Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENGUJIAN ANALISA SARINGAN

AGREGAT KASAR DAN HALUS

1.1 Teori Ringkas

1.1 Teori Ringkas

Analisa saringan agregat adalah penentuan persentase berat butiran

agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka

persentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Dalam campuran

beton, agregat merupakan bahan penguat (strengthen) dan pengisi (filler),

dan menempati 60% – 75% dari volume total beton. Karakteristik bentuk

dan tekstur luar agregat memegang peranan penting terhadap sifat

beton.Partikel dengan rasio luas permukaan terhadap volume yang tinggi

dapat menurunkan kelecakan (workability) campuran beton. Agregat yang

berbentuk flaky dapat merugikan bagi durabilitas beton karena cenderung

berorientasi pada satu bidang, sehingga air dan gelembung udara dapat

terbentuk dibagian bawahnya.

Tekstur permukaan agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat

beton segar seperti kelecakan. Bentuk dan tekstur permukaan agregat

halus, dapat mempengaruhi kebutuhan air pada campuran beton.Selain

itu, agregat harus stabil secara kimiawi, sehingga tidak akan merusak

hasil reaksi hidrasi beton.

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-1
Keutamaan agregat dalam peranannya di dalam beton :

⮚ Menghemat penggunaan semen Portland

⮚ Menghasilkan kekuatan besar pada beton

⮚ Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton

⮚ Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat

● Klasifikasi agregat

Agregat Berat Adalah jenis agregat yang dibuat beton dengan

berat isi lebih besar dari 2400 kg/m3. Tujuan dipakai beton berat untuk

mendapat beton yang berat isinya lebih besar karena kegunaanya untuk

menahan radiasi yang membahayakan manusia. Untuk membuat beton

dengan berat isi tinggi biasanya dipakai batu Barite (BaSO4), berat isi :

4,15 -4,45 t/m3 ; Bijih besi (Magnetite dan Limonite), berat isi : 4,40 –

5,00 t/m3 ; Butiran atau potongan besi/baja, berat isi : 6,80 – 7,60t/m3

Membuat beton dengan agregat berat, dengan kecelakaan ( Workability )

yang diinginkan biasanya mengalami kesukaran, karena perbedaan berat

jenis dengan semen, Berat jenis agregat berat jauh lebih besar dari pada

semen. Jika ingin mengurangi adanya segregasi, dapat diusahakan

dengan menggunakan air seminimal mungkin agar beton dapat dikerjakan

tanpa adanya segregasi.

Agregat Normal adalah jenis agregat yang dapat dibuat beton

dengan berat isi antara 1800- 2500 kg/m3. Tujuan dipakai agregat normal

adalah untuk membuat beton dengan tanpa persyaratan khusus.Agregat

yang dipakai umumnya merupakan batuan yang padat dan kompak dari

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-2
jenis batuan beku, batuan endapan ( sedimen ) dan batuan malihan (

metamorphosis ).

Agregat Ringan adalah jenis agregat yang dapat dibuat beton

dengan berat isi antara 300 – 1800 kg/m3. Tujuan dipakai agregat ringan

adalah untuk pembuatan beton dengan tujuan khusus.Agregat yang

digunakan misalnya batu tulis, lempung yang membengkak (expanded

clay), tidak pecah, tanah foamed, batu apung dan lain sebagainya

Ukuran agregat

a. Agregat Kasar (Batu Pecah Ukuran max. 20 mm)

Agregat kasar beton dapat berupa kerikil hasil disintegrasi alami dari

batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat

dengan besar butiran 5 mm. Jenis agregat ini permukaannya kasar dan

banyak memerlukan air untuk penggunaan dalam beton serta

kegunaannya cukup bagus. Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan

akhir beton keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca

dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar mineral ini harus bersih dari

bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan yang baik dengan

semen. Agregat kasar adalah terdiri daripada serpihan batu yang

ukurannya melebihi 5 mm sehingga ukuran maksimum yang dibenarkan

untuk kerja – kerja konkrit yang tertentu,biasanya tidak melebihi 50 mm.

Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 (spesifikasi

dari AASHTO, American Association of State Highway and Transportation

Officials, yang juga digunakan oleh Bina Marga) atau yang tertahan

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-3
saringan 2,36 mm (standard dari BSI, British Standard Institution atau

lebih sering disebut sebagai BS, British Standard).

Agregat kasar boleh didapati dari sumber natural atau artificial.

Sumber natural biasanya dari kumpulan Granit atau Batu Kapur (BS 812 :

Bagian 1: 1975). Kumpulan batu ini digunakan untuk pembinaan biasa.

Ketumpatan bandingan agregat biasa ini dalam julat 2,500 - 2,700 kg/m3.

Untuk pembinaan konkrit berat, Barit (Barium Sulfat) yang boleh didapati

dari sumber asli boleh digunakan. Ia mempunyai ketumpatan bandingan

4,200 – 4,300 kg/m3. Agregat berat digunakan untuk konkrit yang

terdedah pada sinar-X, sinar gamma atau vector nuclear. Agregat artificial

boleh didapati dari bahan buangan industri. Bebola besi untuk konkrit

berat, klinker atau jermang hasil pembakaran untuk konkrit ringan.

Umumnya agregat ringan mempunyai kekuatan yang rendah, dan agregat

berat mempunyai kekuatan yang tinggi. Ukuran nominal yang biasa

digunakan adalah 10 mm, 20 mm dan 40mm. Ukuran maksimal

bergantung kepada jenis binaan e.g. tetulang padat, binaan tebal atau

nipis. Kerikil kasar boleh didapati daripada lombong atau kuari batu dan

batu besar dihancurkan dengan mesin dan digerakan mengikut

kegunaannya yang tertentu. Kadangkala kerikil besar juga diperolehi di

sungai. Jenis batu ini biasanya berbentuk bulat dan permukaannya licin.

Bagi agregat kasar yang keras, padat dan tahan lasak menghasilkan

konkrit yang bermutu tinggi. Jenis batu yang lazimnya digunakan dalam

industri pembinaan tempatan ialah batu granit dan batu kapur kerana dua

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-4
jenis batu ini mudah didapat dan harganya murah. Bagi kebanyakan

projek pembinaan, agregat kasar yang digunakan adalah gred 20.

b. Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus merupakan pengisi (filler) berupa pasir. Ukurannya

bervariasi antara ukuran saringan no.4 sampai no. 100 (saringan standar

Amerika). Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik,

lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan

lain yang dapat merusak campuran beton.

Pasir yang baik harus keras, bersih, tajam, kasar dan tidak

mengandung bahan organik. Diameter pasir antara 0,063 – 5,00 mm.

Pasir yang baik bisa diperoleh dari sungai, kali dan pasir buatan.

Gradasi adalah distribusi partikel berdasarkan ukuran agregat

merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas perkerasan.

Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan

menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanan. Gradasi

agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set

saringan dimana saringan yang paling kasar di atas dan yang paling

halus diletakkan paling bawah, yang dimulai dari PAN dan diakhiri dengan

tutup.

Halus merupakan pengisi (filler) berupa pasir. Ukurannya bervariasi

antara ukuran saringan no.4 sampai no. 100 (saringan standar Amerika).

Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung,

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-5
partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan lain yang

dapat merusak campuran beton.

Kebanyakan agregat masih memerlukan adanya pencucian karena

terdapat lumpur dan zat-zat organik didalamnya. Sebagian besar pasir di

Indonesia masih banyak mengandung butir-butir halus, sehingga harus

dihilangkan dengan mengadakan pencucian yang juga sekaligus untuk

menghilangkan kotoran-kotoran lumpur, zat-zat organik dan penyaringan

di atas saringan 4,8 mm. Pasir yang baik harus keras, bersih, tajam, kasar

dan tidak mengandung bahan organik. Diameter pasir antara 0,063 – 5,00

mm. Pasir yang baik bisa diperoleh dari sungai, kali dan pasir buatan.

● Sifat agregat

Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat -

sifat ini harus kita ketahui dan pelajari agar dapat mengambil tindakan

yang positif dalam mengatasi masalah yang timbul.

a. Sifat mekanik

1. Gaya lekat (bond)

Bentuk dan tekstur permukaan agregat mempengaruhi kekuatan beton,

terutama untuk beton berkekuatan tinggi. Kekuatan lentur lebih

dipengaruhi oleh bentuk-bentuk tekstur agregat daripada kekuatan tekan.

Semakin kasar tekstur, semakin besar daya lekat antara partikel dengan

matrik semen. Biasanya pada agregat dengan daya lekat baik akan

banyak dijumpai partikel agregat yang pecah dalam beton yang diuji

sampai kapasitasnya.

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-6
2. Kekuatan

Kekuatan tekan agregat yang dibutuhkan pada beton umumnya lebih

tinggi daripada kekuatan tekan betonnya sendiri. Hal ini dikarenakan

tegangan sebenarnya yang bekerja pada titik kontak masing-masing

partikel agregat biasanya jauh lebih tinggi daripada tegangan tekan yang

bekerja pada beton.

3. Toughness

Toughness dapat didefinisikan sebagai daya tahan agregat terhadap

kehancuran akibat beban impak (impact).

4. Hardness

Hardness atau daya tahan terhadap keausan agregat, merupakan sifat

penting bagi beton yang digunakan untuk jalan atau permukaan lantai

yang harus memikul lalu lintas berat.

b. Sifat fisik

Sifat fisik agregat yang sifat agregat yang paling mudah terlihat dan

mereka juga memiliki efek paling langsung tentang bagaimana agregat

melakukan baik sebagai konstituen materi trotoar atau oleh dirinya

sebagai dasar atau bahan subbase.

1. Specific Gravity

yaitu perbandingan massa (atau berat di udara) dari suatu unit volume

bahan terhadap massa air dengan volume yang pada temperatur tertentu.

2. Apparent Specific Gravity

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-7
yaitu perbandingan massa agregat kering (yang dioven pada suhu 110oC

selama 24 jam) terhadap massa air dengan volume yang sama dengan

agregat tersebut.

3. Bulk Specific Gravity

yaitu perbandingan massa agregat SSD (Saturated and Surface Dry)

terhadap massa air dengan volume yang sama dengan agregat tersebut.

4. Bulk Density

yaitu massa aktual yang akan mengisi suatu penampang/wadah dengan

volume satuan. Parameter ini berguna untuk mengubah ukuran massa

menjadi ukuran volume.

5. Porositas dan Absorpsi

Porositas, permeabilitas, dan absorpsi agregat mempengaruhi daya lekat

antara agregat dan pasta semen, daya tahan beton terhadap pembekuan

dan pencairan, stabilitas kimia, daya tahan terhadap abrasi dan specific

gravity.

6. Berat isi

Berat agregat yang ditempatkan di dalam wadah 1 m3. Untuk beton

normal, berat isinya berkisar antara 1200-1760 kg.

Sifat kimiawi relatif sangat penting dalam bahan perkerasan.

Dalam campuran aspal hot mix, sifat kimia pada permukaan agregat dapat

menentukan seberapa baik bahan pengikat aspal semen akan mematuhi

permukaan agregat. Ketidakpatuhan, sering disebut sebagai pengupasan

, dapat menyebabkan kegagalan prematur struktural. Pada campuran

semen portland, agregat mengandung bentuk reaktif dari silika dapat

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-8
bereaksi dengan alkali ekspansif yang terkandung dalam pasta semen.

Perluasan ini dapat menyebabkan retak, permukaan keropos dan

spalling. Jika diperhatikan bahwa beberapa sifat kimia agregat dapat

berubah dari waktu ke waktu, terutama setelah agregat penghancur.

Sebuah agregat baru hancur mungkin menampilkan afinitas yang berbeda

untuk air dari agregat yang sama yang telah hancur dan ditinggalkan

dalam persediaan selama satu tahun.

Meskipun perpindahan dari aspal pada permukaan partikel agregat

dengan air (stripping) adalah sebuah fenomena kompleks dan belum

sepenuhnya dipahami, komposisi kimia agregat telah ditetapkan sebagai

faktor-faktor penting . Secara umum, beberapa agregat memiliki afinitas

untuk air di atas aspal (hidrofilik). Agregat ini cenderung asam dan

menderita dari pengupasan setelah terpapar air. Disisi lain, beberapa

agregat memiliki afinitas untuk aspal di atas air (hidrofobik). Agregat ini

cenderung dasar dan tidak menderita masalah pengupasan. Selain itu,

muatan permukaan suatu agregat ketika kontak dengan air akan

mempengaruhi adhesi untuk semen aspal dan kerentanan terhadap

kelembaban . Singkatnya, kimia permukaan agregat tampaknya menjadi

faktor penting dalam pengupasan. Namun, khusus hubungan sebab-

akibat masih sedang dibangun.

Pengambilan Dan Penyiapan Contoh Uji SNI ASTM C136:2012

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-9
Campuran agregat kasar dan agregat halus – banyaknya contoh uji

campuran agregat kasar dan agregat halus harus sama dengan

banyaknya contoh uji untuk agregat kasar pada butir 7.4.

Contoh uji agregat kasar berukuran besar - banyaknya contoh uji yang

diperlukan untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum 50 mm harus

sedemikian untuk mencegah pengurangan contoh uji, kecuali

menggunakan alat pemisah contoh dan alat pengguncang saringan

mekanis. Sebagai alternatif, apabila peralatan tersebut tidak

tersedia,daripada menggabungkan dan mencampurkan contoh uji tersebut

kemudian mengurangi contoh lapangan lebih baik melakukan analisis

saringan dengan jumlah yang kira-kira sama dengan keperluan contoh uji

sehingga total massanya sesuai dengan persyaratan dalam

Apabila jumlah material lebih halus dari saringan ukuran 0,075 mm

(No. 200) harus ditentukan sesuai dengan ASTM C 117, sebagai berikut:

● Untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum ≤ 12,5 mm (1/2 inch) atau

kurang,contoh uji yang sama dapat digunakan untuk pengujian

dengan ASTM C 117 dan metode ini. Pertama uji sesuai dengan

ASTM C 117 sampai pekerjaan pengeringan, lalu lakukan

penyaringan kering contoh uji

● Untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum > 12,5 mm (1/2

inchi), contoh uji tunggal boleh digunakan, seperti digunakan ASTM C

117.

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-10
● Apabila spesifikasi diperlukan untuk menentukan jumlah total material

lolos saringan ukuran 0,075 mm (No. 200) dengan pencucian dan

penyaringan kering.

Pengambilan contoh uji agregat dilakukan sesuai dengan ASTM D 75

(SNI 03-6889-2002). Banyaknya berat contoh dari lapangan harus sesuai

dengan yang disyaratkan dalam ASTM D 75 (SNI 03-6889-2002)

Cara uji SNI ASTM C136:2012

Keringkan contoh uji sampai massa tetap pada temperatur 110 ±

5oC (230 ± 9oF). Untuk keperluan kontrol, terutama bila hasil dibutuhkan

segera, umumnya contoh uji agregat kasar tidak perlu dikeringkan untuk

pengujian analisis saringan. Hasilnya akan sedikit dipengaruhi oleh kadar

air kecuali: (1) ukuran maksimum nominal lebih kecil dari 12,5 mm (1/2

inch); (2) agregat kasar mengandung material yang lebih halus dari 4,75

mm (No. 4); atau (3) agregat kasar memiliki peresapan yang tinggi

(contohnya agregat ringan). Tanpa mempengaruhi hasil, contoh uji boleh

dikeringkan pada temperatur lebih tinggi dengan penggunaan hot-plates

dengan syarat uap tidak terperangkap sehingga tidak menghasilkan

tekanan yang cukup untuk menghancurkan partikel dan temperatur tidak

terlalu tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan secara kimiawi pada

agregat.

Saringan dipilih berdasarkan bukaan yang sesuai dengan bahan

yang akan diuji untuk memberikan informasi yang diperlukan dalam

spesifikasi. Saringan-saringan tambahan dapat digunakan jika diperlukan

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-11
untuk memberikan informasi lain, seperti modulus kehalusan atau untuk

mengatur jumlah material dari suatu saringan tertentu. Saringan disusun

dengan urutan dari atas ke bawah, dengan saringan yang memiliki bukaan

lebih besar ditempatkan di bagian atas dan menempatkan contoh uji di

bagian atas saringan. Saringan diguncangkan dengan cara manual atau

menggunakan peralatan mekanis dengan waktu yang cukup, dengan cara

coba-coba atau mengukur contoh uji yang nyata, untuk memenuhi kriteria

kecukupan penyaringan

Jumlah contoh uji pada saringan dibatasi sehingga semua butiran

mempunyai kesempatan untuk mencapai bukaan saringan selama waktu

pelaksanaan penyaringan. Untuk saringan dengan bukaan saringan lebih

kecil dari 4,75 mm (No. 4), jumlah yang tertahan pada setiap saringan

pada akhir proses penyaringan tidak boleh melebihi 7 kg/m2 dari luas

permukaan saringan (lihat Catatan 5). Untuk saringan dengan bukaan

saringan ukuran 4,75 mm (No. 4) atau lebih besar, jumlah contoh uji yang

tertahan pada saringan dalam kg tidak melebihi dari 2,5 kali [bukaan

saringan, mm x (luas penyaringan efektif m2)] yang ditunjukkan pada

Tabel 2 untuk lima tipe ukuran bingkai saringan yang umum digunakan.

Jumlah material pada saringan dibatasi sehingga jumlah yang tertahan

tidak boleh menyebabkan perubahan permanen pada kain saringan.

Adanya material berlebih di atas setiap saringan harus dihindari

dengan cara mengikuti salah satu dari metode berikut ini:

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-12
● Satu saringan tambahan disisipkan dengan ukuran bukaan di antara

saringan yang berlebih dan saringan di atasnya, dalam susunan

saringan semula.

● Contoh uji dipisahkan menjadi dua bagian atau lebih, penyaringan

setiap bagian dilakukan secara terpisah. Jumlah dari beberapa bagian

yang tertahan pada satu saringan tertentu digabungkan sebelum

menghitung persentase contoh uji.

● Menggunakan saringan-saringan yang memiliki ukuran bingkai lebih

besar dan memiliki bidang penyaringan yang lebih besar.

● 7 kg/m2 setara dengan 200 g untuk saringan dengan diameter 203,2

mm (8 inci) (dengan permukaan efektif penyaringan berdiameter 190,5

mm (7,5 inci).

Lanjutkan penyaringan dengan waktu secukupnya sehingga

setelah selesai tidak lebih dari 1% massa total contoh uji yang tertahan

pada setiap saringan selama 1 menit dengan penyaringan manual secara

terus menerus yang dilakukan sebagai berikut: Pegang setiap saringan

yang telah dilengkapi pan dan penutup dengan posisi agak miring dengan

satu tangan. Ketuk sisi dari saringan dengan keras ke arah tangan yang

satunya dengan kecepatan sekitar 150 kali per menit, putar saringan

sekitar 1/6 putaran pada setiap interval sekitar 25 kali. Dalam menentukan

penyaringan yang memadai untuk ukuran saringan lebih besar dari 4,75

mm (No.4), batasi contoh uji pada saringan dalam satu lapisan partikel.

Jika ukuran susunan saringan penguji membuat gerakan penyaringan

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-13
tidak praktis, gunakan saringan dengan diameter 203 mm (8 inci) untuk

memverifikasi penyaringan yang memadai

Untuk campuran agregat kasar dan agregat halus, bagian contoh

uji yang lebih halus dari saringan 4,75 mm (No.4) dapat didistribusikan

menjadi dua atau lebih susunan saringan-saringan untuk mencegah

muatan berlebih pada setiap saringan.

Jika tidak menggunakan pengguncang saringan mekanis, untuk

partikel yang lebih besar dari 75 mm (3 inci) dapat dilakukan penyaringan

tangan, dengan menentukan bukaan saringan terkecil sampai setiap

partikel bisa lolos. Dimulai dengan menggunakan saringan paling kecil.

Memutar partikel-partikel, jika diperlukan, untuk menentukan apakah

partikel lolos melalui bukaan tertentu. Bagaimanapun, jangan memaksa

partikel-partikel untuk lolos melalui satu bukaan.

Jika contoh uji sebelumnya telah diuji dengan Metode Uji C 117,

tambahkan massa lolos saringan 75 µm (No. 200) sesuai dengan metode

tersebut kepada massa yang lolos saringan 75 µm (No. 200) dengan

penyaringan kering dari contoh uji yang sama pada metode ini.

Sifat–sifat Lainnya

Sifat-sifat lain yang perlu dimiliki oleh agregat adalah sebagai berikut.

1. Kandungan air

Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya dibagi atas:

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-14
a. Kering oven, yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam

campuran beton secara maksimal (dengan kapasitas penuh).

b. Kering udara, yaitu kondisi agregat yang kering permukaan, namun

mengandung sedikit air di rongga-rongganya. Agregat ini mampu

menyerap air di dalam campuran meskipun tidak dengan kapasitas

penuh.

c. Jenuh dengan permukaan kering, yaitu kondisi agregat yang

permukaannya kering, namun semua rongga-rongganya terisi air.

Agregat dengan kondisi ini tidak akan menyerap dan menyumbangkan

air ke dalam campuran.

d. Basah, yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan

pada permukaannya. Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan

air ke dalam campuran.

2. Bulking pada pasir

Efek lain dari adanya kelembaban pada pasir adalah bulking, yaitu

pertambahan volume pasir akibat adanya lapisan air yang mendorong

partikel pasir sehingga berada pada jarak yang lebih jauh. Bulking

mempengaruhi penawaran pasir berdasarkan volume (volume batching).

3. Unsoundness karena perubahan volume

Perubahan volume yang besar pada agregat dapat disebabkan karena

proses pembekuan dan pencairan, perubahan temperatur di bawah titik

beku, dan pergantian terus menerus dari pengeringan dan pembasahan.


Laboratorium Struktur dan Bahan Beton
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-15
Bila agregat unsound, perubahan kondisi fisik tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan beton, seperti scaling dan bahkan keretakan

permukaan yang ekstensif.

Gradasi adalah distribusi partikel berdasarkan ukuran agregat

merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas perkerasan.

Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan

menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanan. Gradasi

agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set

saringan dimana saringan yang  paling kasar di atas dan yang paling

halus diletakkan paling bawah, yang dimulai dari PAN dan diakhiri dengan

tutup.

Agregat harus tahan terhadap kerusakan dan disintegrasi dari

pelapukan (pembasahan / pengeringan dan pembekuan / pencairan) atau

mereka bisa pecah dan menyebabkan distres dini trotoar. Daya tahan dan

kesehatan adalah istilah biasanya diberikan kepada karakteristik resistansi

pelapukan agregat tersebut. Agregat yang digunakan dikeringkan dalam

proses produksi dan karenanya harus mengandung hampir tidak ada air.

Macam-macam gradasi agregat dapat dibedakan menjadi :

a. Gradasi semacam (Uniform Graded )

Adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama atau sejenis atau

mengandung butir halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat

mengisi rongga antar agregat.

Sifat-sifatnya :

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-16
▪ Kontak antar butir baik.

▪ Kecepatan bervariasi tergantung dari segregasi yang terjadi

▪ Stabilisasi dalam keadaan terbatas ( Confined )

b. Gradasi Rapat (Dense Graded )

Merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang

berimbang.

Sifat-sifatnya :

▪ Kontak antar butir baik.

▪ Seragam dan kepadatan tinggi.

▪ Stabilitas tinggi.

c. Gradasi timpang (Poorly Graded )

Merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi 2 kategori diatas.

Sifat-sifatnya :

▪ Kontak antar butir jelek.

▪ Seragam dan kepadatan jelek.

▪ Stabilitas sedang.

Analisa saringan dapat dilakukan dengan :

1. Analisa basah (AASHTO T 11  – 82), jika agregat yang akan ditapis

mengandung butir-butir halus dapat terdeteksi dengan baik.

2. Analisa kering (AASHTO T 27  –  82), jika agregat itu bersih, sedikit

sekali mengandung butiran halus.

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-17
1.2 Prosedur Pengujian

1.2.1 Maksud

Analisa gradasi ( pemeriksaan analisa saringan) agregat kasar

dan halus ini menguraikan langkah untuk menganalisis distribusi

ukuran butir agregat dengan alat ayakan untuk keperluan desain

beton.

1.2.2 Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-18
b. Satu set saringan agregat kasar : ¾”, ½”, 3/8”, No.4, No.8, No.16,

No.30, No.50, No.100, No.200 dan Pan

c. Satu set

saringan agregat halus: No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100,

No.200 dan Pan

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-19
d. Bejana

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-20
e. Kuas

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-21
f. Alat pembagi (Splitter)

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-22
1.2.3 Benda Uji

a. Agregat Kasar (batu pecah maks 20 mm)

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-23
b. Agregat Halus (pasir)

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-24
1.2.4 Prosedur Percobaan

1. Ambil contoh agregat (Kerikil dan Pasir) yang telah dibagi dengan

cara perempatan sesuai ukuran maksimum.

2. Timbang agregat sebanyak 2000.2 gram untuk kerikil dan 1500.2

gram untuk pasir, ambil dua contoh pada kondisi suhu kamar.

3. Susun saringan satu per satu mulai dari pan, saringan dengan

ukuran terkecil hingga ukuran maksimum.

4. Masukkan benda uji pada seringan teratas kemudian tutup.

Kemudian guncangkan saringan selama 15 menit.

5. Biarkan selama 5 menit agar debu – debu agregat mengendap

kembali, kemudian buka saringan, dan timbang agregat pada

masing-masing saringan.

6. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing – masing

saringan.

7. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapat

faktor kehalusan.

8. Hitung persen lolos dan buat grafik gradasi hubungan ukuran

saringan dengan persen lolos.

1.2.5 Perhitungan

Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing –

masing saringan terhadap berat total benda uji.

1.2.6 Pelaporan

Jumlah persentase yang lolos pada masing – masing saringan,


atau jumlah persentase yang tertahan pada masing – masing saringan
Laboratorium Struktur dan Bahan Beton
dalam bilangan bulat.
Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-25
1.3 Alur Bagan Pengujian Analisa Saringan

Agregat kasar dan Halus

Siapkan alat dan bahan

Material yang telah di siapkan, di bagi dalam 4 bagian pada

suatu wadah ( perempatan).

Ambil sampel yang mewakili dengan cara perempatan

sebanyak 2000.2 gram Batu Pecah ukuran maksimal 20

mm dan 1500.2 gram Pasir

Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran

saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan

diguncang selama 15 menit kemudian didiamkan selama 5

menit.

Timbang sampel yang tertahan pada tiap saringan dan

hitung persentase berat benda uji yang tertahan dan lolos

diatas masing-masing ayakan terhadap berat total benda

uji.
`

Analisa Data

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-26
1.4 Analisa Data

1.4.1 Persen Tertahan

Rumus :

Berat Kumulatif
% Tertahan = x 100%
Berat Awal

1. Batu Pecah

0.
3/4" = X 100 = 0 %
2000.2

1350.60
1/2" = X 100 = 67.52 %
2000.2

1898.70
3/8" = X 100 = 94.93 %
2000.2

1969.70
no.4 = X 100 = 98.48 %
2000.2

1972.40
no.8 = X 100 = 98.61 %
2000.2

1972.50
no.16 = X 100 = 98.62 %
2000.2

1973.20
no.30 = X 100 = 98.65 %
2000.2

1974.30
no.50 = X 100 = 98.71 %
2000.2

1974.40 =
no.100 = X 100 98.71 %
2000.2

1986.60
no.200 = X 100 = 99.32 %
2000.2

1989.40
pan = X 100 = 99.46 %
2000.2
Sampel I (Satu)

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-27
Sampel II (Dua)

0
3/4" = X 100 = 0 %
2000.2

1370.20
1/2" = X 100 = 68.50 %
2000.2

1764.50
3/8" = X 100 = 88.22 %
2000.2

1954.50
no.4 = X 100 = 97.72 %
2000.2

1970.60
no.8 = X 100 = 98.52 %
2000.2

1972.10
no.16 = X 100 = 98.60 %
2000.2

1973.30
no.30 = X 100 = 98.66 %
2000.2

1974.60
no.50 = X 100 = 98.72 %
2000.2

1976.40
no.100 = X 100 = 98.81 %
2000.2

1988.50
no.200 = X 100 = 99.42 %
2000.2

1999.30
pan = X 100 = 99.96 %
2000.2

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-28
2. Pasir

Sampel I (Satu)

0
3/4" = X 100 = 0 %
1500.2

0
1/2" = X 100 = 0 %
1500.2

0
3/8" = X 100 = 0 %
1500.2

0
no.4 = X 100 = 0 %
1500.2

45.70
no.8 = X 100 = 3.05 %
1500.2

200.60
no.16 = X 100 = 13.37 %
1500.2

457.80
no.30 = X 100 = 30.52 %
1500.2

920.30
no.50 = X 100 = 61.35 %
1500.2

1320.20
no.100 = X 100 = 88.00 %
1500.2

1481.10
no.200 = X 100 = 98.73 %
1500.2

1497.20
pan = X 100 = 99.80 %
1500.2

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-29
Sampel II (Dua)

0
3/4" = X 100 = 0 %
1500.2

0
1/2" = X 100 = 0 %
1500.2

0
3/8" = X 100 = 0 %
1500.2

0
no.4 = X 100 = 0 %
1500

96.20
no.8 = X 100 = 6.41 %
1500.2

285.50
no.16 = X 100 = 19.03 %
1500.2

1162.80
no.30 = X 100 = 77.51 %
1500.2

1318.20
no.50 = X 100 = 87.87 %
1500.2

1470.70
no.100 = X 100 = 98.03 %
1500.2

1482.80
no.200 = X 100 = 98.84 %
1500.2

1495.50
pan = X 100 = 99.69 %
1500.2

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-30
1.4.2 Persen Lolos

Rumus :
% Lolos = 100 - % Tertahan

1. Kerikil

Sampel I (Satu)

3/4 = 100 - 0 = 100.00 %


1/2 = 100 - 67.52 = 32.48 %
3/8 = 100 - 94.93 = 5.07 %
no.4 = 100 - 98.48 = 1.52 %
no.8 = 100 - 98.61 = 1.39 %
no.16 = 100 - 98.62 = 1.38 %
no.30 = 100 - 98.65 = 1.35 %
no.50 = 100 - 98.71 = 1.29 %
no.100 = 100 - 98.71 = 1.29 %
no.200 = 100 - 99.32 = 0.68 %
pan = 0 = 0 %

Sampel II (Dua)

3/4 = 100 - 0.00 = 100 %


1/2 = 100 - 68.50 = 31.50 %
3/8 = 100 - 88.22 = 11.78 %
no.4 = 100 - 97.72 = 2.28 %
no.8 = 100 - 98.52 = 1.48 %
no.16 = 100 - 98.60 = 1.40 %
no.30 = 100 - 98.66 = 1.34 %
no.50 = 100 - 98.72 = 1.28 %
no.100 = 100 - 98.81 = 1.19 %
no.200 = 100 - 99.42 = 0.58 %
pan = 0.00 = 0.00 %

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-31
2. Pasir

Sampel I (Satu)

3/4 = 100 - 0.00 = 100 %


1/2 = 100 - 0.00 = 100 %
3/8 = 100 - 0.00 = 100 %
no.4 = 100 - 0.00 = 100 %
no.8 = 100 - 3.05 = 96.95 %
no.16 = 100 - 13.37 = 86.63 %
no.30 = 100 - 30.52 = 69.48 %
no.50 = 100 - 61.35 = 38.65 %
no.100 = 100 - 88.00 = 12.00 %
no.200 = 100 - 98.73 = 1.27 %
pan = 0.00 = 0.00 %

Sampel II (Dua)

3/4 = 100 - 0 = 100 %


1/2 = 100 - 0 = 100 %
3/8 = 100 - 0 = 100 %
no.4 = 100 - 0 = 100 %
no.8 = 100 - 6.41 = 93.59 %
no.16 = 100 - 19.03 = 80.97 %
no.30 = 100 - 77.51 = 22.49 %
no.50 = 100 - 87.87 = 12.13 %
no.100 = 100 - 98.03 = 1.97 %
no.200 = 100 - 98.84 = 1.16 %
pan = 0 = 0 %

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-32
1.4.3 Rata-Rata Lolos

1. Kerikil

100 + 100
3/4" = = 100.00 %
2

32.48 + 31.50
1/2" = = 31.99 %
2

5.07 + 11.78
3/8" = = 8.43 %
2

1.52 + 2.28
no.4 = = 1.90 %
2

1.39 + 1.48
no.8 = = 1.43 %
2

1.38 + 1.40
no.16 = = 1.39 %
2

1.35 + 1.34
no.30 = = 1.35 %
2

1.29 + 1.28
no.50 = = 1.29 %
2

1.29 + 1.19
no.100 = = 1.24 %
2

0.68 + 0.58
no.200 = = 0.63 %
2

pan = 0 = 0 %

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-33
2. Pasir

100 + 100
3/4" = = 100.00 %
2

100 + 100
1/2" = = 100.00 %
2

100.00 + 100
3/8" = = 100.00 %
2

100.00 + 100.00
no.4 = = 100.00 %
2

96.95 + 93.59
no.8 = = 95.27 %
2

86.63 + 80.97
no.16 = = 83.80 %
2

69.48 + 22.48
no.30 = = 45.99 %
2

38.65 + 12.12
no.50 = = 25.39 %
2

11.99 + 1.95
no.100 = = 6.97 %
2

1.26 + 1.15
no.200 = = 1.20 %
2

0.00 + 0.00
pan = = 0.00 %
2

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-34
1.4.4 Combined Agregat

60.
39.5
3/4" = 5 x 100 + x 100 = 100
100 100

60.
31.9 39.5 58.8
1/2" = 5 x + x 100 =
9 5
100 100

60.
39.5 44.6
3/16" = 5 x 8.43 + x 100 =
0
100 100

60.
39.5 40.6
no.4 = 5 x 1.90 + x 100 =
5
100 100

60.
39.5 95.2 38.5
no.8 = 5 x 1.43 + x =
7 0
100 100

60.
39.5 83.8 33.9
no.16 = 5 x 1.39 + x =
0 4
100 100

60.
39.5 45.9 18.9
no.30 = 5 x 1.35 + x =
9 8
100 100

60.
39.5 25.3 10.8
no.50 = 5 x 1.29 + x =
9 1
100 100

60.
39.5
no.100 = 5 x 1.24 + x 6.98 = 3.51
100 100

60.
39.5
no.200 = 5 x 0.63 + x 1.22 = 0.86
100 100

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-35
1.5 Tabel Rekapitulasi

1.5.1 Agregat Kasar

Material : Batu Pecah Kelompok : XIV (Empat Belas)

Tanggal : 21 Desember 2021 Asisten : Valentino, ST

Total : 2000.2 Total : 2000.2 Rata-rata SNI


Saringan Sampel 1 Sampel 2 % 2847
No Kumulatif % % Kumulatif % thn
% Lolos Lolos
Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Tertahan 2013
3/4'' 0.0 0 100 0 0 100 100 90-100
1/2'' 1350.60 67.52 32.48 1370.20 68.50 31.50 31.99 20-55
3/8'' 1898.70 94.93 5.07 1764.50 88.22 11.78 8.43 0-15
No. 4 1969.70 98.48 1.52 1954.50 97.72 2.28 1.90 0-5
No. 8 1972.40 98.61 1.39 1970.60 98.52 1.48 1.43 -
No. 16 1972.50 98.62 1.38 1972.10 98.60 1.40 1.39 -
No. 30 1973.20 98.65 1.35 1973.30 98.66 1.34 1.35 -
No. 50 1974.30 98.71 1.29 1974.60 98.72 1.28 1.29 -
No. 100 1974.40 98.71 1.29 1976.40 98.81 1.19 1.24 -
No. 200 1986.60 99.32 0.68 1988.50 99.42 0.58 0.63 -
Pan 1989.40 99.46 0.54 1999.30 99.96 0.04 0.29 -

Tabel dan Grafik Pada Analisa Saringan Kasa


#. 16 # 8 #4 3/8" 1/2" " 3/4"
100

90

80

70
Persen Lolos (%)

60

50

40

30

20

10
Laboratorium Struktur dan Bahan Beton
Jurusan0 Sipil
1
Fakultas Teknik 10
Universitas Bosowa Makassar I-36
Gradasi (mm)
1.5.2 Agregat Halus

Material : Batu Pecah Kelompok : XIV (Empat Belas)

Tanggal : 21 Desember 2021 Asisten : Valentino, ST

Total : 1500.2 Total : 1500.2 Rata-rata SNI


Saringan Sampel 1 Sampel 2 % 2834
No Kumulatif % % Kumulatif % tahun
% Lolos Lolos
Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Tertahan 2000
3/4'' 0 0 100 0 0 100 100 -
1/2'' 0 0 100 0 0 100 100 -
3/8'' 0 0 100 0 0 100 100 -
No. 4 0 0 100 0.00 0 100 100 90-100
No. 8 45.70 3.05 96.95 96.20 6.41 93.59 95.27 75-100
No. 16' 200.60 13.37 86.63 285.50 19.03 80.97 83.80 55-90
No. 30 457.80 30.52 69.48 1162.80 77.51 22.49 45.99 35-59
No. 50 920.30 61.35 38.65 1318.20 87.87 12.13 25.39 8-30
No. 100 1320.20 88.00 12.00 1470.70 98.03 1.97 6.98 0-10
No. 200 1481.10 98.73 1.27 1482.80 98.84 1.16 1.22 -
Pan 1497.20 99.80 0.20 1495.50 99.69 0.31 0.26 -

# 200 # 100 # 50 # 30 # 16 # 8 # 4 3/8" 1/2" 3/4"


100

90

80

70
Persen Lolos (%)

60

50

40

30

20

10

0
0.01 0.1 1 10 100
Gradasi (mm)

Tabel dan Grafik Pada Analisa Saringan Halus

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-37
Catatan :

Pada kolom Spesifikasi SNI ASTM C136-2012 yang terdapat di Tabel

Analisa Saringan Agregat Halus terdapat 4 zona yang terdapat pada

Agregat Halus. Ke 4 zona tersebut terdiri dari :

⮚ Zona 1 : Kasar

⮚ Zona 2 : Sedang

⮚ Zona 3 : Halus

⮚ Zona 4 : Filler

Dan setelah mengamati agregat halus yang digunakan kelompok 2 pada

pengujian Analisa Saringan Agregat Halus maka kami simpulkan bahwa

agregat halus dari kelompok kami masuk kedalam kategori Zona 2 yaitu

SEDANG

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-38
1.5.3 Combined Agregat

Material : Batu Pecah & Pasir Kelompok : XIV (Empat Belas)

Tanggal : 21 Desember 2021 Asisten : Valentino, ST

AGGREGATE GRADING COMBINED AGGREGATE GRADING


ASTM SIEVE
( AVARAGE ) BETON ( Maksimum Nominal 20 mm ) ASTM C-33
SIZE
a b c d I II III IV V VI VII VII IX
3/4 100.00 100 100 95-100
1/2 31.99 100 58.9 -
3/8 8.43 100 44.6 -
No. 4 1.90 100 40.7 35-55
No.8 1.43 95 38.5 -
No.16 1.39 84 33.9 -
No. 30 1.35 46 19 10-35
N0.50 1.29 25 10.8 -
No. 100 1.24 7 3.51 0-8
No. 200 0.63 1 0.86 -

AGGREGATE a. BP maks 20 mm 60.5


BLENDING RATIO b. Pasir 39.5

100
90
80
70
60
Passing ( % )

50
40
30
20
10
0
0.01 0.1 1 10 100
Sieve Size (mm)
Spesifikasi 1 Spesifikasi 2 Hasil Combine

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-39
Tabel dan Grafik Pada Gradasi Penggabungan Agregat (Combined)
dengan metode Grafik

Catatan:

Metode yang digunakan pada tabel gradasi penggabungan aggregat

(combined) yaitu metode grafik. Pada metode grafik presentasi aggregat

halus terhadap aggregat keseluruhan terdapat 2 grafik yaitu untuk ukuran

butir maksimum 10 mm dan 20 mm, maka grafik yang digunakan ialah

ukuran butir maksimum 20 mm selanjutnya terdapat 4 bentuk grafik yang

tersedia pada ukuran butir maksimum 20 mm pilihlah 1 grafik diantara 4

grafik yang tersedia namun terlebih dahulu lihatlah nilai slump dari

rancangan campuran beton yang kelompok anda rancang sebelumnya,

dari nilai slump rancangan campuran beton ialah 10 ± 2 cm, maka grafik

yang

digunakan ialah Slump 60 – 180 mm.

44

35

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-40
Setelah itu lihatlah nilai kuat tekan rata – rata (f’cr) yang dirancang, .Nilai

f’cr yang digunakan ialah 0,41 serta zona gradasi yang digunakan pada

agregat halus yaitu zona 2 (SEDANG). Setelah itu tariklah garis dari 0.41

sampai batas gradasi zona 2 kemudian tariklah kembali garis kesamping

grafik dan didapatlah nilai batas atas dan batas bawah dari batas gradasi

zona 2, selanjutnya untuk mendapatkan rasio komposisi aggregat halus

maka hitunglah :

Nilai Batas Atas Zona 2 + Nilai Batas Bawah Zona 2


=
2
= 44 + 35
2
= 39.5

Sehingga diperoleh nilai komposisi untuk agregat halus ialah 39.5 %.

Untuk mendapatkan rasio komposisi agregat kasar, maka hitunglah

dengan cara :

= 100% - nilai komposisi aggregate halus

= 100% - 39.5%

= 60.5%

Sehingga diperoleh nilai komposisi untuk agregat kasar yaitu 60.5 %. Jadi

pada metode grafik, rasio komposisi aggregat (% Terhadap Total

Aggregat) ialah Agregat Halus = 39.5 % dan Agregat Kasar = 60.5 %

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-41
1.6 Dokumentasi

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-22
Mengeringkan benda uji

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-22
Menyaring dan menimbang benda uji

Mengguncangkan analisa saringan yang berisi benda uji

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-22
Menimbang agregat yang telah disaring

Laboratorium Struktur dan Bahan Beton


Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar I-22

Anda mungkin juga menyukai