POKOK BAHASAN V
AGREGAT
5.1 Pendahuluan
Agregat merupakan campuran dari pasir, gravel, batu pecah, slag
atau material lain dari bahan mineral alami atau buatan. Agregat
merupakan bagian terbesar dari campuran aspal. Material agregat yang
digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan utamanya untuk menahan
beban lalu lintas. Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih
diolah lagi dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga
didapatkan ukuran sebagaimana dikehendaki dalam campuran. Agar
dapat digunakan sebagai campuran aspal, agregat harus lolos dari
berbagai uji yang telah ditetapkan.
5.1.2 Relevansi
Agregat merupakan material yang terbanyak digunakan dalam
pekerjaan konstruksi jalan. Dapat memilih agregat yang baik untuk
bahan konstruksi berarti mengerti akan cara menguji dan mengerti akan
hasil uji agregat. Agregat juga merupakan bahan yang berbutir dengan
ukuran yang bermacam-macam, untuk itu diperlukan ketrampilan untuk
mencampurnya sehingga didapat gradasi yang sesuai dengan yang
disyaratkan oleh spesifikasi. Dengan mengerti proses memilih, menguji
69
5.2 Penyajian
Asal Agregat
Asal agregat dapat digolongkan dalam 3 kategori:
1. Agregat dari batuan beku (volcanic rock): agregat ini terjadi akibat
pendinginan dan pembekuan dari bahan-bahan yang meleleh akibat
panas (magma bumi). Agregat ini digolongkan dalam 2 jenis pokok:
a. Agregat dari batuan ekstrusif: terjadinya akibat dilempar ke udara dan
mendingin secara cepat. Jenis pokoknya: pyolite, andesite dan basalt.
Sifat utamanya: berbutir halus, keras dan cenderung rapuh.
b. Agregat dari batuan intrusif: terjadinya akibat batuan yang mendingin
secara lambat dan diperoleh sebagai singkapan. Jenis pokoknya: granit,
diorit dan gabro. Sifat utamanya: berbutir kasar, keras dan kaku.
kimiawi. Produk proses degradasi ini kemudian diangkut oleh angin, air
atau es (gletser yang bergerak) dan diendapkan disuatu lahan.
2. Kebersihan
3. Kekerasan/keausan
4. Tekstur dari partikel
5. Bentuk butiran agregat
6. Penyerapan (absorption)
7. Daya lekat untuk aspal
Gambar 5.1 Kurva gradasi campuran agregat untuk aspal beton surface
course
Mencampur Agregat
Mencampur agregat (aggregat blending) adalah untuk mendapatkan
gradasi agregat yang sesuai dengan gradasi yang ditentukan dalam
spesifikasi. Sedangkan spesifikasi gradasi agregat dibuat dengan tujuan:
1. Untuk menkontrol material konstruksi sehubungan dengan kualitas
perkerasan yang diinginkan.
2. Untuk menemukan penggunaan yang optimum terhadap material
setempat yang tersedia.
3. Untuk mengurangi biaya dengan melalui standarisasi biaya.
Gradasi agregat dinyatakan sebagai:
a. Persen total lolos
b. Persen total tertahan, dan
c. Persen lolos-tertahan.
Persen total lolos adalah yang umum digunakan.
Untuk Indonesia maka spesifikasi gradasi ditentukan oleh: Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
Di Amerika Serikat maka AASHTO dan ASTM, mempunyai gradasi yang
dibentuk tersendiri dan di Inggris oleh BS (British Standard). Agregat
disamping digolongkan sesuai ukurannya masing-masing, maka ada
penggolongan agregat berdasarkan tema untuk tujuan campuran
agregat-aspal, yakni:
a. Agregat kasar adalah fraksi material yang tertahan saringan No. 8
(2.36 mm).
b. Agregat halus adalah fraksi material yang lolos saringan No. 8 (2.36
mm) dan tertahan saringan No. 200 (0.075 mm).
c. Bahan pengisi (filler) adalah fraksi material yang lolos saringan No.
200 (0.075 mm).
79
P = Aa + Bb + Cc + dan seterusnya
Dimana:
P = persentase material yang lolos suatu saringan untuk agregat
terkombinasi A, B, C dan seterusnya.
A, B, C dan seterusnya = persentase dari material yang lolos suatu
saringan untuk agregat A, B, C dan seterusnya.
a, b, c dan seterusnya = proporsi dari agregat A, B, C dan seterusnya
yang terpakai dalam kombinasi dan total = 1.
Terlihat bahwa untuk saringan No. 200 pada Tabel 5.4 diatas hasilnya
masih terlalu rendah. Untuk itu kita naikkan untuk % agregat B nya
menjadi 52 %. Hasil akhir bisa kita lihat pada tabel 5.5 dibawah.
Tabel 5.7 Gradasi gabungan agregat kasar, halus, filler dan spesifikasi
Ukuran Persen Lolos
Saringan 57% AK* 39% AH** 4%F*** Gabungan Spesifikasi
¾ in 57 39 4 100 100
½ in 48.4 39 4 91.4 80 - 100
3/8 in 33.1 3.9 4 76.1 70 - 90
No. 4 16.5 3.9 4 59.5 50 – 70
No. 8 1.4 37.1 4 42.5 35 – 50
No. 30 0.3 18.3 4 22.6 18 - 29
No. 100 0.2 9 3.8 13 8 – 16
No. 200 0.1 3.4 3.8 6.5 4 - 10
* AK = Agregat Kasar
** AH = Agregat Halus
*** F = Filler
Contoh 4: Tabel 5.8 dibawah merupakan bahan agregat yang terdiri dari
agregat kasar, sedang dan halus. Ketiga bahan tersebut mempunyai
pembagian butir yang ”overlapping”. Untuk penggabungan ketiga butiran
agregat tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi yang ditentukan maka
lebih mudah dilakukan secara grafis.
86
Tabel 5.9 Hasil akhir gabungan agregat kasar, sedang dan halus
Ukuran Persen Lolos
Saringan 8% Ksr 55% Sdg 37% Hls Total Spesifikasi
¾ in 8 55 37 100 100
½ in 5.9 55 37 97.9 80 – 100
3/8 in 1 49.5 37 87.5 70 – 90
No. 4 0.2 28.6 37 65.8 55 – 75
No. 8 0.2 9.9 36.3 46.4 40 – 55
No. 30 0.2 2.2 20.4 22.8 20 – 30
No. 100 0.1 1.8 11.1 13.1 10 – 18
No. 200 0.1 1.1 5.6 6.8 4 – 10
88
Contoh 5: Gradasi agregat kasar, sedang dan halus terlihat seperti pada
Tabel 5.10 dibawah. Diminta untuk mencampur ketiga macam agregat
tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diminta.
Untuk contoh 5 ini kita coba cara grafis lain yaitu dengan membuat
grafik gradasi ketiga macam agregat tersebut. Cara membuat grafik
gradasinya sebagai berikut:
1. Buat persegi panjang ABCD dengan perbandingan sisi pendek
dengan sisi panjang 1: 2. Jadi AD : AB = 1 : 2. lihat Gambar 5.5.
2. Pada sisi panjang tentukan nomor (ukuran) saringan dan beri garis
tegak pada nomor saringan tersebut.
3. Gambar pembagian butir (gradasi) dari masing-masing agregat.
4. Tariklah garis tegak lurus yang memotong grafik gradasi tersebut
pada panjang bagian yang sama. Garis tegak 1, memotong bagian yang
sama antara grafik gradasi halus dan sedang. Garis tegak 2, memotong
bagian yang sama antara grafik gradasi sedang dan kasar.
5. Hasil pembagian tersebut diatas adalah sebagai berikut:
agregat kasar = 21%
agregat sedang = 37%
agregat halus = 42%
6. Hasil gabungannya bisa dilihat pada Tabel 5.11
90
Gambar 5.5 Hasil grafis pencampuran agregat kasar, sedang dan halus
91
Tabel 5.11 Hasil akhir gabungan agregat kasar, sedang dan halus
Ukuran Persen Lolos
Saringan 21% Ksr 37% Sdg 42% Hls Total Spesifikasi
¾ in 21 37 42 100 100
½ in 15.5 37 42 94.5 80 – 100
3/8 in 2.5 33 42 77.5 70 – 90
No. 4 0.6 19 42 61.5 55 – 75
No. 8 0.5 6.6 41 48.1 40 – 55
No. 30 0.4 1.5 23 24.9 20 – 30
No. 100 0.2 1.1 12.6 14.1 10 – 18
No. 200 0.3 0.7 6.3 7.3 4 – 10
Ws
Apparent specific gravity = Gsa =
(Vs + Vip ) × γw
Ws
Bulk specific gravity = Gsb =
(Vs + Vip + Vpp ) × γw
Ws
Effective specific gravity = Gse =
(Vs + Vip + Vpp − Vap ) × γw
Dimana:
Ws = berat agregat kering oven
γw = berat jenis air, 1 gr/ml
Jika:
A = Berat agregat kering oven, gram
V = Volume dalam tabung, ml
W = berat atau volume air yang ditambahkan pada tabung yang berisi
agregat.
Maka:
A
Apparent specific gravity, Gsa =
(V − W ) − (500 − A)
A
Bulk specific gravity, Gsb =
V −W
Gsa + Gsb
Effective specific gravity, Gse =
2
(500 − A) × 100
Penyerapan =
A
Hal penting yang perlu diingat adalah: Volume x Specific Gravity = Berat
Sekarang yang kedua kita bahas adalah agregat untuk lapisan sub-
base. Perlu diketahui apabila CBR subgrade nilainya lebih besar dari
25% maka lapisan ini tidak ada. Di Bab I telah dijelaskan bahwa material
untuk sub-base harus mempunyai CBR ≥ 20% dan PI ≤ 10%. Bina
Marga menetapkan gradasi untuk lapisan sub-nase kelas A sebagai
berikut: Agregat untuk sub-base kelas A harus dihasilkan dari
pemecahan batu blondos atau gunung batu dan memenuhi yarat
AASHTO M – 147.Gradasinya sebagai berikut:
5.2.2 Latihan
1. Apakah agregat itu?
2. Sebutkan asal agregat?
3. Bagaimana cara mengevaluasi mutu agregat?
4. Apa tujuan kita dalam mencampur agregat?
5. Tunjukkan bagaimana mencari specific gravity agregat kasar?
6. Tunjukkan bagaimana mencari specific gravity agregat halus?
7. Bagaimana menggolongkan agregat kasar, halus dan filler?
8. Apa syarat agregat untuk lapisan base?
9. Apa syarat agregat untuk lapisan sub-base?
10. Mengapa jumlah butiran yang lolos saringan No. 200 pada gradasi
dibatasi?
5.3 Penutup
5.3.4 Rangkuman
Agregat merupakan salah satu material untuk konstruksi jalan.
Kebutuhan akan agregat untuk konstruksi sangat banyak, untuk
campuran aspal 90% - 95% terhadap berat campuran atau 70% - 85%
terhadap volume campuran. Kebutuhan untuk lapisan base dan sub-
base adalah 100% dari agregat. Asal agregat dari batuan beku, endapan
dan methamorphik, juga dikenal adanya agregat sintetik (buatan).
Evaluasi terhadap agregat agar memenuhi persyaratan konstruksi
adalah: ukuran dan gradasi, kebersihan, kekerasan, tekstur partikel,
tekstur permukaan, daya serap dan daya lekat terhadap aspal.
Untuk memenuhi spesifikasi maka agregat harus dicampur, karena
gradasi agregat satu dengan lainnya berbeda. Pencampuran agregat
dapat dikerjakan secara analitis maupun grafis. Untuk bahan
perhitungan campuran maka perlu diketahui ”specific gravity” (berat
jenis) dari agregat. Ada 3 macam specific gravity agregat yaitu:
apparent, bulk dan effective. Untuk lapisan base dan sub-base maka
diperlukan grading dan sifat teknis agregat tertentu agar memenuhi
persyaratan. Pada grading (gradasi) maka untuk partikel yang lolos
saringan No. 200 perlu pengaturan yang ketat. Hal tersebut untuk
mendapatkan kestabilan dan kekuatan. Sedangkan pada campuran
aspal partikel yang lolos saringan No. 200 akan banyak menyerap aspal.
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO, (1990), Standard Specifications For Transportation
Materials And Methods Of Sampling And Testing, Part II Tests, 15th
edition, AASHTO Publication, Washington.
SENARAI
Absorption
Aggregate blending
Andesite
Apparent Specific Gravity
Artificial aggregates
Basalt
Base
Bedrocks
Blast Furnace Slag
Blasting
British Standard
Bulk specific gravity
Coarse aggregate
Coarse graded
Clay
Cohesive
Coldbin
Density-voids relationship
Diorit
103