Anda di halaman 1dari 2

Pengujian Beton

.1.    Tes Uji Kuat Tekan (Compression test)


Tes Uji Kuat Tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan
maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran). Cara
pengujian yaitu:
a)      Siapkan silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
b)      Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi dalamnya diolesi
dengan pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakannya.
c)      Masukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test kedalam cetakan yang dibagi
menjadi 3 lapisan yang sama.
d)     Tusuk-tusuk 25 kali per tiap lapisan.
e)      Ratakan bagian atas dan beri tulisan tanggal dan jam pembuatan pada bagian atas.
f)       Diamankan selama 24 jam dan direndam dalam air selama waktu tertentu, kemudian dibawa ke
laboratorium untuk diuji.
g)      Pengujian tes beton menggunakan mesin compressor yang sudah dikalibrasi.
h)      Catat pengujian tiap beberapa hari yang sudah ditentukan.

2.2.   Slump test
Pengujian Slump test bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan
dengan mutu beton. Salah satu pengujian yang dilakukan menggunakan kerucut abraham. Cara
pengujian yaitu:
a)      Menyiapkan peralatan uji Slump yaitu yang mempunyai ukuran diameter atas 10 cm dan
diameter bawah 20 cm, sedangkan tingginya 30 cm.

b)      Kerucut abraham diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air.
c)      Adukan beton yang dicampur merata dimasukkan kedalam kerucut sambil ditekan kebawah
penyokong-penyokongnya.
d)     Adukkan beton dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebalnya,dan setiap lapisan
ditusuk sebanyak 25 kali dengan menggunakan tongkat baja diameter 16 mm panjang 600 mm
dengan ujung yang bulat agar adukan yang masuk kedalam kerucut lebih padat.
e)      Adukan yang jatuh disekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan dengan kerucut
ditarik vertikal dengan hati-hati.
f)       Dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula.
g)      Hasil pengukuran ini disebut hasil uji Slump dan merupakan hasil kekentalan (kadar air) dari
beton tersebut.
h)      Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh untuk digunakan.
2.3.   Tes uji Core Drill
Pengujian Core Drill dilakukan dengan mengambil sampel dari beton yang sudah dibuat.
Pengambilan beton menggunakan alat yaitu core drill. Metode ini diusahakan jangan sampai
merusak struktur dari beton tersebut. Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk di pengujian
crusing test. Pengujian ini sangat akurat karena diambil dari bahan yang sudah dibuat
dilapangan. Pengambilan strukturnya sangat beresiko karena bisa mengurangi struktur dari beton
dan bisa saja mengenai tulangan dari beton tersebut.

2.4.   Hammer test
Hammer Test dilakukan untuk mendapatkan kekuatan / tegangan karakteristik beton yang
sudah ada. Test material digunakan dengan alat hammer test merk proceq pada elemen struktur
seperti kolom, balok dan plat lantai.

Tahapan sebelum hammer test dimulai yaitu: sebelum tes dimulai permukaan dari elemen
struktur yang belum rata harus dihaluskan menggunakan gerinda agar didapatkan permukaan
yang rata agar pembacaan rebound dari alat hammer test lebih teliti dan tepat. Di setiap titik
hammer test dilakukan sebanyak 20 kali shooting per lantai. Hasil tes dianalisa menggunakan
standard deviasi untuk penentuan mutu beton.

2.5.   Ultrasonic non Destructive


Pengujian ultrasonik telah digunakan oleh beberapa negara. Di indonesia digunakan sejak
tahun 1980’an. Tujuan dari penelitian menggunakan pengujian ultrasonik  yaitu:
a)      Mendeteksi kedalaman dan keretakannya.
b)      Homoginitas pada beton.
c)      Kerusakan permukaan beton akibat kebakaran atau pengaruh kimiawi.
d)     Perubahan sifat dari masa ke masa.
e)      Kwalitas/mutu beton.
f)       Kerusakan lain pada beton (Honeycombing/Void)
g)      Modulus Elastisitas beton.

Anda mungkin juga menyukai