Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

TINJAUAN PENGENDALIAN PROYEK

Pengendalian proyek merupakan hal yang penting dilakukan untuk mengetahui


setiap kegiatan dan kejadian yang terjadi di proyek yang sedang dilaksanakan, sehingga
dapat direncanakan pengendalian apa saja yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
Adapun pengendalian-pengendalian yang perlu dilakukan dalam melaksanakan
suatu proyek adalah:
1. Pengendalian Mutu
2. Pengendalian Waktu Pelaksanaan

4.1 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu (Quality Control) pada suatu proyek dilakukan terhadap
semua item pekerjaan yang ada pada proyek tersebut. Pada umumnya setiap proyek
dilengkapi dengan suatu rencana kerja dan mutu yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan dan pengendalian mutu proyek yang dilakukan. Pengendalian mutu
dilakukan agar proyek yang dilaksanakan mencapai semua sasaran dan persyaratan
mutu yang telah disepakati sebelumnya ada di dalam kontrak.
Pengendalian mutu atau kualitas pekerjaan ini meliputi beberapa item pekerjaan:
a. Slump Test Beton.
b. Kuat Tekan Beton.
c. Kuat Tarik dan Kuat Tekuk Baja.
d. PDA test (Pile Driving Analyzer).

4.1.1 Slump Test


Tujuan pelaksanaan slump test adalah untuk menentukan tingkat keenceran atau
keplastisan adukan beton, sehingga dapat diketahui nilai kekentalan beton tersebut.
Campuran beton ini memerlukan air dan kebutuhannya sesuai dengan perencanaan dan

IV - 1
perhitungan. Campuran dikatakan encer apabila penggunaan air terlalu banyak atau
melebihi dari perencanaan sebaliknya beton dikatakan kental / kaku apabila
penggunaan air kurang dari air yang di rencanakan.
Pengujian slump dilakukan dengan sebuah kerucut terpancung standar dengan
ukuran diameter puncak 10 cm. Diameter dasar 20 cm dan tinggi 30 cm, dan juga
menggunakan tongkat pemadat dengan diameter 1,6 cm dan panjang 60 cm.

Gambar 4.1 Bentuk Bentuk Hasil Slump Test

a) Peralatan
a. Kerucut Abraham
b. Tongkat Besi
c. Sendok Semen
d. Plat Alas
b) Bahan
a. Beton ready mix
c) Metoda pengujian adalah sebagai berikut :
1. Sampel untuk pengujian slump diambil tiga per mixer truck yang
datang ke lokasi proyek.
2. Ketika mobil ready mix telah datang, maka selanjutnya petugas
membawa gerobak untuk meletakkan sampel. Molen pada mobil
diputar terlebih dahulu guna mendapatkan sampel slump yang
tercampur rata kemudian baru dituangkan pada gerobak.

IV - 2
3. Kemudian letakkan cetakan kerucut Abraham pada lokasi yang
relative datar dengan posisi lobang Ø 20 cm atau lobang yang besar
menghadap ke bawah.
4. Kemudian bawa sampel yang telah diambil dan letakkan didekat
kerucut. Tuangkan sampel menggunakan sendok semen dan masukkan
ke dalam kerucut abraham sebanyak 3 lapis. Setiap lapisan di tumbuk
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali, seperti terlihat pada gambar
5.2.

Gambar 4.2 Uji slump test beton

5. Setelah itu ratakan permukaan atas kerucut dengan tongkat pemadat.


6. Selanjutnya angkat cetakan secara vertikal ke atas.
7. Kemudian lakukan pengukuran terhadap keruntuhan yang terjad, dapat
dilihat pada Gambar 5.3.
8. Apabila slump yang diinginkan sudah tercapai maka beton bisa
langsung dipakai. Sedangkan jika slump yang didapat melebihi batas
maksimum yang dibawakan mobil ready mix concrete harus
dikembalikan ke pabrik.

IV - 3
Gambar 4.3 Hasil Pengujian
Nilai slump beton pada tiap kelas/mutu beton berbeda-beda, pada pelaksanaan
pekerjaan struktur jembatan di lapangan dilakukan pengujian slump, item pekerjaan
sebagai berikut:
1) Untuk pekerjaan difragma pada overpass 9 menggunakan mutu fc’ 30 Mpa
dengan slump 11.
2) Untuk pekerjaan top slab pada overpass 6 Abutment 1, Pilar 2 menggunakan
mutu fc’ 30 Mpa dengan slump 11.
3) Untuk pekerjaan diafragma pada overpass 8 menggunakan mutu fc’ 30 Mpa
dengan slump 10.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa slump
beton telah memenuhi spesifikasi, dimana untuk mutu beton Fc’ 30 nilai beton
minimal adalah 10 ± 2.
Untuk data hasil pengujian slump test beton dapat dilihat di lampiran..

4.1.2 Pengujian Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton adalah muatan kekuatan beton maksimum yang dapat dipikul
per satuan luas. Oleh karena itu dalam penggunaanya perlu dicari berapa nilai kuat
tekan betonnya agar sesuai dengan kebutuhan struktur yang direncanakan. Kuat tekan

IV - 4
beton ditentukan dalam job mix design yang telah direncanakan. Pengujian dilakukan
pada benda uji berbentuk silinder.

a. Penyiapan Benda Uji


Dalam pelaksanaan pengecoran di lapangan diambil sampel untuk untuk
pengujian kuat tekan beton. Dibentuk dengan menggunakan cetakan yang telah
disdiakan.
a) Peralatan
a. Kerucut Abraham
b. Tongkat Besi
c. Sendok Semen
d. Plat Alas
e. Silinder 15 x 30 cm
f. Ruskam
g. Tong Kecil
Bahan
a. Beton Ready Mix
b. Oli
b) Metoda Pelaksanaan
1. Lakukan pengisian pada cetakan beton sebanyak 3 lapis dimana setiap
lapisnya dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali pukulan
secara merata pada cetakan yang telah diolesi dengan oli, untuk
pengisian benda uji dapat dilihat pada Gambar 5.4.
2. Kemudian ratakan permukaan beton yang telah dipadatkan tadi dengan
ruskam.
3. Tempatkan cetakan yang telah berisi beton tadi selama ±24 jam dan
diletakkan di lokasi pengujian beton.

IV - 5
Gambar 4.4 Pembuatan Benda Uji

b. Pengujian Benda Uji


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk
silinder, pengujian ini bisa dilaksanakan pada laboratorium.
a) Peralatan
a. Alat uji kuat tekan beton
b. Kompor
c. Cetakan caping
b) Bahan
a. Benda uji silinder ukuran 15 x 30 cm
b. Belerang
c) Metoda Pelaksanaan
1. Setelah 24 jam, mengeluarkan benda uji dari cetakan.
2. Rendam benda uji di bak air hingga saat dilakukan pengujian.
3. Ambil benda uji yang sudah direndam selama waktu yang telah
ditetapkan.
4. Kemudian caping pada permukaan dengan menggunakan belerang
yang telah dipanaskan dengan menggunakan kompor.
5. Lalu tuangkan cairan belerang kedalam cetakan caping secara
merata, agar ketika pengujian tekan, tekanan yang diberikan merata
sehingga hasil dapat lebih maksimal.

IV - 6
6. Kemudian menimbang berat benda uji.
7. Meletakkan benda uji pada mesin penekan secara sentris dan berada
di tengah - tengah.
8. Kemudian jalankan mesin pada alat kuat tekan beton dengan
penambahan beban konstan berdasar 2 sampai 4 kg/cm2 per detik.
9. Baca dial kuat tekan beton pada mesin, jika mesin penekan berhenti
dan beton mulai pecah.
10. Kemudian lakukan perhitungan, dari peritungan tersebut dapat
ditentukan apakah beton telah mencapai kuat tekan rencana atau
yang disyaratkan.

Gambar 4.5 Hasil pengujian kuat tekan beton

Pengambilan contoh dari data pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada
lampiran hasil uji kuat tekan beton.
Kelas beton B1 pada Precast Beam dengan umur uji 7 hari memiliki mutu beton
fc’ = 30 Mpa. Contoh perhitungan kuat tekan beton sebagai berikut:
- Benda uji 1 bentuk silinder
A = ¼ π d2
= ¼ x 3,14 x 152
= 176,625 cm2

IV - 7
P = 440 KN
1 KN = 100 Kg
1 Mpa = 10 Kg/cm²
1 KN/ cm² = 101.972 Kg/cm²
Kuat Tekan Beton = P/A
= 440/176,625
= 2,500 KN/cm²
= 250 Kg/cm²
Fc’ = 250/10 = 25 Mpa
Tabel 4.1 Perhitungan evaluasi kuat tekan beton menurut SNI 2847-2013

Benda Benda Benda Kuat Tekan Uji 3


Tgl
No Tgl Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata2 Pasang Keterangan
Pengujian
Pengecoran (Mpa) (Mpa) (Mpa) (Mpa) (Mpa)
1 05 Juli 2019 12 Juli 2019 36.40 37.10 37.10 36.87 - Precast Beam (F'c 30 Mpa)
2 10 Juli 2019 17 Juli 2019 35.04 34.62 35.46 35.04 - Diafragma (F'c 30 Mpa)
3 12 Juli 2019 19 Juli 2019 32.98 32.57 36.29 33.95 35.29 Parafet ( F'c 30 Mpa)
4 17 Juli 2019 24 Juli 2019 34.63 33.81 32.99 33.81 34.27 Top Slab (f'c 30 Mpa)

Berdasarkan SNI 2847-2013 persyaratan penerimaan mutu kuat tekan beton


adalah sebagai berikut :
1. Setiap nilai rata – rata dari 3 uji kuat tekan yang berurutan mempunyai nilai
sama atau lebih besar dari Fc’ = Fc’ 30 Mpa
2. Tidak ada nilai uji kuat tekan rata – rata (yang dihitung sebagai nilai rata –
rata dari tiga hasil uji) mempunyai nilai dibawah Fc’ lebih dari 3.5 Mppa
untuk mutu beton Fc’ ≤ 35 Mpa.

Evaluasi 1
Nilai rata – rata dari tiga uji kuat tekan yang berurutan adalah 35.29 Mpa.
Kriteria 1 : Dari ketiga hasil uji tersebut terlihat bahwa hasil uji kuat tekan beton
adalah > 30 Mpa.

IV - 8
Kriteria 2 : Dari hasil uji kuat tekan beton diperoleh hasil uji terendah sebesar 33.95
Mpa, akan tetapi nilai ini masih memenuhi syarat karena 33.95 Mpa >
26.50 Mpa.

Evaluasi 2
Nilai rata – rata dari tiga uji kuat tekan yang berurutan adalah 34.27 Mpa.
Kriteria 1 : Dari ketiga hasil uji tersebut terlihat bahwa hasil uji kuat tekan beton
adalah > 30 Mpa.
Kriteria 2 : Dari hasil uji kuat tekan beton diperoleh hasil uji terendah sebesar 33.81
Mpa, akan tetapi nilai ini masih memenuhi syarat karena 33.81 Mpa >
26.50 Mpa

4.1.3 Pengujian Kuat Tarik Baja


Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui
keuletan dan ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta pertambahan
panjang yang dialami oleh bahan tersebut. Pada ujitarik (tensile test) kedua ujung benda
uji dijepi, salah satu ujung dihubungkan dengan perangkat penegang.
Pengujian tarik bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sifat-sifat dan
keadaan dari suatu logam. Pengujian tarik dilakukan dengan penambahan beban secara
perlahan-lahan, kemudian akan terjadi pertambahan panjang yang sebanding dengan
gaya yang bekerja. Kesebandingan ini terus berlanjut sampai bahan sampai titik
propotionality limit. Setelah itu pertambahan panjang yang terjadi sebagai akibat
penambahan beban tidak lagi berbanding lurus, pertambahan beban yang sama akan
menghasilkan penambahan panjang yang lebih besar dan suatu saat terjadi penambahan
panjang tanpa ada penambahan beban, batang uji bertambah panjang dengan
sendirinya. Hal ini dikatakan batang uji mengalami yield (luluh). Keadaan ini hanya
berlangsung sesaat dan setelah itu akan naik lagi.
Kenaikan beban ini akan berlangsung sampai mencapai maksimum, untuk batang
yang ulet beban mesin tarik akan turun lagi sampai akhirnya putus. Pada saat beban

IV - 9
mencapai maksimum, batang uji mengalami pengecilan penampang setempat (local
necting) dan penambahan panjang terjadi hanya disekitar necking tersebut. Pada batang
getas tidak terjadi necking dan batang akan putus pada saat beban maksimum. Pada
pengujian tarik nantinya akan diperoleh sifat mekanik dari logam.
Langkah-langkah pengujian kuat tarik baja adalah sebagai berikut :
a. Peralatan
- Alat pengujian kuat tarik baja
- Jangka sorong
- Alat pemotong
- Centre pin
- Palu

b. Bahan
- Tulangan baja
- Kertas melimeter serta alat tulis

c. Prosedur Pelaksanaan
- Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Membagi benda uji dengan cara menentukan tittik tengah (As)
- Melakukan pengukuran diameter terhadap panjang dan diameter uji, baik sesudah
maupun sebelum melakukan uji kuat tarik baja.
- Melakukan pengujian kuat tarik baja, dan melihat hasil kuat tarik baja melalui
grafik.
- Melakukan pengolahan data

Dari pengujian yang dilakukan di lapangan didapat data tegangan dan regangan pada
Tabel 4.2.

IV - 10
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik Besi

Berikut contoh perhitungan tegangan tarik maksimum pada benda uji dari BJTS 42B
dengan D13mm.
Ao = ¼ π d2
= ¼ × 3.14 × 13²
= 132.655 mm²
𝐹𝑢 = 81.25 Kn = 81250 N
𝑓𝑢 = Pm/Ao
= 81250/132.665 = 612.45 N/mm²
Keterangan
Ao = Luas Penampang awal Baja
𝑓𝑢 = Tegangan tarik
Fu = Gaya Ultimate
Berikut contoh perhitungan tegangan leleh maksimum pada benda uji dari BJTS
420B denga D13mm.

IV - 11
Ao = ¼ π d2
= ¼ × 3.14 × 13²
= 132.655 mm²
𝑃𝑦 = 63.75 Kn = 63750 N
𝑓𝑦 = Py/Ao
= 63750/132.655 = 480.57 N/mm²
Keterangan
Ao = Luas Penampang awal Baja
𝑓𝑦 = Tegangan leleh
𝐹𝑦 = Gaya leleh

Pada pengujian kuat tarik baja yang dilakukan pada proyek pembangunan Jalan
Tol Serang – Panimbang diperoleh nilai tegangan dan regangan pada benda uji D13
sebagai berikut:
1. 𝑓𝑢 = 612.45 Mpa
2. 𝑓𝑦 = 480.57 Mpa
Tabel 4.3 Jenis Kelas Baja Tulangan

Sumber: Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan

IV - 12
Berdasarkan hasil pengujian kuat tarik dan kuat leleh baja, dapat
diambil kesimpulan bahwa baja yang digunakan telah memenuhi spesifikasi,
dimana syarat minimal untuk kuat leleh baja BJTS 40B adalah 420 MPa
sedangkan hasil uji didapatkan sebesar 480.7 MPa dan syarat minimal untuk
kuat tarik baja adalah 525 MPa sedangkan hasil uji didapatkan sebesar 612.45
MPa.

4.1.4 PDA (Pile Driving Analyzer) Test


PDA test adalah suatu sistem pengujian dengan menggunakan data digital
computer yang diperoleh dari strain transducer dan accelerometer untuk memperoleh
kurva gaya dan kecepatan ketika tiang dipukul menggunakan Hammer dengan berat
tertentu.
Hasil dari PDA Test ini berupa :
Kapasitas Tiang
Transfer energi hammer ke tiang
Integritas tiang
a) Peralatan
 PDA-PAX
 Dua buah wireless strain transducer
 Dua buah wireless accelerometer
 Perlatan tambahan seperti gerinda, bor tangan dan Alat Pelindung Diri
(APD)

b) Metoda Pelaksanaan
Pengujian PDA Test pelaksanaannya mengacu mengacu pada ASTM D-
4945-08 (Standard Test Method for High-Strain Dynamic of Deep Fondation)
berikut adalah prosedur pengujian PDA test :

IV - 13
1. Pekerjaan persiapan
 Penggalian tanah sekeliling kepala tiang apabila kepala tiang
rata dengan permukaan tanah.
 Perapian kepala tiang agar rata, simetris dan tegak lurus.
 Pemasangan instrument strain transducer dan accelerometer
dengan cara dibor dengan sisi tiang dan saling tegak lurus
dengan jarak minimal 1.5 x diameter kepala tiang.
 Persiapkan Hammer pada kepala tiang.
 Masukkan data tiang dan palu pada PDA-PAX. Data tiang
seperti nomer identifikasi tiang, tanggal pemancangan tiang,
panjang tiang yang digunakan serta panjang tiang yang tertanam
dan berat Hammer yang digunakan.
 Lakukan pengecekan ulang untuk memastikan pengujian telah
siap dilakukan.

Gambar 4.6 Dokumentasi penggalian tanah di sekitar tiang pancang

IV - 14
Gambar 4.7 Dokumentasi pemasangan komponen PDA test

Gambar 4.8 Dokumentasi proses input data

2. Pekerjaan pengujian
 Palu yang diangkat setinggi 1.5 – 2 m dengan menggunakan alat
crane lalu dijatuhkan ke kepala tiang. Posisi palu saat dijatuhkan

IV - 15
ke kepala tiang. Posisi palu saat dijatuhkan harus tegak lurus agar
energy yang ditransferkan oleh palu terhadap tiang bisa
maksimum.
 Setelah palu dijatuhkan ke kepala tiang, didapat variabel tiang
yang diuji seperti kapasitas daya dukung tiang (RMX), energy,
penurunan maksimum tiang (DMX), dan nilai keutuhan tiang
(BTA).
 Setelah pengujian dilaksanakan, dilakukan analisa lebih lanjut
dengan metoda Case Pile Wave Analysis Program (CAPWAP)
untuk memperoleh load transfer tiang, perilaku tanah disekelilingb
tiang dan berbagai data lainnya.
 Hasil pengujian beban maksimum harus 200% dari beban rencana.

Gambar 4.9 Dokumentasi proses pengujian PDA test

IV - 16
Berikut ini adalah data dan hasil pengujian PDA test tiang pancang pada
Abutment 1 dengan nomer tiang 1A pada Overpass 5.

Tabel 4.4 Data tenis dari tiang pancang

Tabel 4.5 Data hasil pengujian energy dan tegangan pada material tiang pancang

Tabel 4.6 Data hasil pengujian daya dukung riang pancang.

Berdasarkan dari hasil pengujian PDA test pada tiang pancang Abutment 1
overpass 5 dengan nomer tiang 1A dapat disimpulkan bahwa tiang pancang telah

IV - 17
memenuhi syarat faktor aman dikarenakan nilai daya dukung ultimit tiang
tunggal (Qu) dari hasil SPT yaitu sebesar 380 ton, tidak melebihi dari nilai daya
dukung ultimit tiang tunggal hasil pengujian PDA Test (Ru) yaitu sebesar 421,1
ton.

4.2 Pengendalian Waktu


Pada proyek ini pelaksana telah membuat suatu jadwal yang telah direncanakan
yang dinamakan time schedule. Time schedule atau penjadwalan adalah suatu daftar
yang berisikan skala pembagian waktu pelaksanaan pekerjaan proyek yang diatur
sedemikian rupa sehingga didapat urutan kerja yang bisa dilaksanakan secara
sistematis, efisien dan tepat waktu. Apabila benar-benar diterapkan pada pelaksanaan
di lapangan. Akan tetapi dalam praktik kerja lapangan di Pembangunan Jalan Tol
Serang – Panimbang ini data tersebut dilindungi oleh pihak kontraktor pelaksana untuk
tidak keluar dari lingkungan proyek.
Akan tetapi dikarenakan tidak didapatkannya data time schedule saat PKL,
maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pembangunan struktur jembatan di Proyek
Pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang mengalami kendala, dikarenakan ada
beberapa lokasi pembangunan struktur jembatan yang lahannya belum dibebaskan oleh
pihak yang berwenang. Contohnya adalah di Overpass 1 Pipitan dimana lahan untuk
pembangunan abutment sendiri belum bebas, sehingga pembangunan untuk overpass
tersebut baru pada bentang Pilar 1 dan Pilar 2.

IV - 18

Anda mungkin juga menyukai