Batu Split 0 - 5 mm
2. Batu Split Ukuran 5 - 10 mm (mili meter) atau disebut juga dengan batu split
ukuran 3/8 cm (centi meter). Material batu split jenis ini banyak digunakan
untuk campuran dalam proses pengaspalan jalan. Batu split jenis ukuran ini
akan dicampur dengan aspal menjadi Aspal Mixed Plant atau secara umum
disebut dengan aspal hot mixed.
Batu Split 5 - 10 mm
3. Batu Split Ukuran 10 - 20 mm (mili meter). Material batu split jenis ini
banyak digunakan untuk bahan pengecoran segala macam konstruksi, mulai
dari konstuksi ringan sampai konstruksi berat. Bangunan-bangunan yang
menggunakan beton cor dari bahan batu split ukuran ini antara lain Jalan Tol,
Gedung bertingkat, Landasan Pesawat Udara, Bantalan Kereta Api, Pelabuhan
dan Dermaga, Tiang Pancang dan Jembatan dan sebagainya.
Batu Split 10 – 20 mm
4. Batu Split Ukuran 20 - 30 mm (mili meter). Material batu split jenis ini
banyak digunakan untuk bahan pengecoran lantai dan pengecoran atau
pembetonan horizontal yang lain.
Batu Split 20 – 30 mm
5. Batu Split Ukuran 30 – 50 - 70 mm (mili meter). Material batu split jenis ini
biasanya digunakan untuk dasar badan jalan sebelum menggunakan material
yang lain, penyangga bantalan kereta api, penutup atau pemberat pipa didasar
laut, beton cor pemecah ombak dan lain-lain.
Batu Split 30 – 50 – 70 mm (Batu Pondasi)
6. Batu Split Jenis Agregat A. Matreal batu split ini termasuk dalam jenis sirtu.
Batu split jenis Agregat A ini merupakan campuran antara beberapa jenis
ukuran baru split. Bahan campurannya terdiri dari abu batu, pasir, batu split
ukuran 10-20 mm, batu split ukuran 20-30 mm dan batu split ukuran 30-50
mm. Pencampuran bahan ini tidak ada pedoman komposisi yang pasti atau
baku dari masing-masing bahan. Komposisi disesuaikan dengan jenis
penggunaannya. Batu split jenis Agregat A ini pada umumnya digunakan
sebagai bahan pengecoran dinding, pembuatan dinding dan campuran bahan
beton cor.
7. Batu Split Jenis Agregat B. Matreal batu split ini termasuk dalam jenis sirtu.
Batu split jenis Agregat B ini merupakan campuran antara beberapa jenis
ukuran baru split. Bahan campurannya terdiri dari tanah, abu batu, pasir, batu
split ukuran 10-20 mm, batu split ukuran 20-30 mm dan batu split ukuran 30-
50 mm. Bahan Tanah merupakan pembeda komposisi dengan batu split jenis
Agregat A. Pencampuran bahan ini tidak ada pedoman komposisi yang pasti
atau baku dari masing-masing bahan. Komposisi disesuaikan dengan jenis
penggunaannya. Batu split jenis Agregat B ini pada umumnya digunakan
untuk bahan timbunan awal pengerasan jalan dengan tujuan untuk meratakan
dan mengikat lapisan batu split yang digelar pada lapisan di atasnya.
8. Batu Split Jenis Agregat C. Campuran matreal batu split ini sering disebut
batu asalan. Batu split jenis Agregat C ini merupakan campuran antara
beberapa jenis ukuran baru split. Bahan campurannya terdiri dari tanah, abu
batu, pasir, batu split apa saja dan dengan komposisi yang tidak beraturan.
Batu split jenis Agregat C ini pada umumnya digunakan untuk bahan
timbunan untuk pengurukan lahan, reklamasi dan lain-lain.
9. Batu Gajah. Batu jenis inisering disebut dengan boulder elephant stone. Batu
gajah merupakan salah satu jenis batu split yang mempunyai ikuran paling
besar dibandingkan dengan jenis batu split yang lain. Batu gajah berfungsi
untuk menimbun lahan atau lokasi yang berdekatan dengan pantai. Batu gajah
ini biasanya digunakan untuk membuat bahan beton pemecah ombak, bahan
reklamasi pantai, bahan untuk membuat dermaga kecil atau yang paling umum
digunakan untuk bahan pondasi bangunan.
Menurut ukurannya, batu beton jenis spilt atau kricak dapat dibedakan atas:
a. Ukuran butir : 5 - 1 0 mm disebut spilt atau kricak halus,
b. Ukuran butir : 10 - 20 mm disebut spilt atau kricak sedang,
c. Ukuran butir : 20 - 40 mm disebut spilt atau kricak kasar,
d. Ukuran butir : 40 - 70 mm disebut spilt atau kricak kasar sekali.
B. Bentuk Agregat
Agregat alam maupun batu pecah dapat mempunyai berbagai bentuk
butiran, ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat yang
berbentuk :
1. Bulat (Rounded)
Agregat bulat ( dari sungai atau pantai) mempunyai rongga udara
minimum 33%, hal ini berarti mempunyai rasio luas permukaan yang kecil,
sehingga hanya memerlukan pasta semen yang sedikit untuk menghasilkan
beton, namun ikatan antara butir – butirnya kurang kuat sehingga lekatannya
lemah. Oleh karena itu, agregat seperti ini tidak cocok untuk beton mutu
tinggi. Agregat bulat sebagain mempunyai rongga udara lebih besar yaitu
berkisar antara 35% sampai 48%. Dengan demikian membutuhkan lebih
banyak pasta semen untuk mendapatakan beton segar. Ikatan antara butir –
butir lebih baik dari agregat bulat, namun belum cukup untuk dibuat beton
mutu tinggi
2. Bersudut
Agregat bersudut mempunyai rongga berkisar antara 38% sampai 40%.
Ikatan antara butir – butirnya sehingga membentuk daya lekat yang baik.
Campuran yang menggunakan agregat jenis ini memerlukan pasta semen
yang lebih banyak untuk membuat adukan beton yang baik. Agregat jenis ini
baik untuk membuat beton mutu tinggi.
3. Pipih (Flacky)
Partikel agregat berbentuk pipih juga merupakan hasil dari mesin pemecah
batu ataupun memang merupakan sifat dari agregat tersebut yang jika
dipecahkan cenderung berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu agregat yang
lebih tipis dari 0,6 kali diameter rata-rata. Agregat berbentuk pipih mudah
pecah pada waktu pencampuran dan pemadatan.
Agregat pipih ialah agregat yang ukuran terkecil butirannya ukuran dari
3/5 ukuran rata –ratanya, ukuran rata – rata agregat ialah rata ukuran ayakan
yang meloloskan dan yang menahan butiran agregat. Jadi, agregat
mempunyai ukuran rata – rata 15 mm jika lolos pada lubang ayakan 20 mm
dan tertahan pada lubang ayakan 10 mm. agregat yang dinamakan pipih jika
ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 3/5 x 15 mm = 9 mm.
4. Lonjong (Elongated)
Partikel agregat berbentuk lonjong dapat ditemui di sungai atau bekas
endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong jika kuran terpanjangnya > 1,8
kali diameter rata-rata. Sifat interlockingnya hampir sama dengan bentuk
bulat.
Butiran agregat disebut memanjang bila ukuran terbesar (yang paling
panjang) lebih dari 9/5 dari ukuran rata – rata. Jadi, ukuran terbesar butrinya
lebih dari 27 mm. Kepanjangan butir agregat berpengaruh jelek terhadap daya
tahan/keawetan beton, karena agregat ini cenderung berkedudukan pada
bidang rata air (horizontal), sehingga terdapat rongga udara di bawahnya.
Pada umumnya butiran agregat yang pipih/panjang tidak boleh lebih dari
15%.
CONTOH BENTUK KERIKIL