Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Spektran

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/index Vol. 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87

ANALISIS PRODUKTIVITAS METODE PELAKSANAAN PENGECORAN BETON READY


MIX PADA BALOK DAN PELAT LANTAI GEDUNG
Ariany Frederika1 dan Ida Ayu Rai Widhiawati1

Abstrak : Penggunaan teknologi metoda pelaksanaan konstruksi beton pada gedung bertingkat
mengalami perkembangan yang signifikan, baik dari pengolahan bahan campuran beton maupun peralatan
pengecorannya. Beberapa peralatan pengecoran diantaranya lift cor dan Concrete pump, keduanya
menghasilkan produktivitas yang berbeda, sehingga berpengaruh terhadap waktu dan biaya pelaksanaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas peralatan pengecoran, menganalisis biaya dan waktu,
serta titik impas metode pelaksanaan pengecoran beton ready mix pada balok dan pelat lantai gedung
bertingkat, khususnya pada lantai II, III dan IV menggunakan Lift Cor dan Concrete pump. Data
diperoleh dengan wawancara dan observasi pelaksanaan pengecoran dari proyek konstruksi
g e d u n g yang menggunakan beton ready mix dengan mutu K-300. Metoda analisis Regresi dan
Korelasi digunakan untuk memperoleh perbandingan biaya dan waktu pelaksanaan pengecoran, serta
analisis Break Even Point untuk mendapatkan titik impas volume pengecoran terhadap biaya dan waktu
pelaksanaan. Hasil analisis menunj ukkan produktivitas p engecoran menggunakan lift cor pada lantai
II, III, dan IV sebesar 7,166 m3/jam, 5,945 m3/jam, 5,125 m3/jam; dengan concrete pump untuk lantai
II, III, dan IV sebesar 36 m3/jam, 30 m3/jam, 24 m3/jam. Perbandingan biaya tiap pertambahan 1 m3
pengecoran menggunakan LC dan CP sebesar Rp. 99.330 : Rp.19.000 (5,23 : 1), dan perbandingan waktu
sebesar (8,272: 2,172) menit atau (3,8 : 1). Titik impas volume terhadap biaya pengecoran menunjukkan
bahwa pada Lt. II dengan volume lebih besar dari 95,89 m3 pengecoran lebih optimal menggunakan concrete
pump.

Kata kunci: metode pengecoran, produktivitas, lift cor, concrete pump, regresi, titik impas

PRODUCTIVITY AND BREAK EVEN POINT ANALYSIS OF READY MIX CASTING


METHOD ON THE BEAMS FLOOR SLABS OF STOREY BUILDINGS

Abstract: Implementation method technology of multi-storey building concrete construction is experiencing


significant growth, both in material processing and casting equipment. Several casting equipment including
concrete lift and concrete pump have different productivities which contribute to time and cost. This research
aims to analyze the productivity of casting equipment, time and cost required, as well as the break-even point of
casting method of ready mix concrete application on the beams and the floor slabs of buildings, particularly on
the second- floor, third- floor and forth-floor using concrete lift and concrete pump. Data was obtained by
conducting interviews and observations concerning casting implementation of building construction projects
that use K-300 ready- mix concrete. Regression and Correlation analysis are used to obtain time and cost
comparison between both method of casting implementation, as well as Break Even Point analysis to obtain
breakeven point of casting volume with regards to cost and time. The analysis showed that casting productivities
using lift on first, second and third floor are 7,166 m3/h, 5,945 m3/h, 5,125 m3/h, while the productivities using
concrete pump on first, second and third floor are 36 m3/h, 30 m3/h , 24 m3/hour. Cost comparison of 1 m3
increment of casting using concrete lift and concrete pump is Rp. 99 330: Rp.19.000 (5.23: 1), while time ratio
is 8.272 minutes: 2,172 minutes (3.8: 1). Breakeven point analysis towards casting cost showed that the second
floor which has volume greater than 95.89 m3, using concrete pump method is more optimal than concrete-lift.

Keywords: casting method, productivity, concrete lift, concrete pump, regression analysis, breakeven point

1
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar.
Corresponding email: arianyfrederika1@yahoo.com

56
Jurnal Spektran
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/index Vol. 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87

PENGECORAN BETON
PENDAHULUAN Beton merupakan campuran antara agregat
Teknologi pelaksanaan proyek konstruksi halus, agregat kasar, semen portland atau semen
beton pada gedung bertingkat mengalami hidraulik yang lain, dan air, dengan atau tanpa
perkembangan yang signifikan, baik dari bahan additive (tambahan) sebagai percepatan
pengolahan bahan campurannya sampai pada pemadatan (SNI 03-2847-2002). Pengecoran
tahap pengerjaannya, salah satunya pada metode beton pada balok dan pelat lantai dapat
menggunakan peralatan pengecoran beton. dilaksanakan setelah struktur kolom selesai
Peralatan yang ada harus disesuaikan dengan dikerjakan, dilanjutkan dengan pemasangan
ketinggian bangunan tersebut, disamping perancah dan bekisting, penulangan balok dan pelat
memperhatikan keadaan di lapangan maupun lantai, kemudian dilanjutkan dengan pengecoran
pertimbangan-pertimbangan lain dari kontraktor. beton. Proses pengecoran beton dimulai saat
Salah satu komponen struktur gedung bertingkat beton plastis dituangkan ke dalam cetakan baik
yang menggunakan beton dan memiliki volume menggunakan bucket (dibantu dengan alat berat)
yang besar ialah konstruksi balok dan pelat lantai. maupun melalui pipa. Beton yang sudah dituang ke
Beton merupakan campuran agregat halus, area pengecoran kemudian dikonsolidasikan dan
agregat kasar, semen, dan air dengan atau tanpa diratakan. Konsolidasi dilakukan bertujuan untuk
bahan tambahan lainnya (Murdock,1999). mengurangi rongga dalam beton, dapat dilakukan
Pengadukan beton secara masinal ada dua yaitu secara manual dengan cara merojok
beton site mix yang diproduksi dengan concrete menggunakan besi batang atau sekop, dan
mixer (molen) pada lokasi proyek dan beton ready dapat dilakukan dengan alat penggetar (vibrator).
mix (siap pakai) diproduksi pada perusahaan
batching plant di luar proyek. Dalam pelaksanaan Beton Ready Mix (Siap Pakai)
pengecoran beton secara konvensional pada Beton ready mix menurut Nilson, dkk. (2008)
gedung bertingkat yang menggunakan beton siap adalah beton yang pencampuran materialnya
pakai (ready mix), ada beberapa peralatan d i b u a t di lokasi batching plan, kemudian
pengecoran yang digunakan seperti lift cor dan beton ready mix dalam bentuk beton segar diangkut
concrete pump. Lift cor adalah alat untuk menggunakan truk mixer ke lokasi proyek.
memindahkan beton secara vertikal dengan Penggunaan beton ready mix pada konstruksi
menggunakan bucket. Concrete pump adalah alat bangunan sangat menguntungkan dibandingkan
yang berupa pipa atau selang yang dapat dipasang dengan beton yang diproduksi sendiri, terutama
kombinasi vertikal dan horisontal atau miring jika dipergunakan dalam volume yang besar dan
untuk memompa dan menyalurkan beton. pada konstruksi pracetak. Keuntungan ini
Setiap peralatan pengecoran yang digunakan didapat dari waktu yang seharusnya
menghasilkan produktivitas yang berbeda- beda dipergunakan untuk proses pembuatan beton
sehingga berpengaruh terhadap lamanya waktu dapat dihilangkan sehingga pekerjaan hanya
pengecoran dan sangat erat kaitannya dengan biaya dibutuhkan saat proses pengecoran beton, selain
yang akan dikeluarkan dalam penyelesaian itu proses pencampuran tertentu dapat tercapai dan
proyek. Pilihan menggunakan peralatan mutu beton yang diharapkan dapat terpenuhi.
pengecoran yang tepat tentu akan menguntungkan Beton ready mix dapat disiapkan dengan
kontraktor. Untuk mendapatkan acuan dalam beberapa jalan, yaitu (Peurifoy et al.,1996):
menyelesaikan pekerjaan pengecoran, maka perlu 1. Central-mixed concrete, dimana
dianalisis produktivitasnya agar dapat diperkirakan pencamp uran material beton
biaya dan waktu pelaksanaan yang optimal. sepenuhnya dilakukan dalam suatu mixer dan
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk: diangkut ke proyek dengan menggunakan truk
1. Untuk menganalisis produktivitas pengecoran molen.
beton ready mix menggunakan peralatan lift cor 2. Shrink-mixed concrete, dimana setengah
dan concrete pump pada balok dan pelat lantai pencampuran material beton dilakukan di
gedung dalam suatu mixer kemudian dimasukkan
2. Untuk menganalisis perbandingan biaya dan dalam truk mixer dan pencampuran
waktu pelaksanaan metode pengecoran beton selanjutnya dilakukan dalam perjalanan ke
ready mix menggunakan peralatan lift cor dan lokasi proyek.
concrete pump. 3. Truck-mixed concrete, dimana pencampuran
3. Untuk menganalisis titik impas volume terhadap material beton sepenuhnya di dalam truk
biaya dan waktu masing-masing peralatan mixer, dengan 70 sampai 100 putaran pada
pengecoran beton ready mix pada balok dan suatu kecepatan yang cukup untuk
pelat lantai gedung mencampur beton. Beton jenis ini
umumnya disebut “transit mixer concrete”
karena dicampur dalam perjalanan.

57
Jurnal Spektran
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/index Vol. 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87

Truk mixer merupakan alat yang digunakan untuk dengan seluruh sumber daya yang digunakan
membawa campuran beton segar dari pabrik (input). Produktivitas alat tergantung pada
pembuatan ready mix (batching plan) ke lokasi kapasitas dan waktu siklus alat. Rumus dasar
proyek dengan sistem bak yang terus berputar untuk mencari produktivitas alat adalah
dengan kecepatan yang sudah diatur sedemikian (Rostiyanti, 2008):
rupa supaya campuran beton selama dalam
perjalanan tidak berkurang kualitasnya.
Produktifitas = kapasitas (1)
CT
Peralatan Pengecoran atau
Secara umum jenis peralatan pengecoran
yang digunakan dalam pelaksanaan pengecoran di
volume pekerjaan
Produktifitas = (2)
lapangan yaitu lift cor dan concrete pump. durasi
Masing - masing memiliki spesifikasi, Jika faktor efisiensi alat dimasukan maka rumus
produktifitas dan teknis pengecoran yang berbeda – menjadi :
beda. 60
1. Lift Cor adalah alat yang digunakan untuk Produktifitas = kapasitas x x efisensi (3)
mengangkut campuran beton secara vertikal,
CT
dilengkapi bucket dengan penggerak mesin Keterangan:
diesel untuk mengalirkan menuju area yang 3
Produktifitas alat dihitung dalam m /jam, waktu
dicor dengan lintasan terbuka (talang), dibuat alat ditetapkan dalam menit (60 menit)
sesuai kebutuhan di lapangan. Lift ini terdiri kapasitas = kapasitas bucket untuk menampung
dari tiang-tiang baja yang disusun secara 3
vertikal sesuai ketinggian yang diinginkan. beton dalam m
Panjang masing-masing tiang baja berbeda- CT = cyclus time / waktu siklus (menit)
beda yaitu, panjang tiang pertama 4,5 m, tiang efisiensi = waktu efektif alat bekerja dalam satu
kedua 3,5 m, tiang ketiga dan seterusnya jam (menit/jam)
memiliki panjang 3 m. Tiang baja pertama
dijadikan s e b a g a i pondasi lift, ditanam Siklus kerja pemindahan material merupakan
kurang lebih 1 meter. Tiang-tiang lift juga suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan
diperkuat dengan besi pengait ke struktur utama dalam kegiatan tersebut adalah memuat,
bangunan. Lift ini dilengkapi dengan bucket memindahkan, membongkar muatan dan kembali
yang digunakan untuk menampung adukan ke kegiatan awal. Semua kegiatan itu dapat
beton, kapasitas bucket yang digunakan adalah dilakukan oleh satu alat atau beberapa alat.
0,2 m3. Bucket ini ditarik kawat baja yang Waktu yang diperlukan dalam melakukan
digerakkan oleh mesin diesel berdaya 20 Pk. kegiatan tersebut disebut waktu siklus atau cycle
time (CT), dirumuskan sebagai berikut (Rostiyanti,
2. Concrete Pump adalah alat yang dapat dipasang 2008):
kombinasi vertikal dan horisontal atau
miring, untuk menyalurkan bahan cor beton CT = LT + HT + DT + RT + ST (4)
melalui saluran tertutup (pipa/selang) dengan
pemompaan ke tempat pengecoran Keterangan:
(Rochmanhadi, 1992). Agar pompa dapat a. Waktu muat atau loading time (LT), yaitu
bekerja dengan baik, pengecoran harus dilakukan waktu yang dibutuhkan alat untuk memuat
dengan konsisten dan waktu pelaksanaan material ke dalam alat angkut sesuai
yang seragam. Pompa tersedia dalam berbagai kapasitasnya.
ukuran, dimana pompa dapat mengirimkan b. Waktu angkut atau hauling time (HT), yaitu
beton dari 8 sampai 115 m3 per jam. waktu yang diperlukan alat untuk bergerak
Pemompaan yang efektif antara 90 - 300 meter dari tempat pemuatan ke tempat pembongkaran
horizontal, atau 30 - 90 meter vertikal, namun material.
pompa jenis tertentu dapat memindahkan beton c. Waktu pembongkaran atau dumping time
sampai 1500 meter horizontal dan 300 meter (DT), yaitu waktu yang diperlukan alat untuk
vertikal. Produksi aktual tergantung dari pembongkaran material di tempat yang
beberapa hal, antara lain: tipe pompa yang ditentukan.
dipakai, ukuran pipa pengecor, dan efisiensi d. Waktu kembali atau return time (RT), yaitu
operasi. waktu yang diperlukan alat untuk kembali ke
tempat pemuatan.
Produktivitas Peralatan e. Waktu tunggu atau spotting time (ST), yaitu
Produktivitas adalah perbandingan antara waktu alat menunggu sampai alat diisi embali.
output dan input hasil yang didapat (output)

58
Jurnal Spektran
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/index Vol. 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87

Faktor efisiensi alat sangat mempengaruhi


produktivitas, dimana efisiensi alat tersebut bekerja 3. Biaya Peralatan
tergantung dari beberapa hal yaitu : Peralatan yang diperlukan untuk suatu jenis
1. Kemampuan operator pemakai alat pekerjaan konstruksi, didalamnya harus
2. Pemilihan dan pemeliharaan alat termasuk bangunan-bangunan sementara,
3. Perencanaan dan pengaturan letak alat mesin-mesin dan alat-alat manual. Peralatan ini
4. Topografi dan volume pekerjaan bisa merupakan peralatan milik sendiri maupun
5. Kondisi cuaca sewa dari pihak lain. Perhitungan analisis biaya
6. Metode pelaksanaan alat peralatan dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu
biaya kepemilikan alat dan biaya pengoperasian
Dalam menentukan besarnya efisiensi kerja alat
alat di lapangan memang sulit, namun berdasarkan 4. Biaya Tak Terduga
pengalaman dapat ditentukan efisiensi yang Biaya tak terduga dimaksudkan untuk
mendekati kenyataan, seperti tabel 1 mengurangi resiko-resiko yang terjadi akibat
(Rochmanhadi, 1984). suatu hal diluar perkiraan dan perencanaan,
misalnya kenaikan harga bahan, upah, sewa alat
Tabel 1. Efisiensi Kerja dan sebagainya. Jumlah biaya tak terduga dapat
Kondisi Pemeliharaan Mesin ditentukan secara langsung dengan
membandingkan jumlah biaya total.
Operasi Baik Buruk
Buruk Sekali
Alat Sekali Baik Sedang 5. Keuntungan
Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60 Analisis Regresi dan Korelasi
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54 Regresi dan korelasi digunakan untuk
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45 mempelajari pola dan mengukur hubungan statistik
Buruk Sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32 antara dua atau lebih variabel, jika digunakan
Sumber: Rochmanhadi (1984) hanya dua variabel disebut regresi dan korelasi
sederhana dan jika digunakan lebih dari dua
Analisis Biaya dan Waktu Pelaksanaan variabel disebut regresi dan korelasi berganda
Pada dasarnya setiap pembangunan tidak (Wirawan, 2012). Menurut Dajan (2008) analisis
terlepas dari kecermatan seorang pelaksana untuk regresi adalah analisis yang dapat mengubah suatu
merancang suatu metode kerja yang efisien. data menjadi suatu fungsi. Dengan analisis ini bisa
Metode kerja yang efisien sangat berpengaruh pada mengubah data-data dari survey atau eksperimen di
biaya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan lapangan menjadi suatu fungsi matematik. Data
tersebut. Selain metode, peralatan yang digunakan tersebut terdiri dari 2 kelompok dan dapat
juga harus diperhatikan, karena akan berpengaruh diperoleh dari berbagai bidang kegiatan yang
terhadap biaya dan waktu pelaksanaan. Menurut menghasilkan pasangan observasi atau pengukuran
Soedradjat (1994), dalam menentukan harga satuan sebanyak n yang dinyatakan sebagai (Xi, Yi) di
analisis didasarkan pada 5 komponen biaya, yaitu mana i = 1, 2, . . . , n.
biaya bahan/material, tenaga kerja, peralatan, biaya Hubungan fungsional (sebab-akibat) antara
tak terduga (overhead), dan keuntungan (profit). variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dalam
1. Biaya Material bentuk fungsi dinyatakan sebagai Y = f(x), yang
Untuk menaksir biaya material dibuat suatu artinya nilai variabel Y tergantung dari atau
daftar bahan yang menjelaskan mengenai dipengaruhi oleh nilai variabel X. Sifat hubungan
banyaknya, ukuran, berat dan ukuran lain yang antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat
diperlukan. Harga bahan yang dipakai (Y), dapat positif, negatif atau tidak ada hubungan.
merupakan harga bahan di tempat pekerjaan, Hubungan positif yang juga disebut hubungan
sudah termasuk biaya angkutan, menaikkan dan searah, artinya bila nilai X naik maka nilai Y juga
menurunkan. naik atau sebaliknya bila nilai X turun maka nilai Y
2. Upah Tenaga Kerja juga turun. Hubungan negatif disebut juga
Produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan hubungan berlawanan arah, artinya bila nilai X naik
menghasilkan suatu unit produksi dalam satuan maka nilai Y akan turun atau sebaliknya bila nilai
waktu tertentu dari tenaga kerja. Jumlah tenaga X turun maka nilai Y akan naik. Tidak ada
kerja yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan hubungan, artinya bila nilai X berubah (naik/turun),
diketahuinya beberapa variabel seperti volume maka nilai Y tidak akan berubah (tetap). Bila ketiga
pekerjaan, durasi, produktivitas, sehingga biaya jenis sifat hubungan antara dua variabel tersebut
upah tenaga kerja dapat dihitung dinyatakan dalam grafik, bentuk grafiknya seperti
pada Gambar 1.

59
Jurnal Spektran
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/index Vol. 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87

Y Y Y

0 X 0 X 0 X
(a) Hubungan positif (b) Hubungan negatif (c) Tidak ada hubungan
positif
Gambar 1. Tiga Grafik yang menyatakan hubungan variabel X dan Y
Sumber: Wirawan (2012)

Analisis Regresi Linier Sederhana


(7)
Secara umum persamaan garis regresi linier
sederhana dinyatakan sbb:
(8)
(5) Keterangan: (5)
Rumus persamaan regresi tersebut diperoleh Ŷ = Taksiran nilai Y
dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil X = Variabel bebas (data pengamatan)
(Least Squares Method). Apabila diberikan Y = Variabel terikat (data pengamatan)
serangkaian data sampel (Xi, Yi) dengan i = 1, 2, 3 a = konstanta atau titik potong dengan sumbu
…. n, maka nilai dugaan (peramalan) kuadrat Y, bila X = 0
terkecil bagi parameter dalam persamaan garis b = arah garis regresi, yang menyatakan
regresi dinyatakan sebagai berikut (Wirawan, perubahan nilai Y akibat perubahan 1 unit
2012): X
n = banyaknya pasangan data observasi/
pengukuran
(6) Nilai koefisien regresi bisa bertanda positif
Metode kuadrat terkecil akan memberikan atau negatif, hal teresebut menyatakan arah
jumlah kuadrat deviasi vertikal (tegak) dari titik – hubungan atau pengaruh variabel bebas X terhadap
titik observasi ke garis regresi tersebut sekecil variabel terikat Y. Interpretasi terhadap nilai
mungkin, atau dengan kata lain metode kuadrat koefisien regresi (b) adalah sebagai berikut:
terkecil memberikan ∑(Yi – Ŷ)2 = ∑(ei)2 yang  b = A (b bertanda positif), artinya bila nilai
terkecil. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 variabel bebas X naik/bertambah 1 unit, maka
mengenai kriteria kuadrat terkecil. nilai variabel Y naik/bertambah sebesar 1
unit. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X
Y turun/berkurang 1 unit, maka nilai variabel Y
(Xi turun/berkurang sebesar 1 unit.
ei ,Yi)  b = -A (b bertanda negatif), artinya bila nilai
variabel bebas X naik/bertambah 1 unit, maka
(Ŷ = a + bX)
nilai variabel Y akan turun/berkurang sebesar
1 unit. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X
turun/berkurang 1 unit, maka nilai variabel Y
a akan naik/bertambah sebesar 1 unit.
0 X Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui
Gambar 2 Kriteria Kuadrat Terkecil keeratan hubungan (kuat-lemahnya) hubungan
Sumber: Wirawan (2012) antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y,
tanpa melihat bentuk hubungannya, apakah linier
Agar jumlah kuadrat simpangan vertikal ke atau tan-linier. Kuat-lemahnya hubungan antara
garis regresi yaitu ∑(Yi – Ŷ)2 sekecil mungkin, dua variabel dilihat dari koefisien korelasinya.
maka ∑(Yi – Ŷ)2 = ∑(ei)2 diminimumkan terhadap Koefisien korelasi linier (r) adalah ukuran
a dan b. Untuk menentukan nilai a dan b diberikan hubungan linier antara dua variabel/peubah acak X
dengan rumus sebagai berikut:

60
Jurnal Spektran
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/index Vol. 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87

dan Y untuk mengukur sejauh mana titik-titik dari wawancara dan observasi (pengamatan
menggerombol sekitar sebuah garis lurus regresi. langsung) di lapangan yaitu jumlah tenaga kerja
Sedangkan koefisien determinasi ( r2 ) merupakan dan peralatan yang dibutuhkan, kapasitas alat dan
alat untuk mengukur ketepatan garis regresi volume pekerjaan serta waktu kerja alat dan tenaga
terhadap sebaran datanya. Rumusan untuk kerja saat proses pengecoran, sedangkan data
koefisien korelasi ada dua, yaitu: Analisis korelasi sekunder berupa gambar struktur bangunan, upah
biasanya dilakukan secara bersamaan dengan tenaga kerja, biaya sewa dan jenis peralatan yang
analisis regresi. Jika analisis korelasi dilakukan digunakan (lift cor dan concrete pump).
secara bersamaan dengan analisis regresi, maka
koefisien korelasi merupakan akar dari koefsien Perhitungan waktu siklus
determinasi, yang dapat dihitung dengan rumus Hasil observasi dilapangan ditabulasi dan
sebagai berikut: dihitung sehingga diperoleh waktu siklus
(9) pengecoran dengan Lift cor dan Concrete pump.
Rekapitulasi rata-rata waktu siklus terdapat pada
tabel 2 dan 3 sebagai berikut:

Tabel 2 Rekapitulasi Data Rata-Rata Waktu


(10) Siklus Lift Cor
Rata- Waktu Siklus (detik) Total Per 6 m3
Rata Waktu
(11) (dtk)
Lantai LT HT DT RT ST (dtk) (menit)

II 30.140 9.990 20.210 5.010 10.000 75.350 2486.550 41.443


Titik Impas (Break Even Point / BEP)
Break Even Point (BEP) memiliki pengertian III 30.220 20.245 20.548 9.846 10.000 90.859 2998.347 49.972
yang sama dengan kata-kata titik impas, tidak rugi-
tidak untung atau seimbang (Soehardi, 1995). IV 30.189 29.914 20.333 14.917 10.000 105.353 3476.649 57.944
Menurut Nugraha (1985), break event point adalah
suatu keadaan tertentu (titik), dimana keadaan Sumber: hasil survey (2015)
netral, tidak untung dan tidak rugi atau keadaan
dimana suatu alternatif tidak lebih baik ataupun
tidak lebih jelek dari alternatif yang lainnya. Tabel 3 Rekapitulasi Data Rata-Rata Waktu
Sebaliknya dikatakan bahwa di atas atau di bawah Siklus Concrete pump
titik tersebut, keadaan adalah jelek atau baik, Rata-rata Waktu Siklus (detik) Total
alternatif A lebih baik dari alternatif B, dan Waktu
Lantai LT HT DT RT ST
sebagainya. (dtk)
Penggunaan analisis BEP dapat digunakan
untuk mengetahui titik impas, dari pengecoran II 0.810 0 4.260 0 5 10.070
beton ready mix pada balok dan pelat lantai gedung III 0.920 0 5.690 0 5 12.010
mengunakan peralatan yang satu dengan yang
IV 1.420 0 8.450 0 5 14.870
lainnya. Dalam analisis BEP ini, dicari perpotongan
Sumber: hasil survey (2015)
dari persamaan garis regresi dari masing-masing
peralatan pengecoran. Perpotongan dari persamaan
garis yang dapat digunakan adalah metode HASIL DAN PEMBAHASAN
eliminasi, yaitu dengan cara mengalikan dengan Berdasarkan perhitungan produktivitas
sebuah angka sehingga ada variabel yang diperoleh perbandingan biaya dan waktu, kemudian
mempunyai koefisien yang sama. dianalisis regresi dan korelasi untuk mendapatkan
perbandingan dan titik impas biaya dan waktu
METODE PENELITIAN masing - masing peralatan pengecoran tiap
lantainya. Analisis regresi bertujuan untuk
Survei dan Tabulasi Data
mendapatkan persamaan garis fungsi dari data
Survei dilakukan pada dua proyek dengan
pengamatan waktu dan perhitungan biaya, sehingga
ketinggian bangunan yang sama yaitu Proyek
Pembangunan Hotel Santika untuk metoda bisa digunakan dalam menaksir perhitungan biaya
pengecoran dengan Lift cor yang berlokasi di dan waktu pengecoran dalam volume tertentu.
Selain itu persamaan garis tersebut dapat digunakan
Seminyak, Badung dan Proyek Pembangunan Hotel
dalam perhitungan titik impas (break even point)
Avani Nusa Dua Circle untuk metode pengecoran
antara peralatan yang satu dengan yang lainnya.
dengan Concrete Pump. Data primer yang dicari
Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui kuat

61
Jurnal Spektran
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/index Vol. 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87

lemahnya hubungan antara biaya dan waktu


terhadap volume pengecoran.

Produktivitas dan koefisien tenaga kerja Lift


Cor
Pengecoran Balok dan Pelat Lantai II
Volume pekerjaan = 6 m3
Durasi pengamatan = 41,443 menit
Waktu siklus = 75,351 detik = 1,256 menit
Hasil Analisis Regresi dan Korelasi
Jumlah tenaga kerja (Mandor + Pekerja) Dari hasil pada tabel 4 kemudian dianalisis
= 1 + 10 = 11 orang regresi dan korelasi menggunakan persamaan 5
sampai persamaan 11 untuk setiap kelipatan 6 m3
pengecoran masing-masing peralatan pengecoran
60 dan diperoleh persamaan masing-masing seperti
Prod. alat = kapasitas x x efisiensi
CT pada Tabel 6 dan Tabel 7.
60
= 0,2 x x 0,75 LIF COR CONCRETE PUMP
1,256 Tingkat Pers. Regresi Pers. Regresi
Lantai
= 7,166 m3/ jam ( Ŷ = a + bX ) ( Ŷ = a + bX )
Prod. tenaga kerja = prod. alat = 7,166 m3/ jam II
Nilai a dan
Ŷ= 0,4775 + 0,0749X
Nilai a dan b
Ŷ= 3,8 + 0,0154X
b (juta) (juta)
III Ŷ= 0,6229 + 0,0962X Ŷ= 3,8 + 0,0185X
Selanjutnya, perhitungan untuk lantai III dan IV
IV Ŷ= 0,9553 + 0,1269X Ŷ= 3,8 + 0,0231X
dapat dilihat di Tabel 4.
3
Tabel 4 Produktivitas, dan Upah (1 m /jam) Rata-rata Biaya dengan LC:
pengecoran dengan Lift cor
Ŷ= 0,68523 + 0,09933 X

Rata-rata Biaya dengan CP:


Ŷ = 3,8 + 0,019 X

Tabel 7 Rekapitulasi persamaan regresi waktu Lift


Cor dan Concrete Pump
Tingkat LIFT COR CONCRETE PUMP
Produktivitas dan koefisien tenaga kerja dengan Lantai Pers. Regresi ( Ŷ = a + Pers. Regresi ( Ŷ = a + bX )
bX ) Nilai a dan b (jam)
Concrete Pump (CP)
Nilai a dan b (jam)
Pengecoran balok dan plat lantai II II Ŷ= 0,0023 + 0,1152X Ŷ= 0,0173 + 0,0309X
Volume pekerjaan = 6 m3
III Ŷ= 0,0079 + 0,1382X Ŷ= 0,2660 + 0,0362X
Durasi pengamatan = 10,07 menit
Jumlah tenaga kerja = Mandor + Pekerja IV Ŷ= 0,0156 + 0,1602X Ŷ= 0,5175 + 0,0415X
= 1 + 12
= 13 orang Rata-rata waktu dengan LP:
Produktifitas alat dan tenga kerja (grup) Ŷ = 0,0086 + 0,13787 X
volume 6
   0,6 m 3 /menit  36 m 3 /jam Rata-rata waktu dengan CP:
durasi 10,07 Ŷ = 0,26693+0,0362 X
Selengkapnya produktivitas dan upah pengecoran
dengan CP dirangkum pada tabel 5. Titik impas waktu antara lift cor dan concrete
pump
3 Koordinat titik impas lift cor dengan concrete
Tabel 5 Produktivitas dan Upah (1 m /jam)
pengecoran dengan concrete pump pump. Contoh perhitungan titik impas pada Lantai
II, untuk eliminasi ‘Ŷ’ :

LC: Ŷ = 0,0023 + 0,1152X 0,1152X = -0,0023


CP: Ŷ = 0,0173 + 0,0310X0,0310X = -0,0173

62
Jurnal Spektran
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/index Vol. 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87

Dikurangi: 0,0842X = 0,0150 (95,8937 m3 ; Rp 4.661.700,00); (40,393 m3;


Rp. 4.556.500,00); (27,407 m3; Rp.
X = 0,1782
4.432.400,00); Titik Impas volume terhadap
Masukkan nilai ‘X’ ke rumus LC: waktu pengecoran pada lantai II, III, dan IV
y = 0,0023 + 0,1152 (0,1782) = 0,0228 adalah: (0,1782 m3; 0,0228 jam); (2,5299 m3;
Jadi antara LC dan CP bertitik impas di titik 0,3576 jam); (4,2278 m3; 0,6928 jam).
x = 0,1782 dan y = 0,0228 (Grafik 1) Saran
1. Kontraktor agar mempertimbangkan
pemilihan alat pengecoran sesuai dengan
tinggi tingkat gedung yang akan dicor,
demikian juga waktu dan biaya
pelaksanaannya,karena peralatan yang ada
memiliki jangkauan ketinggian berbeda-beda.
2. Selain biaya dan waktu yang berkaitan erat
dengan produktifitas peralatan pengecoran,
perlu juga diperhitungkan perbandingan mutu
beton yang dihasilkan oleh peralatan sebelum
dan sesudah pengecoran beton ready mix,
serta pengaruh mutu beton yang digunakan
terhadap produktifitas peralatan pengecoran.

Titik impas volume terhadap waktu pada


DAFTAR PUSTAKA
lantai 2 (0,1782 m3; 0,0228 jam) dan volume Murdock, L. J., Brook, K. M., Hindarko, S., 1999.
terhadap biaya (95,8937 m3 ; Rp 4.661.700,00) Bahan dan Praktek Beton. Erlangga, Jakarta.
menunjukkan bahwa pada Lt. II dengan volume Peurifory, R. L., Ledbetter, W. B., Schexnayder, C.
lebih besar dari 95,89 m3 pengecoran lebih optimal V. 1996. Construction Planing Equipment
(lebih cepat waktunya dan biaya lebih rendah) and Method, 5th Edition McGraw-Hill.
dengan menggunakan concrete pump.
Selengkapnya titik impas volume terhadap biaya Rochmanhadi. 1985. Perhitungan Biaya
dan waktu ditampilkan pada Tabel 8. Pelaksanaan Pekerjaan dengan
Menggunakan Alat-alat Berat. Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Tabel 8
Titik Impas volume terhadap biaya dan waktu Rostiyanti, S. F. 2008. Alat Berat Untuk Proyek
Konstruksi. Rineka Cipta, Jakarta
Titik Impas LC dan CP
Soehardi, S. 1995. Analisa Break Even Point,
Tingkat
Lanta Volume dan Biaya Volume dan Waktu
Lantai
i
Ancangan Linear Secara Ringkas dan Praktis.
X (m3) Y(juta) X (m3) Y (jam) BPFE, Yogyakarta.
II 95.8937 4.661 0.1782 0.0228
Soedradjat, A. 1994. Analisa Anggaran Biaya
III 40.393 7
4.556 2.5299 0.3576 Pelaksanaan. Nova, Bandung.
IV 27.407 4.432
5 4.2278 0.6928
4
Wirawan, N. 2012. Statistika Ekonomi dan Bisnis
(Statistik Deskriptip). Keraras Emas,
Denpasar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Produktivitas pengecoran beton ready mix
menggunakan peralatan lift cor pada lantai
II, III, dan IV sebesar 7,166 m3/jam, 5,945
m3/jam, 5,125 m3/jam; dengan concrete
pump untuk lantai II, III, dan IV sebesar 36
m3/jam, 30 m3/jam, 24 m3/jam.
2. Perbandingan biaya tiap pertambahan 1 m3
pengecoran menggunakan LC dan CP sebesar
Rp. 99.330 : Rp.19.000 (5,23 : 1), dan
perbandingan waktu sebesar (8,272: 2,172)
menit atau (3,8 : 1).
3. Titik impas volume terhadap biaya
pengecoran pada lantai II, III, dan IV adalah

63

Anda mungkin juga menyukai