Anda di halaman 1dari 88

1

TUJUAN PEMBELAJARAN
 Tujuan pembelajaran umum
 Setelah selesai mengikuti deklat ini peserta diharapkan mampu
menjelaskan jenis kerusakan pada beton baru maupun beton
lama

 Tujuan pembelajaran khusus


 Mampu menjelaskan perbaikan pada permukaan beton
 Mampu menjelaskan perbaikan pada struktur beton tanpa
mengganggu aktivitas
 Mampu menjelaskan keselamatan kerja pada perbaikan yang
menggunakan bahan epoxy
 Mampu menjelaskan perbaikan dengan bahan resin epoxy
mortar dan beton
 Mampu menjelaskan perbaikan retak dengan grouting cara
suntikan

2
Dasar Teori

1. Penyebab Kerusakan beton pada jembatan

a. Terdapatnya kesalahan pada perencanaan/ pelaksanaan

Retak struktural/ lendutan berlebih pada bagian struktur


Mutu material, hasil yang tidak memenuhi syarat
Adanya penurunan kapasitas struktur.

b. Penurunan kinerja material/ struktur eksisting

Adanya pelapukan akibat umur, serangan zat kimiawi


Adanya bencana kebakaran, gempa atau banjir

3
PEMERIKSAAN LAPANGAN

UJI KUALITAS BAHAN :


 Pengujian selimut beton (cover meter)
 Pengujian retak beton (crack meter)
 Pengujian dengan ultrasonik velocity (PUNDIT)
 Pengujian kandungan klorida
 Pengujian karbonasi

 Pengujian Keseragaman Mutu Beton (Schmid Hammer)


 Pengujian Mutu Beton (Windsore Probe)
 Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran (Core Drill)
 Pengujian Korosi Pada Tulangan (Half-Cell Potensial)
 Pengujian Karbonasi pada Beton (Larutan Phenolpthaline 5 %)
 Pengujian Tahanan (Resistivity) pada beton
 Pengambilan Serbuk Sampel Beton untuk Uji Kandungan Klorida
4
COVER METER
Untuk Pemeriksaan :
- Ketebalan selimut beton,
- diameter tulangan dan jarak
tulangan

5
Pengujian Ketebalan Selimut dan Posisi Tulangan Beton
dengan Cover Meter

6
Pemeriksaan Retak Pada Beton

7
Pengujian dengan Pundit (Ultrasonic Pulse Velocity)

8
PENGUJIAN KANDUNGAN KLORIDA

TUJUAN :
Untuk mengetahui persentase kandungan klorida
dalam beton.
 Pengambilan dilakukan dengan alat bor sedalam 3 cm dari permukaan
beton.
 Setiap cm, sampel serbuk beton dipisahkan kedalam wadah plastik.
 Sampel serbuk beton diuji di laboratorium untuk mengetahui persentase
kandungan klorida.
 Dilakukan pengujian dengan chlorid meter

•Batas aman menurut FHWA 20,000 ppm atau 0.4% thd berat semen

9
PENGUJIAN KARBONASI
Pemeriksaan kedalaman karbonasi  korosi tulangan beton

 Dilakukan dengan menyemprotkan larutan


phenolpthaline 5% terhadap benda uji hasil
pemboran.
 Warna beton setelah disemprot phenolpthaline 5%
adalah violet atau ungu
 Ukur sampai kedalaman yang tidak berwarna violet
atau ungu.

10
Pengujian Kedalaman Penetrasi Karbon (Karbonasi)

11
12
13
PENGUJIAN TAHANAN BETON
(RESISTIVITY meter)
TUJUAN :
Untuk mengetahui ketahanan (durability)
beton jika ada serangan kimia dari luar.

 Semakin bagus kualitas beton, maka nilai tahanannya semakin


besar.

14
ALAT RESISTIVITY METER

Pemeriksaan resistivity beton  kerapatan beton


15
Pengujian Nilai Tahanan Beton (Resistivity Beton)

Resistivity Beton
Kemungkinan Laju Korosi
(ohm.cm)
> 20.000 Tidak terjadi
10.000 – 20.000 Rendah
5.000 – 10.000 Tinggi
< 5.000 Sangat Tinggi

16
Data Pengkajian
• Nilai Tahanan Beton

No Daerah Hasil Pengukuran (Ohm.cm) Rata-rata Kemungkinan terjadi


Pengukuran korosi
1 2 3 4 5 (Ohm.cm)
1 P 109 WB 2200 1100 3000 2600 4800 2470 Sangat tinggi
2 P 154 450 700 1100 670 1000 784 Sangat tinggi
3 P 186 770 800 600 1100 910 836 Sangat besar
4 P 187 3500 1500 870 2200 1600 1840 Sangat tinggi
5 P 240 1800 2400 1700 2000 1300 1840 Sangat tinggi
6 Pile Slab 1900 2100 2500 1600 2000 2020 Sangat tinggi
7 P 2A Cawang 1100 9500 1300 11000 15000 11900 Rendah
(1990) 0 0

Pusat Litbang Prasarana Transportasi


Laporan Pendahuluan CMNP 17
TUJUAN :
Untuk mengetahui intensitas korosi yang terjadi pada baja tulangan di dalam
beton.
 Pada beton selalu terdapat retak mikroskopis yang tak terlihat oleh
mata telanjang, yang disebut ettringite, ukurannya = 0,018 mm
 Ukuran molekul Oksigen = 0,000006 mm
 Bila molekul oksigen masuk pada beton, maka besi beton akan
berkarat yang mengakibatkan bangunan berkurang kekuatannya.
< (-200 mV) = 5% terkorosi
( -200) s.d. (-350 mV) = 50% terkorosi
> (-350 mV) = 95% terkorosi

18
Data Pengkajian
• Nilai Potensial Beton

No Daerah Pengukuran Hasil Pengukuran (Volt) Rata-rata


1 2 3 4 5 6

1 P 154 0.584 0.503 0.515 0.525 0.585 Korosi ( > -0,8 volt)
2 P 2A CAWANG -0.005 -0.002 -0.008 -0.012 -0.007 Korosi ( > -0,8 volt)

3 PILE SLAB -56 -60 -80 90 % Tidak terdapat korosi


-112 -113 -93 50 % Korosi
-184 -163 -150 -200 -158 -179 50 % Korosi
-199 -181 -220 -180 -216 -189 50 % Korosi
-202 -201 -209 -220 -248 50 % Korosi
-297 -253 -264 -280 -282 -290 50 % Korosi
-304 -309 -301 -309 -303 90 % Korosi tinggi
-332 -306 -304 -325 -334 90 % Korosi tinggi
-382 -397 -386 -377 -390 90 % Korosi tinggi

Pusat Litbang Prasarana Transportasi


Laporan Pendahuluan CMNP 19
Pengujian dengan Schmidt Hammer (Concrete
Hammer Test)

20
ALAT SCHMIDT HAMMER

21
Kegunaan dari alat ini adalah untuk mengetahui
estimasi kuat tekan suatu struktur beton tanpa
merusak struktur tersebut dan
keseragaman/homogenitas beton.

22
PERSIAPAN BIDANG UKUR
 Pemilihan titik-titik yang perlu diukur.
 Pilihlah terutama pada bagian-bagian berupa permukaan
vertikal dari struktur beton yang diperiksa.
 Hindari bekas-bekas sambungan atau pertemuan bagian-
bagian cetakan.
 Hindari daerah-daerah berpola rumah lebah dan daerah-
daerah yang porous.
 Perhatikan benar jika memeriksa bagian-bagian struktur
yang tipis

23
 Menyiapkan titik-titik yang akan diukur.

 Setiap tambahan atau tempelan maupun lapisan-lapisan yang dicatkan


harus dibuang terlebih dahulu (dibersihkan).

 Bagian-bagian permukaan yang tidak halus, harus dihaluskan terlebih


dahulu dengan menggunakan batu asah carborundum.

 Untuk beton-beton yang sudah lama, permukaannya harus dikupas ±


1,25 cm.

 Untuk permukaan teratas dari beton harus dibersihkan dari lumpur


semen (cement slurry)

24
 Menyiapkan bidang ukur.
Buat bidang ukur dengan diameter 15 cm, dengan sket :

15 cm

 Pembacaan pada bidang ukur minimal sebanyak 10 angka


titik
 Setiap titik terdiri dari 10 angka pantul
25
26
 Rekaman data.
Masing-masing data yang didapat dari bidang ukur dicatat
dalam satu kelompok yang kemudian dirata-rata.
Beri keterangan bagian struktur yang ditinjau dan arah
tembak

27
ANALISIS DAN EVALUASI

Sebelum menganalisa dan mengevaluasi data rekaman,


perhatikan parameter yang mempengaruhi angka pantul, yaitu :
1. Arah tumbukan.
2. Kalibrasi alat.

28
ARAH TUMBUKAN
 Dalam pengambilan angka pantul diusahakan pada bidang
horizontal.
Tetapi jika mengukur pada bidang vertikal atau bidang
miring, maka angka pantul pada rekaman data harus
dikoreksi.

29
KOREKSI TERHADAP PENUNJUKKAN PALU PENGUJI UNTUK
ARAH TUMBUKAN YANG TIDAK HORIZONTAL

ANGKA KOREKSI
PANTUL TUMBUKAN KEATAS TUMBUKAN KEBAWAH
Ra
a = +90o a = +45o a = -45o a = -90o

10 - - +2.4 +3.2
20 -5.4 -3.5 +2.5 +3.4
30 -4.7 -3.1 +2.3 +3.1
40 -3.9 -2.6 +2.0 +2.7
50 -3.1 -2.1 +1.6 +2.2
60 -2.3 -1.6 +1.3 +1.7

30
KALIBRASI ALAT
 Landasan uji dipakai untuk memeriksa baik atau tidaknya kerja palu
penguji.
 Nilai pantul harus diantara 78 sampai 82.
 Jika nilai pantul yang didapat lebih kecil dari 78, maka kemungkinan
hanya kotoranlah yang harus dibersihkan.
 Jika nilai pantul yang didapat lebih besar dari 82, maka angka pantul
harus dikoreksi dengan rumus :

 r 80
R x
n Ra
Dimana :
n = Jumlah pengukuran pada beton.
Ra = Angka pantul yang didapat pada pemeriksaan dengan landasan
uji
31
WINDSORE PROBE (PISTOL BETON)
(Pemeriksaan mutu beton)

32
Pengujian Mutu Beton dengan Windsor Probe

33
34
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON INTI
PEMBORAN (SNI 03-2492-1991)
TUJUAN : memperkirakan nilai kuat tekan beton

PERSYARATAN :
 Diambil pada komponen struktur dg umur beton tidak boleh kurang dari
14 hari.
 Contoh benda uji yg cacat, tdk boleh digunakan
 Diameter benda uji tdk boleh kurang dari 90 mm
 Benda uji harus l/ ø lebih besar atau sama dg 0,95 dimana l = panjang
dan ø = diameter benda uji.
 Baja tulangan letaknya harus tegak lurus terhadap sumbu benda uji
 Jumlah baja tulangan tidak boleh lebih dari dua batang

35
1. CORE DRILL
(Pengambilan Sampel Beton Inti)

36
Pengujian Kuat Tekan Beton Inti

No. Diameter mata bor ( cm ) Faktor koreksi


1. 5 0.92
2. 7.5 0.94
3. 10 0.96
4. 12.5 0.98
5. 15 1.00
6. 17.5 1.02
7. 20 1.04
8. 25 1.07
9. 30 1.10
37
Kondisi dan kekuatan elemen
terpasang ?

Laboratorium
Untuk uji tekan

38
39
40
Gompal pada gelagar
beton akibat korosi pada
tulangan

41
Kegagalan bangunan
akibat beban berlebih

Kegagalan bangunan akibat


kurang baiknya sistem
drainase

42
Gompal pada gelagar
beton akibat kebakaran

43
Kegagalan bangunan akibat mutu
beton yang rendah/ Over
reinforced

44
Kegagalan bangunan akibat
kurang baiknya pengecoran

45
Keropos pada pilar
struktur jembatan

46
2. Jenis-jenis kerusakan pada struktur jembatan

 Korosi Baja Tulangan

Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi


47
Pengaruh Korosi Baja Tulangan

 Retak dan gompal pada permukaan beton


 Dimensi tulangan berkurang
 Kapasitas struktur beton berkurang

48
Karbonasi

Penambahan kedalaman karbonasi pada daerah retak

49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Beberapa metode
perbaikan kerusakan

61
Teknik Perbaikan Kerusakan
beton
 Injeksi (Injection), untuk perbaikan retakan dengan cara
injeksi bahan epoxy resin
 Penambalan (Patching), untuk perbaikan permukaan
yang gompal skala kecil dengan menggunakan tangan.
 Grouting, untuk perbaikan permukaan yang gompal
dalam skala besar dengan menggunakan alat pompa.
 Coating, perlindungan beton dari lingkungan
 Shotcrete, perbaikan permukaan beton yang gompal
skala besar dengan cara ditembak

62
Jenis-jenis bahan yang umum
digunakan untuk perbaikan
beton
 Cement-Base, bahan dasar semen.
 Expanding Cement-Based, bahan dasar semen
dengan prosentase polimer < 5% dan dengan /
tanpa bahan tambah seperti superplasticizer,
fly ash dan serat fiber.
 Polymer Modified Cement-Based, bahan dasar
semen dengan kadar polymer 2% - 20%
 Epoxy Resin-Based, dengan bahan dasar resin
sintetik sebagai bahan pengikat
63
Beberapa metode perbaikan kerusakan

1. Patching

64
65
Sebelum

Sesudah

66
Persyaratan Material Patching :
Data Persyaratan Material
Teknis
Pengunaan 5 20 40 50 50 80 100
Tebal Maks.
(mm)
Bahan dasar Polymer Polymer Polymer Monomer Epoxy Monomer Semen
Modified
Density (kg/l) 2,1 2,2 - 2,05 2,0 1,8 -

Pot life 300 C 25 menit 25 menit - 25 menit 40 menit 60 menit -

Compresive 3 hr : 25 3 hr : 35
7 hr : 30 7 hr : 40 7 hr : 28 - 33 7 hr : 67 1 hr : 15
Strength 28 hr : 35 - 40
28 hr : 45
28 hr : 69
28 hr : 41
28 hr : 34
28 hr : 42 28 hr : 52
(N/mm2)
Flexural 28 hr : 28 hr : 14 7 hr : > 5 28 hr : 5 28 hr : 31 28 hr : 6 28 hr : 6
Strength 10,5
(N/mm2)
Bond Strength 28 hr : 3 28 hr : 3,7 7 hr : > 2 28 hr : 2 28 hr : 3 28 hr : 2 28 hr : 25
(N/mm2)
Tensile - - 7 hr : 2 - - - 28 hr : 2
Strength
(N/mm2)

67
2. Injeksi

68
69
Persyaratan Material Injeksi

Data Teknis Persyaratan Material


Penggunaan Untuk
10 20
Tebal Maksimum (mm)
Bahan dasar Epoxy Epoxy
Density (kg/l) 1,00 - 1,10 2,0
Viskositas (cps) 180±25 5800
Pot life 300 C 25 - 35 25
Compresive Strength 1 hr : min. 50 7 hr : min. 40
(N/mm2) 7 hr : min. 60 28 hr : min. 92
Tensile Strength (N/mm2) 28 hr : min. 25 28 hr : min. 30
Flexural Strength (N/mm2) 28 hr : min. 3 28 hr : min. 3

70
Grouting Sementious

Sebelum

Setelah
71
72
73
Sebelum

Setelah
74
Tabel 5.4 Persyaratan bahan grouting

Data Teknis Persyaratan Material


Bahan dasar Semen Epoxy
Density (kg/l) 2,19 2,0
Pot life 300 C 25 menit 20 menit
3 hr : min. 25 3 hr : min. 110
Compresive
7 hr : min. 30 7 hr : min. 115
Strength (N/mm2)
28 hr : min. 52 28 hr : min. 120
Flexural Strength 3 hr : min. 37
(N/mm2) 28 hr : 5 – 10,5 7 hr : min. 39
28 hr : min. 40
Bond Strength 28 hr : 3 – 3.5 28 hr : min. 3
(N/mm2)

75
3. Cast in Place

76
4. Shotcrete

77
5. Pengecatan

78
79
ALTERNATIF PERBAIKAN & PERKUATAN

 Lantai Jembatan
 Perbaikan retak – grouting
 Perkuatan lantai – steel plate bonding, carbon fiber,
aramyd fiber
 Gelagar Jembatan
 Perbaikan retak – grouting
 Perbaikan dimensi – grouting, patching
 Perkuatan – Carbon fiber, aramyd fiber, external
stressing
 Perkuatan – external stressing
 Bangunan Bawah
 Perbaikan dimensi – grouting, patching

80
Perkuatan lantai dengan Steel Plate
Bonding

81
Perkuatan dengan Fiber Reinforced
Polymer

82
STEEL PLATE vs COMPOSITE

 Low material cost  High material cost


 High installed cost  Low installed cost
 High tensile strength  Very high tensile strength
 Corrosive  Non-corrosive
 Heavy  Lightweight
 Fabrication required  No fabrication required
 High maintenance  Low maintenance

83
84
Perkuatan Gelagar dengan Aramid Fiber

85
Perkuatan Gelagar dengan Carbon Fiber

86
Penambahan Diaphragma

Penambahan diaphragma untuk


memperkaku jembatan serta
meningkatkan kerjasama antar gelagar

87
TERIMA KASIH

88

Anda mungkin juga menyukai