Pekerjaan Beton
dalam
pengawasan
pekerjaan
konstruksi
Sistematika Penyajian
• Pendahuluan
• Pengujian Beton Segar dan Beton
Keras
• Evaluasi Mutu Beton Menurut
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018
• Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI
6880 : 2016 Spesifikasi Beton
Struktural
• Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6815
: 2002 Tata Cara Mengevaluasi Hasil
Pendahuluan
Tujuan
• Untuk menentukan terpenuhinya
spesifikasi kekuatan dan mengukur
variabilitas beton.
• Beton adalah suatu massa yang keras
terdiri dan bahan-bahan yang heterogen.
Penyebab variasi kekuatan
beton
• karakteristik dan setiap bahan penyusun
dalam beton
• pelaksanaan dalam penentuan proporsi
campuran, pelaksanaan pencampuran,
pengangkutan, penuanangan dan
pemeliharaan beton.
• fabrikasi, pengujian, dan perlakuan pada
benda-benda uji
Bagaimana menyikapi
• Variasi dalam kekuatan beton dapat
diterima, namun, beton yang berkualitas
cukup dapat dihasilkan jika dilakukan
kontrol yang baik, hasil uji
diinterprestasikan dengan akurat dan
mempertimbangkan batasan-batasan
yang ada.
Pengujian Beton Segar dan
Beton Keras
Sampling
SNI 03 2458 2008
ASTM C 172 (AASHTO T 141)
Sampling Freshly
Mixed Concrete
Requirements:
• Sample size ≥ 28 L (1 ft3)
• Less than 15 min between
first and last portion of
sample
• Sample should not be
taken from first or last
portion of batch discharge
Pembuatan Benda Uji
• SNI 4810 : 2013
• Field-molded specimen
ASTM C 31 (AASHTO T 23)
• SNI 2493 : 2011
• Laboratory molded specimen
ASTM C 192
(AASHTO T 126)
Time Limit:
Start molding
≤ 15 min after
sampling
Ukuran Benda Uji
Cylinders :
• Max. aggregate size of 50 mm (2 in.):
– 150 × 300 mm (6 x 12 in.)—Stand. Cyl.
• Max. Aggregate size > 50 mm (2 in.):
– Diameter = 3 x max. aggr. / Height = 2 x diameter
• High-Strength Concrete:
– 100 x 200 mm (4 x 8 in.)
Flexural Beams
• Max. aggregate size of 50 mm (2 in.):
– 150 × 150 mm (6 x 6 in.)—Stand. Beam
– Length: ≥ 500 mm (20 in.)
• Max. Aggregate size > 50 mm (2 in.):
– Cross sect. = 3 x max. aggr. / Length = 3 x depth + 50 mm (20 in.)
SNI 1972 : 2008
AASHTO T119
Slump of Hydraulic Cement Concrete
• Scope
– This test covers determination of slump of
fresh concrete, both in the laboratory and in
the field
Workability - definisi
SNI 1972 / AASHTO T119 –
Workability (slump)
SNI 1972 / AASHTO T119 –
Workability (slump)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi slump
Uniformity
Uniformity
SNI 1973:2008
AASHTO T121 Mass per Cubic Feet, Yield, and Air
Content of Concrete
Temperature
Strength development
SNI 1974:2011 / AASHTO T-22
Kuat tekan (compressive strength)
Testing Compressive Strength
Load × Length
MR =
Width × Depth 2
Compressive Vs. Flexural
Strength
PENGUJIAN BETON di
LAPANGAN
26
• Pengujian Keseragaman Mutu Beton (Schmidt Hammer)
SNI ASTM C805 :2012
• Pengujian dengan Pundit (Ultrasonic Pulse Velocity) SNI
ASTM C 597:2012
• Pengujian Mutu Beton (Windsore Probe) SNI ASTM C
803:2012
• Pengambilan Serbuk Sampel Beton untuk Uji
Kandungan Klorida
• Pengujian Karbonasi pada Beton (Larutan
Phenolpthaline 5 %) ASTM C876
• Pengujian Tahanan (Resistivity) pada beton ASTM C1760
• Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran (Core Drill)
SNI 2492 : 2018, SNI 03 6898 2002, SNI 03 3403 1994
27
Schmidt Hammer
1
Initial position Mass
(at Rest) Pawl
2
Preparation
phase
Compression spring
Impact spring
Loading 3
phase
7 13 11
R
Impact
Rebound
Correlation Between Rebound R & f‘c
F‘c (MPa)
30
PERSIAPAN BIDANG UKUR
Tentukan lokasi titik pengujian dengan tebal struktur minimum 100
mm dan menyatu dengan struktur
Pilihlah terutama pada bagian sisi permukaan vertikal dari struktur
beton yang diperiksa (arah tumbukan horizontal), untuk
mempermudah pengujian dan analisa
Hindari bekas-bekas sambungan atau pertemuan bagian-bagian
cetakan
Hindari daerah-daerah berpola rumah lebah dan daerah-daerah
yang porous
Perhatikan benar jika memeriksa bagian-bagian struktur yang tipis
31
PERSIAPAN BIDANG UKUR
• Setiap tambahan atau tempelan maupun lapisan-lapisan yang
dicatkan harus dibuang terlebih dahulu (dibersihkan)
• Bagian-bagian permukaan yang tidak halus, harus dihaluskan
terlebih dahulu dengan menggunakan batu asah
carborundum/gerinda
• Untuk beton-beton yang sudah lama atau sudah lunak,
permukaannya harus dikupas
• Hindari pengujian dengan kedalaman selimut beton kurang
dari 20 mm
32
Menyiapkan bidang ukur.
Buat bidang ukur berupa lingkaran dengan diameter 15 cm, dengan sket :
15 cm
15 cm
Pembacaan pada bidang ukur sebanyak minimal 10 pukulan dengan jarak
tidak kurang dari 25 mm
33
34
ARAH TUMBUKAN
Dalam pengujian diusahakan pada bidang vertikal (arah tumbukan
horizontal), sehingga tidak terdapat angka koreksi
Tetapi jika mengukur pada bidang vertikal atau bidang miring, maka
angka pantul pada rekaman data harus dikoreksi.
ANGKA KOREKSI
PANTUL
TUMBUKAN KEATAS TUMBUKAN KEBAWAH
Ra
a = +90o a = +45o a = -45o a = -90o
10 - - +2.4 +3.2
20 -5.4 -3.5 +2.5 +3.4
30 -4.7 -3.1 +2.3 +3.1
40 -3.9 -2.6 +2.0 +2.7
50 -3.1 -2.1 +1.6 +2.2
60 -2.3 -1.6 +1.3 +1.7
35
Pengujian dengan Pundit (Ultrasonic Pulse Velocity)
≤ 3.0 Buruk
WINDSORE PROBE (PISTOL BETON)
(Pemeriksaan mutu beton)
37
Pengujian Mutu Beton dengan Windsor Probe
39
PENGUJIAN KANDUNGAN KLORIDA
TUJUAN :
Untuk mengetahui persentase kandungan klorida
dalam beton.
Pengambilan dilakukan dengan alat bor sedalam 3 cm dari permukaan
beton.
Setiap cm, sampel serbuk beton dipisahkan kedalam wadah plastik.
Sampel serbuk beton diuji di laboratorium untuk mengetahui persentase
kandungan
•Batas klorida. FHWA 20,000 ppm atau 0.4% thd berat semen
aman menurut
40
PENGUJIAN KARBONASI
Pemeriksaan kedalaman karbonasi korosi tulangan beton
41
Pengujian Kedalaman Penetrasi Karbon (Karbonasi)
43
PENGUJIAN TAHANAN BETON (RESISTIVITY
meter)
TUJUAN :
Untuk mengetahui ketahanan (durability) beton
jika ada serangan kimia dari luar.
44
ALAT RESISTIVITY METER
Resistivity Beton
Kemungkinan Laju Korosi
(ohm.cm)
> 20.000 Tidak terjadi
10.000 – 20.000 Rendah
5.000 – 10.000 Tinggi
< 5.000 Sangat Tinggi
Data Pengkajian
• Nilai Tahanan Beton
1 2 3 4 5 (Ohm.cm)
1 P 109 WB 2200 1100 3000 2600 4800 2470 Sangat besar
2 P 154 450 700 1100 670 1000 784 Sangat besar
3 P 186 770 800 600 1100 910 836 Sangat besar
4 P 187 3500 1500 870 2200 1600 1840 Besar
5 P 240 1800 2400 1700 2000 1300 1840 Besar
6 Pile Slab 1900 2100 2500 1600 2000 2020 Besar
7 P 2A Cawang (1990) 11000 9500 13000 11000 15000 11900 Rendah
47
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON INTI PEMBORAN
(SNI 2492:2018)
PERSYARATAN :
• Diameter benda uji tdk boleh kurang dari 94 mm
• Benda uji harus l/d ≥0,95,
dimana l = panjang dan d = diameter benda uji.
• Baja tulangan sebaiknya dihindari jika letaknya sejajar sumbu
benda uji, tidak boleh digunakan
• Contoh benda uji yg cacat, tdk boleh digunakan untuk pengujian
tekan
• Batasan waktu pengambilan hingga pengujian
• Perlakuan terhadap benda uji 48
CORE DRILL
(Pengambilan Sampel Beton Inti)
49
Pengujian Kuat Tekan Beton Inti
54
Sebagai Feedback untuk Pekerjaan
Selanjutnya
Tabel 7.1.6.3) Kuat Tekan Rata-rata Perlu (Design Average Strength) untuk
Jumlah Benda Uji < 15 jika Catatan Hasil Uji Lapangan Tidak Tersedia
Tabel 7.1.6.2) Kuat Tekan Rata-rata Perlu (Design Average Strength) untuk
Jumlah Benda uji < 15 jika Catatan Hasil Uji Lapangan Tersedia
n −1
► S = standar deviasi
1 (∑ X i ) 2
s=
n −1
∑ i
X
2
−( )n
n = jumlah nilai
∑X i = jumlah nilai n
∑(X i
2
) = jumlah kuadrat nilai n
56
Kuat Tekan Beton
(Min. 100% + Margin) (= 100% + Margin)
Kuat Tekan Mix Design Kuat Tekan Kuat Tekan Perlu/Target ed mean strength
Perlu (fcr)
/Specified strength
(fc’)
Margin
Kuat Tekan
Karakteristik
Margin
Kuat Tekan Trial Mix (= 100%)
3 7 28
Umur (hari)
Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6880:2016
uji kekuatan
• uji standar yang dilakukan untuk evaluasi
dan penerimaan beton yang ditentukan
sebagai rata-rata kekuatan tekan dari
minimal dua silinder 150 mm x 300 mm atau
minimal tiga silinder 100 mm x 200 mm yang
dibuat dari sampel beton yang sama,
ditransportasi dan dirawat standar sesuai
ASTM C31/C31M dan diuji sesuai ASTM
C39/C39M pada umur 28 hari atau pada umur
uji yang direncanakan untuk fc’
Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6880:2016
1.5.6 Penerimaan kekuatan beton
• 1.5.6.1 Spesimen uji kekuatan yang dicetak dan
dirawat standar
Kekuatan beton dinilai memuaskan apabila
Kriteria 1.5.6.1.a dan 1.5.6.1.b dipenuhi.
• 1.5.6.1.a Setiap rata-rata tiga uji kekuatan berturut turut
sama atau melebihi kekuatan tekan yang disyaratkan .
• 1.5.6.1.b Tidak ada hasil uji kekuatan yang selisihnya lebih
dari 3,5 MPa dibawah bila fc’ = 35 MPa atau kurang, atau
lebih dari 0,10 bila lebih besar dari 35 MPa. Kriteria ini
juga diterapkan pada pengujian kekuatan yang
dipercepat kecuali jika ada basis penerimaan lain yang
disyaratkan dalam dokumen kontrak.
Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6880:2016
Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6815:2002
Standar kontrol kuat tekan beton
dari ACI 214
KELAS Standar untuk pengontrolan beton
PELAKSANAAN
EXCELLENT VERY GOOD GOOD FAIR POOR
Variasi secara keseluruhan, standar deviasi , psi (kgf/cm2)
A.Pengujian <400 400 – 500 500 – 600 600 – 700 >700
pelaksanaan (<28,1) (28,1 – 35,2) (35,2 – 42,2) (42,2-49,2) (> 49,2)
(konsrtuksi) < 200 200-250 250-300 300 – 350 >350
secara umum (<14,1) (14,1 – 17,6) (17,6-21,1) (21,2-24,6) (>24,6)
A.Percobaan
campuran di
laboratorium
Dalam variasi pengujian, koefisien variasi (percent)
A.Kontrol pengujian < 3,0 3,0 – 4,0 4,0 – 5,0 5,0 – 6,0 > 6,0
lapangan <2,0 2,0 – 3,0 3,0 – 4,0 4,0 – 5,0 > 5,0
B.Percobaan
campuran di
laboratorium
62
Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6815:2002
Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6815:2002
Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6815:2002
Evaluasi Mutu Beton Menurut SNI 6815:2002
Terima kasih