Anda di halaman 1dari 19

BAB V

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN


5.1 Pengendalian dan Pengawasan Proyek
Pengendalian dan pengawasan proyek adalah suatu proses kegiatan dari
awal sampai akhir pada suatu proyek yang bersifat menjamin adanya kesesuaian
antara rencana dan hasil kerja serta melakukan tindakan-tindakan terhadap
penyimpangan yang dijumpai di lapangan atau selama pelaksanaan, baik mengenai
tenaga, bahan, peralatan, biaya, manajemen, waktu dan mutu.
Tujuan pengendalian dan pengawasan proyek antara lain:
1. Agar hasil dari pelaksanaan proyek dapat sesuai dengan gambar rencana
proyek dan spesifikasi yang telah ditentukan.
2. Dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
3. Menekan biaya pelaksanaan seefisien mungkin.
4. Bertanggung jawab dan menjaga kualitas pekerjaan.
Beberapa hal yang ditinjau dalam pengendalian proyek ini adalah:
1. Pengendalian mutu material.
2. Pengendalian mutu peralatan.
3. Pengendalian mutu pelaksanaan.
4. Pengendalian waktu.
5. Pengendalian biaya.
6. Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
7. Pengendalian tenaga kerja.
5.2 Pengendalian Mutu Material
Pengendalian mutu material di lapangan meliputi inspeksi dan tes,
pengendalian produk yang tidak sesuai, serta pengendalian catatan mutu. Bahan–
bahan yang diuji pada pekerjaan struktur bawah pada proyek ini adalah :
5.2.1 Tiang Pancang Pracetak
Tiang pancang yang digunakan sebagai pondasi untuk proyek Penataan Situ
Cipondoh dengan mutu K500 dan menggunakan model pancang mini pile yang
diproduksi oleh PT Adhimix PCI. Setiap tiang pancang mempunyai panjang 9-12
meter. Ujung dari Lower tiang pancang berbentuk persegi. mini pile adalah tiang
paling tua yang digunakan di dunia, ini adalah tiang pancang besar dan oleh karena
itu luas penampangnya selalu sama untuk panjang tiang keseluruhan. Jumlah yang
akan dipancang sebanyak 143 titik yang seluruhnya menggunakan tiang pancang
dengan model mini pile seperti pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Tiang pancang


Untuk pemilihan panjang tiang pancang sendiri ditentukan dari pihak
perencana. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam pemilihan panjang tiang
pancang yakni dari segi biaya, waktu, dan safety pekerjaanya. Pada proyek ini
menggunakan tiang pancang 9 meter.
Pada dasarnya tiang pancang yang dibuat di pabrik melalui proses
pengawasan dan pengendalian mutu dari produsen tiang pancang sendiri.
Pengawasan dilakukan sendiri oleh pihak kontraktor yang meliputi pemeriksaan
dimensi, bentuk dan kondisi tiang pancang apakah terdapat kecacatan dan masih
layak dipakai untuk pekerjaan pemancangan. Pihak kontraktor PT Legend Bukit
Kontruksi untuk proyek Penataan Situ Cipondoh mensyaratkan tiang pancang
dengan dimensi 40x40 dan panjang 9-12 m untuk mini pile. Kondisi tiang pancang,
panjang, dan dimensi yang tidak sesuai akan dilaporkan ke pihak penyuplai dan
diminta untuk segera diganti secepat mungkin, sehingga tidak menurunkan kualitas
dari mutu elemen struktur.
Gambar 5.2 Barcode tiang pancang

Gambar 5.3 Pengecekan dimensi tiang pancang berdasarkan hasil barcode


5.2.2 Ready Mix Concrete
Sebelum pelaksanaan pengecoran, terlebih dahulu dilaksanakan
pengambilan sampel campuran beton untuk diuji dengan metode Slump Test.
Campuran beton juga dilakukan pengujian terhadap kuat tekan beton (Compression
Test) yaitu dengan Cylinder Test, kemudian dilakukan pengujian kuat tekan.
Pelaksanaan pembuatan benda uji seperti pada Gambar 5.2 dilakukan oleh
PT Legend Bukit Kontruksi, atas persetujuan dan pengawasan pihak pengawas
lapangan.
1. Slump Test
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang
berhubungan dengan mutu beton. Dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams. Cara
pengujian :
a. Menyiapkan peralatan uji slump yaitu kerucut abrams
Gambar 5.4 Kerucut Abrams
b. Kerucut abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak
menyerap air, biasanya menggunakan alas berupa tripleks atau seng
c. Adukan beton dimasukkan dalam tiga lapis yang kira-kira sama
tebalnya, dan setiap lapis ditusuk 25 kali dengan menggunakan
tongkat baja supaya adukan yang masuk dalam kerucut lebih padat
d. Adukan yang jatuh di sekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya
diratakan dan kerucut ditarik vertikal dengan hati – hati, kemudian
dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula
e. Hasil pengukuran inilah yang disebut nilai slump dan merupakan nilai
kekentalan dari adukan beton tersebut
f. Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak
boleh digunakan.
Dari pengujian slump test tersebut akan didata apakah sesuai dengan
permintaan dari pihak kontraktor atau tidak. Pihak kontraktor PT Legend Bukit
Kontraktor untuk proyek Penataan Situ Cipondoh mensyaratkan nilai slump harus
sesuai dengan JMF (Job Mix Formula) dari supplier beton ready mix. Jika hasil
slump tidak memenuhi syarat maka beton akan dikembalikan karena tidak sesuai
dengan standar persyaratan yang telah ditentukan.
Secara umum konsistensi adukan campuran beton yang diklasifikasikan
menurut pengukuran pada uji slump test yang terjadi dapat dikelompokan seperti
yang tertera pada Tabel 5.1 sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil uji slump test
Slump
No Jenis Struktur Umur Rencana Beton Quality (k)
(cm)
1 Pile cap 14 K-350 12,0
2 Pelat 14 K-350 13,0
3 Sloof 14 K-350 13,0

Gambar 5.5 Hasil uji slump test


2. Uji kuat tekan beton
Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan maksimum
yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran.
Cara pengujian :
a. Menyiapkan 4 buah silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
b. Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan
dan sisi dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya untuk
mempermudah pelepasan beton dari cetakannya.
c. Memasukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test ke
dalam cetakan yang dibagi dalam tiga lapisan yang sama lalu
menusuk– nusuk beton segar sebanyak 25 kali tiap lapisan seperti pada
Gambar 5.4.
Gambar 5.6 Pembuatan sampe uji kuat tekan beton
d. Meratakan bagian atas dan memberi kode tanggal pembuatan.
e. Mendiamkan selama 24 jam lalu direndam dalam air (curing) selama
waktu tertentu,kemudian diserahkan ke laboratorium dan di tes
dengan mesin compressor untuk dilakukan pengetesan beton.
f. Benda uji tersebut di uji pada umur 7 hari, ditekan dengan alat tekan
uji beton di laboratorium untuk didapatkan nilai kekuatannya.
Pelaksanaan pengujian kuat tekan beton dilaksanakan di Laboratoium Beton
Universitas Indonesia untuk ready mix. Pengujian tersebut disaksikan oleh pihak
kontraktor (PT Legend Bukit Konstruksi) dan pihak konsultan (PT Buana Cakra
Konsultan). Setiap benda uji diberi identifikasi berupa nama proyek, lokasi
pengecoran, mutu beton, dan nomor urut benda uji.
Adapun proses pengujian kuat tekan beton yang dilakukan di Laboratorium
Universitas Indonesia Beton sebagai berikut:
a. Beton yang akan di uji sebelumnya ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui berat beton tersebut.
b. Meletakkan dan mengatur posisi benda uji pada mesin secara sentris
sesuai tempat yang tepat pada mesin uji kuat tekan beton. Setelah itu,
masukan data dari beton tersebut ke dalam data input dari mesin.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur, kemudian
mencatat beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda
uji.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pihak kontraktor tentang
pengujian yang dilaksanakan oleh pihak supplier di Laboratorium Beton
Universitas Indonesia. Hasil dari uji tekan tersebut nantinya harus diserahkan
kepada pihak kontraktor (contoh hasil uji tekan beton terlampir). Hasil pengujian
yang diserahkan oleh pihak supplier nantinya akan dicocokan dengan hasil
pengujian dari instansi lain oleh pihak kontraktor. Apabila terjadi perbedaan dari
kedua hasil pengujian tersebut maka patut dipertanyakan dan pihak supplier harus
dapat mempertanggungjawabkan hal tersebut.

Gambar 5.7 Hasil uji kuat tekan beton


5.2.3 Baja
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap baja tulangan dilakukan dengan
pemeriksaan secara visual, atau pengamatan secara langsung terhadap baja tulangan
yang telah dipesan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengecek jumlah tulangan
yang dipesan dan spesifikasi baja tulangan tersebut, apakah sesuai dengan
spesifikasi dan jumlah yang dipesan atau tidak. Pada dasarnya baja tulangan yang
dibuat di pabrik melalui proses pengawasan dan pengendalian mutu dari produsen
baja sendiri. Pengawasan dilakukan sendiri oleh pihak kontraktor yang meliputi
pemeriksaan dimensi, bentuk dan kondisi tulangan apakah berkarat atau masih
layak dipakai untuk penulangan. Kondisi tulangan dan dimensi yang tidak sesuai
akan dilaporkan ke pihak penyuplai dan diminta untuk segera diganti secepat
mungkin, sehingga tidak menurunkan kualitas dari mutu elemen struktur.
Pada proyek Penataan Situ Cipondoh baja tulangan terdiri dari beberapa
diameter yang terdiri dari diameter D16mm dan D19mm. Pengujian yang dilakukan
adalah uji tarik. Setiap pengiriman baja tulangan 100 ton harus diambil secara acak
2 (dua) benda uji untuk setiap jenis ukuran diameter yang berbeda. Pengambilan
contoh ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur, dan diawasi oleh pengawas.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dan kemudian
dilakukan pengujian kuat tarik. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium
Universitas Indonesia. Tujuan dilakukannya pengujian tersebut adalah agar baja
tulangan yang digunakan memiliki kualitas yang baik serta sesuai dengan SNI
2052:2017 tentang baja tulangan beton.

Gambar 5.8 Laporan hasil uji kuat tarik benda baja beton
5.3 Pengendalian Mutu Peralatan
Pada proyek Penataan Situ Cipondoh, setidaknya ada dua kebijakan yang di
terapkan oleh pihak kontraktor sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan
mereka terhadap mutu peralatan. Diantaranya adalah :
1. Kalibrasi alat.
Kalibrasi ini bertujuan untuk mencapai keselarasan pengukuran dan
menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat ukur dan
bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang
mamputelusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan ukuran
dan/atau internasional. Adapun manfaat kegiatan kalibrasi secara umum
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri
pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki,
b. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan
(penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan
oleh alat ukur.
2. Kelayakan alat.
Kebijakan kedua yang diterapkan kontraktor pada proyek ini adalah
diharuskannya setiap alat yang digunakan pada proyek ini untuk
memiliki surat izin alat (SIA). kebijakan ini sejalan dengan peraturan
yang dikeluarkan pemerintah mengenai surat izin tersebut, yaitu tertuang
dalam PER.09/MEN/VII/2010 dan PER.05/MEN/1985, perlu adanya
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja setiap tenaga kerja
yang melakukan pembuatan, pemasangan, pemakaian, persyaratan
pesawat atau angkat dan pesawat angkut.
Pada umumnya dikatakan bahwa alat angkat dan alat angkut adalah suatu
peralatan yang sangat digunakan untuk proses perusahaan industri
khususnya dalam melakukan pemindahan barang.
5.4 Pengendalian Mutu Hasil Kerja
Setiap proyek tentu bisa berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang
sesuai dengan perencanaan, tentunya owner atau pengguna jasa kontraktor yang
bersangkutan ingin mendapatkan hasil yang sesuai dengan perencanaan. Namun tak
dapat dipungkiri ada beberapa hal tak terduga yang dapat terjadi diluar
perencanaan, maka dari itu diperlukan pengendalian mutu hasil kerja.
Pengendalian mutu hasil kerja dapat dilakukan oleh sebuah tim yang
dikepalai oleh seorang manager. Sebelum proyek dimulai, tim hendaknya sudah
dibentuk dan dilakukan penunjukan untuk mengepalai tim. Orang yang ditunjuk
untuk menjadi manager harus disetujui oleh pemberi proyek. Manager
pengendalian mutu pekerjaan ini nantinya akan melaporkan pekerjaan-pekerjaan
secara langsung kepada manager utama.
Pengendalian mutu dalam sebuah proyek terdiri dari tiga langkah utama
yaitu perencanaan mutu hasil pekerjaan, pengendalian mutu hasil pekerjaan, dan
peningkatan kualitas.
Pada langkah perencanaan mutu hasil pekerjaan dilakukan identifikasi
terhadap kebutuhan konsumen, kemudian dibuatlah rancangan proyek yang sesuai
kebutuhan konsumen dan rancangan proses pembuatan proyek sesuai dengan
rancangan proyek.
Pada langkah pengendalian mutu hasil pekerjaan, dilakukan identifikasi
faktor-faktor yang harus diperhatikan, mengembangkan metode pengukuran mutu,
mengembangkan standar, dan mengembangkan alat pengendalian mutu.
Pada langkah peningkatan kualitas, dilakukan tindakan yang diperlukan bila
terjadi ketidaksesuaian antara kondisi standar dan kondisi aktual di lapangan.
Tindakan ini bisa berupa penyesuaian ataupun perbaikan.
Tim pengendalian mutu sebaiknya juga memiliki pedoman teknis
pengendalian mutu yang disusun dengan cermat dan tentunya disepakati bersama.
Adapun pedoman teknis pengendalian mutu ini berisi latar belakang dan pengertian
pengendalian mutu dalam proyek, prosedur pengendalian mutu, strategi
pengendalian mutu, sasaran pengendalian mutu, metodologi yang digunakan,
tahapan pengendalian mutu, dan evaluasi kinerja. Pedoman teknis pengendalian
mutu ini dapat dilengkapi pula dengan bagan atau skema alur pengendalian mutu
dan alur pelaporan pengendalian mutu.
Pengendalian mutu hasil pekerjaan pada proyek Penataan Situ Cipondoh ini
adalah hal yang wajib agar pada setiap pekerjaan mendapatkan hasil yang sesuai
dengan perencanaan.
5.4.1 Pekerjaan Pemancangan
Pengendalian pemancangan dilakukan dengan pengadaan monitoring saat
dilakukan proses pemancangan. Hal ini bertujuan untuk mengawasi dengan teliti
proses pemancangan agar apabila terjadi permasalahan dapat diatasi dengan tepat
dan cepat. Hal-hal yang dimonitor antara lain tanggal produksi tiang pancang,
tanggal pemancangan, posisi titik pancang, kedalaman pemancangan. Berikut
adalah salah satu hasil monitoring pekerjaan pamancangan yang dapat dilihat pada
Gambar 5.9

Gambar 5.9 Hasil monitoring pemancangan


Pada saat pekerjaan pemancangan harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

1. Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa


vertikalitasnya dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang), toleransi
kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan spesifikasi teknis –
pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi
angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa
diam/stabil).
2. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat
pancang – jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah –
dipantau berkala oleh operator alat pancang dan helper.
3. Counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’.
4. Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu
dipantau oleh helper operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau
tiang menjadi miring, maka harus dihentikan dulu pemancangannya :
a. Jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal
kembali.
b. Jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang,
dilakukan penyesuaian sumbu jatuh hammer supaya sejajar dengan
kemiringan sumbu tiang dan jika kemiringan bertambah semakin
parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan.
5. Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak
boleh lebih dari 2,5 m' kecuali atas persetujuan khusus Konsultan
Pengawas -- namun tidak boleh lebih dari 3 m' dalam segala kondisi
pelaksanaan.
6. Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan
tiang.
7. Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk
ditembus dengan tidak mengakibatkan tegangan internal melebihi
spesifikasi material.
5.4.2 Pekerjaan Pengecoran
Pengendalian pengecoran dilakukan dengan cara diadakanya pihak
konsultan pada saat pekerjaan pengecoran dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
mengawasi dengan teliti proses pengecoran agar jika terjadi masalah dapat diatasi
dengan cepat dan juga mengawasi pekerjaan pengecoran agar pekerjaan pengecoran
sesuai dengan metode pelaksanaan. berikut ini pengawasan yang dilakukan pada
saat pengecoran dilakukan tertera pada Gambar 5.10

Gambar 5.10 Pengawasan pada saat pengecoran


Pada saat pekerjaan pengecoran dilakukan terdapat bentuk pengawasan
pekerjaan pengecoran seperti berikut ini:

1. Kebersihan area pengecoran


Area yang akan di cor harus benar-benar bersih dari sampah sisa proses
bekisting dan hasil sampah dari proses penulangan, dipastikan tidak ada
sampah seperti triplek, kawat besi, daun, dan sampah plastik sisa
pemakaian oleh pekerja. Sampah-sampah tersebut tidak boleh ada pada
area pengecoran, karena bila sampah itu tertanam oleh campuran cor
akan mengurangi mutu beton pada saat beton telah kering.
2. Proses Pengecoran
Pengawasan juga harus dilaksanakan selama berlangsungnya proses
pengecoran. Pengawasan yang dilakukan meliputi apakah penggunaan
vibrator sudah dilaksanakan dengan benar dan tidak terjadi rongga udara,
pemberian lem beton pada beton lama serta elevasi beton yang sesuai
dengan perencanaan menggunakan waterpass. Seperti yang tertera pada
Gambar 5.11

Gambar 5.11 Pengecekan elevasi menggunakan waterpass


5.5 Pengendalian Laporan Pekerjaan
Selama proses pekerjaan, kontraktor harus menyampaikan pertanggung
jawaban hasil pekerjaan dalam bentuk laporan pekerjaan karena owner akan
membayar proyek berdasarkan progress. Laporan yang dibahas berhubungan
dengan pekerjaan yang terdiri dari laporan harian, mingguan dan bulanan.
5.5.1 Laporan Harian
Laporan harian berisi tentang beberapa item sebagai berikut:
1. Nama owner, konsultan manajemen konstruksi, kontraktor pelaksana
dan tanggal pembuatan laporan.
2. Peralatan yang digunakan
3. Kegiatan yang dilaksanakan
4. Hasil kegiatan yang dilakukan.
5. Jenis bahan yang masuk diterima dan ditolak
6. Masalah yang terjadi
7. Solusi dari masalah yang terjadi
8. Waktu pelaksanaan
9. Keadaan cuaca
10. Catatan
11. Nama dan tanda tangan manajemen kontruksi dan kontrak
5.5.2 Laporan Mingguan
Laporan mingguan berisi tentang beberapa item sebagai berikut:
1. Nama Proyek
2. Lokasi Proyek
3. Minggu berjalan proyek
4. Periode
5. Pemberian tugas
6. Paket pekerjaan
7. Uraian pekerjaan
8. Bobot pekerjaan
9. Prestasi pekerjaan sampai dengan minggu lalu
10. Deviasi
11. Nama dan tanda tangan pihak owner, kontraktor dan konsultan
5.5.3 Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisi tentang beberapa item sebagai berikut:
1. Nama proyek
2. Lokasi proyek
3. Periode
4. Pemberi tugas
5. Konsultan perencana
6. Konsultan pengawas
7. Kontraktor pelaksana
8. Laporan umum proyek
9. Aktivitas pekerjaan lapangan
10. Progres pekerjaan lapangan
11. Kurva S
12. Laporan bulanan K3L
13. Lampiran-lampiran
14. Nama dan tanda tangan konsultan pengawas dan kontraktor pelaksana
5.5.4 Kurva S
Pengendalian pelaksanaan pekerjaan pada proyek dapat diukur dengan
kurva-S. Kurva-S merupakan grafik yang bertujuan untuk memberi gambaran
kemajuan pekerjaan suatu proyek dimana sumbu horizontal menunjukkan waktu
dan sumbu vertikal menunjukan persentase kemajuan suatu proyek. Kemajuan
proyek sendiri biasanya diukur berdasarkan terpenuhinya kriteria-kriteria dari
proyek itu sendiri.
Kriteria suatu proyek yang baik adalah tepat waktu, tepat mutu, tepat
metode, tepat biaya dan ramah bagi lingkungan. Pelaksanaan suatu proyek
pembangunan dapat berjalan lancer dan tanpa kendala serta memenuhi kriteria
merupakan harapan bagi semua pihak yang terlibat dalam proyek, tetapi pada
kenyataanya kadang-kadang muncul beberapa hal tak terduga yang memerlukan
penaganan segera dan setepat mungkin agar kelancaran jalannya proyek tidak
terganggu.
Dalam proyek Penataan Situ Cipondoh terdapat kurva-s rencana dan kurva-
s aktual, setelah melihat perbandingan kurva-s rencana dan kurva-s actual proyek
penataan situ cipondoh, proyek tersebut mengalami keterlambatan durasi dan bobot
yang belum dikerjakan pada saat telah mencapai 180 hari kerja yaitu sebesar 7,71%,
dapat dilihat pada Gambar 5.12.
Gambar 5.12 Kurva-s rencana dan Kurva-s aktual
5.6 Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan (K3L)
Pengendalian K3L pada proyek Penataan Situ Cipondoh berkaitan dengan
penyusunan HSE (Healty, Safety, Environment) plan, Pengamanan proyek
(security plan) dengan target nol insiden (Zero Accident). Adapun tujuan
dari K3L yaitu :
1. Melindungi kesehatan, keamanan, dan keselamatan para pekerja dan
orang lain di tempat kerja
2. Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja guna
mewujudkan zero accident (resiko kecelakaan kerja)
3. Menjamin agar proses pekerjaan berjalan dengan suasana kerja yang
mendukung, bersih dan aman sehingga diharapkan pekerjaan akan lebih
produktif dan efisien K3L dibuat dengan mengikuti ketentuan yang di
keluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) selaku instansi yang
bersangkutan.
5.7.1 Upaya K3L di Lapangan
Pelaksanaan K3L pada proyek Penataan Situ Cipondoh berdasarkan hasil
pengamatan saya, pihak kontraktor telah menyediakan fasilitas untuk
mendukung pelaksanaan K3L seperti :
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Pada proyek ini, standar minimal alat pelindung diri adalah helm safety,
sepatu safety, rompi dan masker seperti yang terlihat pada Gambar 5.11
Adapun himbauan dari divisi safety offcer penggunaan APD terdiri dari
helm safety, kacamata, masker, body harness, rompi, id card, sarung
tangan, sepatu safety, handy talky. Petunjuk K3L yang terpasang pada
proyek Penataan Situ Cipondoh
Gambar 5.13 APD
2. Rambu-rambu Proyek
Rambu-rambu kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
merupakan alat bantu untuk menginformasikan adanya bahaya dan untuk
melindungi keselamatan para pekerja, tamu dilokasi proyek, serta
masyarakat yang berada disekitaran proyek. Berikut adalah rambu-rambu
yang terpasang pada proyek Penataan Situ Cipondoh :

Gambar 5.14 Rambu K3

Anda mungkin juga menyukai