:


M·d
R=~ 6.1"
~d~

, a
J
6.3 GESER EKSENTRIS 117

Apabila gaya R, diuraikan dalam arah x dan y seperti dalam Gambar 6.5, maka dapat
akF dituliskan komponen gaya dalam arah x dan y:
1ali,_
lika:·
R
X
= l...R
d
R
J
= !!_·R
d
6.16
lika:·
Substitusikan 6.15 ke 6.14 diperoleh:
R = M·y R = M·x
X 2.d2 J 2.d2 6.17

Gambar 6.5 Gaya R Diuraikan dalam Arah x dan y


lari ti~L

Karena cf = >! + j, maka persamaan 6.17 secara umum dapat dituliskan lagi:

6.18

Dengan hukum penjumlahan vektor, maka gaya R didapatkan dari:


6.1·.
R= JR, 2
+R1
2
6.19

Untuk menghitung gaya total akibat beban eksentris seperti pada Gambar 6.2.a, maka
pengaruh gaya Rv memberikan kontribusi gaya kepada tiap baut sebesar:

R =_!_
l' LN 6.20

6.L
Dengan N adalah jumlah baut. Dan total resultan gaya pada tiap baut yang mengalami
gaya eksentris adalah:

6.1 R= ~ Rx 2
+ ( Ry + R,, r 6.21

• CONTOH 6.4:
Hitunglah gaya maksimal yang bekerja dalam satu baut, untuk suatu komponen struktur
6.1
berikut yang memikul gaya eksentris seperti pada gambar.

JAWAB:
6.1 Baut yang menerima gaya terbesar adalah baut nomor 1, 3, 4, dan 6. Pada baut nomor
4 bekerja gaya-gaya:
118 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

R _ M.y _ 1500x75 _
'- Ix2 + IY2 - 37500 -3 ton ---7

100 7'5

f--100--r-- 75
I I
*pu = 20 ton

) : 1 ' 4
T--- ~- ---- t,, e == 75 + 50 == 125 mm
I M == 12(125) == 1500 ton mm

~~ ~ t'
5
\+ - - _j - - -
5
Ix + IY 2 2
==

==
2
6(50) + 4(75)
37500 mm 2
2

75 ' '

l_ -t----~+-

R=I, M·i
Y
2
x + y
2
=1500x50 = 2 ton
37500
j,

R = _£_ = .!3_ = 2 ton j,


" N 6
Gaya total pada baut nomor 4:

R=)R, +(R +R,.r =~Y+(2+2) 2 =


2
1
5 ton

• CONTOH 6.5:
Hitung gaya R yang bekerja pada baut nomor 4 berikut ini, bila kelompok baut tersebut
memikul beban P11 == 5 ton yang membentuk sudut a terhadap sumbu horizontal, di
mana besarnya tan a == 3,4_

JAWAB:
e == 160 mm
M == 5 (160) == 800 ton mm
Ix + IY 2 2
== 4(50) 2 + 4(75) 2 == 32500 mm 2

Gaya-gaya yang bekerja pada baut nomor 2:


R _ M·y _ 800x75 _
x- Ix2
+ I / - 32500 - 1,85 ton ---7

R _ M·x _ 800x50 _ j,
v- Ix2 + I / - 32500 - 1,23 ton

R _ P·msa _ 5x0,8
H ---4---4- 1 ton ---7

R, = P·sina = 5x0,6 = 0 75 ton j,


I 4 4 '

r
J
• 6.3 GESER EKSENTRIS 119

~. - -~ - - - - -

+
t t Pu = 5 ton

I 100 I

Total gaya R pada baut 2:

R = )( Rx + RH r
+ ( Rr + Rv r
2
R=)(I,85+lt +(1,23+0,75) =3,47 ton

• CONTOH 6.6:
Dua buah profil CNP 24 dihubungkan dengan pelat setebal 10 mm, sebagai alat sam bung
digunakan baut A325 db = 22 mm (tanpa ulis dalam bidang geser). Tersedia dua pola
baut seperti dalam gambar, yaitu pola I dan pola II. Pada kondis tersebut bekerja beban
terfaktor Pu yang sama besar dan berlawanan arah. Jika diketahui perbandingan beban
hid up dengan be ban mati adalah 3 (L = 3D):
tersebur a. tentukan pola mana yang lebih baik
ontal, d: b. dengan pola yang lebih baik tersebut, hitung beban kerja yang dapat dipikul

~ ~ p

••
••
p,,
••
184 184
I 72 I 220 220

~ I I
~r I
120 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

JAWAB:
Pola baut 1: baut yang menerima gaya terbesar adalah baut-baut atas dan bawah
M = Pu.( 184 + 72 + 184 ) = 440 Pu

1j = ~36 2 +60 = 70 2
mm

440·~·70
1,3879.Pu
(4x70 2 )+(2x36 2 )
Pola baut II : semua baut menerima gaya yang sama besar
M = Pu·( 220 + 220 ) = 440 Pu
r = 70 mm
M·r 440·P ·70
R= ~ = u = 1,0476.P
£../
2
6 x70 2 u

Ternyata pola baut II lebih baik, gaya yang dipikul tiap baut sama besar dan lebih kecil
daripada gaya maksimum baut 1 pada pola I.
Selanjutnya menghitung tahanan satu buah baut:
Geser: ¢.Rn = ¢·0,5/}·mAb = 0,75(0,5)(825)(2)(%·7t·22 2)= 23,52 ton
Tumpu: ¢.Rn = ¢·2A·db.tpf! = 0,75(2,4)(22)(10)(370) = 14,652 ton

Tahanan tumpu menentukan!


1,0476.Pu s 14,652 ton
Pu s 13,986 ton
13,986 > 1,2D + 1,6l
13,986 > 1,2D + 1,6(3D) = 6D
D s 2,331 ton L s 6,993 ton
Beban kerja yang boleh bekerja D + L s 9,324 ton (= 2,331 + 6,993)

Analisa Plastis
Cara analisa ini dianggap lebih rasional dibandingkan dengan cara elastik. Beban P yang
bekerja dapat menimbulkan translasi dan rotasi pada kelompok baut. Translasi dan rotasi
ini dapat direduksi menjadi rotasi murni terhadap pusat rotasi sesaat. Lihat gambar 6.6.
p

Yo
Titik berat kelompok
X alat penyambung (C.G.)

I· X
0
Pusat rotasi
sesaat (I.C.)
Gambar 6.6 Pusat Rotasi Sesaat
J
6.3 GESER EKSENTRIS 121

Dari persamaan kesetimbangan diperoleh hubungan:


Jawah n

"R.-sin8.-
£..J t t
Psin8 = 0 6.22
i=l
n

£..J -rose.- p ros8 = 0


"R. t I
6.23
i=l
n

LRi-di- P(e+ X ·00S0 + J ·sin8) = 0


0 0
6.2-l
i=l

Dengan substitusi: r0 = X 0 ·Cos () + J0 ·sin 0, persamaan 6.24 menjadi:

6.25
i=l
Di mana r0 adalah jarak terdekat antara pusat rotasi sesaat (IC) dengan titik berar b..:._:
(CG).
m lebih kecil
Sambungan Tipe Tumpu
Untuk sambungan tipe tumpu, slip diabaikan dan deformasi tiap alar pengencang prorc ~­
sional terhadap jaraknya ke pusat rotasi sesaat. Analisa dilakukan sebagai berikur:
Jn 0,55
R.z = R.m [ 1-exp(-0,4 )
z ]
6.26

Dengan: Ri adalah tahanan nominal satu baut


~i adalah deformasi baut i dalam mm,
~max dari hasil eksperimental adalah sama dengan 8,6 mm

• CONTOH 6.7:
Hitung Pn yang boleh bekerja pada sambungan berikut ini, lakukan analisa plasris. :\:.:.:
sambung yang digunakan adalah baut A325 (db = 22 mm, J;/ = 825 MPa) tanpd ~..:>
dalam bidang geser.

JAWAB:
e = 75 + 50 = 125 mm
Beban P yang
Rnt. = 0,5Jb.Ab.m
'lu = 0,5(825)(1,4·7t·22 2)(1) 15,68 ton
lasi dan rotasi
: gambar 6.6. Ri = Rni [1 - exp(-0,4.L\)J0,55

-t1 t4
f- f
75 I '

-t----+-- J
75 ' .

...&..---+---~~3~+6
122 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Beban bekerja pada sumbu y, o = 0, dengan mengganti y/di untuk sin ei serta x/di s
untuk cos ei' maka persamaan 6.22, 6.23, 6.25 menjadi:

6.26

6.27

""R.-d
~ 11
= P (e+r)
ll ()
6.28

d d.
Ingar juga asumsi: =-1, = - -86
1

dmax dmax '

Persamaan 6.25 hingga 6.27 diselesaikan dengan trial and error.


1. Misalkan r0 diambil sama dengan 75 mm, proses hitungan ditabelkan sebagai
berikut:

No. baut x.I Yi d.I ~i R.I (Ri.xi I d) R..d.


I I

25 75 79,057 4,664 14,295 4,520 1130,090


2 25 0 25,000 1,475 10,053 10,053 251,323
3 25 -75 79,057 4,664 14,295 4,520 1130,090
4 125 75 145,774 8,600 15,401 13,207 2245,127
5 125 0 125,000 7,374 15,223 15,223 1902,883
6 125 -75 145,774 8,600 15,401 13,207 2245,127
~ 60,730 8904,640

Dari persamaan 6.27 didapat Pn = 60,730 ton


8904,640
Dari persamaan 6.28 didapat ~~ =( ) = 44,5232 ton
125 + 75
Karena hasil tidak cocok, proses diulangi lagi.

2. Coba r0 = 51,46 mm

No. baut xi Yi di ~i Ri (Ri.xi I d) R.d.


I I i
1,46 75 75,014 5,113 14,530 0,283 1089,942
2 1,46 0 1,460 0,100 2,634 2,634 3,845
3 1,46 -75 75,014 5,113 14,530 0,283 1089,942
4 101,46 75 126,171 8,600 15,401 12,385 1943,217
5 101,46 0 101,460 6.916 15,130 15,130 1535,055
6 101,46 -75 126,171 8.600 15,401 12,385 1943,217

~ 43,099 7605,219
Si
Dari persamaan 6.27 didapat P11 = 43,099 ton
7605,219
Dari persamaan 6.28 didapat ~~ =( ) = 43,0988 ton OK
125 +51, 46

r
j

6.4 KOMBINASI GESER DAN TARIK 123

x .. · S.ambungan Tipe Friksi


Analisa hampir sama dengan tipe tumpu hanya saja Ri konstan yaitu:
R.l = 1,13x J1 X Proof Load X m 6.29
6.2t

• CONTOH 6.8:
6 ,- Kerjakan kern bali contoh 6. 7 sebagai sambungan tipe friksi. Karena Ri konstan, maka
persamaan 6.25, 6.26, dan 6.27 menjadi:

6.2~ 6.30

6.31

6.32

JAWAB:
Dengan cara trial and error, diperoleh hasil, r0 = 59,569 mm .
..1 d.1
No. Baut xi yi di xi/di
0,091·
9,569 75 75,60797 0,12656
l ,325
2 9,569 0 9,56900 0,00000
0,091 3 9,569 -75 75,60797 0,12656
:5,12- 4 109,569 75 132,77939 0,82520
)2,88." 5 109,569 0 109,56900 1,00000
!5, 12- 6 109,569 -75 132,77939 0,82520
)4,6411 L 535,91272 2,90351

Dari 6.31: P,, = Ri.2,90351


Dari 6.32: p = Ri(535,91272) = R.. 2 , 90359
fl (125 +59, 569) l

Karena R2 = 1,13 X 0,35 X IA·1t·22 2 X 0,75 X 585 X 1 = 6,5963 ton (digunakan baut
A325, db = 22 mm), sehingga Pn = 2,90359 X 6,5963 = 19,153 ton.

~ 4 KOMBINASI GESER DAN TARIK


89,942 Pada umumnya sambungan yang ada merupakan kombinasi geser dan tarik. Contoh
3,845 sambungan yang merupakan kombinasi geser dan tarik terlihat pada Gambar 6.7. Pada
189,942 sambungan (a) akibat momen maka baut tepi atas akan mengalami tarik yang sebanding
l43,21- dengan momen yang bekerja. Sambungan ini digunakan bila momen tidak terlalu besar,
)35,05'i dan untuk momen yang besar biasanya digunakan sambungan, (b) mom en disalurkan
l43,21- melalui sayap dan diterima oleh baur-baut pada sayap tersebut.
)05,219
S-ambungan Tipe Tumpu
Persamaan interaksi geser dan tarik dari berbagai studi eksperimental, dapat direpresenta-
sikan sebagai persamaan lingkaran berikur ini:

__
ut_
R R ]2 : :; 1
2+ [ --"''-
[ f/Jt.Rnt ] 6.33
f/Jv.Rrw
124 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Dengan: Rut adalah beban tarik terfaktor pada baut


Ruv adalah beban geser terfaktor pada baut
cpt ·Rnt adalah tahanan rencana pada baut dalam tarik saja
cpv ·Rnv adalah tahanan rencana pada baut dalam geser saja
C/J t ,<\>v = 0,75
Rnt dan Rnv masing-masing adalah tahanan nominal tarik dan geser yang besarnya:
Rnt = 0,75f}Ab 6.34
Rnv = m·0,5J;/Ab 6.35.a
atau Rnv = m·04J:.bA
' u b 6.35.b

!)
(a) (b)

Profil
T struktural

2 profil siku

(c) (d)

Gambar 6.7 Sambungan Kombinasi Geser dan Tarik

Persamaan 6.35.a untuk baut tanpa ulir dalam bidang geser, sedangkan 6.35.b untuk
baut dengan ulir pada bidang geser.
Peraturan menyederhanakan persamaan interaksi geser-tarik pada 6.32, menjadi sebuah
persamaan garis lurus:

__
ut_
R Ruv_ ]2 ::::; C
2+ [ __ 6.36
[ C/Jt .Rnt ] C/Jv .Rnv
Dengan C adalah suatu konstanta.
Persamaan 6.36 dapat dituliskan sebagai:
C/J·R
R :::;c.cp.R __ t_nt.R 6.37
ut t nt C/Jv ·Rnv uv

6.4 KOMBINASI GESER DAN TARIK 125
'
1,0

ya: '\

6.34 ' \

'
6.35.a
6.35.b
2
/-v. 2

_ut_
R ) + [ _uv_
R ) =13
[ ¢1 Rnt </Jv Rnv '

R
_uv_ geser
0 1,0 ¢vRnv
Gambar 6.8 Kurva lnteraksi Tahanan Geser-Tarik (Sambungan Tipe Tumpu)

Bagi persamaan 6.37 dengan Ab (luas penampang baut), dan substitusikan Rnt dan Rnu
dari persamaan 6.34 dan 6.35. diperoleh:
Rut ~ C ¢(0, 75·J:/ )·Ab ¢(0, 75·fub ~·Ab Ruv 6.38
Ab Ab 0, 75·(0,5·fu )·Ab Ab

fut ~ [ ¢fr = ¢·(0,75J;/·C- 2fu)J 6.39

Untuk baut dengan ulir pada bidang geser diperoleh:


fut ~ [ ~fr = ~·(0,75fub·C- 2,5fu)J 6.40

Nilai konstanta C dalam peraturan ditetapkan besarnya adalah 1,3. Nilai 2 dan 2,5
(koefisien fu) dalam peraturan direduksi menjadi 1,5 dan 1,9.Besarnya nilai ~h untuk
masing-masing mutu baut ditabelkan berikut ini dalam Tabel 6.2.
Dalam perencanaan sambungan yang memikul kombinasi geser dan tarik, ada dua
persyaratan yang harus dipenuhi:

1. I' = - u
},
V <
-
{0' 5·¢·/'b Ju
b
·m Tanpa ulir di bidang geser
6.41
uv n·Ab 0,4·¢·fu ·m Dengan ulir di bidang geser

2. 6.42
'S.b untuk

adi sebua} lABEL 6.2 NILAI l/J.ft UNTUK BERBAGAI TIPE BAUT

Tipe Baut
A325 dengan ulir di bidang geser <1>·(807 - 1,9fuJ < <1>·621
A325 tanpa ulir di bidang geser <1>·(807- 1,5fuJ < <1>·621
A490 dengan ulir di bidang geser <1>·(1010 - 1,9fuJ < <1>·779
A490 tanpa ulir di bidang geser <1>·(1010 - 1,5fuJ < <1>·779
126 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Sambungan Tipe Friksi


Untuk sambungan tipe friksi berlaku hubungan:

V:, ~l/J·V
n 11
(1- T,, In
1,13 X proojload
J 6.43

Dengan: V:z = 1,13-J.i·proof load.m


Proof load= 0, 75 X Ab X proof stress 5.5 s
Ab adalah luas bruto baut
Tu adalah beban tarik terfaktor
n adalah jumlah baut

• CONTOH 6.9:
Hitung kecukupan jumlah baut bagi sambungan berikut ini (tipe tumpu dan tipe friksi),
diketahui beban terdiri dari 10% beban mati dan 90% beban hidup. Baut A325 tanpa
ulir di bidang geser.

JAWAB:
Pu = 1,2(0,1)(35) + 1,6(0,9)(35)
Pu = 54,6 ton
~ = Pux = 0,8 x 54,6 = 43,68 ton
~ = Puy = 0,6 x 54,6 = 32,76 ton

35 ton

a. Sambungan tipe tumpu:


v 32,76
Geser: J:., =
n· b
= A
11
6·14 ·Jr·222
= 143,634 MPa

0,5·¢/}·m = 0,5 X 0,75 X 825 X 1 = 309,375 MPa


I' < 0 5.t~..+b.m
luv > 'f'"Ju

Tarik: J; = 807 - 1,5fuv = 807 - (1 ,5 X 143,634) = 591,549 MPa


2
l/J·R12 = l/JJ;.Ab = 0,75 X 591,549 X A·1t·22 = 16,865 ton
1

~In = 43,68/6 = 7,28 ton

~In < l/J·R12

b. Sambungan tipe friksi


V:z = 1,13 X f..1 Xproof load X m
= 1,13 X 0,35 X 1 X proof load= 0,3955
2
proof load = 1,4 ·7t·22 X 0,75 X 585 = 16,68 ton
l/J· Vn = 1 X 0,3955 X 16,68 = 6,597 ton
~In = 32,76/6 = 5,46 ton

,-
J
0
6.5 SAMBUNGAN YANG MENGALAMI BEBAN... 127

¢·V 1-
(
Tu I n ) =6,597· ( 1- 43,8% 6 = 4,038 ton J
n 1, 13·proojload 1,13 X 16,68
V:ln > ¢. vn (baut tak mencukupi untuk sambungan tipe friksi!!)

~.5 SAMBUNGAN YANG MENGALAMI BEBAN TARIK AKSIAL


Tarik aksial yang terjadi tak bersamaan dengan geser, dijumpai pada batang-batang tarik
seperti penggantung (hanger) atau elemen struktur lain yang garis kerja bebannya tegak
lurus dengan batang yang disambungnya. Untuk memahami efek akibat beban eksternal
pada baut mutu tinggi yang diberi gaya tarik awal, perhatikan sebuah baut dan daerah
pengaruhnya pada pelat yang disambung. Pelat yang disambung mempunyai ketebalan t
dan luas kontak antara pelat adalah AP.
riksi
tanp.:
P (beban luar)

n
:$
l l r r
n

c, ! Tb = pratarik awal T,

Gambar 6.9 Pengaruh Pratarik Awal Akibat Beban Tarik Aksial

Pada saat pemasangan awal, baut mutu tinggi sudah diberi gaya pra tarik awal Tb, hal
ini mengakibatkan pelat tertekan sebesar ci' dari keseimbangan gaya:
6.44
Behan luar akhirnya bekerja, sehingga keseimbangan gaya sekarang seperti tampak
dalam Gambar 6.9.c.:
P+C =T
1 1
6.45
Gaya P mengakibatkan baut memanjang sebesar:
T~-~
8l = - - - . t 6.46
" Ab.Eb

Pada saat yang sama tekanan di antara pelat mengakibatkan pelat memendek sebesar:
C-C
8 = I f .t
P A .E 6.47
p p

Dengan: El:l EP adalah modulus elastisitas baut dan pelat


Tf adalah gaya akhir yang bekerja pada baut setelah beban bekerja
cf adalah gaya tekan akhir antara pelat setelah beban bekerja
128 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Menyamakan 8b dan 8P diperoleh hubungan:


T! -Tb- C; -C!
6.48
Ab.Eb AP.EP
Substitusikan Ci dari 6.44 dan c1 dari 6.45 ke persamaan 6.48 didapatkan:
T! - Tb Tb - T! + P
- - - = ---'--- 6.49
Ab.Eb AP.EP

Karena Eb dan EP sama untuk material baja, maka 6.49 dapat ditulis dalam bentuk:
p
6.50

• CONTOH 6.10:
Baut A325 berdiameter 22 mm menerima gaya tarik aksial seperti dalam gambar. Jika Ap
2
= 6000 mm • Hitung gaya tarik akhir pada baut (T) hila beban kerja terdiri dari 20%
beban mati dan 80% beban hidup.

JAWAB:
l/J.Rn = 0,75f/·0,75·Ab = 0,75(825)(0,75)(1k7t·222 )= 17,64 ton
Ru = 1,2(0,2R) + 1,6(0,8R) = 1,52 R = 17,64 ton
R = 11,61 ton
Tb = proof stress X 0,75 Ab = 585(0,75)( 1k7t·22 2)= 16,678 ton

AP = ~OOO = 15 784
Ab l4·7r.Z22 ,

T, =T +--p-=16678+~
b 1+ API ' 1+15,78
jAb
T, = 17,37 ton

6.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN EKSENTRIS


Perhatikan momen M yang bekerja pada sambungan konsol dalam Gam bar 6.10 yang
mengakibatkan tarik pada baut atas. Jika digunakan baut mutu tinggi yang mempunyai
gaya pra tarik awal, maka gaya ini akan menekan pelat atau penampang yang disambung.
Sumbu netral akibat beban momen M akan terjadi di titik berat daerah kontak.
Tekanan tumpu awal hiakibat gaya pratarik, dianggap seragam sepanjang daerah kon-
tak b.d yang sama dengan:
I~
hi =b.d 6.51

r--
6.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN ... 129

rn- II
II
6.-l~

••
I d/2
•••
•••••

• ••
d/2

•I
L----1 __j_
<.:
--L-
~b~
6.5(

fika ,-:
~i 20(

Gambar 6.10 Oeser dan Tarik Akibat Beban Eksentris

Dengan L.Tb adalah proof load kali jumlah haut. Tegangan tarik hb pada hagian atas hidang
kontak akihat momen M, adalah:
M·d/2 6·M
hb = I = b.dz 6.52

Behan T pada haut teratas sama dengan perkalian antara daerah pengaruhnya (lehar b kali
jarak antara haut, p) dengan hb' atau:
6.53

Suhstitusikan persamaan 6.52 ke 6.53 diperoleh huhungan:


6·M·p
T=--
dz
6.54

Jika baut terluar herjarak p/2 terhadap hagian atas hidang kontak, maka T menjadi:
dO yang
~mpunya1
T = 6·M·p.(d-
d2 d
pJ 6.55
samhung.

erah kon-
• CONTOH 6.11:
Hitung hehan kerja P dalam samhungan berikut ini, jika digunakan baut A325, db = 19
6.51 mm (tanpa ulir di hidang geser). Behan yang hekerja terdiri dari 20% hehan mati dan
80% behan hidup.
130 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

-$- -$-
-$- -$-
3@80
-$- -$-
-$- -$-

JAWAB:
Pu = 1,2(0,2P) + 1,6(0,8P) = 1,52.P

T = 6·Mu·P.[d- p]= 6x1,52·PX75x80.[320-80]= 0,40.P


u d2 d 320 2 320

1
V = P,. = ' 52.p = 0 19·P
u N 8 '

l/J·Rnv = 0,75(0,5 J;/J m. Ab = 0,75(0,5)(825)(1)(%·7t·19 2)= 8,77 ton

l/Jfut.Ab = l/J.Ab·( 807- J,5fuv) < $·621 Ab


= 0,75(807)Ab- 0,75(1,5-fuv.Ab)< 0,75(621)Ab
2
= 0,75(807)(1;4)(1t)(19 ) - 0,75(1,5-fuv.Ab)

< 0,75(621)( 1k7t·19 2)


max ~ = 17,16 - 1, 125· V: < 13,2 ton
Samakan T,. dengan max 7',.:
0,4·P = 17,16- 1,125( 0,19 P)
P = 27,96 ton

Periksa max V: dan batas atas ~ (13,2 ton):


V: = 0,19·P = 0,19(27,96) = 5,3124 ton< 8,77 ton
~ = 0,4·P = 0,4(27,96) = 11,184 ton< 13,2 ton OK
Sehingga beban kerja P adalah 27,96 ton.

Cara lain untuk menganalisa sambungan kombinasi geser dan tarik yang menerima
beban eksentris dilakukan dengan menghitung tegangan tarik dalam baut dengan memakai
teori lentur f = M.y/1, atau:
M·y M·y
fr =-~-= LAb·y2 6.56

Jika semua baut memiliki ukuran sama, maka gaya tarik T dalam sebuah baut adalah:

6.57
J
6.6 GESER DAN TARIK AKIBAT BEBAN ... 131

Persamaan 6.57 sebenarnya identik dengan 6.55, jika d dalam 6.55 sama dengan n.p,
di mana n adalah jumlah baut dalam satu baris, maka 6.55 menjadi:

T= 6·':·f·[n·p- p]= 1:·~·[p(n-1)] 6.58


n ·P n·p n ·P 2

Perhatikan bahwa p(n - 1)/2 adalah jarak baut terluar terhadap setengah tinggi kontak
area, yang identik dengan y dalam 6.57. Satu baris baut dengan jarak p dapat diasumsikan
sebagai tampang persegi dengan lebar Alp dan tinggi n.p. Momen inersia penampang ini
adalah:
1 A
I= -.-.(n·p) 3 6.59
12 p
Prosedur pendekatan yang terakhir ini"'lebih mudah daripada cara analisa yang ter-
dahulu .

• CONTOH 6.12:
Hitung jumlah baut (A325, db = 22 mm) untuk sambungan berikut ini, yang menerima
beban mati D = 3,5 ton dan beban hidup L = 25 ton.

-$- -$-

-$- -$-

JAWAB:
Pu = 1,2(3,5) + 1,6(25) = 44,2 ton
OK
= ¢.Rnv = 0,75(0,5.1'b)m-Ab
Ju
= 0,75(0,5)(825)(1)(1,4·n:·22 2)= 11,76 ton

Coba pakai 10 baut (5 buah per baris):


1erim.:.
:maka. I:j = 4 [160 2 + 80
2
] = 128000 mm 2
T _ Mu·Y _ 44,2x150x160 _
"- LY 2 -
128000
-8,2875 ton

:tlah: ~ 44,2
V = - = - - = 4,42 ton < ¢·R (= 11,76 ton)
u n 10 nv
6.5-
132 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Periksa interaksi geser dan tarik: P.


J; = (807- 1,5fuv ) < 621
= (807 - 1,5· Ruv ) < 621
Ab
4 42 104
807 -1,5· ' ' = 632,58 MPa
~·Jr·22 2
Gunakan J; = 621 MPa
¢·Rnt = ¢J;Ab = 0,75(621)(lA·1t·22 2)= 17,705 ton
Z (= 8,2875 ton) < ¢·Rnt (= 17,705 ton)

SOAL-SOAL LATIHAN

P.6.1 Hitunglah beban kerja layan yang dapat dipikul oleh komponen struktur tarik berikut
ini, jika baut yang digunakan adalah baut mutu tinggi A325 berdiameter %" dengan ulir
di luar bidang geser, sedangkan mutu pelat baja adalah BJ 37. Diketahui pula bahwa
perbandingan beban hidup dan beban mati adalah 3 (LID = 3).

t = 10 mm

.
Gamhar P.6.1

P.6.2 Dua buah pelat setebal 20 mm disambung dengan suatu pelat sam bung setebal 10 mm
seperti tampak dalam gambar. Baut yang dipakai sebagai alat pengencang adalah baut
A325 berdiameter 5/8" dengan ulir di luar bidang geser. Mutu pelat baja adalah BJ 37.
Hitunglah tahanan tarik rencana yang diperbolehkan bekerja pada komponen struktur
tersebut!

1~40·1~50 --1~50·1~4~1

61 ! I • I • I
4~

4cJ_
• • I .
~

: I ~~Omm
t =10 mm
Gambar P.6.2

r-
SOAL-SOAL LATIHAN 133

P.6.3 Tentukan jumlah baut yang diperlukan untuk menahan gaya tarik sekuat profil J L
100.100.10 seperti tampak dalam gam bar, untuk beberapa tipe sambungan sebagai
berikut:

Kasus Mutu baja 0 baut Tipe sambungan


a BJ 37 3.4 " - A 325 Ulir di luar bidang geser
b BJ 37 3.4 " - A 325 Sambungan tanpa slip
7
c BJ 37 18 "-A325 Ulir di dalam bidang geser
7
d BJ 37 18 " -A 325 Sambungan tanpa slip

t = 12 mm

:ut T4
tlir
wa

Gambar P.6.3

P.6.4 Sebuah batang tarik dari siku tunggal 120.120.12 (BJ 3 7) digunakan untuk menahan gaya
tarik yang terdiri dari 40 kN beban mati dan 120 kN beban hidup. Asumsikan tebal pelat
sambung adalah 12 mm. Jika digunakan baut A325 berdiameter ~, dengan ulir di luar
bidang geser, hitunglah jumlah baut yang dibutuhkan !

;).6.5 Hitunglah besarnya beban layan yang dapat dipikul oleh profil 2CNP20 dari baja BJ 37
seperti pada gambar berikut. Baut yang digunakan adalah A325 berdiameter 7/ 8 "dengan
ulir di luar bidang geser. Beban terdiri dari 25% beban mati dan 75% beban hidup.

mm t = 15 mm
baut
r 37.
1ktur

-$- -$- -$- -$-


_Go
-$- -$- -$- -$- ±0 60

Gambar P.6.5
'·40~. 4@ 75
.j/o~
.•.
• >-' BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

;:).6.6 Hitunglah besarnya beban layan maksimum, P, yang menimbulkan geser eksentris pada
sambungan dalam Gambar P.6.6. Behan terdiri dari 25% beban mati dan 75% beban
hidup. Baut yang digunakan adalah A325 berdiameter 7 /8" dengan ulir di luar bidang
geser. Asumsikan pelat cukup kuat menahan beban tersebut (BJ 37)
a) Gunakan metode elastis
b) Gunakan metode plastis

r-- ++1 t
150 I 1 I I
_L_ __ -$ ~t I
t = 10 mm

Gambar P.6.6

P.6.7 Hitunglah besarnya beban layan, P, yang terdiri dari 20% beban mati dan 80% beban
hidup, pada sambungan yang terlihat dalam Gambar P.6.7, gunakan baut A325 berdiam-
eter 7 I 8" dengan ulir di dalam bidang geser. Mutu baja BJ 3 7
a) Gunakan metode elastis
b) Gunakan metode plastis

150

Pelat, t = 12 mm

75

Gam bar P.6. 7


J
9
SOAL-SOAL LATIHAN 135

la ~.6.8 Rencanakan samhungan geser eksentris dalam Gamhar P.6.8 dengan haut A325 herdiameter
.n
7
Is"· Disyaratkan hahwa baut disusun dalam dua lajur dengan jarak vertikal antar haut
adalah 75 mm. Behan terdiri dari 40% hehan mati dan 60% hehan hidup. Gunakan
metode elastis. Mutu haja BJ 37.

75

t = 10 mm
Gambar P.6.8

ban ::6.9 Samhungan geser eksentris (samhungan A) dalam Gamhar P.6.9 herikut ini menggunakan
am- haut A325 herdiameter 7I 8" dengan ulir di luar hidang geser. Behan terdiri dari 30 kN
hehan mati dan 150 kN hehan hidup. Hitunglah jumlah haut yang dihutuhkan dengan
cara elastis. Berikutnya rencanakan pula samhungan profil J L 100.100.10 ke £lens kolom
(samhungan B), tflens = 20 mm.

200

t = 10 mm

Sambungan A

JL 1oo.1oo.1o

Gambar P.6.9

:: 5. 10 Hitunglah jumlah haut yang dihutuhkan pada samhungan dalam Gamhar P.6.1 0, jika sam-
hungan A direncakan sehagai samhungan sekuat profil. Gunakan haut A325 herdiameter
Vz" dengan ulir di luar hidang geser.
136 BAB 6 SAMBUNGAN BAUT

Gambar P.6.1 0

r
0

7
Sambungan Las
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah meinpelajarihah i~i; 1llahasiswa diharapkan dapat:
• I\1~pu lll~mbedabn Jeni~~jenis.sambungan las
• Menghit~~gkapasitas.las. dari 1llasin~~1nasing jenis·tas
• Melaku_kill) pr~ses analisis ..· dan desain sambungan konsttuksi baja dengan
1nenggunakari berbagai jenis las yang. ada
Pokok-pokok l?embahasan Bab
1.1 Pendahuluan
1.2 Jenis;;jenis S~bungan
1.3 ·Jenis.,-jeni§. Las
1.4 Pembatasan Ukuran Las Sudur
L5 Luas EfektifLas
1.6 Tahat1an Nominal Sarnbl.lngan Las
L7 GeserEksentris "7 Metode El.a:srik
1.8 Geser Eksenrris - Metode Plasris
1.9 Behan ·;E:ksentris ·Normal.· pada Bidang Las

... 1 PENDAHULUAN

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan bahan logam yang menghasilkan peleburan
bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan
dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi. Meskipun pengetahuan tentang las
sudah ada sejak beberapa ribu tahun silam, namun pemakaian las dalam bidang konstruksi
dapat terbilang masih baru, hal ini antara lain disebabkan pemikiran para ahli mengenai
beberapa kerugian las yaitu bahwa las dapat mengurangi tahanan lelah bahan (fatigue
strength) dibandingkan paku keling dan mereka juga berpendapat bahwa tidak mungkin
untuk memastikan kualitas las yang baik.
Melalui banyak penelitian tentang las, belakangan las mulai banyak digunakan dalam
bidang konstruksi. Hal ini antara lain karena proses penyambungan dengan las memberi-
kan beberapa keuntungan, yakni:
1. dari segi ekonomi, harga konstruksi dengan menggunakan las lebih murah dibanding-
kan dengan pemakaian baut atau keling, hal ini dikarenakan pemakaian pelat-pelat
sambungan maupun pelat buhul dapat dikurangi. Pada konstruksi rangka jembatan
bahkan dapat mengurangi berat baja hingga 15o/o jika dipakai sambungan las
2. pada beberapa jenis elemen struktur tertentu, tidak mungkin memakai baut
atau keling untuk menyambungnya, seperti contoh adalah proses penyambungan
kolom bundar, tentu lebih memungkinkan untuk memakai las
3. struktur yang disambung dengan las akan lebih kaku daripada baut/keling
4. komponen struktur dapat tersambung secara kontinu
5. mudah untuk membuat perubahan desain dalam struktur
6. tingkat kebisingan dalam pekerjaan las lebih rendah daripada baut/keling
138 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

7.2 JENIS-JENIS SAMBUNGAN


Beherapa jenis samhungan yang sering ditemui dalam samhungan las adalah:
1. Sambungan sehidang (butt joint), samhungan ini umumnya dipakai untuk rc-,--
pelat datar dengan ketebalan sama atau hampir sama, keuntungan sambur.~<::.I
ini adalah tak adanya eksentrisitas. Ujung-ujung yang hendak disamhung he..:-..::.
dipersiapkan terlehih dulu (diratakan atau dimiringkan) dan elemen yans .:.
samhung harus dipertemukan secara hati-hati.
2. Sambungan lewatan (lap joint), jenis samhungan ini paling hanyak dijurr:;:.a
karena samhungan ini mudah disesuaikan keadaan di lapangan dan juga pen:·.:....-:--
hungannya relatif lehih mudah. Juga cocok untuk tehal pelat yang herlainar_
3. Sambungan tegak (tee joint), samhungan ini hanyak dipakai terutama un:·_,
memhuat penampang tersusun seperti hentuk I, pelat girder, stiffener,
4. Sambungan sudut (corner joint), dipakai untuk penampang tersusun herhen:-_t
kotak yang digunakan untuk kolom atau halok yang menerima gaya torsi y.;.:-.;
hesar
5. Samhungan sisi (edge joint), samhungan ini hukan jenis struktural dan digunaL~
untuk menjaga agar dua atau lehih pelat tidak hergeser satu dengan lainnya

<;;c:::___ _ _ ____.

(a) butt joint (b) lap joint

LL
(c) tee joint (d) comer joint
~
(e) edge joint

Gambar 7.1 Tipe-tipe Sambungan Las

7.3 JENIS-JENIS LAS


Jenis-jenis las yang sering dijumpai antara lain:
1. Las tumpul (groove welds), las ini dipakai untuk menyamhung hatang-
hatang sehidang, karena las ini harus menyalurkan secara penuh hehan yang
hekerja, maka las ini harus memiliki kekuatan yang sama dengan hatang yang
disamhungnya. Las tumpul di mana terdapat penyatuan antara las dan hahan
induk sepanjang tehal penuh samhungan dinamakan las tumpul penetrasi penuh.
Sedangkan hila tehal penetrasi lehih kecil daripada tehal penuh samhungan.
dinamakan las tumpul penetrasi sehagian.
2. Las sudut (fillet welds), tipe las ini paling hanyak dijumpai dihandingkan tipe las
yang lain, 80% samhungan las menggunakan tipe las sudut. Tidak memerlukan
presisi tinggi dalam pengerjaannya.
3. Las baji dan pasak (slot and plug welds), jenis las ini hiasanya digunakan hersama-
sama dengan las sudut. Manfaat utamanya adalah menyalurkan gaya geser pada
samhungan lewatan hila ukuran panjang las terhatas oleh panjang yang tersedia
untuk las sudut.

a
r
J
7.4 PEMBATASAN UKURAN LAS SUDUT 139

at-
:;an
rus
f I t {
It
I
di-
(a) groove welds (b) fillet welds

pa1
lill-

1. . A

tuk A A Ar------l A

tuk
L _j L e _j
ang .•
kan
.
r---'-----'---1,/
(c) slot welds
lrisan A-A

1- /
r - 1_ . _ _ _ _ _ _ _ _ . _ _ - - ( ,

(d) plug welds


lrisan A-A

Gambar 7.2 Jenis-jenis Sambungan Las

... .4 PEMBATASAN UKURAN LAS SUDUT


Ukuran las sudut ditentukan oleh panjang kaki. Panjang kaki harus ditentukan sebagai
panjang a 1 dan a2 (Gambar 7.3). Bila kakinya sama panjang, ukurannya adalah tw. Ukuran
minimum las sudut, ditetapkan dalam Tabel 7.1.

a,

I~
(a) Las sudut konkaf (b) las sudut konveks
Gambar 7.3 Ukuran Las Sudut
mg-
'ang TABEL 7.1 UKURAN MINIMUM LAS SUDUT
rang
.han Tebal Pelat (t, mm) Paling Tebal Ukuran Minimum Las Sudut (a, mm)
mh.
t .:5. 7 3
gan, 7 < t .:5. 10 4
10 < t .:5. 15 5
~las 15 < t 6
kan
Sedangkan pembatasan ukuran maksimum las sudut:
ma- a. Untuk komponen dengan tebal kurang dari 6,4 mm, diambil setebal kom-
lacia ponen
edia b. Untuk komponen dengan tebal 6,4 mm a tau lebih, diambil 1,6 mm kurang
dari tebal komponen
...
140 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

Panjang efektif las sudut adalah seluruh panjang las sudut berukuran penuh dan paling
tidak harus 4 kali ukuran las, jika kurang maka ukuran las untuk perencanaan dianggap
sebesar Y4 kali panjang efektif.

{ ~ fl~)mm~ {
,
I
t.?. 6,4 mm

~ ··~·= ~~
- I
(b)
Gambar 7.4 Ukuran Maksimum Las

7.5 LUAS EFEKTIF LAS


Kekuatan dari berbagai jenis las yang telah dibahas di depan, berdasarkan pada luas efektif
las. Luas efektif las sudut dan las tumpul adalah hasil perkalian antara tebal efektif (t)
dengan panjang las. Tebal efektif las tergantung dari ukuran dan bentuk dari las tersebut.
dan dapat dianggap sebagai lebar minimum bidang keruntuhan.

Las Tumpul
Tebal efektif las tumpul penetrasi penuh adalah tebal pelat yang tertipis dari komponen
yang disambung. Untuk las tumpul penetrasi sebagian perhatikan Gambar 7.5.

Las Sudut
Tebal efektif las sudut adalah jarak nominal terkecil dari kemiringan las dengan titik sudut
di depannya. Asumsikan bahwa las sudut mempunyai ukuran kaki yang sama, a, maka
tebal efektif te adalah 0,707a. Jika ukuran las tak sama panjang, maka tebal efektif harus
dihitung dengan memakai hukum-hukum trigonometri.

f
~ ~ 1t f t K t+
(a) T1 < T2 ; te =T
1 (b) T =T 1 + T2 ; te =T

(d) te = D
Tidak ada celah
(c) te = D - 3,2 mm

Gambar 7.5 Tebal Efektif Las Tumpul


7.6 TAHANAN NOMINAL SAMBUNGAN LAS 141

lin~
;gar

Gambar 7.6 Tebal Efektif Las Sudut

ekri~­
F (t_ - 6 TAHANAN NOMINAL SAMBUNGAN LAS
~but. Filosofi umum dari LRFD terhadap persyaratan keamanan suatu struktur, dalam hal ini
terutama untuk las, adalah terpenuhinya persamaan:
7.1
oner. adalah faktor tahanan
adalah tahanan nominal per satuan panjang las
adalah beban terfaktor per satuan panjang las

;udur _as Tumpul


make. Kuat las tumpul penetrasi penuh ditetapkan sebagai berikut:
harus a. Bila sambungan dibebani dengan gaya tarik atau gaya tekan aksial terhadap luas
efektif, maka:
¢·Rnw = 0,90.t.!,
e y (bahan dasar) 7.2.a

'r nw
.+ (las)
AR = 0,90.te'lyw 7.2.b

b. Bila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas efektif, maka:
¢·Rnw = 0,90·t_-{0,6f) (bahan dasar) 7.3.a
l/J·Rnw = O,BO·t_-{0,61.,) (las) 7.3.b
Dengan J; dan!., adalah kuat leleh dan kuat tarik putus.

-as Sudut
Kuat rencana per satuan panjang las sudut, ditentukan sebagai berikut:
l/J.Rnw = 0,75·t_-{0,6fu) (las) 7.4.a
n..Rnw
'r = 0,75·t_-{0,6f) (bahan dasar) 7.4.b

-as Baji dan Pasak


Kuat rencana bagi las baji dan pasak ditentukan:

= 0,75·{0,6!.,)-Aw 7.5

Dengan Aw adalah luas geser efektif las


fuw adalah kuat tarik putus logam las
142 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

• CONTOH 7.1:
Tentukan ukuran dan tebal las sudut pada sambungan lewatan berikut ini. Sambungar:
menahan be ban tarik D = 10 ton dan L = 30 ton. Diketahui fuw = 490 MPa; fu = 40(1
MPa.
16 X 180

40 ton
~

t=~
e Ja2 + b2

JAWAB:
Persyaratan ukuran las:
Maksimum = tebal pelat - 1,6 = 16 - 1,6 = 14,4 mm
Minimum = 6 mm (Tabel 7.1)

Gunakan las ukuran 10 mm


te = 0,707·a = 0,707 X 10 = 7,07 mm
Kuat rencana las sudut ukuran 10 mm per mm panjang:
ifJ·Rnw = ¢J·te·(0,60J,) = 0,75(7,07)(0,60 X 490) = 1558,935 N/mm
Dan kapasitas las ini tak boleh melebihi kuat runtuh geser pelat:
Max ifJ·Rnw = $·t·(0,60j) = 0,75(16)(0,60 X 400) = 2880 N/mm
Behan tarik terfaktor, T,:
T, = 1,2D + 1,6L = 1,2(1 0) + 1,6(30) = 60 ton
Panjang total las dibutuhkan, Lw:
4
L = 60·10 = 384,8 mm , 390 mm
w 1558,935
Jika las sudut yang digunakan hanya berupa las memanjang saja pada batang tarik
datar, panjang tiap las sudut tidak boleh kurang dari jarak tegak lurus di antara keduanya.
dan panjang total tidak melebihi 1,5 kali panjang yang dibutuhkan. Oleh karena itu, untuk
persoalan di atas, maka diambil panjang las tiap sisi adalah 250 mm (Gambar (a)). Dapat
pula digabung antara las memanjang dan las melintang, yang dapat mengurangi panjang
sambungan lewatan (Gambar (b)).

250 10 150

180

r-
J
7.6 TAHANAN NOMINAL SAMBUNGAN LAS 143

Sambungan Seimbang (Balanced Connection)


1gan Dalam beberapa kasus, batang menerima tarik aksial yang memiliki eksentrisitas terhadap
400 sambungan las. Perhatikan profil siku yang menerima beban tarik aksial dalam Gambar
7. 7 dan disambung dengan memakai las sudut. Gaya T bekerja pada titik be rat profil siku.
Behan T ini akan ditahan oleh gaya F1 , F2' dan F1 dari sambungan las. Gaya F1 dan F3
diasumsikan bekerja tepat pada sisi profil siku. Gaya F2 akan bekerja pada titik berat las
2 yang berjarak d/2 dari sisi profil siku. Ambil keseimbangan momen terhadap titik A:
7.6
atau:
F.= T-e _ F2 7.7
1
d 2
Gaya F2 dihitung berdasarkan tahanan las cp.R,w kali panjang las, Lw:

F2 = C/J·Rnw-Lw 7.8
Dari keseimbangan gaya horizontal diperoleh:

L.FH = T- ~- F;_- F3 = 0 7.9


Selesaikan persamaan 7.6 dan 7.9 didapatkan:

3 (
e -F-
F = T 1--
d 2
2 J 7.10

___,]_l d
e !

Gambar 7.7 Penyeimbangan Sambungan Las

:ang tari~.
Selanjutnya panjang las dan 3 dihitung sebagai berikut:
<.eduanya
F.
[tu, untuL
1)). Dapa:
L
wt
=~-~­
AR L
w3
=~
AR
7.11
'I' nw 'I' nw
~i panjan~

• CONTOH 7.2 :
Rencanakan sambungan las sudut untuk menahan gaya tarik sekuat profil siku L
100.100.10 dari BJ 37. Mutu lasf,w = 490 MPa.

---I. _je = 28,2 mm


10 V1so t
144 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

JAWAB:
Hitung tahanan rencana dari profil siku, diambil harga terkecil dari:
¢·Tn = 0,90f-A
y g
= 0,90(240)(1920) = 41,472 ton
f/J·Tn = 0,75fu-Ae = 0,75(370)(0,85 X 1920) = 45,288 ton

Sambungan akan didesain terhadap ¢· Tn = 41,472 ton


Pilih ukuran las dan hitung f/J.Rnw
Ukuran minimum = 4 mm (Tabel 7.1)
Ukuran maksimum = 10 - 1,6 = 8,4 mm
Pakai ukuran las 4 mm
ARnw
'f'
= f/J·te·0,60fuw = 0,75(0,707 X 4 )(0,60)(490) = 623,6 N/mm
= ¢·t·0,60fu = 0,75(10)(0,60)(370) = 1665 N/mm
Menentukan ukuran las
F2 = f/J·Rnw.Lw2 = 623,6 X 100 = 6,236 ton

F.= T·e _ F2 = 41,472X28,2 6,236 = 8 , 58 ton


1
d 2 100 2
F3 = 41,472 - 8,58 - 6,236 = 26,656 ton
4
L =_!i_= 8,58x10 137,58 : : : 140 mm
1
w f/J·Rnw 623,6
~ 26,656x10
4
427,45 : : : 430 mm
Lw3 = f/J·Rnw = 623,6

• CONTOH 7.3:
Rencanakan kembali contoh 7.2, namun tanpa las ujung (las 2).

JAWAB:
F.= T·e _ F2 = 41,472x 28,2 = 11 ,7 ton
1
d 2 100
F3 = 41,472 - 11,7 = 29,772 ton

F.= T·e _ F2 = 41,472x28,2 = 137, 58 : : : 140 mm


1
d 2 100
4
L = _!i_ = 8,58x 10 427,45 : : : 430 mm
1
w rt..Rnw
'f'
623 '6
j

7.6 TAHANAN NOMINAL SAMBUNGAN LAS 145

• CONTOH 7.4:
Hitung beban kerja yang boleh bekerja pada sambungan berikut ini, jika diketahui persen-
tase beban mati adalah 20% dan beban hidup 80%. Pelat yang disambung terbuat dari
baja BJ 37 dan mutu las f..w = 490 MPa.

Pelat 15 x 250

Las sudut 10 mm, Lw = 120 mm

JAWAB:
Hi tung kuat rencana dari las sudut berukuran 10 mm dengan panjang 120 mm
f/J·Rnw = f/J·t_-0,60fuw = 0,75(0,707 X 10)(0,60)(490) = 1558,935 N/mm
= ¢·t·0,60fu = 0,75(15)(0,60)(370) = 2497,5 N/mm
= Lw/f/J·Rnw = 2(120)(1558,935) = 37,41 ton

Kuat rencana yang diberikan oleh las pasak berdiameter 35 mm:


1 2
T2 = ¢·R = 0,75X-·Jr·35 x0,60x490= 21,21 ton
n 4
f/J·Tn = T1 + T2 = 37,41 + 21,21 = 58,62 ton

Periksa kekuatan pelat:


¢·Tn = 0,90.1'-A
Jy g = 0,9(240)(15)(250) = 81 ton

f/J·Tn = 0,75!,-Ae = 0,75(370)(15)(250) = 104,1 ton


Kuat rencana las menentukan!!
¢·Tn = 58,62 ~ 1,2D + 1,6 L
~ 1,2(0,27) + 1,6(0,87)
~ 1,52T
T .$. 38,56 ton

• CONTOH 7.5:
Hitung beban kerja sambungan las sudut dan baji berikut ini. Bila diketahui perbandingan
beban mati dan hidup adalah 1 : 5 (D/L = 1/5). Pelat yang disambung dari baja BJ 37
dan mutu las f..w = 490 MPa.

Las sudut, a = 5 mm, Lw = 100 mm

Pelat 10 x 200

50 mm
146 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

JAWAB:
Kuat rencana las sudut:
C/>·R 11
w = C/>·te.(0,60fu) = 0,75(0,707 X 5 )(0,60)(490) = 779,4675 N/mm
T1 = Lw·C/J·Rnw = 2(100)(779,4675) = 15,58 ton
Kuat rencana las baji:
Aw = (50 - 10)·20 + 118·1t·20 2 = 957 mm 2
T2 = C/J·Rn = C/J-Aw·0,60fuw = 0,75(957)(0,60)(490) = 21,1 ton
C/J·Tn = T 1 + T2 = 15,58 + 21,1 = 36,68 ton

Periksa kekuatan pelat:


¢· T = 0,90.1'-A
IIj)' g
= 0,90(240)(10)(200) = 43,2 ton
C/J·Tn = 0,75fu-Ae = 0,75(370)(10)(200) = 55,5 ton
Sehingga ¢· 7', = 36,68 ton1
2. 1,2D + 1,6 L
2. 1,2D + 1,6(5D)
2. 9,2 D
Didapat D.::;_ 3,98 ton dan L .: ;_ 19,9 ton. Beban kerja T .: ;_ 3,98 + 19,9 (= 23,88 ton).

7.7 GESER EKSENTRIS- METODA ELASTIK


Analisa didasarkan pada prinsip mekanika bahan homogen, menggabungkan antara gese~
langsung dengan puntir. Tegangan pada penampang homogen:

f' = p (tegangan akibat geser langsung) 7.12


A

! "= -T ·r (tegangan ak"b .)


1 at momen punnr 7.13
IP
Dengan r adalah jarak dari titik berat ke titik tegangan
Ip adalah momen inersia polar

Untuk kasus dalam Gambar 7.8, komponen tegangan yang diakibatkan oleh geser lanf-
sung adalah:
j' = px f' = p)' 7.1~
X A )' A

d p

(a) Sambungan
(b) Penampang lintang efektif
Gambar 7.8 Sambungan Konsol dengan Geser Eksentris

r
j
0
7.7 GESER EKSENTRIS - METODA ELASTIK 147

Dan tegangan akibat puntiran:


T
!" = ____2_= (p ·e + P ·e
X J ,Y X
)·y 7.15.a
X I I
p p

T •X (pX ·e,Y +P,Y ·eX )·x


!" = 7.15.b
~' IP IP
Dengan:
IP =I~ + IY = L/xx + LA} +L/ :v + LA.x 2
1
2
7.16

Momen Inersia polar, I,p untuk las dalam Gambar 7.8.b adalah:

I = 2[Lw·te3]+2[L •t ·J-2]+2[te-Lz}]
P 12 w e 12

= t_e_[L
2+12·L -y- 2+L 3
6 to ·te z.u U'
] 7.17

Untuk keperluan praktis suku pertama dalam 7.17 diabaikan karena te cukup kecil,
, ton). sehingga persamaan 7.17 dapat dituliskan kern bali sebagai :

Ip = t_e__[12·L
6 w
-y- 2 + L lU
3
] 7.18

Lra gesc::
• CONTOH 7.6:
Hitung beban maksimum (N/mm) pada konfigurasi las berikut ini. Asumsikan ketebalan
7.12
pelat tak mempengaruhi. Jika diketahui pula beban terdiri dari beban mati 20% dan beban
hidup 80%, rencanakan ukuran las yang mencukupi (/,". = 490 MPa)
7.L~
y

P=6,5 ton r-3051


~~05l _l +
:ser lanE:-

7.1-t 200
_..___. .
1rc;___- -l-3o
--
t
-x

____ .,.p

~p JAWAB:
Hitung letak titik berat kelompok las, ambil statis momen terhadap las tegak:

x = 2x150x75 = 45 mm
(2x150) + 200
148 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

Panjang las, Lw =(2 X 150 ) + 200 = 500 mm

I = _!_·200 3 + (150·100 2 ·2) + 2·_!_·150 3 + (2-150·30 2 ) + 200-45 2


p 12 12
= 4904166,67 mm 3
Komponen Gaya pada las di titik A dan B akibat geser langsung:
4
Rv = _!__ = 65 "10 = 130 N/mm J..
Lw 500
Komponen gaya akibat torsi terhadap titik berat las:
4
R = T-y = 6,5-10 x305x100 404 ,25 N/mm
X ~ 4701666~67

T-x 6,5-10 4 x305x105


424,46 N/mm
IP 4701666,667
Resultan gaya, R:

R = ~421,66 2 +(442,74+130t = 686,18 N/mm

Gaya terfaktor, Pu:


Pu = 1,2D + 1,6L = 1,2(0,2 X 6,5) + 1,6(0,8 X 6,5) = 9,88 ton

Gaya terfaktor yang bekerja pada las, Ru:


Ru = R-(P/P) = 711,216 (9,88/6,5) = 1042,99 N/mm

Tahanan oleh las, f/J.Rnw:


f/J.Rnw = 0,75·te·0,60f'uw = 0,75 (0,707-a) 0,60 X 490 = 155,8935 a

Untuk mencari ukuran las, samakan f/J·Rnw dengan Ru:


155,8935.a = 1042,99 ~ a= 6,69 mm ::= 7 mm

7.8 GESER EKSENTRIS - METODA PLASTIS


Metoda ini jauh lebih rumit daripada metoda elastik, seperti halnya pada saat pembahasan
geser eksentris pada sambungan baut. Beban dianggap berputar terhadap pusat rotasi sesaat.
Dalam analisa plastis ini kelompok las dibagi-bagi menjadi segmen-segmen yang lebih
kecil. Dan tahanan Ri dari masing-masing segmen las ini proporsional terhadap jaraknya
ke pusat rotasi sesaat. Arah kerja Ri diasumsikan tegak lurus terhadap garis jarak titik berat
segmen las ke pusat rotasi sesaat.
Tahanan rencana dari segmen las per satuan panjang adalah:
"1 uw ·0 + 0,50-sin · 8)
15
ARnw
'f'
= ¢·te -0,60.1' 7.19
Dengan ¢ = 0,75
8 adalah sudut beban diukur dari sumbu memanjang arah las
Jika segmen las merupakan bagian dari suatu konfigurasi las yang terkena beban geser
eksentris, maka persamaan 7.19 dimodifikasi menjadi:

R,. = 0,60.1' ·t ·0 + 0,50·sin 1·59)


Juw e
[_5_ (1 9-0 9· ~i )]o,3
~ , , ~
7.20
m m

,---- t
J
7.8 GESER EKSENTRIS- METODA PLASTIS 149

Dengan:
Ri adalah tahanan nominal segmen las, N/mm
8 adalah sudur beban diukur dari sumbu memanjang las, derajat

adalah deformasi elemen ke - i = rt [ ~u ] .


mm

~m = 5,31.(8 + 2f0' 32.a , mm


~u = 27,61.(8 + 6fo,65.a ~ 4,318.a , mm
a adalah panjang kaki las sudut, mm

Langkah-langkah dalam menyelesaikan soal geser eksentris sambungan las (metoda


plastis) adalah sebagai berikur:
1. Bagilah konfigurasi las menjadi segmen-segmen yang lebih kecil
2. Tentukan letak pusat rotasi sesaat (coba-coba)
3. Asumsikan gaya Ri dan RJ dari tiap segmen las bekerja dalam arah tegak lurus ter-
hadap garis yang menghubungkan pusat rotasi sesaat dengan titik berat segmen
las
4. Hitung 8, dalam derajat
5. Hitung L1m, L1u dan kemudian cari harga L1Jr minimum
6. Hitung L1i
7. Hitung Ri dari persamaan 7.20
8. Dari persamaan kesetimbangan:

Pn (e + r0 ) = LRi.ri + LRj'rj 7.21

~ R.·r. ~ R.·r.
+£...
pn = £... 1 I J J 7.22
e+r0

L Fy = 0 Pn = L(R)y+ L(R)y 7.23


Pn = LR cos 8 .+ LR ·sin 8.J
1. 1 ;
7.24

h. as an
esaat.
lebih
1knya
be rat

7.19

geser

7.20 ro e
Gambar 7.9 Tahanan R dari Segmen Las Sudut
150 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

• CONTOH 7.7:
Kerjakan kembali contoh 7.6, dengan metoda plastis. Dengan ukuran las a = 6,935 mm.
hitunglah Pu yang boleh bekerja pada sambungan tersebut, bandingkan hasilnya dengan
metoda elastik.

JAWAB:
Las mendatar akan dibagi tiga segmen @ 50 mm, dan las tegak akan dibagi menjadi ,
segmen @50 mm. Perhitungan hanya dilakukan setengah bagian saja, mengingat konfi-
gurasi las yang simetris.

50 50 50

Perhitungan ditampilkan dalam tabel berikut, diperoleh Pu = 18,57 ton.


Dari hasil analisa elastik, dengan ukuran las yang sam a (= 6, 9 3 5 mm) diperoleh Pu = 6. ~
ton (± 35% analisa plastis) .

......
I
:J ,_.._. '1'1 ;:J
I ·1
.I
?'·

Segmen X y r; e ~ Ill ~
Ll
~)r; ~i ~/~ lll R; (R)y R;.r;

121.7231 100 157.5326 50.59564 10.36184 13.89325 0.088193 13.89325 1.340809 1889.17 1459.734 297605.9
2 71.7231 100 123.0618 35.64926 11.53185 16.95775 0.137799 10.85317 0.941148 1757.412 1024.258 216270.3
3 21.7231 100 102.3323 12.256 15.73482 28.98673 0.283261 9.024978 0.573567 1410.733 299.4705 144363.5
4 -3.2769 75 75.07155 87.49822 8.740985 10.02515 0.133541 6.620777 0.757441 2109.739 -92.0909 158381.4
5 -3.2769 25 25.21385 82.53247 8.90212 10.38714 0.411962 2.223682 0.249792 1657.889 -215.466 41801.77
mm 0.088193 setengah 2475.905 858422.8
total 4951.811 1716846

ro -41.7231 mm Dari persamaan 7.22 diperoleh:


e 305 mm
Pn = 1716846/(305 + 41,7231) = 4951,63 N/mm
a 6.935 mm ---.1
():)
f.J\\ 490 MPa Dari persamaan 7.24 diperoleh:
Lw 50 mm GJ
Pn = 4951,811 N/mm m
e 305 mm (/)
m
pll 18.57 ton ::u
Jadi, nilai r" sudah benar m
A
(/)
m
z
-I
:::0
05
I
s:
m
-I
0
0
)>
"U
r
~
05
...
...
(11

._.
152 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

7.9 BEBAN EKSENTRIS NORMAL PADA BIDANG LAS


Perhatikan sambungan konsol menggunakan las, yang dikenai beban eksentris normal.
dalam Gambar 7.10.

r-ex p
Jp
j
T
Lw
j_
v

v p Me M
,-w
n n ~
y=c
l

Gambar 7.10 Tegangan pada Las Vertikal Akibat Geser dan Lemur

• CONTOH 7.8:
Hi tung ukuran las yang diperlukan bagi sambungan pada Gam bar 7.10 tersebut, bila
diketahui beban kerja P = 4,5 ton terdiri dari 20% beban mati dan 80% beban hidup.
Eksentrisitas, e = 150 mm dan panjang las Lw = 250 mm. lfuw = 490 MPa)

JAWAB:
Behan kerja terfaktor, Pu:
Pu = 1,2·( 0,20 X 4,5 ) + 1,6·( 0,8 X 4,5 ) = 6,84 ton

Akibat geser langsung:


p p 6,84.10 4
136,8 N/mm
(R)v= A= 2X1XLw 2x1x250

Akibat momen P.e:


(R)t= M·c 6,84·10 4 ·150·125 492,48 N/mm
I 2·_!_ X 1 X 250 3
12
Gaya Resultan:
A..Rn = 1 2
+492,48 2 511,127 N/mm
'f' perlu \j 136,8

Tahanan las:
ARnw
'f'
= 'f'Ate ·0,60.1'
"1 uw = 0,75 x 0,707·a x 0,6 x 490 = 155,8935.a

511 127
' =3,278 mm::::: 4 mm
155,8935
_j

SOAL-SOAL LATIHAN 153

SQAL-SOAL LATIHAN
norma_ :: "1.1 Tentukan besarnya beban maksimum terfaktor, Tu, yang dapat bekerja pada sambungan
seperti dalam Gambar P.7.1. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37, sedangkan muru
las f'uw = 490 MPa, dengan ukuran 6 mm.

Pelat 100 mm x 12 mm

Gambar P.7.1

:: 7. 2 Jika sambungan dalam soal P. 7.1 harus memikul be ban mati sebesar 7 5 kN dan be ban
hidup sebesar 175 kN, tentukan panjang las yang diperlukan, gunakan mutu las f'u" =
490 MPa.

::7.3 Tentukan besarnya beban layan maksimum, T, yang dapat dipikul oleh sambungan pada
Gambar P.7.3. Kedua batang tersebut terbuat dari pelat berukuran 175 mm X 19 mm.
Las yang digunakan berukuran 10 mm ifuw = 490 MPa) dan mutu baja adalah BJ 37.
(LID= 4)

JUt, bib
1 hidup.

fR I t
T .. {
.T
Gambar P.7.3

:: 7.4 Hitunglah panjang las sudut L1 dan L2 pada sambungan yang direncanakan sekuat profil
L 50.50.5. Gunakan ukuran minimum las dengan mutu f'uw = 490 MPa dan mutu baja
BJ 37.

Gambar P.7.4
154 BAB 7 SAMBUNGAN LAS

P. 7.5 Hitunglah beban terfaktor maksimum yang diperbolehkan bekerja pada sambungan dengar.
menggunakan las pasak dan las sudut dalam Gambar P.7.5. Gunakan mutu baja BJ 3-
dan mutu las f'uw = 490 MPa. Diketahui pula bahwa ukuran las sudut 6 mm.

Pelat 200 x 10

50 mm Las pasak 0 20 mm

Gambar P.7.5

P.7.6 Hitunglah beban layan, T, yang dapat dipikul oleh batang tarik yang disambung denga:-.
menggunakan las sudut ukuran 6 mm ifuw = 490 MPa) seperti dalam Gambar P.7.6. MuL
baja yang digunakan adalah BJ 41. (LID= 4)

Pelat 150 x 12

Gambar P.7.6

P.7.7 Gunakan analisa elastis untuk menentukan beban maksimum pada las (dalam N/mm
untuk sambungan yang terdapat dalam Gambar P.7.7.

120kn

T
250
250
j_

l.-1so--.l.-1so-+l
Gambar P.7.7
J

SOAL-SOAL LATIHAN 155

:ngan P.7.8 Gunakan analisa elastis untuk menentukan beban maksimum pada las (dalam N/mm)
~J 3~ untuk sambungan yang terdapat dalam Gambar P.7.8.

120kn

250 T
250
j_
Pelat 250x9

1.-125-+1.-175-+1

Gambar P.7.8

:ngan P.7.9- P.7.10


\1un:
Kerjakan kembali soal P.7.7 dan P.7.8 dengan menggunakan metode plastis!

'mm
8
Torsi
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah :lllempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Mempelajari perilaku balok yang memikul heban momen torsi
• Menentukan besarnya regangan-tegangan yang rerjadi pada penampang profil
• Melakukan desain penampang berdasarkan momen torsi yang bekerja
Pokok-pokok Pembahasan Bab
1.1 Pendahuluan
1.2 Torsi Murni pada Penampang Homogen
1.3 Pusat Geser (Shear Center)
1.4 Tegangan Puntir pada Profil I
1. 5 Analogi Torsi dengan Lentur

8.1 PENDAHULUAN
Pengaruh torsi/puntir terkadang sangat berperan penting dalam disain struktur. Kasus to:--
sering dijumpai pada balok induk yang memiliki balok-balok anak dengan bentang ya:-.~
tak sama panjang. Profil yang paling efisien dalam memikul torsi adalah profil bunc_;_·
berongga (seperti cincin). Penampang ini lebih kuat memikul torsi daripada penampar.~
bentuk I, kanal, T, siku atau Z dengan luas yang sama.
Suatu batang pejal bulat bila dipuntir, maka tegangan geser pada penampang di ti"":-
titik akan bervariasi sesuai jaraknya dari pusat batang, dan penampang yang semula daL·
akan tetap datar serta hanya berputar terhadap sumbu batang.
Pada tahun 1853 muncul teori klasik torsi dari Saint-Venant, ia mengatakan bahw~
jika batang dengan penampang bukan lingkaran, bila dipuntir maka penampang yar.~
semula datar tidak akan menjadi datar lagi setelah dipuntir, penampang ini menjadi terpil>
(warping) keluar bidang.

8.2 TORSI MURNI PADA PENAMPANG HOMOGEN


Perhatikan momen torsi, T, yang bekerja pada batang pejal homogen. Asumsikan tak ac~
pemilinan keluar bidang.
Kelengkungan torsi, 9, diekspresikan sebagai:

e= d¢ 8.:
dz
Dan regangan geser, y, dari suatu elemen sejarak r dari pusat adalah:

r=rd¢ =r·8 8 ..:


dz
Dari hukum Hooke, tegangan geser akibat torsi:
't = y.G 8.5
8.2 TORSI MURNI PADA PENAMPANG HOMOGEN 157

Gambar 8.1 Torsi pada Barang Pejal

Torsi T adalah sedemikian sehingga:


dT = 1:-dA-r = y.G-dA-r = r-(d¢/dz).G-dA 8.4
Mengintegralkan persamaan 8.4 akan diperoleh:
T= fr2_d¢·G·d4= d¢·Gfr2·d4=G·Id¢ 8.5
A dz dz A dz
E
Dengan: G adalah Modulus Geser = - - -
2(1 + v)
] adalah konstanta torsi, atau momen inersia polar (untuk penampang lingkaran)

Tegangan geser, 1:, dari persamaan 8.2 dan 8.3 adalah:


d¢ T-r
1: = r·-·G=- 8.6
dz J
Dari persamaan 8.6 dapat disimpulkan bahwa tegangan geser akibat torsi sebanding
dengan jarak dari titik pusat torsi.

==enampang Lingkaran
Perhatikan penampang berbentuk lingkaran dengan jari-jari r1 dan r2 , di mana r1 < rx
r,

f = Jr 2-d4 = J2·7r·r 3 ·dr


= .!_·Jr·r 4[r2 ~ .!_·Jr·(r 4_r, 4)
2 1 2 2 1
158 BAB 8 TORSI

Jika r2 =r 1
+ t maka r/ =(r 1
+ t )2 =r 1
2
+ 2 r/ + 2
Maka] = Jr~t ·(2·1j +tX2·1j + 2·1j ·t+ t
2 2
)

Untuk r1 = 0, maka:
4
J = Jr·t ·t3 = Jr·t = ~·(2·tt = J_·Jr·d4
2 2 32 32
T·(d /2) 16·T
1
maks = 1 4 Jr·d4
~.Jr.d
32
Untuk t ----7 0, maka:

t t J-::::;2Jr·t--
3
]= -Jr·t
· l j · ( 2+-
t J•lj. 2+2-+2
2 ( (2·1j )
2

2 'i 'i 'i 8

J= !.Jr·t·d 3
4

r{f+t) 2·T
't maks = 1 3 Jr·t·d
2
-·Jr·t·d
4

Penampang Persegi
Perhatikan penampang persegi yang mengalami geser akibat torsi, pada Gambar 8.2.
Regangan geser = y
regangan geser =

r ;:: 2 dl/J ·(!__) = t dl/J


dz 2 dz

r--+---
L.'--------+---+-~
_ti_2-L---- ..,-;;.--------+---.,. : : { ~)

t/2

Gambar 8.2 Torsi pada Penampang Persegi

Regangan geser, y adalah:

y=2·1{~)=t·1 8.-

Berdasarkan hukum Hooke, tegangan geser, 't, diekspresikan sebagai:

r=y·G=t·G·d¢ = T·t
dz J
8.3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER) 159

Dari teori elastisitas, 'tmaks terjadi di tengah dari sisi panjang penampang persegi
dan bekerja sejajar sisi panjang tersebut. Besarnya merupakan fungsi dari rasio bit dan
dirumuskan sebagai:
_k1·T
rmaks - - - 2 8.9
b·t
Dan konstanta torsi penampang persegi adalah:
8.10

Besarnya k1 dan k2 tergantung dari rasio bit, dan ditampilkan dalam Tabel 8.1.

TABEL 8.1 HARGA K1 DAN K 2 UNTUK PERSAMAAN 8.9 DAN 8.10

bit 1,0 1,2 1,5 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0


kl 4,81 4,57 4,33 3,88 3,88 3,75 3,55 3,44 3,0
k2 0,141 0,166 0,196 0,229 0,249 0,263 0,281 0,291 0,333

:;)rofil I, Kanal, T dan Siku


Dari Tabel 8.1 tampak untuk bit yang besar maka harga k1 dan k2 akan cenderung kon-
stan. Untuk penampang-penampang berbentuk I, kanal, T dan siku, maka perhitungan
konstanta torsinya diambil dari penjumlahan konstanta torsi masing-masing komponennya
yang berbentuk persegi, sehingga dalam hal ini:
~1 3
]= .L..J-·b·t 8.11
3

3..3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER)


Perhatikan elemen pada Gambar 8.3 berikut ini.

ds

r + dr·ds
as
X --.-----tt--
Vx.,_.a..__;;._.
z

d<J
<J +-z·dz
z az
8.-
y

y
(a) (b)
8.~
Gambar 8.3 Tegangan pada Penampang Tipis Terbuka Akibar Lemur
160 BAB 8 TORSI

Kesetimbangan gaya dalam arah z adalah:

d('l'f) c/s.dz + t• dCJZ dz.ds = 0 8.12


ds dz
atau
d( rt) daz 8.13
--=-t·--
ds dz
Dari persamaan 5.46:

M ·I -M ·I
= __X__:_J_ _J:___X)'_:_ + M J ·IX -MX ·IX)'
(Jz
2 ·J ·X
I X ·IJ -IX)' I X ·IJ -IX)' 2

v ·I -v ·I
---=--J---=--J_X_X)'_:_,J+
vX .Ix -vJ .IX)'
Maka: •X 8.14
I xy
·I -Ixy 2 I xy
·I -Ixy 2

V ·I -V ·I 5 V ·I -V ·I s
J J X X)'ftds
Dan rt= 2 · y - X X J 2·x X)'ftds 8.15
I X ·IJ -IX)' o I X ·IJ -IX)' o

Dari Gambar 8.3.b, maka momen terhadap titik 0 (CG) adalah:

~·xo-V:·yo= [(rt)r·ds=[rx rt; ds


n n ( dr) 8.16

Karena: i =xi+ yj maka di = dxi + dyj


r x dr = (x·dy - y-dx) k
n

Sehingga ~·Xo - V::Yo = Jr~x·c{y- y·dx-)


0

Mengingat persamaan 8.15, maka:

n
Jr~x·c{y-y·cix-)=
R- V ·I -Vx·Ixy .Jyt·ds- Vx·Ix -V ·Ixy ·Jxt·dsJ·(x·c{y-y·dx-)
Y Y
S
Y
S
2 2
0 0 Ix.Jy-Ixy 0 Ix.Iy-Ixy 0

Dari persamaan 8.17 dan 8.18, maka diperoleh:

x =I -1 n[ S
J I ·Jyt·ds-I ·Jxt·ds x·c{y- y·dx-)
S }
8.19.a
o ·I -I 2 y xy
X J X)' 0 0 0

Yo -
Ix.Jy-Ixy 0
1
0 0
1
2 f[I xy yt·ds- Ix xt·ds}x·c{y- y·dx-) 1 8.19.b

Titik (x,;y) merupakan pusat geser penampang.

0
8.3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER) 161

• CONTOH 8.1:
Tentukan koordinat pusat geser bagi penampang berikut ini:
12
x0 = q + ab
b·tf
a =-----==---
1.3 2·b·tf + d ·tw

2a-1= -d.tw
2·b·tf + d ·tw

~----
1-l

1'
1:;
r-q----1
16

0 < s < b
5 5ld d
Iyt·ds =I 2·tf·ds1 = 2·tf·s1
0 0

-7 X1 = - (1 - U)·b )
-7 X
1
= ab s 1 = x + (1 - a)b

5 d 5 d
.18 Iyt·ds=-·tf·(x+(l-a)b) untuk x = abIyt·ds=-·tf·b
0 2 0 2
n5 ab d d
I Iyt·ds(x·cry- y·dx) = I -·tf·(x+ (1-a)b)·- -.dx
00 -(1-a)b 2 2
d2 ·tf ab
9.d = - -- . I (x+(l-a)b)dx
4 -(1-alb

= - d2 ·tf ·[!_·x2 + (1- a).b..J ab ]


4 2 "'~(1-a)b
J.b
2
d ·tf [ 1 2b2+(1-a)b 2.a--.(1-a)
=---.-a 1 2·b2+(1-a)2·b2]
4 2 2
2
d ·tf [ 1 2] 1 2
-- --4-. 2'b =-g-d ·tf·b 2
162 BAB 8 TORSI

5
J d 5Z( dJ
yt·ds =-·if ·b + J - s2 +- ·tw·ds2
0 2 0 2
~ y = dl2 )
~ y =- dl2 y =- s2 + dl2 s2 =- y + dl2

= {.if ·b-
2
!.tuJ.(-
2
y + !!___J + !.d ·tw(- y + !!___J
2 2 2
5 d
Untuk y =- dl2 Jyt·ds = -·tf·b
0 2
2

]Jyt.ds( x.dy- y.dx) = -r[:!_.tf.b- _!_.tw.(- y+:!_) + _!_.d.tw(- y+ :!_)l·ab.dy


00 d/2 2 2 2 2 2

-dlld
d/22
1 (y -d·y+-
J -·tf·b--·tw
2
d2J +-·d·tw -y+-dJ].ab·dy
4 2 2
2 1 (

= [(!!_·tf·b·
2
J-d12]-_!_·tw·(.!·/-
.YI d I 2
2 3
.!.d.yz + dz ..J-d 12]+ Ld·tw(-.!i+i_..J-d 12J}b
2 4 .YI d I 2 2 2 2 .YI d I 2

= [ %·if·b·(-d)-1·nv{- d:]+1·d·~- d:J}b


1
= [ - 2·tf·b·d 2- 121 ·tw·d3}b
1
= -ab[ -tw·d 3+ -·tf·b·d
1 2] =-a·b·l
12 2 X

b + d < s < 2b + d
5 d 53 d
Jyt·ds = -·tf·b+ --·tf·ds3
0 2
f
0 2
d d
= 2·tf·b-2·tf·s3

= !!_·tf·b-!!_·tf·(-x+ab)
2 2
n5 -(1-a)b[d d ] d
JJyt·ds(x·dy-y·dx)= J -·tf·b--·tf·(-x+ab) .-.dx
00 ab 2 2 2
= [dz ·tf·b..J-(1-a)b]-[dz ·tf·(-_!_·xz+a·b·J-(1-a)bJ]
4 ~~ ab 4 2 i ab
8.3 PUSAT GESER (SHEAR CENTER) 163

12 .tf.b+-.d
= --.d 12 .tf.b = --.d
12 .tf.b 2
4 8 8

Mencari yo:

Yo= -1 J"[ IxyJyt.ds-IxJxt.ds


s s ] (x.dy-y.dx)
2
Jx.Jy-Jxy 0 0 0

nS
1
I = 0, maka: Yo = -JJxt.ds(x.dy-y.dx)
·'Y IyOO
0 < s < b
S SJ

Jxt.ds = f(s -(1-a)b).tf.ds


1 1
0 0

= [±.s1 ~(I ~a)b.s1 J.t{


2

= if{±-(x+(l~a)b )' ~(!~a).(x+(l~a)b).b]


s b2 tf
Unruk x = a.b Jxt.ds = -·-.(2a-1)
0 2

nS ab [ 1 ] d
JJxt.ds(x.dy-y.dx) = J tf. 2'(x+(1-a)bt -(1-a).(x+(l-a)b).b .-2.dx
oo -(J-a)b

=- d.tf.[(_!_.(x+(l-a)btl ab J-(_!_.(1-a).(x+(l-a)bt.bl ab JJ
2 6 -(1-a)b 2 -(1-a)b

= - d.tf ·[_!_.b3- _!_.b3 + _!_.a.b3]


2 6 2 2

= ~ d[.[ ~t.b'+±.a.b'] = ~ d.~.b'.[ ~t+ ~]

= _ d.tf.b 3 [-2(2.b.tf+d.tw)+3.b.tf]
2 . 6( 2.b.tf + d.tw)
3
= d.tf.b ·[b.tf+2.d.tw]
12 2.b.tf+d.tw

b<s<b+d
s - b2 .tf 52
Jx.t.ds --.(2a-1)+ Jx.tw.ds 2
0 2 0
164 BAB 8 TORSI

- b2 .if
- -.(2a-1)+a.b.tw.s 2
2

= -b .if
2

-.(2a-1)+a.b.tw. ( -y+l
2
dJ
s b2 .if
Untuk y =- d/2 Jxt.ds = -.(2a-1)+a.b.tw.d
0 2

n S
JJxt.ds(x.dy-y.dx) = J [b-.(2a-1)+a.b.tw.
-dl
2
.if
2
( -y+- .ab.dy dJJ
00 d/2 2 2

~-d/2] + [ a
3
a.b-.if
= - . (2a-1 ).y 2 d Jl-d/2]
1 2 +-.y
.b 2 .tw. ( --.y
[ 2 d/2 2 2 d/2
3 2
= -a,.b-if. (2a-1.
) (- d) +a 2 .b2 .tw.( - d )
2 2

-
2
__ a.b .d
2
[b if( 2.b.if+d.tw
. .
-d.tw J+ b.if.d.tw ]
2.b.if+d.tw
2
= _ a.b .d.[-b.if.d.tw+b.if.d.tw] = 0
2 2.b.if+ d.tw

b + d < s < 2b + d
s b2 .if 53
Jxt.ds = -.(2a-1)+a.b.tw.d+ Jx.if.ds 3
0 2 0

2
-- -
b .if
. (2a-1 ) +a.b.tw.d --.if.s
1 2
+a.b.if.s 3
3
2 2
2
= b ·if.(2a -1)+a.b.tw.d _.!..if.( -x+ab) 2+a.b.if.( -x +ab)
2 2
nS

= JJxt.ds(x.dy- y.dx) =
00

-(1-a)b[ b2 .if 1 2 ]d
J -.(2a-1)+a.b.tw.d --.if.(-x+ab) +a.b.if.(-x+ab) .-.dx
ab 2 2 2
2
=2 .if. (2a -1 ).x ~-(1-
d .[( -b - aba)b) + ( a.b.tw.d.x ~-(1-
aba)b)] +
2

f.[(~.if.(-x +ab)'l-(1~ba)b )-( ±.a.b.tf.(-x +ab)'l-(l~ba)b)]


2
d [-
= -. b .if
. (2a-1 )(-b)+a.b.tw.d(-b)+-.if.b
1 1
--.a.b.if.b 3 2]
2 2 6 2

a
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 165

2
= - d.b .[ b.tf (2a -1) + a.tw.d- I..b.tf + I..a.b.tf]
2 2 6 2
2 2
d.b [ -b.tf.d.tw b.tf.d.tw 1 b.tf(2b.tf+d.tw) (b.tf) ]
= --2-. 2(2b.tf+d.tw) + 2b.tf+d.tw 6' 2.b.tf+d.tw + 2(2.b.tf+d.tw)
2 2
d.b [ 2.b.tf.d.tw (b.tj) ]
= --2-. 6(2.b.tf+d.tw) + 6(2.b.tf+d.tw)
d.b2 b.tf
.-------='-------.
(2. d .tw + b.tf)
2 6(2.b.tf+d.tw)
3
= _ d.b .tf.[b.tf+2.d.tw]
12 2.b.tf+d.tw
Sehingga:
3 3
Yo= _!_[d.b .tf.(b.tf+2.d.tw)+o- d.b .tf.(b.tf+2.d.tw)]
IY 12 2.b.tf+d.tw 12 2.b.tf+d.tw
Yo= 0
Dan koordinat pusat geser adalah:

SC( x" y 0 ) = ((if~b;~)' }oJ +ab

3.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I


Pembebanan pada bidang yang tak melalui pusat geser akan mengakibatkan batang ter-
pumir jika tak ditahan oleh pengekang luar. Tegangan pumir akibat torsi terdiri dari
tegangan lemur dan geser. Tegangan ini harus digabungkan dengan tegangan lemur dan
geser yang bukan disebabkan oleh torsi.
Torsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni torsi murni (pure torsion/ Saint-Venants
Torsion) dan torsi terpilin (warping torsion). Torsi murni mengasumsikan bahwa penampang
melimang yang datar akan tetap datar setelah mengalami torsi dan hanya terjadi rotasi
saja. Penampang bulat adalah satu-satunya keadaan torsi murni. Torsi terpilin timbul bila
flens berpindah secara lateral selama terjadi torsi.

~......,.~,-~ Pusat
geser
(SC)

T = Pe T = P(x+q)

(a) (b) (c)

Gambar 8.4 Penampang dengan Behan Torsi


166 BAB 8 TORSI

Torsi Murni (Saint-Venant's Torsion)


Seperti halnya kelengkungan lentur (perubahan kemiringan per satuan panjang) dapat
diekspresikan sebagai MIEI = d2yldz?, yakni momen dibagi kekakuan lentur sama dengan
kelengkungan, maka dalam torsi murni momen M dibagi kekakuan torsi G] sama dengan
kelengkungan torsi (perubahan sudut puntir ¢ per satuan panjang).
M = G,d¢ 8.20
' 'J dz
Dengan: M, adalah momen torsi murni (Saint- Venants Torsion)
G adalah modulus geser
J adalah konstanta torsi
Menurut persamaan 8.6 tegangan akibat ~ sebanding dengan jarak ke pusat torsi.

Torsi Terpilin (warping)


Sebuah balok yang memikul torsi Mz, maka bagian flens tekan akan melengkung ke s.L.=._·
satu sisi lateral, sedang flens tarik melengkung ke sisi lateral lainnya. Penampang pa-:.~
Gambar 8.5 memperlihatkan balok yang puntirannya ditahan di ujung-ujung, namun fle:-.
bagian atas berdeformasi ke samping (arah lateral) sebesar u Lenturan ini menimbulka:-
1
tegangan normal lentur (tarik dan tekan) serta tegangan geser sepanjang flens.
Secara umum torsi pada balok dianggap sebagai gabungan antara torsi murni d.::.:-
torsi terpilin.

Gambar 8.5 Torsi pada Profil I

Persamaan Diferensial untuk Torsi pada Profil I


Dari Gambar 8.5, untuk sudut ¢yang kecil akan diperoleh:
h
uf = ¢.2 8.2:

Bila u didiferensialkan 3 kali ke-z, maka:


1
d 3 u1 h d 3 1/J
8.2.:
dz 3 - idz 3
Dari hubungan momen dan kelengkungan:

dzuf =- Mf
8 ..>
dz 2 E.I1

a
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 167

Dengan M adalah mom en lemur pada satu flens. 1 adalah momen Inersia satu flens
1 1
1pa: terhadap sumbu-y dari balok. Karena V = dM/dz, maka:
gar. d3uf vi
-- = --- 8.24
.gar. dz 3 E./1

Dan menyamakan persamaan 8.22 dengan 8.24 akan diperoleh bentuk:


L20
h d 3¢
v1 = -E.Ir-.- 8.25
2 dz 3
Dalam Gambar 8.5, komponen momen torsi Mw, yang menyebabkan lenturan lateral
dari flens, sama dengan gaya geser flens dikalikan h, sehingga:
h2 d3¢ d3¢
M = V1 .h = -E./1 . - . -
3 = -E.C . -
3 8.26
w 2 dz w dz
Dengan Cw = Irfl/2, disebut sebagai konstanta torsi terpilin (torsi warping).
alar.
JadG. Momen torsi total yang bekerja pada balok adalah jumlah dari ~ dan M,v' yakni:
A.en' 3

lkar. M =M +M = G.jd¢ -E.C d ¢ 8.27


z s w dz w dz3

dar: Jika persamaan 8.27 dibagi dengan - E. Cw:


3
d ¢ _ G.] d¢ _ Mz
8.28
dz 3 E.Cw. dz E.Cu,

Dengan mensubstitusikan /../ G.]!E.(,, akan didapatkan suatu PD Linear Tak


Homogen:
3
d l/J 2 d¢ Mz
- -A -=- - 8.29
dz3 . dz E.Cw
Solusi PD ini adalah:
¢ = ¢h + ¢p = ( AI.tfz + A2.e-1-z + A3) + ( f/z)) 8.30.a
Atau ¢ = A.sinh Az + B cosh Az + C + f(z) 8.30.b

Dengan /\,1 = Jft.j


--
E.Cw

• CONTOH 8.2:
Turunkan persamaan bagi sudut puntir ¢, hitung pula turunan pertama, kedua dan
ketiganya, untuk balok dengan momen torsi T pada tengah bentang. Balok tertumpu
sederhana.
8.21

8.22
lfJ=O T l/J=O

~I IIII IIIIIIII
8.23 \~
Mz Ms
= + Mw = T/2
IIIIIIIIIIII~Mz= T/2
168 BAB 8 TORSI

Tt

JAWAB:
Momen Mz adalah konstan yaitu T/2, misalkan
¢P C1 + Cxz
=

Substitusikan ¢p ke dalam persamaan 8.28:


-A..z.cz = __1_.T ~ Cz = _!____
E.Cw 2 2.G.j
Sehingga solusi umum PD adalah:
T
¢ =A sinh Az + B cosh Az + C + - - . z
2.G.]
Konstanta A, B, dan C diperoleh dari Boundary Condition berikut ini:
¢(z = O) = 0 dan ¢(z = L) = 0
dan

Dalam kasus ini, PD tak kontinu di L/2, sehingga pada L/2 kemiringan sama deng..:._-
nol, atau ¢ '<z = L/ 2) = 0.

Dari ¢(z = O) = 0:
O=B+C

Dan dari ¢'~z = O) = 0


2
¢" = A.A .sinh Az + B.A2 .cosh Az
0 = B
Sehingga didapatkan pula C = 0
Dari ¢ '(z = L/2) = 0:
T
0 = A.A...coshA..L/2 + - -
2.G.j

A- T [ 1 ]
2.G.j.A.. coshA..L/2

Sehingga solusi khusus PD adalah:

¢__
2.G.]A..
T_[Az- sinhk ]
coshA..L/2
Diperoleh pula:

¢' _ _!__[
2.G.j
1- coshk ]
coshA..L/2
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 169

¢'' _ __!}:___[ -sinhA.z ]


2.G.] coshA-L/2
2
¢'" _ TA- [- coshA.z]
2.G.] coshA-L/2

-~angan Torsi
Tegangan geser akibat torsi Saint ~nant adalah:

rs = Ms.T = G.t.d¢ 8.31


J dz
Tegangan geser akibat torsi warping.
vt.Qt
r =--- 8.32
s If.tf

Besarnya C4 diambil sebagai berikut:


b.tf ( b J 1 2
Q! = A.x- = -2-. 4 = B.b .tf 8.33

Dan Vj dari persamaan 8.25:


h d 3¢
VI = -E./!.2' dz3

Sehingga dengan mengambil harga mudaknya:

ens:.=._- b 2 .h d 3 ¢
rw = E.--.--3 8.34
16 dz

Gambar 8.6 Perhitungan Statis Momen ~·

Tegangan tarik dan tekan akibat lemur lateral dari £lens adalah:
M .x
(Jbw = - 1- 8.35
1f
Tegangan ini bervariasi secara linear sepanjang sayap, dan mencapai maksimal pada x =
b/2. Nilai M1 diperoleh dari substitusi persamaan 8.21 ke 8.23, yaitu:
2 2
M
f
= E.!
f
·(!!_J· ddz2¢ = E.Cw. d ¢
h dz2 8.36
2
170 BAB 8 TORSI

Dan pada x = b/2:

d ~ ·(-b
2
(Jbw = E.Jf.(!!_)·
2 dz 2.!
J
1
E.b.h d 2 ¢
(J =---- 8.38
bw 4 . dz2
Secara ringkas, 3 macam tegangan yang timbul pada profil I akibat torsi adalah:
a. tegangan geser 't pada web dan flens (Torsi Saint Venant, M)
5

b. tegangan geser 'tw pada flens akibat lentur lateral (torsi warping, M)
c. tegangan normal (tarik dan tekan) (J bw akibat lentur lateral flens (M )
1

• CONTOH 8.3:
Sebuah balok WF 500.200.10.16 tertumpu sederhana menerima beban terpusat di tengah
bentang (P = 10 ton) dengan eksentrisitas 5 em. Hitunglah kombinasi tegangan yan§:
timbul akibat lemur dan torsi.

«-------------- -~
--------------
P = 10 ton
P = 10 ton

Data profil : ~200-------i


Ix = 47800 cm 4
Sx = 1910 cm 3

T = 10 x 0,05 = 0,5 ton m = 5.106 Nmm


E = 2 .E ·(1 + V) = 2 6 untuk V = 0,3
G E '

j = L±·b.t 3 3
= ±·[2.(200).16 +(500-16).10
3
] =702133,33 mm 4

I hz 500 16 z
C = _f_·_ = __!_.200 3 .16.( - ) = 1,24936.10 12 mm6
w 2 12 2

A=~ G.] = 702133,33 = 4 ,649 _10-4/mm


E.Cw 2,6X1,24936.10 12

a. Torsi Murni (Saint Venant's Torsion)

d¢ T [ coshA.z ]
rs = G.t. dz = G.t. 2.G.j 1 coshA.L/2
8.4 TEGANGAN PUNTIR PADA PROFIL I 171

_ T.t [ coshA.z ]
rs - 2.]. 1 coshAL/2
6
r = 5.10 .t ·[ 1- coshA.z] = 356 1.t.[1- coshA.z]
s 2x702133,33 3,288 3,288

Tegangan geser maksimum pada z = 0, dan nol pada z = L/2

't = 3,561 X16.[1- coshO] = 39,65 MPa


s ( flens pada z = 0 ) 3,288

't < b d )
coshO]
= 3,561x10. 1 - - - = 24,78 MPa
s we pa a z = 0 [ 3,288

b. Torsi Warping
Tegangan geser
b2 .h d 3 ¢
r =E.----
w 3 16 dz
2 2
_ E b .h T.A [ -coshA.z]
rw- · 16 ·2.G.j. coshAL/2
2 6 4 2
r = 2,6 x200 .(500-16) x 5.10 x (4,649.10- ) ·[ -coshA.z]
w 32X702133,33 3,288

r = 2,42 1.[ -coshA.z]


w 3,288
Tegangan geser ini bekerja pada tengah tebal flens dan nilai maksimum terjadi
pada z = L/2, sedangkan minimum pada z = 0.
'tw ( flens, z = L/2) = 2,421 MPa
1
't w < Rens,. z = 0
l = 2,421. -, - = 0,736 MPa
3 288

Tegangan normal
E.b.h d 2 ¢
a =-- --
bw 4 . dz2

E.b.h T.A [ -sinhA.z ]


abw = -4-.2.G.j coshAL/2

_ T.A-.b.h E [ -sinhA.z ]
abw- .• - - -
8.} G coshAL/2
6 4
= 5.10 x4,649.10- x200.(500-16) [ -sinhA.z]
abw 26
• , • ---
8x702133,33 coshAL/2
Tegangan ini mencapai maksimum di z = L/2 dan nol di z = 0.
3,131
(Jbw( flens, z =LIZ)= 104,15.-- = 99,18 MPa
3,288
172 BAB 8 TORSI

c. Lentur Biasa
Tegangan normal
P.L 10 5.8000
ab = -- = = 104,712 MPa
4.Sx 4x1910.10 3

Tegangan geser akibat lentur, konstan dari z = 0 sampai z = L/2


4
V.Q 5.10 .Q
r - - - - ---~-
- I.t - 47800.10 4.t

Tegangan geser maksimum di flens:

Q = ( 2002-16) x 16 x( 5004-16) = 367840 mml

4
_ 5.10 .367840 _ MP
"t (Aens,z=Odanz=L/2) - - 2' 4 a
478 00. 104X 16

Tegangan geser maksimum di web:


500 16 32 00 32
Q = [200X16{ - )]+[e00; )x10e :
2
)] = 1048180 mm
5.10 4.1048180
"t
( web, z = 0 dan z = L/2 )
=------
4 7 8OO•1O4 X 1O
10,96 MPa

Rangkuman:

Jenis Tegangan Tumpuan Lapangan


(z = 0) (z = L/2)

Tegangan normal
- Lemur vertikal, O"b 0 104,712
- Lemur torsi, O"bw 0 99,18
203,892
Tegangan Geser, Web
- Saint Venant, 't, 24,78 0
- Lemur vertikal, 't 10,96 10,96
35,74
Tegangan Geser, Flens
- Saint Venant, 't, 39,65 0
- Torsi Warping, 'tw 0,736 2,421
- Lemur vertikal, 't 2,4 2,4
42,786

8.5 ANALOGI TORSI DENGAN LENTUR


Penyelesaian masalah torsi dengan menggunakan persamaan diferensial, memakan wak: _
yang cukup banyak, dan cukup digunakan dalam analisa saja. Untuk keperluan prak:_
disain, digunakan analogi antara torsi dan lentur biasa. Misalkan beban torsi T dale.~
Gambar 8.7 dikonversikan menjadi momen kopel PH kali h, maka gaya PH dapat diangg.=.:-
sebagai beban lateral yang bekerja pada flens balok.
8.5 ANALOGI TORSI DENGAN LENTUR 173

Sistem struktur pengganti mempunyai gaya geser konstan sepanjang setengah bentang
balok, padahal distribusi gaya geser yang menimbulkan lenturan lateral hanyalah akibat
warping/pemilinan saja. Sehingga struktur pengganti ini akan menimbulkan gaya lateral
yang lebih besar dan akibatnya momen lentur M yang menimbulkan tegangan normal
1
juga lebih besar dari keadaan sebenarnya.

T/2 T

~-----{----{#
---- -----

L/2 L/2
L/2 L/2

Gambar 8.7 Analogi Torsi dan Lemur

• CONTOH 8.4:
Hi tung tegangan pada profil WF 500.200.10.16 (soal 8.3) dengan memakai analogi
lentur.

m _ PH= 5.106/484 = 10330,58 N

r=
~
4000

.:=
,.
== = = == == == =--=--=--=
~
v, v,

JAWAB:
10330,58
M1 = ~L/2 = .4000 = 20661160 Nmm (untuk satu flens)
2
2.Mf 2X20661160
ab = - - = =1931 MPa
w sy 214.10 3 '

Tegangan geser akibat torsi, dengan Mz = T/2 = 2,5.10 6 Nmm


106 16
r = Mz.t = 25 ' x = 56 97 MPa (flens)
s J 702133,33 '
174 BAB 8 TORSI

6
Mz .t 2,5.10 X 10
r, = J = 702133,33 = 35,6 MPa (web)

Tegangan geser pada flens akibat lemur lateral:


r = V1 .Q1 = (10330,58/2)x80000 = , MPa
2 42
w
1t.tf _!_.200 3.16x16
12
200 200
=
Dengan Q1
4 = 80000 mm
3
.16.
2
Rangkuman:

Jenis Tegangan Analogi Lemur Pers. Diferensial


Teg. Normal: (Jb + (Jbw 104,712 + 193,1 = 297,812 MPa 203,892 MPa
Teg. Geser Web: 't + 't, 10,96 + 35,6 = 46,56 MPa 35,74 MPa
Teg. Geser Flens: 't + 't, + 'tw 2,4 + 56,97 + 2,42 = 61,79 MPa 42,786 MPa

Tampak hasil hitungan dengan memakai metoda analogi lentur memberikan h.:_;
yang lebih besar, untuk itu dilakukan suatu modifikasi sebagai berikut:
Dari persamaan 8.25, umuk kasus pada comoh 8.2, maka V[ dapat dituliskan daL-
bentuk:
V _I_(
1 - 2.h · coshAL/2
coshA.z J 8 .;:

Dengan Tlh merupakan beban lateral, dan T/2h adalah gaya geser akibat lentur lateri
Momen lemur lateral dapat diekspresikan sebagai :

Mf = [J.I_.(~J
2.h 2
8.-t:

coshA.z
Dengan f3 = - - -
coshAL/2
Persamaan 8.40 dapat dimodifikasi lagi menjadi bemuk:

Mf"h = j3x( T~L J 8 ..:t~

Di mana TL/4 mirip dengan momen lemur biasa untuk be ban terpusat pada balok tc ~­
tumpu sederhana. Harga f3 untuk berbagai tipe pembebanan dapat dibaca dalam lampir.:._-
1 yang terdapat pada akhir buku ini .

• CONTOH 8.5:
Hitung kembali tegangan akibat torsi dari contoh 8.4 dengan menggunakan metoc
analogi lemur yang dimodifikasi.
M = 20661160 Nmm
1
AL = 4,649.10-4 X 8000 = 3,72
Dari tabel dengan a = 0,5 dan AL = 3,72 diperoleh f3 = 0,5136
M
1
= 0,5136 x 20661160 = 10611571,78 Nmm
_ 2.M1 _ 2x10611571,78 _ MP
CJb ---- - 99 ,17 a
w sy 214.10 3
8.5 ANALOGI TORSI DENGAN LENTUR 175

Bandingkan dengan hasil dari Persamaan Diferensial yang memberikan (J bw 99,18


MPa

Untuk keperluan disain, maka dengan menggunakan persamaan lentur biaksial dan
mengkonversikan momen torsi menjadi sepasang momen lemur lateral yang bekerja pada
masing-masing fl.ens, harus dipenuhi persamaan berikut:
M ux + M"Y :::; ril .f 8.43
5 5 'f'b y
X J

Dengan: M ux adalah momen lentur vertikal


M uy adalah momen lentur lateral (akibat torsi)
5:1 5y adalah tahanan momen terhadap sumbu X dan J
<Pb adalah faktor reduksi = 0,90
J; adalah kuat leleh material

• CONTOH 8.6:
Rencanakan profil bagi balok berikut ini yang memikul beban mati D = 5 kN I m dan
beban hidup L = 10 kN/m. Behan bekerja dengan eksentrisitas 8 em dari sumbu profil.
Panjang balok L = 8 m dan balok tertumpu sederhana di kedua ujungnya. BJ37.

D = 5 kN/m; L = 10 kN/m
:··••fl!!lllllllll~

,.
··~
I. L _J
'1.~
. e= 8 em

~200--t

JAWAB:
Misalkan digunakan profil WF 500.200.10.16 (berat sendiri = 0,897 kN/m)
qu = 1,2(5) + 1,6(10) = 22 kN/m
M
ux
= _!_.q.L
8
= _!_,(22
2

8
+ 1,2(0,897)).8 2 = 184,6112 kN.m

Mom en torsi terbagi rata, m" adalah:


mu = 22 X 0,08 = 1,76 m. kN/m
Dari analogi lentur, momen lentur lateral M yang bekerja pada satu fl.ens adalah:
1
1m 2 1 1,76 2
M = -.-~~.L = - x - - x 8 = 29,1 kNm
f 8 h 8 0,484
176 BAB 8 TORSI

Dengan memakai modifikasi analogi lemur, umuk a = 0,5 dan 'AL = 3,72; maka d.o.-
tabel diperoleh {3 = 0,4092, sehingga momen lemur lateral menjadi:
M = 0,4092 X 29,1 = 11,91 kNm
1
Dari persamaan 8.43:
M M
sux+ suy<S,(h·!y
X V

6 6
184,6112·10 + 2xl1,91·10 5:0, x
90 240
1910·103 214·10 3
207,965 MPa 5: 216 MPa Of\

SOAL-SOAL LATIHAN

P.8.1 - P.8.3
Hitunglah nilai-nilai maksimum dari tegangan normal (o), tegangan geser web/badc.:-
('tweb) dan tegangan geser flens/sayap ('t 11eJ dari balok dalam Gambar P.8.1 - P.8.3 berikc
ini!
p
e

IU2--U21
« = =-=--=--= ·=--=-=-==-== =- =--=-'==rt
Gambar P.8.1 - P.8.3

Soal Profil P (kN) L (m) e (mm)


P.8.1 WF 600.200.11.17 50 10 100
P.8.2 WF 350.350.12.19 40 8 150
P.8.3 WF 250.250.9.14 20 6 10

P.8.4 - P.8.6
Kerjakan kembali soal P.8.1 - P.8.3 dengan menggunakan metode analogi lemur modifi-
kasi!

P.8.7 Periksalah apakah profil WF 400.200.8.13 cukup umuk digunakan dalam komponer.
struktur dalam Gambar P.8.7. Gunakan cara analogi lemur modifikasi, dengan meng-
anggap mutu baja adalah BJ 37!
SOAL-SOAL LATIHAN 177

maL._
Pu = 120 kN

!
IU2--U2'

: l.J
« = =-=--=--= ·=--=-=-==--=--= =- =--=-~
Sebuah balok dengan bentang 12 m tertumpu sederhana, memikul sebuah beban terpusat
di tengah bentang sebesar 40 kN (20% D dan 80% L). Jika beban membentuk eksentrisi-
tas sebesar 10 em dari sumbu badan profil, disainlah dimensi balok seekonomis mungkin
eb/b_:__ (dari IWF BJ 37) dengan menggunakan metode analogi lentur modifikasi (abaikan berat
3 be· sendiri balok)

e
40 kN (20% D; 80% L)

!
~ U2-- U2~

« = =-=--=--= ·=--=-=·==--=--= =- =--=-~

moe·

1po:-:
me:-_
9
Tekuk Torsi Lateral
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bah ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Melakukan analisis dan desain komponen struktur lentur
• Memahami pengaruh tekuk._torsi lateral akihat tidak adanya kekangan latC'ii
menerus pada sisi sayap tekan

Pokok-pokok Pembahasan Bah


1.1 Pendahuluan
1.2 Perilakt1 Balokl Akihat Behan Momen Seragam
1.3 TekukTorsi Lateral Elastis
1.4 Tekuk Torsi Inelastis
1.5 Desain LRFD Balok I
1.6 Lentur Dua Arah

9.1 PENDAHULUAN
Perhatikan struktur halok tanpa kekangan lateral dalam Gambar 9.1. Pembebanar. :
bidang web balok akan menghasilkan tegangan yang sama besar antara titik A -=.'--
(menurut teori umum balok). Namun adanya ketidaksempurnaan balok dan eksen::-
beban, maka akan mengakibatkan perbedaan tegangan antara A dan B. Tegangan :-:-
juga mengakibatkan distribusi tegangan yang tidak sama sepanjang lebar sayap.
Flens tekan dari balok dapat dianggap sebagai kolom. Sayap yang diasumsikan 5-::·: _
kolom ini akan tertekuk dalam arah lemahnya akibat lemur terhadap suatu sumbu seper:_
Namun karena web balok memberikan sokongan umuk mencegah tekuk dalam arah ini. -
flens akan cenderung tertekuk oleh lemur pada sumbu 2-2. Karena bagian tarik dari :- _ ,
berada dalam kondisi stabil, maka proses tekuk lemur dalam arah lateral tersebut akan di!:~-­
dengan proses torsi sehingga terjadilah tekuk lemur torsi (Lateral Torsional Buckling).
Ada dua macam kategori sokongan lateral, yakni:
1. sokongan lateral menerus yang diperoleh dengan menanamkan flens tekan :- .
ke dalam pelat lamai beton
2. sokongan lateral pada jarak-jarak tertemu yang diberikan oleh balok atau L- _
melimang dengan kekakuan yang cukup

9.2 PERILAKU BALOK I AKIBAT BEBAN MOMEN SERAGAM


Umuk menurunkan persamaan desain bagi balok yang mengalami tekuk torsi laterc..
gunakan ilustrasi sebuah balok yang menerima beban momen seragam yang tidak terh>_ ·
secara lateral. Behan momen seragam tersebut menyebabkan tekanan konstan pad.:o _
flens sepanjang bemang tak terkekang. Jika ada variasi momen, maka gaya tekan c.:__
flens bervariasi sepanjang bentang tak terkekang. Hal ini mengakibatkan gaya tekan -
rata yang lebih rendah sepanjang bemang tersebut. Gaya tekan rata-rata yang lebih re:- _
ini mengurangi peluang terjadinya tekuk torsi lateral.
9.2 PERILAKU BALOK I AKIBAT BEBAN ... 179

Titik A Lendutan lateral


dari flens tekan

Lendutan lateral
dari flens tekan

Pembebanan pada bidang badan


Flens tekan

1~1
B
A
B A
2
Tampak samping
Tampak samping

Gambar 9.1 Balok Terkekang Lateral pada Ujung-ujungnya

Tekuk torsi lateral adalah kondisi batas yang menentukan kekuatan sebuah balok.
Sebuah balok mampu memikul mom en maksimum hingga mencapai mom en plastis (Mp).
Tercapai atau tidaknya momen plastis, keruntuhan dari sebuah struktur balok adalah salah
satu dari peristiwa berikut:
1. Tekuk lokal dari flens tekan
2. Tekuk lokal dari web dalam tekan lentur
3. Tekuk torsi lateral

Ketiga macam keruntuhan tersebut dapat terjadi pada kondisi elastis maupun inelastis.
Gambar 9.2 menunjukkan perilaku dari sebuah balok yang dibebani momen konstan M
dengan bentang tak terkekang L. Empat kategori dari perilaku balok tersebut adalah:
1. Jika L cukup kecil (L .s. Lp)' maka momen plastis, MP, tercapai dengan deformasi
yang besar. Deformasi yang besar ditunjukkan oleh kapasitas rotasi R.!J.H, dengan
R ~ 3 adalah faktor daktilitas. Kemampuan berdeformasi (kapasitas rotasi) adalah
kemampuan menerima regangan flens yang besar dengan stabil. Perilaku ini
ditunjukkan oleh kurva 1 pada Gambar 9.2
2. Jika L diperbesar sehingga Lpd < L < Lp, maka balok dapat mencapai M p namun
dengan kapasitas rotasi yang lebih kecil (R < 3). Hal ini dikarenakan kurang
cukupnya kekakuan flens dan/atau web untuk menahan tekuk lokal, atau kurang-
nya sokongan lateral untuk menahan tekuk torsi lateral. Perilaku inelastis ini
ditunjukkan oleh kurva 2 pada Gambar 9.2
3. Bila panjang bentang tak terkekang diperbesar lagi (LP < L < L), maka M hanya
mampu mencapai Mr dengan kapasitas rotasi yang sangat terbatas. Tekuk lokal
flens dan web serta tekuk torsi lateral mencegah tercapainya M
4. Perilaku elastis (L r < L), · dengan tahanan momen M rr ditentt!'kan oleh tekuk
elastis, serta tekuk lokal flens, tekuk lokal web dan tekuk torsi lateral
180 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

f1H R.f1H
.----• ~--------------------+-• Plastis

lnelastis

M M

A I -E-,40------- ___ /-4--1-


L

0 11m ax

Gambar 9.2 Balok dengan Beban Momen Konstan Tanpa Kekangan Lateral

c:
Q) I I
E I I
0
~ I R() I
r--- PI
I I
~ I
()p ()

Rotasi Regangan flens rata-rata

Gambar 9.3 Hubungan Deformasi dengan Momen Plastis, MP

Batasan untuk Lpd' Lp' dan Lr akan dibahas dalam subbab 9.4.

9.3 TEKUK TORSI LATERAL ELASTIS


Untuk menurunkan persamaan pada balok I yang mengalami tekuk torsi lateral e-:_
akibat beban momen seragam M 0 , perhatikan gambar 9.4 yang menunjukkan posisi se":: -·
balok I yang tertekuk.
Behan momen M 0 yang diberikan pada bidang yz dapat diuraikan terhadap SL:- ·
z
x' ,y', dan menjadi komponen-komponennya yaitu Mx', ~', dan Mz'· Dengan rr.:- _
asumsikan deformasi kecil, maka kelengkungan pada bidang y' z' dapat dituliskan ~ : ·
jadi:
d 2v
E-1-=M,=M
X dz2 X 0

Demikian juga pada bidang x' z:


d 2u
E.J - = M ,=M ·¢
y dz2 y 0
9.3 TEKUK TORSI LATERAL ELASTIS 181

Persamaan diferensial untuk balok I yang menerima beban torsi telah diturunkan
dalam bab VIII (persamaan 8.27):
2
M, = G,dcp- E·C d cp 9.3
z 'Jdz wdz
Dari Gambar 9.4 (a) diperoleh hubungan:
du
M,=--·M 9.4
z dz 0

Jika persamaan 9.3 dan 9.4 disamakan akan diperoleh:

- du ·M = G]dcp -E·C d3cp 9.5


dz 0 dz w dz3

A~
(a) Tampak atas
lrisan A-A

y (c)

z
~b­
' dv
~b.__ dz
(b) Tampak samping

u:~:
Gambar 9.4 Balok I dengan Beban Momen Seragam, M 0

Mendiferensialkan persamaan 9.5 ke-z didapatkan:

- d2u ·M = G]d2cp -E·C d4cp 9.6


dz2 0 dz2 w dz4

Dari persamaan 9.2 dapat dituliskan hubungan:


d 2 u _ M ·C/J 0
9.7
dz 2 E.J y
182 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Selanjutnya substitusikan persamaan 9.7 .ke dalam persamaan 9.6:


d4¢ d2¢ M2
E·C - - G ] - - 0-¢=0 9.
w dz4 dz2 E·fy
Dengan memisalkan:

2a = G] dan f3 = M/ 9
E·Cw E 2 .cw .Jy
maka persamaan 9.8 dapat ditulis kembali menjadi:
d4¢ d2¢
dz4 -2a dz2 -{3¢ = 0 9. ~

Untuk memperoleh solusi dari persamaan 9.10, maka dapat dimisalkan:


¢ = A·e mz 9.1: "
d2¢ = A·m2·e mz 9.1: .
dz 2

d4¢ = A·m4·e mz 9.1:


dz 4

Substitusikan persamaan 9.11 ke dalam persamaan 9.10 untuk mendapatkan:


A·m 4·emz - 2a.A·m2 ·lnz - /3-A·emz =0 9.1.::.
A·emz (m 4 - 2a·m2 - {3) = 0 9.1.:: .
Karena emz dan A =F 0, maka persamaan 9.12.b hanya terpenuhi bila
m 4 - 2a·m2 - f3 = 0
Akar-akar dari persamaan 9. 13 adalah:

m 2 =a±~ 9.1- .

atau m = ± ~a±~ f3+a 2


9.1-: '

Dari persamaan 9.14.b tampak bahwa m dapat berupa dua akar real dan dua _:_.
kompleks sebab ~ f3 + a 2 > a.
Misalkan: n = a + ~ f3 + a 2
2
(2 akar real) 9... :
c/ = -a + ~ f3 +a 2 (2 akar kompleks)

maka solusi dari persamaan 9.10 adalah:


rf, = A ·ellZ + A ·e- nz + A ·e iqz + A ·e - iqz
'f' 1 2 3 4

Dengan mengingat persamaan Euler yang menyatakan:


e iqz qz + i sin qz
= cos
e -iqz= cos qz - i sin qz

maka persamaan 9.16 dapat dituliskan kembali menjadi:


¢ = AI'enz + A2 ·e-nz + A 3 ·cos qz + A3 ·i·sin qz
+ A4 ·cos qz - A4 ·i·sin qz 9.:.'
¢ = AI'enz + A 2 ·e-nz + (A + A4 )cos qz + (A3 - A 4)·i· sin
3
qz 9.:-
¢ = A 1·enz + A 2 ·e-nz + A ·cos qz + A6 ·sin qz
5
9.:-.
9.3 TEKUK TORSI LATERAL ELASTIS 183

serta diperoleh turunan kedua ¢ terhadap z yaitu:

ddz ¢ = A ·n2·enz + A ·n2·e-nz - As'lf~ ·cos qz - A .lJ~ ·sm


2
· qz 9.19
2 1 2 6

Selanjutnya konstanta A 1, A2, As, dan A6 diperoleh dari kondisi batas yang me-
nyatakan:
d2¢
¢=0 -=0 pada z = 0 dan z = L
dz 2
Untuk ¢ = 0 pada z = 0, diperoleh:
0 = A 1 + A2 +As 9.20

d2¢
Untuk - - = 0 pada z = 0, diperoleh:
dz 2

L
9.21

Dari persamaan 9.20 dan 9.21 diperoleh persamaan:


9.22
sehingga persamaan 9.20 menjadi:
AI=- A2 9.23
dan persamaan 9.18.c dapat dituliskan menjadi:
¢ = A 1·(enz - e-nz) + A6 ·sin qz 9.24.a
c, atau ¢ = 2·A 1·sinh nz + A6 .sin qz 9.24.b

nz - A 'lf~ ·sm
2
d-
d an - ¢ = 2 ·A ·n2 ·sm
. h . qz 9.24.c
dz 2 1 6

]--,
Dari kondisi batas ¢ = 0 pada z = L diperoleh:
0 = 2·A 1·sinh nL + A6 .sin qL 9.25
d2¢
dan untuk - - = 0 pada z = L diperoleh pula:
dz 2
0 = 2·A I ·n2·sinh nL - A6 ·q2·sin qL 9.26

Kalikan persamaan 9.25 dengan r/ serta jumlahkan hasilnya dengan persamaan 9.26
untuk mendapatkan:
2
2·A!'(n + r/)·sinh nL = 0 9.27

Karena (n 2 + r/) 7= 0 dan sinh nL = 0 hanya jika n = 0, sehingga A 1 harus sama


dengan nol, dan persamaan 9.13 menjadi:
AI = - A2 = 0 9.28

Akhirnya persamaan 9 .18.c dapat disederhanakan menjadi:


1~ . ¢ = A6 ·sin qz 9.29
Pada z = 0 maka ¢ = 0:
1~ . 0 = A6 ·sin qL 9.30
184 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Karena A6 7:- 0, maka


sin qL = 0 ~ qL = N-1t
N-n
atau q = - -
L

Substitusikan persamaan 9.3l.b dan 9.9 ke dalam persamaan 9.15.b untul\.


peroleh:
Nz.;rz G]
---=----+
2
L 2-E·Cw

untuk nilai N =
n2 G]
-2+ - - - =
L 2-E-Cw

Akhirnya persamaan 9.36 dapat disusun menjadi:

M cr = -nL E-Iy -G·] + - L(nE) 2


I y .cw

Persamaan 9.37 merupakan persamaan yang menyatakan besarnya momen yar_;


ditahan oleh profil I akibat tekuk torsi lateral. Untuk memperhitungkan pengaru~- _
momen tak seragam, SNI 03-1729-2002 (pasal 8.3.1) menyatakan bahwa mom~:­
untuk kondisi tekuk torsi lateral untuk profil I dan kanal ganda, adalah:

n E-I -G·]+ -
M cr = Cb·-
L y L
(nE) 2
I y.c
w

9.4 TEKUK TORSI INELASTIS

Sekarang perhatikan Gambar 9.3, ketika serat tekan mencapai regangan sebesar ~
lebih besar dari EY (E > fjE). Pada keadaan ini cukup potensial untuk terjadin:· ~
torsi lateral inelastis. Meskipun kekakuan torsi tidak terlalu terpengaruh oleh r:-; _
residu, namun tegangan residu ini memberi pengaruh cukup besar terhadap tahar:~­
tekan.
Akibat adanya tegangan residu tahanan momen elastis maksimum, Mr adala:
M r - SxVy
I+- Jr
+j
--..J

9.4 TEKUK TORSI INELASTIS 185

Pada umumnya sokongan lateral dipasang pada lokasi yang direncanakan mampu
mencapai momen plastis, MP, dan jarak antar sokongan lateral relatif pendek. Dengan
mengabaikan kekakuan torsi, Gj, maka persamaan 9.37 menjadi:

M
cr
= 1C2 E
L2
JcT
"'ljvw' y
1
9.40

Karena M cr harus mencapai M p, substitusikan M p = Z x . JyI' untuk M cr. Substitusikan


juga Cw = ~.h2!4, I =A. r/,
serta L adalah panjang bentang tak terkekang, maka persamaan
9.41 dapat dituliskan kembali menjadi:

~..:;, E(hA)
2
rc 9.41
rJ 2·fJ Z X
Dengan menganggap hA/Zx = 1,5, maka:
~..:;, 1C2 E·15 = 2,72 ~ 9.42
ry 2·/y Vfy
Untuk dapat mencapai kapasitas rotasi R < 3, SNI 03-1729-2002 (Tabel 8.3-2)
mengambil harga yang lebih rendah, yaitu:

LP = 1,76 [I 9.43
ry ~ /y
Bila diinginkan kapasitas rotasi yang lebih besar (R ~ 3) untuk digunakan dalam
analisis plastis, SNI 03-1729-2002 (pasal 7.5.2) mensyaratkan:

Lpd 25000+15000( M~J


9.44
ry fy
.::. - -
Dengan:
!, adalah tegangan leleh material, MPa
c~: M 1
adalah momen ujung yang terkecil, N-mm
M 2 adalah momen ujung yang terbesar, N-mm
r adalah jari-jari girasi terhadap sumbu lemah, mm
M/M2 bertanda positif untuk kasus kelengkungan ganda dan negatif untuk
kelengkungan tunggal
9 _:.
Jika hanya dikehendaki M = Mr' maka panjang bentang tak terkekang diatur sedemi-
kian rupa agar L = Lr, sehingga:

Lr = X1 ~1+~1+X2 .f/ 9.45


ry fL
,-~~ - Dengan:
teL fr =J;-J;

XI
= _'E_~EG]A
sx 2

= 4(~)
2

9 ~- X2
Gj
Cw
I y
186 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

9.5 DESAIN LRFD BALOK I


Setiap komponen struktur yang memikul mom en lentur, harus memenuhi per~:··.:._-. :._
~~~~ ~
Dengan:
cpb adalah faktor reduksi untuk lentur = 0,90
Mn adalah kuat nominal momen lentur dari penampang
M u adalah beban momen lentur terfaktor

Besarnya kuat nominal momen lentur dari penampang ditentukan sebagai ~:-

Kasus 1: M n = Mp (R ~ 3)
Agar penampang dapat mencapai kuat nominal Mn = MP, maka penamp.l:-_:: ·
kompak untuk mencegah terjadinya tekuk lokal. Syarat penampang kompak di::-
sesuai dengan Tabel 7.5-1 SNI 03-1729-2002, yaitu A untuk flens (b!2t ) dan ur:: _.
(hitw ) tidak boleh melebihi A.
p Batasan nilai untuk Ap ditampilkan pala Tabel 9.:
harus kompak, pengaku lateral harus diberikan sehingga panjang bentang tak tc~' _
L, tidak melebihi Lpd yang diperoleh dari persamaan 9.47.

2500Q+l5QQQ(Af~PJ
L~= ~ X~

TABEL 9.1 BATASAN RASIO KELANGSINGAN Ap UNTUK PENAMPANG K:'


BALOK I
(Modulus Elastisitas, E = 200000 MPa)

Tegangan Leleh Tekuk Lokal Flens Tekuk Lokal Web Tekuk Torsi L- _
b 170 h 1680 L 79(
f; (MPa)
2.tf = ff, -;::- ff, r)' ~f

210 11,73 115,93 54,52


240 10,97 108,44 50,99
250 10,75 106,25 49,96
290 9,98 98,65 46,39
410 8,4 82,97 39,02

Kasus 2: M = M (R < 3)
Agar penam;ang dapat mencapai momen plastis MP dengan kapasitas rotasi R < -~
penampang harus kompak dan tidak terjadi tekuk lokal (b!2t1 dan h!tw < AP). L
lateral harus diberikan sehingga panjang bentang tak terkekang L tidak melebihi _-
ditentukan oleh persamaan 9.43 (untuk = 1). cb
790
L =pff, (untuk E = 200000 MPa)

Kasus 3: M p > M n 2:: M r


Dalam kasus 3 tejadi tekuk torsi lateral untuk penampang kompak (AS A).
p
Kuat :-:·
nominal didekati dengan hubungan linear ant~ra titik 1 (LP, MP) d~ngan titik 2 (L
pada Gambar 9.5. Kuat momen lentur nommal dalam kasus 3 dnentukan dala:-:·
03-1729-2002 (pasal 8.3.4).
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 187

; .111111'

Mr adalah kuat nominal yang tersedia untuk beban layan ketika serat terluar penam-
pang mencapai tegangan fvy (termasuk tegangan residu) dan dapat diekspresikan sebagai:
Mr = 5/J;- J,J
9.50
Dengan:
J; adalah tegangan leleh profil
lr adalah tegangan residu (70 MPa unruk penampang dirol & 115 MPa untuk
penampang dilas)
adalah modulus penampang

Panjang Lr diperoleh dari persamaan 9.52:

Xl·r / / 2
Lr = frY V1+ \j 1+X2. fr 9.51

Dengan:
fr =J;-tr 9.52.a

xi = _::_~
sx 2
EG]A 9.52.b

X2 = 4(~ J~: 9.52.c

Kasus 1, Mn = MP (Ana/isis Plastis)

Pers. 9.48
Pers. 9.49

(Tanpa Ana/fsis Plas 's)


I
- - - --t-------------- Pers. 9.52
1 I
- - - - -t - - - L - - - - - - - - -~
I I
1 I Kasus 3 & 4, Mn = MP I
I I• ._I
I (Peri/aku lnelastis)
1
I Kasus 5 •
I I
I I 1 (Perilaku Elastis)

Gambar 9.5 Kuat Momen Lentur Nominal Akibat Tekuk Torsi Lateral

Kasus 4: Mp > Mn ~ Mr
Kasus ini terjadi jika:
1. LP <L<L r
2. AP < (A = bl2·]:) < Ar (flens tak kompak)
3. AP < (A = hit) < Ar (web tak kompak)
188 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 harus dihitung berdasarkan keadc..:c
yang paling kritis dari tekuk lokal flens, tekuk lokal web serta tekuk torsi lateral. c~~­
membatasi terhadap tekuk lokal flens serta tekuk lokal web, SNI 03-1729-2002 iF
8.2.4) merumuskan:
A-A
M =M - (M - M)--P .:. =
n P P Ar -Ap
Sedangkan kondisi batas untuk tekuk torsi lateral ditentukan berdasarkan

Mn = Cb.[ M,+(MP-M,) :·-=-~] <£ MP '-

Dengan faktor pengali momen, Cb, ditentukan oleh persamaan:

- 12,5·Mmax 23
Cb - < '
25·Mmax +3·MA+4·Ms+3·Mc -
Dengan:
Mmax adalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau
MA adalah momen pada lA bentang tak terkekang
MB adalah momen pada tengah bentang tak terkekang
Me adalah momen pada 3,4 bentang tak terkekang

Kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 ini diambil dari nilai yang terkecil .:c- _
persamaan 9.54 dan 9.55. Batasan rasio kelangsingan penampang, \ untuk penarr.::- _
tak kompak ditampilkan dalam Tabel 9.2.

TABEL 9.2 BATASAN RASIO KELANGSINGAN AR UNTUK PENAMPANG -


KOMPAK BALOK I
(Modulus Elastisitas, E = 200000 MPa)

Tegangan Leleh Tekuk Lokal Flens Tekuk Lokal Web


b 370 h 2550
J; (MPa)
2·tf- ~[y-!, -;::- ff,
210 2,64 175,97
240 2,18 164,60
250 2,06 161,28
290 1,68 149,74
410 1,09 125,94

Kasus 5: Mn < Mr
Kasus 5 terjadi bila L > Lr dan kelangsingan dari flens serta web tak melebihi \ (penar:- : - _
kompak). Kuat nominal momen lentur dalam kondisi ini ditentukan sebagai berik_-

M n=c
Mr = Cb. !!_
L E·fy ·G·]+(nE)2
L I y.c
w
... ''II'

Persamaan 9.56 dapat pula dituliskan dengan menggunakan variabel X 1 dan X: -.:":•
dalam persamaan 9.52.b dan c, sehingga menjadi:

M = M =
cb.s .x1 .J2
X 1+
x/.x22
n cr L/ r ,..,{ )
y ki.,L/ry
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 189

• CONTOH 9.1:
~.cbuah balok tertumpu sederhana dengan beban seperti dalam gambar di bawah ini.

P = 150 kN

~ q = 15 kN/m

Behan merata terdiri dari 15% D dan 85% L, beban terpusat terdiri dari 40% D
serta 60% L. Balok tersebut diberi sokongan lateral pada ujung-ujungnya serta setiap jarak
2,25 m. Mutu baja adalah BJ 37.

JAWAB:
qu = 1,2(0,15)(15) + 1,6(0,85)(15) = 2,7 + 20,4 = 23,1 kN/m
Pu = 1,2(0,4)(150) + 1,6(0,6)(150) = 72 + 144 = 216 kN

Mu _!_(23,1)(9) 2 + _!_(216)(9) = 233,8875 + 486 = 719,8875 kN.m


8 4
Mn 1
peru = M ul¢b = 719,8875 I 0,9 = 799,875 kN.m

Estimasikan apakah sokongan lateral cukup dekat untuk mendesain balok agar dapat
mencapai momen plastis, MP (tanpa analisa plastis). Asumsikan penampang kompak untuk
mencegah tekuk lokal, dan balok berada dalam kasus 2 (Mn = M p) .
Panjang maksimal bentang tak terkekang adalah:

LP = Jl!
790·r
=
790·r
do = 50,99.ry

Mn perlu = MP perlu = 799,875 kN.m

Z perlu = Mpperlu 799,875·106 = .332.812,5 mm3


X fy 240

Penampang terkecil yang memiliki Zx ~ 3.332.812,5 mm 3 adalah 400.400.13.21


(ZX = 3600,13 cm 3).
Periksa kuat momen lemur nominal dari penampang, dengan menyertakan berat
sendiri balok:
M (berat sendiri)
u
= 1,2· _!_(1,72)(9)
8
2
= 20,898 kN.m

Mu = 719,8875 + 20,898
kN.m = 740,7855
M n = M p = Z xly 3
.+ = 3600,13·10 (240) = 864,0312 kN.m
l/Jb.Mn = 0,9 X 864,0312 = 777,628 kN.m > Mu (= 740,7855 kNm)
9 :-
190 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Cek kelangsingan penampang:


b 400 170
- = - - = 9,52 < r£ (= 10,97)
2.tf 2 X21 '\j fy
h 400- 2( 21) 1680
- =
tw 13
= 27,53 < ff,
f
(= 108,44)
y

LP = 50,99.ry = 50,99(101) = 5149,99 mm = 5,14999 m


LP > L (= 2,25 m) ---7 sesuai asumsi awal, termasuk kasus 2 .

• CONTOH 9.2:
Periksa apakah profil WF 700.300.12.24 cukup kuat untuk memikul beban layar.
pada gambar berikut ini, jika pada balok diberi sokongan lateral pada tengah ~·=­
serta pada tumpuan-tumpuan. (mutu baja BJ 37)

}j 111111111111111111111111111111111111
I
i qo = 5 kN/m
qL = 15 kN/m

f-- 8,5 m -l-- 8,5 m -l


JAWAB:
Berat sendiri profil WF 700.300.12.24 = 1,85 kN/m
qu = 1,2(5 +1,85) + 1,6(15) = 32,22 kN/m

M = _!_.q -L 2 = _!_(32,22)(17) 2 = 1163,9475 kN.m


u 8 u 8

790 790
LP = r£ ·r = r::-;-;: x67,8 = 3457,4122 mm = 3,457 m
-y fy y -v 240

x = _Jr_~E-GIA = n 5 4 4
2.10 x8.10 x324,23.10 x23550
1
sx 2 5760-103 2
= 13480,14106 MPa

x2 = 4 (lJ cw _
G·]
2

ly -
4( 5760-10
3

8-10 4 x 324,23-104
2
) 12338352-10
10800-10 4
6

= 2,2535.10-4 mm 4/N 2

= 67,8· ( 13480 , 14106 ]~1 + ~1 +2 '2535-10-4 (240-70)2


240-70

= 10398,342 mm = 10,398 m
LP (= 3,457 m) < L (= 8,5 m) < Lr (= 10,398 m)
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 191

Cek kelangsingan:

2~! - 23:~4 = 6,25 < A.p (=


Penampang Kompak
10,97)
} Kasus 3

h 700-2(24)
- = = 50,15 < 'f...P (= 108,44)
tw 13

M max = 1163,9475 kN.m


MA = 509,227 kN.m
MB = 872,96 kN.m
Me = 1091,2 kN.m
12,5 X 1163,9475
cb - = 1,3
(2,5 X 1163,9475)+(3 X 509,227) + ( 4 X 872,96) + ( 3 X 1091,2)

M, = SJJ;- f)= 5760·10 3 ·(240 - 70) = 979,2 kN.m


MP = Z iJ = 6248,79·10 3 ·240 = 1499,7096 kN.m
X

Mn = Cb[M, +(MP -M,) L,~:]


L,. P

= 1,3
= 1458,027 kN.m < MP (=1499,7096 kN.m)
cpb.Mn = 0,9 x 1458,027 = 1312,2243 kN.m > 1163,9475 kN.m

• CONTOH 9.3:
Pilihlah penampang WF yang ekonomis bagi balok pada struktur di bawah ini. Sokongan
lateral dipasang pada kedua tumpuan serta pada kedua lokasi beban terpusat. (mutu baja
BJ 37)
P1 = 25 kN(D); P2 = 15 kN(D);

~==A===l==9=0=k=;=(L=)==:::;:::==C===1~ 30 kn(L)

/;; 7l»r
r-- 7,5 m _ _,...
, _ _ 8,5 m
'I' 6,5 m -r
JAWAB:
Pul = 1,2(25) + 1,6(90) = 174 kN
Pu2 = 1,2(15) + 1,6(30) = 66 kN
192 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

-492 kNm

Bidang Momen Ultimit

492,1875 kNm

Dicoba menggunakan profil WF 600.200.11.17.


Cek kelangsingan penampang:
b 200
-=--= 5,88 < 10,97
2·tf 2X17
} Penampang Kompak
h 600
- = - = 54,54 < 108,44
tw 11

Segmen A dan C:

M perlu = Mu = 492 '1875 = 546,875 kN.m


n l/J 0,9

L = 7,5 m

790 790
LP = I£ ·r = r:::-;-;: x41,2 = 2100,96 mm
>J fy y "240

4
XI
= !'_~ E.G-j.A = n: 2·10 5 X 8·10 X 90,62·10 4 X 134,4.102
sx 2 2590·10 3 2

= 11977,92346 MPa

(~J cw = 4(
2 3
2
6
x = 4 2590·10 ] 1926037,67·10
2
G·J ly 8·10 4 x90,62·10 4 2280·10 4

= 41,2· (
11977 92346

240-70
] '1 + 11 +4,31282.10-4 (240-70
~ 'J
r
= 6272,73 mm = 6,273 m

Karena L (= 7,5 m) > Lr (= 6,273 m) dan penampang kompak, maka '< _


masuk kasus 5.
MP = Z!,J = 2863,18·103
X
(240) = 687,16 kN.m

M
n
= M cr = cb. !!_
L
E.J ·G·}
y
+(7!·E)2
L
.J .c
yw
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 193

Karena M/M2 = 0, maka Cb = 1,67


2
2 105
Mn =1,67 _!!_ 2·105 x2,28·107 X8·10 4 x90,62·10 4 +(Jr· ' ) ·2,28·107 x1926037,67·106
7500 7500
M n = 559,4244 kN.m < M p OK
=
l/>b·Mn = 0,9(559,4244) = 503,482 kNm > Mu (= 492,1875 kN.m)

Segmen B:
L (= 8,5 m) > Lr (= 6,273 m) ~ kasus 5
_ 12,5Mmax
Cb -
2,5M max+ 3M A+ 4MB+ 3M C
M max = 492,1875 kNm
MA = 261,890625 kNm
MB = 31,59375 kNm
Me = 198,703125 kNm
12,5 X 492,1875
cb = ( 2,5 x492,1875) +( 3 x261,890625)+ ( 4 x 31,59375) + ( 3 x 198,703125)
= 2,24

M, =MIT = cb" -'i E.I,.G.f +( ¥ )' .I,.cw

2
2 105
Mn =2,24 _!!_ 2·105x 2,28·107 X8·10 4 x90,62·10 4 +(JrX ' ) ·2,28·10 7 X1926037,67·106
8500 8500
Mn = 625,702 kN.m < MP OK
l/>b·Mn = 0,9(625,702) = 563,1315 kN·m > Mu (= 492,1875 kN·m)

• CONTOH 9.4:
Sebuah penampang tersusun berbentuk I yang dilas seperti dalam gambar, digunakan
sebagai balok tertumpu sederhana sepanjang 13,5 m. Hitunglah beban hidup layan yang
diijinkan bagi balok tersebut, jika diketahui beban mati = 20 kN/m (sudah termasuk berat
sendiri). Mutu baja yang digunakan adalah BJ 55 if; = 410 MPa)

c:::::::;;:;:::==:::J----- flens 16 x 400

web 8 x 700

.))/llllllllllllllllllllllllllllllllllli

+ + + + 4,5 m 4,5 m 4,5 m

Sokongan lateral diberikan pada setiap 113 bentang dan pada kedua tumpuan.
194 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

JAWAB:
Hitung properti dari penampang:
A = (2 X 16 X 400) + (8 X 700) = 18400 mm 2

I = _!_ (8)(700) 3 + 2· _!_ (400)(16) 3 + 2(400)(16)(350+8) 2


X 12 12
= 1869438933 mm 4

S = d/zix = 1869438933 = 5107756 648 mm3


X d 366 '
2

Iy = 2· _!_ ·16.(400) 3 + _!_ ·(8) 3·700 = 170696533,3 mm 4


12 12

ry = fJ; = 170696533,3 = 96 ,3171 mm


~"A 184oo
3 0
Zx = 2(16)(400)(350+8) + 2(8)(350) ( ~ ) = 5562400 mm3

J = _!_ [2(400)(16) 3 + 700·(8) 3] = 1211733,33 mm 4


3
2
2 ___!__X 16X 400 3 X(700+ 16)
Cw = If.h = 12 = 21873322,67·10 6 mm 6
2 2

1r: ~E·G.f-A 2·10 5 X8·10 4 X1211733,33 X18400


1r:
X 1 = Sx 2 = 5107756,648 2

= 8217,73 MPa

x2 = 4 (l) cwG.j
2

Iy
= 4( 5107756,648
8·10 4 x 1211733,33
2
J 21873322,67·10
170696533,3
6

4 2
= 1,423.10- 3
mm /N
Periksa terhadap tekuk lokal flens dan tekuk lokal web
400
Flens: A = _b_ = = 12,5
2.t1 2x16
170
AP = = _!_Z_2_ = 8,3957
ff -J4IO
= 700 = 87,5
8

k
e
=
~xw
rt;; = b -v87,5
= 0,4276 --> 0,35 < ke < 0,763 OK!!

420 420
----;=;===:::===:== = = 15,9903
~(Jy-J,)/ke ~(410-115)/0,4276
AP < A < Ar ~ tak kompak
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 195

Web: A = ..!!_ = 700 = 87,5


tw 8
1680 1680
AP = j1; = -J 410 = 82,97
Ar = 2550 = 2550 = 125,935
j1; -J410
AP < A < A7 ~ tak kompak

MP = Z ..iJ = 5562400(410) = 2280,584 kN.m


X

Mr = Sx.(t;- f) = 5107756,648.(410- 115) = 1506,788 kN.m

Hitung Mn berdasarkan batasan untuk tekuk lokal flens:


A-A
M =M- (M -M)--P
n P P A -A p
r

125 8 3957
= 2280,584 - (2280,584 - 1506,788) ( - ' )
15,9903-8,3957
= 1862,406 kNm

Hitung Mn berdasarkan batasan untuk tekuk lokal web:


M =M - (M - M) _ _
P
A-A
n P P Ar -A p
87 5-82 97 )
= 2280,584- (2280,584 - 1506,788) ( 125,;35-~2,97

= 2198,999 kNm

Periksa terhadap tekuk torsi lateral:

LP = 7~ ·r = ~ x96,3171 = 3757,842 mm = 3,757842 m


-vfy y '\1410

Lr = ry'( fy~1/, )~1+~1+X2 (/y-J,f


= 96,3171·( 8217 •73
410-115
)~1+~1+1,423·10-3 (410-115) 2
= 9275,96 mm = 9,27596 m

Karena LP (= 3,757842 m) < L (= 4,5 m) < Lr (= 9,27596 m) dan penampang tak kompak
maka soal ini termasuk dalam kasus 4.
Kuat momen lentur nominal ditentukan berdasarkan persamaan:

M. =Cb"[M,+(Mp-M,)L-=-f,] <Mp
Besarnya nilai Cb untuk segmen tengah adalah 1,01, sehingga:
4
M = 1,0 1· [1506,788 + (2280,584 -1506,788) 9275 •96 - 500 ]
n 9275,96-3,757842
= 1924,411 kN.m < MP (= 2280,584)
196 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

Kesimpulan:
Tekuk lokal flens : Mn = 1862,406 kN.m
Tekuk lokal web : Mn = 2198,999 kN.m
Tekuk torsi lateral : Mn = 1924,411 kN.m

Kuat momen nominal Mn profil diambil yang terkecil, Mn = 1862,406 kN .m


¢rMn = 0,9(1862,406) = 1676,1654 kN.m
max Mu = cpb.Mn = 1676,1654 kN.m
Mu = 1,2·MD + 1,6·ML

1676,1654 = 1,2· _!_(20)(13,5) 2 + 1,6.ML


8
705,885 kNm
8xMLL = 8x705,885 = 30 ,985 kN/m
I! 13,5 2

• CONTOH 9.5:
Profil WF 200.200.8.12 digunakan sebagai balok tertumpu sederhana dengan bemct.:--:-
8 m dan sokongan lateral pada kedua ujungnya. Balok ini diperlukan untuk memi~: _
beban mati merata sebesar 2 kN/m. Hitunglah beban hidup layan yang diijinkan bekc.
pada balok tersebut jika mutu baja yang digunakan adalah BJ 37! Hitunglah pula here.:.
persentase kenaikan beban hidup yang diijinkan jika mutu baja adalah BJ 55!

JAWAB:
Untuk mutu baja BJ 37
790 790
LP = .r = r;;-;;; ·50,2 = 2559,913 mm
17
"-J!y y "240
~----------------------

~ IE_~ E.G-j.A ~ 5 4 4 2
X] n: 2.JQ xS.J0 x 26,Q4.J0 x63.53·10
sx 2 472· 103 2
= 24213,79 MPa
x2 = 4 (l) cw _i
G·J
2
472·10
3

ly -18·10 4 x 26,04·10 4
2
] 141376·10
1600·104
6

= 1,8144.10- 5 mm 4/N 2

L, ~ ry ( !,~f, J~l +~I+ x,(!,-f, )'


= 50,2· ( 24213 ,79 )
240-70 \j
/1 +~ 1+ 1,8144·10-5(240-70) 2

= 10688,64 mm = 10,68864 m
LP (= 2,559 m) < L (= 8 m) < L r (= 10,68864 m)
_b_ = 200 = 8,33 < 10,97
2·t 2x12
1
h 200-2(12)
- = = 22 < 108,44
tw 8


9.5 DESAIN LRFD BALOK I 197

Mr = SjJ;- f) = 472-10 3 (240- 70) = 80,24 kN.m


MP = Z X fvJ = 513,15·103 (240) = 123,156 kN.m

M, = cb" [ M, +(M, -M,) L-=-f, J


10688 64 8000
= 1,14 [80,24 + (123,156- 80,24) ' - ] = 107,656 kN m
10688,64-2559,913
Mu = f/>·Mn = 0,9(107,656) = 96,8904 kN.m
Mu = 1,2MD + 1,6ML
96,8904 = 1,2· ..!..(2)(8) 2 + 1,6ML
8
= 48,5565 kN.m
= 8XMr = 8x48,5565 = 6 ,07 kN/m
L2 82

untuk mutu baja BJ 55


790 790
LP = i+·r = r-;-:-;; ·50,2 = 1958,57 mm
-~···- ....;fy y "\1'410 Penampang Kompak
} Kasus 3

L, = ry' ( / - !, )~1 +~I+ x,(!,- f, )'


1

24213 79
= 50,2·( , ) /1+ /1+1,8144.10- 5 (410-70t
410-70 -v '\}
= 5939,347 mm = 5,939347 m
L (= 8 m) > Lr (= 5,939347 m) -7 kasus 5
2
Mn = Mcr = Cb· !!_ £./
L y L .Jy.c
·G·]+(n.E) w

2
2 105
Mn = 1,14 _!!_ 2·105X1,6·107 X8·10 4 X 26,04·10 4 +(Jr X "
8000 8000
J·1,6·10 7
X 141376·10
6

= 127,108 kN.m
Mu = f/J·Mn = 0,9(127,108) = 114,3972 kN.m
Mu = 1,2MD + 1,6ML

114,3972 = 1,2· ..!..(2)(8) 2 + 1,6ML


8
= 59,49825 kN.m
= 8xMr = 8x59,49825 = 7 437 kN/m
~ 82 '

Persentase tambahan beban hidup yang dapat bekerja jika mutu baja diubah dari
6 07
BJ 37 menjadi BJ 41 adalah sebesar 7 ,4 37 - , x100%= 22,52%.
6,07
198 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

• CONTOH 9.6:
Pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok lantai perpustaL.
yang tertumpu sederhana. Sokongan lateral dipasang pada kedua ujungnya dan pada lo~~­
beban-beban terpusat. Lendutan akibat beban hidup tak boleh melebihi L/300. Gun.:--~­
mutu baja BJ 37!

JAWAB:
p
u
= 1,2(30) + 1,6(30) = 84 kN
= 1,2(5) + 1,6(15) = 30 kN/m

Dicoba menggunakan profil WF 600.300.12.20


790 790
L = ["f.r1 = ~ x68,5= 3493,11 mm
p "J /y -v240

P = 30 kN(O)
q = 5 kN/m(O)
dan 30 kN(L)
dan 15 kN/m(L)

B c

378 kN.m 378 kN.m

BMD

472,5 kN.m 472,5 kN.m


495,9375 kN.m

2
_ ;r JEG]A ;r 2·10 5 X 8·10 4 X 191,56·104 X 192,5·10
x 1
- sx -2- = 4020·103 2

= 13422,598 MPa

X2
_ 4
-
(lJG·]
2
Cw _ 4(
ly -
4020.10
3

8·10 4 x 191,56·10 4
2
] 7259040·10
9020·10 4
6

= 68,5·( 13422598 ]~1+~1+2,2151·10-4 (240-70)


2
= 10432,405 mm
240-70
9.5 DESAIN LRFD BALOK I 199

Cek penampang:

-b =- 300
- =7,5 < - 170 (= 10,97) }
2.tf 2 X20 ft Penampang Kompak

!!._ = 588 - 2 (20) = 45,67 < 1 ~ (= 108,44)


tw 12 ~Jfy

Segmen AB = CD (L = 4,5 m) } Kasus 3


Lp (= 3,493 m) < L (= 4,5 m) < Lr (= 10,432 m)
Penampang Kompak

Menghitung nilai Cb:


MA = 269,578125 kN.m
MB = 501,1875 kN.m
Me = 694,828125 kN.m
Mmax = 850,5 kN.m
12,5x 850,5
( 2,5 X850,5)+ (3 X269,578125)+ ( 4 X501,1875 )+ (3 X694,828125)
= 1,5135
MP = Z X fvJ = 4308,91·10 3 (240) = 1034,1384 kN.m
Mr = Sx·lf;- f) = 4020·10 3 (240 - 70) = 683,4 kN.m

M = Cb·[M,+(Mr-M,) L,-L]
n L, -LP

10432 5 4500
= 1,5135·[683,4+(1034,1384-683,4) ,4° - ]
10432,405-3493,11

= 1488,194 kN.m > MP (= 1034,1384 kN.m)


gunakan Mn = Mp = 1034,1384 kN.m
C/J·Mn = 0,9(1034,1384) = 930,725 kN.m > Mu max (= 850,5 kN.m)

Segmen BC (L = 2,5 m)
L (= 2,5 m ) < LP (= 3,493 m) ~ kasus 2
Mn = MP = 1034,1384 kN.m
cp.Mn = 0,9(1034,1384) = 930,725 kN.m
C/J.Mn < Mu max (= 873,9375 kN.m)

Cek terhadap syarat lendutan:


8 = P·a {3L2-4a2) + 5q·L4
24£1\ 384£./
dengan:
P = 30 kN = 30000 N
q = 15 kN/m = 15 N/mm

200 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

a = 4,5 m = 4500 mm
E = 200000 MPa
I = 1,18.10 9 mm 4
L = 11,5 m= 11500 mm

= 30000 X 4500 ( ( 11500 )2 _4 ( 4500 )2) + 5 X15 X11500


4
3
24 X2.10 5 X1,18.10 9 384 X2.10 5 X1,18.10"

L 11500
= 7,526 = 22,001
+ 14,475 mm <
300
(=
300
= 38,333 mm)

111,

9.6 LENTUR DUA ARAH

Jika penampang bentuk I dibebani oleh momen Mx yang mengakibatkan lemu:-


sumbu kuat, serta momen M y yang mengakibatkan lentur pada sumbu lemah, m2-:..:.
disi batas kekuatan komponen struktur tersebut ditentukan oleh leleh akibat r::-; ...
kombinasi yang bekerja atau oleh tekuk torsi lateral. Contoh komponen yang me:-~_
lentur dalam dua arah adalah struktur gording atau struktur balok keran (crane •
girder).
Perencanaan struktur baja metode LRFD untuk balok yang mengalami lemc .:.
dua arah, mensyaratkan pemeriksaan terhadap:
1. kondisi batas leleh:

+ = M ux + Muy < n. +
J un 5 5 - 'r b')y
X J

2. kondisi batas tekuk torsi lateral:

Dengan:
fun adalah tegangan normal (tarik atau tekan) akibat beban terfaktor
Mux adalah momen terfaktor terhadap sumbu-x (sumbu kuat)
M uy adalah momen terfaktor terhadap sumbu-y (sumbu lemah)
l/Jb adalah faktor reduksi untuk lemur = 0,90
Mnx adalah kuat momen nominal penampang
(dihitung seperti pada pemeriksaan tekuk torsi lateral)

• CONTOH 9.7:
Rencanakanlah sebuah komponen struktur balok keran (BJ 37) dalam gambar her:_._
jika diketahui data-data sebagai berikut:
Bentang bangunan = 18 m
Kapasitas keran = 20 ton
Berat sendiri keran = 16 ton
Berat takel = 7 ton
Berat sendiri rel = 30 kg/ m
Jarak roda-roda = 3,8 m
Jarak antar kolom =6 m
Jarak minimum lokasi takel terhadap rel = 1 m
9.6 LENTUR DUA ARAH 201

min= 1 m

18- 2(0,5) = 17,5 m

JAWAB:
Menentukan reaksi pada roda-roda keran:
P = 20 + 7 = 27 ton
berat keran = 16 ton

17,5 ton

Berat takel + kapasitas keran = 7 + 20 = 27 ton


16,5 16J = 53,5312 ton
RA = 1,6 ( 27-+-
17,5 2
Impak, 10 % = 5, 35312 ton+
RA = 58,88432 ton
Tinjau balok keran bentang 6 m

3,95 m 2,05 m

I~ ~~~-I
58,88432 ton
1
I
202 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

2 05
58,88432 x ' = 20,1188 ton
6
3 95
R = 58,88432x ' = 38,7615 ton
2 6
Akibat beban hidup:
Momen maksimum akibat beban hid up tercapai jika titik tengah dari salah satu r ~·::.._
dengan gaya resultan berada tepat pada tengah-tengah bentang balok. Dari gamba:- _
atas, momen maksimum akan terjadi di titik a atau di titik b.
Momen maksimum di a = 20, 1188(3 - 0,95) = 41,24354 ton.m
Momen maksimum di b = 38,7655(2,05 - 1,9) = 5,814825 ton.m

Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh momen maksimum sebesar 41,24354 :


m, dengan mempertimbangkan koefisien kejut sebesar 1, 15, maka momen maksirr. _-
pada balok keran akibat beban hidup adalah sebesar 1,15(41,24354) = 47,43 ton.m.

Akibat beban mati:


Berat sendiri rel = 30 kg/ m
Berat sendiri balok keran = 150 kg/m +
Total = 180 kg/m

1
MDL= 1,2.-.(180)(6)2 = 972 kg.m = 0,972 ton.m
8
Sehingga momen total:
Mux = 47,73 ton.m + 0,972 ton.m = 48,402 ton.m = 484,02 kN.m

Momen akibat gaya rem melintang:


Gaya rem melintang biasanya diambil sebesar 1115 dari be ban kapasitas keran + b-:-
takel (untuk 2 roda). Sehingga:

be ban lateral per roda = -1 X1- (20+ 7) (1 ,6) = 1,44 ton


2 15
Telah dihitung sebelumnya bahwa akibat beban roda 29,4422 ton menimbt.;_: ...
momen maksimum sebesar 41,24354 ton.m. Sehingga dapat dihitung momen akibar ~,
lateral sebesar 1,44 ton adalah:
1 4
M = ,4 x41,24354 = 2,0172 ton.m = 20,172 kN.m
uy 29,4422

Sebagai balok keran dicoba profil WF 400.400.13.21. Selanjutnya profil ini L.~­
diperiksa terhadap kondisi batas leleh dan kondisi tekuk torsi lateral.
i) Pemeriksaan terhadap kondisi batas leleh
Mux + Muy
fun = S S
X J

6
484,02·10 20,172·10 6
----+----
3
3330·103 1120·10
= 163,36 MPa < l/>bJ; (= 0,9(240) = 216 MPa)
9.6 LENTUR DUA ARAH 203

ii) Pemeriksaan terhadap tekuk torsi lateral

LP = p;·ry
790
= .J790
240
X 101 = 5150,4 mm

x1 = ~JEG]A = 1r
5 4
2-10 X8·10 x273,18·10 x218,7·10
4 2

... Ill,;...,
S.,. 2 3330·103 2
.....
= 20633,56 MPa
2
(~) cw - 4(
2 3 6
- 4 3330·10 ) 8043896·10
x2 - G·J IY - 8·10 4 x273,18·10 4 22400·10 4

= 3,30374·10-4 mm4/N 2
L, = r,· ( />. )~1+~1 +x,(f,-!, )'
= 101·( 2063356 ) /1+ /1+3,30374.10-4 (240-70t = 18983,8 mm
240-70 ~ "V

Lp (= 5,1504 m ) < L (= 6 m) < Lr (= 18,9838 m)

Cek penampang:
b 400 170
- = - - = 9,524 < - (= 10,97)
2.t1 2x21 ff,
h 400-2(21) = 27,54 < 1680 (= 108,44)
13 ff,
Mr = Sx·if;- f) = 3330·103(240- 70) = 566,1 kN.m

MP = Z X i,J = 3600,13.103(240) = 864,03 kN.m

Mn = Cb' [ M, +(MP -M,) L~f,]

18983 8 6000
= 1· [566,1 + (864,03- 566,1) ' - ]
18983,8-5150,4

= 845,73 kNm < MP (= 864,03 kN.m)

<j>b.Mn = 0,9(845,73) = 761,157 kNm < Mux (= 484,02 kN.m)

Jadi, WF 400.400.13.21 dapat dipakai sebagai balok keran tersebut.


204 BAB 9 TEKUK TORSI LATERAL

SOAL-SOAL LATIHAN

P.9.1 - P.9.3
Tentukan besar beban layan terpusat maksimum, yang dapat bekerja di tengah ::- _
bentang balok tertumpu sederhana, dalam masing-masing kasus berikut:

Soal Penampang Bentang (m) !y (MPa)


P.9.1 WF 400.200.8.13 6 240
P.9.2 WF 450.200.9.14 7,25 250
P.9.3 WF 500.200.10.16 9 410

Kekangan lateral dipasang pada kedua ujung tumpuan, sedangkan beban layan terci~~
65% beban hidup dan 35% beban mati.

P.9.4 - P.9.6
Tentukan/pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok yang rr.:-
beban merata sebagai berikut :

Soal q0 (kN/m) qL (kN/m) Bentang (m) !y (MPa) Kekangan lateral


P.9.4 8.75 20 6 240 Menerus
P.9.5 8.75 20 6 240 Ujung & tengah ben:.:.-_
P.9.5 3 8.5 9 410 Tiap 3 m dan pada ujur:~- _

Asumsikan bahwa semua beban sudah termasuk berat sendiri profil!

P.9. 7 Pilihlah profil WF yang ekonomis untuk digunakan sebagai balok dalam struktur :·: ·
ini: (gunakan baja BJ 37)

Kekangan lateral diberikan pada ujung-ujung balok dan pada lokasi beban terr._ .

P.9.8 Periksalah apakah profil WF 350.175.7.11 terhadap lemur dan geser jika mutu b~ _
dipakai BJ 41. Kekangan lateral hanya dipasang pada kedua tumpuan dan p.::...:_;_ _ .
dari kantilever.

P0 =10 kN
_J2ttttttttttttt+:J2++tt PL= 45 kN
q0 = 4 kN/m
(termasuk berat se-·::r-

,.. 3m 3m

Gam bar P. 9. 8
---·

SOAL-SOAL LATIHAN 205

Sebuah penampang tersusun berbentuk I seperti pada Gambar P.9.9, digunakan sebagai
balok tertumpu sederhana sepanjang 15 m. Hitunglah beban layan maksimum, qmaks,
yang dapat dipikul oleh balok tersebut, jika mutu baja yang digunakan adalah BJ 37, dan
perbandingan beban hidup dengan beban mati adalah tiga (LID = 3). Sokongan lateral
dipasang tiap jarak 1I 3 L.
300 mm x 12 mm

))j 1111111111 u
q

111111111111 u1111111111 'i


500 mm x 6 mm

Gambar P.9.9

Rencanakanlah sebuah struktur balok keran dengan menggunakan profil WF (BJ 37)
dengan data-data sebagai berikut:
Bentang bangunan =20m
Kapasitas keran = 25 ton
Berat sendiri keran = 15 ton
Berat takel = 8 ton
Berat sendiri rel = 30 kglm
Jarak roda-roda = 3,5 m
Jarak antar kolom =5m
Jarak minimum lokasi takel terhadap rel =1m

lt.

l ·.-
u_
10
Balok Pelat Berdinding
Penuh (Pelat Girder)
TUJUAN··.PiiMBELAJARAN
ss~~4~,~~l}i~el~J<#i::~~ i~fi\~~~~adi!fatcip~;~p,at:
• N{ern;ili~i.:p~ril~~ ~~r~-~~~k: ~~~~~~~di'*:dil1~P.e11tijl~'tet$,asukperilaku lenOE
geser) •. ·~i·.tn:dan • t~~s(!tta•pe~~!ertik#n~.
• Melaku~ a11~isis • ~an ties~~ ~,~~t.~ Ltotnpo11e11 struktutl¢,!Xrut bent@g pan jan{
denga;p· me11ggut1~an \>al(,)k pelather:dindi11gp~n\dt

Pokok:p~~()k._Pet1l~altaSfl11•. Ba~
1.1 Pendahuluan
1.2 Persyaratail Bal()k f:Iat ~erdin~ng J>eiluh
1.3 Ku~t M()rnen·~Qminal Balok Pelat Berdinding Pel1l1h
1.4 Kua.tGeser Notni~al
1. 5 Kuat .c;es~r. Nominal dengal1 Pengan~h-Aksi· Medan Tafik
1.6 Interaksi Geser dan Lentur
1.7 Pen~akuVertikcd
1.8 Pe~g~ Penaha11GayaTumpu
1.9 {)esain BalQk Pelat }3erdinding. fen till

10.1 PENDAHULUAN

Balok pelat berdinding penuh atau yang lebih sering disebut pelat girder adalah meru::- ;_ . _
komponen struktur lentur yang tersusun dari beberapa elemen pelat. Balok pelat be-~_
ding penuh pada dasarnya adalah sebuah balok dengan ukuran penampang melintan~ _
besar serta bentang yang panjang. Penampang melintang yang besar tersebut meru? '-'
konsekuensi dari panjangnya bentang balok. Jika profil baja gilas panas yang re::-~·:
masih kurang cukup untuk memikul be ban yang bekerja akibat panjangnya ber_ ~c.­
maka alternatif pertama yang ditempuh adalah dengan menambahkan elemen pelar ~ _
salah satu atau kedua flens profil. Jika alternatif ini masih belum mampu membc ._
tahanan momen yang mencukupi, maka biasanya dibuat sebuah balok yang tersusur_ _
elemen-elemen pelat yang disambung satu dengan yang lainnya (balok pelat berdi:-_:
penuh). Jika bentang yang diperlukan sangat panjang, maka tinggi dan berat balok ~·­
berdinding penuh akan cukup besar pula, sehingga alternatif lain adalah dengan r:- : -
gunakan struktur rangka batang.
Beberapa penampang melintang dari balok pelat berdinding penuh ditunjL~-·
dalam Gambar 10.1. Bentuk penampang yang sering digunakan terdiri dari sebuah ~
badan (web) dengan dua buah pelat sayap (flens) yang dihubungkan satu sama lain de-:-_
las (Gambar 10.l.a). Jenis penampang kotak (Gambar IO.l.b) yang mempunyai dua ~ _
pelat badan dan dua buah pelat sayap, adalah bentuk penampang yang mempunyai raL-
torsi cukup baik dan dapat digunakan untuk panjang bentang tak terkekang yang ·::.-·:
10.1 PENDAHULUAN 207

(a) (b) (c)

Gambar 10.1 Penampang Balok Pelat Berdinding Penuh

Sebelum dikenal metode pengelasan maka digunakan sambungan baut atau paku keling
seperti pada Gambar 10.1.c. Jenis lain dari balok pelat berdinding penuh adalah balok hibrida
yang terdiri dari pelat badan dan pelat sayap dengan mutu baja yang berbeda.
Pada dasarnya balok pelat berdinding penuh adalah merupakan sebuah balok yang
tinggi. Batasan yang digunakan bagi sebuah balok seperti dibahas dalam Bab IX, masih
akan digunakan. Gam bar 10.2 menunjukkan kurva hubungan an tara kuat momen nomi-
nal Mn vs rasio kelangsingan A. Batasan untuk tekuk torsi lateral (Gambar 10.2.a) hanya
berlaku untuk penampang yang kompak.

Mpt-----,...._ (a) Batasan Tekuk Torsi Lateral


I
I
I
I
I
Mr ------"1----------------
I
1
I
I
I

Ap =1,76JfE
f
y

(b) Batasan Tekuk Lokal Flens


Tak kompak
Kompak:
I Lang sing
I
I
Mr ------r------------
1 ......
I
I
I
r:•: .
A= bj2t,
1:.:._-

1 .::__ (c) Batasan Tekuk Lokal Web


Tak kompak
n.~-
MP
Kompak:
..---~~..,.~~_.,,..__--1~ Balok pelat berdinding penuh
I
I
Mr ------r--------,
I I ...._
k_._ I I '-
1 I
r: - I I

a:-__ -
e~.::_-
Gambar 10.2 Kondisi Batas untuk Balok Terlentur
208 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Kuat momen nominal, Mn, untuk penampang yang tak kompak (A < A < ;_
harus ditemukan berdasarkan ketiga macam kondisi batas, yaitu tekuk torsi fateral, tek _
lokal flens serta tekuk lokal web. Nilai Mn yang terkecil dari ketiganya adalah nilai :·.:.- ~
menemukan besarnya kuat momen nominal dari suatu komponen struktur terlemur.
Profil baja dengan web yang langsing, A (= h!tJ < Ar (= 2550/ ..fJ; ),
dikategori~.­
sebagai balok pelat berdinding penuh. Penampang dengan nilai A tidak melebihi Ar ~~:...:.. ·
mampu mencapai !,y tanpa mengalami tekuk elastis. Kuat lemur dan geser dari su.'- ·.
balok pelat berdinding penuh sangat tergamung dari web profil, web yang langsing ~~~"--·
menimbulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. tekuk akibat lemur pada bidang web, akan mengurangi efisiensi dari web un: _.
memikul momen lemur
2. tekuk pada flens tekan dalam arah vertikal akibat kurang kakunya web
3. tekuk akibat geser

Hal khusus yang dijumpai pada komponen struktur balok pelat berdinding per._·
ialah adanya pemasangan pengaku melintang (stiffener). Perencanaan pengaku yang te; ~
dapat meningkatkan kuat geser pasca tekuk (post buckling strength) dari balok p.:.~
berdinding penuh. Pengaku yang dipasang pada balok pelat berdinding penuh aJ.:..:..·
mengakibatkan balok tersebut memiliki perilaku seperti rangka batang, bagian web aJ.:...;_·
memikul gaya tarik diagonal sedangkan pengaku akan memikul gaya tekan. Perilaku . -
disebut sebagai aksi medan tarik (tension-field action).

10.2 PERSYARATAN BALOK PELAT BERDINDING PENUH


Komponen struktur dapat dikategorikan sebagai balok biasa atau sebagai balok p.:.~
berdinding penuh, tergamung dari rasio kelangsingan web, hltw, dengan h adalah tin;_~
bersih bagian web dan tw adalah tebal dari web. Jika hltw < 2550/ ..fJ;, maka kompor.: ·
struktur tersebut dikategorikan sebagai balok biasa, dan jika nilai h!tw > 2550/\ _-
maka dalam perencanaannya harus dikategorikan sebagai balok pelat berdinding pen_-
Umuk balok hibrida maka nilai!,y diambil dari nilai!,y flens, hal ini disebabkan kar.:-.
stabilitas dari web umuk menahan tekuk lemur tergantung pada regangan yang ten"-:
dalam flens.
Batas atas dari kelangsingan web, harus ditetapkan umuk mencegah terjadinya tek_-
vertikal dari flens. Batas atas dari h!tw merupakan fungsi dari perbandingan a/h, den~;_-

r
<:. "";>
l h
tw
l h

1
_j
potongan 1-1
J
a adalah jarak amar pengaku vertikal, dan h adalah tinggi bersih dari web.
10.2 PERSYARATAN BALOK PELAT ... 209

Gambar 10.3 Nilai a dan h Balok Pelat Berdinding Penuh


Dari Gambar 10.4, diperoleh hubungan:

E
h
dx =de._ 10.1
1 2
2£!
atau de = --.dx 10.2
h
Komponen gaya yang menyebabkan tekanan dalam arah vertikal pada Gambar 10.5
adalah a A de, sehingga jika gaya tersebut dibagi dengan luasan web tw.dx, akan diperoleh.
1 1
tegangan tekan J;:
= arArde 2·arAr£t
J; 10.3
t w ·h

-.-
I

t = ar.Ar.de
cr, .A, c tw.dx

~cr,.A,.de
de

dx

de
Gambar 10.4 Gaya pada Flens Akibat Kelengkungan Balok
210 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Gambar 10.5 Komponen Gaya Vertikal dari Flens


Tegangan tekuk elastis untuk elemen pelat didefinisikan sebagai:
2
k·n ·E

Untuk b = h, t = tw serta nilai k =1, maka:


n2·E

Dengan menyamakan persamaan 10.3 dan 10.5 maka diperoleh:


2·CJrAref n2 .£

1~1- v2 Xhltw)
2
tw ·h
mengingat bahwa tw.h = Aw' maka persamaan 10.6 dapat diselesaikan untuk hit._

,: = 2~1 ~:2l ~ cr/eJ


2

r
Besarnya cr harus mencapai tegangan leleh flens J; dan jika tegangan residu diperi-__ -.
1
1
kan maka:
Ef = if; +J;)I E
Substitusikan cr = J; , Ef dari persamaan 10.8 serta mengambil nilai E = 2'> ,
1 1
MPa dan V = 0,3, maka diperoleh:

!!_ - 134500-JAJA;
tw - ~ /yf(Jyf+ fr)
Nilai AJA umumnya di bawah 0,5, dan besarnya tegangan residu untuk penampang . : .
1
adalah 115 MPa, sehingga persamaan 10.9 menjadi:
h 95110
10 ~
tw ~~yf(Jyf+115)
Untuk perencanaan besarnya h!tw maksimum diambil sebesar:
h 95000
10.:
tw ~ fyf (fyf + 115)
Persamaan 10. 11 berlaku untuk nilai a/h > 1,5, sedangkan untuk a/h .: ;_ 1, 5 nilai ;, ~.
maksimum dapat diambil sebesar:
h 5250
10.L:
-;::- ff,;
10.3 KUAT MOMEN NOMINAL BALOK PELAT BERDINDING PENUH

Kuat momen nominal dari komponen struktur balok pelat berdinding penuh, ditentukar.
dalam SNI 03-1729-2002 pasal 8.4.1:
Mn =K.S.~'
g Jcr 10.13
10.3 KUAT MOMEN NOMINAL BALOK PELAT ... 211

Dengan:
hr adalah tegangan kritis yang besarnya akan ditentukan kemudian

L-
s adalah modulus penampang
~ adalah koefisien balok pelat berdinding penuh

Koefisien balok pelat berdinding penuh, K,


g
diambil sebesar:

K
g
= 1-[ 1200+300·ar ][!!___2550]
ar
tw fJ: - 1 < 10.14

Dengan ar adalah perbandingan luas pelat badan terhadap pelat sayap (ar = AjA?. Kuat
momen nominal dari balok pelat berdinding penuh diambil dari nilai terkecil dari kerun-
tuhan tekuk torsi lateral (yang tergantung panjang bentang) dan tekuk lokal flens (yang
tergantung pada tebal flens tekan).

:>e Keruntuhan Tekuk Torsi Lateral


Kelangsingan yang diperhitungkan adalah kelangsingan dari bagian balok pelat berdinding
penuh yang mengalami tekan.
L
10.15.a
rT

AP = 1,76 [-f!)' 10.15.b

I"

Ar = 4,40 fy!f 10.15.c

' . Dengan L adalah panjang bentang tak terkekang, dan rT adalah jari-jari girasi daerah pelat
sayap ditambah sepertiga bagian web yang mengalami tekan.

Jika AG .: ;_ AP keruntuhan akan terjadi akibat leleh, sehingga:


hr = J; 10.16.a

Jika AP < A .: ;_ Ar keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral inelastis:

i ~ C;,J;· [1-M~:=~;)] ~J; 10.16.b

Jika Ac > Ar maka keruntuhan yang terjadi adalah tekuk torsi lateral elastis:

10.16.c

Dengan:
f = c:b ·-&__ J;,
<5_ 10.16.d
2

- :-e Keruntuhan Tekuk Lokal Flens Tekan


Faktor kelangsingan yang diperhitungkan adalah berdasarkan perbandingan lebar dengan
tebal flens tekan.

10.17.a
212 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER) l
.1
tlii
!:-"_;1· •.

llil'
.
'

= 0,38. [f 10.:- .:rr


~-~~.·-.~ i
. .1·'.1.·

~7; :::J:·
:!.
= 1,3S. ~k,.E
I'
A.r 10.:-" I~,

fy
dengan:
4
ke
-ff 0,35 .::; ke .::; 0,763

Jika Ac .s A.P keruntuhan akan terjadi akibat leleh, sehingga:

fer = J;
Jika A.P < A .s A.r keruntuhan yang terjadi adalah tekuk lokal flens inelastis:

L = iy-[~-~ ~:=~: )] s !y 10.>.

Jika Ac > A.r maka keruntuhan yang terjadi adalah tekuk lokal flens elastis,

fer =~c-(~J 10.>

Dengan:
fy
fc 10.1 ~ '
2

fy
I
I
C f [ 1_ _! [ AG
by 2 A. -A.
r
- A, )
P
l (a)

0,5Cb.fy
I
I
-----~-----------
I c,t, (.i J ,
I 2 AG
I
I
I
A.G = L/rr
A, =1,76~y Ar =4,40~fy
fy
I 1y[1-fG -A,)] (b)
I 2 A.-A.
r p
I
I

J
O,Sfy
~(
-----~-----------
I
I
I
.i
2 AG
I
I
AG = b,/2f,
A, =0.38.~y A
r
=1,35~k,.E
f y

Gambar 10.6 Batasan Balok Pelat Berdinding Penuh (a) Tekuk Torsi Lateral, (b)Tekuk Lokal Flens
10.4 KUAT GESER NOMINAL 213

Balok pelat berdinding penuh dengan kuat leleh yang berbeda antara £lens dengan
I web, sering dinamakan sebagai balok hibrida. Pada umumnya kuat leleh bagian £lens
lebih tinggi daripada bagian web, sehingga bagian web akan mengalami leleh terlebih
dahulu sebelum kuat maksimum £lens tercapai. Kuat momen nominal dari balok hibrida
adalah:
M n = K.S.f
g ·R
cr e
10.19
Dengan:
12+a,(3m-m 3 )
Re _ ____:._ _ _...:..._ _$. 1,0 10.20
12+2.a,
dan:
ar = AjA1 = rasio antara luas penampang melintang web dengan
penampang melintang £lens
m I' fl'
-- lyw'lyf = rasio antara kuat leleh web dengan kuat leleh £lens

• J.4 KUAT GESER NOMINAL


Kuat geser desain dari balok pelat berdinding penuh adalah ¢v· Vn, dengan ¢v = 0,9. Kuat
geser balok pelat berdinding penuh merupakan fungsi dari rasio tinggi dan tebal web
(h!tJ serta dipengaruhi pula oleh jarak di antara pengaku vertikal yang dipasang. Kuat
geser balok pelat berdinding penuh dapat dibedakan menjadi kuat geser pratekuk dan
kuat geser pasca tekuk yang dihasilkan dari aksi medan tarik. Aksi medan tarik hanya
terjadi jika pada balok pelat berdinding penuh dipasang pengaku vertikal. Jika tak ada
pengaku vertikal, atau bila jarak antara pengaku vertikal cukup jauh, maka kuat geser
balok berdinding penuh hanya disumbang oleh kuat geser pratekuk.
Perhatikan sebuah panel pada balok pelat berdinding penuh yang memiliki jarak antar
pengaku vertikal sebesar a dan tinggi bersih sebesar h, pada Gambar 10.7. Dalam daerah
yang memikul gaya geser besar serta momen lemur yang kecil, maka dapat diasumsikan
bahwa panel tersebut akan memikul geser murni (Gambar 10.7.c).

Tekuk Elastis Akibat Geser Murni


Tegangan tekuk elastis untuk sebuah elemen pelat adalah:

!,, = k· 2{ n'.2X 2
10.21
1 1-v b!t)

Untuk kasus geser murni pada balok pelat berdinding penuh, maka persamaan 10.21
dapat dituliskan menjadi:
2
n ·E·kn
r cr 10.22

Nilai kn merupakan fungsi dari rasio a/h, dalam SNI 03-1729-2002 pasal 8.8.2, ditetap-
kan:
kn =5+ 10.23

Jika didefinisikan besaran baru tanpa dimensi, Cv sebagai rasio antara tegangan tekuk
geser 't cr dengan tegangan geser leleh 'ty, maka:
214 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

(a) Geser murni dalam elemen


a

I~ ~ ~1
(b) Tegangan utama pad a panel
akibat mengalami geser murni

(b) Tegangan utama dalam elemen


akibat geser murni

Gambar 10.7 Teori Geser pada Balok Pelat Berdinding Penuh

Dengan mensubstitusikan 't


y
= 0,6.!,.Y serta V = 0,3 maka diperoleh nilai C _-
daerah tekuk elastis:
- 1 5 kn.E 1 (SNI 03-1729-2002, pasal 8.8.5)
- ' T'(h/tu,) 2

Tekuk lnelastis Akibat Geser Murni


Pada daerah transisi antara tekuk elastis dengan leleh, besarnya 'tcr adalah:
r cr (r proporsiowzl ).( rcre/astis)

Jika persamaan 10.26 dibagi dengan 1_1, serta mengambil nilai 't proporstona
- 1
maka diperoleh bentuk:
~---------------

e l'

Dengan mengambil 'ty = 0,6~ serta v = 0,3 maka diperoleh nilai ell untuk L

tekuk inela.stis: ~ -

e 1 10· ~k~~·E/fv (SNI 03-1729-2002, pasal 8.8.4)


1'
' ~-(h!twJ-

Kuat geser nominal dari balok pelat berdinding penuh ditentukan sebagai ber: ·
V,, = eJ0,6f;J·Aw 1 _

Nilai ell ditentukan dalam persamaan 10.25 untuk tekuk elastis (ell< 0,8) dan :_-
tekuk inelastis nilai ell ditentukan dalam persamaan 10.28 (ell> 0,8).

z
10.4 KUAT GESER NOMINAL 215

1. Untuk nilai Cv = 1, maka persamaan 10.28 dapat dituliskan dalam bentuk:

!!__ = I,JO.
tw
t"·E!y 10.30

Jika nilai h!tw tidak melebihi batas tersebut maka kuat geser nominal balok
pelat berdinding penuh adalah:
Vn = 0,6.+
Jyw A w (SNI 03-1729-2002, pers. 8.8-3.a) 10.31

2. Batas antara tekuk inelastis dengan tekuk elastis dicapai untuk nilai Cv = 0,8,
sehingga persamaan 10.28 dapat dituliskan dalam bentuk:

!!__ = 1,37·
tw
t"·E!y 10.32

Jika I,JO. ~k"·E <(hit,)< 1,37· ~k"·E, maka kuat gcser nominal balok
!y !y
pelat berdinding penuh adalah:

V = 0,6Jv .A · 110· ~n~


n yw w
I ff·El' /y
.-1-
(h/tw)

(SNI 03-1729-2002, pers. 8.8-4.a) 10.33

3. U ntuk h > I ,3 7 · ~ k" ·E , maka kuat gescr nominal balok pelat berdinding
tw Jy
penuh adalah:

0,9·Aw ·kn .£
vn (SNI 03-1729-2002,pers.8.8-5.a) 10.34
(h!tuf

C = Tcr
v r ~
y
C = 110-vn_n. 1'y L -

v ' ( h/fw)

'
1,0 t---'""""'-..
0,8

h J¥E
-=110
t
w
'
_n_
fy
h J¥E
-=137
tIV
'
_n_
fy

Gambar 10.8 Tekuk pada Web Balok Pelar Berdinding Penuh Akibar Geser Murni
216 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

10.5 KUAT GESER NOMINAL DENGAN PENGARUH AKSI MEDAN TARIK


Gaya geser yang bekerja pada balok pelat berdinding penuh dapat menimbulkan __
(elastis dan inelastis). Tahanan pasca tekuk yang timbul dari mekanisme rangka k-
yang bekerja pada panel balok pelat berdinding penuh yang dibatasi oleh pengaku-per_ ~
vertikal. Mekanisme rangka batang ini dinamakan sebagai aksi medan tarik, gay.::.-:-
tekan dipikul oleh pengaku vertikal sedangkan gaya-gaya tarik diterima oleh pela~
(Gambar 10.9).

,
~
t
~
, r
~ ~
~
~
~
~
,r
~ ~

~
~
~A
~
** * * ** , *
~
~ ~
;a , ~c
~ ~
ro
~ ~
~

Gambar 10.9 Aksi Medan Tarik Balok Pelar Berdinding Penuh

Kapasitas geser balok pelat berdinding penuh dengan mempertimbangkan ra:~­


pasca tekuk akibat medan tarik ditunjukkan dalam Gambar 10.10.

Pergeseran regangan, Cv > 1

. - boleh tanpa pengaku vertikal ___. -------. perlu pengaku ver. · :


1,0 E

0,8 Pasca tekuk


(pakai pengaku
vertikal)

- - - -----~-~ hjtw
~
rE:I
1.1o~ 7y. 1,37~T
260

Gambar 10.10 Kapasitas Geser dengan Aksi Medan Tarik

Aksi medan tarik boleh disertakan dalam perhitungan kuat geser balok pelat b;::· _
ding penuh apabila alh < 3 dan a/h < [260/ h!tJf. Selain itu aksi medan tarik tak ~
diperhitungkan untuk balok hibrida serta pada panel-panel ujung (panel A pada G..:..-
10.9) balok pelat berdinding penuh.
10.5 KUAT GESER NOMINAL DENGAN PENGARUH ... 217

Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan mempertimbangkan aksi
medan tarik dapat diekspresikan sebagai:
vn = V:,,. + v,f' 10.35
Dengan Vcr = C !I .(0,6.+
:fyw
).Aw sesuai persamaan 10.29. Nilai C v ditentukan dalam persa-
maan 10.25 dan 10.28 untuk tekuk elastis dan inelastis. ~/ merupakan sumbangan dari
aksi medan tarik yang akan diturunkan dalam bab ini.

Jiinh Optimum Aksi Medan Tarik


Perhatikan tegangan tarik CJ1 yang timbul pada suatu panel balok pelat berdinding penuh
dengan membentuk sudut y terhadap bidang horizontal, pada Gam bar 10.11. Besarnya
gaya tarik diagonal total, T yang timbul sepanjang tinggi web adalah:
T CJt"tw·h-cos y 10.36

Gambar 10.11 Tegangan Tarik pada Web Akibat Aksi Medan Tarik

Komponen gaya dalam arah vertikal merupakan gaya geser Vyang besarnya:

V = Tsin y = CJ1·tw·h·cos y ·sin y 10.37

Jika gaya tarik diagonal, T, ini timbul pada flens maka diperlukan pengaku vertikal,
sebab kekakuan vertikal dari flens cukup kecil dn flens telah bekerja untuk memikul
momen lentur yang diterima oleh balok pelat berdinding penuh. Dalam keadaan ini
biasanya diberi pengaku vertikal yang dapat didisain untuk menahan komponen vertikal
dari gaya tarik tersebut. Gaya geser ~~I yang timbul pada pengaku vertikal adalah:
~ ~f = CJt"s.tw.sin y 10.38

Gambar 10.12 Gaya yang Timbul Akibat Aksi Medan Tarik


218 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Dari Gambar 10.12 diperoleh hubungan:


= h-cos r - a-sin r
Dengan a adalah jarak antara pengaku vertikal.

Substitusikan persamaan 10.39 ke dalam persamaan 10.38:


11 vtf = (Jt" tw·(h-cos r- a-sin rJ· sin r
2
= <Jt· tw·(h/2-sin 2y- a·sin y)

Nilai maksimum 11V diperoleh jika d(L1VJ!dy


1
= 0.
d(~ vtf) = (Jt" tw·(h-cos 2y- 2-a-sin y.cos ?1 = 0
dy
Persamaan 10.41 terpenuhi jika:
0 = h·cos 2y- a-sin 2y
sehingga:
h-cos 2y = a-sin 2y
atau:
h
tan 2y=
a

. 1
sm 2 r = ---==== 1( -

~l+(;:J
cos 2
%
r = -r======= 1:-

1 +(;~r

T
/ pI /
l// cr · 1
a.siny

r /
Tengah-tengah
tinggi

Vtt/2j
F w ,..__
LlFr + F, ...-- ill
Gambar 10.13 Gaya-Gaya Akibar Aksi Medan Tarik
tt/2
---..
---..
--"f
F

~
F,
w
h/2
10.5 KUAT GESER NOMINAL DENGAN PENGARUH ... 219

Dengan memperhatikan kesetimbangan gaya arah horizontal serta kesetimbangan


momen terhadap titik 0 pada Gambar 10.13, maka:

L FH = 0
0 = (at"tw·a·sin "{)·cosy+ Fw + F - Fw- (11F + F)
1 1
11F1 = at"tw·a·sin "{·cos y
t ·a .
= () · _w_ ·Sill 2y 10.45
t 2
L M0 =0
0 = 11F (hl2) - (Vt}2)(a/2) - (Vt}2)(a/2)
1
11F = Vtf(alh) 10.46
1

Samakan persamaan 10.45 dengan 10.46 untuk mendapatkan nilai Vif


Vtf·a =
__ t ·a . 2"(
(J/_W_·Slll
h 2

V - () h·tw [ 1 ] 10.47
t: tf - t" -2-. ~1 +(a! h)2

Kondisi aktual tegangan pada bagian web terdiri dari tegangan geser 't dan tegangan
normal at, sehingga keruntuhan web akibat kombinasi kedua tegangan ini harus diperhi-
tungkan.

Gambar 10.14 Tegangan Geser dan Tegangan Normal pada Web

Teori Energi Distorsi memberikan hubungan untuk keruntuhan tegangan dalam


bidang dengan bentuk ellips seperti pada Gambar 10.15 (lihat kembali bab II), dan dapat
dinyatakan sebagai sebuah persamaan:
a/ + a/ - a 1a2 f/ = 10.48
dengan a1 dan a2 adalah tegangan utama.

Pada Gambar 10.15, Titik A merupakan kondisi geser murni, dan titik B merupakan
kondisi tarik. Keruntuhan web dari balok pelat berdinding penuh akan terjadi di antara
titik A dan titik B. Hubungan antara titik A dan titik B dapat didekati dengan sebuah
garis lurus yang mempunyai persamaan:
220 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

garis lurus (slope = ~3-1)

0"1 + -0"2
(geser murni)

(a) (b)

Gambar 10.15 Teori Energi Distorsi

Untuk kondisi (j1 = rcr + (jt dan (j2 = -rcr' maka persamaan 10.49 menjadi:

!!..£_ = 1- rcr = 1- rcr = 1 - c 1. c

!Y !Y/ f3 ry v

Substitusikan persamaan 10.50 ke dalam persamaan 10.47 untuk memperoleh ..


geser yang diberikan oleh aksi medan tarik.

Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan mempertimbangkan adc.-
aksi medan tarik adalah:
vn = V:.r + vif
= C,-(0,6-J;J·h-tw + h·tw -(!- cJf I l
2
l~ 2
1+ (a I h) J
Vn = 0,6fv ·A .
yw w
[c v
+ I- C"
1,15~1+ (a!ht
lJ 10 ;

(SNI 03-1729-2002,pers.8.8-4.b dan 8.8-5.b)

Nilai Cv dalam persamaan 10.51 ditentukan seperti pada persamaan 10.25 (uc _
tekuk elastis) atau 10.28 (untuk tekuk inelastis).
Gaya yang bekerja pada pengaku vertikal didapat dengan menghitung kesetimban;.
gaya dalam arah vertikal dari Gambar 10.13, dan diperoleh hubungan:
P5 = ((jt.tw·a·sin f1·sin y 10 . .: _
10.6 INTERAKSI GESER DAN LENTUR 221

Dengan mengingat persamaan trigonometri:

1-cos2y
.
sm
2
r= ----
2

l
maka persamaan 10.52 dapat dituliskan menjadi:

t 11f- ~I +(aih)
p a·t a/ h 10.53
s
= cr,- ( 2

Substitusikan nilai at dari persamaan 10.50 ke dalam persamaan 10.53:

p 10.54
s

·o.6 INTERAKSI GESER DAN LENTUR

Jika kuat geser balok pelat berdinding penuh diperhitungkan dengan mempertimbangkan
aksi medan tarik, maka kombinasi lentur dan geser harus turut diperhitungkan pula.
Hubungan interaksi antara kuat lentur dengan kuat geser ditunjukkan dalam Gambar
10.16.

A
1,0 1 - - - - - - - c - . .
I
I B
0,75 - - ··------I-----
I
!

0,6 1,0

Gambar 10.16 Interaksi Geser dan Lemur

;- Gam bar 10.16 hendak menyatakan:


a. Jika VJ ¢. Vn < 0,60, maka Mu = ¢.Mn
b. Jika Mj¢.Mn < 0,75, maka V: = ¢. Vn

Dalam desain LRFD kedua kondisi tersebut dapat dituliskan sebagai:


1. untuk V:l¢. vn .: ; 0,60, berlaku
Mu.::; l/J.Mn 10.55

2. untuk Mj¢.Mn.::; 0,75, berlaku


v:.::; ¢. vn 10.56
222 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Apabila kedua kondisi di atas tidak terpenuhi maka harus diperhitungkan ir:::- _
geser dan lemur, yang direpresentasikan sebagai garis lurus AB dalam Gam bar 1O.lt_-
memiliki persamaan:
M
~-u- +-5 ~u-
V
= 1,375
l/J·Mn 8 l/J·Vn

Dalam SNI 03-1729-2002 pasal 8.9.3, persamaan 8.9-2, interaksi geser dan __
disyaratkan:
M V
_u_+0,625·~u_::::;; 1,375 1,:
l/J·Mn l/J·V:
dengan:
vn adalah kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh
M n adalah kuat lentur nominal balok pelat berdinding penuh
vu adalah gaya geser ultimit yang bekerja
M u adalah momen lentur ultimit yang bekerja

Kondisi 1 dan 2 dapat dikombinasikan untuk memperoleh batasan-batasan F;:- _


gunaan persamaan interaksi geser-lentur. Asumsikan pertidaksamaan 10.57 dan 10.58 r;.:__
terpenuhi, maka masing-masing akan memberikan sepasang pertidaksamaan baru.
~ > ¢·0,6· vn 10.5.: .•
Mu < l/J·Mn 10.5.:. ~
Mu > l/J·OJ5·Mn 10.6( •
~ < ¢·Vn 10.6C:

Bagi persamaan 10.59.a dengan 10.59.b serta persamaan 10.60.a dengan 10.6( :
sehingga menghasilkan:
V 0,6·V
_u_>~-n 10.61..:.
Mu- Mn
Mu 0,75·Mn
-->~~-----"- 10.61.~
V:t - vn
Kedua persamaan ini dapat dituliskan kembali menjadi:
0,6·V
_ V
_n <-u-< Vn
10.6:
Mn - Mu - 0,75·Mn
Persamaan 10.62 memberikan batasan-batasan penggunaan persamaan interaksi geser-
lentur (persamaan 10.58).

10.7 PENGAKU VERTIKAL


Ciri-ciri suatu balok pelat berdinding penuh adalah adanya pengaku-pengaku vertik;:,_
yang dipasang. Dua macam parameter stabilitas balok pelat berdinding penuh adalah rasic
h!tw serta a/h. Jika kedua parameter ini diambil serendah mungkin maka tekuk yang di-
akibatkan oleh geser dapat dihindarkan. Untuk profil-profil gilas panas yang ada umumny.:.
memiliki rasio hltw yang kecil sehingga tekuk akibat geser tidak akan terjadi. Jika pengah.:
vertikal yang dipasang setiap jarak a sedemikian rupa sehingga nilai a/ h cukup kecil make.
akan timbul aksi medan tarik yang dapat meningkatkan kuat geser nominal dari balok
pelat berdinding penuh. Dimensi pengaku vertikal harus direncanakan sedemikian hingg<'-
10.7 PENGAKU VERTIKAL 223

mampu menahan gaya tekan yang timbul akibat aksi medan tarik, sehingga mekanisme
rangka batang dapat timbul pada panel-panel balok pelat berdinding penuh.
Pengaku vertikal boleh tidak digunakan jika kuat lemur penampang dapat tercapai
tanpa terjadinya tekuk akibat geser. Dari Gambar 10.10 pengaku vertikal tak perlu di-
gunakan jika:

!!__
tw
~ l,JO. t··E
!y
10.63

Nilai kn dapat diambil sama dengan 5, jika pengaku vertikal tak digunakan sehingga
persamaan 10.63 menjadi:
!!_ ~
tw
2,46- rz
~ /y
10.64

Jika batasan pada persamaan 10.64 tak terlampaui, maka kuat geser nominal maksi-
mum dapat tercapai:
vn = 0 ' 6.1' -A
Jyw w
10.65

Jika kuat geser rencana yang diperlukan lebih kecil dari kuat geser maksimum, maka
pengaku vertikal tak dibutuhkan bila:
Vn <
-
Cv-0 ' 6.1'
Jyw ·Aw
10.66

Persamaan 10.66 tidak berlaku jika rasio hltw melebihi 260, sebab pengaku vertikal
harus dipasang bila hltw melebihi 260. Nilai Cv dapat diambil sesuai persamaan 10.25
t>. "' (untuk tekuk elastis) dan 10.28 (untuk tekuk inelastis) dengan nilai kn = 5:
t-:
1. jika: 2,46- rz
~!;
~ !!_ ~
tw
3,06· rz
~!;
(tekuk inelastis)

C = 2,46-~Ej fy 10.67.a
v
6: - h/tw

2. jika: 3,06· rz ~ !!_ ~


~!; tw
260 (tekuk elastis)

C = 7 5· E 1 10.67.b
v ' /y (h/twt
).t ~

Secara ringkas, pengaku vertikal tak diperlukan apabila kedua kriteria berikut ter-
penuhi:
1. hitw<- 260 10.68
2. Vn < Cv ·0,6.+
- Jyw ·Aw 10.69

Pengaku vertikal harus mempunyai kekakuan yang cukup untuk mencegah web ber-
iL.
deformasi keluar bidang ketika terjadi tekuk pada web. Oleh karena itu, perlu ditentukan
lS: .
momen inersia minimum yang harus dimiliki oleh pengaku vertikal, yaitu:
I s >- ;··a·tw 3 10.70
Dengan:
Is adalah momen inersia pengaku vertikal yang diambil terhadap tengah tebal
pelat web untuk sepasang pengaku vertikal, dan diambil terhadap bidang kon-
tak dengan web jika hanya ada sebuah pengaku vertikal
224 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Pengaku vertikal harus mempunyai luas yang cukup guna menahan gaya tek.:.:-_
timbul akibat aksi medan tarik. Akibat aksi medan tarik, pengaku vertikal memik-_ _
tekan sebesar:

p alh ]
s = 0,5fyw·(!- CJa·tw· 1- ~!+(a!h)'
[

Jika kedua ruas dalam persamaan 10.72 dibagi dengan kuat leleh dari pengaku ·. =-
if;), maka akan didapat luas minimum yang dibutuhkan dari pengaku vertikal.

A
st
= !l_ = o5· f yw ·(1- c )·h·t ·f!!_ _ (a! h)
f yst ' f yst v w h /
v1+(a!h)
2

2
j
·(.u

Untuk balok non hibrida serta dengan mempertimbangkan pengaruh ekse:-:~­


pada pengaku vertikal maka SNI 03-1729-2002 (pasal 8.12.2, persamaan 8.12-1 -
syaratkan luas minimum pengaku vertikal adalah:

As

Dengan:
cv ditentukan dari persamaan 10.25 atau 10.28
Aw = h.tw ; adalah luas web
D = 1,0 untuk sepasang pengaku vertikal
= 1,8 untuk pengaku vertikal dari profil siku tunggal
= 2,4 untuk pengaku tunggal dari pelat
Sambungan pengaku vertikal ke web dan ke flens tekan harus diperhir_- _
sedemikian rupa sehingga las dapat mentransfer gaya tekan, P5 , dengan baik. Sec~-_
antara pengaku vertikal dengan flens tarik tidak perlu dilakukan penyambungan ~: · .
las, sebab konsentrasi tegangan pada flens tarik akan menyebabkan terjadinya kerc- _
akibat lelah lfatigue) dan keruntuhan getas. Tanpa adanya pengelasan antara r=- _
vertikal dengan web diharapkan dapat menimbulkan keruntuhan yang daktail. Jar~­
bungan las web dan pengaku vertikal dengan sambungan las flens tarik dan we~ ·
diambil sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari 6 kali tebal web dan tidak kurc.:- : -
4 kali tebal web. Gam bar 10.17 menunjukkan sambungan-sambungan yang haru' -
hitungkan pada balok pelat berdinding penuh.

10.8 PENGAKU PENAHAN GAYA TUMPU


Balok pelat berdinding penuh yang menerima beban terpusat, maka bagian we~ ·
diperiksa terhadap kuat leleh, kuat tekuk dukung, kuat tekuk lateral serta kua: -·
lenturnya. Prosedur pemeriksaannya sama seperti yang dilakukan terhadap balok hie..,~
dibahas dalam bah V. Pemeriksaan kekuatan web terhadap gaya tekan terpusat ..:. ~
dalam SNI 03-1729-2002 pasal 8.10.
10.8 PENGAKU PENAHAN GAYA TUMPU 225

sambungan flens dan web


sambungan flens dan pengaku vertikal

flens maksimum 6tw

•::

Gambar 10.17 Sambungan Las pada JJalok Pz·i;ll- Berdinding Penuh

~ .Jat Leleh Web


n:~ Kuat tumpu terhadap leleh suatu web adalah:
l - a. Bila jarak beban terpusat terhadap ujung balok lebih besar dari tinggi balok:
Rb = (5·k + N)i,yw·tw 10.75.a
b. Bila jarak beban terpusat terhadap ujung balok lebih kecil atau sama dengan
1 - tinggi balok:
Rb = (2,5·k + N)i,yw·tw 10.75.b
Dengan:
k adalah tebal flens ditambah jari-jari peralihan
N adalah dimensi longitudinal pelat perletakan atau tumpuan (minimal = k)

<:Jat Tekuk Dukung Web


Kuat web terhadap tekuk di sekitar flens yang dibebani adalah:

l
a. Bila beban terpusat dikenakan pada jarak lebih dari d/2 dari ujung balok
titun~·
5
edanz_·
n de:-_ Rb = 0,79·tw
2
·liI + \_i N)(t
j ,; Jl, v----t-
{E7;t7 l0.76.a
:runr:_- _
pen~­ b. Bila beban terpusat dikenakan pada jarak kurang dari h/2 dari ujung balok
arak '-'-- Untuk Nld ~ 0,2:
veb L-
trang _:.__ 10.76.b
rus d::-:

reb h.:.~_
Untuk Nld > 0,2:

= 0,39·t}·
l ~ 1,5F
{(dN)
1+ 4 -0,2
t
t;
J
£.
t:
·tf
10.76.c

1at teL Dengan:


nasa y.:_· _ d adalah tinggi total balok pelat berdinding penuh
t diba:. 'i adalah tebal flens balok pelat berdinding penuh
226 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Kuat Tekuk Lateral Web


Kuat tekuk lateral web adalah:
a. Unruk flens yang dikekang terhadap rotasi dan hanya dihitung bila
(hltJI(Lib) ~ 2,3:

- Cr·E·tw3·tfl (h!tJ3J 10.--.


Rb - 2 1+0,4 3
h (Lib1 )
b. Untuk flens yang tidak dikekang terhadap rotasi dan hanya dihitung biL:
(hit)! (Lib) ~ 1,7:

R
b
= Cr ·E·tw
hz
3
l
·t1 04 (hitw )
' (L!bft
3
j 10.--

Dengan:
cr = 6,6.10 6 J'ika M u <- M y
6
= 3,3.10 jika M u > M y
L adalah panjang bentang tak terkekang dari flens yang terbesar

Kuat Tekuk Lentur Web


Kuat tekuk lemur dari web adalah:

Rb = 24,08·t} ~ E·f 1: -
h y

Jika pada tiap lokasi beban terpusat telah dipasang pengaku penahan gaya n..:.:- ·
maka tidak perlu lagi dilakukan pemeriksaan kuat web terhadap leleh, tekuk de.:._·
tekuk lateral dan tekuk lentur.
Lebar pengaku pada setiap sisi web harus diambil lebih besar dari sepertiga.
flens dikurangi setengah tebal web, sedangkan tebal pengaku harus diambil lebih
dari setengah tebal flens serta memenuhi syarat kelangsingan:

t_:::;
ts
0,56 rz
~ ~~
1:-

dengan b5 adalah lebar pengaku dan t5 adalah tebal pengaku.

Tahanan tumpu dari sebuah pengaku penahan gaya tumpu diambil sebesar:
l/J·Rn = 0,75(1,8:!y-Apb) 1: ~.

Dengan Apb adalah luas penampang dari pengaku penahan gaya tumpu. Selan i _~ ·
pengaku ini harus diperiksa seperti halnya sebuah batang tekan dengan persyaratan:
1. pengaku harus dipasang sepasang setinggi pelat web
2. penampang yang dihitung sebagai batang tekan adalah penampang meli:-. ~. ·
dari pengaku ditambah dengan 12.tw (untuk panel ujung) atau 25.tu· 1 :...:- · .

panel dalam). Dengan t w adalah tebal web


3. panjang tekuk diambil sebesar 0,75.h

• CONTOH 10.1:
Sebuah komponen struktur balok pelat berdinding penuh seperti tampak pada ga~: _
memikul beban layan dengan rasio be ban hid up terhadap be ban mati adalah 3. B.:::
merata 6 ton/m sudah termasuk berat sendiri balok. Flens tekan diberi kekangan L:: ·
10.8 PENGAKU PENAHAN GAYA TUMPU 227

di kedua ujung tumpuan serta pada lokasi-lokasi beban terpusat. Pengaku penahan gaya
tumpu dipasang pada tumpuan serta pada beban-beban terpusat. Tidak ada pengaku ver-
tikal dan mutu baja yang menggunakan BJ 37. Asumsikan sambungan las sudah men-
eukupi. Periksalah kuat lentur, kuat geser, interaksi geser lentur, dan pengaku penahan
gaya tumpu!

JAWAB:
Hitung Pu dan qu:
pu = (1,2 X lA X 18) + (1,6 X% X 18) = 5,4 + 21,6 = 27 ton
qu = (1,2 X IA X 6) + (1,6 X % X 6) = 1,8 + 7,2 = 9 ton/m
Periksa apakah komponen struktur tersebut memenuhi syarat untuk dianalisa sebagai balok
pelat berdinding penuh:
!!..._ = 170 = 170
tw 1

2550 = 2550 164,6


[l;illo
25
karena ) { > /f!~ maka balok ini memenuhi syarat untuk dianalisa sebagai balok

1.-. pelat berdinding penuh.

Bagian web harus memenuhi syarat kelangsingan. Batasan }{w tergantung dari rasio
r;. Dalam soal di atas pengaku penahan gaya tumpu sekaligus dianggap sebagai pengaku

vertikal, sehingga: a/h = 365 = 2,147


Ih 17o
Nilai a hanya sebuah perkiraan sebab a tidak tepat 365 em. Pada panel-panel dalam,
365 em adalah jarak dari as ke as antara pengaku vertikal dan bukan jarak bersihnya. Pada
panel ujung (tumpuan) jarak a kurang dari 365 em karena pada tumpuan dipasang dua
pengaku vertikal.

Karena % > 1,5 maka:

a. Tahanan Lentur
diperoleh dari persamaan: M n = Kg X S X f.cr
en~

uk
18 ton 18 ton 18 ton

1
I ~
A£11 1~[ lllllll~~lllll!yiiiii!E
! ! q = 6 ton/m

ar.
an
3,65 m 3,65 m 3,65 m 3,65 m
·a1
228 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

106,2 ton

-106,2 t:-

436,905 ton

pi 2,5 X.!:

2 pi
2 X 19
----... ......
.. >-
2 pi
2 X 19
--._
.
pi 1 X 170 I
175

I
.
f+- 12 em
.. ~ .

-1 f+-2,5
1
Perhitungan momen inersia ditampilkan sebagai berikut:

Komponen A IX d IX+ A .cf


Web 409416,66 409416,66
Flens 100 86,25 743906,25
Flens 100 86,25 743906,25
Total 1897229,16

Modulus penampang elastis, S diperoleh dari:

S
rz
Ix 1897229,16 = 21682,62 cm3
= 17x
Nilai fer didasarkan pada pemeriksaan terhadap tekuk torsi lateral dan tekuk lo~­
flens. Untuk memeriksa terhadap tekuk torsi lateral diperlukan jari-jari girasi seperti p.=.:...
gam bar.

a
10.8 PENGAKU PENAHAN GAYA TUMPU 229

Iy = 1/12 X 2,5 X 40 3 + 1/12 X 85 X 13


= 13340,4133 cm4
A = (40 X 2,5) + (85 X 1)
= 185 cm 2
r = /i:AY = .--1-33_4_0_,4_1_3_3 = ,4 em
T ~A 185
8 92

Panjang bentang tak terkekang dari flens tekan adalah 3,65 m, sehingga kelangsingan
untuk tekuk torsi lateral adalah
L 365
Ac = - = - - = 42,982
rT 8,492

A = 176
p ' ~ fi
IE = 176 200000
' ~r 240 = so' 807
karena Ac < Ap maka fer = J; = 240 MPa
Untuk pemeriksaan terhadap tekuk lokal flens
Ac = bf = ___iQ_ = 8
2·tf 2-2,5
200000
Ap = 0,38 {EfyE = 0,38 = 10,97
~fi 240
karena Ac < Ap maka fer = J; = 240 MPa
Besarnya koefisien balok pelat berdinding penuh, ~ tergantung dari rasio ar:
A 1X170
ar ____!!!.... = = 1,7 < 10
A1 2,5x40

K 1_[ ar ][}!__2550]< 100


g 1200+300·ar ttw [l; - '

17 2550
1-[ • ][170- ] = 0,99463
1200 + 300( 1, 7) --) 240
Tahanan lentur nominal dari balok pelat berdinding penuh:
M n =KxSxf.
g cr

= 0,99463 X 21682,62 X 103 X 240


= 5175884239,34 Nmm = 517,5884 ton m
¢Mn = 0,9 X 517,5884
= 465,82956 ton m > Mu (= 436,905 ton m)

b. Tahanan geser

Kuat geser balok pelat berdinding penuh merupakan fungsi dari rasio kelangsingan web

( } ( ) dan rasio jarak pengaku vertikal dengan tinggi web ( ~ ). Aksi medan tarik dapat
diperhitungkan jika ~ < 3,0 dan tidak lebih dari:

[xJ :~~r =[ = 2,339


230 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Nilai alh kurang lebih 2, 147, sehingga aksi medan tarik dapat diperhitungkan cL
menentukan kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh. Aksi medan tarik 1-: _
dapat diperhitungkan pada panel-panel selain panel ujung. Hi tung nilai kn dan Cz:
5 5
k = 5+-- = 5+-- 2 = 6,085
n (%f 2,147

IIO~k,.£ = I10 6,085x200000 = 78 ,331


' fy ' 240

137 ~ k, ·E = 137 6,085x200000 = 97557


' fy ' 240

karena X = 170 > 1,37 ~ kJ,E , maka C, dihitung dari persamaan 10.25:
C = l,S--kn_·E. _ _ _ = 15.6,085X200000 = 0,
, 1, (XJ , 240 170'
263

Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan mempertimbangkan .:.-::c ·
aksi medan tarik adalah:

V =0,6xfv xA [C+ l-Cv ]


" yw w 1,15~1 +(%)'
'

1-0,263 ]
= 0,6 X 240 X (10 X 1700) 0,263+
[
I = 130,62 ton
1,15-y 1+ 2,147 2
¢· Vn = 0,9 X 130,62 = 117,558 ton > 46,35 ton

Untuk panel ujung aksi medan tarik tidak boleh diperhitungkan, sehingga kuc.: :-
nominal untuk panel ujung ditentukan dari persamaan 10.34:

vn = 0,9xAwxknxE

(X)'
0,9x (lox 1700 )x6,085x 200000
--'------'--------- = 64,43
2
ton
170
cp. Vn = 0,9 X 64,43 = 57,987 ton < 106,2 ton

Karena kuat geser panel ujung kurang dari kuat geser perlu, V:.' maka dapat dire:-: ..:
2 solusi. Solusi pertama adalah mengurangi kelangsingan web ( dengan menamb.:...- '··
tebalan web), solusi kedua adalah dengan mengurangi rasio a/h pada tiap panel __
dengan menambah pengaku vertikal. Dalam contoh soal ini ditempuh solusi
kedua.
Lokasi dari pengaku vertikal yang pertama ditempuh dengan strategi sebag.:.:
kut:
l'h
'rv
X Vn = 'rv
l'h X (0,6 X A w X lyw
!' X C)
v
10.8 PENGAKU PENAHAN GAYA TUMPU 231

cv
¢ x( 0,6x Awx fYw)
11

4
106,2x10 =
0482
0,9x( 0,6) X (10X1700) X ( 240) ,

Dengan mengingat persamaan 10.25:


k ·E 1
Cv = 15·-n-·---
' !, (y,J
C,xf, x(J,J
kn
1,5xE

=
0,482 X240 X (170 t= 11,144
1,5x200000
5
kn 5+--
(;;;r
a/h = ~ kn-5
5
= ~ = 0,90211
~~
sehingga jarak pengaku vertikal yang dibutuhkan adalah:
a = 0,90211 X h = 0,90211 X 170 = 153,3 em ""' 150 em
meskipun a didefinisikan sebagai jarak bersih antar pengaku vertikal, dalam contoh ini
secara konservatif jarak antar pengaku vertikal diambil dari as ke as dan pengaku vertikal
pertama diletakkan sejarak 150 em dari ujung balok pelat berdinding penuh. Penambahan
pengaku vertikal ini akan memberikan kuat geser balok pelat berdinding penuh yang lebih
besar daripada beban geser terfaktor maksimum (= 106,2 ton).

c. lnteraksi Geser-Lentur
lnteraksi geser-lentur harus diperiksa jika ada aksi medan tarik, dengan demikian interaksi
geser-lentur tidak perlu diperiksa untuk panel-panel ujung. Interaksi geser-lentur hanya
diperiksa jika dipenuhi syarat:
0,6.Vn < Vu < Vn
Mn - Mu - 0,75.Mn

0,6( 130,62) < ~< 130,62


517,5884 - Mu - 0,75(517,5884)

0,1514 .s VJMu .s 0,3365


1f--
Nilai VJMu max= 46,35/327,67875 = 0,1414
I .•::

)U:- ~
Karena nilai VJMu di luar batas syarat pemeriksaan interaksi geser-lentur, maka dalam
\"J:-.~
contoh ini tidak perlu diperiksa masalah interaksi geser-lentur.

be:- d. Pengaku penahan gaya tumpu


Karena pada tiap lokasi beban terpusat telah dipasang pengaku penahan gaya tumpu,
maka tidak perlu lagi pemeriksaan kuat web terhadap leleh, tekuk dukung, tekuk lateral
232 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

dan tekuk lentur. Selanjutnya pengaku penahan gaya tumpu harus dianalisa seperti an..;._
batang tekan.
Untuk pengaku penahan gaya tumpu pada panel-panel ujung dan panel dalam:
bs = .!2 = 9,5
f5 2

200000
0,56· {][ = 0,56· = 16,166 > 9,5 ( .
v!y 240
Tahanan tumpu untuk pengaku pada panel-panel dalam, dihitung sebagai beriL-
Apb = 2.a.t = 2(19 - 2,5)(2) = 66 cm 2
Rn = 1,8J'.A
:ly pb = 1,8(240)(6600) = 285,12 ton
¢.Rn = 0,75.Rn = 0,75(285,12) = 213,84 ton > 27 ton ( ·

A_ A
--y
2 em

r--
2
---. 2
--~ 1-.-.-1 25.tw=25
T
_L
err

_A_
--y
A

r---1
a= 16,5 em
~
19 em

Potongan 1-1 Potongan 2-2

Periksa kekuatan pengaku sebagai batang tekan dengan:


A = 2(2)(19) + (1)(25) = 101 cm 2
g

Momen inersia terhadap sumbu web:


I = L (I0 + A.d ~

= 25.(1)3 +{2·(19)3 +(19X2{_!2+_!_)2l


12 12 \ 2 2
= 9888,4166 cm 4
Jari-jari girasi:

r = g= 9888,4166 = 9,8947 em
101
Rasio kelangsingan:
k·L k·h 0,75·(170)
= 12,8857
r r 9,8947

Ac = !.;.,. /.1; = ~12,8857) 240


= 0,142 co 1

-7 =
n n 2ooooo tl3
Kuat tekan nominal penampang:
N n =Aglcr 2
.1' = 101·10 ·(240/1) = 242,4 ton
¢·Nn = 0,85(242,4) = 206,04 ton > 27 ton
10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 233

Untuk panel ujung, tahanan tumpu pengakunya adalah:


C/J·Rn = ¢(1,8:/:-A
y pb) = 0,75(1,8)(240)(4)(165)(20)
= 427,68 ton > 106,2 ton

---.
.------
2 2

a = 16,5 em -1 1--
Potongan 1-1
12
V+m
19 cnrl 1--
Potongan 2-2

Periksa kekuatan pengaku sebagai batang tekan:


A = 12(1) + 4(19)(2) = 164 em 2
g
I =L (I0 + A.d ~

= 12·(1)3 + 412·(19)3 +(19Xif12+!)2]


12 l 12 \ 2 2
4
= 19773,66 em
Jari-jari girasi:

r =H= 19773,66
164
= 10,9805 em

Rasio kelangsingan:
k-L = k·h = 0,75·(170)
= 11,6115
r r 10,9805

240
"A
c
= _!_.A.
n ~E
It;= _!_(11,6115)
n 200000
= 0,1281

Kuat tekan nominal penampang:


N n =Agla 2
J' = 164.10 ·(240/1) = 393 ' 6 ton
C/J·Nn= 0,85(393,6) = 334,56 ton > 106,2 ton

Hingga langkah ini semua persyaratan bagi balok pelat berdinding penuh telah di-
periksa, sehingga profil balok tersebut beserta pengaku-pengakunya eukup kuat untuk
memikul beban yang bekerja padanya.

10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH

Tujuan utama dari proses desain sebuah balok pelat berdinding penuh adalah menentukan
ukuran-ukuran dari flens ataupun web, di samping itu perlu juga diputuskan terlebih
dahulu pemakaian pengaku-pengaku vertikal serta pengaku-pengaku penahan gaya tumpu.
234 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Proses akhir desain adalah menyambungkan bagian-bagian dari suatu balok pelat be_
ding penuh dengan menggunakan alar sambung las. Secara umum proses desain -_
balok pelat berdinding penuh adalah sebagai berikut:
1. Tentukan tinggi dari balok pelat berdinding penuh, secara praktis seperti r. ~
pada desain balok biasa, maka tinggi dari balok pelat berdinding penuh -.=. _
diambil 1/10 - 1/12 dari panjang bentang
2. Tentukan ukuran web, tinggi web dapat ditentukan dengan cara mengv
tinggi total balok pelat berdinding penuh dengan dua kali tebal flens, :~­
nya tebal flens harus ditentukan dahulu. Selanjutnya tebal web ditentuka:-__
batasan-batasan berikut:
Untuk alh > 1,5:
h 95000
tw ~ fyf ( fyf + 115)
Unruk a/h ~ 1,5:
h 5250
-;:: = K
3. Tentukan ukuran dari Hens, ukuran dari flens dapat ditentukan herd.:_'_-
momen yang bekerja pada balok pelat berdinding penuh. Prosedur pen,--
ukuran flens dilakukan dengan menghitung dahulu nilai momen inersi.:_
pelat berdinding penuh:
I x =Iweb +Iflens

Dengan A adalah luas satu buah flens. Selanjutnya modulus penampans _


1
dihitung:
2
IX t .h3 112 2·Ar(ht2) t .h2
s w + =-w--+A ·h
c h/2 h/2 6 I
Dari persamaan kuat momen nominal:
M n = K·Si
g cr

s ~- Mu/C/J
K glcr
.!' K glcr
.!'

Samakan dengan nilai S yang diperoleh sebelumnya:


jm t __
M u_'f'_=_w
__ ·h 2 +A ·h
K.!'
g J cr
6 I

M t ·h
Atau A = u _w_
'f C/Jb ·h·Kg ·fer 6

Jika diambil nilai Kg = 1, dan f cr = fv,y maka:


M A
A = u w
f 090·h·f
' y
6
Dengan Aw adalah luas web. Selanjutnya ukuran flens dapat ditentuk.:_:- ~::. ,111

perhitungan berat sendiri balok juga dapat ditentukan, sehingga besar :-:-
dan gaya lintang dapat dihitung ulang.

10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 235

4. Periksa kuat momen nominal dari penampang yang sudah ada


5. Periksa kuat gesernya, juga tenrukan jarak antar pengaku vertikal
6. Periksa interaksi geser-lentur
7. Periksa kekuatan web terhadap gaya tumpu yang bekerja, reneanakan pula
pengaku penahan gaya rumpu jika diperlukan
8. Rencanakan sambungan-sambungan yang diperlukan

• CONTOH 10.2:
Desainlah suatu balok pelat berdinding penuh yang tertumpu sederhana dengan benrangan
18 m. Tinggi balok maksimum yang diizinkan adalah 165 em. Asumsikan balok terkekang
lateral menerus dan mutu baja BJ 37.

JAWAB:
Menghirung Pu dan qu:
Pu = (1,2 X 35) + (1,6 X 25) = 82 ton
qu = (1,2 X 2,5) + (1,6 X 1,8) = 5,88 ton/m
Menentukan ringgi dari balok pelat berdinding penuh:
L/10= 1800/10 = 180 em
L/12= 1800/12 = 150 em
c __
)..'_
Gunakan tinggi maksimum yang diijinkan, yairu sebesar 165 em. Jika tebal flens diambil
sebesar 4 em, maka tinggi dari web adalah:
h = 16 5 - 2 (4) = 15 7 em

P 0 = 35 ton
PL = 25 ton q 0 = 2,5 ton/m

I. 9m
•••
9m
.I
93,92 ton
(97,7 ton)
+

SFD
-41 ton
(-41 ton) -93,92 ton
(-97,7 ton)

dar. ~111~11111~ 607,14 ton m


mer.
(624, 15 ton m)
236 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Untuk menentukan tebal web, dapat diambil dari nilai-nilai batas h!tw:
1. agar dapat memenuhi syarat sebagai balok pelat berdinding penuh, maka:

!!_ ~ 2550 = 2550 = 164,602


tw -!7: -J 240
tw.:::; h/164,602 = 157/164,602 = 0,9538 em
2. untuk a/h.:::; 1,5:

!!_ ~ 5250 = 5250 = 338,886


tw -!7: J240
tw ~ 157/338,886 = 0,4633 em

3. untuk alh > 1,5:


!!_ < 95000 95000
= 325,4646
tw - ~ fvf ( fyf + 11 5) ~ 240( 240 + 115)
tw ~ 157/325,4646 = 0,4824 em

Dieoba menggunakan ukuran web 0,8 em X 157 em.


Menentukan ukuran flens:
A - Mu Aw
f - 09·h·f 6
' y

607,14.10 7 8 1570
X = 15810,06 mm 2 = 158,1 em 2
0,9x 1570 x240 6
Berat sendiri balok sekarang dapat dihitung:
Luas web= 0,8 X 157 = 125,6 em 2
Luas flens= 2(158,1) = 316,2 em2
Total = 441,8 em2
441 8
Berat sendiri balok = ' x7,85 = 0,3468 ton/m <=::: 0,35 ton/m
10000
Besar momen lentur dengan tambahan berat sendiri balok adalah:

M
u
= 607 14 +
'
(1,2 x 08,35 )· 182 = 624 15 ton m
'
(Angka-angka di dalam kurung pada gambar bidang momen dan lintang menuni'--·-·-
besarnya gaya lintang dan momen lemur terfaktor setelah ditambah dengan berat sc- ~
balok)

Setelah menghitung ulang besar momen lentur, maka luas flens dihitung kern~.:._
A! = 624,15x107 - 8x1570 = 16311,65 mmz = 163,1 emz
0,9x1570x240 6
Jika tebal flens semula 4 em masih digunakan, maka lebar flens menjadi:
AI 163,1
b = - = - - = 40,775 em <=::: 42 em
1 tf 4
Coba ukuran flens 4 em X 42 em.
Hitung momen inersia penampang terhadap sumbu lentur:
10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 237

r- I .\' 0,8 X1573 + 2(4)(42)(80,5)2


12
80 5 815 = 2435356,866 cm
4

l dan modulus penampang:


157 I 2435356,866
s _x =-----
0,8
.\'
d/2 82,5

L_ = 29519,47 cm 3

t--42--1

Karena balok terkekang lateral secara menerus, maka tidak perlu dilakukan pemerik-
saan terhadap tekuk torsi lateral, untuk batasan terhadap tekuk lokal flens tekan:

Ac = !.L=~ = 5,25
2·tr 2x4
200000
A.P = 0 38· {I= 0,38· = 10,97
' v!y 240
Ac < AP sehingga fcr = J; = 240 MPa

Selanjutnya dihitung pula nilai koefisien balok pelat berdinding penuh, K:

~
Dengan:
= 1
- [ 1200:,300-a, t -Ft;] g

ar
Aw 0,8X157 = 0, 7476
A1 4x42
h 157
0,8 = 196,25
0 7476 2550
K =1- [ ' ][196,25- ] = 0,9834
g 1200+(300x0,7476) {240

Sehingga kuat momen lemur nominal balok:


M n = K.S.+ = 0,9834(29519.10 3)(240) = 696,7 ton m
ukL· g Jcr
;enc- = 0,9(696,7) = 627,03 ton m > 624,15 ton m
¢·Mn

Menghitung jarak antar pengaku vertikal!


bal: Kuat geser untuk panel ujung (tanpa memperhitungkan aksi medan tarik):
¢· Vn = ¢(0,6·Awf;w·C)
4
c C/>·Vn 97,7·10 = 0,6
v
A06·A
'f/ ' w
·fyw 0,9x0,6x8x1570x240
Dari persamaan 10.25: (asumsikan Cv berada dalam daerah elastis)
Cv = 1,5· kn·E . -1-
!y (h!tJ 2
238 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Cv ·Jy ·(h/tw)2 0,6 X 240 X 196,25


2
= 18 ,4
kn 8675
15·E 1,5x 200000

~ k"~5 =
5
a/h = 0 61
18,48675-5 '
a = 0,61·h = 0,61(157) = 95,77 em~ 95 em dari ujung balok

Periksa kembali kuat geser dari panel ujung dengan nilai a = 95 em:
5
k = 5+ = 18,6559
n (95/157t

1,37· ~k" .£ =1,37· 18,6559x 200000 = 170,8197 > h!tw (=196,25)


!y 240

Kuat geser nominal untuk panel ujung:


0,9·Aw ·kn .£ 0,9x8x1570x18,6559x200000 = 109 , 51 ton
vn
(h/tw)2 196,252

¢· vn = 0,9(109,51) = 98,559 ton > 97,7 ton

Untuk panel-panel tengah, aksi medan tarik dapat diperhitungkan jika:

a!h > [(~~~)J = 1,75


a/h ~ 1,6 ~ a= 1,6(157) = 251,2 em (max)

Agar diperoleh jarak pengaku vertikal yang seragam, maka panjang yang tersisa ar.: ~.­
pengaku vertikal ujung hingga tengah bentang balok pelat berdinding penuh dibagi se~:_­
seragam. Dalam eontoh ini direneanakan 4 buah panel seperti pada gambar:

I 900 em J

95 eml
~<~~·111111--••.j..ol.,...__--- 4@ 201, 25 em
1

Rasio alh = 201,25 I 157 = 1,2818

kn
5 5 = 8,0432
=5+--=5+ 2
(a!ht (1,2818 )
10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 239

1,37· Jk, .£ = 137·


8,0432x 200000 = 112,6 < h!tw (= 196,25)
~
' 240
maka Cv diambil dari persamaan 10.25:

C = 1, 5. kn·E._1_= ,5.8,0432x200000 1 = ,
1 0 261
v ~ (h!tJ 2
240 196,25 2

Kuat geser nominal balok pelat berdinding penuh dengan memperhitungkan aksi
medan tarik:

v
n
= o6f:A ·lc + 1,15~1-1+ell(a/ ht ]
' Y w v

1-0,261 ]
= 0,6(240)(8)(1570)· 0,261 + I = 118,69 ton
[ 1,15-y 1+ 1,2818 2

¢· vn = 0,9(118,69) = 106,821 ton > 82 ton OK

Selanjutnya adalah mereneanakan pengaku vertikal. Penampang melintang dari


pengaku vertikal ditentukan berdasarkan 3 kriteria:
• luas minimum
. . ..
• momen 1ners1a minimum
• rasio lebar dan tebal yang maksimum

As mm.

.n:.:. -_
2
;ec.:.- _ = 0,5(8)(1570)(1)(1 - 0,261). 1,2818 1,2818 ]

[ ~1 + 1,2818 2

= 12,58 em 2
Dari persamaan 10.70:
I s mm. = ;··a·tw3

Dengan: ; 25 ~
= __3_2__2 =
(a/ h t 1,2818
2
-2 =- 0,478 < 0,5 j = 0,5

Is = 0,5(201,25)(0,8) 3 = 51,52 em 4

Nilai maksimum bit adalah: 0,56·


s s
{I
~!;
= 16,1658

Dieoba pengaku vertikal berukuran 0,8 em X 12 em, sehingga:


2
As = 2(0,8)(12) = 19,2 em > 12,58 em 2
2

+ ' J
08
I
s
= 1: (I + A.cf) =
0
_!_ (0,8)(12) 3
12
+ (0,8)(12) (.!3_
2 2
= 508,416 em 4 > 51,52 em 4 OK
bit
s s _!3_ = 15 < 16,1658 OK
0,8
240 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

web

Untuk menentukan panjang pengaku vertikal, hitung dahulu jarak c:


e min= 4·tw = 4(0,8) = 3,2 em
e maks = 6·tw = 6(0,8) = 4,8 em

Jika diasumsikan ukuran las antara flens dengan web adalah 4 mm, serta mengar._:
c = 3,2 em, maka panjang pengaku vertikal adalah:
h- ukuran las- 3,2 = 157- 0,4- 3,2 = 153,4 em
Gunakan pengaku vertikal 0,8 em X 12 em X 153 em.
Periksa persyaratan interaksi geser-lentur untuk panel-panel yang diperhitungkan terhac._-
aksi medan tarik:
0,6·V
__
V < Vn
n <-u
Mn - Mu - 0,75·Mn

0,6(118,69) vu
----'-------'- < - - < ---;--
118,69
696,7 - Mu - 0,75(696,7)

0,1022 ~ ~/Mu ~ 0,2271

Karena tidak ada nilai ~/Mu yang berada dalam batasan tersebut, maka tidak pt~ _
dilakukan pemeriksaan terhadap interaksi geser-lentur.
Untuk pengaku penahan gaya tumpu, dieoba menggunakan pengaku dengan let.:_-
b = 20 em, sehingga Iebar total menjadi 2b + tw = 2(20) + 0,8 = 40,8 em < Iebar At~
= 42 em. Tebal pengaku dihitung dari syarat kelangsingan:

~:::;
t
0 56·ff
, t atau t ~ _b_ /J; = ~
o.s6 ~ li o,s6
240
2ooooo
= 1,237 em
y

Gunakan pengaku berukuran 1,5 em x 20 em dengan ukuran las 4 mm serta pem


tongan selebar 2,5 em untuk tempat pengelasan. Periksa tahanan tumpu pengaku pac._
tumpuan:
¢·Rn = 0,75(1,8:fyApb)
= 0,75(1,8)(240)(15)(200 - 2,5)(2)
= 191,97 ton > 97,7 ton

Selanjutnya pengaku penahan gaya tumpu dianalisa sebagai batang tekan. Panjar:~
web yang dapat bekerja dengan pengaku sebagai batang tekan adalah sepanjang 12 kc.__
tebal web (12 x 0,8 = 9,6 em).

a

10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 241

0,8 em fig = 2(20)(1,5) + (0,8)(9,6)


= 67,68 em 2

I J_ (9,6)(0,8) + 2· _!_ .(1,5)(20)3


12 12
T
9,6 em
1,5 em
+ 2(20)(1,5)(10 + (0,8/2))2
= 8490 em 4
_L
8490

r-20em~
r
R:= --
67,68
0,75x157
= 11,2 em

k·L k·h
l -
= - = 10,51
r r 11,2

A ~ (T, = 10,51 240 = 0,1159 ~ co= 1


c n~ £ n 2ooooo
N n =A.+
g'1cr = 67,68·102(240/1) = 162,432 ton
l/J·N = 0,85·Nn
11
= 0,85(162,432) = 138,0672 > 97,7 ton

Karena pengaku penahan gaya tumpu harus terletak pada tengah-tengah panjang
daerah web 9,6 em, maka titik perletakan harus terletak di sekitar 9,6/2 = 4,8 em dari
ujung balok pelat berdinding penuh (dipasang sejarak 7,5 em seperti pada gambar).

<>

<;>

I. .1.
7,5 95 em
.I
Pengaku penahan gaya tumpu dipasang pada masing-masing tumpuan dan pada
lokasi beban terpusat. Karena pada tengah bentang beban lebih keeil daripada tum-
puan, maka dapat digunakan pengaku penahan gaya tumpu yang sama dengan ukuran
1,5 em X 20 em.
Sambungan las akan dihitung dengan menggunakan mutu las fuw = 490 MPa.
enF- a. Sambungan antara £lens dengan web:
pa..::_ Hitung aliran geser pada pertemuan antara web dengan flens:
~ maks = 97,7 ton
Q = luas flens x 80,5 em
= (4 x 42)(80,5) = 13524 em3
IX = 2435356,866 em4
V:·Q maks= 97,7X104 X13524x103 = 542,546 N/mm
tpn; 4
IX 2435356,866 X10
ki.
Tebal pelat terkeeil adalah 0,8 em sehingga ukuran minimum las adalah 4 mm.
Panjang minimum las:
242 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Lw mm. = 4-tw > 4 em


= 4(0,8) = 3,2 em ~ ambil Lw = 4 em
Tahanan nominal las:
ARnw
'r = 'rAte·0,6.1'
:J uw ·2 = 0,75(0,707 X 4)(0,6)('f'
= 1247,148 N/mm

atau ¢·Rnw = ¢·t·0,6fu = 0,75(8)(0,6){_~-


= 1332 N/mm

Gunakan ¢·Rnw = 1247,148 N/mm. Untuk panjang las 4 em, maka kapa.'-
sepasang las adalah 1247,148 X 40 = 49885,92 N.
Untuk menentukan jarak antar las maka harus dipenuhi hubungan:
49885,92 vu ·Q
s IX
dengan s adalah jarak las dari as ke as:
s= 49885,92 = 49885,92 = 91,95 mm ~ ambil s= 9 em
vu ·Q/ IX 542,546
Jarak bersih antar las menjadi 9 - 4 = 5 em. Meskipun jarak as ke as "-:- ·
las sebesar 9 em dapat digunakan untuk seluruh bentang balok, namun jar.:...·
ini dapat diperbesar pada daerah-daerah yang memikul geser kurang dari 1-
= 97,7 ton. Dieoba pengaturan las sebagai berikut: (untuk Yz L)
1) Daerah 0 - 6,75 m dari tumpuan digunakan jarak antar las sebesar ,-
sesuai perhitungan
2) Daerah 6,75 - 9 m dari tumpuan CV: = 55,175 ton) jarak las dih:- _
sebagai berikut:
4
s = 49885,92 ·I = 49885,92 X 2435356,866 X 10
vu ·Q X 55,175 X 10 4 X 13524 X 103
= 162,81 mm
diambil s = 150 mm (15 em)

7,5 75 @ 9 em 15 @ 15 em

iT\ T T<,
\ las sudut a =4 mm Lw =4

I· 9 m

b. Sambungan las pengaku vertikal:


Ukuran minimum las = 4 mm
Panjang minimum = 4-tw = 4(0,8) = 3,2 em < 4 em ~ Lw = . ., _-
Kapasitas las per mm untuk 4 buah las (2 buah per pengaku vertikal):
l/J·Rnw = l/J·te"0,6fuw·2 = 0,75(0,707 X 4)(0,6)(490)(4)
= 2494,296 N I mm
atau ¢·Rnw = ¢·t·0,6fu = 0,75(8)(0,6)(370)
= 1332 N/mm
10.9 DESAIN BALOK PELAT BERDINDING PENUH 243

Sehingga kapasitas las per mm adalah 1332 N. Gaya geser yang harus

dipik;l ad:l::;::ar~ = 0,045(1570)· 240'


1,6 -
~~ 200000
= 587,373 N/mm
',6
Kapasitas las sudut dengan ukuran las 4 mm dan panjang 4 em adalah
sebesar 1332 X 40 = 53280 N.
= 587,373 ~ s = 90,71 mm "" 9 em
53280
Jarak las yang dibutuhkan:
s
SNI 03-1729-2002 pasal13.5.3.8 mensyaratkan jarak antar las sudut tidak
boleh melebihi 16.tp dan tidak lebih dari 300 mm
16.tw = 16(0,8) = 12,8 em < 30 em
ambil jarak antar las sudut sesuai perhitungan yaitu sebesar 9 em (as ke as).
Jarak bersih antar las = 9 - 4 = 5 em < 12,8 em OK

as a:--_
arak _ I 1
v

l
i ~'
""'
lihirc _ 153 em

l
-- -- Potongan 1-1
f l
1 1
Las sudut 4 mm x 4 em
@ 9 em (as ke as)
....._

I I

Gunakan ukuran las 4 mm X 4 em dengan jarak 9 em diukur dari as ke as.

c. Sambungan las pengaku penahan gaya tumpu


Ukuran minimum las = 4 mm
Panjang minimum = 4·tw = 3,2 em< 4 em ~ Lw = 4 em
Gunakan 2 buah las untuk masing-masing pengaku, sehingga total ada 4 buah
las, kapasitas las dari hitungan sebelumnya adalah 1332 N/mm atau 53280 N
untuk 4 em panjang las.
i em
Untuk bagian tumpuan, beban per mm adalah sebesar:
4
Reaksi 97,7x10
= 624,7631 N/mm
panjang tersedia untuk las 1570- 2( 2,5)
Jarak antar las dihitung sebagai berikut:
53280
= 624,7631 ~ s = 85,28 mm "" 8,5 em
244 BAB 10 BALOK PELAT BERDINDING PENUH (PELAT GIRDER)

Gunakan las sudut 4 mm x 4 em dengan jarak 8,5 em (as ke as). :. 0.4

I I
"\.., v

l
: • 0.~

157 em

l
-- --
f
2
'
2 Las sudut 4 mm x 4 em
@ 8,5 em (as ke as)

'--

I I

SOAL-SOAL LATIHAN

P.10.1 Hitunglah kuat lemur reneana dari suatu balok pelat berdinding penuh yang terdi~
pelat badan 8 mm X 1750 mm dan pelat sayap 19 mm X 450 mm. Mutu baja :-
dan bagian sayap tekan diberi kekangan lateral seeara menerus.

P.10.2 Sebuah balok pelat berdinding penuh (BJ 37) mempunyai pelat badan 8 mm X 1)(1
dan pelat sayap 16 mm X 400 mm.
a) Hitunglah kuat lentur reneana balok pelat berdinding penuh tersebut, jika tc:
pengekang lateral yang menerus pada bagian sayap tekan
b) Hitunglah kuat lemur reneana-nya jika panjang bentang tak terkekang adalah _:

P.10.3 Balok pelat berdinding penuh (BJ 37) terdiri dari pelat badan 12 mm X 2000 mrr
pelat sayap 50 mm X 600 mm dengan panjang bentang 21 m. Pengekang late_
berikan pada ujung-ujung balok serta pada tiap 113 bentang. Beban yang harus cL
ditunjukkan dalam Gam bar P.1 0.3. Be ban tersebut sudah merupakan beban terfakt.: -
sudah termasuk pula berat sendiri struktur. Tentukan apakah balok pelat berdinding :- _
tersebut memiliki kuat lemur yang eukup guna memikul beban yang bekerja!

1200 kN 1200 kN
:: .
.J;t 1 I I I I I It I I I I I I I I I! I I I I I I a;;:: a kN/m

~?m 17m17mj
Gambar Pl0.3

-
SOAL-SOAL LATIHAN 245

Sebuah balok pelat berdinding penuh d.ui baja BJ 37, memiliki pelat badan 12 mm X
1750 mm serta pelat sayap 75 mm x ~50 mm. Hirunglah kuat lemur rencana-nya, jika
panjang bentang tak terkekang adalah sebesar 12 m. Gunakan nilai Cb = 1,30.

:. J.S Untuk soal E10.4:


a) Hitunglah kuat geser rencana pada panel ujung jika pengaku vertikal diletakkan 165
em dari tumpuan
b) Hitunglah kuat geser reneana dari panel interior jika jarak pengaku vertikalnya adalah
450 em
c) Hitunglah kuat geser reneana dari balok pelat berdinding penuh tersebut jika tidak
digunakan pengaku vertikal

; ~0.6 Sebuah balok pelat berdinding penuh dari baja BJ 37 dengan pelat badan 9 mm X 2150
mm serta pelat sayap 22 mm X 500 mm. Panjang bentang balok adalah 14 mm. Pengaku
vertikal diletakkan pada jarak 90 em, 275 em dan 460 em dari ujung kiri, seperti pada
gambar. Hitunglah kuat geser rencana masing-masing panel dari balok pelat berdinding
penuh tersebut!

0,95 0,95 m
I 1 I
2@ 1,85 m 4,8 m 2@ 1,85 m

l ir·.

0(! ~-

Gambar P.l 0.6

n ~;:--
P.10.7 Untuk soal E10.2:
raJ ..: a) Hitunglah kuat geser reneana pada panel ujung jika pengaku vertikal diletakkan 165
ipiL em dari tumpuan
or c. b) Hitunglah kuat geser reneana dari panel interior jika jarak pengaku vertikalnya adalah
pen .. 450 em
c) Hitunglah kuat geser reneana dari balok pelat berdinding penuh tersebut jika tidak
digunakan pengaku vertikal

P.10.8 Desain awal dari suatu balok pelat berdinding penuh menghasilkan ukuran pelat badan
10 mm X 1720 mm. Mom en lemur terfaktor maksimum adalah 8000 kN .m. Gunakan
informasi ini untuk menentukan ukuran dari pelat sayap. Asumsikan terdapat sokongan
lateral seeara menerus pada bagian sayap tekan. Gunakan mutu baja BJ 37.
11
Balok-Kolom
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bah ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Memahami pengaruh kombinasi antara beban aksial tekan serta momen len:-_-
yang bekerja secara bersamaan pada suatu komponen struktur balok-kolom
• Menganalisis dan rnendesain suatu komponen struktur balok-kolorn

Pokok-pokok Pembahasan Bah


1.1 Persamaan Diferensial umuk Kombinasi Gaya Aksial dan Lemur
1.2 Faktor Perbesaran Momen
1.3 Desain LRFD Komponen Struktur Balok-Kolorn
1.4 Perbesaran Momen umuk Struktur Tak Bergoyang
I. 5 Perbesaran Mom en untuk Srruktur Bergoyang
1.6 Tekuk Lokal Web pada Kornponen Struktur Balok-Kolorn

11.1 PENDAHULUAN
Suaru komponen struktur biasanya harus memikul beban aksial (tarik atau tekan
momen lemur. Apabila besarnya gaya aksial yang bekerja cukup kecil dibandingkan n; - -
lemur yang bekerja, maka efek dari gaya aksial terse but dapat diabaikan, dan kom t'
struktur tersebut dapat didesain sebagai komponen balok terlentur yang telah dir.:- _
dalam bah 5 dan 9. Sedangkan jika gaya aksial yang bekerja lebih dominan daripad.:. --
men lemur, maka komponen struktur tersebut harus didesain menjadi komponen srr_ · ·
tarik (jika yang bekerja adalah gaya aksial tarik) atau didesain sebagai komponen srr_.
tekan (jika yang bekerja adalah gaya aksial tekan). Komponen struktur tarik telah di~ _
pada bah 3, sedangkan komponen struktur tekan dibahas dalam bah 4.
Pada suatu komponen struktur terkadang efek gaya aksial maupun momen ::::-
tidak dapat diabaikan salah satunya, kombinasi dari gaya aksial dan momen lentur :- _
dipertimbangkan dalam proses desain komponen struktur tersebut. Komponen srr_ ·
tersebut sering disebut sebagai elemen balok-kolom (beam-column). Pada struktur-stL·
statis tak tentu umumnya sering dijumpai elemen balok-kolom ini. Perhatikan srr _.
portal statis tak tentu pada Gambar 11.1.
Akibat kondisi pembebanan yang bekerja, maka batang AB tidak hanya me:-:·
beban merata saja, namun juga harus memikul beban lateral Pr Dalam hal ini efek :;:-
dan efek gaya tekan P 1 yang bekerja pada batang AB harus dipertimbangkan dalam ? -
desain penampang batang AB, atau dengan kata lain batang AB harus didesain sc ~ __
suatu elemen balok-kolom.
Berbeda dengan batang CD yang hanya didominasi oleh efek lentur saja, gaya :.:. -
P2 sudah dipikul oleh pengaku-pengaku (bracing) bentuk X, sehingga batang CD -:.
didesain sebagai suatu elemen balok tanpa pengaruh gaya aksial. Batang CF dan DE L-
11.1 PENDAHULUAN 247

Gambar 11.1 Struktur Portal Statis Tak Tentu

akan memikul gaya aksial tarik atau tekan saja, melihat kondisi pembebanan seperti pada
Gambar 11.1 maka batang DE akan memikul gaya aksial tarik, sedangkan batang CF
akan sedikit kendur.
Selain batang AB yang didesain sebagai elemen balok-kolom, batang-batang AC, BD,
CE, DF juga harus didesain sebagai suatu elemen balok-kolom, karena selain memikul gaya
aksial akibat reaksi dari balok-balok AB dan CD, batang-batang ini juga harus menerima
transfer momen yang diberikan oleh batang AB dan CD, sehingga efek lemur dan efek
gaya aksial yang bekerja tidak boleh diabaikan salah satunya.
Comoh lain dari elemen balok-kolom dapat ditemukan pada struktur rangka atap.
Jika letak gording pada bagian atas rangka atap tepat terletak pada titik buhul, maka
batang-batang atas dapat didesain sebagai suatu komponen struktur tekan saja. Namun
terkadang gording terletak pada tengah-tengah batang atas, sehingga reaksi dari gording
akan memberikan efek lemur pada batang atas tersebut. Dalam hal ini maka kombinasi
aksial dan lemur harus diperhitungkan, sehingga batang-batang atas tersebut harus didesain
sebagai suatu elemen balok-kolom.
Tipe-tipe kerumuhan dari suatu komponen struktur yang memikul beban kombinasi
amara gaya aksial dan lemur, secara ringkas dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Aksial tarik dan lemur, kerumuhan biasanya disebabkan oleh leleh
b. Aksial tekan dan lemur satu sumbu, kerumuhan disebabkan oleh ketidakstabilan
dalam bidang lemur, tanpa terpuntir (sebagai comoh adalah balok-balok dengan
beban transversal tanpa ada pengaruh tekuk torsi lateral)
c. Aksial tekan dan lemur terhadap sumbu kuat, kerumuhan disebabkan oleh pen-
garuh tekuk torsi lateral
d. Aksial tekan dan lemur dua arah, umuk penampang yang memiliki kekakuan
torsi yang cukup besar, kerumuhan disebabkan oleh ketidakstabilan dalam salah
satu sumbu utama (sebagai comoh adalah penampang IWF)
e. Aksial tekan dan lemur dua arah, untuk penampang terbuka berdinding tipis,
kerumuhan akan disebabkan oleh kombinasi amara pumir dan lemur
f. Aksial tekan, lemur dua arah dan torsi, kerumuhan akan disebabkan oleh kombi-
nasi amara pumir dan lemur jika pusat geser tidak terletak pada bidang lemur
r..:.
Beberapa prosedur desain yang dapat digunakan umuk suatu elemen balok-kolom an-
tara lain adalah (1) pembatasan tegangan kombinasi, (2) pemakaian rumus imeraksi semi-
248 BAB 11 BALOK-KOLOM

empiris berdasarkan tegangan kerja (metode ASD), serta (3) pemakaian rumus im~- . .a . . ,
semi-empiris berdasarkan kekuatan penampang (metode LRFD). Buku ini hanya men§:.:_-_
prosedur desain yang ketiga yaitu proses desain metode LRFD sesuai dengan "Tara ( ...
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung" SNI 03-1729-2002.

11.2 PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK KOMBINASI GAYA AKSIAL DAN LENTUFi

Perhatikan sebuah balok yang memikul beban merata q(z), momen-momen ujung M_. .:..._-
M2 serta gaya aksial tekan, P yang bekerja pada kedua ujungnya. Momen primer :·-=-- _
timbul akibat beban merata dan momen ujung M 1, M 2 dinotasikan sebagai Mi, me.:.
akibatkan lendutan balok sebesar y. Momen sekunder timbul sebesar P.y. Besarnya mor:-:-
pada jarak z dari tepi kiri balok adalah:
d2
M = M. + P-y =- Ef._l
z z dz2

Perjanjian tanda

Gambar 11.2 Pembebanan pada Elemen Balok-Kolom

Untuk nilai EI yang konstan, maka persamaan 11.1 dapat dituliskan kembali mc:-
jadi:
d2y p Mi 11.:
-+-·y=--
dz2 E E
Persamaan 10.2 dapat didiferensialkan dua kali ke-z sehingga menjadi:
2
d4 y p d2y 1 d Mi 11.:
- - + - · - - =- - . - 2-
dz4 E dz 2 E dz
Dari persamaan 10.1:
4
d 2 l = _M_z
_ dan d y = __1_d 2 Mz 11.~
EI
Substitusikan persamaan-persamaan tersebut ke dalam persamaan 11.3:

- EI dz 2 z
2
1 d M P( M
+ EI - E;
J= - 2
1 d M;
EI 7 11.'

Persamaan terse but dapat disederhanakan dengan memisalkan P = PI EI:


d 2 M z +k2·M
__
d 2 M.
_ _z 11.6
dz2 z dz2
11.2 PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK ... 249

Solusi homogen dari persamaan 11.6 adalah:


Mz = C/sin kz + C2 ·cos kz 11.7

Untuk memperoleh solusi lengkap dari persamaan diferensial 11.6, maka persamaan
11.7 masih harus ditambahkan solusi partikulirnya. Karena Mi = j(z), dengan j(z) pada
rJF umumnya adalah sebuah polinomial dalam z, maka solusi partikulir akan mempunya1
bentuk yang sama pula. Solusi lengkap dari persamaan 10.6 adalah:
Mz = C/sin kz + C2 ·cos kz + f/z) 11.8

Dengan f/z) sama dengan nilai Mz yang memenuhi persamaan 11.6. Jika Mz adalah
fungsi kontinu, maka nilai maksimum dari Mz dapat dicari dengan melakukan diferen-
SiaSI:

dM . d~(z)
__z = 0 = C1·k·cos kz- C2 .k·sm kz + - - 11.9
dz dz
Pada beberapa kasus pembebanan, seperti beban terpusat, beban merata, momen
ujung atau kombinasi keduanya, dapat ditunjukkan bahwa:
d~ (z) = 0 11.1 0
dz
Dari persamaan 11.10 dan 11.9, maka dapat dituliskan hubungan:
C{k·cos kz = C2 ·k·sin kz 11.11

atau tan kz = - 1
c 11.12
c2

Pada saat M z maksimum:

sin kz cos kz 11.13

Substitusikan persamaan 11.13 ke dalam persamaan 11.8:


1. ~ c2 c 2
1 2
Mz maks + + f'/z)
~c~2 +C22 ~c~2 +C22

ll -

Jika df/z)/dz # 0, maka persamaan 11.9 harus diselesaikan dan hasilnya dapat di-
substitusikan kembali ke persamaan 11.8.
11 ::
Kasus 1: Momen Ujung tak Seragam tanpa Beban Transversal
Dari Gambar 10.3, momen primer Mi dapat diekspresikan sebagai:
11.<:- Mi = MI + M2-Ml.z 11.15
L
250 BAB 11 BALOK-KOLOM

Sehingga:

d 2M
- -2 ' =0
dz
Dari hasil persamaan 11.16, maka persamaan 11.6 menjadi persamaan diferc:-
homogen, dan J;(z) dalam persamaan 11.8 menjadi sama dengan nol. Momen maksi:-:- _
pada persamaan 11.14 menjadi:

~ 2 2
<as
Mz k
mas = CI +C2 1: -

Konstanta C1 dan C2 ditentukan dengan menggunakan kondisi batas yang a..::~


dalam persamaan 11.8. Solusi umum persamaan 11.6 menjadi:

Kondisi batas yang digunakan adalah:


I) Pada z = 0 ~ Mz = M 1 11.:
2) Pada z = L M=M
z 2 11.:.

Dari kondisi batas yang pertama diperoleh:


C2= MI 11.~

Dan dari kondisi batas yang kedua diperoleh pula:

11. ~

Momen utama, M1
M2>M1

Momen sekunder, Py

Gambar 11.3 Balok dengan Momen Ujung Tanpa Beban Transversal

Substitusikan persamaan 11.20 a dan b ke dalam 11.18, sehingga:

M = (M2-MicoskLJ·sin kz + M 1·cos kz 1.

z sinkL
11.2 PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK ... 251

Dan:
2
M 2 -M1coskLJ +.\!,=
( sinkL ·
2
= Mf 1-2(M1 1M2 )coskL+(MJM2 ) 11.22
2
sin kL

~sus II: Beban Merata


I: -
Momen primer akibat beban merata pada suatu potongan sejarak z dapat dinyatakan
sebagai:
M. = i.z.(L- z) 11.23
I 2
Turunan kedua dari M.I adalah:

11.24
. 1 .~ .
Karena f/z) 7:- 0, maka diperlukan solusi partikulir dari persamaan diferensial tersebut,
misalkan diambil f/z) = A + Bz, substitusikan solusi partikulir ke dalam persamaan 10.6
sehingga diperoleh:
0 + P(A + B·z) =- q 11.25

. .2( - dari kesamaan kedua ruas maka didapatkan bahwa A = - ql k2 serta B 0, sehingga
persamaan 11.8 menjadi:
Mz = C{sin kz + C2 ·cos kz - ql k 2 11.26

q
~~I II III IIll Ill II IIIIII Ill IIIII I~~

L .I
Gambar 11.4 Balok Sederhana dengan Behan Merata

Dari kondisi batas yang ada:


1) Pada z = 0 ~ M z = 0 '· C2 = ql~
2) Pada z = L ~ M = 0 · C =
z ' 1 k2
!L( 1
-coskL)
sinkL
Karena dJ;(z)ldz = 0, maka momen maksimum diperoleh dari persamaan 11.14:

Mz maks = !}_ (1-coskL)2 +1-!}_


P sinkL k2

= !L(sec kL -1)
p 2
.21

11.27
252 BAB 11 BALOK-KOLOM

Kasus Ill: Momen Ujung Seragam Tanpa Beban Transversal


Jika pada Gambar 11.3, M 1 = M 2 = M, maka persamaan 11.22 menjadi:
2(1- coskL)
Mzmaks = M·
sin 2 kL

2(1- coskL) ( 1 J
= M· 1- cos 2 kL = M· coskL/2
atau Mz maks = M·sec (kL/2) 11..>

11.3 FAKTOR PERBESARAN MOMEN


Selain dengan menggunakan persamaan diferensial, prosedur yang lebih sederhana un n:.
menurunkan persamaan bagi elemen balok-kolom diturunkan dalam sub bah ini. Asum' -
kan sebuah elemen balok-kolom yang dikenai beban q(z) sehingga timbul lendutan L:.
pada tengah bentang. Momen lemur sekunder diasumsikan berbentuk sinusoidal.

Mz maks = Mo + py maks

~ Momenprimer

Momen sekunder

Gambar 11.5 Momen Primer dan Momen Sekunder pada Elemen Balok-Kolom

Dengan menggunakan prinsip Momen-Area untuk menghitung lendutan, maka .:.


peroleh:

11 ..:.:

11.:.:

dengan Pe = n2E.IIL 2 , selesaikan persamaan 11.30 untuk yl' maka didapatkan hub:...-
gan:

- 8 [ PI~ ] _ 8 [ a ] 11.5-
o 1-P/~ o 1-a
11 .3 FAKTOR PERBESARAN MOMEN 253

Dengan a = PIPe. Lendutan maksimum yang terjadi dengan mempertimbangkan


efek momen sekunder adalah:
l ~

Ymaks = 8o +y = 8o + 8.o __!!_j =


0
- -·- 11.32
I [
1_a l-a

Momen lentur maksimum dengan memasukkan efek gaya tekan aksial adalah:
Mz maks = Mo + P·ymaks 11.33

Substitusikan Ymaks dari persamaan 11.32 serta P = a.Pe = a·n2 .£.I/L2 , maka persamaan
11.33 menjadi:

= M. ( 0 1
--

1-a
1
1+ (TC E·l·80
Mo·L2
2
1} 11.34

em
Dari persamaan 11.34, maka besarnya faktor perbesaran momen dapat dinyatakan
sebagai eml(l- a). Berbagai nilai em untuk ripe pembebanan yang umum dijumpai
ditampilkan dalam gambar

q
p ___. )IX !Ill I II I I~! I I I! !Ill I Iii-~ p
ltd- Cm-1,0

em= 1+0,2a
w

p ____.
rLI.2-J
1\F======J»,-=t~> ..,___ p
tmT Cm = 1+0' 2a

Gambar 11.6 Variasi Nilai Cm pada Berbagai Pembebanan

• CONTOH 11.1:
Bandingkan besarnya faktor perbesaran momen untuk struktur balok pada Gambar 11.4
yang diperoleh dari hasil solusi persamaan diferensial (persamaan 11.27) dengan hasil
pendekatan (persamaan 11.34)!

JAWAB:
di-
Hasil dari solusi persamaan diferensial:

29
B1 = faktor perbesaran momen
2
= (---)(sec kL
(kLI2) 2 2
-1) (a)

Dengan kL = !:__ = !!_.[;; /P


30 2 2~fl 2
Hasil pendekatan dari persamaan 11.34:
n-
B1 = ~ma nilai em diambil = 1,0 dari Gambar 11.6
1
H B1 =1I (1 - a) (b)
~
254 BAS 11 BALOK-KOLOM

a kl/2 sec kL/2 (a) (b)

0,1 0,50 1,14 1' 11 1,11


0,2 0,70 1,31 1,26 1,25
0,3 0,86 1,53 1,44 1,43
0,4 0,99 1,83 1,69 1,67
0,5 1,11 2,25 2,03 2,00
0,6 1,22 2,88 2,54 2,50
0,7 1,31 3,93 3,40 3,33
0,8 1,40 6,03 5,10 5,00
0,9 1,49 12,30 10,19 10,00

Dari hasil perbandingan di atas, nampaknya nilai faktor perbesaran momen y.:._~ _
diperoleh dari solusi persamaan diferensial dan cara pendekatan tidak menunjukkan h"-'
yang berbeda terlalu jauh.

11.4 DESAIN LRFD KOMPONEN STRUKTUR BALOK- KOLOM


Perencanaan komponen struktur balok-kolom, diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 1:
yang menyatakan bahwa suatu komponen strukrur yang mengalami momen lemur c~.­
gaya aksial harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut:
N
Untuk __u_ .?. 0,2
C/J·Nn

¢:. ~t;;,tt ¢:;., J


+ +
s. 1,0 11.: ~

N u_ < 0,2
Untuk __
C/J·Nn

Nu
2·C/J·Nn
+( cpb.Mnx
Mux + Muy J
cpb.Mny
< 1,0 I L:.·:

Dengan:
Nu adalah gaya tekan aksial terfaktor
Nn adalah tahanan tekan nominal dengan menganggap batang sebagai suatu eler:-. :·
tekan murni (seperti dibahas dalam bab IV)
¢ adalah faktor reduksi tahanan tekan = 0,85
Mux adalah momen lemur terfaktor terhadap sumbu x, dengan memperhitung:~:..<..-
efek orde kedua, yang akan dibahas kemudian
Mnx adalah tahanan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu x
cpb adalah faktor reduksi tahanan lentur = 0,90
Muy sama dengan Mux, namun dihitung dengan acuan sumbu y
Mny sama dengan Mnx, namun dihitung dengan acuan sumbu y

Dalam pembahasan di atas disebutkan bahwa besarnya momen lemur terfaktor w..-
suatu komponen struktur balok kolom dihitung dengan menggunakan analisis orde keC. -~
SNI 03-1729-2002 menyatakan bahwa pengaruh orde kedua harus diperhatikan me:.:..~
salah satu dari dua analisis berikut:
1. suatu analisis orde pertama dengan memperhitungkan perbesaran momen
2. analisis orde kedua menurut cara-cara yang telah baku dan telah diterima se.:.~.::..
umum

a
0

11.6 PERBESARAN MOMEN UNTUK STRUKTUR ... 255

Dalam buku ini pengaruh orde kedua akan diperhitungkan dengan menggunakan cara
yang pertama, yaitu analisis orde pertama dengan memperhitungkan perbesaran momen.

11.5 PERBESARAN MOMEN UNTUK STRUKTUR TAK BERGOYANG


Umuk suatu komponen struktur tak bergoyang, maka besarnya momen lemur terfaktor
harus dihitung sebagai:
11.37

Mntu adalah momen lemur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban
yang tidak menimbulkan goyangan, sedangkan ob adalah faktor perbesaran momen umuk
komponen struktur tak bergoyang, yang besarnya ditentukan sebagai berikut:

11.38

Dengan:
Nu adalah gaya tekan aksial terfaktor
Ne 1 adalah gaya tekan menurut Euler dengan kL/ r terhadap sumbu lemur dan k .s.
1,0 (umuk komponen struktur tak bergoyang)

Nilai em ditemukan sebagai berikut:


1. umuk komponen struktur tak bergoyang dengan beban transversal di antara
1 _::
kedua tumpuannya, maka besar em dapat ditemukan berdasarkan analisis
rasional sebagai berikut:
em = diambil dari persamaan 11.34 atau Gambar 11.6
em = 1,0, umuk komponen struktur dengan ujung sederhana
em = 0,85, umuk komponen struktur dengan ujung kaku

1 ::;,. 2. sedangkan umuk komponen struktur tak bergoyang tanpa beban transversal di
antara kedua tumpuannya, namun mempunyai momen ujung M 1 dan M 2 (M1
< M), maka em akan mengkonversikan momen lentur yang bervariasi secara
linear menjadi momen lentur seragam ME = em.M2 ,
em = 0,6 - 0,4(M/M) 11.38
Rasio M/M 2 bernilai negatif untuk kelengkungan tunggal, dan bernilai positif
untuk kelengkungan ganda.

11.6 PERBESARAN MOMEN UNTUK STRUKTUR BERGOYANG


Umuk komponen struktur bergoyang, maka besarnya momen lentur terfaktor, harus di-
perhitungkan sebagai berikut:
11.39

Mltu adalah momen lemur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban
iu~
yang dapat menimbulkan goyangan. Faktor perbesaran momen, 05 , ditemukan sebagai
ale.
berikut:

11.40
:aE
256 BAB 11 BALOK-KOLOM

atau 0s 11.4-

dengan:
I.Nu adalah jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi untuk selur _.
kolom pada satu tingkat yang ditinjau
sama dengan Ne 1 namun dengan menggunakan k untuk komponen struk: _·
bergoyang, k ?. 1,0
~oh adalah simpangan antar lantai pada tingkat yang sedang ditinjau
I.H adalah jumlah gaya horizontal yang menghasilkan ~oh pada tingkat yang ~
tinjau
L adalah tinggi tingkat

11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA KOMPONEN STRUKTUR BALOK-KOLOM


Untuk menentukan tahanan lentur rencana dari suatu profil, maka terlebih dahulu hz _
diperiksa kekompakan dari penampang tersebut. Dengan menggunakan notasi A = /> ; .
maka kelangsingan dari web dapat dikategorikan menjadi tiga bagian:
1. jika A .: ;_ AP, maka penampang kompak
2. jika AP < A .: ;_ Ar, maka penampang tak kompak
3. jika A > Ar' maka penampang langsing

Tabel 7.5.1 SNI 03-1729-2002 memberikan batasan nilai untuk AP dan Ar sebaz~.
-
berikut:

Untuk IP ~ < 0,125, A = 1680[1- 2,75.Nu] 11..:<.


b· y P .fj; ¢b .N1

Untuk -Nu
- > 0,125, Ap = 500 N ] > 665
1£ [ 2,33---u- 11.~ _:
¢b·Ny -vfy ¢b.Ny .fj;
Untu k semua ill
,
.1a1,. Ar 1£ 1- 0,74.N u ]
= 2550[ 11.-r-
lJ /y ¢b.Ny
Dengan ~ = Ag.fy adalah gaya aksial yang diperlukan untuk mencapai kondisi bd:~
leleh . N N

• CONTOH 11.2:
II
Periksalah kecukupan profil WF 400.200.8.13 II
sebagai elemen balok-kolom dari portal tak
bergoyang seperti pada gambar berikut.
(mutu baja BJ 41)

N N
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 257

Diketahui bahwa kolom menerima beban aksial tekan sebesar 15 ton (D) dan 30 ton
11..:.
(L) serta momen lemur sebesar 2 ton.m (D) dan 6 ton.m (L). Panjang kolom diketahui
sebesar 3,5 m.

JAWAB:
u~ _.
a. Menghitung beban terfaktor
Nu = 1,2 ND + 1,6 NL = 1,2(15) + 1,6(30) = 66 ton
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML = 1,2(2) + 1,6(6) = 12 ton.m

b. Aksi kolom
Menghitung rasio kelangsingan maksimum:
k·L 1,0 X 350
4,54 = 77,1

tar_ Ac = .l.k·L. f.1; =.lx77,1x 250 = 0,8677


h; n ry ~ E n 200000

1,43 1 3
(J) ,4 = 1,4038
1,6-0,67 Ac 1,6- (0,67 X 0,8677)

Nn =Agi cr =Ag(fjm)
y = 8412(250/1,4038) = 149,8 ton

66
- - - - = 0,52 > 0,2 Gunakan persamaan 11.35
0,85x 149,8

c. Aksi balok
1.-i.:
Periksa apakah WF 400.200.8.13 kompak atau tidak:
bf 200 170
- = - - = 7,6923 <A = - - = 10,75
2·tf 2 X 13 P .[1;
= 0,3487 > 0,125
cpb.Ny 0,9x250x8412

A1 = F,[ ¢;,] ~ J};


2,33-

AP = ~ (2,33 - 0,3487) = 62,65 >


6
ftJ- = 42,06
"250 -v fy
= !!_ = 400-2(13) = 46,75 < A (penampang kompak)
tw 8 P
Lp (= 2,2684 m) < L (= 3,5 m) < L r (= 6,582 m)

Karena Lp < L < L,r maka M n terletak antara MP dan M r (untuk Cb = 1). Namun
dalam kasus ini Cb = 1,67 sehingga ada kemungkinan Mn sama dengan MP.
MP = Z.+
x'.fy
= 1285,95.10 3 (250) = 32,14875 ton.m
Mr =5/J;- f)= 1190.10\250 - 70) = 21,42 ton.m
258 BAB 11 BALOK-KOLOM

= Cr[Mr+(Mp-Mr) Lr~L]
Lr LP
5;, MP

= 1,67·[21,42+(32,14875-21,42)
6582 - 35
6,582-2,2684
J
= 48,57 ton.m
Karena Mn tidak boleh melebihi MP, maka dalam kasus ini Mn = MP, sehi:-.;:-
l/Jb.Mnx = 0,9(52,72395) = 47,451555 ton.m

d. Perbesaran momen
Rasio kelangsingan kL/r yang diperhitungkan dalam perbesaran momen L_-_
berhubungan dengan sumbu lenturnya, dalam soal ini sumbu lemur aG._."'".
sumbu x, sehingga:
kx ·Lx = 1,0 X 350 = 20 ,83
rx 16,8

Cm = 0,6- 0,4M/M2 = 0,6 - 0,4(0/12) = 0,6


2
1C E ·A
_ _-"-g -
n 2 X 200000 X 8412 = 3826,93 ton
(k·Lirl - 20,832

0,6 6
- - - - = 0, 1 < 1,0
1- 66
3826,93
Ambil 8b = 1,0.

e. Periksa terhadap persamaan 11.35


Mux = 8b.Mntu = 1,0(12) = 12 ton.m

0,52 + - 8( 12
9 32,14875
J = 0,89 < 1,0

Jadi, profil WF 400.200.8.13 mencukupi untuk memikul beban-beban terseb:..:·


sesuai dengan desain LRFD .

• CONTOH 11.3:
Periksalah kekuatan profil WF 400.400.13.21 dari suatu portal bergoyang pada gam b -=-~
berikut ini:

JAWAB:
a. Perhitungan beban terfaktor
Kombinasi 1, be ban gravitasi:
Nu = 1,2ND + 1,6NL = 1,2(60) + 1,6(25) = 112 ton
qu = 1,2qD + 1,6qL = 1,2(0,4) + 1,6(1,25) = 2,48 ton/m
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 259

~
N = 60 ton(D)
25 ton (L)
q = 0,4 ron/m (D)
1,25 ton/m (L)
H = 20 ton
Mutu baja BJ 37
lZ_ I. 8,5 m .I
Kombinasi 2, beban gravitasi + angin:
Nu = 1,2ND + 0,5NL = 1,2(60) + 0,5(25) = 84,5 ton
Hu = 1,3(20) = 26 ton
qu = 1,2qD + 0,5qL = 1,2(0,4) + 0,5(1,25) = 1,105 ton/m

b. Asumsikan beban gravitasi terfaktor (kombinasi 1) menghasilkan momen-momen


terfaktor pada gambar (a) Behan gravitasi + angin (kombinasi 2) dianalisa dengan
2 bagian: analisa portal tak bergoyang akibat beban gravitasi saja dan analisa portal
bergoyang akibat beban lateral saja. Hasil analisa ditunjukkan dalam gambar (b) dan
(c) Analisa portal bergoyang menimbulkan beban tekan terfaktor sebesar 4 ton pada
masing-masing kolom. Asumsikan kombinasi beban (2) adalah yang menentukan
dalam analisa balok-kolom struktur tersebut.

112 ton 112 ton

~ 14,4 tonm
~

(a) beban gravitasi

ba:
84,5 ton

l 1,105 ton/m
84,5 ton

l __ __, __u I

Jt17
r tonm

.36,6 tonm
I
I
I

(b) anal is a portal bergoyang


~ 4 ton t4 ton
(c) analisa portal tak bergoyang
260 BAB 11 BALOK-KOLOM

c. Aksi kolom
Faktor panjang efektif kx, ditentukan dengan menggunakan faktor G:
GA = 1,0 (jepit)
GB 'L(IIL)kolom 2(114) = ,
3 04
I.(! I L)balok 1,4·1 /8,5

kx = 1,57

Dalam arah y kolom diasumsikan tertumpu sendi di ujung atas dan bawahn-. ~
sehingga ky = 1,0.

k·L 1,57x400 1,0x400


~ =35,88 = 39,60
rx 17,5 10,1

,\ = _!_, ky ·Ly. !7; =_!_X 39,60 X 240 = 0,4366


7r ry ~E 7r 200000

1 3 1 3
(J) ,4 = ,4 = 1,0937
1,6-0,67.Ac 1,6-(0,67X 0,4366)

Nn =Ag.fcr = 21870(240/1,0937) = 479,91 ton

Nu 84,5+4+1,105(8,5/2)
0 2284 0'2
l/J·Nn 0,85X479,91 = ' >

Gunakan persamaan 11.35

d. Aksi balok
Periksa apakah WF 400.400.13.21 kompak atau tidak:
bf 400 170
- = - - = 9,52 <A = - - = 10,97
2·t1 2x 21 P ff,
93,19625·10 4
0,9x240x21870 = 0 •1973 > 0 •125

A, = ft(2,33- ~;J ~ J;:o


AP = ~ (2,33 - 0,1973) = 68,8325 >
665
= 42,925
-v240 ff,
= !!_ = 400-2(21) =
27 54
< A
(penampang kompak)
tw 13 ' P

LP (=5,15 m) > L (=3,5 m)

Karena L < LP, maka Mn dapat mencapai MP.


MP .+ = 3600,13·103 (240) = 86,40312 ton.m
= Z x'.ly
l/Jb·Mnx = 0,9(86,40312) = 77,7628 ton.m
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 261

e. Perbesaran momen, 8b
Untuk menghitung 8b diperlukan rasio kelangsingan dari portal tak bergoyang

kx.Lx = 1,0X400 = 22 ,857


rx 17,5
em = 0,6 - 0,4(M/M2 ) = 0,6 - 0,4(1,05/2,11) = 0,4
2 2
7r E·Ag _ n x200000x21870 = 82 6 3 ,04 ton
(k·Lir) 2 - 22,857
2

Nu = 84,5 + 1,105(8,5/2) = 89,19625 ton

8 - em 0,4 = 0,4044 < 1,0


b - _Nu/ 89,19625
1
I Nel 8263,04
Ambil 8b = 1,0.

f. Perbesaran momen, 8s
'LNu = 2(84,5) + 1,105(8,5) = 178,3925 ton
2 2
7r E·Ag _ n x200000X21870 = 3356 ton
(k·Lir) 2 - 35,88
2

I- ~~ = 2(3356) = 6712 ton


1
- -- - = 1,0273
1-89,19625
8263,04

g. Periksa persamaan 11.35


Mux = Ob"Mntu + Os"Mltu = 1,0(2,11) + 1,0273(36,6) = 39,7373 ton.m

Nu +~{ Mux ) < 10


t/J·Nn 9\._ t/Jb ·Mnx - '

0,2284 + ~( 39 7373
'
9 77,7628
J= 0,6826 < 1,0
Jadi, profil WF 400.400.13.21 mencukupi untuk memikul beban-beban tersebut,
sesuai dengan desain LRFD .

• CONTOH 11.4:
Periksalah apakah profil WF 350.350.12.19 cukup umuk memikul beban aksial tekan yang
terdiri dari beban mati 40 ton dan beban hid up 10 ton, serta mom en lemur sebesar 10
ton.m(D) dan 10 ton.m (L) serta 30 ton.m (beban angin). Struktur tersebut adalah bagian
dari portal dengan pengaku (tak bergoyang). Asumsikan mom en lemur menimbulkan
kelengkungan tunggal pada struktur (mutu baja BJ 37).
262 BAB 11 BALOK-KOLOM

r
4m

L
JAWAB:
a. Menghitung beban terfaktor
Kombinasi 1, be ban gravitasi:
Nu = 1,2ND + 1,6NL = 1,2(40) + 1,6(10) = 64 ton
Mu = 1,2MD + 1,6ML = 1,2(10) + 1,6(10) = 28 ton/m

Kombinasi 2, beban gravitasi + angin:


Nu = 1,2ND + 0,5NL = 1,2(40) + 0,5(10) = 53 ton
Mu = 1,2MD + 0,5ML + 1,3Mw
= 1,2(10) + 0,5(10) + 1,3(20) = 43 ton.m
Asumsikan kombinasi 2 yang menentukan.

b. Aksi kolom
Menghitung rasio kelangsingan maksimum:
A k-L 1,0x400 = ,
45 2488
ry 8,84

Ac 1 k-L ffy
= - . - . - =-X 45,2488 X
n ry E n
1 240
200000
= 0,4987

1,43 1,43
OJ - - - - - - = 1,1296
1,6-0,67 Ac 1,6- (0,67 X 0,4987)

Nn =Ag f cr =Ag(jjm)
y = 17390(240/1,1296) = 369,476 ton

43
= 0,1369 < 0,2 Gunakan persamaan 11.36
0,85 X 369,476
a
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 263

c. Aksi balok
Periksa apakah WF 350.350.12.19 kompak atau tidak:
bf 350 170
- = - - = 9,2105 <A = - - = 10,97
2·t
1
2x 19 P .[1;
= 0,1411 > 0,125
0,9X24 0X17390

AP = 500 ( 2 ,33 _~] ?. 665


.[1; ¢bNy .[1;
AP = ~ (2,33 - 0,1411) = 70,6466 > ~
6
= 42,925
-v 240 -v /y
= ..!!_ = 350-2(19) = 26 <A (penampang kompak)
tw 12 p

LP (= 4,5078 m) > L (= 4m), sehingga Mn = MP


Mp .1' = 2493,18·10 3 (240) = 59,836 ton.m
= Z x:Jy

¢b.Mnx = 0,9(59,836) = 53,8524 ton.m

d. Perbesaran momen
Perhitungan rasio kelangsingan terhadap sumbu lemur:
k·L 1,0x400 = 26 ,3158
rx 15,2
cm = 1,0 (untuk mom en konstan)

n 2 E·Ag n 2 X 200000 X17390


~I 2
= 4960,73 ton
(k·Lir) 26,3158 2
em 1,0
= 1,011 < 1,0
8b
1-~Net 1-
53
4960,73

e. Cek terhadap persamaan 11.36


Mux = 8b'Mntu = 1,011(43) = 43,473 ton.m.

_N_u_+ _M_
ux_ ~ 1,0
2·¢·Nn ¢b ·Mnx
53 43,473
------+ = 0,8917 < 1,0
2x0,85x369,476 0,9x59,836

Jadi, profil WF 350.350.12.19 cukup untuk memikul beban-beban tersebut, sesuai


dengan desain LRFD.
264 BAB 11 BALOK-KOLOM

• CONTOH 11.5:
Pilihlah profil WF yang seekonomis mungkin untuk memikul gaya aksial tekan s.;::,: . .
10 ton (D) dan 30 ton (L) yang bekerja dengan eksentrisitas sebesar 5 em sepeni : _. . .:
gambar. Struktur tersebut adalah bagian dari portal dengan pengaku (tak bergoyans _
asumsikan batang memiliki kelengkungan tunggal. (Mutu baja BJ 37)

JAWAB:
Coba menggunakan profil WF 350.175.7.11
a. Aksi kolom
Rasio kelangsingan maksimum:
k·L = 1,0x400 = ,
101 266
ry 3,95

_ l.k·L. {T, =lx101,266x 240


·\ - 1C ry ~E 1C 200000 = 1' 1166

m = 1,25·1lc2 = 1,25(1,1166) 2 = 1,5585


N n =Agi cr = 6314(240/1,5585) = 97,232 ton
Nu = 60
= 0,726 > 0,2 Gunakan persamaan 11.35
¢·Nn 0,85X97,232

Jre=5cm Behan-behan terfaktor:


Nu = 1,2ND + 1,6NL

r
= 1,2(10) + 1,6(30) = 60 ton
Mntu = Pu.e
= 60(0,05) = 3 ton.m

L =4 m

LN
J~e=5cm
b. Aksi balok
Periksa rasio kelangsingan penampang:

170
bf =__!_Z_2__ = 7 95 ll =
2·tf 2 X 11 '
<
P .J7: = 10'97
~ 60.10
4

q>b.Ny 0,9x240x6314 = 0 ' 44 > 0 ' 125

= 500 (2,33- ~J ~ 665


.fl: ¢bNy .fl:
0

11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 265

AP J::o (2,33 - o,44 J = 60,99 > 7J: = 42,925

1
= .!!._ = 350 - 2 (1 ) = 46,857 < A- (penampang kompak)
tw 7 p

Lp (= 2,006 m) < L (= 4 m) < Lr (=5,925 m)


Mp = Z X £J = 840,85·1 03 (240) = 20,1804 ton.m
Mr = SJ.J;- f)= 775·10 3(240- 70) = 13,175 ton.m

M. = Cb" [ M, +(M, -M,) f:-=-f,] s MP


5 925 4
= 1,67·[13,175+(20,1804-13,175) ' - ]
5,925-2,006

= 16,616 ton.m
¢b·Mn = 0,9(16,616) = 14,9544 ton.m

c. Perbesaran momen
Rasio kelangsingan dalam sumbu lentur:
k·L 1,0x400
= 27,211
rx 14,7
cm = 1,0
n 2 E·Ag TC
2
X 200000 X 6314
~I 2
= 1683,24 ton
(k·Lir) 27,211 2
em 1,0
= 1,037
ob
1-J:v Net
=
60
1683,24

d. Periksa persamaan 11.35


Mux = ob.Mntu = 1,037(3) = 3,111 ton.m

Nu + 8( Mux < 1,0 J


l/J·Nn ~l/Jb·Mnx
0,726 + = 0,911 < 1,0
Jadi, profil WF 350.175.7.11 mencukupi untuk memikul beban-beban tersebut,
sesuai dengan desain LRF D .

• CONTOH 11.6:
Desainlah sebuah komponen struktur balok-kolom dari profil WF yang memikul beban
seperti tampak pada gambar. Beban aksial tekan P sebesar 20 ton(D) dan 40 ton(L). Beban
W dari sebuah crane adalah sebesar 2 ton(D) dan 15 ton(L). Gaya horizontal H sebesar 4
ton(L) timbul akibat pergerakan crane. Struktur dianggap merupakan bagian dari portal
tak bergoyang serta diberi sokongan lateral pada sumbu lemah tepat di tengah-tengah
bentang. (Mutu baja BJ 37)
266 BAB 11 BALOK-KOLOM

H/2- 0,05 W

0,25 m
I 2,5 m
1,25H- 0,125 W

H
I -t
f 2,5 m

I~
H/2 + 0,05 W
Diagram momen primer

N+W

JAWAB:
a. Menghitung beban terfaktor
Nu = 1,2ND + 1,6NL = 1,2(20) + 1,6(40) = 88 ton (pada bagian atas)
W: = 1,2WD + 1,6WL = 1,2(2) + 1,6(15) = 26,4 ton
Nu = 88 + 26,4 ton (pada bagian ba.·.•. ~ ·
Hu = 1,6(4) = 6,4 ton
Reaksi horizontal pada dasar kolom sebesar H/2 + 0,05 W, menimbulkan me:-·
maksimum:
Mntu= 2,5(H/2 + 0,05W) = 1,25H + 0,125W
= 1,25(6,4) + 0,125(26,4) = 11,3 ton.m
Coba menggunakan profil WF 350.250.9.14

b. Aksi kolom
kx .Lx = 1,0 X 500 = 34 ,246 ky.Ly = 1,0x250 =
6 41 ,67
rx 14,6

.A
c
= .l_.k.L.
n r
I!;= .l_x41,67x
~E n
240
200000
= 0,4593

1,43 1 3
OJ ,4 = 1,1066
1,6-0,67.Ac 1,6- (0,67 X 0,4593)

g'1cr = 10150(240/1,1066) = 220,134 ton


N n =A.+
114
Nu = ,4 = 0,6114 > 0,2 Gunakan persamaan 11.35
¢.Nn 0,85x220,134
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 267

c. Aksi balok
Periksa kelangsingan penampang:
bf 250 170
- = - - = 8,93 <A = - - = 10,97
2·t
1
2x14 P ..[1;
~ 114,4.10 4

I = 0' 522 0 125


¢b·Ny = 0,9x240x10150 > '

..[1; 2 33 ¢bNy
A = 500 ( , _~] > 665
P - ..[1;
~ (2,33
665
At = - 0,522) = 58,35 > = 42,925
v240 ..[1;
= ..!!_ = 350-2(14) = 35,77 <A (penampang kompak)
tw 9 p

karena LP (= 3,0596 m) > L (= 2,5 m), maka Mn = MP


Mn = Z x fvy = 1360,02·10\240) = 32,64 ton.m
l/Jb·Mn = 0,9(32,64) = 29,376 ton.m

d. Perbesaran momen
Rasio kelangsingan terhadap sumbu lemur:
kx ·Lx 1,0 X 500 = 34 ,246
rx 14,6
2 2
N = 7r E·Ag _ n x 200000x 10150 = 1709, 72 ton
el 2 - 2
(k·Lir) 34,246

Nilai em diperoleh dariGambar 11.6


N 114,4
em = 1 - 0,2· _ u = 1 - 0,2· = 0,9866
Net 1709,72

8b ~ 0 9866
' = 1,05733
_Nu 114,4
1
Net 1709,72
e. Periksa terhadap persamaan 11.3 5
Mux = 8b.Mntu = 1,05733(11,3) = 11,95 ton.m

Nu +~( Mux ) < 1 0


C/J·Nn 9 l/Jb ·Mnx - '

0,6114 + ~( 1 95
1,
9 29,376
) = 0,973 < 1,0

Jadi, profil WF 350.250.9.14 mencukupi untuk memikul beban-beban tersebut,


sesuai dengan desain LRFD .

• CONTOH 11.7:
Periksalah kekuatan profil WF 250.125.6.9 (BJ 37) yang digunakan untuk memikul beban
seperti pada gambar berikut ini. Diketahui pula besarnya beban tekan aksial adalah sebesar
268 BAB 11 BALOK-KOLOM

2 ton(D) dan 8 ton(L) serta beban merata sebesar 0,15 ton/m (D) dan 0,3 ton/m '~
yang mengakibatkan lentur terhadap sumbu lemah profil.

q = 0,15 ton/m (0) ; 0,6 ton/m (L)

t+t-y
X
I

~~11~111111111 111111111111111~~
I
I. 3 m .I
JAWAB:
a. Menghitung beban terfaktor:
Nu = 1,2ND + 1,6NL = 1,2(2) + 1,6(8) = 15,2 ton
qu = 1,2qD + 1,6qL = 1,2(0,15 + 0,0296) + 1,6(0,3) = 0,69552 ton/m
(tambahan beban mati sebesar 0,0296 ton/m berasal dari berat sendiri profil)
M ntu = _!_.qu -L 2 = _!_(0,69552)(3) 2 = 0,78246 ton.m
8 8
b. Aksi kolom
Dalam contoh ini tekuk dan lentur terjadi pada bidang yang sama
k·L=1,0X300 = ,
107 53
ry 2,79

A _ 1 k-L fl; 1 240


= 1,185
c - ;·-r-·~E =;x 10753 x 200000
m = 1,25· Ac2 = 1,25(1,185) 2 = 1,755
Nn =Agf cr = 3766(240/1,755) = 51,5 ton
Nu 15,2
= 0,3 4 7 > 0,2 Gunakan persamaan 11.35
f/J·Nn 0,85 X 51,5

c. Aksi balok
Karena lentur terjadi pada sumbu lemah, maka tidak terjadi tekuk torsi lateral c.:_·
tekuk lokal web. Sedangkan kelangsingan flens diperiksa sebagai berikut:
170
A = bl = 12 5 = 6,94 < AP = = 10,97
2·tr 2x9 ff,
penampang kompak, sehingga Mn = MP
Mn = Z!,
y y = 72400(240) = 1,7376 ton.m
f/Jb-Mn = 0,9(1,7376) = 1,56384 ton.m

d. Perbesaran momen
k -L
Rasio kelangsingan dalam sumbu lentur _2'____L = 107,53
ry
2
N E-Ag _ rc 2 X 200000 X 3766 = 64,343 ton
= TC
el 2 - 2
(k-Lir) 107,53
Nilai Cm diperoleh dari Gambar 11.6
0

11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 269

cm = 1

8b ~ 1,0
= 1,31
1- Nu 1-_!22_
Nel 64,343

e. Periksa terhadap persamaan 11.35


M uy = 8b·Mnt u = 1,31(0,78246) = 1,025 ton.m

~~. + :[t;.,) < 1,0

0,347 + ~( 1 025
'
9 1,56384
J= 0,93 < 1,0
Jadi, profil WF 250.125.6.9 mencukupi untuk memikul beban-beban tersebut .

• CONTOH 11.8:
Pilihlah profil WF yang dapat digunakan sebagai elemen kolom dalam struktur portal
berikut ini. Portal dihubungkan dengan bresing, sehingga dapat diasumsikan portal ter-
sebut sebagai sistem struktur tak bergoyang. Dari hasil perhitungan analisa struktur di-
dapatkan gaya aksial terfaktor yang bekerja pada kolom tersebut adalah sebesar 70 ton dan
momen terfaktor pada ujung atas Mntu2 = 30 ton.m serta momen terfaktor pada ujung
bawah Mntul = 15 ton.m. Gunakan mutu baja BJ 37.

3/ 30 ton.m

i.>?J;~ j WJ. r 15 ton.m

N N
JAWAB:
Coba gunakan profil WF 500.12.10.16, asumsikan kx = 0,7
a. Aksi kolom

kx ·Lx = 0,7 X 600 = 20 ,4 kJ, ·Ly 1,0 X 300 = 69,284


88
rx 20,5 ry 4,33

A.c 1 k·L fly1


- . - . -=-x69,284x 240
= 0,7636
n r E n 200000
1,43 1,43 4
(1)
= 1 31
1,6- 0,67·Ac 1,6-(0,67x0,7636) '
270 BAB 11 BALOK-KOLOM

N n = Agi cr = 11420(240/ 1,314) = 208,58 ton

Nu = 70
= 0,3948 > 0,2 Gunakan persamaan 11.35
0,85 X 208,58

b. Aksi balok
Periksa kelangsingan penampang:
170
bf = 200 = 6,25 <A = = 10,97
2·tr 2x16 P .J7:
~=
4
70·10
= 0,284 > 0,125
(h ·NY 0,9 X 240 X 11420

\ = ft( 233- ~~J ~ 7t


AP = ~ (2,33 - 0,284 ) = 66,034 > ~
6
= 42,925
~2® ~~

= !!_ = 500-2(16) = 46 8 < A


(penampang kompak)
tw 10 ' P

LP (=2,19 m) < L (=3m)< Lr (=6,68 m)

Nilai M n harus diinterpolasi an tara Mp dan M!r


.+ = 2096,36.103 (240) = 50,31264 ton.m
M P = Z x'ly
3
M r = Sx (fv-
y ll = 1910.10 (240 - 70) = 32,47 ton.m
Jrl

Nilai Cb diperoleh dari persamaan:


12,5Mmax
2,5Mmax +3M A +4Ms+3Mc

Mmax = M
MA = 0,8125M
M8 = 0,625M
Me = 0,4375M

M/2

12,5xM
(25M)+( 3 x 0,8125M)+ (4 x 0,625M) + (3 x0,4375M)
= 1,43
11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA .. . 271

M. = c,.[M,+(Mr-M,lf'_=-~] MP <

6 68 3
= 1,43·[32,47+(50,31264-32,47) ' - ]
6,68-2,19
= 67,34 ton.m
Karena M n tidak boleh lebih dari Mp, maka M n = Mp = 50,31264 ton.m
¢b·Mnx = 0,9(50,31264) = 45,281 ton.m

c. Perbesaran momen
k·L k ·L
Dalam sumbu lentur: - =~ = 20,488
r rx
2 2
n E·Ag _ n x200000xll420 = 5374,6 ton
(k.Lir) 2 - 20,4882

C
m
= 0,6 - 0,4· M 1
M2
= 0,6 - 0,4· (.!2) =
30
0,4

~ 0,4
- - - - = 0, 05 < 1,0
4
1- Nu 1-~
Nel 5374,6
Ambil 8b = 1,0

d. Periksa terhadap persamaan 11.35


Mux = 8b.Mntu = 1,0(30) = 30 ton.m

_u_+-
N __8(
M ux_) < 1 0
¢·Nn 9 ¢b·Mnx - '

8(
0,3948 + - -30- ) = 0,9837 < 1,0
9 45,281
Jadi, profil WF 500.12.10.16 dapat digunakan sebagai kolom dalam struktur ter-
sebut .

• CONTOH 11.9:
Ulangi kembali conroh 11.7, namun dengan menganggap bahwa portal adalah portal
bergoyang. Beban aksial terfaktor 70 ton dan momen terfaktor hasil analisa portal tanpa
goyangan adalah sebesar Mntu = 4,5 ton.m dan 2 ton.m unruk kolom bagian atas dan
bawah. Sedangkan hasil analisa portal bergoyang adalah M 1tu = 25 ton.m untuk kolom
bagian atas dan bawah.

JAWAB:
a. Aksi kolom
GA = 1,0 (jepit)
119
GB 3!/6 = 0 ,22
Dari nomogram untuk portal bergoyang, diperoleh kx = 1,2
272 BAB 11 BALOK-KOLOM

kx ·Lx = 1,2 X 600 = 35 , 12 k ·L 1,0x300


_L_2'_ = = 69,284
rx 20,5 ry 4,33

Sarna seperti contoh 11.7, tekuk terjadi pada surnbu lernah, sehingga:
¢Nn = 177,293 ton
NJ¢Nn = 0,3948
b. Aksi balok
Sarna dengan perhitungan dalarn contoh 11.7:
¢b"Mnx = 45,281 ton.rn

c. Perbesaran rnornen
8b = 1,0 (sarna seperti contoh 11.7)
Mencari 8:s
2 2
N = n E·Ag _ n x200000x11420 = 1829 ton
el 2 - 2
(k·Lir) 35,12

Dalarn contoh ini, dua buah kolorn rnerniliki ukuran yang sarna dan rnernikul be~~­
yang sarna pula, sehingga:
L ~~ = 2(1829) = 3658 ton
L Nu = 2(70) = 140 ton
1 1
85 = 1,0398
1- LNU 1- 140
LNet 3658

d. Periksa terhadap persarnaan 11.35


Mux = 8b.Mntu + 8/M!tu
= 1,0(4,5) + 1,0398(25) = 30,495 ton.rn

Nu +~( Mux ) < 1 0


l/J·Nn 9 l/Jb ·Mnx - '

0,3948 + ~( 30,495 ) = 0,993 < 1,0


9 45,281

• CONTOH 11.10:
Periksalah kecukupan profil WF 400.200.8.13 untuk rnernikul beban-beban seperti pad~
garnbar berikut. Gunakan rnutu baja BJ 55.

JAWAB:
a. Aksi kolorn

1,2 X 450 = 26 ,78 1,0x225


= 49,56
16,8 4,54
0

11.7 TEKUK LOKAL WEB PADA ... 273

Nu=130ton Nu=130ton

Nu = 130 ton

b.:..:-
Ac = l_,k·L. 1.1; =l_x49,56x 410 = 0,714
1C r V E 1C 200000

1,43 1 3
(J) ,4 = 1,275
1,6-0,67·Ac 1,6- (0,67 X 0,714)

N n =Ag i cr = 8412(410/1,275) = 270,5 ton


Nu 130
= 0,5654 > 0,2
f/J·Nn 0,85 X 270,5
Gunakan persamaan 11.35

b. Aksi balok
Periksa kelangsingan penampang:

!.L_ = 200 = 7,69 < A. = 170 = 8,3957


2·tr 2x 13 P ff,
OK
- Nu 130·104
= 0,4188 > 0,125
¢b·NY 0,9x 410x8412

A.P = 500 (2,33- ~] ~ 665


Jad'"- ff, ¢bNy ff,
A.P = ~ (2,33 - 0,4188) = 47,195 >
6
~ = 32,84
~MO ~~
h 400-2(13)
= 46,75 < A.P (penampang kompak)
8
274 BAB 11 BALOK-KOLOM

Mencari M nx:
Karena ~p (= 1,764 m) < L (=2,25 m) < Lr (=4,427 m), maka Mn harus diinterr-
antara M p dan M.r
MP = Z X i,J = 1285,95·103 (410) = 52,72 ton.m
Mr = S)J;- fJ = 1190·103 (410 - 70) = 40,46 ton.m
12,5Mmax
2,5Mmax +3M A+4MB+3Mc
12,5x5 = 1,25
(2,5 X 5) + (3 X 4,375) + (4 X 3,75) + (3 X 3,125)

Mn = c,. [M, +(Mf -M,) L-=-t] < Mp

4 27 2 25
= 1,25·[40,46+(52,72-40,46) ,4 - ' ]
4,427-1,764

= 63,10 ton.m > MP


M nx = MP = 52,72 ton.m
¢b·Mnx = 0,9(52,72) = 47,448 ton.m
Mencari M ny:
Karena pada sumbu y tidak ada pengaruh tekuk torsi lateral, maka:
Mny = MP = ~J; = 265,98.103(410) = 10,9 ton.m
¢b·Mny = 0,9(10,9) = 9,81 ton.m

c. Perbesaran momen
Sumbu- x:
k ·L
~ = 26,78
rx

Jr2 E. Ag Jr2 X 200000 X 8412 = 2317' 17 ton


2 2
(k·Lir) 26,78

em = 0,6- 0,4- ~: = 0,6- 0,4-(;o) = 0,6


~ 0,6
= 0,635 < 1,0
1- 130
2317,17
Ambil 8bx = 1,0

Sumbu -y:
k ·L
__1____!_ = 4 9' 56
ry
0

11.6 TEKUK LOKAL WEB PADA . .. 275

Cm = 0,6 - 0,4. MM1


2
= 0,6 - 0,4· ( 0,4
1,8
J = 0,51
0,51
- - - = 0,635 < 1,0
1-~
676,57
Ambil 8by = 1,0

d. Periksa terhadap persamaan 11.35


Mux = 8bx"Mntxu = 1,0(5) = 5 ton.m

M uy = 8bry ·Mnyu
t = 1,0(1 ,8) = 1,8 ton.m

0,5654 + - - - 8(
5 +1,8-
9 47,448 9,81
J = 0,822 < 1,0

• CONTOH 11.11:
Suatu struktur rangka atap seperti pada gambar memikul gording-gording pada sisi atas.
Beban terfaktor dari gording ditunjukkan pada gambar. Desainlah batang-batang atas un-
tuk struktur rangka atap tersebut!

~ 15@ 1 ton ~
0,5 ton 0,5 ton

Im
8 ton 8 ton
,...,,._ _ _ _ 8@ 3m _ _ __..~

JAWAB:
Pada masing-masing batang atas timbul fixed end moment.
PxL 1x3
Jvf = M = -8- -8- = 0,375 ton.m
lltu

0,375 ton.m
I I
~ ~:1:==============~1§
! ) 0,375 ton.m
I I

t 0,5 ton 0,5 ton t


276 BAB 11 BALOK-KOLOM

Jika reaksi-reaksi yang timbul akibat pembebanan di tengah batang tersebut ditar._: _
kan pada beban-beban yang bekerja pada joint, maka diperoleh konfigurasi pembe~ _:_-
sebagai berikut:
c: c: c: c: c: c: c: c: c:
.9 .9 .9 .9 .9 .9 .9 .9 .9
N N NN N N N

Gaya tekan aksial maksimum akan terjadi pada batang DE dan besarnya gaya !:-.:-.
akan dicari dengan menggunakan cara Ritter
c: c: c: c: L M1 = 0
.9 .9 .9 .9
N N N 9·(8 - 1) - 2(6 + 3) + FD£·1,2 = 0

8 ton

Dicoba menggunakan profil T 300.150.10.15 sebagai batang DE untuk me:~


gaya tekan aksial Nu = 37,5 ton dan momen lemur sebesar Mntu = 0,375 ton.m.
a. Aksi kolom so
k·L k·L 1,0x 300
= 82,1917 ~.1'
r maks. 3,65

Ac -1 .k·L ~y
1
- . - =-X82,1917X
240
= 0,9059
7r r E 7r 200000
1,43 1,43 = 1,44
OJ
1,6- 0,67·Ac 1,6- (0,67 X 0,9059)

Nn =Agi cr = 5989(240/1,44) = 99,8167 ton


Nu 37,5
= 0,442 > 0,2 Gunakan persamaan 11.35
¢·Nn 0,85X99,8167

b. Aksi balok
300 170
!L_= = 10 <A = = 10,97
2·tI 2 X 15 P ff,
3
!!__ =
400 2 13
- ( ) = 46,75 < A= ~ = 21,624
tw 8 r \j Jy
Penampang kompak. Karena lentur terjadi pada sumbu lemah profil, maka
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap tekuk torsi lateral.
Mn .+ = 115,60.10 3 (240) = 2,7744 ton.m
= M p = Z x'.ly
SOAL-SOAL LATIHAN 277

= 1,5.+.5
Jy = 1,5(240)(63.-·10 5 ) = 2,2932
X
ton.m
= 0,9(2,2932) = 2,06388 ton.m

c. Perbesaran momen
k·L
- = 82,1917
rx
n 2 E·Ag n 2 X 200000 X 5989 = 175,137 ton
~~
(k·Lir)
2
82,1917 2
cm = 0,85
t:.:..· 8b ~ 0,85
= 1,0814
1- Nu 37,5
1-
Nel 175,137

d. Periksa terhadap persamaan 11.35


Mux = 8b.Mntu = 1,0814(0,375) = 0,405525 ton.m

Nu +~( Mux ) < 1,0


¢·Nn 9 ¢b ·Mnx

0,442 + 98( 0,405525


2,06388 =
J 0,617 < 1,0

SOAL-SOAL LATIHAN

P.11.1 - P.11. 3
Periksalah apakah komponen struktur balok kolom dalam gambar berikut memenuhi
persamaan interaksi balok kolom dengan mengabaikan faktor perbesaran momen. Gaya
aksial dan momen yang tercantum dalam gambar merupakan beban-beban terfaktor dan
lentur terjadi dalam arah sumbu kuat.

350 kN 2500 kN 350 kN

~150kN.m ~275kN.m ~150kN.m


T
_l_
4m
I WF 250.250.9.14
(BJ 37)
kx = ky = 1,0
T 4,5 m

_l_
WF 350.350.12.19
(BJ 41)
kx = ky = 1,0
T
_l_
4m
WF 250.250.9.14
(BJ 37)
kx = ky = 1,0

~150kN.m ~75kN.m ~150kN.m


:id.:...·
350 kN 2500 kN 350 kN

Gambar P.ll.l Gambar P.ll.2 Gambar P.ll.3


278 BAB 11 BALOK-KOLOM

P.11.4- P.11.5 P.11.~


Sebuah komponen struktur balok-kolom yang merupakan bagian dari portal tak berg:c ·
ditunjukkan dalam Gambar P.11.4 dan P.11.5. Dengan mengasumsikan kx = k\_ =
periksalah apakah komponen struktur balok-kolom tersebut memenuhi persamaan ::- ·
aksi balok-kolom seperti yang disyaratkan dalam SNI 03-1729-2002.

1200 kN 600 kN

~130kN.m ,~
+ ~ M,,,_x : 200 kN.m
Mntuy- 20 kN.m

T4.75 m
WF 300.300.10.15
(BJ 37)
T4.75 m
WF 400.200.8.13
(BJ 41)
lentur terjadi dalam
_L lentur terjadi dalam
arah sumbu kuat _L arah sumbu kuat

~130kN.m "'- +
~ Mntuy-
Mntu . x : 200 kN.m
20 kN.m P.11

1200 kN 600 kN

Gambar P.ll.4 Gambar P.l1.5

P.11.6 Profil WF 250.250.9.14 dari baja BJ 41 dibebani seperti pada gambar. Lentur tc~
terhadap sumbu kuat profil, asumsikan kx = kv = 1,0. Pengekang lateral hanya diber: ·
pada kedua ujungnya, dan komponen struktur. tersebut merupakan bagian dari pon,:.: ·
bergoyang. Berapakah beban aksial terfaktor maksimum, Nu, yang dapat bekerja ~ __
komponen struktur balok-kolom tersebut?

P.1

t
Gambar P.ll.G

SOAL-SOAL LATIHAN 279

P.11.7 Profil WF 400.400.13.21 dari BJ 41 digunakan sebagai komponen struktur balok-kolom


pada suatu portal bergoyang. Panjang komponen struktur tersebut 4,25 m dan tidak
terdapat beban transversal yang bekerja. Analisis orde pertama dilakukan terhadap kasus
tanpa goyangan dan kasus dengan goyangan. Behan terfaktor dan momen lemur yang
timbul ditampilkan dalam tabel berikut.

Tipe Analisis Mrop (kN.m) Mbottom (kN .m)

Tak bergoyang 1300 80 45


Bergoyang 70 180

Lemur terjadi dalam arah sumbu kuat dan semua momen lemur yang terjadi meng-
akibatkan lemur dengan kelengkungan ganda. Diperoleh juga data:
"L Ne 2 = 240000 kN "L N u = 36000 kN
Gunakan kx = 1,0 (kasus tanpa goyangan), kx = 1,7 (untuk kasus bergoyang) dan ky =
1,0. Periksalah apakah komponen struktur balok-kolom ini memenuhi persamaan imeraksi
sesuai SNI 03-1729-2002?

P.11.8 Pilihlah profil WF yang ekonomis umuk digunakan dalam komponen struktur balok-
kolom berikut ini (mutu baja BJ 37). Lemur terjadi dalam arah sumbu kuat dan pengekang
lateral diberikan pada titik A, B dan C. Asumsikan kX = ky = 1,0.

50 kN/m

200 kN
... {IIIII!IIIII~IIIIIIIIIIII.J.,. 200 kN
[!,.-~-­

ll :_
r..:-..: 1,5 m 1,5 m

Gambar P.ll.8

P.11.9 Suatu struktur rangka kuda-kuda memikul beban-beban dari gording seperti pada gambar
berikut. Desainlah batang-batang atas dari rangka tersebut, gunakan mutu baja BJ 37!

2,75 m

1--~~~~~~~

8@ 2m= 16m

Gambar P.ll.9
12
Komponen Struktur
Komposit
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Memahami perilaku beton dan baja yang digabungkan menjadi suatu komponen
struktur komposit menggunakan penghubung geser
• Melakukan proses analisis dan desain suatu balok atau kolom komposit
Pokok-pokok Pembahasan Bah
1.1 Struktur Komposit
1.2 Tegangan Elastis dalam Balok Komposit
1.3 Lebar Efektif Balok Komposit
1.4 Sistem Pelaksanaan Komponen Struktur Komposit
1.5 Kuat Lemur Nominal
1.6 Penghubung Geser
1. 7 Balok Komposit pada Daerah Mom en Negatif
1.8 Lendutan
1. 9 Dek Baja Gelombang
1.10 Kolom Komposit

12.1 STRUKTUR KOMPOSIT


Penggunaan balok baja untuk menopang suatu pelat beton telah ditemukan sejak lan·. ~
Namun pada saar itu pelat beton dan balok baja tidak dihubungkan dengan suatu pen:=-
hubung geser sehingga yang dihasilkan adalah suatu penampang non komposit. Pac
penampang non komposit, pelat beton akan mengalami lendutan yang cukup besar yaE:=
disebabkan oleh besarnya beban yang harus dipikul oleh pelat beton tersebut. Seirin;
berkembangnya metode pengelasan yang baik serta ditemukannya alat-alat penghubun:=
geser yang menahan gaya geser horizontal, maka lekatan antara pelat beton dan balo~:
baja dapat ditingkatkan. Pada akhirnya kedua material ini (baja dan beton) akan menjac
satu kesatuan komponen struktur yang disebut dengan komponen struktur komposi:
Komponen struktur komposit ini dapat menahan beban sekitar 33 hingga 50% lebih bes.:.~
daripada beban yang dapat dipikul oleh balok baja saja tanpa adanya perilaku kompos::
Pada awal tahun 1930 konstruksi jembatan juga sudah mulai menggunakan penar:-.-
pang komposit, namun baru pada tahun 1944 dikeluarkan peraturan oleh AASHTc
(American Association of State Highway and Transportation Officials) ten tang spesifikasi jen>
batan jalan raya dengan struktur komposit. Pada sekitar tahun 1950 penggunaan lanr.:..
jembatan komposit mulai berkembang dengan pesat (terutama di Amerika). Pada jembara:-
ini gaya geser longitudinal ditransfer dari balok baja kepada pelat beton bertulang denga:-
menggunakan penghubung geser. Hal ini mengakibatkan pelat beton tersebut akan tun::
serta membantu memikul momen lemur yang timbul. Penampang komposit ini dap..::
dilihat dalam Gambar 12.l.a.
0

12.1 STRUKTUR KOMPOSIT 281

(b)

(a)
(c)

Gambar 12.1 (a) Lantai Jembatan Komposit dengan Penghubung Geser, (b) Balok Baja yang Diselubungi Beton,
(c) Lantai Komposit Gedung dengan Penghubung Geser

Pada awal tahun 1960 mulai dikembangkan pula penggunaan komponen struktur
:n
komposit untuk bangunan gedung yang menganut pada spesifikasi yang dikeluarkan oleh
AISC (American Institute of Steel Construction) pada tahun 1952. Komponen struktur
komposit yang digunakan dapat berupa balok baja yang diselubungi dengan beton (Gam-
bar 12.l.b) atau berupa balok baja yang menopang pelat beton tanpa penghubung geser
(Gambar 12.1.c). Namun sekarang struktur balok baja yang diselubungi dengan beton
sudah jarang digunakan, dan hampir seluruh struktur komposit untuk bangunan gedung
mempunyai penampang seperti pada Gambar 12.l.c.
Perilaku komposit hanya akan terjadi jika potensi terjadinya slip antara kedua material
ini dapat dicegah. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hal ini dapat teratasi jika gaya geser
horizontal pada kedua permukaan baja dan beton dapat ditahan dengan menggunakan
penghubung geser. Tipe-tipe penghubung geser yang sering digunakan dapat berupa stud,
baja tulangan spiral, atau profil kanal kecil yang pendek. Penghubung geser ini selanjutnya
dihubungkan pada bagian flens atas balok dengan jarak tertentu dan akan memberikan
sambungan secara mekanik melalui mekanisme pengangkuran dalam beton yang telah
mengeras. Penghubung geser tipe stud paling banyak digunakan, dan lebih dari satu buah
stud dapat dipasangkan pada tiap lokasi, jika lebar flens memungkinkannya. Di samping
itu pemasangan stud juga relatif lebih mudah dan han:;a membutuhkan tenaga kerja dalam
am.:. jumlah yang sedikit.
Sejumlah penghubung geser diperlukan umuk membuat sebuah balok dapat berfungsi
Pac"' komposit secara penuh. Namun terkadang jumlah penghubung geser dapat dipasang lebih
yar~~ sedikit daripada yang diperlukan untuk menimbulkan perilaku komposit penuh, hal ini
Inr:~ akan mengakibatkan terjadinya slip antara baja dan beton; balok seperti ini dikatakan
JUr:~ mengalami aksi komposit parsial.
>alo,. Seiring dengan perkembangan teknologi. mulai ditemukan pula pelat baja gelombang
tl)JC yang digunakan dalam pembuatan srruktur pdat komposit dan terbuat dari bahan yang
)051: mempunyai tegangan tarik tinggi 5erta dilJ.pi~i b.1h.m anti karat. Pelat baja gelombang ini
Je5.=.~ mempunyai dua macam fungsi yaitu sebJ.~J.i Seki,ring tetap dan sebagai penulangan positif
)051: satu arah pada lantai beton bangunan ~edu.n:; beningkat. Arah gelombang (rib) dari pelat
1am- baja ini dapat diletakkan dalam arah rep~ ~:..:::-'..1" J.tau sejajar terhadap balok. Namun pada
ITO
Jem-
:mtJ.:
1atar:
ngar.
urur
lapar
Gambar 12.2 Pelat Lantai Komposir dense.:- -
282 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

sistem pelat lantai komposit, umumnya arah rib diletakkan tegak lurus terhadap b.:_
lantai dan sejajar dengan arah balok induk. Gambar 12.2 memperlihatkan sistem ;:-:
lantai yang menggunakan pelat baja gelombang dengan arah rib tegak lurus terh~..: _·
sumbu balok.
Pembahasan awal dalam bab ini akan difokuskan pada komponen struktur kom::-
biasa dengan penghubung geser (Gambar 12.1.c) dan akan dilanjutkan dengan pembar..:. _
mengenai pelat lantai komposit dengan menggunakan pelat baja gelombang.
Dengan menggunakan kontruksi komposit dalam desain suatu komponen sm..:,_-_
ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut:
a. dapat mereduksi berat profil baja yang dipakai
b. tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi
c. meningkatkan kekakuan lantai
d. dapat menambah panjang bentang layan

Reduksi berat sekitar 20-30% dapat diperoleh dengan memanfaatkan perilaku si-~:­
komposit penuh. Dengan adanya reduksi berat ini maka secara langsung juga dapat me:-.::_
rangi tinggi profil baja yang dipakai. Berkurangnya tinggi profil baja yang dipakai -=--·
mengakibatkan berkurangnya tinggi bangunan secara keseluruhan, dan membawa darr. : :- _
pula berupa penghematan material bangunan, terutama untuk dinding luar dan tanF~-
Kekakuan dari pelat lantai komposit pada dasarnya lebih besar daripada kekak __
pelat beton dan balok baja yang beraksi non komposit. Secara normal pelat beton :::-:-
perilaku sebagai pelat satu arah yang membentang di antara balok-balok penopang. D-=..~ --
desain komposit, momen inersia balok akan bertambah sehingga kekakuan pelat lantai -=---·--
meningkat. Meningkatnya kekakuan ini akan memberikan beberapa keuntungan d-=..."-
pelaksanaan konstruksi, antara lain bahwa lendutan akibat beban hidup akan berkur-=.:- ~
dan penggunaan perancah selama proses konstruksi struktur komposit akan mampu rr.:-
gurangi lendutan akibat beban mati. Di samping itu dengan menggunakan asumsi de'
komposit, maka kapasitas penampang dalam menahan beban akan jauh lebih besar c~­
pada kapasitas pelat beton atau profil baja yang bekerja sendiri-sendiri. Namun d-=.. ~ --
daerah momen negatif, kekakuan dari sistem komposit harus dihitung kembali ka~~­
dalam daerah ini beton (yang mengalami tarik) harus diabaikan. Dalam daerah mo~-- _-
negatif biasanya harus disediakan tulangan tekan pada pelat beton.

12.2 TEGANGAN ELASTIS DALAM BALOK KOMPOSIT


Kuat rencana dari balok komposit biasanya didasarkan pada kondisi saat terjadi ker _-
tuhan, namun perilaku balok komposit pada saat beban layan merupakan salah satu _-
penting yang harus dipahami. Lendutan harus selalu dikontrol pada saat beban layan. c._·
dalam beberapa kasus kuat rencana bisa ditentukan oleh syarat kemampulayanan.
Tegangan lemur dan geser dalam balok homogen dapat dihitung berdasarkan ~- -
mula:
h= Me dan/r. = VQ
I v I.t
Balok komposit bukan merupakan suatu balok homogen, sehingga persamaan _
atas tidak dapat digunakan. Untuk dapat menghitung tegangan-tegangan pada su-=.: _
penampang komposit, diperlukan transformasi penampang. Umumnya penampang bet -
ditransformasikan menjadi baja, namun mempunyai efek yang sama dengan beton. G;:;..:-:--
bar 12.3 menunjukkan sebuah segmen dari balok komposit dengan diagram tegan~.:o­
dan regangannya. Jika pelat beton dihubungkan secara kaku terhadap profil baja, me...· __
0

12.2 TEGANGAN ELASTIS DALAM BALOK ... 283

(a) (b)
Gambar 12.3 (a) Diagram Regangan Balok Komposit, (b) Diagram Tegangan pada Balok Komposit dengan
Penampang Tertransformasi

diagram regangan akan mempunyai bentuk seperti pada gambar tersebut. Hal ini sesuai
dengan teori lendutan kecil, yang menyatakan bahwa penampang melintang akan tetap
datar sebelum atau sesudah terjadi lentur. Namun, distribusi tegangan linear seperti dalam
gambar hanya tepat untuk balok yang homogen. Hubungan antara tegangan dan regangan
baja dan beton dapat dinyatakan sebagai:

£c = £s atau fc = J: 12.2
L.-

•;:: I' -
E I' - nl'
atau ls
_s
Ec J c 'lc
12.3

dengan:
Ec = modulus elastisitas beton
n = EsIEc = rasio modulus

Modulus elastisitas beton diberikan dalam SNI pasal 12.3.2:


a.:-_-
Ec = 0 ' 041w1' 5 ff, 12.4
Dengan w adalah berat jenis beton (2400 kg/m 3)
f c adalah kuat tekan beton berumur 28 hari (MPa)
1

Berat jenis beton normal dapat diambil sebesar 2400 kg/m 3 .


Perhatikan penampang komposit yang ditunjukkan dalam Gambar 12.3 (tata cara per-
hitungan lebar efektif balok komposit akan dijelaskan kemudian). Untuk mentransformasi
luas beton, Ac, maka lebar efektif pelat beton dapat dibagi dengan dengan n, sedangkan
u~-
tebal beton tidak perlu diubah. Hasil proses transformasi ini ditunjukkan dalam Gambar
12.3.b. Untuk menghitung tegangan, maka harus dihitung terlebih dahulu letak garis
netral dan momen inersia dari penampang tersebut. Sehingga selanjutnya dapat dihitung
besarnya tegangan lemur pada bagian atas dan bawah profil baja, dengan menggunakan
fo~- persamaan:

12.5
2.1
12.6
dengan:
tor. M adalah momen lemur yang harus dipikul
lill- I tr adalah momen inersia terhadap sumbu netral
gan adalah jarak dari sumbu netral ke serat atas profil baja
.aL adalah jarak dari sumbu netral ke serat bawah profil baja
284 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Tegangan yang terjadi pada serat atas beton dihitung berdasarkan persamaan
r
Jc =
M·y
~J~
12.-
n· tr

Prosedur ini hanya tepat untuk momen lentur positif, dengan serat atas penamp~::-;
komposit berada dalam tekan, sedangkan untuk momen lemur positif akan mengakibarL-
beton berada dalam kondisi tarik, padahal tegangan tarik beton sangat kecil sehingga riC._;_.
dapat menahan tegangan tarik yang terjadi.

12.3 LEBAR EFEKTIF BALOK KOMPOSIT


Konsep lebar efektif sangat berguna dalam proses desain suatu komponen struktur (ko::-::--
posit), terutama ketika proses desain harus dilakukan terhadap suatu elemen yang men§:~­
lami distribusi tegangan yang tidak seragam. Besarnya lebar efektif dari suatu kompor:~­
struktur komposit dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Untuk balok-balok interior:
L
bE.$. - 12.~
4
bE.$. bo
2. Untuk balok-balok eksterior:
bE s ~ + (jarak pusat balok ke tepi pelat) 12.1(1
8
bE s ..!.. bo + (jarak pusat balok ke tepi pelat) 12.11
2
balok interior

balok eksterior

Gambar 12.4 Lebar Efektif Balok Komposit

• CONTOH 12.1:
Hitunglah momen inersia (1) dan modulus tampang (5) untuk penampang komposir
berikut ini, jika diketahui mutu beton untuk pelat adalah f 1c = 25 MPa.

gurnJTTIIIIIIIIIJ~di
L=6m

WF 300.300.10.15
12.3 LEBAR EFEKTIF BALOK KOMPOSIT 285

JAWAB:
Lebar efektif pelat beton diambil nilai rerkecil dari:
I.: -
bE = L/4 = 600/4 = 150 em } b _ _
bE = b = 300 em E -
1)O em
l_:o- 0

Menentukan nilai n:
Eb eron = 4700-.J~'
J c
1
= 4700-.J25 = 23500 MPa
Eb ap. = 200000 MPa
n = EbaJa = 200000 = 8, 51 : : :; 8
Ebeton 23500
Pelat beton ditransformasi ke penampang baja, sehingga:
bE = .!2Q = 18,75 em
n 8
Menentukan letak garis netral:

Luas Transformasi Lengan Momen


A (em 2) y (em) A.y (em3)
Pelat Beton 225 6 1350
Profil WF 119,8 27 3234,6

1: 344,8 4584,6

L
v 18,75

n
T 30
-----------+--
T
13,2964

1
28,7036

_L
- = LA·y = j 584 '6 =13 2964 em
y LA 344,8 '

Momen inersia penampang dihitung dengan menggunakan teorema sumbu sejajar

y(em) d (em)

Pelat Beton 225 6 2700 7,2964 14678,42692

Profil WF 119,8 27 20400 13,7036 42897,08062


Irr = 57575,50754

Selanjutnya modulus penampang (5) dapat dihitung sebagai berikut:


5757550754
S = S, = 4330,1576 em 3
c beron 13,2964
286 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

5757550754
ssa = s.baF atas = 44411,8386 em 3
1,2964

ssb = sbaja bawah= 57575,50754 = 2005,8636 em3


28,7036

• CONTOH 12.2:
Hitunglah tegangan-tegangan dari balok komposit dalam gambar berikut, jika diker.:..__- _
mutu beton f 1c = 20 MPa dan Ebaja = 200000 MPa dan momen lentur yang bek::· .
sebesar 150 kNm.

i
I
I
!
WF 300.150.6,5.9
I
I
I
-l JAWAB:
Meneari lebar efektif:

bE= L/4 = 900/4 = 225 em} bE = 225 ,,_


bE= b0 = 250 em

'------+----L--1 Jm Menentukan nilai n:


Eb eton = 47oo,J'f1c = 47oo-v2o = 21000 ~c.:

~ 0 = 2,5 4o = 2,5 ~
Eb ap
. = 200000 MPa
n = EbaJa = 200000 = 9 ,52 ::::: 9
E beton 21 000
pelat beton ditransformasi ke penampang baja, sehingga:
bE = 225 = 25 em
n 9

Ya = Y- t = 8,1525 - 10
=- 1,8475 em
yb = t + d- y
= 10 + 30-8,1525
= 31,8475 em

Menentukan lokasi sumbu netral:

Luas Transformasi Lengan Momen


A (cm 2) y (em) A.y (cm 3)

Pelat Beton 250 5 1250


Profil WF 46,78 25 1169,5

296,78 2419,5
12.3 LEBAR EFEKTIF BALOK KOMPOSIT 287

~ A.y 2419 5
y-_L... '-815
- - - -- - - - - , ~)
1 - em (diukur dari bagian atas pelat)
LA 296,78

Momen inersia penampang selanjutnya dihitung dengan menggunakan teori sumbu


seppr:

A (cm 2) y(cm) ! 0 (cm 4) d (em) ! 0 + Ad2 (cm 4)


Pelat Beton 250 5 2083,3 3,1525 4567,864
Profil WF 46,78 25 7210 16,8475 20487,954
I tr = 25055,818

Tegangan pada serat atas baja:


6
Mxya = 150x10 x18,475 = 11,06 MPa
-
.. ha Itr
4
25055,818x10
(tarik)

(bagian atas baja terletak di bawah sumbu netral, sehingga ha adalah tegangan tarik)
Tegangan pada serat bawah baja:
6
I" M X Yb = 150 X10 X318,475 = 190 ,66 MPa (tarik)
Jili I tr 25055,818X10 4

Tegangan pada serat atas beton:


Mxy 150x10 6 x81,525
[ -- - = 5,42 MPa (tekan)
c nXItr 9x25055,818X10 4

Jika beton diasumsikan tidak memikul tegangan tarik, beton di bawah sumbu netral

r
harus diabaikan. Perhitungan sumbu netral diulangi lagi sebagai berikut:
25 em

A y A.y
Beton 25.j! y/2 12,5.)2
30 em Profil 46,78 25 1169,5

- LA·y 12,5) +1169,5 2

y= LA = 25y + 46,78
j!(25·j! + 46,78) = 12,5-j!2 + 1169,5
25j! 2 + 46,78 = 12,5-j!2 + 1169,5
12,5·) 2 + 46,78 - 1169,5 = 0
y = 7,98 em

Momen inersia penampang:


1
I tr -(25)(7,98) 3 + 7210 + 46,78(25 - 7,98) 2 = 24995,996 cm4
3
288 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSJT

Tegangan-tegangan pada penampang:


6
J: 150x10 x(100-79,8) = 12 , 12 MPa (tarik)
sa 24995,996 X 10 4

150 x 10 6 x (300 + 100 -79,8)


--------
4
- - = 192,15 MPa (tarik)
24995,996x 10

150x10 6 x79,8
- - - - - - - = 5,32 MPa (tekan)
9 x24995,996x 10 4

Perhedaan hasil analisis pertama dan kedua tidak terlalu hesar, sehingga dalam pr.-:.~:­
teknya perhitungan kemhali letak sumhu netral tidak terlalu perlu dilakukan.

12.4 SISTEM PELAKSANAAN KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT


Metode pelaksanaan suatu komponen struktur komposit (khususnya untuk komponc:-
struktur lemur), secara umum dapat dihedakan herdasarkan ada atau tidaknya tumpua:-
sementara (perancah).
Jika tumpuan sementara tidak digunakan (unshored) maka profil haja akan herperilaL. .
sehagai penumpu dari hekisting pelat heton, selama heton helum mengeras. Dalam taha;.:-
ini, halok haja harus mampu memikul hehan-hehan yang meliputi herat sendiri, hera:
hekisting pelat serta herat heton yang masih helum mengeras. Setelah pelat heton mengera'
maka aksi komposit akan mulai hekerja, sehingga semua hehan layan yang ada (meliput:
hehan mati dan hidup) akan dipikul oleh komponen struktur komposit.
Sistem pelaksanaan yang lain adalah dengan menggunakan tumpuan sementara
(shored) selama pelat heton helum mengeras. Tumpuan sementara ini akan memikul herar
dari profil haja, hekisting pelat serta heton yang helum mengeras. Dengan digunakann;;a
tumpuan sementara akan dapat mengurangi tegangan yang timhul pada profil haja selama
proses konstruksi. Setelah heton mengeras, perencah dilepas dan hehan-hehan layan dipikul
melalui aksi komposit haja dan pelat heton .

• CONTOH 12.3:
Diketahui suatu penampang komposit dengan jarak antar halok 2,5 m. Mutu heton yang
digunakan adalah f 1c = 20 MPa dan mutu haja BJ 41. Behan hid up yang hekerja sehe-
sar 500 kg/ m 2 . Hitunglah tegangan-tegangan yang terjadi pada penampang untuk sistem
pelaksanaan tanpa perancah (unshored) dan untuk sistem pelaksanaan dengan perancah
(shored)!

~:mmlllllllllll;i ,-----------, ~
12 em

!1111 6 m ..,,

WF 450.200.9.14

L2.5 m __J
0

12.4 SISTEM PELAKSANAAN KOMPONEN ... 289

JAWAB:
Menentukan lebar efektif, bE, diambil nilai terkeeil dari:
bE = L/4 = 600/4 = 150 em } b
E = 150 em
bE = b = 250 em
0

Menentukan nilai n:
Ebeton = 4700~f1 c = 4700~20 = 21000 MPa
Eb ap
. = 200000 MPa

n
E baja = 200000 ""'
9
E beton 21 000
b
lebar efektif ekivalen = _g_ = -150 = 16,67 em
n 9
Menentukan letak garis netral:

Luas Transformasi Lengan Momen


A (cm2) y (em)

Pelat Beton 200,04 6 1200,24


Profil WF 96,76 34,5 3338,22
.I
.S 296,80 4538,46
[I

·a
H

·a
1·116,67
T

T45
------------~
15,29

41,71

n
1 _l
h _ L,A·y 4538,46
= 15,29 em
y = L,A = 296,80
2
I tr = 33500 + 96,76(34,5 - 15.291 2 + _!_ (16,67)(12) 3 + 200,04(15,29 - 6)
12
4
= 88871,524 em

sc 88871,524 = 5812,39 em-~


15,29
88871,524 = 2130 ,-:- em-~
41,71

ssa 88871524
= 27012.62 -::m~
15,29-12
290 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

a. Pemeriksaan tegangan untuk sistem pelaksanaan tanpa perancah ( unshored)


Perhitungan beban konstruksi:
1. berat profil WF 7 6 kg/ m
2. berat pelat beton = 0, 12(2400)(2,5) = 720 kg/m
3. berat bekisting = 50(2,5) = 125 kg/m
Total = 921 kg/m

Tahap 1: pelat beton belum mengeras, beban seluruhnya dipikul oleh profil baja
1
M max = -(921)(6) 2 = 4144,5 kg.m = 4,1445 ton.m = 4,1445.10 7 Nmm
8
7
Mmax __ 4,1445X10
- - - - = 27,815 MPa
s~
3
1490x10
= ha = 27,815 MPa

Tahap II: beton sudah mengeras, beban hidup 500 kg/m 2 dipikul oleh penampang komposir.
Beban hidup yang harus dipikul = 500(2,5) = 1250 kg/m
M max = 2_(1250)(6) 2 = 5625 kg.m = 5,625.10 7 Nmm
8
Tambahan tegangan yang terjadi:
7
Mmax = 5,625X10
=- 1,075 MPa
9 X 5812,39 X10 1

5,625 X10 7
- - - - - = - 2,08 MPa
27012,62 X10 3

5,625 X10 7
----3
= 26,39 MPa
2130,7X10

-1,075 MPa -1,075 MPa


-27,815 MPa

+27,815 MPa +26,39 MPa +54,205 MPa

b. Pemeriksaan tegangan untuk sistem pelaksanaan dengan perancah (shored) di


tengah bentang

Tahap 1: balok memikul 921 kg/m


9 9
M max -.q.L 2 = -(921)(3) 2
= 582,82 kg.m = 0,58282.10 7 N.mm
128 128

M max 2_.q.L 2 = 2_(921)(3) 2 = 1036,125 kg.m = 1,036125.107 N.mm


8 8
12.4 SISTEM PELAKSANAAN KOMPONEN ... 291

llllllllllllllll!llllllllllllllll2,.

3/8.q/L 5/4.q/L 3/8.q/L

t M+
3m

= JL .ql2
1 3m
r
128

7
Pada M+: I' I' 0,58282x10 = 3 ,91 MPa
- lsa = Jsb = 1490X10 3

1,036125x10 7
Pada M: I' - I' -
l s a - - Jsb- 1490X10 3
= 6,95 MPa

Tahap II: pelat beton sudah mengeras penunjang di tengah dilepaskan


Pada tengah bentang timbul momen lemur akibat R8 dan beban hidup, yang besarnya:
M+ = 5180,625 + 5625 = 10805,625 kg.m = 10,805625.107 Nmm
7
M 10,805625 x 10 = _ 2 ,06 MPa
9 X5812,39 X10 3
7
M 10,805625 X10
- ---- 3
=- 4 MPa
27012,62x10

M 10,805625 X10 7
______:__ _ _ _ = + 50,71 MPa
2130,7X10 3

! R = 3453,75 kg

))j.111111111111111111111111111111
~ q = 1250 kg/m
r=i
I 3/8 L I

BMD akibat R8

3885,47 5180,625
kg.m kg.m

'QQLUlllllllll~ BMD akibat


q = 1250 kg/m
3885,47 5625
kg.m kg.m
292 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Pada 3/8L dari tepi kiri timbul momen sebesar:


M+ = 3885,47 + 3427,73 = 7313,2 kg.m = 7,3132.10 7 Nmm
7
[. M 7,3132x10 = _ 1,
39 MPa
3
c nxSc 9x5812,39x10
M 7,3132 X 10 7
-----3
= - 2,71 MPa
27012,62x10
M 7,3132 X 10 7
= + 34,32 MPa
ssb 2130,7x10 3
Tegangan total:

Pada tengah bentang Pada 3/SL dari kiri


-2,06 MPa - 1,39 MPa
6,95 - 4 = + 2,95 MPa
+ - 3,91 - 2,71 = - 6,62 MPa
- 6,95 + 50,71 = + 54,62 MPa + 3,91 + 34,32 = + 38,23 MPa

12.5 KUAT LENTUR NOMINAL


Kuat lemur nominal dari suatu komponen struktur komposit (untuk momen positif1.
menurut SNI 03-1729-2002 pasal 12.4.2.1 ditentukan sebagai berikut:

h 1680
a. Untuk-:::;; - -
tw fJ;;
Mn kuat momen nominal yang dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis
pada penampang komposit
¢b = 0,85

As·Jy
b. Untuk
0,85·//·bE
Mn kuat momen nominal yang dihitung berdasarkan superpos1s1 tegangan-
tegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara (perancah)
¢b = 0,90
Kuat lentur nominal yang dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis, dapat
dikategorikan menjadi dua kasus sebagai berikut:
1. Sumbu netral plastis jatuh pada pelat beton
Dengan mengacu pada Gambar 12.5, maka besar gaya tekan C adalah:

c = 0 ' 85f'c ·a·bE 12.12

Gaya tarik T pada profil baja adalah sebesar:

T =Afv
s y
12.13

Dari keseimbangan gaya C = T, maka diperoleh:

A·f
s y
a 12.14
0' 85· }~"·b
c E
__j
12.5 KUAT LENTUR NOMINAL 293

Kuat lemur nominal dapat dihitung dari Gambar 12.5.b:


Mn = Cd1 12.15

Atau Td1 =A.I'·(i._+t-!3._)


sl:· .' 12.16
2 2

Iebar efektif bE -l

d - - titik berat

Gambar 12.5 Kuat Lemur Nominal Berdasarkan Distribusi Tegangan Plastis

Jika dari hasil perhitungan persamaan 12.14 ternyata a > t5 , maka asumsi harus
diubah. Hasil ini menyatakan bahwa pelat beton tidak cukup kuat untuk
mengimbangi gaya tarik yang timbul pada profil baja.

2. Sumbu netral plastis jatuh pada profil baja


Apabila ke dalam blok tegangan beton, a, ternyata melebihi tebal pelat beton,
maka distribusi tegangan dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 12.5.c. Gaya
tekan, Cc, yang bekerja pada beton adalah sebesar:
= 0 ' 85· f' c·bE·ts 12.17

Dari keseimbangan gaya, diperoleh hubungan:


T' = Cc + Cs 12.18

Besarnya T' sekarang lebih kecil daripada Asf; yaitu:


T' =Afv-C
s y s
12.19

Dengan menyamakan persamaan 12.18 dan 12.19 diperoleh:

2 cs = A·f-C
y 5 c 12.20
2

Atau dengan mensubstitusikan persamaan 12.17, diperoleh bentuk:

3 A ·fy - 0 ' 85· }+~b


c E ·t s
cs _ 5
12.21
2

Kuat lentur nominal diperoleh dengan memperhatikan Gambar 12.5.c:


4
Mn = Cc-d2' + Cs·dt 12.22
294 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

• CONTOH 12.4:
Hitunglah kuat lentur rencana dari komponen struktur balok komposit pada contoh 12 . ~
Asumsikan terdapat cukup penghubung geser sehingga balok dapat berperilaku seb~ ~
komponen struktur komposit penuh.

JAWAB:
Tentukan gaya tekan C dalam beton (gaya geser horizontal pada pertemuan antara bet·~ -
dan baja). Karena balok diasumsikan berperilaku sebagai komposit penuh, maka nilai
diambil dari nilai terkecil antara A s .fvy dan 0,85/'c -Ac :
A s fvy = 4678(240) = 1122720 N

0,85/'c.Ac = 0,85(20)(100)(2250) = 3825000 N


sehingga C = 1122720 N

-..j
.r
0,85.f'c
....------b-------..~
...4--- c 1a
T

Gaya tekan resultan dapat diekspresikan sebagai:


C = 0,85f'c.Ac
Ataua
c 1122720
1 = 29,3521 mm
085·/ ·b 0,85 X 20 X 2250
' c

Gaya tekan resultan C terletak pada jarak a/2 dari serat atas beton. Gaya tarik resultan
T terletak pada titik berat profil WF, lengan momen dari momen kopel C dan T adalah
sebesar:
y = d/2 + t- a/2 = (300/2) + 100 - (29,3521/2) = 235,32395 mm

Kuat lemur nominal dari komponen struktur komposit tersebut:


Mn = Cy = Ty = 1122720(235,32395) = 264202905,1 Nmm

Kuat lentur rencana:


C/JbMn = 0,85(264202905, 1)
= 224572469,3 Nmm = 22,457 ton.m
__ j
0

12.6 PENGHUBUNG GESER 295

• CONTOH 12.5:
Hitunglah kuat lemur nominal _\!_ c.:.r! ~~nampang komposit berikut:

bE= 1500 mm ~ JAWAB:


I Asumsikan sumbu netral plastis jatuh di pelat
beton. sehingga:
As ·!y 13440 X 240
1
085·f
'
·b
c E
0,85x20x1500

= 126,49 mm > tp (=120 mm)

Karena tebal pelat beton hanya 12 em, maka pelat beton tidak dapat mengimbangi gaya
tarik Asfr yang timbul pada baja, sehingga lokasi sumbu netral plastis akan jatuh pada
profil baja (kasus 2).
Cc = 0,85/'c.bE.ts = 0,85(20)(1500)(120) = 3060000 N
1
= As·f1 -0,85·j ,·bE·ts = (13440x240)-3060000 = 0 N
cs 8280
2 2
Tinggi blok tekan pada sayap profil baja dihitung sebagai berikut:

cs 82800
f =
= -b = 1,725 mm < tf (= 17 mm)
1x y 200X2 4 0

Lokasi titik berat dari bagian tarik profil baja diukur dari serat bawah profil adalah

- 134,4(30) -0,1725(20)(59,91375) = 29 ,21 em


y = 134,4-0,1725(20)

Kuat lemur nominal

= 3060000(367,9) + 82800(307)
= 1151193600 Nmm

12.6 PENGHUBUNG GESER

Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh sejumlah
penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan.
296 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Besarnya gaya geser horizontal yang harus dipikul oleh penghubung geser die.:_-
dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.6.2. Pasal ini menyatakan bahwa untuk aksi ko:-
posit di mana beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser horizontal total yz_:-
bekerja pada daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen positif maksimum dan morr_:-
Ji
nol yang berdekatan, harus diambil sebagai nilai terkecil dari : A 5 0,85f'c-Ac atau I.(_
Selanjutnya kita notasikan gaya geser horizontal ini dengan Vh.
Jika besarnya vh ditentukan oleh Asf; atau 0,85/ 'CAC, maka yang terjadi adi~­
perilaku aksi komposit penuh, dan jumlah penghubung geser yang diperlukan antara ri:_.
momen nol dan momen maksimum adalah:

12 ..2_~

Dengan O.n adalah kuat geser nominal satu buah penghubung geser. Jenis penghubu:-:~
geser yang disyaratkan dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.6.1 adalah berupa jenis pa..~:_
berkepala (stud) dengan panjang dalam kondisi terpasang tidak kurang dari 4 kali di.:.-
meternya, atau berupa profil baja kanal hasil gilas panas.
Kuat nominal penghubung geser jenis paku yang ditanam di dalam pelat beton mas:~
ditentukan sesuai pasal 12.6.3, yaitu:

12.24

Dengan:
A sc adalah luas penampang penghubung geser jenis paku, mm 2
fu adalah tegangan putus penghubung geser jenis paku, MPa
O.n adalah kuat geser nominal untuk penghubung geser, N

Kuat nominal penghubung geser jenis kanal yang ditanam dalam pelat beton masit-_
diatur sesuai pasal 12.6.4, yaitu:

12.25

Dengan:
L c adalah panjang penghubung geser jenis kanal, mm
adalah tebal pelat sayap, mm
adalah tebal pelat badan, mm

Persamaan 12.23 memberikan jumlah penghubung geser antara titik dengan momen
nol dan momen maksimum, sehingga untuk sebuah balok yang tertumpu sederhana, di-
perlukan penghubung geser sejumlah 2·N1 yang harus diletakkan dengan jarak/spasi yang
sam a.
Persyaratan mengenai jarak antar penghubung geser diatur dalam SNI 03-1729-2002
pasal 12.6.6 yang antara lain mensyaratkan:
I. selimut lateral minimum = 25 mm, kecuali ada dek baja
2. diameter maksimum = 2,5 X tebal flens profil baja
3. jarak longitudinal minimum = 6 X diameter penghubung geser
4. jarak longitudinal maksimum = 8 X tebal pelat beton
5. jarak minimum dalam arah tegak lurus sumbu longitudinal = 4 X diameter
6. jika digunakan dek baja gelombang, jarak minimum penghubung geser dapat
diperkecil menjadi 4 X diameter
J

12.6 PENGHUBUNG GESER 297

Jika jumlah penghubung geser ridak eukup banyak unruk meneegah terjadinya slip
anrara pelar beton dan balok baja, maka analisis harus didasarkan pada perilaku aksi
komposit parsial. Untuk komponen srrukrur komposit yang dianggap berperilaku sebagai
komposit parsial, maka momen inersia efekrif Ieff balok komposit harus dihirung sebagai
berikut:

= I s + (Itr - I)
s ~"LQn IC1 12.26

Dengan:
cr adalah gaya tekan pada pelat beton unruk kondisi komposit penuh, N
Is adalah mom en inersia penampang baja, mm 4
I tr adalah momen inersia penampang balok komposit penuh yang belum retak,
mm 4
I.~ adalah jumlah kekuatan penghubung geser di sepanjang daerah yang dibatasi
oleh momen positif dan momen nol, N

Rasio I.~/ Cr minimal adalah 0,25 agar ridak terjadi slip berlebihan pada balok.

• CONTOH 12.6:
Hitunglah jumlah penghubung geser yang diperlukan pada komponen struktur komposit
dalam eonroh 12.4!

JAWAB:
Data yang ada: WF 300.150.6,5.9 BJ37
f'c = 20 MPa
tebal pelat beton, t = 10 em
panjang benrang, L = 9 m

Gaya geser horizontal Vh akibat aksi komposit penuh adalah:


vh = c = 1122720 N

Gunakan stud connector Vz " X 5 em. Diameter maksimum stud yang diizinkan:
2,5·tr = 2,5(9) = 22,5 mm > Vz " ( = 12,7 mm)

Luas penampang melinrang saru buah stud connector:


72
A = n x 12 ' = 126,73 mm 2
sc 4

Modulus elastisitas beton:

Ec = 0,04l.w1' 5 .J7! = 0,041(2400) 1' 5 ill = 21550 MPa

Kuat geser saru buah stud connector:

~ = 0,5-Asc ~ f'·Ec = 0,5(126,73) ~20x21550 = 41599 N

Asch = 126,73(400) = 50692 N > 41599 N


:.~ = 41599 N
298 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Persyaratan jarak antar penghubung geser:


Jarak minimum longitudinal = 6d = 6(12,7) = 76,2 mm
Jarak maksimum longitudinal = Bt = 8(100) = 800 mm
Jarak transversal = 4d = 4(12,7) = 50,8 mm
Jumlah stud yang diperlukan:

vh 1122720
N= -Q = 4 1599
= 26,98 ~ 28 buah
n

Gunakan minimum 28 stud untuk Yz bentang balok, atau 56 buah untuk keselu::-_·.
bentang. Jika satu buah stud dipasang tiap penampang melintang, jarak anrar
adalah:
s = 9000/ = 320 mm
/56/2
Gunakan 58 buah stud dengan penempatan seperti pada gambar berikut ini:

~ 2 x (1/2" x 5 em stud)

/,;; ~
L.l.
2 em 28@ 32 em
.l. .I
2 em

• CONTOH 12.7:
Desainlah sebuah balok komposit interior pada denah lantai berikut. Asumsikan b~
selama konstruksi tidak digunakan perancah (unshored). Gunakan mutu baja BJ 3-. ·
= 20 MPa (n = 9) dan tebal pelat lantai adalah 10 em.

,...[- - - - 9,00 m (4@2,25 m) ---~·,

~-~-----~

8,5 m
J
• 7

12.6 PENGHUBUNG GESER 299

JAWAB:
a. perhitungan beban
beban mati: pelat beton = 0,1 X2400 = 240 kg/m 2
bekisting 15 kg/m 2
mekanikal 20 kg/m 2
plafond 28 kg/m 2
partisi 9 5 kg/ mz
2
qD = 398 kg/ m
2
beban hidup qL = 400 kg/m
beban konstruksi: D = 255 kg/m (beton + bekisting)
2

L = 100 kg/m 2

b. desain terhadap beban konstruksi (aksi komposit belum bekerja, karena beton belum
mengeras)
qu = 2,25(1,2(255) + 1,6(100)) = 1048,5 kg/m

M = _!_.q ·L 2 = _!_(1048,5)(8,5) 2 = 9469,26 kgm = 9,4693 ton.m


u 8 u 8

7
zperlu =~
xf
9,4693 X 10
- - - - = 438,39 cm 3
fl..
'f'b y 0,9x240

Kontrol terhadap lendutan selama konstruksi:


Batas lendutan = L/360 (tanpa beban hidup)
q = 2,25(255) = 573,75 kg/m = 5,7375 N/mm

~=
4 4
5qL --)I = 5qr = 5x5,7375x8500 = 8258 ,7 cm4
384EJ x pcrlu 384 f[j 384 X 200000 X 23,61

c. desain balok komposit


qu = 2,25(1,2(398) + 1,6(400)) = 2514,6 kg/m

M = _!_.q ·L 2 = _!_(2514,6)(8,5) 2 = 22709,98 kgm = 2,270998X10 8 Nmm


ll 8 Ll 8

Untuk t = 100 mm dan a diasumsikan sama dengan 25 mm, maka


t - V2 a = 87,5 mm
2,270998 x 1ok
A s perlu- = 4687,3 mm 2 (untuk WF 300)
0,85(240)(150 + 87,5)

2,270998 x 1ok
A s pcrlu- = 4240,89 mm 2 (untuk WF 350)
0,85(240)(175 + 87,5)

2,270998 X 1OR
A s perlu = = 3872,11 mm 2 (untuk WF 400)
0,85(240)(200 + 87,5)
300 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Dieoba WF 350.175 (IX = 11100 em 4, Z X = 689,12 em 3, A= 52,68 em 2)

Menentukan lebar efektif, bE' diambil nilai terkeeil dari:


bE = 1;4.L = 1;4 (8,5) = 2,125 m
bE = b0 = 2,25 m
sehingga bE diambil sama dengan 2,125 m

Asumsikan sumbu netral plastis berada di pelat beton, sehingga:


AsX/1 5268x240
a = = = 35 mm < 100 mm
0,85x f' c xbE 0,85x20x2125

Kuat lentur nominal dihitung sebagai berikut:

Mn = A s fvy (!!___
2
+ t - !!__J
2

346 35]
= 5268(240) ( 2+100-2
= 323033760 Nmm
f/Jb·Mn = 0,85(323033760)
= 274578696 Nmm > M u (2,3247.10 8 Nmm) C•
(Mu direvisi setelah ditambahkan berat sendiri balok)

d. menghitung jumlah stud


vh = 0,85f 1c·a·bE =As X J; = 5268(240) = 1264320 N

11
Gunakan stud V2 x 5 em, kuat geser 1 buah stud diambil dari nilai yang ter~:~­
di antara:

~ = 0,5·Asc~/ 1 cXEc = 0,5(126,73)·~20X21550 = 41599 N

.+
A sc:fu = 126,73(400) = 50692 N > 41599 N

Ambil ~ = 41599 N
Jumlah stud yang dibutuhkan:

N = Vh = 1264320 = 30,39 :=:;, 32 buah (untuk V2 bentang)


Qn 41599

Untuk keseluruhan bentang dipasang 64 buah stud, jika pada tiap penampang mt_ -
tang dipasang 2 buah stud, maka jarak antar stud adalah:
8500
s = -- = 274,2 mm :=:;, 27,5 em
31

smin = 6d = 7,62 em
smax = 8t = 80 em
-~J
12.6 PENGHUBUNG GESER 301

~=======================/~
.
-4-9 ~·
2 stud -" -5 em

l. .!.
2 em 36@ 23,5 em 2 em

e. menghitung kuat geser penampang


Vu = (2514,6 + 1,2(49,6))(8,5/2) = 10940 kg= 10,94 ton
¢Vn = 0,9(0,6.1}h·t
Jy w
= 0,9(0,6)(240)(346)(6)
= 26,9 ton > Vu
!!._ = 346-2(9+14) = 42,85 < 1100 = 71
tw 7 ff,

• CONTOH 12.8:
Desainlah sebuah balok komposit interior dengan bentang 9 m dan jarak antar balok
2,4 m. Gunakan jumlah minimum stud % " - 7,5 em. Tebal pelat beton adalah 12 em.
Tidak digunakan peraneah selama konstruksi, dan mutu baja yang digunakan adalah BJ
41, f'c = 20 MPa, n = 9.

jiDILIIIl I I Ill I I llJi .------------------,__1


12 em

~~~ L= 9 m ~~

L2,4 m_j

JAWAB:
a. perhitungan beban
beban mati : pelat beton = 0,12(2400) 288 kg/m 2
bekisting 15 kg/m 2
mekanikal 20 kg/m 2
plafond 28 kg/m 2
partisi 100 kg/m2
qD 451 kg/m 2
beban hidup : qL = 400 kg/m 2
302 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

beban konstruksi : D = 303 kg/m 2 (beton + bekisting)


L = 100 kg/m 2

b. desain terhadap beban konstruksi (pelat beton belum mengeras)


qu = 2,4(1,2(303) + 1,6(100)) = 1256,64 kg/m
M = _!_.q ·L 2 = _!_(1256,64)(9) 2 = 12723,48 kgm
u 8 u 8
= 12723,48 · 104 Nmm

12723 48 104
zpcrlu ' X = 565488 mm 3 = 565,488 cm 3
0,9x250

Kontrol terhadap lendutan selama konstruksi


Batas lendutan = L/360 = 9000/360 = 25 mm
q = 2,4(303) = 727,2 kg/m = 7,272 N/mm
4 4
5·q·L ~ I = 5·q·L
384-E.J pcrlu 384·£·~

5 X 7,272 X 9000 4
I = = 12424,9 cm 4
perlu 384 X 200000 X 25

c. desain balok komposit


qu = 2,4(1 ,2(451) + 1,6(400)) = 2834,88 kg/m

Mu !.q
8
·L2 =
u
_!_(2834,88)(9) 2
8
= 28703,16 kgm

= 28703,16 · 10 4 Nmm

A s perlu
cp·f
y
·(!!___+t-t!__J
2 2
Untuk t = 120 mm & a= 25 mm ~ t- a/2 = 120- 25/2 = 107,5 mr·
28703,16 X 10 4 2
A5 = = 4687,3 mm (untuk WF 300)
perlu 0,85(240)(150+ 107,5)

28703,16 X 10 4
A5 = - - - - - - - - = 4781,37 mm 2 (untuk WF 350)
perlu 0,85(240)(175 + 107,5)

28703,16x10 4
A5 = = 3872,11 mm 2 (untuk WF 400)
perlu 0,85(240)(200+87,5)

Coba profil WF 350.175.7.11


Menentukan Iebar efektif bE:

bE = _!_L = _!_x9 = 2,25 m

bE = b~ = 2,: m }
Ambil bE = 2,25 m
I
12.6 PENGHUBUNG GESER 303

d. untuk mendapatkan jumlah m1mmum penghubung geser maka jarak antar peng-
hubung geser harus dibuat maksimal:
=8 X t peat
1 = 8(12) = 96 em

jumlah penghubung geser = _!_L = _!_X9 = 10,375"'" 12 buah


4 4
dipasang total 12 buah penghubung geser, sehingga untuk Y2 bentang terdapat 6
buah penghubung geser.
Kuat geser nominal 6 buah penghubung geser tipe stud adalah:

:E ~ = 6 X (0,5 X Asc x~f 1 r·Ec)


=6 x (0,5 x_!_xnx25 2 x~20x21550) = 967170 N
4
Tmax =As xfvy = 6314 x 250 = 1578500 N

Karena L ~ < Tmax maka sumbu netral plastis jatuh pada penampang baja.

e. menentukan letak sumbu netral plastis


asumsikan bahwa sumbu netral plastis jatuh pada fl.ens tekan, sehingga dari kese-
imbangan gaya diperoleh hubungan:
:E ~ + Cf Tmax - Cf

1578500- cf
611330 ~ cf = 305665 N

1 C 305665
letak sumbu netral plastis dari tepi atas fl.ens =-bf =
1x Y 250x175
= 6,986 mm

mn~
.....
_ _ _ l;Qn

sumbu netral
.......-..1..,---4~~::::::J • cr
plastis

I 133,84

Letak garis kerja T diukur dari tepi bawah fl.ens baja dihitung sebagai berikut

Lengan, y(cm) A xy (cm3)


Profil WF 63,14 17,5 1104,95
flens - 12,22 34,65 - 423,423

50,92 681,527
304 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

681,527
ji = = 13,384 em= 133,84 mm
50,92
f. menghitung kuat lentur nominal
untuk menghitung kuat lemur nominal, terlebih dahulu harus dihitung nilai a der.~'-­
menyamakan I,~ dengan Cc = 0,85f'c-bE·a·

a L-Qn = 25,285 mm
0,85x20x2250
Tentukan momen internal terhadap titik kerja T
I- ~ : Mn 1 = I-~ (d - y + t5 - a/2)
= 967170(350 - 133,84 + 120 - (25,285/2))
= 312896420,5 Nmm
Cr : Mn 2 = C~d- y- (6,986/2))
= 175(6,986)(250)(350 - 133,84 - 3,493)
= 64999010,2 Nmm
Mn = Mnl + Mn 2 = 377895430,7 Nmm
¢b-Mn = 0,85X377895430,7
= 321211116,1 Nmm ~ 32,12 ton.m > Mu ( = 29,3056 ton.m)
Mu yang diperhitungkan adalah Mu setelah ditambahkan berat sendiri balok, ya:: _

= 28703,16 kg.m + Ys (1,2)(49,6)(9) 2 = 29305,8 kg.m = 29,3056 ton.m

12.7 BALOK KOMPOSIT PADA DAERAH MOMEN NEGATIF

Pada umumnya daerah mom en positif pada suatu struktur balok menerus dapat didesc: ~
sebagai suatu komponen struktur komposit, sedangkan daerah momen negatif lebih seri:-.~
didesain sebagai komponen struktur non komposit. Namun SNI 03-1729-2002 men~.­
jinkan penggunaan sistem komposit ini pada daerah momen negatif. Pada pasal 12.4 ..: _:
dinyatakan bahwa penampang komposit dapat didesain untuk memikul momen negat:
sejauh hal-hal berikut dipenuhi:
1. balok baja mempunyai penampang kompak yang diberi pengaku memadai
2. pelat beton dan balok baja di daerah momen negatif harus disatukan dengc~
penghubung geser
3. tulangan pelat yang sejajar dengan balok baja di sepanjang daerah lebar efekc
pelat beton harus diangker dengan baik

Tulangan yang diletakkan sejajar dengan sumbu longitudinal balok baja, dan terlc-
tak pada pelat beton yang memiliki lebar efektif bE dapat digunakan sebagai bagian da~.
penampang komposit efektif. Hal ini dapat digunakan pada daerah momen positif maupu:-
negatif. Namun pada daerah momen positif, tulangan hanya memberikan kontribusi yan~
sedikit. Hal yang sebaliknya terjadi pada pelat beton, di daerah momen negatif pelat beto:-.
berada dalam keadaan tarik, padahal beton tidak memiliki kemampuan yang cukup dalar.~
menahan gaya tarik, sehingga pada daerah momen negatif pelat beton dapat diabaikan.
Jika tulangan yang dipasang pada pelat beton hendak diperhitungkan kontribusin:·.=.
pada penampang komposit, maka gaya yang timbul pada tulangan harus ditransfer ole!--.
penghubung geser. Kuat nominal yang timbul pada tulangan dapat dihitung sebesar:
I
12.7 BALOK KOMPOSIT PADA DAERAH ... 305

Tn (untuk daerah momen negatif) =A sr i yr


12.27
Cn (untuk daerah momen positif) =A's i yr 12.28

Dengan:
Asr adalah luas total tulangan longitudinal pada tumpuan interior yang terletak di
dalam lebar efektif Bens bE
A/ adalah luas total tulangan tekan, pada lokasi momen positif maksimum dan
terletak di dalam lebar efektif bE
J;r adalah tegangan leleh minimum dari tulangan longitudinal

• CONTOH 12.9:
Tentukan letak sumbu netral plastis dan hitung kuat lemur nominal Mn dari suatu balok
komposit yang memikul momen negatif. Profil WF 300x150x6,5x9 dengan mutu baja
BJ 37 serta tulangan berdiameter 16 mm if;r = 400 MPa).

JAWAB:
a. menentukan letak sumbu netral plastis
Akibat momen negatif pelat beton berada dalam kondisi tarik, sehingga pelat diabai-
kan dalam analisa. Tulangan memberikan kontribusi berupa tahanan tarik nominal
~r yang besarnya adalah:
Tsr =A sr X 1/ X 1t X
J:yr = 10( /4 162)(400) = 804247 N
4
Gaya tekan nominal maksimum dari profil WF 300 adalah sebesar:
Cmaks =As X f; = 4678(240) = 1122720 N

Karena Cmaks > ~r' sumbu netral plastis akan jatuh pada profil WF, dan kesetimban-
gan gaya dapat diekspresikan sebagai berikut:
~r + ~ = cmaks - ~
2~ = Cmaks- ~r = 1122720- 804247 = 318473 N
~ = 159236,5 N
Jika sumbu netral plastis jatuh di Bens, maka jarak sumbu netral plastis dari tepi atas
Bens adalah sebesar:
159236,5
- - - = 4,42 mm < tf (= 9 mm)
240x150

b. menghitung kuat lemur nominal, l'v/0 • Terlebih dahulu tentukan letak garis kerja gaya
Cs yang diukur dari bagian bawah profil.

Luas, A(cm 2) Lengan, y(cm) A X y (cm3)

Profil WF 46,78 15 701,7


flens - 6,63 29,779 - 197,435

40,15 504,265

504,265
y= = 12,56 em= 125.6 mm
40,15
306 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Hitung momen terhadap garis kerja C5 :


~r : Mn 1 = ~/d - J + t - 50)
= 804247(300- 125,6 + 100- 50)
= 180473026,8 Nmm
~ : Mn2 = ~(d- J- (4,42/2))
= 159236,5(300 - 125,6 - 2,21)
= 27418932,94 Nmm
Mn = Mnl + Mn 2 = 207891959,7
cpb·Mn = 0,85(207891959,7) = 176708165,8 Nmm z 17,67 ton.m

12.8 LENDUTAN
Komponen struktur komposit memiliki momen inersia yang lebih besar daripada ko:-:--
ponen struktur non komposit, akibatnya lendutan pada komponen struktur kompo~ -
akan lebih keeil. Momen inersia dari komponen struktur komposit hanya dapat terea;:- .: _
setelah beton mengeras, sehingga lendutan yang diakibatkan oleh beban-beban yang bekc ~
sebelum beton mengeras, dihitung berdasarkan momen inersia dari profil baja saja.
Pada daerah momen positif, beton akan mengalami tekan seeara berkesinambung.:.-
yang akan mengakibatkan beton mengalami gejala rangkak (creep). Rangkak adalah saL-
sam bentuk deformasi struktur yang terjadi akibat beban tekan yang bekerja seeara ter_
menerus. Setelah deformasi awal tereapai, deformasi tambahan yang diakibatkan rangL_.
akan terjadi seeara perlahan dan dalam jangka waktu yang eukup lama. Lendutan jang~.:
panjang yang terjadi pada komponen struktur komposit dapat diperkirakan dengan cc.~.:
mengurangi luas pelat beton sehingga momen inersia akan mengeeil. Luasan pelat here:-
biasanya direduksi dengan eara membagi lebar pelat dengan angka 2n atau 3n, dengan
adalah rasio modulus.
Pada konstruksi tanpa peraneah (unshored), diperlukan sebanyak tiga buah mome
inersia yang berbeda untuk menentukan lendutan jangka panjang, yaitu:
1. 15 , momen inersia dari profil baja, yang digunakan untuk menghitung lendmc.:-
yang ditimbulkan oleh beban-beban yang bekerja sebelum beton mengeras
2. Itr' momen inersia dari penampang komposit yang dihitung berdasarkan leb.:.~
efektif b/ n, digunakan untuk menghitung lendutan yang ditimbulkan ole
beban hidup dan beban mati yang bekerja setelah beton mengeras
3. Itr' yang dihitung berdasarkan lebar efektif b/2n, untuk menentukan besar lec-
dutan jangka panjang yang disebabkan oleh beban mati yang bekerja setela~­
beton mengeras

• CONTOH 12.10:
Tentukan lendutan pada saat konstruksi serta lendutan jangka panjang dari konstruL_
komposit dengan profil WF 300 X 150 X 6,5 X 9 dan data-data sebagai berikut:
Tebal pelat, t = 12 em
bE = 225 em
b0
= 2,5 m
f'c = 27,5 MPa
L = 6m
n =8
12.8 LENDUTAN 307

JAWAB:
Perhitungan beban:
Beban mati:
Pelat beton = 0,12(2400\r2.=\ -20 kg/m = 7,2 N/mm
Bekisting = 20(2,5) 50 kg/m = 0,5 N/mm
Mekanikal = 20(2,5) 50 kg/m = 0,5 N/mm
Plafond = 28(2,5) -o kg/m = 0,7 N/mm
Partisi = 100(2,5) 250 kg/m = 2,5 N/mm
B.s Profil 36,7 kg/m= 0,367 N/mm
Beban hidup = 400(2,5) = 1000 kg/m = 10 N/mm

Lendutan pada saat konstruksi:


Akibat pelat dan berat sendiri profil:
4
5·q·L4 5 X (7,2 + 0,367) X 6000
m- ~
1 4
= 8,85 mm
384-E.Js 384x200000x7210·10
)S!l

pa: Akibat bekisting:


4
5·q·L4
~f)d
~
2
= _.2...__ - - 5-X -
0,5 X 6000
- - - - -4 = 0,58 mm
384-E-Js 384 X 200000 X 721 0·1 0
~an
Total lendutan selama konstruksi = ~ 1 + ~ 2 = 9,43 mm
lah
Setelah pelat beton mengeras, aksi komposit mulai bekerja sehingga momen inersia ber-
rus
tambah menjadi Irr' yang dapat dihitung sebagai berikut:
kak
b 225
gka ___§_ = - = 28 125 em
n 8 '
:ara
ton
n n

nen
l
.tan
Ty
12 em

1
:bar
>leh -----1 30 em
len-
~lah

1ksi
1
Komponen A (cm 2 ) J' 1cm1 Axy I0 d I0 + A·d2
Pelat Beton 337,5 6 2025 4050 2,56 6261,84
-,-
WF 300 46,78 1263,06 7210 18,44 23116,77

384,28 3288,06 29378,61

3288,06
y= = 8,56 em
384,28
308 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Lendutan akibat beban mekanikal, plafond dan partisi:


~ = 5·q·L4 4
5x(0,5+0,7+2,5)x6000 = l,0 6 mm
3
384-E.J:r 384x200000x29378,61-10 4
Lendutan akibat beban hidup:
5·q·L4 5x10x6000 4
~4 = = 2,87 mm
384-E.J:r 384 x200000x29378,61·10 4 12
Untuk menghitung lendutan jangka panjang akibat beban rangkak lebar efektif pelat here-
direduksi sebesar 50% sehingga:
225
!?_g_ = = 14,0625 em
2n 2x8

r-'14,0625 em

j_
12 em T
Tl
30 em

L
Komponen y (em) A X y d I 0 + A·d2
Pelat Beton 168,75 6 1012,5 2025 4,56 5533,lJ2
WF 300 46,78 27 1263,06 7210 16,44 19853,4

215,53 2275,56 25387,32

- = 227556 = 10,56 em
y 215,53
Lendutan jangka panjang akibat rangkak:
~
4
= 5·q·L4 5x(0,5+0,7+2,5)x6000 = 1,23 mm
5
384·E.Jtr 384x200000x25387,32·10 4

RANGKUMAN:
1. Lendutan pada saat konstruksi (aksi komposit belum bekerja):
~ 1 + ~ 2 = 8,85 + 0,58 = 9,43 mm

2. Lendutan jangka pendek tanpa beban hidup:


~ 1 + ~ 3 = 8,85 + 1,06 = 9,91 mm

3. Lendutan jangka pendek dengan beban hidup:


~ 1 + ~ + ~ 4 = 8,85 + 1,06 + 2,87 = 12,78 mm
3
12.9 DEK BAJA GELOMBANG 309

4. Lendutan jangka panjang tanpa beban hidup:


~ 1 + ~ = 8,85 + 1,23 = 10,08 mm
5
5. Lendutan jangka panjang dengan beban hidup:
~ 1 + ~ 4 + ~ 3 = 8,85 + 2,87 + 1,23 = 12,95 mm

12.9 DEK BAJA GELOMBANG


Perkembangan struktur komposit dimulai dengan digunakannya dek baja gelombang,
yang selain berfungsi sebagai bekisting saat pelat beton dicetak, juga berfungsi sebagai
Ii tulangan positif bagi pelat beton. Penggunaan dek baja juga dapat dipertimbangkan se-
bagai dukungan dalam arah lateral dari balok sebelum beton mulai mengeras. Arah dari
gelombang dek baja biasanya diletakkan tegak lurus balok penopangnya.
I. Persyaratan dek baja gelombang dan penghubung gesernya untuk digunakan dalam
komponen struktur komposit diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.4.5.1. Dalam pasal
ini disyaratkan:
1. tinggi maksimum dek baja, hr ~ 75 mm
2. lebar rata-rata minimum dari gelombang dek, wr > 50 mm, lebar ini tidak boleh
lebih besar dari lebar bersih minimum pada tepi atas dek baja
3. tebal pelat minimum diukur dari tepi atas dek baja = 50 mm
4. diameter maksimum stud yang dipakai = 20 mm, dan dilas langsung pada flens
balok baja
5. tinggi minimum stud diukur dari sisi dek baja paling atas = 40 mm

Gambar 12.6 Penampang Melintang Dek Baja Gelombang

Jika gelombang pada dek baja dipasang tegak lurus terhadap balok penopangnya,
maka kuat nominal penghubung geser jenis paku harus direduksi dengan suatu faktor, r5
yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:

12.29

Dengan:
rs adalah faktor reduksi
~ adalah jumlah penghubung geser Jems paku pada setiap gelombang pada
potongan melintang balok baja
Hs adalah tinggi penghubung geser jenis paku ~ (hr + 75 mm)
hr adalah tinggi nominal gelombang dek baja
wr adalah lebar efektif gelombang dek baja
Jarak antar penghubung geser tersebut dalam arah longitudinal tidak boleh lebih dari
900 mm.
310 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

• CONTOH 12.11:
Konstruksi balok lantai yang digunakan bersama dengan dek baja gelombang (compodc-..:.
dan beton membentuk suatu struktur komposit. Gelombang dari compodeck diletaL~.c­
tegak lurus balok. Panjang bentang balok adalah 10 m dan jarak antar balok 3 m (as • :
as). Tebal total pelat beton adalah 12 em. Mutu baja BJ 37, f'c = 20 MPa. Berat F;: _-
dan deck adalah 240 kg/m 2 , beban hidup 250 kg/m 2 , beban partisi 50 kg/m 2 . Tidak _:__:_
perancah selama konstruksi dan beban hidup konstruksi adalah 100 kg/m 2 • Desair::.:o.-
balok tersebut hitung pula kebutuhan penghubung geser yang diperlukan.
Data compodeck adalah sebagai berikut:

w, = 20 em

JAWAB:
a. Desain balok baja
Beban mati: Pelat beton + metal deck = 240(3) = 720 kg/m
Partisi = 50(3) = 150 kg/m
Beban hidup: 250(3) = 750 kg/m
qu = 1,2q0 + 1,6qL = 1,2(720 + 150) + 1,6(750) = 2244 kg/m

1 2 1 2 4
Mu -.q ·L = -x 2244 x 10 = 28050 kg.m = 28050·10 Nmm
8 u 8

Asumsikan a = 50 mm dan d = 400


4
Mu 28050·10
0,85(240)(200 + 120- 25)

= 4661 mm 2 = 46,61 cm 2
Dicoba menggunakan profil WF 400.200.8.13 (A 5 = 84,12 cm 2 )
Sebelum beton mengeras balok baja memikul:
Beban hidup pada saat konstruksi = 3 X 100 = 300 kg/m
Beban mati = 3(240 + 66) = 918 kg/m
qu = 1,2(918) + 1,6(300) = 1581,6 kg/m

Mu = ·qu·L2 = (1581,6)(10) 2 = 19770 kg.m = 19770·104 Nmm

Karena WF 400.200.8.13 termasuk penampang kompak, maka


Mn = M p = Z xly
.I' = 1285,95·103 x 240 = 308628000 Nmm
¢Mn = 0,9(308628000) = 277765200 Nmm > Mu
0

12.9 DEK BAJA GELOMBANG 311

h. Menghitung kuat lentur balok komposit


k Setelah pelat beton mengeras, maka beban terfaktor yang harus dipikul oleh balo~
l:-. komposit adalah:
qu = 1,2(3 X (240 + 50 + 66)) + 1,6(3 X 250) = 2481,6 kg/m
M = _!_.q ·L2 = _!_(2481,6)(10) 2 = 31020 kg.m = 31020·104 Nmm
L u 8 u 8
d·. Lebar efektif pelat beton diambil dari nilai terkeeil antara:
bE = 1;4 L = 14 (1 0) = 2,5 m
bE = b0 =3m
Sehingga lebar efektif diambil sebesar 2,5 m.
Misalkan sumbu netral plastis jatuh di pelat beton, maka tinggi blok tegangan teL:-.
pada balok beton adalah:
As xf, 8412x240
a = 4 7,5 mm < tc = 70 mm
0,85 X f c X bE
1
0,85 X 20 X 2500
Karena a < tc, berarti sumbu netral plastis jatuh pada pelat beton, dan sesuai deng.;_:-:
asumsi semula.
Kuat lentur nominal balok komposit:
Mn =As jJd12
y
+ t - a/2) = 8412(240)(200 + 120 - (47,5/2)
= 598093200 Nmm
cpb-Mn = 0,85(598093200) = 508379220 Nmm > Mu OK

Selanjutnya balok harus diperiksa pula terhadap geser:


Vu _!_ ·q ·L = _!_ (2481,6)(10) = 12408 kg= 124080 N
2 u 2
¢Vn = ¢·0,6-f,·h-t
y w
= 0,9(0,6)(240)(342)(8) = 354585,6 N > Vu OK

!!_=400-2(13+16) = 42 ,75 < 1~ = 71 OK


tw 8 \j /y

c. Menghitung kebutuhan penghubung geser


Karena kuat lentur balok komposit eukup besar dibandingkan momen lemur yang
timbul akibat beban, maka akan lebih menguntungkan jika digunakan aksi komposit
parsial. Terlebih dahulu dihitung jumlah penghubung geser yang diperlukan untuk
menimbulkan aksi komposit penuh.
Untuk aksi komposit penuh, C = Vh = 0,85f'c·a·bE = AsJ; = 2018880 N
Gunakan stud %" - 10 em (Asc = 285 mm 2) satu buah tiap penampang.
Faktor reduksi kekuatan stud, r (N = 1, H = 10 em)
r
s
= 0,85
r;:;-h
(W,·J[Hsh-~OJ
'
r< 10' s
\JNr r r

= 0,85(200][100 -1,0] = 3,4 > 1,0


1 50 50
ambil rs = 1,0. Untuk f' c = 20 MPa, modulus elastisitas beton adalah:

Ec = 0,041·w1, 5 ff = 0,041(2400) 15
• -J20 = 21550 MPa

Kuat geser satu buah stud:

O.n = 0,5Asc~/ 1 cXEc = 0,5(285)~20X21550 = 93550 N


312 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

..r = 285(400)
Asclu = 114000 N > 93550 N

Jumlah stud yang diperlukan:


2018880
N = Vh = = 21,58 z 22 stud (untuk Yz bentang)
Qn 93550

Sehingga untuk keseluruhan bentang dibutuhkan 44 buah stud agar terjadi ak'
komposit penuh. Jika tiap 2 gelombang dipasang 1 buah stud, maka jarak an:_:_~
stud adalah 2(200) = 400 mm, sehingga jumlah stud yang dipakai adalah seban:·_:_.
(10000/400) + 1 = 26 stud, atau 13 buah tiap Yz bentang.
L ~ = 13(93550) = 1216150 N

karena Asf; = 8412(240) = 2018880 N > L ~, maka ada bagian dari profil b~"
yang berada dalam tekan.

4,18 mm

1 ~4
T

'
I
1
T
151,4 mm
I
Keseimbangan gaya yang terjadi:
L~ + cr
Tmax- Cf
1216150 + cr = 2o18880- cr
2 x cr = 802730
cr = 401365 N

Letak sumbu netral plastis dihitung dari sebelah atas flens tekan adalah:
~ 401365
- - - - = 8 36 mm (< tf = 13 mm )
b1 xfY 200x240 '

Maka dari hitungan tersebut dapat dikatakan bahwa sumbu netral plastis jatuh pad~
flens tekan.

Letak garis kerja ~ diukur dari tepi bawah flens baja dihitung sebagai berikut:

Lengan, y(cm)

Profil WF 84,12 20 1682,4


flens - 16,72 39,582 - 661,81

67,4 1020,59
12.9 DEK BAJA GELOMBANG 313

-
y = 1020,59 = 15,1 4 em
67,4
Besarnya a dihitung dari persamaan:
LQn 1216150
a = 28,61 mm
0,85x20x2500
Tentukan momen internal terhadap garis kerja ~:
I.~: Mn 1 = 'L~(d- 151,4 + t5 - a/2)
= 1216150(400- 151,4 + 120- 28.61/2)
= 430875864,3 Nmm
Cf : Mn 2 = C/d- 151,4- 4,18)
= 401365(400- 151,4- 4,18)
= 96423927,6 Nmm
Mn = Mnl Mn 2 = 52729979,19 Nmm
+
C/>b·Mn = 0,85(52729979,19)
= 448204823,1 Nmm = 44,82 ton.m > Mu ( = 31,02 ton.m)
Jadi dapat dipasang 26 buah stud %" - 10 em dengan jarak 400 mm (tiap 2
gelombang dek baja)

d. Kontrol lendutan
Sebelum beton mengeras
qD = 3(240 + 66) = 918 kg/m = 9,18 N/mm
4
L\ = 5x9,18x10000 =
25 ,22 mm
1
384 X 200000 X 23700.10 4
lendutan akibat beban hidup selama konstruksi
qL = 3 X 100 = 300 kg/m = 3 N/mm
~
4
= 5x3x10000 = 8,24 mm
2
384x200000x23700.10 4
setelah beton mengeras aksi komposit mulai bekerja, momen inersia penampang kom-
posit, /rr dihitung sebagai berikut:
27,77

1· ·1
.___C_~

I
40
___ } n = E s = 200000 = 9 28 "' 9

bE
n
Ec 21550

= 2500 = 277 7mm


9 '
'

j
314 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Komponen A (em2) y (em) Axy I0 d I0 + A·d2


Pelat Beton 194,39 3,5 680,365 793,76 8,61 15204,3
WF 300 84,12 32 2691,84 23700 19,89 56978,8

278,51 3372,205 72183,1

3372,205
ji= = 12,11 em
278,51
Karena struktur dianggap sebagai balok komposit parsial, maka momen inersia har-...,
direduksi sebagai berikut:
Jeff = Js + (Its- f) ~I,Qn/Cf
= 23700 + (72183,1 - 23700) ~1216150/2018880
4
= 61327,7 em

lendutan akibat beban hidup:


q = 3(250) = 750 kg/m = 7,5 N/mm
5x7,5x10000 4
- - - - - - - - - - = 7, 96 mm
384 x200000 x61327,7.10 4
lendutan jangka panjang akibat beban mati berupa partisi dihitung sebagai beriku:

2500
}?____ = = 138,8 mm
2n 2x9

Komponen y (em) Axy d I 0 + A·d2


Pelat Beton 97,16 3,5 340,06 396,73 13,22 17377,2
WF 300 84,12 32 2691,84 23700 15,28 43340,2

181,28 3031,9 60717,4

3031 9
- = ' = 16,72 em
y 181,28

= 1s + (I ' - ns ~I.Q jc1


tr n

= 23700 + (60717,4- 23700) ~1216150/2018880


a
12.10 KOLOM KOMPOSIT 315

= 52429,2 cm4
5 X 1,5 X 10000 4
L15 4
1,86 mm
384 X 200000 X 52429,2.10
Lendutan total yang terjadi:
L11 + L13 + L15 = 25,22 + 7,96 + 1,86
= 35,04 mm < = 41,6 mm OK

12.10 KOLOM KOMPOSIT


Kolom komposit dapat dibentuk dari pipa baja yang diisi dengan beton polos atau dapat
pula dari profil baja hasil gilas panas yang dibungkus dengan beton dan diberi tulangan
baja serta sengkang, seperti halnya pada kolom beton biasa. Analisis dari kolom komposit
hampir sama dengan analisis komponen struktur tekan, namun dengan nilai fy E dan r
yang telah dimodifikasi.
Persyaratan bagi suatu kolom komposit ditentukan dalam SNI 03-1729-2002 pasal
12.3.1. Batasan-batasan berikut harus dipenuhi oleh suatu kolom komposit:
1. Luas penampang profil baja minimal sebesar 4% dari luas total penampang
melintang kolom komposit, jika kurang maka komponen struktur tekan ini
akan beraksi sebagai kolom beton biasa
2. Untuk profil baja yang diselubungi beton, persyaratan berikut harus dipenuhi:
a. Tulangan longitudinal dan lateral harus digunakan, jarak antar pengikat
lateral tidak boleh lebih besar dari 2/3 dimensi terkecil penampang kolom
komposit. Luas penampang melintang dari tulangan longitudinal dan trans-
versal minimum 0,18 mm2 per mm jarak antar tulangan longitudinal/trans-
versal
b. Selimut beton harus diberikan minimal setebal 40 mm dari tepi terluar
tulangan longitudinal dan transversal
c. Tulangan longitudinal harus dibuat menerus pada lantai tingkat kecuali
tulangan longitudinal :'ang han:'a berfungsi sebagai kekangan beton
3. Kuat tekan beton, f'c berkisar amara 21 hingga 55 MPa untuk beton normal,
dan minimal 28 MPa umuk beton ringan
4. Tegangan leleh profit baja dan rulangan longitudinal tidak boleh melebihi 380
MPa.
5. Untuk mencegah tekuk lokal pada pipa baja atau penampang baja berongga,
maka ketebalan dinding minimal dis:·aratkan sebagai berikut:
a. Untuk penampang pcrscgi dengan sisi b, maka t ~ b ~ [y IE
b. Untuk penampang lingbu~ dengan diameter D, maka t ~ D ~ fY /BE

Tata cara perhitungan kuat ren-::J.r:J. kolom komposit diatur dalam SNI 03-1729-2002
pasal 12.3.2. Dalam pasal ini din::.;.:.:_k2r: b.:.h\\·a kuat rencana kolom komposit adalah:

Nu = C/Jc-Nn 12.30
Dengan:
C/Jc = 0,85
N
n
=A.+=/,~~_)
slcr
12.31
(/)

Nilai dari (J) ditemukan sebagai :::-..:::- ~~-:


Untuk Ac < 0,25 IlLJ'\...:. l') = 12.32.a
316 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

1 43
Untuk 0,25 < Ac < 1,2 maka (I)= - --'- - - 12.32.b
1,6-0,67·Ac
Untuk Ac?.. 1,2 maka m = 1,25·Ac2 12.32.c
Dengan:

'Ac = k,·L ~~my 12.33


rm·n Em

= lyI' + C .1'. (
Ilyr
Ar) C
2
Ac)
A + J' .( A c
12.34
s s

Em = E+ c ·
3
E·( Ac
c As
) 12.35

Ec = 0,041·w 1' 5· lf 12.36

KETERANGAN:
Ac adalah luas penampang beton, mm2
Ar adalah luas penampang tulangan longitudinal, mm 2
As adalah luas penampang profil baja, mm 2
E adalah modulus elastisitas baja, MPa
Ec adalah modulus elastisitas beton, MPa
Em adalah modulus elastisitas kolom komposit, MPa
fer adalah tegangan tekan kritis, MPa
fxmadalah tegangan leleh kolom komposit, MPa
fv adalah tegangan leleh profil baja, MPa
J
'c adalah kuat tekan karakteristik beton, MPa
kc adalah faktor panjang efektif kolom
L adalah panjang komponen struktur, mm
rm adalah jari-jari girasi kolom komposit
w adalah berat jenis beton, kg/m 3
Ac adalah parameter kelangsingan
<l>c adalah faktor reduksi beban aksial tekan
(I) adalah faktor tekuk

Koefisien cl' c2 , dan c3 ditentukan sebagai berikut:


a. Untuk pipa baja yang diisi beton:
c1 = 1,0 c2 = 0,85 c3 = 0,4
b. Untuk profil baja yang dibungkus beton:
c 1 = 0,7 c2 = 0,6 c3 = 0,2

Jari-jari girasi kolom komposit diambil lebih besar daripada jari-jari girasi profil
baja dan kolom beton. Pendekatan yang konservatif adalah dengan menggunakan jari-jari
girasi yang terbesar antara profil baja dan kolom beton, yang dapat diambil sebesar 0,3
kali dimensi dalam bidang tekuk.
rm = r > 0,3·b 12.37
Dengan
r adalah jari-jari girasi profil baja dalam bidang tekuk
b adalah dimensi terluar kolom beton dalam bidang tekuk

...__
12.10 KOLOM KOMPOSIT 317

Kuat rencana maksimum yang dipikul oleh beton hams diambil sebesar 1,7·</>cf 'c-AB,
dengan </>c = 0,60 dan AB adalah luas daerah pembebanan .

• CONTOH 12.12:
Hitunglah nilai kuat tekan rencana dari kolom komposit berikut:

j_
4 em kL = 3,6 m

50 em
II' ·~
T fc

fy
= 25 MPa
=400 MPa
,_!------- $10-250
• _.
4022

~50em--1
JAWAB:
Luas beton, A = 500 X 500 = 250000 mm 2
Luas profil, A 5c = 11980 mm2
Periksa terhadap syarat luas minimum profil baja:
11980
As = x100% = 4,79% > 4% OK
Ac 250000
Periksa syarat jarak sengkang/pengikat lateral:
2
Jarak sengkang = 250 mm < -X 500 = 333,3 mm OK
3
Periksa syarat luas tulangan longitudinal:
Jarak antar tulangan longitudinal = 500 - 2(40) - 2(10) - 22
= 378 mm
Luas tulangan longitudinal = !x 1t x 22 2
4
= 380,13 mm 2 > 0,18(378) = 68,04 mm 2 OK
Periksa syarat tulangan lateral:
Luas tulangan sengkang 1 2
= -X 1t X 10
4
= 78,54 mm 2 > 0,18(250) = 45 mm 2 OK
Hitung tegangan leleh modifikasi:
Luas total tulangan longitudinal, Ar = 4(380, 13) = 1520,52 mm 2
Luas netto beton, A c = 250000- 11980- 1520,22 = 236499,78 mm2
Untuk profil baja yang diberi selubung beton, maka:
c1 = 0,7 c2 = 0,6 c3 = 0,2

fmr =!, + 'If,( ( ~: J + c2 f',( ~:)


= 240 + 0,7(400)(1520,52) + 0,6(25)(236499,78]
11980 11980
= 571,66 MPa
318 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

Hitu; m:d;l:s cel:tis(i~: )modifikasi:

m 3 e As

236499 78
= 200000 0,2(24100)(
+ • )
= 295152,66 MPa 11980
Jari-jari girasi kolom komposit diambil dari nilai terbesar antara:
a. 0,3b = 0,3(500) = 150 mm }
b. r = 75,1 mm rm = 150 mm
y

Langkah selanjutnya adalah menghitung kuat tekan kolom komposit:

A = k,·L ~ fmy _ 3600 571,66 = 0,336


e rm·n Em 150xn 295152,66
karena 0,25 < Ae < 1,2, maka
Q) 1,43 1,43 = 1,04
1,6-0,67 Ac 1,6-0,67(0,336)

I' = fmy = 571 '66 = 549,67 MPa


ler Q) 1,04

Nn = Asfcr = 11980(549,67) = 6585046,6 N


¢Nn = 0,85(6585046,6) = 5597289,61 = 559,73 ton

Kuat tekan aksial rencana dari profil WF 300.300.10.15 adalah:


¢Nns = 0,85(11980)(240) = 2443920 N

Behan tekan aksial rencana yang dipikul oleh beton:


¢Nne= <\>Nn- <j>Nns = 5597289,61 - 2443920 = 3153369,61 N

1,7·¢f'c-Ab = 1,7(0,6)(25)(250000) = 6375000 > ¢Nne

• CONTOH 12.13:
Periksalah apakah kolom pipa komposit berikut ini cukup untuk menahan gaya aksial
tekan P0 = 20 ton dan PL = 45 ton. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37.

Data lain:
f'c = 25 MPa
D = 190,7 mm
t = 7 mm
d = D- 2t = 190,7- 2(7) = 176,7 mm

JAWAB:
Hitung gaya tekan aksial perlu, Pu:
Pu = 1,2P0 + 1,6PL = 1,2(20) + 1,6(45) = 96 ton
--
12.10 KOLOM KOMPOSIT 319

Periksa ketebalan minimum pipa

. 2-±0
t . = D = 190,7 1 = 2,33 mm < 7 mm
mm ~ 8 X 200000

Periksa luas penampang minimum profil baja terhadap luas total penampang komposit:
2 2 2 2
As = ±n(D -d ) = ±n(190:;<_176,7 ) = 4039,77 mm

Ac ..!_ ·n·d2 = ..!_ ·n(l76,7) 2 = 24522,4 mm 2


4 4
4 03 9 7 7
- -- - -'- - - = 0,141 > 0,04
4039,77 + 24522,4
Hitung nilai tegangan leleh modifikasi lfu), modulus elastisitas modifikasi (E 111
) dan
jari-jari girasi (r11) : .

r
Jmy
r + cllyr
= Jy .r . ( Ar
A J + c f' .. ( AcA J
2 c
J s

= 240 + 0 + 0,85(25) (
24522
,4 J
4039,77

= 368,99 MPa

Ec = 0,041·w 1•5 ft = 0,041(2400) 1•5 -J25 = 24100 MPa

E
m
= E + c ·E · ( Ac
3 c A,
J
= 200000 + 0,4(241 00) (
24522
,4
4039,77
J
= 258517 MPa
rm = r.ptpa = 65 mm

tapi tidak kurang dari 0,3D = 0,3(190,7) = 57,21 mm

"Ac = H) f"' = 4000 368,99 = 0,?4


rm·n Em 65xn 258517

karena 0,25 < Ac < 1,2, maka

(J) 1,43 1,43 = 1,295


1,6-0,67 A-[ 1,6-0,67(0,74)

368 99
{" fmy = ' = 284,93 MPa
J cr (J) 1,295
Nn = Asfer = 4039,77(284,93) = 1151051,66 N
C/JN11 = 0,85(1151051,66) = 978393,91 N = 97,84 ton> Pu (= 96 ton)
320 BAB 12 KOMPONEN STRUKTUR KOMPOSIT

SOAL-SOAL LATIHAN

P.12.1 - P.12.3
Hitunglahltentukan lokasi sumbu netral penampang (diukur dari sisi atas pelat beton)
dan momen inersia, /rr, untuk masing-masing penampang berikut ini:

!y Tebal Lebar f'c


Soal Profil (MPa) pelat, efektif, (MPa) n
t, (em) bE (em)
P.12.1 WF 500.200.10.16 250 10 225 20 9
P.12.2 WF 600.200.11.17 410 12 250 22,5 9
P.12.3 WF 350.350.12.19 240 12 180 20 8

Gambar P.l2.1 - P.l2.3

P.12.4- P.12.6
Dari soal P.12.1 - P.12.3, hitunglah lokasi sumbu netral plastis diukur dari tepi atas pelat,
tentukan pula besarnya kuat lemur nominal, M 0 , dari penampang tersebut! Asumsikan
penampang berperilaku komposit penuh.

P.12.7- P.12.9
Agar terjadi perilaku aksi komposit penuh dari penampang pada soal P12.1 - P.12.3
hitunglah jumlah stud (penghubung geser) yang diperlukan, serta tentukan pula jarak antar
stud tersebut! Asumsikan balok mempunyai panjang bentang sebesar 4 X bE. Gunakan
ukuran stud V2" X 5 em, dengan fu = 400 MPa.

P.12.10 Sebuah sistem balok komposit interior dari profil WF 350.175.7.11 memikul pelat beton
setebal 10 em. Jarak antar balok adalah sebesar 150 em dan panjang bentang balok adalah
750 em (7,5 m). Beban yang harus dipikul meliputi beban konstruksi 90 kg/m 2 , beban
partisi 70 kg/m 2 , serta beban hidup 400 kg/m 2 • Baja yang digunakan adalah BJ 37, serta
asumsikan n = 9. Hitunglah lendutan yang terjadi berikut ini:
a) Lendutan maksimum sebelum pelat beton mengeras
b) Lendutan maksimum jangka pendek setelah terjadi perilaku komposit
c) Lendutan maksimum jangka panjang setelah terjadi perilaku komposit

P.12.11 Suatu sistem pelat lantai komposit terdiri dari balok baja sepanjang 12 m dengan jarak
antar balok adalah 2,5 m, mutu baja BJ 37 dan mutu beton f'c = 25 MPa. Pelat tersebut
SOAL-SOAL LATIHAN 321

memikul hehan konstruksi sehesar 90 kg/m 2 dan hehan hidup 400 kg/m 2 • Desainlah profil
WF yang mencukupi untuk memikul hehan-hehan tersehut!

P.12.12 Desainlah profil haja herikut penghuhung gesernya herdasarkan kondisi herikut ini:
Jarak antar halok 1,5 m
Panjang halok = 9m
Tehal pelat total = 12 em
Behan konstruksi = 90 kg/m 2
2
Behan hidup konstruksi = 100 kg/m
2
Berat pelat & deck = 250 kg/m
2
Behan partisi = 90 kg/m
2
Behan plafon = 25 kg/m
Behan hidup = 300 kg/m 2
Mutu haja, fv = 240 MPa
Mutu heton,Yf'c = 27,5 MPa
Kuat tarik putus stud, fu = 400 MPa
Dalam sistem komposit ini digunakan dek haja gelomhang dengan ukuran seperti ditun-
jukkan dalam Gamhar P.12.12.

j_
4 em
T

Gambar P.12.12

P.12.13 Hitunglah kuat tekan rencana dari komponen struktur tekan komposit seperti pada
Gamhar P.12.13, dengan menggunakan mutu haja J; = 240 MPa dan mutu heton f 'c =
30 MPa. Profil haja yang digunakan adalah WF 350.350.12.19, dengan tulangan longi-
tudinal 4025 dan tulangan sengkang <I> 10 - 250 mm.

r
12 m

L r--60cm4
Gambar P.12.13
13
Sambungan pada
Konstruksi Bangunan
Gedung
TUJUAN PEMBELAJARAN
Sesudah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Melakukan desain sambungan baut atau las arau kombinasi baut dan las pada suatu
daerah sambungan dalam konstruksi bangunan gedung pada umumnya
Pokok-pokok Pembahasan Bah
1.1 Sambungan Balok lnduk dengan Balok Anak
1.2 Sambungan Balok Kolom
1.3 Sambungan Balok Kolom Diperkaku
1.4 Sambungan Penahan Momen
1.5 Sambungan Balok Kolom dengan Pengaku

13.1 SAMBUNGAN BALOK INDUK DENGAN BALOK ANAK

• CONTOH 13.1:
Rencanakan sambungan antara balok induk (WF 600.200) dengan balok anak (WF
300.150 dan WF 400.200) dengan menggunakan baut A325 <j)19 mm. Reaksi terfaktor
balok WF 300 adalah sebesar 18 ton, sedangkan pada WF 400 adalah sebesar 32 ton.
Mutu baja profil BJ37.

JAWAB:
Tahanan tumpu pada bagian web dari balok:
</JRn = 0,75(2,4j})·db.tp
= 0,75(2,4)(370)(19)(6,5) = 8,22 ton/baut (WF 300)
= 0,75(2,4)(370)(19)(8) = 10,12 ton/baut (WF 400)
Tahanan geser baut dengan dua bidang geser:
¢Rn = 0,75(0,5£b).m.Ab
= 0,75(0,5)(825)(2)(283,64) = 17,55 ton/baut
Perhitungan jumlah baut:
18
WF 300 n = - - = 2,2 ::::: 3 buah baut
8,22
32
WF 400 n = - - = 3,2 ::::: 4 buah baut
10,12

13.1 SAMBUNGAN BALOK INDUK DENGAN ... 323

Periksa geser blok pada WF 300:


A gv = 180(6,5) = 1170 mm 2
A nv = (180- 2,5(19 + 2))(6,5) = 828,75 mm 2
Agr = 40(6,5) = 260 mm 2
A nt = (40 - 0,5(19 + 2))(6,5) = 191,75 mm 2
fuAnr = 370(191,75) = 70947,5 N
0,6fuAnv = 0,6(370)(828,75) = 183982,5 N

~'.A nt < 0,6JA


Karena lu "lu nv maka
T n = 0,6.1' A + ly
"lu nv
+.A gt = 183982,5 + (240) (260) = 246382,5 N
= 24,64 ton
¢· Tn = 0,75(24,64) = 18,48 ton > Pul = 18 ton

Periksa geser blok pada WF 400:


A gv = 280(8) = 2240 mm 2
A nv = (280- 3,5(19 + 2))(8) = 1652 mm 2
A gt = 40(8) = 320 mm 2
A nt = (40 - 0,5(19 + 2))(6,5) = 236 mm 2
fuAnr = 370(236) = 87320 N
0,6fu·Anv = 0,6(370)(1652) = 366744 N

+.A nt < 0,6JA


Karena lu "lu nv maka

Tn = 0,6J
"lu ·A nv ~'A gt
+ ly = 366744 + (240)(320) = 443544 N = 44,35 ton

¢· Tn = 0,75(44,35) = 33,26 ton > Pul = 32 ton OK

WF 300.150 40 40

1111

J. 30t;Q·
75
75
I

0 •
0

0
II

30
75
75 v
WF 400.200

30 °•
~
0
100
<;>
'\
1-1---'\ I
'
\ baut A 325 d 19 mm

I-- WF 600.200

I
324 BAS 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

13.2 SAMBUNGAN BALOK-KOLOM

• CONTOH 13.2:
Sebuah profil siku digunakan untuk menghubungkan balok WF 400.200 dengan bagian
web dari kolom WF 250.250 (mutu baja BJ37 dan mutu baut A325). Reaksi dari balok
adalah sebesar 75 kN yang terdiri dari 15 kN (D) dan 60 kN (L).

JAWAB:
Karena reaksi balok tidak terlalu besar (kurang dari 200 kN) maka tidak perlu pengaku
vertikal. Kapasitas yang diperlukan adalah
Pu = 1,2D + 1,6L = 1,2(15) + 1,6(60) = 114 kN
Untuk profil WF 400.200, k = 29 mm, sehingga

Pn = ~ = J;·tw(N + 2,5k)

Dengan ¢ = 1,J; = 240 MPa, dan tw = 8 mm, maka diperoleh N= -13,125 mm. Karena
disyaratkan bahwa Nmin = k, maka diambil N = 29 mm.
Asumsikan ksiku = 25 mm, sehingga momen pada penampang kritis adalah:
Mu = Pu(N/2 + 20 - ksik)
= 114000(14,5 + 20 - 25) = 1083000 Nmm
Dicoba seat angle dengan panjang 15 em, sehingga kapasitas momen nominal dari seat
angle adalah:
M n =Mp =MI<j>=fv·bxt2
u y
4
2
Mn Mu = 1083000 = 1203330 Nmm = fv· bxt
¢ 0,9 y 4
Sehingga

t
4x1203330 = 11 , 56 mm
150x240
Gunakan siku 120.120.12 (k = 25 mm, sesuai asumsi awal)

Selanjutnya, kuat tekuk dukung dari balok juga harus diperiksa, dengan mengingat
N = 29 mm d = 400 mm tf = 13 mm tw =8 mm fyw = 240 MPa
Serra N/d = 29/400 = 0,075 ( < 0,2 ), maka:

l ( N
t; Jl,Sl
t Exf
:: Xt.
e-----

¢Pn = 0,75(0,39)·tw2 1+3d f

= 182690 N > Pu (= 114 kN) OK


Asumsikan sambungan baut tipe tumpu dengan ulir di luar bidang geser, gunakan
baut ¢19 mm, f} = 825 MPa
¢Rn = ¢·0,5-fub·m-Ab
= 0,75(0,5)(825)(1)(283,64) = 87716,7 N = 87,7 kN
114
n - - ::::: 2 buah baut
87,7

13.3 SAMBUNGAN BALOK KOLOM DIPERKAKU 325

baut A 325 d 19 mm
WF 400.200

Set back
20 mm

\ _ penampang
kritis untuk lentur

13.3 SAMBUNGAN BALOK-KOLOM DIPERKAKU

• CONTOH 13.3:
Desainlah sebuah sambungan balok kolom dengan menggunakan las, antara balok WF
500.200 dengan web dari kolom WF 250.250. Diketahui reaksi balok adalah sebesar
275 kN yang terdiri dari 75 kN (D) dan 200 kN (L). Mutu baja BJ37, sedangkan mutu
las fu = 480 MPa.

JAWAB:
Properties dari WF 500.200 adalah:
d = 500 mm tf = 16 mm t"' = 10 mm k = 36 mm
Behan desain adalah sebesar:
Pu = 1,2D + 1,6L = 1,2(75) + 1.6(200) = 410 kN
Untuk mencegah leleh dari web. mab raniang rumpuan ditentukan oleh:
¢Pn = ¢J;·tw(N + 2,5k)
p 410000
atau N _____!!___- 2,5k = - - - - - .2.5' 36) = 80,83 mm
m.J ·t
'f' y w
1 x .240 Y 1(1

periksa terhadap kuat tekuk dukun:; biok

</JPn = 0,75(0,39)·tw2 l] H :;· ~ ·. Exf.xtr

dengan:
p = 410000 N serta d = 500 mm. ::- = 16 mm, tw = 10 mm, diperoleh
u

N = 202,21 mm ::::: 205 mm


326 BAB 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

Karena Nld

¢Pn =
= 205/500 = 0,41 >

0,75(0,39)·tw2 ll+(4~ -0,2 )(:; rl Ex~xtr


0,2 maka harus diperiksa terhadap persamaan:

= 0, 75 (0,39) (I O)' [I+ ( 4 ~~~ -0,2 )(: ~ rl 200000 ;0240 x 16

= 438719,1 N > Pu = 410000 N

Untuk seat plate digunakan pelat dengan ketebalan 16 mm (sama dengan tebal flens
balok). Ukuran las minimum untuk pelat tebal 16 mm adalah 6 mm, dalam contoh ini
digunakan ukuran las 8 mm.
Wperlu =N + set back = 205 + 15 = 220 mm

Ketebalan stiffener (t) ditentukan sebagai berikut:


a) t 5 2:: tw = 10 mm

220
b) -~,..------ = 13,63 mm
250/
/{240

es = W- N/2 = 220- (205/2) = 117,5 mm

t > P)6·e 5 -2·W) = 410000x(6(117,5)-2(220))


c)
s- ¢(1,8·fY)W 2
0,75x(l,8x240)x220 2
= 6,93 mm

Tebal stiffener diambil sebesar 16 mm, sehingga ukuran las efektif maksimum dapat
ditentukan sebagai berikut:
f,Pxt 370x16 .
a ff = 0,707· _u__ s = 0,707 X = 8,72 mm (ambd a =8 mm)
max e f)as 480

Panjang las yang diperlukan (L), ditentukan dengan persamaan:

R = ~ /16·e 2 +L2
2 ,4·L2 'J s

Untuk desain LRFD, maka:


R = ¢Rn = ¢(0,707 a)(0,6fu las)
= 0,75(0,707)(8)(0,60)(480) = 1221,7 N/mm

Sehingga panjang las sekarang dapat dihitung sebagai berikut:

1221,7

diperoleh L = 276,08 mm ::::: 280 mm


Jadi, digunakan las ukuran 8 mm dengan panjang L = 280 mm.
a
13.4 SAMBUNGAN PENAHAN MOMEN 327

6 mm

220

13.4 SAMBUNGAN PENAHAN MOMEN

• CONTOH 13.4:
Desainlah sebuah sambungan balok kolom antara balok WF 300.150 dengan kolom WF
200.200. Gunakan m utu baj a BJ37 dan baur A3 2 5 <!> 19 mm dengan ulir pada bidang
geser. Diketahui momen ujung sebesar 15 k~m (D) dan 30 kNm (L). Gaya geser ujung
yang bekerja sebesar 20 kN (D) dan 50 k:'\ ! L).
Properties penampang adalah:
WF 300.150 d = 300 mm tr- =9 mm t" = 6,5 mm
WF 200.200 d = 200 mm t.- = 12 mm t" = 8 mm

JAWAB:
Mu = 1,2D + 1,6L = 1.2(1~~- 1.6 301 = 66 kNm
Pu = 1,2D + 1,6L = 1.2~20,- 1.6 5CI, = 104 kN

Menghitung tahanan nominal baur:


Geser:
1 bidang geser: ¢Rn = o.-~~ 0.--t: ~~- .·t = o.-5(0,4)(825)(283,64) = 70,2 kN
2 bidang geser: cjJR11 = 2• -(1.2 = : -t(l.-± k:'\

Tumpu:
Web balok: ¢Rn = o.-5<~.--t._~~~ __ ;~.:: = ( .-5(2,4)(370)(19)(6,5)
1 = 82,2 kN
Flens balok: l/JRn = o~-5 2.--t -~- ·---~ \.' = 113,8 kN

Tarik:
cjJRn = 0,75(0,75fubL-:!=' = (1_-::; 283,64) = 131,6 kN
328 BAB 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

Perhitungan siku penyambung atas dan bawah


Dicoba dua buah baut pada masing-masing profil siku, sehingga:
M 66x10 3
d=- = 250,76 mm ~ 400 mm
2T 2x131,6
jarak baut terhadap flens atas balok = V2 (400 - 300) = 50 mm. Gunakan profil siku
100.200.14, sehingga:
a = 50 - tsiku - rsiku = 50 - 14 - 15 = 21 mm

dengan d = 400 mm, maka gaya yang bekerja pada profil siku adalah:
T= M = 66x103 = 165 kN
d 400
Gaya ini menimbulkan momen pada profil siku sebesar:
M = 0,5.T.a = 0,5(165000)(21) = 1732500 Nmm
Kapasitas nominal penampang persegi adalah:

ifiM" = 0,9 ( b:'}t;


4x1732500
sehingga diperoleh: b = = 163,7 mm
0,9x240x14 2
Gunakan siku 100.200.14 dengan panjang 200 mm pada flens kolom.

Perhitungan sambungan pada flens balok


66x10 3
Gaya geser pada £lens balok adalah = = 220 kN
300
Baut penyambung adalah baut dengan satu bidang geser, sehingga:
220
n - - = 3,13 ~ 4 buah baut
70,2

Perhitungan sambungan web balok dengan siku 100.200.14


Tahanan dua bidang geser (140,4 kN) lebih besar daripada tahanan tumpu (82,2 kN)
sehingga tahanan baut ditentukan oleh tahanan tumpu.
104
n ~ 2 buah baut
82,2

Sambungan web balok dengan flens kolom


Baut yang menghubungkan balok dengan £lens kolom adalah sambungan dengan satu
bidang geser (¢Rn = 70,2 kN), sehingga:
104
n -- ~ 2 buah baut
70,2

13.5 SAMBUNGAN BALOK KOLOM DENGAN PENGAKU
7

329
'
L 100.200.14

I
i
WF 3f0.150

i
i
i

200
~ ~~ 0 0

• 0 0

13.5 SAMBUNGAN BALOK KOLOM DENGAN PENGAKU

• CONTOH 13.5:
Desainlah sambungan balok ko:c:-:-. ':--::=--~~~: . .:..:-.:..:.rJ. balok WF 600.200 dengan kolom
WF 350.350. Gunakan mur'..l S:.:. 3_· ~- <
~~ = 4SO :\1Pa, baut A325 <j>19. Diketahui
beban-beban yang bekerja a.diz.:

be ban Geser ~:...'-'

D
L
w
Properties penampang:
WF 600.200 d = ,_, ;_ = 17 mm tw = 11 mm
WF 350.350 d = _;.:: ;_ = 19 mm tw = 12 mm

JAWAB:
Perhitungan kombin.l~: :-·:::- :·:- ,;_- ._-
U = 1,2D + l.c,__:_ = .~ ..:-:·'<:-

U = 1 ,2D + 0 . .:: __:_ - ~ _: Geser)


.\fomen)
330 BAB 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

a. Perhitungan pelat penyarnbung atas {flens tarik)


Tu = 448·10 3/600 = 746,66 kN
¢Tn = 0,9-A gfvy = 0,9(240)-Ag = 746,66·103 N
Ag = 3456 mm 2 Gunakan pelat ukuran 20x 175 (Ag = 3500 mm 2 ).

Las sambung gunakan las sudut ukuran 8 mm dengan kapasitas:


¢Rn = 0,75(0,707·a)(0,6fu las) = 0,75(0,707)(8)(0,6)(480)
= 1221,7 N/mm

Panjang las yang diperlukan = 746,66.10 3/1221,7 = 612 mm.


Gunakan las sepanjang 175 mm (pada ujung pelat) dan 220 mm (pada kedua sisi).

b. Perhitungan pelat penyarnbung bawah (flens tekan):


Gunakan pelat ukuran 10 X 350 = 3500 mm 2 , dengan las sudut ukuran 8 mm sepanjang
310 mm tiap sisi.

c. Perhitungan pelat geser (shear plate)


Baut penyambung digunakan baut A325 ¢19 mm dengan satu bidang geser:
¢Rn = 0,75(0,4fub).Ab = 0,75(0,4)(825)(283,64) = 70,2 kN
253
n = - - = 3,6 ~ 4 buah baut
70,2
Panjang shear plate = 3(75) + 2(30) = 285 mm
Vu 253x 103
t - = 6,84 mm
- 0,9 X (0,6·1;) X b 0,9 X 0,6 X 240 X 285

Gunakan shear plate dengan ukuran 10X285 mm 2 . Sebagai penyambung shear plate dengan
flens kolom digunakan las sudut ukuran 6 mm dengan kapasitas:
¢Rn = 0,75(0,707)(6)(0,6)(480) = 916,3 N/mm
Panjang las sudut yang diperlukan = 253.103/916,3 = 276 mm ~ 280 mm

d. Stiffener flens kolom pada flens tarik balok


¢Rn = ¢·6,25f;·t/ = 0,9(6,25)(240)(192) = 487350 N < Tu (746,66 kN)
perlu dipasang stiffener!

e. Stiffener web kolom pada flens tekan balok

l (] N t 1,5] Exf Xt
l/JR = l/J·0,39·t 2
1+ 3- _E!_ yw f
n w d tf tw

15

2[ 20 (12J ' l200000x240x19


= 0,75(0,39)(12) 1+ 3 350 19 12

= 398788,75 N < Tu perlu stiffener!


¢Rn 1x746,66x10 3
= 14 ' 47
tw 12 mm
= fAN +5k) 240(20+5(39)) mm >

As = 3500 - 12(20 + 5(39)) = 920 mm 2


a a --
13.5 SAMBUNGAN BALOK KOLOM DENGAN PENGAKU 331

Gunakan dua buah stiffener 1Qx 100 (A s = 2000 mm 2)


b 100 250
- = - = 10 < - - = 16,14 OK
t 10 ff,
f. Geser pada web kolom
tt.yn =
'f'
AQ
'I' '
y.+.J ·t
'Jy c w

= 0,9(0,7)(240)(350)(12) = 635040 N < Tu

perlu stiffener dengan A =


s
1
f J' X cos e( 0,9·Md b
-VII J

1 746 66
As = (
' xiO" 635040] = 923,2 mm 2
240 X 0,5038 0,9

Gunakan dua buah stiffener lQXlQO mm 2 (As= 2000 mm 2)

PL 20 X 175
332 BAB 13 SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

SOAL-SOAL LATIHAN

P.13.1 Rencanakan sambungan antara balok induk WF 500.200 dengan balok anak WF 250.125
menggunakan baut A325 0 16 mm (dengan ulir di luar bidang geser). Reaksi terfaktor
balok anak adalah 8 ton. Gunakan mutu baja dari BJ 37

• 0

WF 250.125
0

WF 500.200
Gambar P.l3.1

P.13.2 Rencanakan kembali sambungan balok anak dengan balok induk pada soal P.13.1 tersebut,
namun jika dikehendaki sambungan tanpa slip.

P.13.3 Desainlah sambungan balok kolom antara balok WF 300.150 dengan kolom WF 400.200
(BJ 37) dengan menggunakan baut A325 berdiameter 19 mm (dengan ulir di luar bidang
geser). Balok WF 300.150 memikul gaya lintang terfaktor sebesar 100 kN dan momen
lemur terfaktor sebesar 30 kN m. Sebagai penghubung balok dan kolom digunakan profil
siku.

WF 300.150

WF 400.200
Gambar P.l3.3

P.13.4 Kerjakan kembali soal P.13.3, namun jika penghubung antara kolom dengan balok
adalah menggunakan profil WF yang dipotong salah satu flens-nya, seperti pada Gambar
P.13.4
SOAL-SOAL LATIHAN 333

WF 400.200

WF 300.15 0

WF 400.200

Gambar P.l3.4

P.13.5 Suatu balok tertumpu sederhana, dari WF 500.200, dengan bentang 12 m, memikul beban
merata yang terdiri dari beban mati 5 kN/m dan beban hidup 15 kN/m. Balok tersebut
harus disambung pada jarak 4 m dari perletakan A dengan menggunakan alat sambung
baut A325 berdiameter 22 mm. Rencanakan sambungan pada titik tersebut.

r 4m -j
liiiiiii:IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!l

I. 12 m .I
Gambar P.l3.5

P.13.6 Rencanakan kembali sambungan pada soal P.l3.1 dengan menggunakan alat sambung las
lfuw = 490 MPa)
Lampi ran

Lampiran 1.A

NILAI {3, BEBAN TERPUSAT, TUMPUAN TORSI SEDERHANA


(Salmon, C.G. & Johnson, ].E., "Steel Structures" 4th ed.)

Mlh = {3 (Tab L)
pada z = aL

Nilai {3
A-L
a= 0,5 a= 0,4 a= 0,3 a= 0,2 a= 0,1

0,5 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99


1,0 0,92 0,93 0,94 0,95 0,97
2,0 0,76 0,77 0,80 0,84 0,91
3,0 0,60 0,62 0,65 0,72 0,83
4,0 0,48 0,50 0,54 0,62 0,76
5,0 0,39 0,41 0,45 0,54 0,70
6,0 0,33 0,34 0,39 0,47 0,65
8,0 0,25 0,26 0,30 0,37 0,55
10,0 0,20 0,21 0,24 0,31 0,48

Lampiran 1.8

NILAI {3, BEBAN TERPUSAT, TUMPUAN TORSI TERJEPIT


(Salmon, C.G. & Johnson, ].E., "Steel Structures" 4th ed.)

Mrh = f3/Tab 2 L)
pada z = 0

M h = {32 (T~b L)
1
pada z = L
0

LAMP IRAN 335

a= 0,5 a= 0.-i a= 0,3 a= 0,2


).,L
/31 = /32 /31 f3: /31 /32 /31 /32

0,5 0,99 1,00 0.99 1,00 0,99 1,00 0,99


1,0 0,98 0.98 0,98 0,98 0,98 0,99 0,98
2,0 0,92 0,93 0,92 0,94 0,92 0,96 0,92
3,0 0,85 0,86 0,84 0,88 0,84 0,91 0,85
4,0 0,76 0,78 0,75 0,81 0,75 0,86 0,77
5,0 0,68 0,70 0,67 0,74 0,67 0,80 0,69
6,0 0,60 0,63 0,59 0,67 0,60 0,75 0,62
8,0 0,48 0,51 0,47 0,56 0,49 0,65 0,52
10,0 0,39 0,42 0,39 0,47 0,41 0,56 0,44

Lampiran 1.C

NILAI /3, BEBAN MERATA, TUMPUAN TORSI SEDERHANA


(Salmon, C.G. & Johnson, J.E., "Steel Structures" 4th ed.)

Mrh = f3(m abL 2 )


I:" Ill! II! Ill ~1:1 11~~111111! II II Ill II I~~ pada z =
2
aL
~aL__,.j_ bL •
,
...------ L - - - - - •

).,L Nilai f3

a= 0,5 a= 0,4 a= 0,3 a= 0,2 a= 0,1

0,5 0,97 0,97 0,98 0,98 0,98


1,0 0,91 0,91 0,91 0,91 0,92
2,0 0,70 0,71 0,71 0,72 0,74
3,0 0,51 0,51 0,52 0,54 0,57
4,0 0,37 0,37 0,38 0,41 0,44
5,0 0,27 0,27 0,29 0,31 0,34
6,0 0,20 0,20 0,22 0,24 0,28
8,0 0,12 0,12 0,13 0,16 0,19
10,0 0,08 0,08 0,09 0,11 0,14
336 LAMPIRAN

Lampiran 1.0

NILAI /3, BEBAN MERATA, TUMPUAN TORSI TERJEPIT


(Salmon, C.G. & Johnson, J.E., "Steel Structures" 4th ed.)

~ 1111111111111111111~~111111111111 II IIIII ~ M h = /3(; L2 )


1
pada z = 0 dan z = L

l:aL ~~~ L bL :1

AL 0,5 2 3 4 5 6 8

f3 0,99 0,98 0,94 0,88 0,81 0,74 0,67 0,56


Jawaban
Soal-soal Latihan

Bab 3 Bab 6
P.3.1 264,6 kN P.6.1 218,3 kN
P.3.2 <f>T = 412,05 kN < T = 452 kN P.6.2 248,8 kN
P.3.3 a. l500 mm 2 u P.6.3 a. 6 baut
b. 2000 mm 2 b. 9 baut
c. 1616 mm 2 c. 5 baut
P.3.4 186,7 kN d. 7 baut
P.3.5 <f>Tn = 406,2 kN < Tu = 880 kN P.6.4 6 buah baut
P.3.6 168,75 kN P.6.5 519,4 kN
P.3.7 540 kN P.6.6 a. 107,5 kN
P.3.8 434,1 kN b. 240,8 kN (r0 = 55,406 mm)
P.3.9 264,9 kN P.6.7 a. 159,73 kN
P.3.1 0 592,9 kN b. 194,2 kN (r0 = 55,406 mm)
P.6.8 6 buah baut
Bab 4 P.6.9 sambungan A: 5 buah baut
P.4.1 2266,1 kN sambungan B: 10 buah baut
P.4.2 1919 kN (2 sisi @ 5 baut)
P.4.3 2353 kN P6.10 sambungan A: 5 buah baut
P.4.4 penampang kompak sambungan B: 6 buah baut
P.4.5 penampang kompak (2 sisi @ 3 baut)

P.4.6 penampang kompak


P.4.7 3477,38 kN Bab 7
P.4.8 2315,6 kN r-.1 259,2 kN
P.4.9 2871,35 kN r-.::: 2 buah las @ 200 mm
P.4.10 642,21 kN r.-..3 201,46kN
P.4.11 WF 350.350.12.19 r.-.4 Lw1 = 40 mm
Lw2 =50 mm
P. -.~ 182,74 kN
Bab 5
P.5.1 3
a. 1402768,58 mm ; 336,6 k.'\m r.-.6 177,6 kN
p-- 1015,19 N/mm
b. 1226430,28 mm 3 ; 294.3 k.'\rr:
P.5.2 1471730,3 mm 3; 353,2 k:\"m P. -.s 1085,58 N/mm
P.5.3 </>bMn = 452,8 kNm > Mil = 42_:; :,,__'...;-:-:-,
P.5.4 </Jr,Mn = 79,17 kNm < Mu = 1~(1 __; ,:..."':-:-. Bab 8
P.5.5 14,8 kN/m P.S.l crn = 134,72 MPa
P.5.6 WF 500.200.10.16 Tweb = 27,41 MPa
P.5.7 a. 804,6 kN Tflens = 37,21 MPa
b. 551,1 kN P.S.2 crn = 85,83 MPa
c. 230,85 kN Tweb = 18,34 MPa
P.5.8 N= 115 mm; Tflens = 22,97 MPa
B = 230 mm;
P.8.3 crn = 40,15 MPa
t = 30 mm
22,61° Tweb = 6,51 MPa
P.5.9
Tflens = 4,03 MPa
P.5.10 WF 600.200.11.17
338 JAWABAN SOAL-SOAL LATIHAN

P.8.4 0' n = 134,24 MPa P.10.7 a. 552,87 kN


'tweb = 34,70 MPa b. 857 kN
'tRens = 49,68 MPa c. 276,48 kN
P.8.5 O'n = 85,99 MPa P.10.8 ukuran pelat sayap/ flens =
'tweb = 25,38 MPa 50 mm X 395 mm
'tRens = 35,45 MPa
P.8.6 O'n = 40,14 MPa Bab 11
'tweb = 8,00 MPa P.11.1 Hasil persamaan interaksi = 0,9145
'tRens = 6,45 MPa P.11.2 Hasil persamaan interaksi = 1,2264
P.11.3 Hasil persamaan interaksi = 0,8943
P.8.7 fun= 209,19 MPa < <!>J; = 216 MPa
P.11.4 Pelat badan kompak
P.8.8 WF 250.250.9.14; P.11.5 Pelat badan kompak
fun = 211,25 MPa P.11.6 Hasil persamaan interaksi = 0,985
P.11.7 Hasil persamaan interaksi = 1,6286
Bab 9 P.11.8 1195 kN
P.9.1 120,4 kN P.11.9 Hasil persamaan interaksi = 0,6321
P.9.2 68,7 kN P.11.10 WF 250.125.6.9
P.9.3 78,86 kN
P.9.4 WF 250.250.9.14 Bab 12
P.9.5 WF 300.150.6,5.9 P.12.1 14,407 em; 120435,22 cm4
P.9.6 WF 600.200.11.17 P.12.2 16,34 em; 205732,6 cm4
P.9.7 WF 800.300.14.26 P.12.3 15,206 em; 101953,6 cm 4
P.9.8 <j>Mn = 148,52 kNm < Mu = 210,6 kNm P.12.4 74,64 mm; 892,7 kNm
P.9.9 30,3 kN/m P.12.5 115,25 mm; 1996,83 kNm
P.12.6 122,98 mm; 949,98 kNm
Bab 10 P.12.7 70 buah; s = 125 mm
P.1 0.1 3752,5 kNm P.12.8 122 buah; s = 80 mm
P.10.2 a. 2489,84 kNm P.12.9 180 buah; s = 80 mm
b. 2489,84 kNm P.12.10 a. 8,249 mm
P.l0.3 <j>bMn = 14595,9 kNm > Mu = 13912,5 kNm b. 10,008 mm
P.10.4 16201,21 kNm c. 10,108 mm
P.10.5 a. 503,5 kN P.12.11 WF 450.200.9.14
b. 272,82 kN P.12.12 WF 300.150.6,5.9;
c. 236,98 kN stud (Yz " X 10 em) = 46 buah;
P.1 0.6 panel ujung, Vu = 1841,95 kN s = 40 em
panel ke-2 dan ke-3, ~ = 1872,97 kN P.12.13 6162,7 kN
panel tengah, Vu = 274,64 kN
Daftar Pustaka

1. American Institute of Steel Construction, "Manual of Steel Construction, LRFD vol.


1", 2nd ed.
2. American Institute of Steel Construction, "Manual of Steel Construction, LRFD vol.
2", 2nd ed.
3. Badan Standarisasi Nasional, "Tara Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-1729-2002", Bandung, 2000
4. Englekirk, R., "Steel Structures, Controlling Behavior Through Design", John Wiley
& Sons Inc., Canada, 1996
5. Gaylord, E.H., Gaylord, C.N., & Stallmeyer, J.E., "Design of Steel Structures", Mc-
Graw Hill Inc., 1992
6. Johnston, B.G., Lin, F.J., Galambos, T.V., "Basic Steel Design", 2nd ed. Prentice Hall
Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1980
7. Kuzmanovic, B.O., Willems, N., "Steel Design for Structural Engineers", Prentice
Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1977
8. Mangkoesoebroto, S.P., "Diktat Kuliah Struktur Baja", Institut Teknologi Bandung
9. Me Cormack, J.C., Nelson, J.K.Jr., "Structural Steel Design, LRFD Method", yd ed.,
Prentice Hall, New Jersey, 2003
10. Salmon, C.G., & Johnson, J.E., "Steel Structures, Design and Behavior" 4ch ed.,
Harper Collins College Publishers, New York, 1996
11. Segui, W.T., "LRFD Steel Design", 2nd ed., Brooks/Cole Publishing Company, Pacific
Grove, 1999
12. Smith, J.C., "Structural Steel Design, LRFD Approach", John Wiley & Sons Inc.,
Canada, 1996
13. Tamboli, A.R., "Steel Design Handbokk, LRFD Method", Me Craw Hill Companies,
1996
14. Theodosius, G., Saleh, M., "Teori Soal dan Penyelesaian Konstruksi Baja I jilid 1',
Delta Teknik Group, Jakarta, 2000
lndeks

A Faktor tahanan 13
AASHTO 280 Fungsi distribusi probabilitas 6
AISC 281 Fungsi Kerapatan Probabilitas 6
Aksi medan tarik 208, 216
Analisa elastik 115 G
Analisa plastis 115 Geser eksentris 115
Analogi Torsi Dengan Lentur 172 Geser Pada Penampang Gilas 91
Angka Poisson 22
Arah Optimum Aksi Medan Tarik 217 H
Hukum Hooke 2
B
Baja 17
Baja karbon 17 Indeks keandalan 9
Baja paduan 17 Interaksi Geser Dan Lentur 221
Baja paduan rendah mutu tinggi 17
Balok 81 K
Balok-kolom 246 Kegagalan 8
Balok Komposit Pada Daerah Momen Negatif 304 Kekuatan Kolom 51
Batang tarik 29 Kelangsingan Struktur Tarik 44
Baut 109 Keruntuhan getas 26
Beban 3 Keruntuhan Ielah 28
Beban Angin 4 Keuletan material 21
Beban Gempa 5 Koefisien Variasi 7
Beban Hidup 4 Kolom Komposit 315
Beban Mati 3 Kombinasi Geser Dan Tarik 123
Beban Terpusat Pada Balok 94 Kombinasi pembebanan 11
Besi 15 Kriteria leleh 22
Kuat Geser Nominal 213
c Kuat Leleh Web 225
Coalbrookdale Arch Bridge 15 Kuat Lentur Nominal 292
Kuat Tekuk Dukung Web 225
D Kuat Tekuk Lateral Web 226
Daktilitas 21 Kuat Tekuk Lentur Web 226
Dek Baja Gelombang 309
Desain Balok Pelat Berdinding Penuh 233 L
Desain Balok Terkekang Lateral 85 Las baji dan pasak 138
Desain LRFD Balok I 186 Las sudut 138
Desain LRFD Komponen Struktur Balok - Kolom Las tumpul 138
254 Lebar Efektif Balok Komposit 284
Desain LRFD Struktur Baja 11 Lendutan 306
Lendutan Balok 88
E Lemur Dua Arah 200
Efek penguatan regangan 25 Lemur Sederhana Profil Simetris 81

F M
Faktor beban 11 Mekanisme keruntuhan 84
Faktor Bias 7 Metode ASD 5

••
INDEKS 341

Metode FOSM 6 Sejarah Penggunaan Material Baja 15


Metode LRFD 5 Sendi plastis 84
Metode Probabilitas Penuh 6 Sifat mekanik material baja 18
Modulus Geser 22 Sifat Mekanis Baja Struktural 20
Modulus plastis 82 Sistem Pelaksanaan Komponen Struktur Komposit
Momen leleh 82 288
Momen plastis 82 SNI 03-1729-2003 1
Sobekan lamelar 27
N Standar Deviasi 6
Nilai rerata 6 Strain aging 23
Struktur Komposit 280
p
Panjang Tekuk 57 T
Pelat girder 206 Tahanan Geser Baut 110
penampang kompak 85 T ahanan Geser Nominal Penampang Gilas 94
Penampang Tak Kompak 85 Tahanan nominal 31
Pengaku Penahan Gaya Tumpu 224 Tahanan nominal baut 110
Pengaku Vertikal 222 Tahanan Nominal Sambungan Las 141
Pengelasan 13 7 Tahanan Tarik Baut 110
Pengerjaan dingin 25 Tahanan Tekan Nominal 56
Penghubung geser 295 Tahanan Tumpu Baut 110
Perbesaran Momen Untuk Struktur Bergoyang 255 Tegangan Elastis Dalam Balok Komposit 282
Perbesaran Momen Untuk Srruktur Tak Bergoyang Tegangan Geser Leleh 22
255 Tegangan multiaksial 22
Perencanaan 1 Tegangan sisa 52
Perencanaan struktur Tegangan Torsi 169
Perilaku Balok Terkekang Lateral 82 Tekuk lemur 66
Persamaan Diferensial Untuk Kombinasi Gaya Aksial Tekuk lemur torsi 67
Dan Lemur 248 Tekuk lemur torsi 178
Persyaratan Balok Pelat Berdinding Penuh 208 Tekuk Lokal 61
Proof load 109 Tekuk Lokal Web Pada Komponen Struktur Balok-
Proses Bessemer 16 Kolom 256
Pusat Geser 159 Tekuk torsi 66
Tekuk Torsi Inelastis 184
R tekuk torsi lateral elastis 180
Rangkak 306 Teori Umum Lentur 99
Tipe Keruntuhan Tekuk Lokal Flens Tekan 211
s Tipe Keruntuhan Tekuk Torsi Lateral 211
Sambungan Balok lnduk Dengan Balok Anak 322 Torsi 156
Sambungan Balok Kolom Dengan Pengaku 329 Torsi murni 165
Sambungan Balok Kolom Diperkaku 325 Torsi Murni Pada Penampang Homogen 156
sambungan las 137 Torsi terpilin 165
Sambungan lewatan 138 Transfer Gaya Pada Sambungan 46
Sambungan Penahan Momen 327
Sambungan sebidang 138 u
Sambungan sisi 138 Uji Charpy 21
Sambungan sudut 138
Sambungan tegak 138 v
Sambungan Yang Mengalami Beban Tarik Aksial Varian 6
127

Anda mungkin juga menyukai